31
11 11 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan sebagai dasar dan pembanding bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam penelitian terdahulu. Hal tersebut dapat dijadikan acuan agar penelitian yang diambil memiliki pembahasan baru, atau melanjutkan penelitian yang pernah dilakukan. Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian oleh Irsyad Andriyanto dengan judul “Strategi Pengelolaan Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan” pada tahun 2011 menyimpulkan bahwa pendistribusian ZIS yang amanah, transparan dan profesional berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Zakat Indonesia (RZI). Melalui program Integrated Community Development (ICD) RZI dapat memberdayakan masyarakat miskin. RZI menerapkan SOP dalam mengontrol program-program pemberdayaan zakat yang transparan dan akuntabel. 16 Persamaan penelitian di atas dengan judul yang akan diteliti adalah sama-sama menggali bagaimana lembaga pengelola zakat dalam menangani masalah ekonomi. Dalam penelitian diatas dapat ditunjukkan pada kata “Pengentasan Kemiskinan”, sedangkan didalam judul yang akan diangkat terdapat pada kata “Pemberdayaan Ekonomi Umat”. Perbedaannya dalam 16 Irsyad Andriyanto, “Strategi Pengelolaan Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan,” Jurnal Walisongo, Vol. 19 No. 1 (Mei, 2011)

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41984/3/BAB II.pdf · Masyarakat (Studi Kasus Sejuta Berdaya LAZ Al-Azhar Peduli Ummat di Kelurahan Pengasinan, Depok,

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 11

    11

    BAB II

    TUNJAUAN PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu digunakan sebagai dasar dan pembanding bagi

    peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Terdapat beberapa persamaan dan

    perbedaan dalam penelitian terdahulu. Hal tersebut dapat dijadikan acuan

    agar penelitian yang diambil memiliki pembahasan baru, atau melanjutkan

    penelitian yang pernah dilakukan. Berikut ini akan disajikan beberapa

    penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan

    dilaksanakan.

    Penelitian oleh Irsyad Andriyanto dengan judul “Strategi Pengelolaan

    Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan” pada tahun 2011 menyimpulkan

    bahwa pendistribusian ZIS yang amanah, transparan dan profesional

    berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Zakat Indonesia

    (RZI). Melalui program Integrated Community Development (ICD) RZI

    dapat memberdayakan masyarakat miskin. RZI menerapkan SOP dalam

    mengontrol program-program pemberdayaan zakat yang transparan dan

    akuntabel.16

    Persamaan penelitian di atas dengan judul yang akan diteliti

    adalah sama-sama menggali bagaimana lembaga pengelola zakat dalam

    menangani masalah ekonomi. Dalam penelitian diatas dapat ditunjukkan pada

    kata “Pengentasan Kemiskinan”, sedangkan didalam judul yang akan diangkat

    terdapat pada kata “Pemberdayaan Ekonomi Umat”. Perbedaannya dalam

    16

    Irsyad Andriyanto, “Strategi Pengelolaan Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan,” Jurnal

    Walisongo, Vol. 19 No. 1 (Mei, 2011)

  • 12

    12

    penelitian ini adalah bukan hanya strateginya, tetapi akan menggali lebih

    dalam faktor apa saja yang menjadikan pendayagunaan zakat produktif lebih

    minim.

    Muhammad Haris Riyaldi meneliti “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Keberhasilan Penerima Zakat Baitul Mal Aceh: Satu Analisis” pada tahun

    2015. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Faktor eksternal yang

    mempengaruhi keberhasilan penerima zakat produktif yaitu bantuan modal

    dan bimbingan petugas BMA. Sedangkan faktor internalnya yaitu spiritual dan

    sumberdaya manusia penerima zakat.17

    Persamaannya yaitu meneliti topik

    tentang pendayagunaan atau penyaluran zakat produktif. Perbedaannya yaitu

    penelitian diatas mencari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

    penerima zakat produktif, sedangkan dalam penelitian ini mencari faktor-

    faktor yang mempengaruhi minimnya pendayagunaan zakat produktif.

    Penelitian oleh Rosi Rosmawati pada tahun 2014 mengangkat judul

    “Pengembangan Potensi Dana Zakat Produktif Melalui Lembaga Amil Zakat

    (LAZ) untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.” Hasil penelitian

    tersebut mengungkapkan bahwa pengembangan potensi dana zakat produktif

    dengan bimbingan dan penyuluhan yang intensif, diharapkan meningkatkan

    kualitas daya saing mitra pembiayaan modal. Kekurangan dana operasional

    dapat diatasi dengan mengoptimalkan fungsi lembaga bisnis yang ada, dan

    17

    Muhammad Haris Riyaldi, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerima Zakat

    Baitul Mal Aceh: Satu Analisis”Jurnal Perspektif Darussalam, Vol.1 No.2 (September, 2015)

  • 13

    segera diterbitkan peraturan pemerintah yang mengatur masalah tersebut.18

    Persamaanya yaitu mengangkat topik zakat produktif untuk meningkatkan

    ekonomi. Perbedaanya yaitu penelitian tersebut mengangkat pengembangan

    potensi zakat produktif, sedangkan dalam penelitian ini mengungkap faktor yang

    mempengaruhi minimnya pendayagunaan zakat produktif.

    Penelitian oleh Asma Karimah pada tahun 2017 berjudul “Efektivitas

    Pendayagunaan Zakat Produktif Pada Program Pemberdayaan Ekonomi

    Masyarakat (Studi Kasus Sejuta Berdaya LAZ Al-Azhar Peduli Ummat di

    Kelurahan Pengasinan, Depok, Jawa Barat).” Hasil penelitian tersebut

    mengemukakan bahwa lembaga amil zakat tersebut menciptakan program

    Sejuta Berdaya, dilaksanakan dengan membentuk Kelompok Swadaya

    Masyarakat (KSM). Program tersebut menggunakan akad tijarah dan akad

    qardhul hasan, serta diiringi pembekalan ketrampilan dan pemberian

    informasi akses pasar. Program tersebut telah berjalan efektif, dibuktikan

    dengan meningkatnya pendapatan dan ekspansi usaha mustahiq.19

    Persamaan

    penelitian tersebut yaitu sama-sama mengangkat topik pendayagunaan zakat

    produktif pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Perbedaanya

    yaitu pada judul tersebut meneliti keefektifan zakat produktif, sedangkan

    dalam penelitian ini mengungkap faktor yang mempengaruhi minimnya

    pendayagunaan zakat produktif.

