45
43 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum UUJN mengatur bahwa ketika notaris dalam menjalankan tugas jabatannya terbukti melakukan pelanggaran, maka notaris dapat dikenai atau dijatuhi sanksi, berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik jabatan notaris. Praktiknya, ditemukan kenyataan bahwa suatu tindakan hukum atas pelanggaran yang dilakukan notaris sebenarnya dapat dijatuhi sanksi administrasi atau perdata atau kode etik jabatan notaris, tetapi kemudian dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana. 81 Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. M.A. Moegni Djojodiharjo berpendapat bahwa Pasal 1365 KUHPerdata, tidaklah memberikan perumusan, melainkan hanya mengatur bilakah seseorang yang mengalami kerugian karena perbuatan hukum, yang dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya, akan dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian pada Pengadilan Negeri dengan sukses. 82 M.A. Moegni Djojodiharjo, merumuskan bahwa perbuatan melawan hukum diartikan suatu perbuatan kesengajaan atau kealpaan (kelalaian), 81 Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disingkat Habib Adjie II), Refika Aditama, Bandung, hal. 25. 82 M.A. Moegni Djojodiharjo, 1982, Perbuatan Melawan Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, hal.26.

BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

  • Upload
    haphuc

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

43

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Perbuatan Melawan Hukum

UUJN mengatur bahwa ketika notaris dalam menjalankan tugas

jabatannya terbukti melakukan pelanggaran, maka notaris dapat dikenai atau

dijatuhi sanksi, berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik jabatan notaris.

Praktiknya, ditemukan kenyataan bahwa suatu tindakan hukum atas pelanggaran

yang dilakukan notaris sebenarnya dapat dijatuhi sanksi administrasi atau perdata

atau kode etik jabatan notaris, tetapi kemudian dikualifikasikan sebagai suatu

tindak pidana.81

Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan bahwa tiap perbuatan melanggar

hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang

karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. M.A.

Moegni Djojodiharjo berpendapat bahwa Pasal 1365 KUHPerdata, tidaklah

memberikan perumusan, melainkan hanya mengatur bilakah seseorang yang

mengalami kerugian karena perbuatan hukum, yang dilakukan oleh orang lain

terhadap dirinya, akan dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian pada Pengadilan

Negeri dengan sukses.82

M.A. Moegni Djojodiharjo, merumuskan bahwa perbuatan melawan

hukum diartikan suatu perbuatan kesengajaan atau kealpaan (kelalaian),

81

Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disingkat Habib Adjie II), Refika Aditama,

Bandung, hal. 25. 82

M.A. Moegni Djojodiharjo, 1982, Perbuatan Melawan Hukum, Pradya Paramita,

Jakarta, hal.26.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

44

bertentangan dengan hak orang lain, bertentangan dengan kewajiban hukum si

pelaku atau bertentangan baik dengan kesusilaan maupun dengan keharusan yang

harus diindahkan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda, sedang

barang siapa karena salahnya sebagai akibat perbuatannya itu telah mendatangkan

kerugian pada orang lain, berkewajiban membayar ganti kerugian.83

Di dalam sistem Common Law/Anglo Saxon, perbuatan melawan hukum

disebut dengan istilah Tort yang dipandang sebagai pranata untuk melindungi

seseorang dari kebebasan individu, maksudnya kebebasan individu yang dapat

menimbulkan kerugian bagi orang lain harus dibatasi, dimana istilah tort ini

diartikan sebagai kesalahan perdata yang dilakukan oleh seseorang yang

mengakibatkan kerugian pada orang lain dengan melanggar hak dan kewajiban

yang telah ditentukan oleh hukum bukan timbul dari wanprestasi kontrak atau

trust, yang dapat dimintakan ganti rugi terhadap kerugian yang diakibatkannya.84

Mollengraaff mengatakan bahwa perbuatan melawan hukum tidak hanya

melanggar undang-undang, akan tetapi juga melanggar kaedah kesusilaan dan

kepatutan.85

Menurut Munir Fuady perbuatan melawan hukum dalam konteks Hukum

Pidana dengan dalam konteks Hukum Perdata adalah lebih dititikberatkan pada

perbedaan sifat Hukum Pidana yang bersifat publik dan Hukum Perdata yang

bersifat privat. Sesuai dengan sifatnya sebagai hukum publik, maka dengan

perbuatan pidana, ada kepentingan umum yang dilanggar (disamping mungkin

83

Ibid. 84

Munir Fuady, 2005, Perbuatan Melawan Hukum: Pendekatan Kontemporer (selanjutnya

disebut Munir Fuady II), Cet.2, Penerbit PT. Citra Aditya, Bandung, hal. 33-37. 85

Rosa Agustina, 2003, Perbuatan Melawan Hukum, Pasca Sarjana FH Universitas

Indonesia, Jakarta, hal. 37.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

45

juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam

sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan pribadi saja.86

Perbuatan melawan hukum telah diartikan secara luas yakni mencakup

salah satu dari perbuatan-perbuatan salah satu dari berikut:

1. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain.

2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri.

3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan.

4. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam

pergaulan masyarakat yang baik.87

Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain adalah melanggar hak-

hak seseorang yang diakui oleh hukum, tetapi tidak terbatas pada hak-hak yaitu

hak-hak pribadi (persoonlijkheidsrechten), hak kekayaan (vermosgensrecht), hak

atas kebebasan dan hak atas kehormatan dan nama baik. Perbuatan yang

bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan

masyarakat yang baik atau yang disebut dengan istilah zorgvuldigheid juga

dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Jadi, jika seseorang

melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara melanggar pasal-

pasal dari hukum yang tertulis mungkin masih dapat dijerat dengan perbuatan

melawan hukum, karena tindakannya tersebut bertentangan dengan prinsip kehati-

hatian atau keharusan dalam pergaulan masyarakat. Keharusan dalam pergaulan

86

Munir Fuady II, Op.Cit, hal. 22. 87

Munir Fuady II, Op.Cit, hal. 6.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

46

masyarakat tersebut tentunya tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat yang

bersangkutan.88

Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum sendiri adalah

bahwa suatu kewajiban yang diberikan oleh hukum terhadap seseorang, baik

hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Sedangkan perbuatan yang

bertentangan dengan kesusilaan merupakan tindakan yang oleh masyarakat telah

diakui sebagai hukum tidak tertulis juga dianggap sebagai perbuatan melawan

hukum, ketika tindakan melanggar kesusilaan tersebut menyebabkan terjadinya

kerugian bagi pihak lain maka pihak yang menderita kerugian tersebut dapat

meminta ganti kerugian berdasarkan atas perbutan melawan hukum (Pasal 1365

KUHPerdata). Perbuatan yang bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau

keharusan dalam pergaulan masyarakat yang baik atau yang disebut dengan istilah

zorgvuldigheid juga dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Jadi, jika

seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara melanggar

pasal-pasal dari hukum yang tertulis mungkin masih dapat dijerat dengan

perbuatan melawan hukum, karena tindakannya tersebut bertentangan dengan

prinsip kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan masyarakat. Keharusan

dalam pergaulan masyarakat tersebut tentuanya tidak tertulis, tetapi diakui oleh

masyarakat yang bersangkutan.89

Beberapa definisi lain yang pernah diberikan terhadap perbuatan melawan

hukum adalah sebagai berikut:

88

Munir Fuady II, Op.Cit, hal. 8 89

Munir Fuady II, Op.Cit, hal. 22.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

47

1. Tidak memenuhi sesuatu yang menjadi kewajibannya selain dari

kewajiban kontraktual atau kewajiban quasi contractual yang menerbitkan

hak untuk meminta ganti rugi.

2. Suatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang mengakibatkan timbulnya

kerugian bagi orang lain tanpa sebelumnya ada suatu hubungan hukum

yang mana perbuatan atau tidak berbuat tersebut, baik merupakan suatu

perbuatan biasa maupun bisa juga perbuatan yang merupakan suatu

kecelakaan.

3. Tidak memenuhi suatu kewajiban yang dibebankan oleh hukum,

kewajiban mana ditujukan terhadap setiap orang pada umumnya, dan

dengan tidak memenuhi kewajibannya tersebut dapat dimintakan suatu

ganti rugi.

4. Suatu kesalahan perdata (civil wrong) terhadap mana suatu ganti kerugian

dapat dituntut yang bukan merupakan wanprestasi terhadap kontrak atau

wanprestasi terhadap kewajiban trust ataupun wanprestasi terhadap

kewajiban equity lainnya.

5. Suatu kerugian yang tidak disebabkan oleh wanprestasi terhadap kontrak

atau lebih tepatnya, merupakan suatu perbuatan yang merugikan hak-hak

orang lain yang diciptakan oleh hukum yang tidak terbit dari hubungan

kontraktual.

6. Sesuatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang secara bertentangan

dengan hukum melanggar hak orang lain yang diciptakan oleh hukum dan

karenanya suatu ganti rugi dapat dituntut oleh pihak yang dirugikan.

7. Perbuatan melawan hukum bukan suatu kontrak seperti juga kimia bukan

suatu fisika atau matematika.90

Perbuatan melawan hukum lebih diartikan sebagai sebuah perbuatan

melukai (injury) daripada pelanggaran terhadap kontrak (breach of contract).

