33
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Perilaku Kesehatan a. Pengertian 1) Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun tidak. 2) Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus 3) Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. b. Ruang Lingkup Perilaku 1) Perilaku pemeliharaan kesehatan terbagi dalam tiga aspek : a) Perilaku pencegahan, penyembuhan, penyakit serta pemulihan kesehatan

Bab II.doc

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Perilaku Kesehatan

a. Pengertian

1) Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung, maupun tidak.

2) Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

3) Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.

b. Ruang Lingkup Perilaku

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan terbagi dalam tiga aspek :

a) Perilaku pencegahan, penyembuhan, penyakit serta pemulihan

kesehatan

b) Perilaku peningkatan kesehatan

c) Perilaku gizi

2) Perilaku penggunaan dan pencarian sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan atau disebut juga perilaku pencarian pengobatan (Health

Seeking Behavior)

3) Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang mengelola

lingkungannya sehingga lingkungan tersebut tidak mengganggu

kesehatan dirinya, keluarga atau masyarakat

9

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku menurut L. Green

1) Faktor predisposisi (predisposing factor)

Factor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi, dan kepercayaan terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya.

2) Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, RS, BPS dan sebagainya.

3) Faktor penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama

dan perilaku para petugas kesehatan.

d. Proses Adopsi Prilaku

Penelitian Roger 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

prilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yaitu :

1) Awarnes (Kesadaran)

Yakni orang tersebut menyadari, dalam arti mengetahui stimulus atau

objek terlebih dahulu.

2) Interest

Yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

3) Evaluation

Yakni menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

10

4) Trial

Yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption

Yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kecerdasan dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Sosial Budaya

a. Pengertian

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Budaya dalam arti yang luas adalah suatu keadaan

akibat perilaku manusia yang secara perorangan atau

kelompok, bermasyarakat dan bernegara yang dapat

mempengaruhi kehidupan yang damai dan tenteram,

sejahtera dalam arti bahwa semua dapat hidup sehat

diatas garis kemiskinan, tidak membedakan suku, etnik,

ras dan jenis kelamin, tidak mencemari dan merusak

lingkungan, tidak meracuni sumberdaya alam

terbaharukan dan tidak terbaharukan, yang secara

demokratis menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi

manusia, memberi kebebasan untuk beragama,

kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan dapat

menikmati pendidikan sesuai bakat dan keinginannya (BJ.

11

Habibie, diakses dari http://indobudaya.blogspot.com,

2007)

b. Unsur-Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen

atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1) Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur

pokok, yaitu:

a) Alat-alat teknologi

b) Sistem ekonomi

c) Keluarga

d) Kekuasaan politik

2) Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang

meliputi:

a) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara

para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan

alam sekelilingnya

b) Organisasi ekonomi

c) Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk

pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

d) Organisasi kekuatan (politik)

c. Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur

sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya

merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap

masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar

12

manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman

mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab

dari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial:

1) Tekanan kerja dalam masyarakat

2) Keefektifan komunikasi

3) Perubahan lingkungan alam

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan

lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan

lain. Sebagai contoh, adanya penemuan tentang berbagai macam susu

formula dan makanan pralaktal yang memiliki kelebihan masing-masing,

membuat para ibu cenderung memberikan susu formula serta MP ASI dini

pada bayinya dibandingkan dengan ASI.

d. Kebudayaan Terkait Pemberian MP ASI

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan

budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,

hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan

dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun

negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan misalnya, pada

dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran

kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai

pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang

disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap

beberapa makanan tertentu.

13

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa

melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan

pola pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi

kesehatan modern. Diantara kebudayaan yang berkembang tersebut

adalah :

1) Pemberian makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI

sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 bulan. Namun, di

Minangkabau terdapat tradisi potong rambut yang dilakukan terhadap

bayi berusia < 7 bulan, pada saat ini bayi disuapi nasi dan gula merah.

2) Pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, usia sebulan bayi sudah

diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula

kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun

madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.

3) Pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Kolostrum

dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada

bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang

menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan

masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum sangat berperan dalam

menambah daya kekebalan tubuh bayi.