    18

    Rosi Rosmawati, “Pengembangan Potensi Dana Zakat Produktif Melalui Lembaga Amil Zakat

    (LAZ) untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.”Jurnal Ilmu Hukum Padjadjaran, Vol. 1

    No.1 (2004) 19

    Asma Karimah, “Efektivitas Pendayagunaan Zakat Produktif Pada Program Pemberdayaan

    Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Sejuta Berdaya LAZ Al-Azhar Peduli Ummat di Kelurahan

    Pengasinan, Depok, Jawa Barat)” (Skripsi S1 Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    2017)

  • 14

    Penelitian oleh Zaenal Abidin pada tahun 2012 dengan judul

    “Manifestasi dan Latensi Lembaga Filantropi Islam dalam Praktik

    Pemberdayaan Masyarakat: Suatu Studi di Rumah Zakat Kota Malang.”

    Kesimpulan yang didapat adalah fungsi laten pemberdayaan masyarakat yang

    dilakukan oleh Rumah zakat akan mengakibatkan ketergantungan mustahiq

    apabila intervensi lembaga sangat tinggi. Kemudian pencitraan Rumah zakat

    merupakan sebagian metode untuk menarik masyarakat dan pemerintah agar

    Rumah Zakat layak dan profesional sebagai lembaga zakat nasional.20

    Persamaan penelitian di atas dengan judul yang akan diteliti adalah sama-sama

    menggali bagaimana lembaga pengelola zakat dalam memberdayakan

    ekonomi masyarakat. Perbedaanya yaitu pada judul tersebut meneliti

    manifestasi dan latensi lembaga filantropi islam, sedangkan dalam penelitian

    ini mengungkap faktor yang mempengaruhi minimnya pendayagunaan zakat

    produktif.

    B. Tinjauan Pustaka

    1. Konsep Zakat

    a. Definisi Zakat

    Zakat merupakan ibadah harta benda yang disepakati (mâliyyah

    ijtima’iyah) yang memiliki posisi strategis dan mementukan, bukan hanya

    dari sisi keislaman, namun juga dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.

    Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam.Zakat dari segi bahasa

    20

    Zaenal Abidin, “Manifestasi dan Latensi Lembaga Filantropi Islam dalam Praktik Pemberdayaan

    Masyarakat: Suatu Studi di Rumah Zakat Kota Malang” Jurnal Salam, Vol. 15 No. 2 (Desember,

    2012)

  • 15

    memiliki beberapa arti yaitu keberkahan, pertumbuhan dan(لغت)

    perkembangan, kesucian, dan keberesan. Sedangkan arti zakat menurut istilah

    yaitu harta yang didalamnya terdapat bagian dengan persyaratan )شسعيت(

    tertentu, yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada yang berhak

    menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.21

    Menurut Undang-Undang

    RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, yang dimaksud zakat

    adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha

    untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat

    Islam.

    b. Dasar Hukum Zakat

    Dalil yang menunjukkan kewajiban zakat yaitu22

    :

    ْيِهْم بَِها ) التىبت : ٲُحْر ِمهْ ُسُهْم َوتَُسّكِ ْمَىاِلِهْم َصدَقَتً تَُطّهِ ََٔٓ۱ )

    “Ambillah wahai Muhammad dari harta mereka shadaqah yang akan

    membersihkan dan mensucikan mereka.”(Q.S. at-Taubah ayat 103)

    َكاةَ )البقزة: ََلةََواَتُْىالزَّ (۳۱َواَقِْيُم الصَّ

    “Dan dirikanlah shalat dan laksanakan zakat..” (Q.S. al-Baqarah ayat

    43)

    ااَْزَسَل ُمعَاذًاِلَىاْليََمِه: اَْن هللا قَِدالْفتََسَض َعلَْيِهْم ِفى اَْمَىاِلِهْم لَ مَّ

    تُْؤُخرُِمْه اَْغنِيَاِءِهمْ َصدَقَتً

    )متفق عليه(

    “Rasulullah saw bersabda kepada sahabat Mu’adz tatkala beliau

    mengutusnya ke Yaman, “Beritahu mereka bahwa Allah SWT telah

    mewajibkan zakat kepada mereka didalam harta yang diambil dari

    orang kaya mereka.” (H.R. Mutafaqqun „Alaih)

    21

    Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi (Surabaya: ITS Press, 2010),

    1. 22

    Segaf Hasan Baharun, Bagaimanakah Anda Meunaikan Zakat dengan Benar? (Pasuruan:

    Yayasan Ponpes Darullughah Wadda‟wah, 2001), 1-2.

  • 16

    Zakat juga diatur dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011

    tentang Pengelolaan Zakat. Dalam undang-undang tersebut, menyatakan

    bahwa zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai

    dengan syariat Islam.23

    c. Jenis-jenis Zakat

    Zakat secara garis besar memiliki dua jenis:

    1) Zakat Mâl (harta). Pada kitab-kitab hukum (fikih) Islam pada

    umumnya, harta kekayaan yang wajib dizakati yaitu emas, perak,

    uang, barang dagangan, hasil peternakan, hasil bumi, hasil tambang

    dan barang temuan.24

    Masing-masing harta tersebut memiliki kadar

    zakat dan nisab haul yang berbeda. Disamping zakat yang telah

    disebutkan di atas, seiring dengan semakin beragamnya sumber harta

    saat ini, terdapat beberapa jenis zakat mâl kontemporer yang muncul,

    diantaranya:

    a) Zakat surat berharga (saham/investasi/obligasi)

    b) Zakat profesi/penghasilan

    c) Zakat tabungan

    d) Zakat hadiah, dan

    e) Zakat perusahaan.25

    2) Zakat Nafs. Zakat nafs disebut juga zakat jiwa atau zakarotul fitrah,

    yaitu zakat yang diberikan berkenaan dengan selesainya mengerjakan

    23

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat 24

    Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf(Jakarta: UI-Press, 1988), 44. 25

    Tim Emir, Panduan Zakat Terlengkap (Jakarta: Erlangga, 2016), 46-95.