Apalagi perbuatan melawan hukum umumnya tidak didasari dengan adanya

hubungan hukum kontraktual. Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, maka yang

dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan

hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan

kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori dari

perbuatan melawan hukum, yaitu perbuatan melawan hukum karena kesengajaan,

90

Munir Fuady, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa,

Advokat,Notaris, Kurator, dan Pengurus (selanjutnya disebut Munir Fuady III), PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, hal. hal. 4.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

48

perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun

kelalaian) dan perbuatan melawan hukum karena kelalaian.91

Rosa Agustina menjelaskan bahwa perbuatan melawan hukum dapat

dijumpai baik dalam ranah Hukum Pidana (public) maupun dalam ranah Hukum

Perdata (private). Sehingga dapat ditemui istilah melawan Hukum Pidana

begitupun melawan Hukum Perdata. Dalam konteks itu jika dibandingkan maka

kedua konsep melawan hukum tersebut memperlihatkan adanya persamaan dan

perbedaan.92

Persamaan pokok kedua konsep melawan hukum itu adalah untuk

dikatakan sifat melawan hukum keduanya mensyaratkan adanya ketentuan hukum

yang dilanggar. Persamaan berikutnya adalah kedua sifat melawan hukum

tersebut pada prinsipnya sama-sama melindungi kepentingan (interest) hukum.

Perbedaan pokok antara kedua sifat melawan hukum tersebut, apabila sifat

melawan Hukum Pidana lebih memberikan perlindungan kepada kepentingan

umum (public interest), hak obyektif dan sanksinya adalah pemidanaan.

Sedangkan sifat melawan Hukum Perdata lebih memberikan perlindungan kepada

private interest, hak subyektif dan sanksi yang diberikan adalah ganti kerugian

(remedies). Dalam menentukan suatu perbuatan dapat dikualifisir sebagai

perbuatan melawan hukum diperlukan syarat yang bertentangan dengan

kewajiban hukum si pelaku, bertentangan dengan hak subjektif orang lain,

bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan

kehati-hatian.93

91

Ibid, hal. 3. 92

Rosa Agustina, Op.Cit, hal 14. 93

Rosa Agustina, Op.Cit, hal. 117.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

49

Dikaji dari perspektif teoretis dan praktik konsepsi perbuatan melawan

hukum dikenal dalam dimensi Hukum Perdata dan Hukum Pidana. Dari aspek

etimologis dan terminologis maka perbuatan melawan hukum dalam bahasa

Belanda dikenal dengan terminologi Wederrechtelijk dalam ranah Hukum Pidana

dan terminologi onrechtmatige daad dalam ranah Hukum Perdata. Perbuatan

Melawan Hukum (onrechtmatige daad) dalam konteks Hukum Perdata diatur

dalam Pasal 1365KUHPerdata, pada bagian tentang perikatan-perikatan yang

dilahirkan demi Undang-Undang, yaitu: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”94

Istilah “pidana” merupakan istilah yang lebih khusus, yaitu menunjukkan

sanksi dalam hukum pidana.95

Pidana adalah sebuah konsep dalam bidang hukum

pidana yang masih perlu penjelasan lebih lanjut untuk dapat memahami arti dan

hakekatnya. Menurut Roeslan Saleh “pidana adalah reaksi atas delik, dan ini

berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara kepada pembuat

delik itu”.96

Istilah tindak pidana berasal dari Bahasa Belanda yaitu strafbaarfeit,

namun demikian belum ada konsep yang secara utuh menjelaskan definisi

strafbaarfeit. Oleh karenanya masing-masing para ahli hukum memberikan arti

terhadap istilah strafbaarfeit menurut persepsi dan sudut pandang mereka masing-

masing. Strafbaarfeit, terdiri dari tiga suku kata yakni, straf yang diterjemahkan

94

Rosa Agustina, Op.Cit, hal. 13. 95

Romli Atmasasmita, 1982, Strategi Pembinaan Pelanggar Hukum Dalam Konteks

Penegakan Hukum Di Indonesia, Alumni, Bandung, hal. 23. 96

Roeslan Saleh, 1983, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, hal. 9.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

50

sebagai pidana dan hukum, kata baar diterjemahkan sebagai dapat dan boleh

sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran

dan perbuatan.97

Moeljatno menganggap lebih tepat dipergunakan istilah perbuatan pidana,

yakni sebuah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai

dengan ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar

larangan tersebut.98

Simons mengartikan perbuatan pidana (delik) sebagai suatu tindakan

melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja

oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya oleh undang-

undang telah dinyatakan sebagai perbuatan atau tindakan dapat dihukum.99

Simons juga merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:

a. Diancam dengan pidana oleh hukum;

b. Bertentangan dengan hukum;

c. Dilakukan oleh orang yang bersalah;

d. Orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.100

Jenis-jenis tindak pidana dibedakan atas dasar-dasar tertentu, sebagai

berikut:

a) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibedakan antara

lain kejahatan yang dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat

dalam Buku III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan

97

Adami Chazawi, 2001, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hal. 69. 98

Moeljatno, Op.Cit, hal. 54. 99

Leden Marpaung, 1991, Unsur-unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik), Sinar

Grafika, Jakarta, hal. 4. 100

Andi Hamzah, 2004, Asas-Asas Hukum Pidana (selanjutnya disebut dengan Andi

Hamzah II), PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 88.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

51

“pelanggaran“ itu bukan hanya merupakan dasar bagi pembagian KUHP

kita menjadi Buku ke II dan Buku ke III melainkan juga merupakan dasar

bagi seluruh sistem hukum pidana di dalam perundang-undangan secara

keseluruhan.

b) Menurut cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil

(formeel Delicten) dan tindak pidana materil (Materiil Delicten). Tindak

pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang

dirumuskan itu adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya Pasal 362

KUHP yaitu tentang pencurian. Tindak Pidana materil inti larangannya

adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang

menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang dipertanggungjawabkan

dan dipidana.

c) Menurut bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana

sengaja (dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten).

Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP

antara lain sebagai berikut: Pasal 338 KUHP (pembunuhan) yaitu dengan

sengaja menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, Pasal 354 KUHP yang

dengan sengaja melukai orang lain. Pada delik kelalaian (culpa) orang juga

dapat dipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 359 KUHP yang

menyebabkan matinya seseorang, contoh lainnya seperti yang diatur dalam

Pasal 188 dan Pasal 360 KUHP.

d) Menurut macam perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan

aktif juga disebut perbuatan materil adalah perbuatan untuk

mewujudkannya diisyaratkan dengan adanya gerakan tubuh orang yang

berbuat, misalnya Pencurian (Pasal 362 KUHP) dan Penipuan (Pasal 378

KUHP). Tindak Pidana pasif dibedakan menjadi tindak pidana murni dan

tidak murni. Tindak pidana murni, yaitu tindak pidana yang dirumuskan

secara formil atau tindak pidana yang pada dasarnya unsur perbuatannya

berupa perbuatan pasif, misalnya diatur dalam Pasal 224, 304 dan 552

KUHP. Tindak Pidana tidak murni adalah tindak pidana yang pada

dasarnya berupa tindak pidana positif, tetapi dapat dilakukan secara tidak

aktif atau tindak pidana yang mengandung unsur terlarang tetapi dilakukan

dengan tidak berbuat, misalnya diatur dalam Pasal 338 KUHP, ibu tidak

menyusui bayinya sehingga anak tersebut meninggal.101

Untuk dapat dikatakan adanya perbuatan pidana menurut Moeljatno harus

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Perbuatan;

b. Yang dilarang (oleh aturan hukum);

101

Andi Hamzah I, Op.Cit, hal. 25-27.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

52

c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).102

Menurut R. Tresna, merumuskan bahwa unsur-unsur perbuatan pidana

harus memuat hal-hal seperti di bawah ini:

a. Perbuatan/rangkaian perbuatan manusia;

b. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

c. Diadakan tindakan hukuman.103

Dari unsur ketiga, kalimat diadakan tindakan penghukuman, terdapat

perngertian bahwa seolah-olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu diikuti

dengan penghukuman (pemidanaan), hal ini berbeda dengan apa yang

disampaikan oleh Moeljatno yang menyebutkan bahwa setiap perbuatan pidana itu

tidak selalu harus dijatuhi pidana.104

Berbicara tentang tindak pidana tidak akan terlepas dari hukum pidana

yang menjadi titik perhatian, masalah pokok dalam hukum pidana tersebut

meliputi masalah tindak pidana, kesalahan dan sanksi pidana serta korban. Hukum

pidana adalah keseluruhan aturan-aturan ketentuan hukum mengenai perbuatan-

perbuatan yang dapat dihukum dan aturan pidananya.105

Yang menjadi masalah

pokok dalam hukum pidana adalah:

1. Perumusan perbuatan yang dilarang (kriminalisasi);

2. Pertanggungjawaban pidana (kesalahan);

102

Moeljatno, Op.Cit, hal. 57. 103

R. Tresna, 1990, Azas-azas Hukum Pidana, Cet. Ke-3, PT. Tiara, Jakarta, hal. 20. 104

Ibid. 105

Martin Prodjohamidjojo, 1997, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana, PT. Pradnya

Paramita, Jakarta, hal. 15.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

53

3. Sanksi yang diancam, baik pidana atau tindakan.106

Adapun identifikasi dari tujuan utama dari pidana dan pemidanaan yakni

perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Tujuan pidana adalah penanggulangan kejahatan. Perumusan tujuan

pidana demikian ini dilatarbelakangi perlunya perlindungan masyarakat

terhadap perbuatan anti sosial yang merugikan dan membahayakan

masyarakat. Tujuan ini sering digunakan dengan berbagai istilah seperti

penindasan kejahatan (repression of crime), pengurangan kejahatan

(reduction of crime), pencegahan kejahatan (prevention of crime) ataupun

pengendalian kejahatan (control of crime).

b. Tujuan pidana adalah untuk memperbaiki si pelaku. Tujuan ini dilatar

belakangi perlunya perlindungan masyarakat terhadap sifat berbahayanya

orang (si pelaku). Istilah-istilah lain yang digunakan untuk merefleksikan

tujuan ini adalah rehabilitasi, reformasi, treatment of offenders (pelayanan

terhadap orang-orang yang melanggar), reduksi, readaptasi sosial,

resosialisasi pemasyarakatan maupun pembebasan.

c. Dilihat dari sudut perlunya perlindungan masyarakat terhadap

penyalahgunaan kekuasaan dalam menggunakan sanksi pidana atau reaksi

terhadap pelanggar pidana, maka tujuan pidana sering dirumuskan untuk

mengatur atau membatasi kesewenangan penguasa atau warga masyarakat

pada umumnya.

