42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008). Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).

BAB II Tipus Air

  • Upload
    mei-win

  • View
    42

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Tipus Air

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan

satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga

wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia yang tersusun atas dua atom

hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat

tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa,

2008).

Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk

salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air

tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat

ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan

(Kusnoputranto, 2000).

2.2 Macam dan Sumber Air

Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara umum dapat

digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur,

dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-

kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita

manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :

Page 2: BAB II Tipus Air

A. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang

ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di

udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas

O2, CO2, N2, juga zat-zat renik dan debu.

Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai

permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara

yang disebabkan oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka

untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada

waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun,

karena masih banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).

B. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran.

Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air

yang tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat

yang dekat dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan

dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air,

dan pada waktunya akan dibuang ke dalam badan air permukaan.

Selain manusia, flora dan fauna juga turut berperan serta mengotori air

permukaan, misalnya batang-batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain.

Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang

mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu,

mutu air permukaan perlu mendapat perhatian yang seksama apabila air

permukaan akan dipakai sebagai bahan baku air bersih. Yang termasuk ke

dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, rawa,

parit, bendungan, danau, laut dan sebagainya (Kusnoputranto,1983).

Page 3: BAB II Tipus Air

C. Air Tanah

Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap

kedalam tanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi atas 3 yaitu

(Sutrisno, 1996) :

1. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan

tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah

akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter.

Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui

sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan

kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim.

2. Air Tanah Dalam

Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter.

Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah

dangkal, sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan

tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim.

3. Mata Air

Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah,

keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di

lereng- lereng gunung atau sepanjang tepi sungai.

Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :

1. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri.

Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut

menembus lalu keluar sebagai mata air.

2. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air

artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke

permukaan bumi.

Page 4: BAB II Tipus Air

Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam sumber air seperti yang telah

dijabarkan di atas, tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan karena ketiga-

tiganya mempunyai kemungkinan untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau

salju misalnya, yang berasal dari air angkasa, ketika turun ke bumi dapat

menyerap abu, gas, ataupun materi-materi yang berbahaya lainnya. Demikian

pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat

mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Azhar,

1990).

2.3 Sumur

A. Sumur Gali

Sumur gali adalah suatu konstruksi sumur yang paling umum

dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan

rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10

meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari

lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu

dapat dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya

rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia (kakus/jamban)

dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya

maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.

Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan

sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan

pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat

perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara

manusia dengan air di dalam sumur (Depkes RI, 1985).

Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik

bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk

memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan

Page 5: BAB II Tipus Air

pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan

syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan

dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak

kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang

berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran

pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi

bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter

dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).

Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa.

Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur,

bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur

gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000) :

1. Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan

adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah

(cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya.

Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.

Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber

pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan

sebagainya (Chandra, 2007).

2. Dinding Sumur Gali

Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali

harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut

dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh

bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut.

Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat

dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan

dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000).

Page 6: BAB II Tipus Air

Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus

dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air

permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter

diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada

kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah,

dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih

untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).

Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang

disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa

beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah

dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan

tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai

kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini

diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa

beton. (Machfoedz 2004).

Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang

mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau

(Entjang, 2000).

3. Bibir sumur gali

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat, yaitu :

Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm

untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek

keselamatan.

Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih

tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah

daerah banjir (Machfoedz, 2004).

Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur

dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding

ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007).

Page 7: BAB II Tipus Air

4. Lantai Sumur Gali

Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :

Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya

dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di

atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang,

2000).

Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat

miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling

sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar,

1995).

Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz,

2004).

5. Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang

(2000), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-

kurangnya 10 m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa,

pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa,

tapi air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis

sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih

sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.

Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai

berikut:

1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air

dalam tanah 3 meter/hari.

2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3

meter.

3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh

1 meter.

4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan

maupun sedang tidak digunakan.

Page 8: BAB II Tipus Air

5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.

B. Sumur Bor

Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun

lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga

sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran

mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum.

Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin

(Depkes RI, 1985).

2.4 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia

Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan

dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat

berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan

akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia

sebagian besar terdiri dari air, yangjumlahnya sekitar 73 % dari bagian tubuh

tanpa jaringan lemak (Azwar, 1990).

