24
11 BAB II VALUE PROPOSITION 2.1 Roti Roti merupakan salah satu dari 14 bahan makanan praktis dengan bahan baku tepung terigu, ragi (yeast), dan air, sedangkan bahan pelengkap lainnya yang digunakan adalah gula, garam, lemak, susu, coklat, kismis, dan sukade merupakan bahan pelezat. Sebagai salah satu makanan praktis, roti dapat dibuat berbagai macam bentuk dan rasa sesuai dengan keinginan pembuatnya dan keinginan konsumen. Dalam menghasilkan roti yang bermutu tinggi diperlukan proses produksi yang higienis dan sesuai dengan prosedur dari pembuatan adonan sampai dengan pengemasan. Industri roti ini melakukan proses produksi dengan mengolah tepung terigu, gula, telur, susu bubuk dan cair, mentega atau margarin, ragi roti dan garam menjadi produk dengan nilai tambah dan siap dikonsumsi dengan kandungan gizi yang baik. Menurut Astawan (2008), kandungan gizi roti lebih unggul dibandingkan dengan nasi dan mie basah per 100 gram bahan zat gizi . Seiring dengan aktivitas yang semakin sibuk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi, maka roti merupakan pilihan makanan alternatif disegala kondisi waktu dan makan, salah satunya yaitu bakery. Menurut Suprapto dan Elly (2009), pelaku usaha industri bakery di Indonesia umumnya didominasi oleh kalangan pengusaha berskala mikro, kecil dan menengah. Usaha mikro (beromzet kurang dari Rp 25.000.000,-per bulan) di industri bakery saat ini mencapai sekitar 55% dari total

BAB II VALUE PROPOSITION - BINA … II...... ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008:6): Perilaku konsumen

  • Upload
    ledat

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

11

BAB II

VALUE PROPOSITION

2.1 Roti

Roti merupakan salah satu dari 14 bahan makanan praktis dengan bahan baku

tepung terigu, ragi (yeast), dan air, sedangkan bahan pelengkap lainnya yang

digunakan adalah gula, garam, lemak, susu, coklat, kismis, dan sukade merupakan

bahan pelezat. Sebagai salah satu makanan praktis, roti dapat dibuat berbagai macam

bentuk dan rasa sesuai dengan keinginan pembuatnya dan keinginan konsumen.

Dalam menghasilkan roti yang bermutu tinggi diperlukan proses produksi yang

higienis dan sesuai dengan prosedur dari pembuatan adonan sampai dengan

pengemasan.

Industri roti ini melakukan proses produksi dengan mengolah tepung terigu,

gula, telur, susu bubuk dan cair, mentega atau margarin, ragi roti dan garam menjadi

produk dengan nilai tambah dan siap dikonsumsi dengan kandungan gizi yang baik.

Menurut Astawan (2008), kandungan gizi roti lebih unggul dibandingkan dengan nasi

dan mie basah per 100 gram bahan zat gizi .

Seiring dengan aktivitas yang semakin sibuk dan kesadaran masyarakat akan

pentingnya makanan bergizi, maka roti merupakan pilihan makanan alternatif disegala

kondisi waktu dan makan, salah satunya yaitu bakery. Menurut Suprapto dan Elly

(2009), pelaku usaha industri bakery di Indonesia umumnya didominasi oleh kalangan

pengusaha berskala mikro, kecil dan menengah. Usaha mikro (beromzet kurang dari

Rp 25.000.000,-per bulan) di industri bakery saat ini mencapai sekitar 55% dari total

12

industri bakery yang ada di Indonesia, usaha kecil (beromset kurang dari Rp

200.000.000,- per bulan) sekitar 30%, usaha menengah (beromzet kurang dari Rp

4.000.000.000,- per bulan) sekitar 10% dan usaha besar (beromzet lebih dari Rp

4.000.000.000,- per bulan) mencapai sekitar 5%.

Gambar 2.1 Proyeksi penjualan industri roti di Indonesia

Sumber: CIMB Principal Asset Manajemen

Perkembangan bisnis bakery di Indonesia menjadi bagian penting yang harus

diperhatikan oleh seorang produsen guna memenuhi kebutuhan konsumennya.