106

Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang, hal. 50.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

54

d. Tujuan pidana adalah untuk memulihkan keseimbangan masyarakat.

Tujuan ini dilatarbelakangi perlunya perlindungan masyarakat dengan

mempertahankan keseimbangan atau keselarasan berbagai kepentingan

dan nilai yang terganggu oleh adanya kejahatan.107

2.2 Urgensi Sanksi Pidana

Norma sering disebut dengan istilah anggapan-anggapan yang dapat

menjadi petunjuk bagaimana seseorang harus berbuat atau tidak berbuat. Norma

selalu diikuti oleh nilai (value) yang merupakan dasar bagi norma. Nilai juga

merupakan ukuran yang baik disadari maupun tidak disadari oleh suatu

masyarakat guna menentukan apa yang benar dan yang salah. Agar norma yang

mengandung nilai suatu masyarakat dapat dipatuhi maka diperlukan sanksi.108

Sanksi merupakan alat pemaksa, selain hukum, juga untuk menaati

ketetapan yang ditentukan dalam peraturan atau perjanjian. Sanksi juga diartikan

sebagai alat pemaksa sebagai hukuman jika tidak taat kepada perjanjian.109

Sanksi-sanksi merupakan bagian penutup yang penting dalam hukum, dan tiap

aturan hukum yang berlaku di Indonesia selalu ada sanksi pada akhir aturan

hukum tersebut. Aturan hukum yang tidak memiliki sanksi yang tegas, tidak akan

dapat berfungsi dengan baik, karena hukum tersebut tidak dapat ditegakkan atau

tidak akan dipatuhi jika pada bagian akhir tidak mencantumkan sanksi. Dengan

demikian pada hakikatnya sanksi merupakan instrumen yuridis yang biasanya

107

Roeslan Saleh, Op.Cit, hal. 49. 108

Soedarto, 1986, Hukum Dan Hukum Pidana (selanjutnya disebut dengan Soedarto I),

Alumni, Bandung, hal.19-21. 109

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 89.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

55

diberikan atau dijatuhkan apabila kewajiban-kewajiban atau larangan-larangan

yang ada dalam ketentuan hukum telah dilanggar. 110

Istilah sanksi dalam khasanah ilmu hukum tidak bisa dipisahkan dengan

hukum pidana atau dengan kata lain istilah sanksi selalu melekat dalam hukum

pidana. Sebagaimana yang disampaikan oleh Jan Remmelink yang menyatakan

hukum pidana adalah hukum (tentang penjatuhan) sanksi, ihwal penegakan

norma-norma (aturan-aturan) oleh alat-alat kekuasaan (negara) yang ditujukan

untuk melawan dan memberantas perilaku yang mengancam keberlakuan norma

tersebut lebih tampak disini dibandingkan dengan bidang-bidang hukum lainnya,

semisal hukum sipil.111

Pidana dalam hukum pidana merupakan suatu alat dan bukan tujuan dari

hukum pidana, yang apabila dilaksanakan tiada lain adalah berupa penderitaan

atau rasa tidak enak bagi yang bersangkutan disebut terpidana. Soedarto

memberikan pengertian pidana sebagai penderitaan yang sengaja dibebankan

kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.112

Lebih lanjut Jan Remmelink, menyatakan umumnya sanksi itu muncul

dalam bentuk pemidanaan, pengenaan secara sadar dan matang suatu azab oleh

instansi penguasa yang berwenang kepada pelaku yang bersalah melanggar aturan

hukum. Jan Remmelink mengemukakan juga, bahwa instansi kekuasaan yang

berwenang, hakim pidana, tidak sekadar menjatuhkan sanksi, namun juga

110

Philipus M. Hadjon I, Op.Cit, hal. 245. 111

Jan Remmelink, Op.Cit, hal. 6. 112

Soedarto, 1986, Kapita Selekta Hukum Pidana (selanjutnya disebut dengan Soedarto

II), Alumni, Bandung, hal.109-110.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

56

menjatuhkan tindakan (maatregel) untuk pelanggaran norma yang dilakukan

karena salah dan kadangkala juga karena kelalaian.113

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang di larang oleh suatu aturan

hukum. Larangan tersebut disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana

tertentu bagi yang melanggar larangan tersebut. Tentu pidana dalam hal ini adalah

perbuatan pidana yang dilakukan notaris dalam kapasitasnya sebagai pejabat

umum yang berwenang membuat akta dan tidak dalam konteks individu sebagai

warga negara pada umumnya. Unsur-unsur dalam pebuatan pidana meliputi:

a. Perbuatan (manusia)

Perbuatan adalah tindakan dan kejadian yang di timbulkan oleh perbuatan

tersebut. Menurut Moeljatno, di dalam hukum pidana perbuatan ada yang

bersifat positif maupun negatif. Positif berarti terdakwa berbuat sesuatu

sedangkan negatif berarti seseorang tidak berbuat sesuatu yang diwajibkan

atasnya. Adapun yang dimaksud dengan kelakuan (perbuatan) adalah suatu

sikap jasmani, sebab tidak berbuat sesuatu tidak dapat dimasukan dalam

pengertian tersebut dan yang termasuk dalam kelakuan tersebut terbatas

hanya pada sikap jasmani yang disadari saja.

b. Memenuhi rumusan peraturan perundang-undangan

Agar suatu perbuatan dapat disebut sebagai tindak pidana harus memenuhi

rumusan undang-undang artinya berlaku asas legalitas. Asas legalitas

menyatakan bahwa nulum delictum nulla poena sine praevia lege poenali

yang memiliki makna bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan di

113

Ibid, hal. 7.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

57

ancam dengan pidana jika hal tersebut tidak atau belum dinyatakan dalam

suatu aturan undang-undang. Arti penting adanya asas legalitas adalah

untuk menjamin adanya kepastian hukum dan demi keadilan. Memenuhi

peraturan perundang-undangan sebagai syarat dari tindak pidana adalah

merupakan syarat formil.

c. Bersifat melawan hukum

Adanya sifat melawan hukum dalam tindak pidana merupakan syarat

mutlak dan juga merupakan syarat materiil. Setidaknya ada dua pendapat

mengenai arti dari unsur sifat melawan hukum yang merupakan

terjemahan dari bahasa wederrechtelijk. Pendapat tersebut adalah ajaran

mengenai wederrechtelijk dalam arti formil dan dalam arti materiil.114

Adanya perkembangan problematika penjatuhan sanksi dalam hukum

pidana muncullah pertanyaan untuk apa diadakan pemidanaan, dari aliran klasik

ke aliran modern, lahirlah ide individualisasi pidana yang menurut Barda Nawawi

Arif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Pertanggungjawaban (pidana) bersifat pribadi/perorangan (asas personal);

b. Pidana yang diberikan kepada orang yang bersalah (asas culpabilitas; tiada

pidana tanpa kesalahan);

c. Pidana harus disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi si pelaku; ini

berarti harus ada kelonggaran/fleksibilitas bagi hakim dalam memilih

sanksi pidana (jenis maupun berat ringannya sanksi) dan harus ada

114

Abdul Ghofur, Op.Cit, hal. 38-40.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

58

kemungkinan modifikasi pidana (perubahan/penyesuaian) dalam

pelaksanaannya.115

Seorang pakar hukum kenotariatan Pieter E. Latumeten memberikan

pendapat berkaitan dengan kasus-kasus pidana yang menimpa para notaris sebagai

berikut:

“Saat ini cukup banyak perkara-perkara pidana yang terjadi dikarenakan

perilaku unprofessional Notaris/PPAT dan bermuara pada timbulnya masalah

hukum pada akta-akta yang dibuatnya. Akibat semuanya ini ada beberapa

Notaris/PPAT yang telah diajukan ke pengadilan sebagai terdakwa, bahkan

ada yang dikenakan penahanan”.116

Sanksi administratif dan sanksi perdata bersifat reparatoir atau korektif,

artinya untuk memperbaiki suatu keadaan agar tidak dilakukan lagi oleh yang

bersangkutan ataupun oleh Notaris yang lain. Regresif berarti segala sesuatu

dikembalikan kepada suatu keadaan-ketika sebelum terjadinya pelanggaran.

Dalam aturan hukum tertentu, di samping dijatuhi sanksi administratif, juga dapat

dijatuhi sanksi pidana (secara kumulatif) yang bersifat condenmnatoir (punitif)

atau menghukum, dalam kaitan ini UUJN tidak mengatur sanksi pidana untuk

Notaris yang melanggar UUJN. Jika terjadi hal seperti itu maka terhadap Notaris

tunduk kepada tindak pidana umum.117

Kaitannya terhadap tindak pidana umum

terdapat dalam asas lex specialis derogat legi generali yang artinya peraturan

yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat umum, akan

tetapi dalam permasalahan pada bab I asas tersebut dapat ditafsirkan secara a

115

M. Sholehuddin, 2003, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hal. 27. 116

Pieter E. Latumeten, 2006, Perlindungan Jaminan Hukum Bagi Profesi Notaris, Sinar

Grafika, Jakarta, hal. 64. 117

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 121.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

59

contrario (berlawanan), maka apabila suatu aturan tidak diatur secara khusus

mengenai pidana maka akan berlaku ketentuan pidana secara umum.