  • 17

    puasa fardhu..26

    Zakat fitrah dibayarkan sesuai dengan harga

    kebutuhan pokok pada suatu mayarakat, dengan ukuran atau

    timbangan yang berlaku, atau bisa diukur dengan satuan uang. Di

    Indonesia ukuran zakat fitrah disesuaikan dengan timbangan beras

    sebanyak 2,5 kilogram.27

    d. Persyaratan dan Rukun Zakat

    Persyaratan zakat meliputi dua aspek, yaitu syarat wajib dan syarat

    sah. Syarat wajib berkaitan dengan pemilik harta yang dizakati hartanya

    (muzakki) dan harta yang dizakati. Syarat syarat bagi muzakki adalah

    sebagai berikut:

    1) Islam. Para ulama bersepakat bahwa tidak ada kewajiban bagi orang

    kafir untuk berzakat, karena zakat merupakan ibadah yang suci,

    dimana orang kafir bukan termasuk kategori suci selama ia masih

    dalam kekufurannya.

    2) Merdeka. Seorang budak tidak wajib berzakat, karena hakikatnya ia

    tidak memiliki, tuannya yang memiliki apa yang ditangannya.

    Rasulullah saw bersabda:

    “Barangsiapa yang menjual seorang hamba yang memiliki

    harta, maka harta tersebut milik orang yang menjualnya,

    kecuali jika pembeli mensyaratkannya”. (Shahih Bukhari: 2379)

    3) Harta yang dikeluarkan merupakan harta yang wajib dizakati.

    Terdapat lima kriteria harta yang wajib dizakati, yaitu:

    (a) Emas, perak dan uang baik yang logam, atau uang kertas,

    26

    Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf(Jakarta: UI-Press, 1988), 44. 27

    Mursyidi,Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 78.

  • 18

    (b) Barang tambang atau barang temuan,

    (c) Binatang ternak,

    (d) Barang dagangan,

    (e) Hasil tanaman dan buah-buahan.

    4) Harta yang dizakati telah mencapai nisab atau senilai dengannya.

    5) Harta yang dizakati miliknya penuh, bukan hasil berhutang.

    6) Harta yang dizakati sudah berualang atau sudah satu tahun.

    7) Harta yang dizakati melebihi kebutuhan pokok.

    Sedangkan syarat wajib zakat yang berkaitan dengan harta adalah

    sebagai berikut:

    1) Harta tersebut termasuk kriteria harta yang wajib dizakati.

    2) Harta tersebut telah mencapai nisabnya. Nisab merupakan ukuran

    tertentu yang telah ditetapkan syariat. Maka apabila harta telah

    mencapai nisab, maka wajib bagi pemilik harta untuk

    menzakatinya. Sebaliknya, tidak ada kewajiban zakat bagi pemilik

    harta yang belum mencapai nisab.

    3) Harta dimiliki secara sempurna.

    Syarat sah zakat menurut ijma’ adalah niat. Para fuqaha bersepakat

    bahwa niat merupakan syarat sah zakat, berdasarkan sabda Nabi saw:

    “Pada dasarnya amal-amal itu dikerjakan dengan niat”

    Imam Maliki menambahkan lagi tiga syarat yaitu:

    1) Zakat diwajibkan atas harta yang telah haul, atau harta tersebut

    merupakan harta yang baik atau telah ada ditanganya.

  • 19

    2) Menyerahkan harta kepada yang berhak (mustahiq)

    3) Harta yang dikeluarkan merupakan harta yang wajib dizakati.

    Rukun zakat yaitu mengeluarkan sebagian harta (nishab) kepada

    orang fakir dengan menyerahkan kepadanya atau menyerahkan kepada

    wakilnya yaitu imam atau petugas pemungut zakat (amil).28

    e. Penggolongan Mustahiq Zakat

    Al-Qur‟an menetapkan delapan golongan penerima zakat. Hal ini

    realistis, karena kedelapan golongan tersebut terdapat dimanapun dan ada

    sepanjang masa. Latar belakang syariat menetapan delapan golongan

    tersebut yaitu, jatuhnya mereka menjadi fakir miskin bukan sepenuhnya

    karena faktor internal atau kesalahan mereka sendiri, namun dominan

    karena tidak berjalannya sistem dan norma keadilan. Hal tersebut

    disebabkan karena tertahannya hak orang miskin dalam harta orang kaya

    untuk pemenuhan fungsi harta dan pemilikan melalui lembaga ekonomi

    Islam seperti zakat.29

    Oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, delapan

    golongan tersebut diuraikan kembali sesuai dengan keadaan masyarakat

    di Indonesia, sebagai berikut:

    1) Fakir; yang disebut fakir adalah orang yang tidak memiliki

    barang berharga, kekayaan serta pekerjaan sehingga ia sangat

    perlu untuk ditolong.

    28

    Ibid,Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi .., 3-8. 29

    Ibid, Abdurrachman Qadir, Zakat dalam dimensi Mahdah dan Sosial.., 211.

  • 20

    2) Miskin; yang dimaksud miskin ialah orang yang memiliki

    barang berharga, kekayaan dan pekerjaan, namun tidak bisa

    memenuhi hajat hidupnya secara penuh. Misalnya, ia

    membutuhkan sepuluh dirham, tetapi ia hanya memiliki tujuh

    dirham.

    3) Amil; yang dimaksud Amil ialah orang yang bertugas

    mengumpulkan, menyimpan, menyalurkan zakat kepada yang

    berhak, dan menulis pembukuannya.

