24
1 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN WARALABA 2.1. Pengertian Perjanjian Secara umum dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak berjanji akan menaati apa yang tersebut dalam perjanjian yang telah disepakatinya. Subekti mengemukakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji untuk melakukan suatu hal. Dalam BW (KUHPerdata) terdapat rumusan mengenai perjanjian ini yang tercantum pada pasal 1313, yang menegaskan bahwa perjanjian sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan satu orang atau lebih. 1 Agar supaya perjanjian yang dibuat oleh para pihak menjadi sah harus dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 1320 BW (KUHPerdata) yaitu sebagai berikut: 1. adanya kesepakatan dari para pihak yang membuat perjanjian. Artinya untuk membuat perjanjian tidak boleh ada paksaan, tidak boleh ada penipuan, dan tidak boleh ada kekhilafan. Kalau ada perjanjian dibuat dengan tidak sepakat maka perjanjian itu dapat dimintakan pembatalannya. 2. para pihak harus cakap (wenang) bertindak dalam hukum. Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap (wenang) untuk membuat perjanjian. Maksudnya orang yang cakap (wenang) adalah orang 1 Juajir Sumardi, 1995, Aspek-aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 37-38.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

1

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN WARALABA

2.1. Pengertian Perjanjian

Secara umum dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian

adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih,

dimana masing-masing pihak berjanji akan menaati apa yang tersebut dalam perjanjian

yang telah disepakatinya. Subekti mengemukakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu

peristiwa dimana seorang berjanji untuk melakukan suatu hal. Dalam BW

(KUHPerdata) terdapat rumusan mengenai perjanjian ini yang tercantum pada pasal

1313, yang menegaskan bahwa perjanjian sebagai suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan satu orang atau lebih.1

Agar supaya perjanjian yang dibuat oleh para pihak menjadi sah harus

dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 1320 BW (KUHPerdata) yaitu

sebagai berikut:

1. adanya kesepakatan dari para pihak yang membuat perjanjian.

Artinya untuk membuat perjanjian tidak boleh ada paksaan, tidak boleh ada

penipuan, dan tidak boleh ada kekhilafan. Kalau ada perjanjian dibuat dengan

tidak sepakat maka perjanjian itu dapat dimintakan pembatalannya.

2. para pihak harus cakap (wenang) bertindak dalam hukum.

Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap (wenang)

untuk membuat perjanjian. Maksudnya orang yang cakap (wenang) adalah orang

1 Juajir Sumardi, 1995, Aspek-aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 37-38.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

2

yang sudah dewasa, orang yang tidak berada dibawah pengampuan (curatele)

seperti orang yang sakit otak, mata gelap, pemabok, penjudi, dan sebagainya.

3. sesuatu hal tertentu.

Artinya yang menjadi objek perjanjian tersebut, misalnya perjanjian waralaba

jenis apa, makanankah, restorankah, dan sebagainya, kalau hal ini tidak dapat

ditentukan maka perjanjian tersebut batal demi hukum, artinya perjanjian itu

tidak sah.

4. sebab yang halal.

Artinya perjanjian itu dibuat tidak bertentangan dengan undang-undang, agama,

ketertiban umum, dan kesusilaan. Kalau ini tidak halal, artinya bertentangan

dengan undang-undang, agama, ketertiban umum, dan kesusilaan, maka

perjanjian yang dibuat itu tidak sah.

Keempat syarat inilah yang harus dipenuhi. Apabila sudah dipenuhi, barulah perjanjian

itu disebut perjanjian yang sah. Apabila perjanjian dibuat secara sah maka berlakulah ia

sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya (pasal 1338 BW (KUHPerdata)).

Adapun asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian adalah:2

1. asas kebebasan berkontrak.

Yang dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak adalah bahwa para pihak

bebas mengadakan perjanjian menurut kehendaknya sendiri, baik terhadap

perjanjian yang sudah diatur dalam undang-undang maupun yang belum ada

pengaturannya. Dengan asas ini, sering disebut bahwa hukum perjanjian

menganut sistem terbuka sebagaimana diatur dalam pasal 1338 BW

(KUHPerdata).

2 Ibid, hal. 40-43.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

3

2. asas kesepakatan (konsesual).

Maksud dari asas ini adalah bahwa untuk lahirnya suatu perjanjian cukup

dengan dicapainya kata sepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut,

maka pada saat itu pula perjanjian sudah sah atau lahir dan mempunyai kekuatan

mengikat tanpa harus diikuti oleh perbuatan hukum lain kecuali perjanjian yang

bersifat formal. Asas konsensus ini merupakan asas yang universal yang terdapat

dalam BW (KUHPerdata) khususnya dalam hukum perikatan. Konsensus

merupakan syarat mutlak bagi lahirnya perjanjian dalam hukum perjanjian

modern.

3. asas itikad baik.

Asas itikad baik ini sangat penting dalam membuat suatu perjanjian. Yang

dimaksud dengan itikad baik ini adalah bertindak sebagai pribadi yang baik.