Sanksi pidana di dalam ilmu hukum yang berhubungan dengan adanya

hukum yang bertujuan untuk menegakkan tertib hukum dan melindungi

masyarakat hukum yang terdapat hubungan erat antara negara dan masyarakat.

Dalam konteks itulah di samping sanksi pidana menurut Jan Remmelink, masih

terdapat sanksi perdata, sanksi disipliner (tuchtsanctie) yang terdapat dalam

hukum disipliner (tuchtrecht), dan sanksi administratif yang lebih dikenal dengan

istilah hukum pidana tata usaha negara (Bestuursstrafrecht) memiliki kekhasan

yang bersumber dari hubungan pemerintah-warga.118

Menurut Ricard D. Schwartz dan Jerome H. Sholnick yang dikutip oleh

Barda Nawawi Arif sanksi pidana dimaksudkan untuk:

a. Mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana (to prevent recidivism).

b. Mencegah orang melakukan perbuatan yang sama seperti yang dilakukan

si terpidana (to deterother from the perforcemance of simillar act).

c. Menyediakan saluran untuk mewujudkan motif-motif balas dendam

(to provide a channel for the expression of retaliotary motives).119

Sanksi merupakan ketentuan bagian penutup yang penting dalam hukum,

dan tiap aturan hukum yang berlaku di Indonesia selalu ada sanksi pada akhir

aturan hukum tersebut. Pencantuman sanksi dalam berbagai aturan hukum

tersebut seperti merupakan kewajiban yang harus dicantumkan dalam tiap aturan

hukum. Seakan-akan aturan hukum yang bersangkutan tidak bergigi atau tidak

118

Jan Remmelink, Op.Cit, hal. 15. 119

Barda Nawawi Arief 2002, Bunga Rampai Kebiiakan Hukum Pidana (selanjutnya

disebut Barda Nawawi Arief III), Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 20.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

60

dapat ditegakkan atau tidak akan dipatuhi jika pada bagian akhir tidak

mencantumkan sanksi.120

Hal ini diperkuat dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pada bagian

lampiran rancangan peraturan perundang-undangan bab V mengenai jangkauan,

arah pengaturan, dan ruang lingkup materi muatan undang-undang, peraturan

daerah provinsi, atau peraturan daerah kabupaten/kota yang pada dasarnya ruang

lingkup materinya mencakup ketentuan umum, materi yang akan diatur, ketentuan

sanksi, dan pearaturan peralihan.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan mengenai ketentuan sanksi berkaitan dengan asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik dalam Pasal 5, yaitu:

“Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan

berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang

baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;

c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.”

Selain asas-asas tersebut, dalam sebuah materi muatan perundang-

undangan harus pula tercermin asas-asas berikut yang terdapat dalam Pasal 6 ayat

(1) dan (2), sebagai berikut:

(1) “Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan

asas:

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

120

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 48-49.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

61

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhinneka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.”

(2) “Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai

dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang

bersangkutan.”

Asas lain yang dijelaskan dalam Pasal 6 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun

2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, antara lain:

a. Dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa

kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;

b. Dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain,

asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

Terbentuknya suatu undang-undang ataupun peraturan perundang-

undangan lainnya harus memperhatikan berbagai asas pembentukan peraturan

perundang-undangan yang baik, termasuk pula dalam merumuskan ketentuan

mengenai sanksi. Namun, ada undang-undang yang tidak mengatur mengenai

sanksi atau ketentuan sanksi tersebut tidak dinyatakan secara eksplisit, sehingga

diperlukannya suatu formulasi pembentukan ketentuan sanksi, terutama sanksi

pidana dalam peraturan perundang-undangan yang belum mengatur hal tersebut.

2.3 Tinjauan Umum Notaris

2.3.1 Sejarah Tentang Notaris

Sejarah dari lembaga notariat yang dikenal sekarang ini dimulai pada abad

ke-11 atau ke 12 di daerah pusat perdagangan yang sangat berkuasa pada zaman

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

62

itu di Italia Utara. Daerah inilah yang merupakan tempat asal dari notariat yang

dinamakan “Latijnse Notariaat” dan yang tanda-tandanya tercermin dalam diri

notaris yang diangkat oleh penguasa umum untuk kepentingan masyarakat umum

dan menerima uang jasanya honorarium dari masyarakat umum pula. Namun

untuk mengetahui asal dari lembaga notariat, para sarjana Italia telah mencoba

mengadakan penelitian sumbernya secara mendalam, namun mereka belum juga

mencapai kesatuan pendapat mengenai hal itu.121

Notaris seperti yang dikenal di zaman Belanda sebagai Republik der

Verenigde Nederlanden mulai masuk di Indonesia pada permulaan abad ke-17

dengan beradanya Oost Ind. Compagnie di Indonesia.122

Jan Pieterszoon Coen

pada waktu itu sebagai Gubernur Jenderal di Jacatra (sekarang Jakarta) antara

tahun 1617 sampai tahun 1629, untuk keperluan para penduduk dan para

pedagang di Jacatra menganggap perlu mengangkat seorang Notaris, yang disebut

Notarium Publicum.123

Cara pengangkatan Notaris pada waktu itu sangat menarik perhatian, oleh

karena berbeda dengan pengangkatan para Notaris saat ini, di dalam akta

pengangkatan Melchior Kerchem sebagai Notaris sekaligus secara singkat dimuat

suatu instruksi yang menguraikan bidang pekerjaan dan wewenangnya, yakni

untuk menjalankan tugas jabatannya di Kota Jacatra untuk kepentingan publik.

Kepadanya ditugaskan untuk menjalankan pekerjaan itu sesuai dengan sumpah

setia yang diucapkan waktu pengangkatannya di hadapan Baljuw di Kasteel

121

G. H. S. Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement),

Erlangga, Jakarta, hal. 3-4. 122

Ibid, hal. 15. 123

Ibid.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

63

Batavia (yang sekarang dikenal gedung Departemen Keuangan Lapangan

Banteng), dengan kewajiban untuk mendaftarkan semua dokumen dan akta yang

dibuatnya. Melchior Kerchem merupakan Sekretaris dari “College van

Schepenen” (Urusan Perkapalan Kota) di Jacatra, diangkat sebagai Notaris

pertama di Indonesia. Tugas Melchior Kerchem sebagai Notaris dalam surat

pengangkatannya, yaitu melayani dan melakukan semua surat libel

(Smaadschrift), surat wasiat di bawah tangan (codicil), persiapan penerangan, akta

perjanjian perdagangan, perjanjian kawin, surat wasiat (testament), dan akta-akta

lainnya dan ketentuan-ketentuan lainnya di Kotapraja.124

Lima tahun kemudian, yakni pada tahun 1625, setelah jabatan “notaris

public” dipisahkan dari jabatan “Secretarius van den gerechte” dengan Surat

Keputusan Gubernur Jenderal tanggal 12 November 1960, maka dikeluarkanlah

instruksi pertama untuk para Notaris di Indonesia, pada tanggal 16 Juni 1925 yang

hanya berisikan 10 (sepuluh) pasal, diantaranya ketentuan bahwa para Notaris

terlebih dahulu diuji dan diambil sumpahnya dan Notaris wajib merahasiakan

segala sesuatu dan tidak boleh menyerahkan salinan-salinan dari akta-akta kepada

orang yang tidak berkepentingan.125

2.3.2 Notaris Sebagai Pejabat Publik

Notaris berasal dari kata "nota literaria" yaitu tanda tulisan atau karakter

yang dipergunakan untuk menuliskan atau menggambarkan ungkapan kalimat

yang disampaikan narasumber. Tanda atau karakter yang dimaksud merupakan

tanda yang dipakai dalam penulisan cepat (stenografie). Awalnya jabatan Notaris

124

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 1. 125

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 1.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

64

hakikatnya ialah sebagai pejabat umum (private notary) yang ditugaskan oleh

kekuasaan umum untuk melayani kebutuhan masyarakat akan alat bukti otentik

yang memberikan kepastian hubungan Hukum Perdata, jadi sepanjang alat bukti

otentik tetap diperlukan oleh sistem hukum negara maka jabatan Notaris akan

tetap diperlukan eksistensinya di tengah masyarakat.126

Pengertian tentang notaris sebagaimana yang di maksud pada Pasal 1

Peraturan Jabatan Notaris (Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesia,

Staatsblad 1860 Nomor 3) memberikan ketentuan tentang definisi Notaris, yaitu:

De Notarissen zijn openbare ambtenaren, ulsluitend bevoeq om authentieke

akten op te maken wegens alle handelingen, overeenkomsten en

beschikkingen, waarvan eene algemeene verordening geschrift blijken zal,

daarvan de dagtekening te verzekeren, de akten in bewaring te houden en

daarvan grossen, afschriften en uittreksels uit te geven; alles voor zzover het

opmaken dier akten ene algemene verordening niet ook aan andere

ambtenaren of personen opgedragen of voorbehouden is.127

Artinya:

“Notaris adalah pejabat-pejabat umum, khususnya berwenang untuk

membuat akta-akta otentik mengenai semua perbuatan, persetujuan dan

ketetapan-ketetapan, yang untuk itu diperintahkan oleh suatu undang-undang

umum atau yang dikehendaki oleh orang-orang yang berkepentingan, yang

akan terbukti dengan tulisan otentik,menjamin hari dan tanggalnya,

menyimpan akta-akta dan mengeluarkan grosse-grosse, salinan-salinan dan

kutipan-kutipannya; semuanya itu sejauh pembuatan akta-akta tersebut oleh

suatu undang-undang umum tidak juga ditugaskan atau diserahkan kepada

pejabat-pejabat atau orang-orang lain.”