Semakin banyak peluang menggiurkan dalam bisnis bakery, semakin banyak pemain

bakery sehingga semakin tinggi pula persaingan dalam bisnis ini. Pengetahuan akan

kebutuhan dan keinginan konsumen bakery akan menjadi arah dalam membuat

produk bakery memiliki nilai tinggi agar terus dibeli dan dicari, bahkan lokasi juga

menjadi pertimbangan pelaku bakery untuk mengembangkan bisnisnya (Kurnia,

2009).

13

Radzi (2007) roti yang pada awalnya dianggap sebagai makanan para tuan dan

nona Belanda pada jaman penjajahan, saat ini sudah menjadi makanan pokok kedua

setelah nasi. Hal ini disebabkan karena fenomena masyarakat kita terutama

masyarakat kota yang dipadatkan dengan berbagai aktifitas, maka roti dipilih sebagai

makanan alternatif pengganti nasi yang dapat diandalkan dalam segala kondisi dan

waktu makan.

Oleh karena itu, dengan didukung oleh data-data yang telah tersedia maka

Riche hadir membuat menu yang berbahan dasar roti dengan citarasa yang tinggi dan

unik. Jenis roti yang kami sajikan, bukan hanya roti panggang unik yang dimakan di

tempat, tetapi kami juga menyiapkan jenis roti yang roti siap saji yang sehat, selain itu

bisa dibawa pulang pelanggan untuk sarapan maupun untuk cemilan.

2.2 Market size

Market size adalah jumlah pengguna suatu produk jumlah pembeli dan penjual

di suatu pasar. Hal ini sangat penting bagi perusahaan yang ingin meluncurkan produk

baru atau jasa, karena pasar yang kecil cenderung tidak akan mampu untuk

mendukung suatu volume tinggi dari barang-barang.

Menurut Ostelwalder dan Pigneur (2010), pelanggan merupakan kunci utama

dalam mendapatkan keuntungan, tanpa pelanggan maka sebuah perusahaan tidak

dapat bertahan lama dalam bisnis yang mereka bangun.

Berdasarkan teori dari Ostelwalder dan Pigneur (2010), mereka membagi dua

segmen pasar, berdasarkan kebutuhan, perilaku konsumen yaitu segmen kelas

menengah ke atas dan segmen kelas menengah kebawah. Ada beberapa tipe dari

customer segmen:

14

1. Mass market, bisnis model yang tidak membedakan segmen pelanggan. Mass

market fokus pada penentuan segmentasi pasar, nilai proposisi, kerjasama, dan

juga saluran distribusi.

2. Niche market, bisnis model yang memiliki target pasar yang hanya melayani

segmen pelanggan tertentu atau spesifik.

3. Segmented, bisnis model yang membedakan kebutuhan dan masalah yang berbeda

pada pelanggan.

4. Diversified, bisnis model yang melayani dua atau lebih dengan kebutuhan yang

berbeda dan saling bergantung satu sama lain.

Pasar yang kami pilih adalah mass market, karena jenis makanan yang

diproduksi oleh Riche dapat dinikmati oleh semua kalangan dan semua umur, mulai

dari anak kecil yang biasa lebih menyukai rasa manis seperti coklat dan keju, maupun

remaja atau dewasa yang bisa memilih varian asin gurih yang berasal dari daging

ayam, sapi, ikan salmon.

Harga Riche cukup terjangkau mulai dari Rp 13.000,-sehingga semua

kalangan dapat mencicipi sajian roti yang kami hidangkan, mulai dari anak-anak,

pelajar, orang kantoran maupun suatu keluarga.

Selain itu, roti yang kami tawarkan ada dua macam. Ada roti bakar yang

biasanya lansgung makan di tempat yang menjadi favoritnya anak sekolah atau kuliah

sambil bersantai, maupun roti yang bisa di take away untuk sarapan keluarga dan

snack. Kami juga melayani delivery order dengan telepon atau online order yaitu

bekerjasama dengan aplikasi Go-jek. Selain itu Riche juga dapat digunakan dalam

acara pesta ulang tahun, arisan, meeting, atau hanya untuk konsumsi pribadi.