Asas ini berkaitan langsung dengan perlindungan hukum bagi para pihak bila

suatu ketika terjadi sengketa di pengadilan.

4. asas kekuatan mengikat (Pacta Sunt Servanda).

Asas ini dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat (1) BW (KUHPerdata) yang

menegaskan bahwa “semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya”, Konsekuensi dari asas ini

adalah bahwa sejak dipenuhinya syarat sahnya perjanjian, maka sejak saat itu

pula perjanjian itu mengikat bagi para pihak. Mengikat sebagai undang-undang

berarti pelanggaran terhadap perjanjian tersebut berakibat hukum sama dengan

melanggar undang-undang.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

4

5. asas berlakunya perjanjian.

Pada dasarnya perjanjian itu hanya mengikat bagi para pihak yang membuatnya,

oleh karena itu perjanjian yang di buat tidak boleh merugikan atau

menguntungkan pihak ketiga kecuali perjanjian tersebut dibuat untuk

kepentingan pihak ketiga.

6. asas kepatutan dan kebiasaan.

Dalam pasal 1339 BW (KUH Perdata) menegaskan bahwa “perjanjian tidak

hanya mengikat terhadap hal-hal yang diatur secara tegas di dalamnya tetapi

juga terhadap hal-hal yang menurut sifatnya diharuskan oleh kepatutan,

kebiasaan, atau undang-undang.

Tahapan penyusunan kontrak perjanjian adalah sebagai berikut:3

1. pra kontraktual.

Di dalam tahap ini para pihak sedang saling menjajaki, dalam tahapan ini terjadi

negosiasi antara kedua belah pihak, tawar menawar, demand, dan supply, sampai

terjadinya konsensus. Negosiasi adalah proses untuk mencapai kesepakatan

mengenai satu kerjasama dimana para pihak saling memberikan konsensi satu

sama lain, meliputi:

1) negosiasi

2) Memorandum Of Understanding (MOU)

3) studi kelayakan

4) negosiasi (lanjutan)

3 Tahapan Penyusunan Kontrak, www.wordpress.com, diakses 28 Desember 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

5

2. tahap kontraktual.

Tahap mulai terjadinya perjanjian sampai pelaksanaan perjanjian selsesai, dalam

tahap ini dilaksanakan pemenuhan syarat sahnya kontrak, pelaksanaan prestasi

sampai berakhirnya kontrak, meliputi:

1) penulisan naskah awal

2) perbaikan naskah

3) penulisan naskah akhir

4) penandatanganan

3. post Kontraktual.

Tahap setelah perjanjian selesai, yaitu masa pemeliharaan, jaminan cacat

tersembunyi, atau fase garansi, meliputi:

1) pelaksanaan

2) penafsiran

2.2. Pengertian Franchise/Waralaba

Kosa kata Franchise berasal dari bahasa Perancis kuno yang artinya “Hak

Khusus” atau “Kebebasan”. Saat itu “Hak Khusus” diberikan kepada seseorang oleh

pemerintah atau pejabat tinggi untuk menyelenggarakan pasar atau pertunjukan

keramaian atau melakukan operasi sebuah feri ataupun pemakaian jembatan. Konsep

Franchise itu kemudian diperluas raja saat itu dalam segala bentuk kegiatan, antara lain

diberikannnya hak khusus kepada seseorang untuk membangun jalan hingga

mencampur bir. Lalu praktik dan kebiasaan ini menjadi bagian dari sumber hukum

Common Law di Eropa.4

4 P. Lindawaty S.Sewu, 2004, Franchise: Pola Bisnis Spektakuler Dalam Prespektif Hukum dan

Ekonomi, Utomo, Bandung, hal. 15

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

6

Usaha waralaba sebenarnya telah lama ada di Eropa dengan nama Franchise.

Pengertian waralaba dapat diambilkan dari pengertian Franchising. Franchising

(kadangkala disebut orang perjanjian Franchisee) untuk menggunakan kekhasan usaha

atau ciri pengenal bisnis dibidang perdagangan/jasa berupa jenis produk dan bentuk

yang diusahakan termasuk identitas perusahaan (logo, merek dan desain perusahaan,

penggunaan rencana pemasaran serta pemberian bantuan yang luas, waktu/ saaat/ jam

operasional, pakaian usaha atau ciri pengenal bisnis dagang/ jasa milik Franchisor).

Rumusan yang mengatakan perjanjian Franchising adalah suatu perjanjian dimana

Franchisee menjual produk atau jasa sesuai dengan cara dan prosedur yang telah

ditetapkan oleh Franchisor yang membantu melalui iklan, promosi, dan jasa-jasa

nasihat lainnya.