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 juncto Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa:

126

G. H. S. Lumban Tobing, Op.Cit, hal. 41. 127

Engelbrecht De Wetboeken wetten en Veroordeningen, Benevens de Grondwet van de

Republiek Indonesie, 1998, Ichtiar Baru-Van Voeve, Jakarta, hal. 882.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

65

“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaiamana dimaksud dalam

undang-undang lainnya.”

Mendasarkan pada nilai moral dan nilai etika Notaris, maka pengembanan

jabatan Notaris adalah pelayanan kepada masyarakat (klien) secara mandiri dan

tidak memihak dalam bidang kenotariatan yang pengembanannya dihayati sebagai

panggilan hidup bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesama manusia

demi kepentingan umum serta berakar dalam penghormatan terhadap martabat

manusia pada umumnya dan martabat Notaris pada khususnya.128

Notaris adalah seorang pejabat Negara atau pejabat umum yang dapat

diangkat oleh Negara untuk melakukan tugas-tugas Negara dalam pelayanan

hukum kepada masyarakat demi tercapainya kepastian hukum sebagai pejabat

pembuat akta autentik dalam hal keperdataan. Yang dimaksud dengan pejabat

umum disini adalah orang yang diangkat untuk menduduki jabatan umum oleh

penguasa umum untuk melakukan tugas negara atau Pemerintah sebagaimana

pendapat dari F.MJ. “Hij die door het openbaar gezag is aangesteld tot een

openbare betrekking om te verrichten een del van de taak van de staat of zijn

organen, is te beschouwen als openbaar ambtenaar”.129

Notary Public dalam Black’s Law Dictionary menyebutkan bahwa “A

person authorized by a state to administer oaths, certify documents, attest to the

128

Herlien Budiono, 2007, Notaris dan Kode Etiknya (selanjutnya disebut Herlien

Budiono I), Upgrading dan Refreshing Course Nasional Ikatan Notaris Indonesia, Medan, hal. 3. 129

F.M.J. Jansen, 1987, Executie-en Beslagrecht, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, hal.28.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

66

authenticity of signatures, and perform official acts in commercial matters”,130

dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa notaris adalah seseorang yang ditunjuk

oleh negara untuk mengambil sumpah, menetapkan dengan resmi dokumen-

dokumen, membuktikan keaslian tanda tangan dan menjalankan pekerjaan resmi

dalam hal komersil.

G.H.S. Lumban Tobing memberikan pengertian Notaris yaitu Notaris

adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik

mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu

peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan

dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya

dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan

akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.131

Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk

membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang

diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan

dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian

tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya,

semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga

ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.132

Menurut Habib Adjie:

”Notaris sebagai Pejabat Publik, dalam pengertian mempunyai wewenang

dengan pengecualian. Dengan rnengkategorikan Notaris sebagai Pejabat

130

Henry Campbell Black, 1991, Black’s Law Dictionary, West Publishing & Co, St.

Paul, Minnesota, hal. 1085. 131

G. H. S. Lumban Tobing, Op.Cit, hal. 31. 132

Habib Adjie II, Op.Cit, hal. 13.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

67

Publik. Dalam hal ini Publik yang bermakna hukum, bukan Publik sebagai

khalayak umum. Notaris sebagai Pejabat Publik tidak berarti sama dengan

Pejabat Publik dalam bidang pemerintah yang dikategorikan sebagai Badan

atau Pejabat Tata Usaha Negara, hal ini dapat dibedakan dari produk masing-

masing Pejabat Publik tersebut. Notaris sebagai Pejabat Publik produk

akhirnya yaitu akta otentik, yang terikat dalam ketentuan hukum perdata

terutama dalam hukum pembuktian. Akta tidak memenuhi syarat sebagai

Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat konkret, individual dan final.

Serta tidak menimbulkan akibat hukum perdata bagi seseorang atau badan

hukum perdata, karena akta merupakan formulasi keinginan atau kehendak

(wilsvorming) para pihak yang dituangkan dalam akta Notaris yang dibuat di

hadapan atau oleh Notaris. Sengketa dalam bidang perdata diperiksa di

pengadilan umum (negeri). Pejabat Publik dalam bidang pemerintahan

produknya yaitu Surat Keputusan atau Ketetapan yang terikat dalam

ketentuan Hukum Administrasi Negara yang memenuhi syarat sebagai

penetapan tertulis yang bersifat, individual, dan final, yang menimbulkan

akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata, dan Sengketa dalam

Hukum Administrasi diperiksa di Pengadilan Tata Usaha Negara. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Notaris sebagai Pejabat Publik yang

bukan Pejabat atau Badan Tata Usaha Negara”.133

Selanjutnya Habib Adjie mengemukakan:

”Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum

dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang

membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan,

peristiwa atau perbuatan hukum. Dengan dasar seperti ini mereka yang

diangkat sebagai Notaris harus mempunyai semangat untuk melayani

masyarakat, dan atas pelayanan tersebut, masyarakat yang telah merasa

dilayani oleh Notaris sesuai dengan tugas jabatannya, dapat memberikan

honorarium kepada Notaris. Oleh karena itu Notaris tidak berarti apa-apa jika

masyarakat tidak membutuhkannya.”134

Karakteristik Notaris adalah mempunyai kewenangan tertentu, artinya

setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan hukumnya

sebagai batasan agar jabatan dapat berjalan dengan baik, dan tidak bertabrakan

dengan wewenang jabatan lainnya. Dengan demikian jika seorang pejabat

133

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 31-32. 134

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 42.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

68

(Notaris) melakukan suatu tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan, maka

dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar wewenang. Wewenang Notaris

hanya dicantumkan dalam Pasal 15 ayat (1), (2) dan (3) UU perubahan atas

UUJN.135

Notaris tidak menerima gaji atau pensiun dari yang mengangkatnya.

Notaris meskipun diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah tetapi tidak

menerima gaji maupun uang pensiun dari pemerintah. Notaris hanya menerima

honorarium dari masyarakat yang telah dilayaninya atau dapat memberikan

pelayanan cuma-cuma untuk mereka yang tidak mampu.136

Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi

yang memiliki unsur-unsur yaitu perilaku Notaris harus memiliki integritas moral

yang mantap, harus jujur bersikap terhadap klien maupun diri sendiri, sadar akan

batas-batas kewenangannya dan tidak bertindak semata-mata berdasarkan

pertimbangan uang.137

Profesi notaris disebut juga sebagai salah satu penegak

hukum karena notaris membuat alat bukti tertulis yang mempunyai kekuatan

pembuktian. Para ahli hukum berpendapat bahwa akta notaris dapat diterima

dalam pengadilan sebagai bukti yang mutlak mengenai isinya, tetapi meskipun

demikian dapat diadakan penyangkalan dengan bukti sebaliknya oleh saksi-saksi,

yang dapat membuktikan bahwa apa yang diterangkan oleh notaris dalam aktanya

adalah tidak benar.138

135

Habib Adjie I, Loc.Cit. 136

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 35-36. 137

Liliana Tedjosaputro, 2003, Etika Profesi dan Profesi Hukum (selanjutnya disebut

dengan Liliana Tedjosaputro II), Aneka Ilmu, Semarang, hal. 93. 138

Liliana Tedjosaputro, 1991, Malpraktek Notaris dan Hukum Pidana(selanjutnya disebut

dengan Liliana Tedjosaputro III), CV. Agung, Semarang, hal 4

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

69

Seorang Notaris wajib bertindak jujur, seksama dan tidak memihak.

Kejujuran merupakan hal yang penting karena jika seorang Notaris bertindak

dengan ketidakjujuran maka akan banyak kejadian yang merugikan klien bahkan

akan menurunkan ketidakpercayaan klien terhadap Notaris tersebut.139

Notaris dikualifikasikan sebagai pejabat umum, yang merupakan orang

menjalankan sebagian fungsi publik dari Negara, khususnya dibidang Hukum

Perdata. Hal inilah yang membedakan Notaris dengan profesi lainnya, oleh karena

itu, jabatan Notaris memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Sebagai Jabatan

UUJN merupakan unifikasi di bidang pengaturan Jabatan Notaris,

artinya satu-satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang yang

mengatur Jabatan Notaris di Indonesia, sehingga segala hal yang berkaitan

Notaris di Indonesia harus mengacu kepada UUJN.Jabatan Notaris

merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh negara, menempatkan

notaris sebagai jabatan merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang

sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu

serta bersifat berkesinambungan sebagai suatu lingkungan pekerjaan tetap.

b. Notaris mempunyai kewenangan tertentu

Setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan

hukumnya. Sebagai batasan agar jabatannya dapat berjalan dengan baik,

dan tidak bertabrakan dengan wewenang jabatan lainnya. Apabila

seseorang pejabat (notaris) melakukan suatu tindakan di luar wewenang

yang telah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar

wewenang. Wewenang notaris hanya dicantumkan dalam Pasal 15 ayat

(1), (2) dan (3) UUJN.

c. Diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah

Pasal 2 UUJN menyatakan bahwa notaris diangkat dan diberhentikan

oleh menteri (pemerintah), dalam hal ini menteri yang diberi tugas dan

tanggung jawabnya meliputi bidang kenotariatan (Pasal 1 angka 14

UUJN). Meskipun notaris secara administratif diangkat dan diberhentikan

oleh pemerintah, tidak berarti notaris menjadi subordinasi (bawahan) yang

mengangkatnya. Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya:

1. Bersifat mandiri (autonomous),

2. Tidak memihak siapapun (impartial),

139

Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, 2009, Ke Notaris, Raih Asa Sukses, Jakarta,

hal. 41.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

70

3. Tidak tergantung kepada siapapun (independent), yang berarti dalam

menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh pihak yang

mengangkatnya atau pihak lain.

d. Tidak menerima gaji atau pensiun dari yang mengangkatnya

Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, tetapi tidak

menerima gaji dan pensiun dari pemerintah. Notaris hanya menerima

honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya

(Pasal 36 ayat (1) UUJN). Notaris juga wajib memberikan jasa hukum di

bidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu

(Pasal 37 UUJN).