15

Untuk memperluas market size, kami juga selalu melakukan peninjauan

langsung terhadap trend pasar untuk menambah variasi menu kami, serta membuat

menu unik di setiap event tertentu seperi natal dan tahun baru, haloween, valentine

dan sebagainya. Selain itu, kami juga membuat promosi menarik bagi yang berulang

tahun, promosi melalu social media, maupun bekerja sama dengan vendor lainnya.

Seperti pada peluncuran film minions yang menjadi suatu trend dimana-mana terdapat

minion maka Riche menghadirkan karakter minion dalam rotinya.

Walaupun sudah banyak orang yang membuka usaha dibidang roti, namun

Riche membuat konsumen memakan roti lebih dari sekedar roti biasa, sesuai dengan

motto kami THIS IS NOT ORDINARY BREAD, THIS IS RICHE. Kami mengemas

produk kami berbeda dengan roti lain dengan keunikan tersendiri dari segi

tampilandan cita rasa yang bervariasi, sehingga kami lebih unggul dari pesaing toko

roti yang sudah ada.

2.3 Analisis Industri

Roti merupakan makanan yang sudah banyak dikonsumsi sebagai alternatif

sumber kalori pengganti nasi maupun snack (kudapan) pengganjal perut ketika lapar.

Pada Tabel 1, pada tahun 1996 tingkat konsumsi rata-rata roti di Indonesia mencapai

628,3 juta bungkus kecil roti tawar dan 2.979,6 juta potong roti manis. Walaupun

terjadi penurunan menjadi 366,7 juta bungkus kecil roti tawar dan 2.349,3 juta potong

roti manis pada tahun 1999 karena terpaan krisis ekonomi yang melanda Indonesia

sehingga daya beli masyarakat berkurang, konsumsi rata-rata roti Indonesia kembali

meningkat hingga mencapai angka 447,6 juta bungkus kecil roti tawar dan 2.920,6

juta potong roti manis pada tahun 2002. Dari hasil ini industry roti akan terus

16

berkembang seiring dengan banyaknya konsumen yang mengkonsumsi roti per

tahunnya.

Konsumsi roti per kapita Indonesia telah tumbuh dari US$ 0.8 di 2005

menjadi US$ 3.6 di 2014. Namun demikian konsumsi roti per kapita Indonesia masih

dibawah Malaysia dan Vietnam yang telah mencapai level US$ 17 dan US$ 7 per

kapita.

Gambar 2.2 Pertumbuhan penjualan roti di Indonesia

Sumber: bisnis.com

Tahun Konsumsi Rata-rata Roti Tawar

(Juta Bungkus Kecil)

Konsumsi Rata-rata Roti Manis

(Juta Potong)

1996 628,3 2.979,6

1999 366,7 2.349,3

2002 447,6 2.920,6

Tabel 2.1 Tabel konsumsi roti tawar dan manis Per Kapita Per Tahun di

Indonesia, Tahun 1996, 1999, 2002

Sumber: BPS dalam Badria (2005:2)

17

Gambar 2.3 Diagram jenis makanan yang disukai seperti apa

Sumber: kuisioner thesis Bread Sushi Roll-Riche (2016)

Selain itu, industri makanan unik berkembang dimana pada hasil survei diatas

menunjukkan bahwa 43% dari 100 orang memilih untuk mengkonsumsi makanan

yang memiliki konsep unik. Tampil dengan konsep unik dan berbeda dari produk roti

bakar yang lain,bread sushi roll ini mampu menembus persaingan pasar yang ramai

dengan jenis-jenis makanan yang lain, baik makanan tradisional maupun makanan

asing.

Untuk mengatasi adanya persaingan yang dihadapi oleh Riche bread sushi roll

maka Riche akan melakukan kegiatan promosi untuk mendukung penjualan usaha ini

yaitu sebagai berikut:

1. Membagikan brosur dan pemasangan iklan.

2. Memiliki media sosial berupa: Facebook, Twitter, Instagram, Path dan

mengupdate kegiatan yang dilakukan oleh Riche seperti launching menu baru,

kegiatan bazaar atau informasi seputar Riche.

18

3. Promosi langsung ke konsumen, dengan memberikan sample, dimana konsumen

untuk mencoba memakannya dan mencicipi citarasanya sehingga dapat menjadi

media promosi ke orang lain.