    4) Muallaf, terdapat empat macam muallaf yang dogolongkan

    sebagai berikut:

    a) Orang yang masuk islam tetapi niat atau imannya masih

    lemah.

    b) Orang yang masuk islam dengan niat yang kuat dan

    termasuk orang yang terkemukan dikalangannya, tujuan

    diberikannya zakat adalah diharapan dapat menarik kawan-

    kawannya agar masuk islam.

    c) Muallaf yang dapat membendung kejahatan kaum kafir.

    d) Muallaf yang dapat membendung kejahatan orang yang

    enggan membayar zakat.

    Golongan ketiga dan keempat akan diberikan zakat

    sekiranya membutuhkan, namun untuk golongan pertama dan

    kedua akan diberikan zakat tanpa syarat.

  • 21

    5) Riqab; yaitu budak belian yang diberikan kekuasaan untuk

    mengumpulkan harta sehingga ia dapat menebus dirinya

    sendiri. Untuk asnaf ini belum ada penjelasan daru ulama

    indonesia bahwa bagian ini dapat dialokasikan ke asnaf

    lainnya.

    6) Gharim; yang dimaksud gharim disini ada tiga macam;

    a) Orang yang berhutang untuk menghindari fitnah atau

    mendamaikan permusuhan.

    b) Orang yang berhutang untuk memenuhi hajatnya sendiri

    maupun keluarganya untuk keperluan yang mubah

    c) Orang yang meminjam karena memiliki tanggungan untuk

    mengurus keperluan umum seperti madrasah, masjid,

    pesantren, atau yang lain.

    7) Sabilillah; yang dimaksud sabilillah yaitu jalan yang dapat

    menyampaikan kepada ridha Allah. Bisa diartikan untuk

    membiayai syiar Islam ke lokasi-lokasi non muslim atau

    minoritas muslim, juga diartikan untuk menafkahi guru-guru

    yang mengajakkan ilmu syari‟at maupun ilmu lainnya yang

    bermanfaat bagi masyarakat umum.

  • 22

    8) Ibnu Sabil; yaitu orang yang sedang dalam perjalanan yang

    dibolehkan syariat, kemudian melewati daerah dimana daerah

    tersebut dikeluarkan zakat.30

    2. Pendayagunaan Dana Zakat

    Menurut KBBI, pendayagunaan berasal dari kata dasar dayaguna, yang

    berarti kemampuan mendatangkan hasil dan manfaat yang tepat guna atau

    efisien. Dari kata dasar tersebut, pendayagunaan dapat diartikan suatu usaha

    untuk mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar, lebih baik dan tepat

    guna dengan memanfaatkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki.

    Pendayagunaan dana zakat berarti suatu usaha untuk mendatangkan hasil dan

    manfaat yang lebih besar, lebih baik dan tepat guna dengan memanfaatkan

    sumberdaya dan potensi dana zakat yang dimiliki.

    a. Arah Kebijaksanaan Pendayagunaan Dana Zakat

    Arah kebijakan pendayagunaan dana zakat dimaksudkan agar

    pemanfaatan dana zakat dapat mencakup sasaran yang lebih luas dengan

    cita rasa syariat. Dana zakat dimanfaatkan dengan sistem distribusi yang

    efektif, seba guna dan produktif, sesuai dengan pesan kesan syariat serta

    tujuan sosial ekonomis dari zakat. Dari pemaparan diatas, perludipaham

    sebagai berikut:

    1) Allah tidak menetapkan perbandingan yang tetap dalam

    pembagian dana zakat kepada masing-masing asnaf

    30

    Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat

    (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 41-42.

  • 23

    2) Allah tidak menetapkan delapan asnaf harus diberi semua,

    namun dalam membagi dana zakat tidak boleh keluar dari

    ketentuan delapan asnaf tersebut

    3) Allah tidak menetapkan bahwa dana zakat harus segera

    dibagikan setelah masa pungutan zakat. Juga tidak ada

    ketentuan bahwa dana zakat harus dibagikan semua baik sedikit

    maupun banyak

    4) Allah tidak menetapkan bahwa yang diserahterimakan itu haus

    in cash (tunai) atau in kind (barang).31

    b. Pendayagunaan Dana Zakat

    Menurut Ghozali, dkk., secara umum terdapat empat bentuk

    pemanfaatan dana zakat, seperti berikut:

    1) Konsumtif Tradisional

    Zakat ini diberikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan secara

    langsung, seperti zakat fitrah yang diberikan langsung kepada fakir

    miskin untuk kebutuhan sahari-hari, atau zakat mal yang diberikan

    kepada korban bencana.

    2) Konsumtif Kreatif

    Bentuk zakat yang diwujudkan dalam bentuk yang lain dari

    barang semula, seperti alat-alat sekolah, beasiswa, dan lain

    sebagainya.

    31

    Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional:

    Persamaan dan Perbedaanya Dengan Pajak, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), 41.

  • 24

    3) Produktif Tradisional

    Zakat diberikan dalam bentuk barang yang bisa digunakan

    mustahiq untuk membuka lapangan kerja baru, seperti hewan ternak,

    mesin jahit, alat cukur, alat pertukangan, dan lain-lain.

    4) Produktif Kreatif

    Pemanfaatan dana zakat berupa modal yang digunakan untuk

    membangun proyek sosial atau penambahan modal bagi pedagang

    atau pelaku usaha kecil.

    Dari empat bentuk tersebut, bentuk ketiga dan keempat mendekati makna

    pendayagunaan zakat yang harus dikembangkan, sehingga dapat tercapai

    makna syariat baik dari sisi ibadah maupun sisi sosialnya.32

    c. Model Pemerataan Pertumbuhan Delapan Jalur Asnaf

    Secara rinci, bentuk penggunaan dana zakat sebagai berikut:

    1) Program Penanggulangan Kefakiran.

    Program ini sangat serius dan harus diutamakan mengingat

    pernyataan Nabi SAW: “Kefakiran mendekatkan diri kepada

    kekafiran”. Program ini antara lain mencakup:

    a) Pemenuhan kebutuhan pokok: makan, pakaian, perumahan,

    kesehatan, dan pendidikan.

    b) Penciptaan lapangan kerja

    c) Pemilikan saham pada Unit Usaha secara bersama berbagai

    bentuk dan jenis usaha professional.

    32

    Syukri Ghozali, dkk., Pedoman Zakat : 9 Seri(Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf,

    1986), 319-320.

  • 25

    2) Program Penanggulangan Kemiskinan.

    Program ini menduduki raking kedua setelah fakir. Pandangan

    ulama tentang bantuan modal bagi orang miskin dapat berbentuk

    bantuan kerja dan alat produksi yang memungkinkan penduduk

    miskin semakin bekerja keras memenuhi kebutuhan hidupnya dari

    hasil kerjanya, yang semula mustahiq, kemudian menjadi muzakki

    yang antara lain bentuk pelayanan tersebut mencakup:

    a) Penyaluran kredit bebas bunga (qardhul hasan)dari Bank

    Zakat / Bank Syariah.

    b) Pengembangan usaha dengan partisipasi modal (ventura) dari

    Bank Zakat dan Infaq.

    c) Pengembangan subsidi modal bagi warga miskin yang

    memiliki keterampilan dan alat produksi.

    3) Anggaran Rutin Organisasi Amil.

    Amil merupakan SDM professinoal yang bekerja untuk LAZ

    maupun BAZIS. Amil sebagai “karyawan” LAZ hendaknya

    mendapat anggaran sesuai dengan ketentuan upah yang layak bagi

    seorang karyawan atau pegawai. Beberapa ulama seperti Imam

    Syafi‟i mengungkapkan, apabila dana bagian zakat tidak mencukupi

    untuk membayar gaji karyawan, maka harus diambilkan dari sumber

    dana lain, agar mereka dapat hidup layak walapun tidak berlebihan.

    Sehingga mereka betul-betul bekerja untuk menanggulangi

    kemiskinan dan permasalahan yang dialami mustahiq.

  • 26

    4) Anggaran Dakwah bagi Muallaf.

    Beberapa ulama berpendapat bahwa muallaf tidak perlu disantuni

    karena Islam sudah kuat. Pendapat ini ditolak oleh sebagian ulama,

    dengan argumen bahwa perluasan dan peningkatan iman tidak

    pernah berhenti. Bahkan sebagian ulama yang lain berpendapat dana

    zakat bagian muallaf dapat disalurkan kepada orang kafir agar

    tertarik masuk Islam.

    5) Anggaran Memerdekakan Budak.

    Anggaran ini jangkauanya sangat luas. Beberapa ulama

    memasukkan penghapusan penjajahan sebagai bagian dari

    penggunaan dana zakat untuk memerdekakan budak. Jika hal ini

    termasuk, maka dapat disalurkan bagi warga muslim yang diusir dari

    negaranya.

    6) Anggaran Pembebasan Hutang.

    Bagi seorang muslim, hutang merupakan persoalan yang harus

    dipertanggungjawabkan sampai di akhirat. Oleh karena itu, agama

    memastikan adanya dana yang dapat digunakan bagi umatnya untuk

    membebaskan hutang. Perlu kita sadari, hutang tidak jarang menjadi

    alat eksploitasi bagi suatu negara karena adanya ikatan ekonomi.

    Anggaran pembebasan hutang digunakan untuk melepas warga atau

    negara miskin dari jeratan ekonomi yang melanda.

  • 27

    7) Anggaran Pembelaan terhadap Agama dan Negara (Sabilillah)

    Islam secara eksplisit mewajibkan umatnya untuk membela agama,

    sekalipun dengan jalan perang. Pengertian anggaran sabilillah

    dalam arti sempit yaitu dimaksudkan untuk membiayai para pejuang

    agama dalam berjihad untuk melindungi agama. Dalam arti luas,

    berjuang di jalan Allah dimaksudkan semua hal yang mencakup

    kemaslahatan umum, seperti dinyatakan oleh Rasyid Ridha,

    membangun jalan dan jembatan, tentunya apabila tidak ada sumber

    dana lain.

    8) Anggaran bagi Ibnu Sabil.

    Tofler mengingatkan bahwa dunia modern ini disebut dengan

    istilah “new nomad” atau masyarakat nomaden baru. Julukan ini

    bukan hanya bagi yang mampu, tetapi masyarakat miskin, tuna

    wisma, anak jalanan dananak buangan. Dana zakat juga disalurkan

    untuk memecahkan permasalahan new nomad ini.33

    d. Langkah Pelayanan Mustahiq

    Pendayagunaan zakat dalam hal ini pelayanan mustahiq

    memerlukan perhatian pada beberapa hal yaitu:

    1) Analis mustahiq. Analis mustahiq berkaitan dengan survei mustahiq,

    informasi mustahiq, posisi pelayanan, profil mustahiq, segmentasi

    mustahiq, horizontal maupun vertikal.

    33

    Sahri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin: Pengantar untuk

    Rekonstruksi Kebijakan Pertumbuhan Ekonomi , 179-181.

  • 28

    2) Persediaan dana zakat. Persediaan dana zakat berkaitan dengan

    evaluasi muzakki, jaringan dana zakat, muzakki terbaik, persyaratan

    penyaluran zakat dengan muzakki, dan mendapatkan persediaan

    zakat lebih besar.

    3) Menjual dan merencanakan produk. Menjual berbagai produk yang

    akan ditawarkan kepada muzakki maupun mustahiq berkaitan dengan

    pilihan produk, iklan, promosi, publisitas, pengumpulan dan

    penyaluran, tatap muka, tenaga penerangan dan pemungut zakat,

    hubungan dengan pelanggan dan hubungan dengan agen pengumpul

    dan penyaluran zakat. Beberapa LAGZIS di Malang menetapkan inti

    kegiatan Amil untuk meningkatkan mutu SDM, sedangkan sebagian

    yang lain menetapkan inti kegiatan amil untuk meningkatkan

    permodalan usaha kecil. Ada baiknya jika masing-masing amil zakat

    menyediakan produk yang difokuskan pada jasa tertentu yang

    dikelola secara profesional.

    4) Distribusi. Distribusi zakat berkaitan dengan persediaan, saluran

    distribusi, cakupan distribusi, lokasi mustahiq, wilayah penyaluran,

    tingkat persediaan dana zakat dan lokasi amil, pengiriman, dan

    keagenan.

  • 29

    5) Riset pengumpulan dan penyaluran zakat. Berkaitan dengan

    pengumpula data, mencatat kejadian kritis, peta kemiskinan dan

    analisi secara sistematis, siap belajar dari lapangan.34

    e. Strategi Penghimpunan Dana Zakat oleh LAZ

    Ibadah zakat merupakan ibadah yang kompleks. Memerlukan beberapa

    rangkaian kegiatan bagi lembaga pengelola zakat untuk menangannya. Tahap

    awal yaitu penghimpunan dana zakat. Setidaknya ada tiga strategi

    penghimpunan dana zakat yang bisa diterapkan oleh lembaga pengelola

    zakat, diantaranya:

    1) Pembentukan unit pengumpulan zakat. Badan amil zakat dapat

    membuka unit pengumpul zakat (UPZ) di berbagai tingkatan daerah

    baik nasional, provinsi, dan seterusnya.

    2) Pembukaan counter penerimaan zakat. Counter atau loket penerimaan

    zakat harus dibuat representative layaknya counter lembaga keuangan

    profesional, dengan pelayanan dan fasilitas yang baik seperti ruang

    tunggu, alat tulis, alat penghitung, brankas, dan tenaga profesional

    yang menerapkan pelayanan prima.

    3) Pembukaan rekening bank. Pemisahan rekening bank antara rekening

    zakat, infaq, shadaqah dan wakaf sebaiknya dilakukan. Hal ini

    memudahkan muzakki agar tahu kemana dana akan disetor, dan

    memudahkan pengelola untuk mendistribusikannya.35

    34

    Ibid,Sahri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin: Pengantar untuk

    Rekonstruksi Kebijakan Pertumbuhan Ekonomi (Malang: Bahtera Press, 2006), 176. 35

    Ibid,Moh. Toriquddin, Pengelolaan Zakat Produktif Perspektif Maqasid Al-Syariah IbnuAsyur

    .., 33-34.

  • 30

    4) Kunjungan dari rumah ke rumah

    5) Iklan media massa

    6) Mengembangkan program kemitraan (channeling)36

    f. Pendayagunaan oleh Lembaga Amil Zakat

    Pendayagunaan zakat produktif merupakan sebuah program yang

    pelaksanaanya diawasi oleh sebuah manajemen. Dalam menjalankan

    sebuah program tersebut, manajemen suatu lembaga perlu menerapkan

    fungsi manajemen sebagai panduan. Menurut George R Terry fungsi

    manajemen terdiri dari beberapa langkah yang harus dilakukan, antara lain

    perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, pemotivasian dan

    pengawasan.

    1) Perencanaan.

    Perencanaan merupakan kegiatan menentukan tujuan-tujuan yang

    hendak dicapai dalam suatu program yang akan dibuat dan apa yang

    harus dilakukan agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. Kegiatan

    perncanaan meliputi:

    a) Self audit atau menentukan keadaan program sekarang

    b) Survei lingkungan

    c) Menentukan tujuan

    d) Meramal keadaan-keadaan yang akan datang

    e) Melakukan tindakan dan sumber pengerahan

    f) Mempertimbangkan tindakan-tindakan yang diusulkan

    36

    Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat

    (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 200-201.

  • 31

    g) Mengubah dan menyesuaikan rencana-rencana sehubungan dengan

    hasil pengawasan dan keadaan yang berubah-ubah.

    2) Pengorganisasian.

    Pengorganisasian merupakan kegiatan mengelompokkan dan

    menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan

    untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu. Hal-hal yang dikerjakan

    dalam pengorganisasian antara lain:

    a) Menetapkan dengan teliti dan menentukan pekerjaan yang akan

    dilaksanakan

    b) Break work down, atau membagi pekerjaan atau tugas kepada

    setiap orang

    c) Tugas-tugas kelompok menjadi posisi-posisi

    d) Tentukan persyaratan-persyaratan setiap posisi

    e) Kelompok-kelompok posisi menjadi satuan-satuan yang dapat

    dipimpin dan saling berhubungan dengan baik

    f) Bagi-bagikan pekerjaan, pertanggungjawaban dan luas kekuasaan

    yang akan dilaksanakan

    g) Ubah dan sesuaikan program sesuai dengan hasil pengawasan dan

    kondisi yang berubah –ubah

    h) Berhubungan selalu selama proses menjalankan program.

  • 32

    3) Kepegawaian.

    Kegiatan kepegawaian yaitu menentukan keperluan-keperluan

    sumberdaya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan

    pengembangan tenaga kerja. Rincian pelaksanaannya sebagai berikut:

    a) Tentukan keperluan-keperluan sumberdaya manusia

    b) Kerahkan pegawai-pegawai sedapat mungkin

    c) Menyaring siapa yang mampu untuk diberikan suatu posisi

    d) Latih dan kembangkan sumber-sumberdaya manusia

    e) Ubah dan sesuaikan kuantitas dan kualitas sumber-sumber daya

    manusia sehubungan dengan hasil pengawasan dan perubahan

    kondisi

    f) Berhubungan setelah dan selama proses berjalannya program

    4) Pemotivasian

    Pemotivasian yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku

    manusia ke arah tujuan-tujuan. Pelaksanaannya sebagai berikut:

    a) Berhubungan dengan staf dan menjelaskan tujuan-tujuan dengan

    bawahan

    b) Mengkomunikasikan ukuran-ukuran pelaksanaan atau performance

    standard

    c) Memberi bawahan penghargaan atas apa yang ia capai

    d) Puji dan tegur dengan jujur

    e) Mengadakan lingkungan yang memberikan dorongan dengan

    meneruskan keadaan yang berubah-ubah serta tuntutannya.