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, berkisar 50-70% dari seluruh berat

badan. Jika tubuh tidak cukup mendapat air atau kehilangan air hanya sekitar

5% dari berat badan (pada anak besar dan dewasa) maka keadaan ini dapat

menyebabkan dehidrasi berat. Sedangkan kehilangan air untuk 15 % dari

berat badan dapat menyebabkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu

minum minuman 1,5-2 liter air sehari atau 2200 gram setiap harinya

(Soemirat, 2000).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,

metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur

keseimbangan suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan

(Harini, 2007).

Page 9: BAB II Tipus Air

Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat

kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas

(jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana

paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut

misalnya untuk (Entjang, 1991). :

a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari

b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari

c. Masak, minum : 5L/orang/hari

d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari

e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari

Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama

untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang

sudah maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari

pada negara berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air

sangatlah bervariasi sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari

berbeda untuk satu negara dengan negara lainnya, satu kota dengan kota

lainnya, satu desa dengan desa lainnya.

2.5 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit

A. Penyakit Menular

Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh

manusia juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap

pemakainya karena mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai

untuk dikonsumsi sehingga air dapat menjadi media penular penyakit.

Didalam menularkan penyakit air berperan dalam empat cara

(Koesnoputranto 1983) :

1. Cara Water Borne

Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia dan

hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka

Page 10: BAB II Tipus Air

dapat menjadi penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular

yang disebarkan oleh air secara langsung ini sering kali dinyatakan

sebagai penyakit bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakit-

penyakit tersebut diantaranya : kholera, penyakit typhoid, penyakit

hepatitis infeksiosa, penyakit disentri basiler. Penyakit-penyakit ini

hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke

dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

2. Cara Water Washed

Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan

umum alat-alat terutama alat-alat dapur, makan, dan kebersihan

perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang

cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi pada manusia.

Kelompok-kelompok penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis.

Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara water washed terutama

berada di bidang hygiene sanitasi. Mutu air yang diperlukan tidak

seketat mutu air bersih untuk diminum, yang lebih menentukan dalam

hal ini adalah banyaknya air yang tersedia.

3. Cara Water Bashed

Penyakit pada siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara.

Pejamu/perantara ini hidup didalam air, contoh penyakit ini adalah

penyakit schistosomiasis dandracunculus medinensis (guinea warm).

Larva schistosomiasis hidup dalam keong-keong air. Setelah waktunya,

larva ini akan berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit

(kaki) manusia yang berada dalam air tersebut. Badan–badan air yang

potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan

air yang terdapat di alam yang sering berhubungan erat dengan

kehidupan manusia sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi, cuci,

dan sebagainya.

Page 11: BAB II Tipus Air

4. Water Rellated Vektor Disease

Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta yang

merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan

salah satu unsur alam yang harus ada di lingkungan manusia merupakan

media yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa

penyakit yang dapat disebabkan oleh insekta ini adalah malaria, yellow

fever, dengue, onchocersiasis (river blindness). Nyamuk aedes aegypti

yang merupakan vektor penyakit dengue dapat berkembang biak

dengan mudah bila pada lingkungan terdapat tempat-tempat sementara

untuk air bersih seperti gentong air, pot, dan sebagainya.

B. Penyakit Tidak Menular

Selain penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman parasit akibat

pencemaran biologis, air juga dapat menimbulkan kerugian dan gangguan

yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia atau zat radioaktif yang ada

dalam air, terutama logam-logam berat dan berbahaya (logam B3).

Penyakit tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia

berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit

pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn (mangan),

tekanan darah tinggi oleh cadmium (Cd), kerusakan ginjal dan korosi pada

besi.

Logam-logam B3 hasil buangan limbah industri telah menimbulkan kasus

pada beberapa daerah atau negara, misalnya keracunan air raksa (Hg) yang

menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dikenal sebagai penyakit

minamata di Jepang, logam cadmium (Cd) yang dapat menyebabkan

kenaikan tekanan darah diakibatkan oleh karena cadmium mempengaruhi

kinerja otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung

lewat ginjal, bahkan kerusakan dan penghambatan kinerja sistem fisiologis

tubuh, kerja paru-paru, liver, kemandulan, serta imunitas juga syaraf dan

kerapuhan pada tulang. Air yang tercemar logam ini biasanya terasa pahit

dan suhu serta pH yang sangat tinggi (Effendi, 2007).