4. Memiliki menu baru setiap event tertentu seperti valentine, natal, haloween dan

sebagainya, serta memberikan promosi khusus bagi yang berulang tahun.

2.4 Five Porter Analysis

Five Forces Model atau yang lebih dikenal dengan Porter Five Forces adalah

suatu metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi bisnis atau

lingkungan persaingan yang dipublikasikan oleh Michael E Porter, seorang profesor

dari Harvard Business School pada tahun 1979.

Gambar 2.4 Five Porter Analysis

19

2.4.1 Threat of New Entrants

Dalam business model Riche memiliki hambatan masuk yang tinggi,

karena Riche termasuk jenis makanan ringan, jadi memudahkan competitor

untuk menjadi competitor Riche. Tetapi untuk meningkatkan persaingan yang

akan dihadapi, akan gencar melakukan promosi di social media maupun

mengikuti food baazar di daerah Jakarta dan Tangerang. Sehingga akan

banyak orang mengenal Riche.

Selain itu Riche juga menerima feedback kepada pelanggan melalui

aplikasi pesan terbaru seperi Line dan Whatsapp, atau dapat melalui kotak dan

saran yang nantinya staff admin Riche akan menanggapi feedback yang

diberikan customer, sehingga menu yang kami sajikan akan terus bertambah

dan tidak membosankan, karena Riche memiliki keunikan tersendiri dari segi

penampilan maupun rasa. Selain itu aplikasi pesan tersebut dapat berguna

untuk sebuah forum customer service bagi pelanggan Riche yang mempunyai

saran atau kritik. Riche akan terus mengembangkan produk, bukan dari hanya

segi roti saja, tapi dari menu lain sebagai pelengkap dari menu yang sudah ada.

2.4.2 Bargaining Power of Suppliers

Riche memiliki bargaining power of supplier low, karena kita tidak

perlu cemas untuk mencari supplier, tentunya supplier sendiri yang akan

bersaing untuk dapat menjadi partner Riche karena perkembangan industri roti

di Indonesia sudah cukup banyak. Bahan-bahan yang dipakai oleh Riche ada

banyak di pasaran, switching cost untuk mengganti supplier juga tidak mahal.

20

2.4.3 Bargaining Power of Buyers/ Consumers

Dalam bisnis Riche, bargaining power of buyer high, karena walaupun

bahan dasar yang kita buat adalah dari roti, tetapi penyajiannya dengan cara

yang berbeda, yaitu kita roll seperti bentuk sushi, dan ditusuk seperti sate,

halitu akan menjadi daya tarik pelanggan untuk tetap mengkonsumsi Riche

bread sushi roll.

2.4.4 Threat of Subtitute Products

Dalam Five Forces Model Persaingan terhadap produk dihasilkan

perusahaan tidak hanya berasal dari perusahaan yang memproduksi produk

yang sama sehingga menimbulkan persaingan langsung (direct competition),

melainkan bisa juga berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang

memiliki kesamaan fungsi dengan produk yang dihasilkan perusahaan. Produk

seperti itu dinamakan produk subsitusi (substitute products). Threat of

Subtitute Products pada Riche high, karena banyak bisnis berbahan dasar roti

yang bisa menggantikan Riche. Bisnis makanan lain yang bisa menggantikan

Riche yaitu seperti Pop Pao, Daily Fresh, dan Eggo Waffle.

2.5 Consumer behavior

Perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2008:214) studi bagaimana

individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan

menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan

kebutuhan mereka. Perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008:6):

Perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil keputusan untuk

memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli

barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi.

21

Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis

yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,

menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau

kegiatan mengevaluasi.Dalam hal ini consumer behavior yang ada dalam hasil survei

menunjukkan bahwa sekarang ini ada 98% dari 50 orang menyukai kuliner. Perilaku

ini yang membuat Riche dapat menarik minat pelanggan.

Gambar 2.5 Diagram yang menyukai kuliner

Sumber: Kuisioner thesis Bread Sushi Roll Riche (2016)

2.6 Substitute Competitor Analysis

Persaingan terhadap produk dihasilkan perusahaan tidak hanya berasal dari

perusahaan yang memproduksi produk yang sama sehingga menimbulkan persaingan

langsung (direct competition), melainkan bisa juga berasal dari perusahaan yang

memproduksi produk yang memiliki kesamaan fungsi dengan produk yang dihasilkan

perusahaan. Produk seperti itu dinamakan produk subsitusi (substitute products).

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, Riche memiliki beberapa

competitor, yaitu antara lain Pop Pao, eggo waffle, daily fresh. Pop Pao menyajikan

bakpao dengan tampilan yang menarik atau menyajikan dengan konsep yang unik

juga, sedangkan eggo waffle menyajikan snack atau makanan ringan yang bisa

22

dimakan sambil berjalan-jalan keliling mall, topping yang digunakan juga topping

yang sedang digemari di kalangan masyarakat, daily fresh juga merupakan salah satu

competitor Riche, daily fresh menyajikan makanan ringan seperti jagung, waffle,

daily fresh juga jenis makanan yang dapat dimakan sambil berkeliling didalam mall.

Pop Pao merupakan suatu makanan ringan berupa bakpao dengan variasi

bentuk yaitu menggunakan berbagai bentuk binatang. Eggo waffle merupakan salah

satu competitor yang sudah memiliki banyak cabang, hampir di setiap mall terdapat

ego waffle, menu yang disajikan di Eggo waffle juga beragam, seperti pandan, coklat,

vanilla.sedangkan Daily fresh tidak memiliki varian menu yang banyak, daily fresh

memiliki menu andalan berupa jagung rebus dan waffle seperti ego waffle, perbedaan

waffle yang dimiliki daily fresh dengan Eggo hanya di bentuk dan varian menu saja.

Bentuk maknan yang menjadi daya tarik sendiri bagi pelanggan Pop Pao,

tetapi variasi menu yang ditawarkan tidak bervariasi hanya fokus pada makanan,

belum adanya produk minuman yang diciptakan sendiri. Pop Pao masih berbentuk

outlet dalam sebuah mall di Tangerang dengan harga Rp 7.000/ pcs.

Gambar 2.6 Variasi Menu Pop Pao

23

Eggo waffle sudah memiliki banyak toko di berbagai mall di beberapa kota

besar di Indonesia. Eggo waffle memiliki variasi menu yang sangat beragam mulai

dari rasa, hingga toping., harga yang ditawarkan juga cukup bervariasi mulai dari Rp

17.000 hingga Rp 40.000,-

Gambar 2.7 Menu Eggo Waffle

Gambar 2.8 Gambar Competitor Matrix

24

Dari analisa di atas dapat disimpulkan bahwa Riche masih tergolong market

yang kecil dibandingkan kompetitornya tetapi Riche tidak kalah dari segi variasi

menu dan harga dibandingkan dengan Eggo waffle dan daily fresh. Tetapi Eggo

waffle lingkupnya jauh lebih besar dibandingkan yang lainnya.

Namun meskipun Riche memiliki beberapa competitor, Riche memiliki

makanan yang berbeda dari segi bentuknya dan memiliki cita rasa yang berbeda

dengan kompetitor-kompetitor kami. Dan untuk menyaingi kompetitor kami, kami

selalu melakukan development produk sesuai dengan trend yang sedang berkembang,

misalkan pada saat munculnya film Minions, semua orang menginginkan semua

bentuk atau benda yang berhubungan dengan Minions karena bentuknya yang lucu

didalam filmnya. Oleh karena itu Riche membuat suatu ide produk yaitu bread sushi

roll dengan bentuk Minions.

Gambar 2.9 Bread sushi roll-Riche berbentuk minions

25

2.7 Marketing Strategy

Menurut Rangkuti (2011: 1) tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam

menyusun strategi pemasaran adalah melakukan strategi segmentasi dan targetting,

yang kemudian dilanjutkan dengan positioning.

2.7.1 Segmentation (Segmentasi Pasar)

Dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan dan

kondisi konsumen dengan berbagai kebutuhan dan keinginan yang beragam,

maka menjadi suatu keputusan yang bijak apabila perusahaan melakukan

segmentasi pasar, agar dapat mencapai efisiensi dan efektivitas dengan produk

yang diproduksi.