Waralaba adalah terjemahan bebas dari kata Franchise, kata “waralaba” pertama

kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM)

sebagai padanan kata Franchise. Waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih

atau istimewa dan “laba” yang berarti untung. Jadi waralaba berarti usaha yang

memberikan keuntungan yang lebih atau istimewa, berbeda dengan sistem bisnis

konvensional yang sudah ada. Amir Karamoy menyatakan bahwa waralaba bukan

terjemahan langsung konsep Franchise. Dalam konteks bisnis, Franchise berarti

kebebasan untuk menjalankan usaha secara mandiri di wilayah tertentu. Secara harfiah,

waralaba berarti hak untuk menjalankan usaha atau bisnis di daerah yang telah

ditentukan. Secara historis, waralaba didefinisikan sebagai penjualan khusus suatu

produk di suatu daerah tertentu dimana produsen memberikan latihan kepada

perwakilan penjualan dan menyediakan produk informasi dan iklan, sementara ia

mengontrol perwakilan yang menjual produk di daerah yang telah ditentukan. Macam

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

7

waralaba yang umum saat ini adalah bisnis format waralaba. Dalam transaksi semacam

ini, pemberi lisensi waralaba telah mengembangkan produk atau jasa dan keseluruhan

sistem distribusi atau pengaturan serta pemasaran produk atau jasa tersebut.5

Amir Karamoy menyatakan bahwa secara hukum waralaba berarti persetujuan

legal atas pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa

dari pemilik (pewaralaba) kepada pihak lain (terwaralaba) yang diatur dalam suatu

aturan permainan tertentu.6 Di Indonesia, kerjasama waralaba dipelopori oleh

perusahaan-perusahaan multinasional, sitem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-

an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.

Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem

pembelian lisensi plus, yaitu Franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga

memiliki hak untuk memproduksi produknya. Pada tahun 1991 berdiri Asosiasi

Franchise Indonesia (AFI) sebagai wadah yang menaungi pewaralaba dan terwaralaba.7

Waralaba adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan

(Franchisor) memberi hak pada pihak independen (Franchisee) untuk menjual produk

atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan oleh Franchisor,

Franchisee menggunakan nama, Goodwill, produk dan jasa, prosedur pemasaran,

keahlian, sistem prosedur operasional, dan fasilitas penunjang dari perusahaan

Franchisor. Sebagai imbalannya Franchisee membayar Initial Fee dan Royalti (biaya

pelayanan manajemen) pada perusahaan Franchisor sperti yang diatur dalam perjanjian

waralaba.

Penjelasan Pasal 27 ayat (4) UU No. 9 tahun 1995 memberi definisi bahwa:

5 Lindsey et. al., 2006, Hak Kekayaan Intelektual, Alumni, Jakarta, hal. 339

6 Amir Karamoy, 2006, Sukses Usaha Lewat Waralaba,Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta, hal.

3

7 www.afi.com diakses tanggal 28 Desember 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

8

Pola Waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya pemberi waralaba

memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi

perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan

manajemen.

2.3. Perjanjian Waralaba

Unsur-unsur waralaba (Franchise) tersebut, ialah:

1. merupakan suatu perjanjian

2. penjualan produk/jasa dengan merek dagang pemilik waralaba (Franchisor)

3. pemilik waralaba membantu pemakai waralaba (Franchisee) dibidang

pemasaran, manajemen, dan bantuan tehnik lainnya.

4. pemakai waralaba membayar Fee atau Royalti atas penggunaan merek pemilik

waralaba.

Karakter dasar Franchise adalah sebagai berikut:

1) harus ada suatu perjanjian tertulis yang mewakili kepentingan yang seimbang

antara Franchisor dengan Franchisee. Isi kontrak pada dasarnya dapat

dinegosiasi. Isi kontrak hendaknya didasarkan pada kesepakatan kedua belah

pihak

2) franchisor harus memberikan pelatihan dalam segala aspek bisnis yang akan

dimasukinya. Juga memelihara kelangsungan usaha Franchise dengan

memberikan dukungan dalam berbagai aspek bisnis

3) franchisee diperbolehkan (dalam kendali Franchisor) beroperasi dengan

menggunakan nama/ merek dagang format dan atau prosedur serta segala nama

(reputasi) baik yang dimiliki Franchisor

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

9

4) franchisee harus mengadakan investasi yang berasal dari sumber dananya

sendiri atau dengan dukungan sumber dana lain. Pada Outlet (tempat penjualan)

yang di kelola Franchisee, tidak ada investasi langsung dari Franchisor

5) franchisee berhak secara penuh mengelola bisninsnya sendiri

6) franchisee membayar Fee dan atau Royalty kepada Franchisor atas hak yang

didapatnya dan atas bantuan yang terus-menerus diberikan oleh Franchisor

7) franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu dimana ia adalah satu-

satunya pihak yang berhak memasarkan barang atau jasa yang dihasilkannya

8) transaksi yang terjadi antara Franchisor dengan Franchisee bukan merupakan

transaksi yang terjadi antara cabang dari perusahaan induk yang sama atau

antara individu dengan perusahaan yang dikontrolnya.