  • 33

    f) Ubah dan sesuaikan cara-cara memotivasikan sehubungan dengan

    hasil pengawasan dan kondisi yang berubah

    g) Berhubungan selalu dengan proses pemotivasian

    5) Pengawasan

    Pengawasan yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan,

    menentukan sebab-sebab penyimpangan, dan mengambil tindakan

    korektif dimana perlu. Kegiatan pengawasan meliputi:

    a) Menetapkan ukuran-ukuran

    b) Monitor hasil dan bandingkan dengan ukuran

    c) Memperbaiki penyimpangan-penyimpangan

    d) Ubah dan sesuaikan cara-cara pengawasan sehubungan dengan hasil

    pengawasan dan perubahan kondisi

    e) Berhubungan selalu selama proses pengawasan37

    3. Zakat Produktif

    Yusuf al-Qardhawi mengemukakan definisi zakat sebagai sejumlah harta

    yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

    Menurutnya, zakat juga diartikan mengeluarkan jumlah harta tertentu itu

    sendiri.

    Kata produktif berasal dari bahasa Inggris productive yang berarti banyak

    menghasilkan; banyak menghasilkan barang-barang berharga; memberikan

    37

    George R. Terry, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), 9-12.

  • 34

    banyak hasil; yang mempunyai hasil yang baik. Secara umum kata productive

    memiliki makna banyak menghasilkan karya atau barang.

    Dari definisi di atas, zakat produktif dapat diartikan sebagai model

    pendistribusian zakat yang membuat para mustahiq menghasilkan sesuatu

    secara berkelanjutan melalui zakat yang diterimanya. Zakat produktif

    merupakan zakat yang diberikan kepada mustahiq tidak untuk dihabiskan,

    melainkan untuk dikembangkan dan untuk membantu usaha mereka agar

    dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus, bahkan diharapkan

    dapat merubah status mereka dari mustahiq menjadi muzakki. Zakat produktif

    juga diartikan sebagai harta yang dikeluarkan dari harta atau jiwa dengan cara

    tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif,

    sesuai dengan pesan syari‟at, dan peran serta fungsi sosial ekonomi zakat.

    Dari definisi diatas, yang bisa diproduktifkan bukan hanya dari zakat mâl,

    tetapi juga zakat fitrah.38

    Dari beberapa lembaga zakat di Indonesia, dapat disimpulkan yang

    merupakan bagian dari zakat produktif antara lain:

    a. Pembinaan kewirausahaan

    b. Bantuan modal dan peralatan kerja

    c. Bantuan modal usaha produktif

    d. Pengembangan ekonomi melalui qardhul hasan

    e. Penanggulangan hutang usaha

    38

    Moh. Toriquddin, Pengelolaan Zakat Produktif Perspektif Maqasid Al-Syariah IbnuAsyur

    (Malang: UIN-Maliki Press, 2015), 29-31.

  • 35

    f. Pembinaan usaha peternakan, pertanian, dan perdagangan.39

    4. Pemberdayaan Ekonomi Umat

    a. Zakat dan Pertumbuhan Ekonomi

    Zakat berfungsi untuk mendorong investasi, mencegah

    penimbunan harta dan mendorong naiknya pembelanjaan untuk barang

    konsumsi dari sisi pemberi maupun penerima zakat. Sehingga, arus modal

    dari dua saluran tersebut, yaitu investasi dan konsumsi akan menciptakan

    lapangan kerja bagi jutaan orang. Bersamaan dengan hal tersebut, akan

    mempercepat pertumbuhan pendapatan nasional suatu negara. Dorongan

    investasi dan konsumsi yang ditimbulkan zakat akan berdampak besar

    bagi pertumbuhan ekonomi. Tersedianya dana untuk investasi akan

    mendorong perkembangan industri dan mempercepat pertumbuhan

    ekonomi. Konsumsi yang bertambah besar juga menciptakan permintaan

    yang lebih besar bagi industri di negara yang bersangkutan. Selajutnya

    dapat dikatakan bahwa penggunaan dana zakat secara bijaksana dapat

    menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi tanpa harus mengkhawatirkan

    kekurangan permintaan dan menurunnya permintaan kerja.40

    b. Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

    Menurut Amir Fanzuri, “Bertolak dari perspektif mereka sendiri,

    mereka (rakyat) didorong untuk mendayagunakan sumber dayanya bagi

    pengembangan dirinya menuju pada proses penemuan diri dari berbagai

    39

    Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi

    Umat (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 200-201. 40

    FORDEBI dan ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2016), 397-398

  • 36

    ketergantungan dan situasi yang menghalangi perkembangan dirinya

    sebagai manusia yang berakal budi dan bermartabat”. Selanjutnya,

    diungkapkan bahwa tugas keamilan dan pemberdayaan adalah memberi

    pemahaman terhadap muzakki, bahwa pengentasan kemiskinan,

    kebodohan dan keterbelakangan harus dilihat dalam perspektif yang lebih

    luas, keterlibatan yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan (sustainable).

    Harta zakat (khususnya zakat mâl) harus dipahami sebagai modal

    dana yang harus diputar (revolving fund) yang pemanfaatanya harus

    diarahkan kepada sektor produktif, sehingga kesinambungan usaha yang

    dijalankan rakyat dapat terjamin. Dana zakat akan efektif apabila

    digunakan untuk mengentaskan kemiskinan, karena masalah tersebut

    sangat mencekik leher mayoritas umat islam. Hal ini merupakan sasaran

    utama zakat, seperti yang dikemukakan oleh al-Bakri bahwa untuk

    membentu permodalan fakir miskin, islam telah mewajibkan zakat kepada

    para pemilik kekayaan dan menjadikannya sebagai salah satu rukun Islam

    yang lima.pendistribusian dan manajemennya harus dilakukan secara

    profesional, pemikiran yang matang dan secara administratif agar dapat

    memenuhi fungsi dan kegunaan zakat yang sebenarnya. Dikatakan pula

    bahwa dana zakat tidak harus diberikan begitu saja kepada fakir miskin,

    namun juga harus dimanfaatkan untuk pengembangan usaha sebagai

    bekal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, atau

    dimanfaatkan untuk pelatihan di berbagai bidang seperti pertanian,

    pertukangan, manajemen, bisnis, biro jasa dan lain-lain. Hal tersebut perlu

  • 37

    dukungan dari berbagai pihak terutama para pembesar yang memiliki

    kepedulian terhadap nasib rakyatnya yang dililit kemiskinan.