Menurut Rangkuti (2011: 1-2) dalam strategi pemasaran, tidak ada cara

tunggal untuk membuat segmen pasar.Kita harus mencoba variabel-variabel

yang berbeda, yang tidak monoton, sehingga dapat memberikan yang terbaik

bagi konsumen. Variabel tersebut sebagai berikut:

1. Segmentasi Geografis

Adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi beberapa unit secara

geografis, seperti negara, regional, negara bagian, provinsi, kota atau

kompleks perumahan. Pada business plan yang kami buat segmentasi

geografis kita hanya sebatas pada wilayah Jakarta Utara, karena kita hanya

membuka gerai di daerah Jakarta Utara saja untuk pada awal pembukaan

business plan kami.

2. Segmentasi Demografis

Adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan

pada variabel seperti usia, jenis kelamin, jumlah keluarga, siklus

26

kehidupan keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, dan

kebangsaan. Pada business plan yang kami buat , kami tidak membatasi

dalam hal demografis, untuk sisi ini semua kalangan dapat mencoba

hidangan yang telah kami buat. Harga yang kami jual juga masih masuk

dalam jangkauan keluarga, orang kantoran, mahasiswa, maupun anak

sekolahan.karena sebagian penduduk Indonesia beragama islam, Menu

yang kami sajikan merupakan menu yang halal, tidak mengandung unsur

babi (B2).

3. Segmentasi Psikografis

Segmentasi yang membagi pembeli menjadi kelompok berbeda

berdasarkan pada karakteristik kelas sosial, gaya hidup, atau kepribadian.

Dalam segementasi ini Riche tidak membatasi dari sisi kelas sosial seorang

pelanggan tetapi semua pelanggan dapat membeli dan mencoba Riche.

4. Segmentasi Perilaku

Segmentasi yang mengelompokkan pembeli berdasarkan pengetahuan,

sikap, penggunaan, atau tanggapan mereka terhadap produk. Karena

produk yang kami jual merupakan produk makanan, tentunya segmentasi

prilaku tidak menghalangi kami dalam membuat business plan yang kami

buat.

2.7.2 Targetting (Menetapkan Pasar Sasaran)

Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010: 26) menetapkan pasar

sasaran, yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar

dan memilih satu atau beberapa segmen untuk dilayani kebutuhannya. Pada

tahap ini, perusahaan memilih segmen yang sesuai dengan kemampuan

27

perusahaan dan menjadikannya sebagai pasar sasaran yang akan dilayani

kebutuhan dan keinginannya. Penetapan pasar sasaran dipilih dari satu atau

beberapa segmen yang berbeda.

Riche menargetkan bread sushi roll dapat sesuai di kalangan semua

umur, dari anak-anak sampai orang dewasa, dan makanan yang kami buat

adalah makanan halal, sehingga cocok untuk semua pemeluk agama, dan

dalam sisi demografis outlet Riche berada daerah Jakarta Utara saja yaitu di

Mall Kelapa Gading , namun untuk menjangkau daerah luar Jakarta Utara

Riche bisa didapatkan melalui delivery order dan food bazaar.

2.7.3 Positioning (Menempatkan Posisi pasar)

Tahap selanjutnya setelah memilih target berdasarkan segmentasi.

Selanjutnya menempatkan produk agar dapat diterima pelanggan sekaligus

dapat bersaing dengan kompetitor yang ada.

Positioning terdapat beberapa pengertian. Di bawah ini pengertian

positioning diberikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

1. Menurut Assauri (1999) Positioning adalah cara untuk meningkatkan dan

menempatkan produk yang kita buat dengan pesaing kita dalam pikiran

konsumen, dengan kata lain positioning dipakai untuk mengisi serta

memenuhi keinginan konsumen dalam kategori tertentu.

2. Menurut Kotler (1997). Positioning adalah suatu tindakan untuk

mendesain penawaran perusahaan serta image sehingga menciptakan

tempat dan nilai tersendiri dalam pikiran konsumen.

28

3. Menurut Basu Swastha (1992) Positioning adalah suatu cara yang

dilakukan terhadap pikiran atas prospek.

4. Menurut Husein Umar (2003) Positioning merupakan “kesan”, dan kesan

itu diarahkan pada sejumlah obyek yang membentuk persaingan satu sama

lain.

Menurut Renald Kasali dalam Sunyoto (2013: 88) cara-cara

positioning produk dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Positioning berdasarkan perbedaan produk

Marketer dapat menunjukkan kepada pasarnya di mana letak perbedaan

produknya terhadap pesaing.

2. Positioning berdasarkan manfaat produk

Manfaat produk dapat ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap

penting oleh konsumen. Manfaat dapat bersifat ekonomis, fisik, dan

emosional berhubungan dengan self image.

3. Positioning berdasarkan pemakaiaan produk

Di sini atribut-atribut produk yang ditonjolkan, salah satunya adalah

atribut pemakaian produk, misal produk obat herbal dan pupuk organik

yang menawarkan kembali ke alam atau anti kimia.

4. Positioning berdasarkan kategori produk

Positioning biasanya dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul

dalam suatu ketegori produk, misal sepeda motor merek Honda.

Konsumen mengenal produk ini yang hemat BBM,

5. Positioning kepada pesaing

29

Misalkan produk HP Nokia yang mengesankan produk HP teknologi

terdepan daripada produk sejenis lainnya.llam

Sehingga Positioning dapat disimpulkan sebagai suatu usaha yang

dilakukan oleh suatu pelaku bisnis ketika mendesain produk-produknya

sehingga dapat menciptakan kesan dan image tersendiri dalam pikiran

konsumennya sesuai dengan yang diharapkan. Langkah dalam

mengembangkan strategi positioning yaitu:

1. Mengidentifikasi Keunggulan Kompetitif, jika perusahaan dapat

menentukan

2. Posisinya sendiri sebagai yang memberikan nilai superior kepada sasaran

terpilih, maka ia memperoleh keunggulan komparatif.

3. Dalam menawarkan produk dengan suatu competitive advantage,

perusahaan harus meyediakan alasan mengenai keunggulan dari

produknya dibandingkan dengan produk-produk yang dimiliki pesaing.

4. Perusahaan harus mengevaluasi respon dari target market sehingga dapat

memodifikasi strategi bila dibutuhkan.

Dalam business model creation ini, kami merupakan market leader

dalam bentuk roti di gulung dan ditusuk menyerupai bentuk sate, karena

sebelumnya belum ada yang membuat roti sejenis.

1. Positioning berdasarkan perbedaan produk

a. Riche merupakan suatu konsep yang berbeda dimana bukan hanya

sekedar makan roti panggang biasa. Melainkan Riche disajikan dalam

bentuk roti berwarna-warni, dengan isi yang bermacam-macam,

30

berbentuk menggulung seperti sushi, dan mudah dimakan karena

ditusuk seperti sate. Selain itu, Riche merupakan booth di dalam

sebuah mall yang dapat dijadikan tempat bersantai setiap

pelanggannya.

b. Terdapat fasilitas lain yaitu AC, wifi, tempat duduk nyaman. Riche

memiliki roti dengan warna-warna yang menarik, isi yang bermacam-

macam dengan mengikuti tren yang ada, dan disajikan dalam bentuk

yang lucu, seperti karakter beruang, minion, mickey, hellokitty, dan

sebagainya.Hal ini yang dapat membedakan Riche dari sekedar roti di

mall atau pertokoan lainnya.

2. Positioning berdasarkan manfaat produk

a. Produk roti merupakan produk yang cukup diminati masyarakat

sebagai pengganti nasi maupun snack untuk pengganjal lapar, selain itu

harga roti lebih terjangkau yang lebih murah daripada nasi isi. Dari

hasil survei dibawah ini menunjukkan bahwa 86% dari 50 orang

menyatakan bahwa menyukai mengkonsumsi roti.

Gambar 2.10 Diagram yang menyukai roti

Sumber: Kuisioner Thesis Bread Sushi Roll-Riche (2016)

31

b. Konsep yang kami sajikan juga berupa mini outlet, dimana outlet

tersebut terdapat booth atau gerobak Riche dengan konsep take and go

yaitu setiap orang yang beli langsung bisa membawa pulang atau

dimakan sambil berjalan. Sehingga tempat duduk yang disediakan

dalam mini outlet ini tidak banyak hanya untuk orang yang menunggu

antrian.

Gambar 2.11 Ilustrasi Booth di outlet Riche

3. Positioning berdasarkan pemakaiaan produk

Riche menawarkan konsep roti anti bahan kimia karena Riche memakai

bahan-bahan standar SNI . Produk yang digunakan tanpa menggunakan

bahan kimia berbahaya seperti formalin, wantek, dll, sehingga baik untuk

dikonsumsi oleh konsumen dan tidak merusak kesehatan. Pewarna yang

kami gunakan untuk roti juga berasal dari bahan-bahan alami seperti dari

sayur, bukan berasal dari pewarna buatan.

4. Positioning berdasarkan kategori produk

32

Riche dikenal sebagai pioneer bread sushi roll, yang mengartikan makan

roti warna warni berbentuk sushi yang ditusuk seperti satai

5. Positioning kepada pesaing

Produk Riche yang mengesankan roti bakar dengan konsep unik dan

memiliki macam-macam rasa unik sehingga Riche terdepan daripada

produk sejenis lainnya. Dalam business bread sushi roll Riche merupakan

market leader dengan berbahan dasar roti yang digulung dan ditusuk

menyerupai sate.

2.8 Analisis SWOT

Strength Weakness

1. Harga termasuk murah

2. Lokasi

3. Keunikan

4. Rasa bervariartif

1. Modal yang terbatas

2. Jenis produk makanan belum

bervariatif

Opportunities Threats

1. Konsep unik

2. Lokasi

3. GO-FOOD

1. Tingkat kompetitif restoran cepat saji

sejenis

2. Switching Cost konsumen

Tabel 2.2 Analisis SWOT

33

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

2.8.1 Strengths (kekuatan)

Kekuatan yang terdapat dalam konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang

dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam internal konsep bisnis itu

sendiri. Riche memiliki kekuatan dalam hal keunikan, karena kebanyakan

orang mencari sesuatu yang unik untuk dicoba. Riche juga selalu mengikuti

tren yang sedang berkembang dan juga mempunyai cita rasa yang bermacam-

macam, dari yang manis, asin, asam dan dilengkapi dengan berbagai macam

toping. Lokasi outlet Riche cukup menjanjikan, yaitu di Mall Kelapa Gading

3, Jakarta Utara. Selain outlet ada juga delivery order bekerjasama dengan

aplikasi Go-jek melalui servis Go-food dan food bazaar.

Selain itu Riche juga hadir dalam berbagai jenis produk berupa

makanan dengan menyesuaikan setiap kategori umur setiap pelanggannya.

Sehingga pelanggan dapat menyesuaikan citarasa yang mereka ingin rasakan.

2.8.2 Weakness (kelemahan)

Kelemahan yang terdapat dalam konsep bisnis yang ada. Kelemahan

yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam internal konsep bisnis

itu sendiri. Dalam sisi ini Riche mempunyai kelemahan di bagian modal,

karena modal yang dimiliki terbatas, itu yang membuat Riche hanya

mempunya 1 toko pada tahun pertama.

34

2.8.3 Opportunities (peluang)

Peluang berkembang di masa mendatang. Kondisi yang terjadi

merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Riche

mempunyai peluang dalam hal memenuhi target market para pecinta makanan

unik dan para food blogger yang suka berwisata kuliner.

Dengan majunya teknologi sekarang ini terdapat aplikasi GO-FOOD,

Riche bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk lebih mengembangkan bisnis

untuk menjadi lebih luas jangkauannya, jadi pelanggan bisa delivery order dan

tidak perlu repot apabila tidak sempat untuk mampir ke outlet Riche, dapat

menggunakan aplikasi Go-jek yang didalamnya terdapat service Go-food.

2.8.4 Threats (ancaman)

Ancaman yang dapat membuat Riche tergantikan atau kalah bersaing

yaitu adanya berbagai jenis makanan ringan berbasis roti dan banyak pesaing-

pesaing yang memiliki ukuran bisnis yang lebih besar dibanding Riche. Selain

itu pelanggan akan dapat dengan mudah mengganti makanan yang mereka

pilih tanpa harus mengeluarkan cost yang besar atau mahal. Sehingga

pelanggan akan dengan mudah pindah terhadap jenis makanan yang sejenis

maupun yang berbeda.