4) Pada masyarakat Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk

mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa

daerah ada yang memantangkan ibu yang menyusui untuk memakan

telur. Hal ini berdampak pada kurangnya kualitas ASI dan mendorong

ibu untuk memberikan MP ASI pada usia dini (Kandrawilko, 2010)

14

5) Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan

jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama. Kebiasaan ini

seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan, dengan alasan diperlukan

untuk hidup, menghilangkan rasa haus, menghilangkan rasa sakit (dari

sakit perut atau sakit, telinga), mencegah dan mengobati pilek dan

sembelit, menenangkan bayi/membuat bayi tidak rewel.

6) Adanya keyakinan bahwa bayi baru lahir sebaiknya diberi cairan. Air

dipandang sebagai sumber kehidupan – suatu kebutuhan batin

maupun fisik sekaligus. Sejumlah kebudayaan menganggap tindakan

memberi air kepada bayi baru lahir sebagai cara menyambut

kehadirannya di dunia (Linkages, 2002).

3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu,yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial.

Menurut Newcmb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu :

a. Sikap mempunyai 3 komponen pokok (Allport)

1) Kepercayaan atau keyakinan ide dan konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

b. Tingkatan sikap

15

1) Menerima (receving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek )

2) Merespon (responding)

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan,terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah

3) menghargai(valuing)

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah

4) bertanggung jawab (responsible)

segala sesuatu yang dipilih dengan segala resiko.

sikap merupakan salah satu bentuk prilaku menurut teori Lawren

green , faktor lain yang mempengaruhi prilaku atau tindakan adalah :

a) Faktor predisposisi

Pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan nilai

b) Faktor pendukung

Ketersediaan sumber dan fasilitas

c) Faktor yang memperkuat atau pendorong

c. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung.Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap,pendapat dan persepsi seseorang atau

kelompok tentang satu kejadian.

Dalam menggunakan skala Likert maka variable yang akan diukur

dijabarkan menjadi dimensi , dimensi dijabarkan menjadi subvariabel dan

akan dijabarkan lagi menjadi indicator-indikator yang dapat diukur serta

16

akhirnya indicator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk

membuat item instrument yang berupa pertanyaan yang perlu dijawab

untuk responden.

Nilai-nilai dari skala Likert adalah :

1) Sikap Positif

Selalu (SL) : 4

Sering (SR) : 3

Jarang (JR) : 2

Tidak Pernah (TP) : 1

2) Sikap negative

Selalu (SL) : 1

Sering (SR) : 2

Jarang (JR) : 3

Tidak Pernah (TP) : 4

4. Pemberian Makanan Pendamping (MP) ASI

a. Pengertian

Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI yang di

berikan kepada bayi pada umur 6 bulan keatas. Susu formula penambah

dari kekurangan ASI atau susu pengganti ASI (PASI), (Soehardjo, 1992).

Mulai umur 6 bulan ASI sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi,

maka dari itu bayi memerlukan makanan tambahan, jadi kegunaan

17

makanan tambahan adalah untuk memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat

gizi guna pertumbuhan dan perkembangan bayi, selain untuk

membiasakan bayi dengan makanan lain, selain ASI.

Menurut Irianto Aritonang Makanan Pendamping Air Susu Ibu

(MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping ASI,

untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur 6 bulan ke atas. Bayi

membutuhkan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Seiring bertambahnya umur anak, kebutuhannya terhadap gizi pun

meningkat untuk memenuhi kebutuhan tubuh anak, maka pemberian

makanan tambahan bagi bayi dilaksanakan secara bertahap baik bentuk,

jumlah maupun macamnya.

Pemberian makanan pendamping ASI dini adalah memberikan

makanan tambahan selain ASI sebelum usia 6 bulan. Dengan kata lain ibu

tidak memberikan ASI-nya secara eksklusif (Irawati, 2004: 1). Ada yang

memberikan makanan pendamping ASI parsail atau makanan

pendamping ASI predominan.

b. Cara Memberikan MP ASI

Agar makanan tambahan dapat diberikan dengan efisien, sebaiknya

diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai berikut:

1) Diberikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari bentuk encer

secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.

2) Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan

bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik.

3) Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani

diberikan terakhir. Urutan pemberian makanan tambahan biasanya

18

adalah : buah-buahan, tepung-tepungan, sayuran, dan daging (telur

biasanya baru di berikan pada saat bayi berusia 6 bulan).