Jabatan notaris bukan suatu jabatan yang digaji, notaris tidak

menerima gajinya dari pemerintah sebagaimana halnya pegawai negeri,

akan tetapi dari mereka yang meminta jasanya. Notaris adalah pegawai

pemerintah tanpa gaji pemerintah, notaris dipensiunkan oleh pemerintah

tanpa mendapat pensiun dari pe merintah.140

e. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat

Kehadiran notaris untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

memerlukan akta otentik dalam bidang hukum perdata, sehingga notaris

mempunyai tanggung jawab untuk melayani masyarakat, masyarakat dapat

menggugat secara perdata notaris, dan menuntut biaya, ganti rugi dan

bunga jika ternyata akta tersebut dapat dibuktikan dibuat tidak sesuai

dengan aturan hukum yang berlaku, hal ini merupakan bentuk

akuntabilitas notaris kepada masyarakat.141

Peraturan yang ditujukan kepada Notaris sebagai pejabat umum

dimaksudkan, agar ada kepastian hukum di dalam perbuatan atau tugas tertentu

yang dibebankan kepada Notaris tersebut. Paulus Efendi Lotulung berpendapat

bahwa:142

“Pada dasarnya salah satu tugas yang terpenting bagi pemerintah sebagai

penguasa (overheid) adalah azas memberikan dan menjamin adanya rasa

kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakat. Dalam bidang tertentu

tugas itu oleh penguasa melalui Undang-Undang diberikan dan dipercayakan

kepada Notaris, dan sebaliknya masyarakat juga harus percaya bahwa akta

Notaris yang dibuat itu memberikan kepastian hukum bagi para warganya.”

Notaris dalam tugasnya sehari-hari menetapkan hukum dalam aktanya

sebagai akta autentik yang merupakan alat bukti yang kuat sehingga memberikan

140

G. H. S. Lumban Tobing, Op.Cit, hal. 36. 141

Habib Adjie II, Op.Cit, hal. 15-16. 142

Paulus Efendi Lotulung, edisi Januari 2000, Perlindungan Hukum Bagi Notaris Selaku

Pejabat Umum Dalam Menjalankan Tugasnya, Media Notariat (Menor) , hal. 43.

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

71

pembuktian lengkap kepada para pihak yang membuatnya. Alat bukti merupakan

keseluruhan bahan yang digunakan sebagai pembuktian dalam perkara yang

disidangkan di pengadilan.143

Bukti tertulis dalam perkara perdata merupakan

bukti yang utama, karena dalam lalu lintas keperdataan biasanya dengan sengaja

seseorang menyediakan suatu bukti yang dapat dipakai apabila terjadi suatu

perselisihan, dan bukti tadi lazimnya berupa tulisan.144

Sebagai pejabat umum, notaris diangkat oleh negara dan bekerja juga

untuk kepentingan negara. Namun demikian notaris bukanlah pegawai negeri,

sebab notaris tidak menerima gaji dari negara, melainkan hanya menerima

honorarium atau fee dari klien. Notaris dapat dikatakan sebagai pegawai

pemerintah yang tidak menerima gaji dari pemerintah, akan tetapi notaris

dipensiunkan oleh pemerintah, akan tetapi tidak menerima pensiun dari

pemerintah. Oleh karena itu, bukan saja notaris yang harus dilindungi tetapi juga

para konsumennya, yaitu masyarakat pengguna jasa notaris.145

2.3.3 Notaris Sebagai Profesi

Menurut Abdulkadir Muhammad, agar suatu pekerjaan dapat disebut suatu

profesi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:

1. Adanya spesialisasi pekerjaan;

2. Berdasarkan keahlian dan keterampilan;

3. Bersifat tetap dan terus menerus;

4. Lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan;

143

Bachtiar Effendie, Masdari Tasmin dan A.Chodari, 1991, Surat Gugat dan Hukum

Pembuktian dalam Perkara Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 49. 144

Darwan Prinst, 1998, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 157. 145

Suhrawardi K. Lubis, Op.Cit, hal 34.

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

72

5. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi;

6. Terkelompok dalam suatu organisasi profesi.146

Menurut C.S.T. Kansil, menjelaskan kaidah-kaidah pokok yang berlaku

bagi suatu profesi adalah sebagai berikut:

1. Profesi merupakan pelayan, karena itu mereka harus bekerja tanpa pamrih,

terutama bagi klien atau pasiennya yang tidak mampu;

2. Pelaksanaan pelayanan jasa profesional mengacu pada nilai-nilai luhur;

3. Pelaksana profesi berorientasi kepada masyarakat secara keseluruhan;

4. Pola persaingan dalam 1 (satu) profesi haruslah sehat.147

Sedangkan menurut E. Y. Kanter menyatakan bahwa sebuah profesi terdiri

dari kelompok terbatas orang-orang yang memiliki keahlian khusus dan dengan

keahlian itu mereka dapat berfungsi di dalam masyarakat dengan lebih baik

dibandingkan dengan warga masyarakat lain pada umumnya atau dalam

pengertian yang lain, sebuah profesi adalah sebutan atau jabatan dimana orang

yang menyandangnya memiliki pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui

training atau pengalaman orang lain dalam bidangnya sendiri.148

Daryl Koehn melihat seorang profesional sebagai orang yang

mengucapkan janji di hadapan publik dengan suatu komitmen moral,

mengemukakan kriteria seorang professional sebagai berikut:

1. Orang yang mendapat izin dari negara untuk melakukan suatu tindakan

tertentu;

146

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 58. 147

C.S.T. Kansil, 2003, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum (selanjutnya disebut dengan

C.S.T. Kansil III), Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 5. 148

E. Y. Kanter, 2001, Etika Profesi Hukum; Sebuah Pendekatan Religius, Storia Grafika,

Jakarta, hal. 63.

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

73

2. Menjadi anggota organisasi pelaku-pelaku yang sama-sama mempunyai

hak suara yang menyebarluaskan standar dan/atau cita-cita perilaku dan

yang saling mendisiplinkan karena melanggar standar itu;

3. Memiliki pengetahuan atau kecakapan yang hanya diketahui dan dipahami

oleh orang-orang tertentu saja serta tidak dimiliki oleh anggota-anggota

masyarakat lain;

4. Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya dan pekerjaannya itu

tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang lebih luas;

5. Secara publik di muka umum mengucapkan janji (sumpah) untuk memberi

bantuan kepada mereka yang membutuhkan bantuan.149

Salah satu perilaku seorang Notaris dalam menjalankan jabatannya adalah

senantiasa bersikap profesional. Menyandang jabatan selaku Notaris harus jujur

terhadap diri sendiri yang berlandaskan pada spiritual, moral, mental dan akhlak

baik dan benar. Selain mempunyai tingkat intelektual tinggi serta yang

mempunyai sifat netral/tidak memihak, independen, mandiri, tidak mengejar

materi, menjunjung harkat dan martabat Notaris yang profesional.150

Perilaku sehari-hari dalam menjalankan jabatannya harus professional

yang mengandung arti:

a. Sesuai dengan undang-undang, kode etik, anggaran dasar, anggaran rumah

tangga;

b. Sesuai dan menguasai teknik pembuatan akta;

c. Teliti, jeli dan sikap kehati-hatian harus diperhatikan;

d. Tidak terpengaruh dan tidak memihak;

e. Merelatir atau membuat sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya;

f. Tidak menghalalkan segala cara atau memaksakan kehendak;

g. Dalam waktu yang cepat dan tepat.151

2.3.4 Kode Etik Profesi Notaris

Setiap organisasi profesi memiliki kode etik yang diperlukan untuk

pedoman anggotanya dalam berprilaku. Etik berasal dari kata etika atau “Ethos”

149

Daryl Koehn, 2000, Landasan Etika Profesi, Kanisius, Yogyakarta, hal. 75. 150

Andi Prajitno, 2010, Apa dan Siapa Notaris di Indonesia?, Cetakan Pertama, Putra

Media Nusantara, Surabaya, hal. 92. 151

Ibid.

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

74

dalam bahasa Yunani yang berarti memiiiki watak kesusilaan atau beradat.152

Etika adalah refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia

sejauh berkaitan dengan norma-norma atau tentang tingkah laku manusia dari

sudut baik dan buruk.153

E.Y. Kanter memberikan tiga arti yang cukup lengkap

terhadap etika, yaitu;

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak).

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh satu golongan atau

masyarakat umum.154

K. Bartens memberikan pengertian etika, yaitu:

1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya.

2. Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral.

3. Etika bisa pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang

buruk.155

Kata “etika” yang secara etimologis berasal dari kata Yunani “ethos”. Di

dalam pengertian harafiah “etika” dimaknai sebagai “adat kebiasaan, “watak,”

atau “kelakuan manusia”. Tentu saja sebagai suatu istilah yang cukup banyak

152

Ignatius Ridwan Widyadharma, 1996, Etika Profesi Hukum, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang, hal. 7. 153

E.Y. Kanter, Op.Cit, hal. 11. 154

E.Y. Kanter, Op.Cit, hal 12. 155

K. Bertens, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 5-6.

Page 33: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

75

dipakai sehari-hari, kata "etika" tersebut memiliki arti yang lebih Iuas dari hanya

sekedar arti etimologis harafiah.156

Pemakaian sehari-hari sekurang-kurangnya dapat dibedakan tiga arti kata

“etika”, yaitu: Pertama, sebagai “sistem nilai”, berarti nilai-nilai dan norma-norma

moral yang menjadi pedoman perilaku manusia, kedua, etika adalah “Kode Etik”,

maksudnya, kumpulan norma dan nilai moral yang wajib diperhatikan oleh pemegang

profesi tertentu, ketiga, etika adalah ilmu yang melakukan refleksi kritis dan

sistematis tentang moralitas. Etika dalam arti ini sama dengan filsafat moral.157

Etika profesi menurut Liliana Tedjosaputra adalah:

Keseluruhan tuntutan moral yang terkena pada pelaksanaan suatu profesi,

sehingga etika profesi memperhatikan masalah ideal dan praktek-praktek

yang berkembang karena adanya tanggung jawab dan hak-hak istimewa yang

melekat pada profesi tersebut, yang merupakan ekspresi dari usaha untuk

menjelaskan keadaan yang belum jelas dan masih samar-samar dan

merupakan penerapan nilai-nilai moral yang umum dalambidang khusus yang

lebih dikonkretkan lagi dalam Kode Etik.158

Kode Etik dijelaskan bahwa:

Yang dimaksud dengan Kode Etik adalah suatu tuntunan, bimbingan atau

pedoman moral atau kesusilaan untuk suatu profesi tertentu atau merupakan

daftar kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang disusun oleh para

anggota profesi itu sendiri dan mengikat mereka dalam

mempraktekkannya.159

Kode Etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan, atau pedoman moral atau

kesusilaan Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang diangkat

pemerintah dalam rangka pemberian pelayanan umum, khususnya dalam bidang

pembuatan akta. Dalam hal ini dapat mencakup baik Kode Etik Notaris yang

156

Refik Isa Beekum, 2004, Etika Bisnis Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 3. 157

Ibid. 158

Liliana Tedjosaputro I, Op.Cit, hal. 9. 159

Liliana Tedjosaputro I, Op.Cit, hal. 9.

Page 34: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

76

berlaku dalam organisasi (I.N.I), maupun Peraturan Jabatan Notaris di Indonesia

yang berasal dari Reglement op het Notaris.160

Notaris dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk selalu mengikuti etika

yang sudah disepakati bersama dalam bentuk kode etik. Kode etik merupakan

norma atau peraturan yang praktis mengenai suatu profesi, baik tertulis maupun

tidak tertulis. Kode etik memuat etika yang berkaitan dengan sikap yang

didasarkan pada nilai dan standar perilaku orang yang dinilai baik atau buruk

dalam menjalankan profesinya. Hal-hal tersebut kemudian secara mandiri

dirumuskan, ditetapkan, dan ditegakkan oleh organisasi profesi.161

Kalangan notaris membutuhkan adanya pedoman objektif yang konkret

pada perilaku profesionalnya. Oleh sebab itu diperlukan kaidah perilaku sebagai

pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban profesi notaris yang muncul dari

dalam lingkungan para notaris itu sendiri. Pada dasarnya kode etik notaris

bertujuan untuk menjaga martabat profesi yang bersangkutan dan juga untuk

melindungi klien (warga masyarakat) dari penyalahgunaan keahlian atau otoritas

professional di lain pihak.162

Standar etik notaris telah dijabarkan dalam Kode

Etik Notaris yang wajib dipatuhi oleh segenap notaris. Kode Etik Notaris memuat

kewajiban serta larangan bagi notaris yang sifatnya praktis. Terhadap pelanggaran

kode etik terdapat sanksi-sanksi organisasi dan tanggung jawab secara moril

160

Liliana Tedjosaputro I, Op.Cit, hal. 10. 161

Herlien Budiono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan

(selanjutnya disebut Herlien Budiono II), Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 164 162

Ibid, hal. 170.

Page 35: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

77

terhadap citra notaris, baik sekarang maupun keberadaan lembaga notariat pada

masa yang akan datang.163

Kedudukan kode etik bagi Notaris sangatlah penting, bukan hanya karena

Notaris merupakan suatu profesi sehingga perlu diatur dalam kode etik, melainkan

juga karena sifat dan hakikat dari pekerjaan Notaris yang sangat berorientasi pada

legalisasi, sehingga dapat menjadi fundamen hukum utama tentang status harta

benda, hak, dan kewajiban seorang klien yang menggunakan jasa Notaris

tersebut.164

Jabatan yang diemban Notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang

diamanatkan oleh Undang-Undang dan masyarakat, untuk itulah seorang Notaris

bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya

dengan selalu menjunjung tinggi etika hukum dan martabat serta keluhuran

jabatannya, sebab apabila haI tersebut diabaikan oleh seorang Notaris maka akan

berbahaya bagi masyarakat umum yang dilayaninya. Dalam menjalankan

jabatannya Notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah hidup dan

berkembang di masyarakat. Selain dari adanya tanggung jawab dari etika profesi,

adanya integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus

dimiliki oleh seorang Notaris.165

Pasal 1 ayat 2 Kode Etik Notaris (Ikatan Notaris Indonesia), menyatakan

bahwa kode etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan

lkatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut "Perkumpulan"

berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan

163

Herlien Budiono II, Loc.Cit. 164

Munir Fuady III, Op.Cit, hal. 133. 165

K. Bertens, Op.Cit, hal. 282-283.

Page 36: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

78

diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan

yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan

dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk

didalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris

Pengganti Khusus.

Kode etik Notaris juga mengatur mengenai kewajiban, larangan serta

sanksi. Permasalahan yang dialami oleh Notaris pastilah hal tersebut merupakan

akibat dari pelanggaran kewajiban yang harus ditaati Notaris. Kewajiban dalam

Kode Etik Notaris diatur dalam Pasal 3, sebagai berikut:

Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris

wajib:

1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik.

2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan Notaris.

3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan.

4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab,

berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan

Notaris.

5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada

ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan.

6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara.

7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa keNotarisan lainnya untuk

masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.

8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut

merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam

melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.

9. Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan/di lingkungan kantornya

dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau 200

cm x 80 cm, yang memuat:

a. Nama lengkap dan gelar yang sah;

b. Tanggal dan nomor surat keputusan pengangkatan yang terakhir

sebagai Notaris;

c. Tempat kedudukan;

d. Alamat kantor dan nomor telepon/fax. Dasar papan nama berwarna

putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama

harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut

tidak dimungkinkan untuk pemasangan papan nama dimaksud.

Page 37: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

79

10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang

diselenggarakan oleh perkumpulan, menghormati, mematuhi,

melaksanakan setiap dan seluruh keputusan perkumpulan.

11. Membayar uang iuran perkumpulan secara tertib.

12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang

meninggal dunia.

13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium

ditetapkan perkumpulan.

14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan

penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-

alasan yang sah.

15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam

melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling

memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati, saling

menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi

dan tali silaturahim.

16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengari baik, tidak membedakan

status ekonomi dan/atau status sosialnya.

17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai

kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas

pada ketentuan yang tercantum dalam : a. UU Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris; b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris; c. Isi Sumpah Jabatan Notaris; d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris

Indonesia;

Larangan dan sanksi dalam kode etik Notaris diatur dalam Pasal 4 dan 6,

sebagai berikut;

Pasal 4

Notaris dilarang:

1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun

kantor perwakilan.

2. Memasang papan nama dan/atau tulisan yang berbunyi “Notaris/

Kantor Notaris" di luar lingkungan kantor.

3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara

bersama-sama, dengan mencantumkan nama dan jabatannya,

menggunakan sarana media cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk:

a. Iklan;

b. Ucapan selamat;

c. Ucapan belasungkawa;

d. Ucapan terima kasih;

e. Kegiatan pemasaran;

f. Kegiatan sponsor, baik dalam bidang sosial, keagamaan, maupun

olahraga;

Page 38: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

80

4. Bekerja sama dengan Biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada

hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau

mendapatkan klien.

5. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah

dipersiapkan oleh pihak lain.

6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditanda tangani.

7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang

berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan

langsung kepadaklien yang bersangkutan maupun melalui perantara

orang lain.

8. Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-

dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan

psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta

padanya.

9. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang

menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan

sesama rekan Notaris.

10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah

yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan Perkumpulan.

11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan

kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang

bersangkutan.

12. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang

dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau

menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata

didalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau

membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahukan

kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang

dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggurui, melainkan untuk

mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap klien yang

bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut.

13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat ekslusif

dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau

lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk

berpartisipasi.

14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangundangan yang berlaku.