Page 12: BAB II Tipus Air

Besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan logam yang sering bersamaan

keberadaannya di alam maupun dalam air. Logam ini dibutuhkan dalam

tubuh namun dalam jumlah kecil. Kelebihan logam ini dalam tubuh dapat

menimbulkan efek-efek kesehatan seperti serangan jantung, gangguan

pembuluh darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif

terutama di organ penyaringan sehingga dapat megganggu fungsi

fisiologis tubuh. Nilai estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan logam-

logam ini karena dapat menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian.

Air yang tercemar oleh logam-logam ini biasanya nampak pada intensitas

warna yang tinggi pada air, berwarna kuning bahkan berwarna merah

kecoklatan, dan terasa pahit atau masam (Wardhana, 2004).

Di daerah-daerah pertanian atau perkebuanan, pencemaran Nitrit (NO2)

sering terjadi pada air yang berasal dari sisa-sisa pupuk atau zat-zat

organik yang digunakan. Zat kimia ini dapat meracuni tubuh, dalam

jumlah dan konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan

methaemoglobinamein yaitu perubahan Hb darah sehingga terjadi

pengurangan oksigen dalam darah dan menimbulkan gangguan pernafasan

bahkan gagal jantung. Selain itu, zat ini juga bersifat mutagen dan

karsinogen dalam tubuh karena bersifat sebagai penghambat enzim. Air

yang tercemar NO2 ini ditandai dengan adanya gumpalan-gumpalan zat-

zat organik dalam air seperti butiran-butiran berwarna putih (Wardhana,

2004).

Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit tidak menular lain pada manusia

yang diakibatkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya terutama

logam B3 pada air yang dikonsumsi oleh manusia. Zat-zat kimia ini sangat

membahayakan kesehatan mahkluk hidup yang mengkonsumsinya dan

pada umumnya bersifat kronis.

Page 13: BAB II Tipus Air

2. 6 Kualitas Air

A. Standard Kualitas Air

Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari

berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan

unsur yang tercantum didalam standard kualitas, dengan demikian dapat

diketahui syarat kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas dapat

digunakan sebagai tolak ukur.

Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan

berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang

biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang

menunjukkan persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air

tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan

teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat dengan

maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan

penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta mempertinggi

derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh

landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air

bersih.

Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air

bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa,

tidak berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard

yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari

syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat

karena mengandung beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat

organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air

(Azwar, 1990).

Untuk standart kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas

Air WHO. Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga

Page 14: BAB II Tipus Air

mengeluarkan peraturan tentang syarat-syarat kulaitas air bersih yaitu

meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh

WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi negara anggota. Namun

demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan

syaratsyarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.

B. Syarat Kualitas Air

1. Syarat Fisik

Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990,

menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam

kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik

sebagai sumber air minum maupun air baku (air bersih), antara lain

harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa,

tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik ini

diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :

Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air

tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam

pengolahannya terutama apabila temperature sangat tinggi.

Temperatur yang diinginkan adalah ± 3°C suhu udara disekitarnya

yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis

dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air.

Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung

toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan

mikroorganisme, dan virus. Temperature atau suhu air diukur dengan

menggunakan termometer air.

Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya

disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-

tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-

Page 15: BAB II Tipus Air

persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–bahan yang

menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber.

Intensitas bau dan rasa dapat\meningkat bila terdapat klorinasi.

Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu

maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk standard air bersih

sesuai dengan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990

menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan tidak berasa .

Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak

partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa

yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan

kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang

tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan

pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam

penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut

akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha

penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi

(Sutrisno, 1991).

Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan

laboratorium dengan metode Turbidimeter. Untuk standard air bersih

ditetapkan oleh Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990,

yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI,

1995).

2. Syarat Kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan

oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa

(Hg), Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida

(F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Cadmium

(Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih

Page 16: BAB II Tipus Air

yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum

yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI

416/MENKES/PER/IX/1990.

Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat

kimia yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat

tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.

Contohnya pH; pH Air sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa

untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan.

pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–6,9. Bila pH air

diatas 7 maka kemampuan air sebagai pelarut yang baik dapat

melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Juli Soemirat,

2000).

3. Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik

air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri

berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya.

Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan

oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.

Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri

patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh

bakteri patogen (Soemirat, 2000).

Menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri

coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan

adalah < 50 MPN.

Page 17: BAB II Tipus Air

2.7 Cara Pemeriksaan Kualitas Air

Didalam pemeriksaan air dikenal dua cara yaitu (Depkes RI, 1991) :

1. Pemeriksaan air di lapangan

2. Pemeriksaan air di laboratorium

Pemeriksaan air dilapangan dimaksudkan untuk mengadakan pemeriksaan air

di lokasi dimana contoh air itu diambil. Biasanya pemeriksaan air dilapangan

dilakukan untuk parameter suhu, bau, rasa, warna, sedangkan yang lainnya

dilaksanakan di laboratorium.

Pada pemeriksaan air di laboratorium dikenal 3 parameter utama yang wajib

diperiksa untuk menentukan kualitas air (Rukaesih, 2004), yaitu:

1. Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)

2. Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand

(BOD)

3. Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand

(COD).

A. Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian

besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk

mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung

kepada oksigen yang terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan

kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil

kebutuhan oksigennya adalah bakteri.

Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi

secara bekesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam

air, untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur

karbon (C) yang dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari

tanaman, ganggang yang mati, maupun oksigen dari udara.

Page 18: BAB II Tipus Air

Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai

akibat masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari

industri), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan

kecepatan pertumbuhan mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati

juga meningkatnya kebutuhan oksigen, sementara suplai oksigen dari

udara jumlahnya tetap.

Pada kondisi seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air

dengan yang dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, akibatnya

terjadi defisit oksigen terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut

tetap berlanjut hingga nol, biota air yang membutuhkan oksigen (aerobik)

akan mati, dan digantikan dengan tumbuhnya mikroba yang tidak

membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik. Sama halnya dengan

mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan karbon dari

bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana

disamping terbentuk gas asam sulfida yang berbau busuk.

B. BOD dan COD

Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari

penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan

organik dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan atau COD. Biological

Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB)

menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik

dalam air.

Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menujukkan

jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara

relative jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik tersebut. BOD

tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut

Page 19: BAB II Tipus Air

tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya

mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan

yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung BOD

selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.

BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah

oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme

pengurai secara aerobic dalam suatu volume air pada suhu 20 derajat

Celcius. BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mg oksigen akan

dihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu

lima hari pada suhu 20 derajat Celcius. Beberapa dasar yang sering

digunakan untuk menentukan kualitas air dilihat dari kadar BOD. Bahan

organik dalam air bersifat :

Dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari

Bahan organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari

Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi

Uji COD meliputi semua bahan organik, baik yang dapat diuraikan oleh

mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu hasil

uji COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.

2.8 Proses Pengolahan Air Bersih

Tujuan pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih

dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air bersih

merupakan proses fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat

untuk digunakan sebagai air minum (Mulia, 2005).

Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa sumber,

misalnya dari aliran sungai yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal

dari mata air pegunungan, berasal dari danau, berasal dari tanah, atau sumber

Page 20: BAB II Tipus Air

lain, seperti air laut. Air tersebut harus terlebih dahulu diolah di dalam wadah

pengolahan air sebelum didistribusikan kepada pengguna. Variasi sumber air

akan mengandung senyawa yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban

pengelola air untuk menjadikan air aman untuk dikonsumsi, yaitu air yang

tidak mengandung bahan berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa kimia

untuk mikroorganisme (Manihar, 2007)

Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih, tergantung

pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air yang akan diolah

dan jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan air dan pemilihan

serta penambahan bahan pengendap dapat dilakukan untuk efisiensi

pengolahan air bersih. Menurut Manihar (2007), beberapa bagian atau

langkah penting pengolahan air (bukan hanya air minum) yang sering

dilakukan untuk mendapatkan air bersih adalah :

A. Menghilangkan Zat Padat

Sebelum air diolah untuk air bersih, sering ditemukan bahan baku air

mengandung bahan-bahan yang terbawa ke dalam arus air menuju bak

penampungan. Bahan padat yang mengapung dan melayang dengan

ukuran besar tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan

(filtrasi). Sedangkan untuk bahan padat ukuran kecil dihilangkan dengan

proses pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses

penghilangan bahan ukuran kecil yang dikenal sebagai koloid, perlu

ditambahkan koagulan.

Bahan Koagulan yang sering dipakai adalah tawas. Tawas di dalam air

akan terhidrolisa dan membentuk senyawa kompleks aluminium yang siap

bereaksi dengan senyawa basa di dalam air. Endapan berupa senyawa

aluminium hidroksida akan terbentuk dan membawa serta mengikat

senyawa- senyawa lain yang tersuspensi ke dalamnya dan mengendap

bersama- sama berupa lumpur.

Page 21: BAB II Tipus Air

B. Menghilangkan Kesadahan Air

Kalsium dan Magnesium dalam bentuk senyawa bikarbonat dan sulfat

sering ditemukan dalam air yang menyebabkan kesadahan air. Salah satu

pengaruh kesadahan air adalah dalam proses pencucian dengan

menggunakan sabun karena terbentuknya endapan garam yang sukar larut

bila sabun bereaksi dengan ion magnesium dan kalsium.

Cara untuk menghilangkan kesadahan air, misalnya air untuk konsumsi

masyarakat digunakan proses penghilangan kesadahan air dengan

penambahan soda Ca(OH2) dan abu soda Na2CO3 sehingga kalsium akan

mengendap sebagai Mg(OH)2. Bila kesadahan hanya disebabkan oleh

kesadahan karbonat maka cukup hanya dengan menambahkan Ca(OH)2

untuk menghilangkannya.

C. Menghilangkan Bakteri Pathogen

Penghilangan mikroba pathogen dapat dilakukan dengan menggunakan

disinfectant. Umumnya bahan- bahan disinfectant ini bersifat oksidator,

sehingga dapat membunuh mikroba pathogen. Menurut Waluyo (2009)

bahan- bahan disinfectant yang banyak dipakai adalah :

1. Kaporit

Klorin bila ditambahkan ke dalam air akan terhidrolisis dengan cepat

menghasilkan ion klor dan asam hipoklorit.

2. Ozon

Ozon atau O3 bersifat mudah larut dalam air dan mudah terdekomposisi

pada temperatur dan pH tinggi. Penggunaan ozon lebih aman dibanding

kaporit, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap klor. Pengolahan

dengan proses ozonisasi Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan

cara menyaring air, mendinginkannya, tekanan ditinggikan, dan ozon

dipompakan ke dalam wadah air selama 10- 15 menit. Permasalahannya

adalah kelarutan ozon di dalam air relatif kecil sehingga kekuatan

Page 22: BAB II Tipus Air

desinfektannya sangat terbatas. Ozon sangat bereaksi dengan cepat

yang menyebabkan persistensinya di dalam air hanya sebentar saja.

3. Iodine dan Bromin

Sudah sejak lama senyawa ini digunakan sebagai antiseptik pada luka,

meskipun penggunaanya sebagai desinfektan tidak atau kurang populer

sampai saat ini. Dibandingkan dengan klorin, penggunaan ion

memerlukan biaya lebih besar. Seperti halnya klorin dan bromine,

efektifitas iodine dalam membinasakan bakteri dan kista sangat

tergantung pada pH. Tetapi dalam membinasakan virus iodin lebih

efektif daripada klorin dan bromine.

Bromin merupakan bakterisida dan virusida yang efektif. Karena

kehadiran ammonia dalam air bromin masih lebih efektif bila

dibandingkan dengan klorin.

4. Desinfektan lain.

Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakan karena

kurang efektif atau karena penggunaannya masih merupakan hal baru.

Desinfektan tersebut adalah:

a. Ferrat

Ferrat merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4) dimana Fe

bervalensi 6. Sebagai bakterisida dan virusida, ferrat lebih baik

daripada kloramin.

b. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat yang digunakan

pula sebagai desinfektan. Penggunaannya tidak populer, karena

harganya mahal dan konsentrasi yang diperlukan sebagai desinfektan

cukup tinggi.

Page 23: BAB II Tipus Air

c. Kalium Permanganat

Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat yang

sudah lama digunakan. Dalam proses pengolahan air bersih,

penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator untuk mengurangi

kadar Fe dan Mn dalam air, serta untuk menghilangkan rasa dan bau

dari air yang diolah. Selain itu, kalium permanganat digunakan pula

sebagai algisida. Penggunaannya sangat terbatas karena harganya

mahal, daya bakterisidanya rendah serta warnanya mengganggu bila

digunakan pada konsentrasi tertentu.