Franchise pada dasarnya mengandung elemen-elemen pokok yaitu:

1) franchisor yaitu pihak pemilik/ produsen dari barang atau jasa yang telah

memiliki merek tertentu serta memberikan atau melisensikan hak eksklusif

tertentu untuk pemasaran dari barang atau jasa itu

2) franchisee yaitu pihak yang menerima hak eksklusif itu dari Franchisor

3) adanya penyerahan hak-hak secara eksklusif dari Franchisor kepada Franchisee

4) adanya penetapan wilayah tertentu, Franchise area dimana Franchise diberikan

hak untuk beroperasi di wilayah tertentu

5) adanya imbal-prestasi dari Franchisee kepada Franchisor yang berupa Initial

Fee dan Royalty serta biaya-biaya lain yang disepakati oleh kedua belah pihak

6) adanya standar mutu yang ditetapkan oleh Franchisor bagi Franchisee, serta

supervise secara berkala dalam rangka mempertahankan mutu.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

10

Asas-asas perjanjian Franchise didasarkan pada:8

1. asas kebebasan berkontrak.

Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat

secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya

2. asas konsensualitas.

Perjanjian ini sudah dianggap ada saat tercapainya kesepakatan tentang hal-hal

yang diperjanjikan

3. asas itikad baik.

Franchisor dengan itikad baik harus menjamin hak-hak yang akan diberikan

kepada Franchisee itu benar-benar miliknya bukan sebagai hasil kejahatan, dan

pihak Franchisee harus mewujudkan kewajiban yang harus diberikan kepada

Franchisor dengan baik serta itikad baik

4. asas kerahasiaan.

Pada dasarnya bisnis dengan pola Franchise sangat mengandalkan ciri khas dari

suatu produk barang/jasa. Sehingga apabila unsure kerahasiaan dari Trade

Secret Know How tidak dijaga dengan baik hal ini akan merugikan Franchisor

karena mengakibatkan ciri khas dari Franchise yang ada diketahui oleh pihak

ketiga

5. asas persamaan hukum.

Perjanjian bisnis waralaba hendaknya dibuat atas dasar kesamaan hak di depan

hukum, baik bagi pemberi hak waralaba maupun penerima hak waralaba

8 P. Lindawaty S. Sewu, 2004, Franchise: Pola Bisnis Spektakuler Dalam Prespektif Hukum dan

Ekonomi, Utomo, Bandung, hal. 31-35

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

11

6. asas keseimbangan.

Franchisor dinilai mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi namun

Franchisor memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan

itikad baik. Asas keseimbangan menekankan pada keseimbangan antara hak dan

kewajiban dari para pihak secara wajar dengan tidak membebani salah satu

pihak saja.

Waralaba merupakan salah satu bentuk format bisnis dimana pihak pertama yang

disebut Franchisor memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut Franchisee untuk

mendistribusikan barang/ jasa dalam lingkup area geografis dan periode waktu tertentu

mempergunakan merek, logo, dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh

Franchisor. Pemberi hak ini dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba (Franchise

Agreement).9

Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007 tentang waralaba dalam pasal 1 angka

(1) dan Permendagri No. 31 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba pasal 1 ayat

(1) menyebutkan definisi waralaba sebagai berikut:

Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan

usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan

barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan

dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Peraturan Menteri No. 12/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata

Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba Pasal 1 angka (1)

mendefinisikan waralaba ialah:

Perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima

waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan

9 www.smfranchise.com diakses 28 Desember 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

12

atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas

usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan

persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban

menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh

pemberi waralaba kepada penerima waralaba.

Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba dan Pasal 2

Permendagri No. 31 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba menyebutkan

bahwa waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) memiliki ciri khas usaha.

Yang dimaksud dengan ciri khas usaha adalah suatu usaha yang memiliki

keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan usaha lain

sejenis, dan membuat konsumen selalu mencari ciri khas dimaksud. Misalnya

sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan, atau penataan atau cara

distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari pemberi waralaba

b) terbukti sudah memberikan keuntungan.

Yang dimaksud dengan terbukti sudah memberikan keuntungan adalah

menunjuk pada pengalaman pemberi waralaba yang telah dimiliki yang kurang

lebih 5 tahun dan telah memiliki kiat-kiat bisnis untuk mengatasi masalah-

masalah dalam perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih bertahan dan

berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan

c) memiliki standar atas pelayanan dan barang atau jasa yang ditawarkan yang

dibuat secara tertulis.

Yang dimaksud adalah bahwa usaha tersebut sangat membutuhkan standar

secara tertulis supaya penerima waralaba dapat melaksanakan usaha dalam

kerangka kerja yang jelas dan sama (Standart Operasional Prosedur)

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

13

d) mudah diajarkan dan diaplikasikan.

Yang dimaksud disini adalah mudah dilaksanakan sehingga penerima waralaba

yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis

dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan bimbingan operasional dan

menejemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh pemberi waralaba

e) adanya dukungan yang berkesinambungan.

Yang dimaksud adalah dukungan dari pemberi waralaba kepada penerima

waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan dan

promosi

f) hak kekayaan intelektual yang telah terdaftarkan.

Yang dimaksud adalah hak kekayaan intelektual yang terkait dengan usaha

seperti merek, hak cipta, paten, lisensi, dan/atau rahasia dagang sudah

didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di

instansi yang berwenang.