15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut

sebagai pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun

tidak terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap:

a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun

2004 tentang JabatanNotaris;

b. Penjelasan pasal 19 ayat (2) Undang-undang Nomor 30 tahun 2004

tentang Jabatan Notaris;

c. Isi sumpah jabatan Notaris;

Page 39: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

81

d. Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran

Rumah Tangga dan/atau Keputusan-Keputusan lain yang telah

ditetapkan oleh organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh

dilakukan oleh anggota.

Pasal 6

1. Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran

Kode Etik dapat berupa:

a. Teguran;

b. Peringatan;

c. Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;

d. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;

e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan

Perkumpulan.

2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai diatas terhadap anggota

yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas dan kwalitas

pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut.

Dalam menjalankan tugasnya seorang notaris harus berpegang teguh

kepada kode etik jabatan notaris. Dalam kode etik Notaris Indonesia telah

ditetapkan beberapa kaidah yang harus dipegang teguh oleh notaris (selain

memegang teguh kepada peraturan jabatan notaris).

2.4 Kewenangan, Kewajiban dan Larangan

Pasal 1 UUJN menyebutkan mengenai kewenangan Notaris, kewenangan

Notaris sendiri sudah diatur dalam Pasal 15 UUJN sebagai berikut:

(1) Notaris berwenang membuat Akta Autentik mengenai semua

perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan

perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang

berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin

kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan

grosse, salinan dan kutioan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan

Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain

atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris

berwenang pula:

a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat

dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

Page 40: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

82

b. Membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku

khusus;

c. Membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang

memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat

yang bersangkutan;

d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan

Akta;

f. Membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

g. Membuat Akta risalah lelang.

(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),

Notaris mempunyai kewenangan lainnya yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan wewenang yang ada pada Notaris sebagaimana disebut dalam

Pasal 15 UUJN, maka ada 2 kesimpulan, yaitu:166

1. Tugas jabatan Notaris adalah memformulasikan keinginan atau tindakan

para pihak ke dalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum

yang berlaku.

2. Akta Notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian

sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti

lainnya. Jika ada pihak yang menilai bahwa akta tersebut tidak benar,

maka pihak yang menilai itu wajib membuktikan penilaiannya atau

pernyataanya sesuai aturan hukum yang berlaku.

Pasal 15 ayat (3) UUJN merupakan kewenangan Notaris yang ditentukan

kemudian berdasarkan aturan hukum lain yang akan datang. Wewenang Notaris

yang ditentukan kemudian merupakan wewenang yang akan ditentukan

berdasarkan peraturan perundang-undangan ditentukan dalam Pasal 1 angka 2

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan adalah:

166

Habib Adjie I, Op.Cit, hal. 35.

Page 41: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

83

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan terrtulis yang memuat

norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan

oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang

ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.167

Wewenang utama Notaris adalah membuat akta otentik, tetapi tidak semua

pembutan akta otentik menjadi wewenang Notaris. Akta yang dibuat oleh pejabat

lain, bukan merupakan wewenang Notaris, seperti akta kelahiran, akta pernikahan

dan akta perceraian dibuat oleh pejabat selain Notaris. Akta yang dibuat Notaris

hanya akan menjadi otentik, apabila Notaris mempunyai wewenang yang meliputi

4 hal, yaitu:

a. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuat itu;

b. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan

siapa akta itu dibuat;

c. Notaris harus berwenang sepanjang tempat, dimana akta itu dibuat;

d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta

itu.168

Hal-hal yang mengatur mengenai kewajiban dan larangan Notaris diatur

dalam Pasal 16 dan Pasal 17 UUJN, sebagai berikut:

Pasal 16:

(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib:

a. bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan

menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;

b. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya

sebagai bagian dari Protokol Notaris;

c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada

Minuta Akta;

d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta

berdasarkan Minuta Akta;

167

Habib Adjie II, Op.Cit, hal. 82 168

G. H. S. Lumban Tobing, Op.Cit, hal. 49.

Page 42: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

84

e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-

Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan

segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta sesuai

dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan

lain;

g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku

yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika

jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut

dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah

Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap

buku;

h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak

diterimanya surat berharga;

i. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut

urutan waktu pembuatan Akta setiap bulan;

j. mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i

atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar

wasiat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada

minggu pertama setiap bulan berikutnya;

k. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada

setiap akhir bulan;

l. mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara

Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan

nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan;

m. membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh

paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi

khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan

ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan

Notaris; dan

n. menerima magang calon Notaris.

(2) Kewajiban menyimpan Minuta Akta sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan Akta in

originali.

(3) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. Akta pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun;

b. Akta penawaran pembayaran tunai;

c. Akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat

berharga;

d. Akta kuasa;

e. Akta keterangan kepemilikan; dan

f. Akta lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Akta in originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat

lebih dari 1 (satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi

Page 43: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

85

yang sama, dengan ketentuan pada setiap Akta tertulis kata-kata

“BERLAKU SEBAGAI SATU DAN SATU BERLAKU UNTUK

SEMUA".

(5) Akta in originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama penerima

kuasa hanya dapat dibuat dalam 1 (satu) rangkap.

(6) Bentuk dan ukuran cap atau stempel sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf l ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

(7) Pembacaan Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak

wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar Akta tidak

dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan

memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan

dalam penutup Akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf

oleh penghadap, saksi, dan Notaris.

(8) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikecualikan terhadap

pembacaan kepala Akta, komparasi, penjelasan pokok Akta secara

singkat dan jelas, serta penutup Akta.

(9) Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m dan

ayat (7) tidak dipenuhi, Akta yang bersangkutan hanya mempunyai

kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.

(10) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak berlaku

untuk pembuatan Akta wasiat.

(11) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a sampai dengan huruf l dapat dikenai sanksi berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pemberhentian sementara;

c. pemberhentian dengan hormat; atau

d. pemberhentian dengan tidak hormat.

(12) Selain dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (11),

pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf j dapat menjadi

alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut

penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

(13) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf n dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis.”

Pasal 17:

(1) Notaris dilarang:

a. Menjalankan jabatan diluar wilayah jabatannya;

b. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja

berturut-turut tanpa alas an yang sah;

c. Merangkap sebagai pegawai negeri;

d. Merangkap jabatan sebagai pejabat negara;

e. Merangkap jabatan sebagai advokat;

f. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha

milik negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta;

g. Merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau

Pejabat Lelang Kelas II di luar tempat kedudukan Notaris;

Page 44: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

86

h. Menjadi Notaris pengganti; atau

i. Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama,

kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan

dan martabat Notaris.

(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat dikenai sanksi berupa:

a. Peringatan tertulis;

b. Pemberhentian sementara;

c. Pemberhentian dengan hormat;

d. Pemberhentian dengan tidak hormat.

Dalam menjalankan tugasnya, Notaris harus menyadari kewajibannya,

bekerja mandiri, jujur, tidak memihak dan penuh rasa tanggung jawab serta

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan

sebaik-baiknya. Profesi Notaris termasuk ke dalam jenis profesi yang dinamakan

profesi luhur untuk membantu memberikan kepastian terhadap hubungan hukum

yang dibangun para pihak dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat,

sehingga penghasilan atas jasanya seharusnya bukan dijadikan motivasi utamanya.

Dalam kaitan itu, yang menjadi motivasi utamanya adalah kesediaan yang

bersangkutan untuk melayani sesamanya.169

Ketentuan mengenai penjatuhan sanksi terdapat pada Pasal 84 dan Pasal

85 UUJN, sebagai berikut:

Pasal 84:

“tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1)

huruf k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal

52 yang mengakibatkan suatu hanya mempunyai kekuatan pembuktian

sebagai akta dibawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat

menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut

penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.”

169

C.S.T Kansil III, Op.Cit, hal. 5.

Page 45: BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Perbuatan Melawan Hukum II.pdf45 juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat Hukum Perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan

87

Pasal 85:

“Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 16 ayat

(1) huruf a, Pasal 16 ayat (1) huruf b, Pasal 16 ayat (1) huruf c, Pasal 16 ayat

(1) huruf d, Pasal 16 ayat (1) huruf e, Pasal 16 ayat (1) huruf f, Pasal 16 ayat

(1) huruf g, Pasal 16 ayat (1) huruf h, Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat

(1) huruf j, Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal 17, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 32,

Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58, Pasal 59, dan/atau Pasal 63 dapat dikenai sanksi

berupa:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis;

c. Pemberhentian sementara;

d. Pemberhentian dengan hormat; atau

e. Pemberhentian dengan tidak hormat.”

Secara prinsip, notaris bersifat pasif melayani para pihak yang menghadap

kepadanya. Notaris hanya bertugas mencatat atau menuliskan dalam akta apa-apa

yang diterangkan para pihak, tidak berhak mengubah, mengurangi atau menambah

apa yang diterangkan para penghadap.170

Menurut Yahya Harahap, sikap yang

demikian dianggap terlampau kaku, oleh karena itu pada masa sekarang muncul

pendapat bahwa notaris memiliki kewenangan untuk mengkonstantir atau

menentukan apa yang terjadi di hadapan matanya, oleh karena itu dia berhak

mengkonstantir atau menentukan fakta yang diperolehnya guna meluruskan isi

akta yang lebih layak.171

170

Subekti, 1987, Hukum Pembuktian (selanjutnya disebut dengan Subekti I), Pradnya

Paramita, Jakarta, hal 27. 171

Yahya Harahap, 2010, Hukum Acara Perdata, Tentang Gugatan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan (selanjutnya disebut Yahya Harahap I), Cetakan Kesepuluh,

Sinar Grafika, Jakarta, hal 573.