4) Cara memberikan makanan bayi dipengaruhi perkembangan

emosionalnya. Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada

waktu bayi lapar. Bila bayi tidak mau jangan dipaksa tetapi bisa

diganti jenis lainnya dan pada kesempatan lain bisa diulang

pemberiannya.

5) Jangan memberikan makanan pendamping dekat dengan waktu

menyusui.

6) Berikan makanan pendamping yang bervariasi supaya tidak bosan

sekaligus memperkenalkan aneka jenis bahan makanan.

(Notoatmodjo, 2007)

19

Table 2.1

Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makanan dan Frekwensi Pemberian

Umur bayi Jenis Makanan Berapa Kali Sehari

0-6 bulan ASI - 10-12 kali sehari

7 bulan

ASI

Buah-buahan

Hati ayam atau kacang-

kacangan

Beras merah atau ubi

Sayuran (wortel/bayam)

Minyak/santan alvokad

- Kapan diminta

- 3-4 kali sehari

9 bulan

ASI

Buah-buahan

Bubur/roti

Daging/kacang-kacangan

Ayam/ikan

Beras merah/kentang

Labu/jagung

Kacang tanah

Minyak/santan

Sari buah tanpa gula

- Kapan diminta

- 4-6 kali sehari

12 bulan ASI

Makanan pada umumnya,

termasuk telur dengan kuning

- Kapan diminta

- 4-6 kali sehari

20

telurnya

Jeruk

Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara

bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan

pencernaan bayi/anak. • Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal

kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini.

c. Kerugian Makanan Pendamping Dini

Ada beberapa kerugian dalam pemberian makan pendamping ASI dini

antara lain:

1) Sakit perut/mules

Bayi akan merasa tidak nyaman atau tidak senang karena rasa nyari di

bagian perut yang disebabkan mules. Rasa ini disebabkan oleh udara

yang masuk bersamaan sewaktu memberikan dot susu botol. Mungkin

ibu memberikan secara tergesa-gesa atau botol sudah kosong,

sehingga udara tersebut menyebabkan perut bayi kembung dan

menimbulkan rasa mules pada bayi. (Nano Sunartio, 2005:100)

2) Gangguan pengaturan makanan

Makanan padat telah dianggap sebagai penyebab kegemukan pada

bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi yang diberi

makanan tanbahan lebih dini berat badannya lebih berat dari pada bayi

yang mendapat air susu ibu (ASI).

3) Beban ginjal yang berlebihan

Makanan padat, baik yang dibuat sendiri atau buatan pabrik cenderung

untuk mengandung kadar natrium klorida (NaCl) tinggi akan

21

menambah beban bagi ginjal. Bayi-bayi yang mendapat makanan padat

pada umur yang dini, mempunyai osmolitas plasma yang tinggi

daripada bayi-bayi yang 100% mendapatkan ASI, karena itu mudah

mendapat Hiperosmolitas dehidrasi.

4) Kandungan zat gizi tidak sesuai

a) Kekurangan zat besi

Zat besi dari makanan buatan tidak diserap sempurna seperti

zat besi dari ASI, bayi yang diberi makanan buatan sering

terkena anemia karena kekurangan zat besi, dan sebaliknya

bayi yang mendapatkan ASI secara tidak sempurna tidak akan

mengalami anemia karena kandungan xzat besi sesuai dengan

kebutuhan bayi.

b) Kandungan garam yang tinggi

Makanan buatan yang bahan dasarnya dari susu sapi

mengandung garam terlalu banyak, yang bias menyebabkan

hipernatremia (terlalu banyakgaram dalam darah) dan kejang,

terutama bila bayi menderita diare.

c) Kandungan lemak jenuh yang tinggi

Susu formula lebih banyak mengandung asam lemak jenuh

dibandingkan dengan ASI. Untuk perkrmbangan otak bayi

sangat diperlukan asam lemak tak jenuh yang disebut dengan

Decosa Hexaenoid Acid (DHA) yang hanya terdapat pada ASI

manusia. Sehingga bayi yang mendapatkan ASI secara

sempurna mempunyai Intelegency Quolient (IQ) jauh lebih

22

tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI

secara sempurna (Wiryo, 2000:2)

d) Bahan makanan tambahan yang merugikan

Makanan tambahan mengandung komponen-konponen

alamiah yang jika diberikan pada waktu dini akan dapat

merugikan. Suatu bahan yang lazim adalah sukrosa, gula ini

adalah penyebab kebusukan pada gigi. Jika diberikan pada

umur yang dini dapat membuat bayi terbiasa akan makan yang

manis. Banyak dari serelia yang mengandung gluten dapat

menambah resiko pengembangan perwujudan penyakit celiac

(penyakit perut) pada umur yang muda penyakit tersebut lebih

berbahaya.