    Ada tiga aspek utama yang perlu diperhatikan ketika menentukan

    industri kecil atau unit usaha rakyat sebagai dasar pemberian modal dari

    dana zakat:

    1) Merupakan subsektor usaha yang menampung kehidupan dan

    tradisi budaya dari sebagian besar anggota masyarakat,

    2) Merupakan sebagian dari sarana penciptaan lapangan kerja dan

    pengembangan kreatifitas angkatan kerja yang umumnya tidak

    memiliki pendidikan formal yang memadai untuk masuk ke

    sektor formal,

    3) Sarana distribusi kesempatan berusaha dan berpendapatan.41

    c. Kesepadanan Zakat dalam Perekonomian

    Zakat merupakan kewajiban umat muslim untuk mengeluarkan

    sebagian dari hartanya untuk di berikan kepada yang berhak, sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku. Menurut pandangan ekonomi, zakat

    memiliki kesepadanan dengan variabel-variabel ekonomi antara lain

    pajak, retribusi, konsumsi, tabungan dan investasi.

    1) Pemahaman Pajak, Retribusi, Dan Zakat.

    Pajak (tax) merupakan iuran rakyat utuk negara atau lembaga yang

    manfaatnya bisa dirasakan secara tidak langsung.Sedangkan retribusi

    merupaka iuran rakyat untuk negara dimana manfaatnya

    41

    Ibid, FORDEBI dan ADESy, Ekonomi dan Bisnis Islam:Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, 400-401

  • 38

    dapat dirasakan secara langsung. Kemudian zakat dapat

    didefinisikan sebagai iuran umat islam yang diberikan kepada yang

    berhak menerimanya. Dari pandangan di atas, dapat dipahami

    ketiganya memiliki kesamaan dalam hal iuran. Namun terdapat

    perbedaan dari beberapa aspek, yakni pengeluaran pajak dan

    retribusi diperuntukkan bagi kepentingan negara, sedangkan zakat

    diperuntukkan bagi kepentingan umat Islam.

    2) Pemahaman Konsumsi, Produksi, dan Zakat.

    Pemahaman ekonomi umum tentang konsumsi adalah pemakaian

    suatu barang untuk kebutuhan makhluk. Sedangkan produksi adalah

    hasil yang diperoleh dari proses produksi. Secara matematis fungsi

    konsumsi dapat diformulasikan sebagai berikut:

    C = Co + CY

    dimana :

    C = Konsumsi

    Co = Konsumsi Otonom

    CY= Konsumsi yang diperoleh dari pendapatan

    Kaitan konsumsi dan zakat apabila telah diadakan pemakaian

    (konsumsi), seperti makan, minum, dan sebagainya, maka dapat

    menyebabkan pertumbuhan maupun perkembangan tubuh manusia.

    Namun disadari atau tidak, makanan/minuman atau konsumsi lainya

    yang telah digunakan tersebut ada yang dimanfaatkan secara utuh

    dana ada juga yang hanya sebagian. Jika terdapat sisa, maka hal

  • 39

    tersebut akan dibuang. Dalam pandangan Islam, bagian makanan

    maupun minuman tersebut terdapat hal-hal yang perolehan atau

    peruntukannya tidak sesuai dengan kaidah agama. Hal-hal yang

    haram tersebut dapat disucikan melalui zakat fitrah. Demikian

    halnya pada pemakaian barang-barang ataupun harta. Pada sebagian

    harta tersebut disamping dimanfaatkan untuk kepentingan

    perputaran modal (arus produksi) ataupun pembangunan, akan tetapi

    pada harta tersebut walaupun perolehanya halal, terdapat bagian yag

    harus disucikan. Penyucian tersebut melalui zakat harta. Secara

    ekonomi Islam, fungsi konsumsi di atas dapat domidifikasi sebagai

    berikut:

    C = Co + CY + (Z+In+S)

    dimana :

    C = Konsumsi

    Co = Konsumsi Otonom

    CY= Konsumsi yang diperoleh dari pendapatan

    Z = Zakat

    In = Infaq

    S = Sedekah

    Berdasarkan pandangan di atas, tampak bahwa secara ekonomi

    Islam, baik konsumsi, produksi, maupun zakat terdapat kesepadanan

    yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, antara konsumsi,

  • 40

    produksi, dan zakat sangat erat kaitanya, baik dalam pandangan

    ekonomi maupun secara Islami.

    3) Pemahaman Tabungan, Investasi, dan Zakat.

    Secara makro ekonomi, tabungan (saving) merupakan sisa dari

    pendapatan yang tidak dihabiskan dalam pemakaian (konsumsi).

    Secara matematika dapat diformulasikan sebagai berikut:

    Y= C+S

    Dimana:

    Y= Pendapatan

    C= Konsumsi

    S=Tabungan

    Dalam analisis ekonomi makro, jika tabungan yang disimpan

    tersebut sudah cukup banyak, maka tabungan tersebut bisa dijadikan

    sebagai modal usaha atau disebut investasi. Apabila terjadi

    demikian, maka formulasi di atas berubah menjadi:

    Y= C+I

    Dimana:

    Y= Pendapatan

    C= Konsumsi

    I=Investasi

    Lebih lanjut dalam analisis ekonomi makro yang dikaitkan dengan

    unsur zakat sebagai implementasi dalam ekonomi Islam, maka

    formulasi di atas dapat disempurnakan sebagai berikut:

  • 41

    Y= C+I (Z+In+S)

    Dimana:

    Y= Pendapatan

    C= Konsumsi

    I=Investasi

    Z = Zakat

    In = Infaq

    S = Sedekah42

    42

    Sahri Muhammad, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin: Pengantar untuk

    Rekonstruksi Kebijakan Pertumbuhan Ekonomi , 207-208.