Pasal 5 ayat 2 (lampiran II) Peraturan Menteri No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang

Penyelenggaraan Waralaba menyebutkan bahwa:

Perjanjian waralaba memuat paling sedikit:

1. nama dan alamat para pihak, yaitu nama dan alamat jelas perusahaan dan nama

dan alamat jelas pemilik/ penanggungjawab perusahaan yang mengadakan

perjanjian yaitu pemberi waralaba dan penerima waralaba

2. jenis hak kekayaan intelektual, yaitu jenis hak kekayaan intelektual pemberi

waralaba, seperti merek dan logo perusahaan, desain outlet/gerai, sistem

manajemen/pemasaran atau racikan bumbu masakan yang diwaralabakan

3. kegiatan usaha, yaitu kegiatan usaha yang diperjanjikan seperti perdagangan

eceran/retail, pendidikan, restoran, apotik atau bengkel

4. hak dan kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba, yaitu hak yang

dimiliki baik oleh pemberi waralaba maupun penerima waralaba seperti:

a. pemberi waralaba berhak menerima fee atau royalty dari penerima

waralaba, dan selanjutnya pemberi waralaba berkewajiban memberikan

pembinaan secara berkesinambungan kepada penerima waralaba

b. penerima waralaba berhak menggunakan hak kekayaan intelektual atau

ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba, dan selanjutnya

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

14

penerima waralaba berkewajiban menjaga kode etik/ kerahasiaan hak

kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang diberikan pemberi

waralaba

5. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang

diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba, seperti bantuan fasilitas

berupa penyediaan dan pemeliharaan computer dan program IT pengelolaan

kegiatan usaha

6. wilayah usaha, yaitu batasan wilayah yang diberikan pemberi waralaba kepada

penerima waralaba untuk mengembangkan bisnis waralaba seperti: wilayah

Sumatra, Jawa dan Bali atau di seluruh Indonesia

7. jangka waktu perjanjian, yaitu batasan waktu mulai dari berakhir perjanjian

seperti perjanjian kerjasama di tetapkan berlaku selama sepuluh tahun terhitung

sejak surat perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak

8. tata cara pembayaran imbalan yaitu tata cara/ ketentuan termasuk waktu dan

cara perhitungan besarnya imbalan seperti fee atau royalty apabila disepakati

dalam perjanjian yang menjadi tanggung jawab penerima waralaba

9. kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris, yaitu nama dan alamat

jelas pemilik usaha apabila perseorangan, serta nama, dan alamat pemegang

saham, komisaris dan direksi apabila berupa badan usaha

10. penyelesaian sengketa, yaitu penetapan tempat/ lokasi penyelesaian sengketa

seperti melalui pengadilan negeri, tempat/ domisili perusahaan atau melalui

pengaduan, arbitrase, dengan memperhatikan hukum Indonesia

11. tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian seperti

pemutusan perjanjian tidak dapat dilakukan secara sepihak, perjanjian berakhir

dengan sendirinya apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian telah

berakhir. Perjanjian dapat diperpanjang kembali apabila dikehendaki oleh kedua

belah pihak dengan ketentuan yang ditetapkan bersama

12. jaminan dari pihak pemberi waralaba untuk tetap menjalankan kewajiban-

kewajibannya kepada penerima waralaba sesuai dengan isi perjanjian hingga

jangka waktu perjanjian berakhir.

2.4. Jenis dan Pola Waralaba

Menurut Fuady, bahwa dalam perjanjian Franchise terdapat berbagai macam

bentuk Franchise yang dapat digolongkan menurut kriterianya masing-masing,

diantaranya adalah sebagai berikut:10

1. kriteria negara asal Franchise.

Franchise dibedakan menjadi dua yakni, Franchise Domestic dan Franchise

International. Franchise Domestic merupakan jaringan bisnis Franchise dimana

10 Munir Fuady, 1997, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini (Tinjauan Hukum Bisnis), Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 158

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

15

Outlet nya hanya berada di dalam negeri saja, tanpa ada pihak Franchisor

maupun pihak Franchisee yang berasal dari luar negeri. Sedangkan yang

dimaksud dengan Franchise International adalah suatu bentuk Franchise

dimana salah satu pihak (biasanya Franchisor) berada/ berasal dari luar negeri.

2. kriteria jenis produk Franchise.

Pembagian Franchise dilakukan dalam dua bentuk yaitu, Franchise

perdagangan barang dan Franchise perdagangan jasa. Franchise perdagangan

barang berobyekan bisnis yang berhubungan dengan barang-barang komoditi.

Jadi obyeknya adalah barang yang berwujud (riil). Franchise perdagangan jasa

adalah Franchise yang bergerak dalam bidang-bidang yang tergolong kedalam

jasa/ servis. Jadi termasuk dalam jenis barang-barang yang tidak berwujud,

misalnya Franchise dalam bidang transportasi, pariwisata, pendidika, dll.

3. kriteria berupa peranan yang dipercayakan kepada Franchisee.

Franchise digolongkan menjadi dua yaitu Franchise format bisnis dan

Franchise distribusi produk dan merek dagang.

a. Franchise format bisnis

dalam bentuk Franchise format bisnis, seorang Franchisee memperoleh

hak untuk memasarkan dan menjual produk atau pelayanan dalam suatu

wilayah atau lokasi yang spesifik dengan menggunakan standar

operasional dan pemasaran.11

Franchise format bisnis adalah suatu

sistem Franchise dimana pihak Franchisee diberi hak oleh pihak

Franchisor untuk memasarkan dan menjual produk/ servis dan dengan

menggunakan operasional dan pemasaran yang standar seperti yang

11 Juajir Sumardi, 1995, Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 22

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

16

ditetapkan oleh pihak Franchisor. Franchise format bisnis digolongkan

menjadi tiga bagian:

1) Franchise pekerjaan.

Dalam bentuk ini Franchisee yang menjalankan usaha Franchise,

pekerjaan sebenarnya memberi dukungan untuk usahanya sendiri.

Bentuk Franchise ini cenderung paling murah, umumnya

membutuhkan modal yang kecil karena tidak menggunakan

tempat dan perlengkapan yang berlebihan

2) Franchise usaha.

Pada saat ini Franchise usaha adalah bidang Franchise yang

berkembang pesat. Bentuknya berupa toko eceran yang

menyediakan barang atau jasa. Biaya yang dibutuhkan lebih besar

dari Franchise pekerjaan karena dibutuhkan tempat usaha dan

peralatan khusus

3) Franchise investasi.

Ciri utama yang membedakan jenis Franchise ini dari Franchise

pekerjaan dan Franchise usaha adalah besarnya usaha, khususnya

besarnya investasi yang dibutuhkan . Franchise investasi adalah

perusahaan yang sudah mapan, dan investasi awal yang

dibutuhkan mencapai milyaran. Perusahaan yang mengambil

Franchise investasi biasanya ingin melakukan diversifikasi, tetapi

karena manajemen yang tidak berpengalaman dalam pengelolaan

usaha baru tersebut maka dipilih cara Franchising yang

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

17

memungkinkan mereka memperoleh bimbingan dan dukungan.

Adapun ciri dari Franchise format bisnis adalah:

1. pemberian lisensi dalam jangka waktu tertentu untuk

berusaha di suatu wilayah tertentu dengan menggunakan

nama, merek dagang, dan logo dari Franchisor

2. Franchisor mengajarkan kepada Franchisee bagaimana

menjalankan bisnis

3. Franchisor menyediakan keseluruhan formula bisnis

4. untuk menjamin suksesnya pelaksanaan bisnis, pihak

Franchisor juga menyediakan backup service, seperti

iklan promosi, dll

5. Franchisor akan mendapatkan royalty dari Franchisee

6. merupakan suatu aktifitas, biasanya juga dalam bentuk

jasa pelayanan yang formulanya telah berhasil di

praktekkan di tempat lain

7. adanya campur tangan dari pihak Franchisor dalam hal

pendirian bisnis pihak Franchisee, akan tetapi bisnis

tersebut tetap menjadi milik pihak Franchisee.

b. Franchise distribusi produk dan merek dagang

Dalam sistem Franchise distribusi produk, yang dilakukan oleh pihak

Franchisee pada prinsipnya hanyalah memasarkan suatu produk di lokasi

tertentu dengan ijin menggunakan nama dagang pihak Franchisor.

Dalam hal ini kedudukan pihak Franchisee mirip dengan kedudukan

pihak agen atau distributor. Dalam bentuk ini, Franchisor memperoleh

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

18

lisensi eksklusif untuk memasarkan produk dari suatu perusahaan

tunggal dalam lokasi yang spesifik. Dalam Franchise bentuk ini,

Franchisor dapat juga memberikan Franchise wilayah, dimana

Franchisee wilayah atau sub-pemilik Franchise membeli hak untuk

mengoperasikan atau menjual Franchise di wilayah tertentu. Sub-

pemilik Franchise bertanggungjawab atas beberapa atau seluruh

pemasaran Franchise melatih dan membantu Franchisee yang baru dan

melakukan pengendalian, dukungan operasi, serta program penagihan

royalty, Franchise wilayah memberi kesempatan kepada pemegang

Franchise induk untuk mengembangkan rantai usaha lebih cepat

daripada biasa. Keahlian manajemen dan resiko finansialnya dibagi

bersama oleh Franchisee induk dan sub-pemegangnya.

2.5. Pengertian Prospektus Penawaran Waralaba

PP No. 42 tahun 2007 ditetapkan guna mengadakan keseimbangan diantara para

pihak dalam kontrak waralaba melalui berbagai prosedur yang wajib dipenuhi oleh

pemberi waralaba dan penerima waralaba dalam suatu bisnis waralaba. Prosedur yang

wajib dipenuhi oleh para pihak dalam kontrak waralaba dalam ketentuan PP No.42

tahun 2007 dan Permendag No. 31 Tahun 2008 terwaralaba wajib mendaftarkan

perjanjian waralaba dan perwaralaba, Prospektus Penawaran Waralaba ini bukan

sekedar persyaratatan legal untuk memperoleh STPW (Surat Tanda Pendaftaran

Waralaba), dokumen ini harus mampu pula berperan sebagai sarana pendukung upaya

pemasaran waralaba, karena harus diserahkan pula kepada calon investor sebelum

penandatanganan perjanjian waralaba.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

19

Berkenaan dengan prospektus penawaran waralaba ini, pewaralaba (dalam

bahasa Hukum disebut pemberi waralaba) juga wajib memberi waktu yang cukup

(masih dalam tahap pembahasan juklak atau petunjuk pelaksanaan, diperkirakan

minimal sekitar 7 atau 10 hari) bagi calon investor untuk mempelajari prospektus

tersebut.12

PP No. 42 tahun 2007 tentang waralaba, Pasal 7 menyebutkan tentang kewajiban

pemberi waralaba yaitu:

1. pemberi waralaba harus memberikan prospektus penawaran waralaba kepada

calon penerima waralaba pada saat melakukan penawaran.

2. prospektus penawaran waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

paling sedikit mengenai:

a. data identitas pemberi waralaba, yaitu:

- foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau

- paspor para pemegang saham, komisaris, dan direksi apabila

berupa badan usaha.

b. legalitas usaha waralaba, yaitu:

- izin usaha teknis, seperti Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

- izin tetap usaha pariwisata

- surat izin pendirian satuan pendidikan, atau

- izin usaha yang berlaku di negara pemberi waralaba

c. sejarah kegiatan usahanya, yaitu:

- uraian yang mencakup antara lain mengenai pendirian usaha,

kegiatan usaha, dan pengembangan usaha

12 www.consultft.com, diakses 29 Desember 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

20

d. struktur organisasi pemberi waralaba, yaitu:

- struktur organisasi usaha pemberi waralaba mulai dari komisaris,

pemegang saham, dan direksi sampai ke tingkat operasional

termasuk dengan pewaralaba/ Franchisee nya

e. laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir, yaitu:

- laporan keungan atau neraca keuangan perusahaan pemberi

waralaba 2 (dua) tahun berturut-turut dihitung mundur dari waktu

permohonan prospektus penawaran waralaba

f. jumlah tempat usaha, yaitu:

- outlet/ gerai usaha waralaba sesuai dengan kabupaten/ kota

domisili untuk pemberi waralaba dalam negeri dan sesuai dengan

negara domisili outlet/ gerai untuk pemberi waralaba luar negeri

g. daftar penerima waralaba, yaitu:

- daftar nama dan alamat perusahaan dan/atau perseorangan

sebagai penerima waralaba dan perusahaan yang membuat

prospektus penawaran waralaba baik yang berdomisili di

indonesia maupun di luar negeri

h. hak dan kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba, yaitu hak

yang dimiliki baik oleh pemberi waralaba maupun penerima waralaba,

seperti:

1) pemberi waralaba berhak menerima fee atau royaty dari penerima

waralaba, dan selanjutnya pemberi waralaba berkewajiban

memberikan pembinaan secara berkesinambungan kepada

penerima waralaba

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

21

2) penerima waralaba berhak menggunakan hak kekayaan

intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba,

dan selanjutnya penerima waralaba berkewajiban menjaga kode

etik/ kerahasiaan HKI atau ciri khas usaha yang diberikan

pemberi warlaba

Apabila prospektus waralaba yang akan didaftarkan menggunakan bahasa asing, maka

wajib untuk diterjemahkan terlebih dahulu kedalam Bahasa Indonesia. Pemberi

Waralaba yang berasal dari luar negeri wajib melegalisir prospektus penawaran

waralaba oleh Notaris Publik dengan melampirkan surat keterangan dari Atase

Perdagangan Republik Indonesia atau Pejabat Perwakilan Republik Indonesia di negara

asal Pemberi Waralaba. Prospektus Waralaba tersebut wajb untuk disampaikan oleh

Pemberi Waralaba kepada calon Penerima Waralaba pada saat penawaran atau paling

lambat 2 (dua) minggu sebelum penandatangan Perjanjian Waralaba (Pasal 7 ayat (1)

PP 42 Tahun 2007 jo Pasal 4 ayat (1) Permendag 31 Tahun 2008).

2.6. Pengertian Franchise Disclosure Document

Disclosure merupakan suatu kewajiban untuk menyajikan fakta berupa kondisi

penjualan, penyajian fakta berupa kondisi penjualan, personalia, maupun keungan dari

Franchisor kepada calon Franchisee. Fakta-fakta yang disajikan ini merupakan

dokumen yang sifatnya rahasia dan tidak boleh digunakan oleh calon Franchisee untuk

kepentingan pribadi, selain untuk mengetahui kondisi usaha dari Franchisor sebelum

memutuskan pembelian hak waralaba. Disclosure pada awal pembelian hak waralaba

dikenal juga dengan sebutan FOC (Franchise Offering Circular). Dalam praktik

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

22

selanjutnya, disclosure agreement kadang dilakukan jika Franchisor memberikan suatu

informasi baru berkaitan dengan usaha waralaba tersebut kepada para Franchisee nya.13

Disclosure agreement adalah kesempatan untuk membuka data dan fakta

mengenai perusahaan Franchisor yang berkaitan dengan pengambilan keputusan calon

Franchisee untuk membeli hak waralaba. Disclosure Document yang juga dikenal

dengan sebutan FOC (Franchise Offering Circular), dimana di dalam FOC harus

tercantum neraca, dan P&L (Profit&Loss) Statement dalam kurun waktu tiga tahun

terakhir yang sudah diaudit oleh kantor akuntan publik. Pemberian FOC oleh

Franchisor kepada calon Franchisee bersifat wajib. FOC harus diberikan paling tidak

sepuluh hari sebelum calon Franchisee memutuskan untuk membeli atau tidak membeli

hak waralaba yang ditawarkan oleh Franchisor. Ketelitian dan disiplin calon

Franchisee untuk meminta FOC kepada Franchisor merupakan salah satu faktor yang

dapat melindungi calon Franchisee atas resiko investasi yang akan ditanamnya.14

FOC merupakan Disclosure Document yang diberikan oleh Franchisor kepada

kandidat Franchisee yang telah terkualifikasi, sebelum ia memutuskan

penandatanganan perjanjian waralaba. FOC berisi fakta-fakta finansial maupun non

finansial berkaitan dengan Franchisor dan para Franchisee yang ada saat ini dan yang

telah berhenti. Di Amerika Serikat, untuk melindungi investor (calon Franchisee), FOC

harus dipelajari oleh calon Franchisee paling tidak selama 10 hari, dalam waktu ini

Franchisor tidak diijinkan untuk mempengaruhi dan calon Franchisee belum diijinkan

untuk menandatangani perjanjian waralabanya.15

13 Lukman Hakim, 2008, Info Lengkap WARALABA, Media Pressindo, Yogyakarta, hal. 208

14

Ibid

15

www.smfranchise.com diakses 29 Desember 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

23

2.7. Pengertian Uniform Franchise Offering Circular (UFOC)

Pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1979 mengeluarkan Franchise

Disclosure Act yang mewajibkan pihak Franchisor menerbitkan buku prospektus atas

jasa dan produk yang di Franchise kan, tujuannya agar pihak Franchisee dapat

membaca semua dokumen sebelum mengadakan kontrak dengan Franchisor.16

Substansi dari Franchise Disclosure Act adalah perlunya transparansi atau

keterbukaan dari pihak Franchisor agar tidak ada salah satu pihak yang dirugikan dalam

perjanjian waralaba. Sebelum mengikat diri dalam suatu kontrak kerjasama dengan

Franchisor, seorang Franchisee harus tahu segala informasi mengenai perusahaan

Franchisor, mencakup segala aspek yang dapat mempengaruhi kerjasama tersebut di

masa depan.17

Ketentuan ini kemudian di tuangkan dalam Uniform Franchise Offering

Circular (UFOC) yang disahkan oleh International Franchising Association. Ketentuan

UFOC ini mensyaratkan suatu derajat keseragaman atas kondisi-kondisi yang harus

dipenuhi mengenai kewajiban pemberian penjelasan kegiatan usaha waralaba.

Beberapa hal pokok yang disyaratkan dalam format UFOC tersebut adalah:

1. informasi tentang pemberi waralaba dan pendahulunya

2. informasi tentang identitas dan pengalaman bisnis orang-orang yang berafiliasi

dengan pemberi waralaba

3. proses pengadilan

4. sejarah kepailitan

5. biaya waralaba awal atau pembayaran awal lainnya

6. biaya lain

7. investasi awal

16 Imam Sjahputra, 2005, Franchising: Konsep dan Kasus, Harvarindo, Jakarta, hal. 5-8

17

Lukman Hakim, 2008, Info Lengkap WARALABA, Media Pressindo, Yogyakarta, hal. 48-49

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN … II Skripsi... · Artinya pihak-pihak yang membuat perjanjian tersebut harus cakap ... (logo, merek dan desain perusahaan, ... Hak Kekayaan

24

8. kewajiban penerima waralaba untuk membeli atau mengontrak dari sumber yang

ditunjukkan

9. kewajiban dari penerima waralaba untuk membeli atau mengontrak

10. pengaturan pendanaan

11. kewajiban pemberi waralaba

12. wilayah atau teritori eksklusif

13. merek dagang, merek jasa, nama dagang, logo tipe, dan simbol komersial

14. paten dan hak cipta

15. kewajiban penerima waralaba untuk ikut serta dalam operasi aktual dan bisnis

16. pembatasan atas barang dan jasa

17. pembaharuan, pembatalan, membeli kembali, modifikasi, serta pengalihan

perjanjian dan informasi yang terkait

18. pengaturan dengan tokoh-tokoh terkenal

19. penjualan, laba atau penghasilan aktual, rata-rata atau yang diperkirakan

20. informasi tentang waralaba dan pemberi waralaba

21. laporan keungan

22. kontrak

23. tanda terima dari calon penerima waralaba.