2.9 Penjernihan Air

A. Tujuan Penjernihan Air

Proses Penjernihan air bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor atau

untuk memperoleh air yang kualitasnya memenuhi standar persyaratan

kualitas air seperti :

Menghilangkan gas-gas terlarut

Menghilangkan rasa yang tidak enak

Membasmi bakteri patogen yang sangat berbahaya

Mengelolah agar air dapat digunakan untuk rumah tangga dan industri

Memperkecil sifat air yang menyebabkan terjadinya endapan dan

korosif pada pipa atau saluran air lainnya.

B. Teknik-teknik dalam penjernihan air

Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk

mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah adalah dengan

penyaringan dan pengendapan.

Berikut beberapa alternatif cara sederhana untuk mendapatkan air bersih

dengan cara penyaringan air (Anonim, 2009) :

Page 24: BAB II Tipus Air

1. Saringan Kain Katun.

Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan

teknik penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air keruh disaring

dengan menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat

membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air

keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain

yang digunakan.

2. Saringan Kapas

Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari

teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain katun,

penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari kotoran

dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga

tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas yang digunakan.

3. Aerasi

Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen

ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat

seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang

mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi atau dihilangkan.

Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi dan

mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan

endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi

tau filtrasi.

4. Saringan Pasir Lambat (SPL)

Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan

menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian

bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku

melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan

kerikil.

Page 25: BAB II Tipus Air

5. Saringan Pasir Cepat (SPC)

Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas

lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi

arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir

Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan

dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih

dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.

.

6. Gravity-Fed Filtering System

Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir

Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan

melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan

Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan tersebut dan kemudian

hasilnya disaring kembali menggunakan Saringan Pasir Lambat.

Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas air bersih

yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit

air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat

digunakan beberapa / multi Saringan Pasir Lambat.

7. Saringan arang

Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan

tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif

dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang

digunakan dapat berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk

hasil yang lebih baik dapat digunakan arang aktif. Untuk lebih jelasnya

dapat lihat bentuk saringan arang yang direkomendasikan UNICEF

pada gambar di bawah ini.

8. Saringan air sederhana

Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan

pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini

selain menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu

Page 26: BAB II Tipus Air

buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Untuk bahasan

lebih jauh dapat dilihat pada artikel saringan air sederhana.

9. Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu

Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air

disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini

umum digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan

tersebut digunakan untuk menyaring air yang berasal dari sumur gali

ataupun dari saluran irigasi sawah. Seperti halnya saringan keramik,

kecepatan air hasil saringan dari jempeng relatif rendah bila

dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.

10. Saringan Keramik

Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama

sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan darurat. Air

bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui elemen filter

keramik. Beberapa filter kramik menggunakan campuran perak yang

berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh bakteri. Ketika proses

penyaringan, kotoran yang ada dalam air baku akan tertahan dan lama

kelamaan akan menumpuk dan menyumbat permukaan filter. Sehingga

untuk mencegah penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang

dimasukkan jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn

keramik ini dapat dilakukan dengan cara menyikat filter keramik

tersebut pada air yang mengalir.

C. Tekhnik Pengendapan

1. Biji kelor

Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif

rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan

menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung

dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam

Page 27: BAB II Tipus Air

air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri

Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air

hujan ini di masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air

Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM

setempat.Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan

mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam

air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air

bersih. (Anonim, 2010)

2. Tawas

Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air.

Lama pengendapan berkisar selama 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk

pengendapan, tidak berfungsi untuk membunuh kuman dan menaikkan

pH dalam air. (Anonim, 2010)

3. Kaporit

Berfungsi untuk membunuh bakteri, kuman dan virus dalam air. Dan

juga menaikkan pH dalam air. Membutuhkan proses yang lama untuk

mengendap.

4. Kapur Gamping

Berfungsi untuk pengendapan namun membutuhkan waktu hingga 24

jam. Juga berfungsi untuk menaikkan pH air tetepi tidak berfungsi

untuk membunuh kuman, virus dan bakteri.

5. Arang batok kelapa

Berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak dalam air dan juga

menjernihkan.