e) Alergi terhadap makanan

Belum matangnya system kekebalan dariusus pada umur yang

dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap

makanan pada masa bayi. Alergi pada susu sapi dapat terjadi

sebanyak 7.5%

d. Risiko Pemberian MP ASI Dini

Risiko Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini

Pemberian MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan akan mengakibatkan

gangguan kesehatan, antara lain : obesitas, alergi terhadap zat gizi dalam

makanan tersebut, mendapat zat-zat aditif dan zat pewarna atau pengawet

yang tidak diinginkan, dan pencemaran dalam penyimpanannya (Solihin,

2003: 26). Jadi pemberian makanan pendamping yang terlalu dini akan

menimbulkan berbagai risiko.

23

Pada pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini

banyak yang beranggapan bahwa anak tidak apa-apa setelah diberikan

makanan dari umur 2 atau 3 bulan sehingga hal tersebut menjadi alasan

untuk mengikuti aturan yang berlaku. Pemberian makanan pendamping

ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya kuman.

Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis. Hasil riset terakhir peneliti

di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapat makanan

pendamping sebelum berusia 6 bulan akan terserang diare, sembelit,

batuk pilek, dan panas dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif

(Lely, 2005: 1).

Salah satu efek pemberian MP-ASI dini adalah terjadinya diare.

Dalam MP-ASI biasanya terkandung konsentrasi tinggi karbohidrat dan

gula yang mana masih sukar untuk dicerna oleh organ pencernaan bayi

apabila diberikan terlalu dini, karena produksi enzim-enzim khususnya

amylase pada bayi masih rendah. Karena produksi enzim-enzim

pencernaan masih rendah maka akan terjadi mal absorpsi di dalam organ

pencernaan bayi. Akibatnya akan terjadi gangguan gastrointestinal pada

bayi yang salah satunya adalah kejdian diare. Selang waktu antara

pemberian MP-ASI dengan timbulnya kejadian diare antara 1-2 hari,

ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali per hari,

konsistensi feses encer dengan warna kuning muda dan disertai lendir.

Kejadian ini berlangsung antara 2 sampai 3 hari (Ngastiyah, 2002: 27).

Menurut Pudjiadi (2002: 19), dampak pemberian MP-ASI dini yaitu:

1) Dapat menyebabkan tingginya soluite load sehingga dapat

menimbulkan hyperosmolality.

24

Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini

membuka peluang masuknya berbagai jenis makanan yang

mungkin saja berbahaya atau beracun serta mengandung kuman

penyakit. Sementara kemempuan dan kecepatan ginjal untuk

menyaring kotoran dan benda asing kalah cepat, maka akan terjadi

timbunan kotoran di dalam ginjal yang dapat mengganggu fungsi

ginjal (Cherry,R., 2006: 45).

2) Kenaikan berat badan terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas.

Pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan

dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada

anak-anak (Husein Albar, 2007: 4). Makanan tambahan yang

diberikan kepada bayi cenderung mengandung protein dan lemak

tinggi sehinga pada akhirnya akan berdampak pada konsumsi

kalori yang tinggi dan mengakibatkan obesitas.

3) Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan

tersebut.

Berbagai catatan menunjukan bahwa memperpanjang

pemberian ASI ekskusif mengakibatkan rendahnya angka insiden

terjadinya alergi makanan. Sejak lahir sampai usia antara empat

sampai enam bulan, bayi memiliki apa yang biasa disebut sebagai

“usus yang terbuka”. Ini berarti bahwa jarak yang ada diantara sel-

sel pada usus kecil akan membuat makromolekul yang utuh,

termasuk protein dan bakteri patogen, dapat masuk ke dalam aliran

darah. Dalam 4-6 bulan pertama usia bayi, saat usus masih

“terbuka”, antibodi (slgA) dari ASI melapisi organ pencernaan

25

bayi dan menyediakan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya

penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi

mulai memproduksi antibodi sendiri pada usia sekitar 6 bulan, dan

penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama (Husein

Albar, 2007: 4).

e. Alasan Pemberian MP ASI Dini

1) Banyak ibu yang beranggapan kalo anaknya kelaparan dan akan tidur

nyenyak jika diberi makan. Karena belum sempurna, sistem

pencernaannya harus bekerja lebih keras untuk mengolah & memecah

makanan.

2) Anak yang menangis terus dianggap sebagai anak tidak

kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda ia lapar.

3) Banyak anggapan di masyarakat seperti orang tua terdahulu

bahwa anak tidak ada masalah diberi makan pisang kita umur 2 bulan.

Malah sekarang jadi orang.

4) Tekanan dari lingkungan dan tidak ada dukungan seperti alasan di atas

5) Gencarnya promosi produsen makanan bayi

yg belum mengindahkan ASI eksklusif 6 bl.

5. Hubungan Sosial Budaya dengan Sikap ibu terhadap Pemberian MP

ASI Dini

Dewasa ini nilai-nilai kebudayaan yang berlaku pada masyarakat

Indonesia sangat beraneka ragam. Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat

Indonesia sangat majemuk, yang berarti tidak ada persamaan, justru

perbedaan yang tampak, oleh karena itu kemungkinan banyak terjadi

26

benturan karena bersumber dari ketidak samaan. Nilai –nilai kebudayaan

merupakan pandangan-pandangan mengenai apa yang dianggap baik dan apa

yang dianggap buruk. Sebenarnya nilai-nilai itu diperoleh dari pengalaman

manusia berinteraksi dengan sesamanya. Selanjutnya nilai itu berpengaruh

pada pola fikir manusia, yang menentukan sikapnya, yang kemudian

menimbulkan pola tingkah laku tertentu (Soekanto, 2004).

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di

dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang

sebagai anggota masyarakat. Jadi kebudayaan merupakan sesuatu yang akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan

yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari

perwujudan kebudayaan adalah berupa perilaku dan benda-benda yang

bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku menyusui atau pemberian MP ASI

Dini.

Pemberian makanan pendamping ASI adalah bagian dari kebudayaan

yang merupakan aktivitas turun temurun. Di banyak tempat dapat dilihat ibu-

ibu menyusui anaknya dimana saja dan kapan saja, meski pada beberapa

kelompok masyarakat kadang jarang terlihat ibu-ibu menyusui karena telah

memberikan makanan pendamping ASI.

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur

sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya

merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap

masyarakat. Perubahan budaya dalam pemberian MP ASI dapat timbul akibat

timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak

27

dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, adanya penemuan tentang berbagai

macam susu formula yang memiliki kelebihan masing-masing, membuat para

ibu cenderung memberikan susu formula pada bayinya dibandingkan dengan

ASI. (Perinasia, 2003)

Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-

konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara

makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, temuan-

temuan baru, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif

terhadap perilaku ibu dalam memberikan MP ASI pada bayinya. Pada

beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi

budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian

makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan modern.

Sedangkan dalam hubungannya dengan perkembangan teknologi dan ilmu

pengetahuan, kebudayaan mempengaruhi pemberian MP ASI dengan

semakin gencarnya produk makanan bayi yang dianggap memiliki banyak

kelebihan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian MP ASI bukan

merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan

bayinya MP ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian

MP ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan

dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Disamping pola

pemberian MP yang salah, kualitas MP ASI juga kurang. Hal ini disebabkan

banyaknya pantangan terhadap makanan yang bisa diberikan pada bayi.

28

B. Kerangka Konsep

Yang dimaksud kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2005 : 43).

Menurut Rusli Utami (2000) faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif adalah pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, sikap,

persepsi, dan ketersediaan waktu. Pada penelitian ini Sosial Budaya menjadi

variabel independent, sedangkan Sikap terhadap pemberian MP ASI Dini adalah

variabel dependen.

Variabel independen Variabel dependen

C. Hipotesis

Ha : p ≠ 0 : Ada Hubungan Sosial Budaya dengan Sikap Ibu Terhadap

Pemberian MP ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Ampalu Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung

Sosial BudayaSikap Terhadap

Pemberian MP ASI Dini

29

Ho : p = 0 : Tidak ada Hubungan Sosial Budaya dengan Sikap Ibu Terhadap

Pemberian MP ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Ampalu Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung