25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Polimer Benda hidup, baik binatang maupun tumbuhan sebagai besar terdiri dari bahan polimer. Para ahli kimia telah berhasil menggali pengetahuan yang dapat digunakan untuk membuat polimer yang sesuai dengan tujuan tertentu dan pengetahuan tentang hal itu menyebabkan industry polimer berkembang pesat dalam 40 tahun terakhir ini. Polimer seperti halnya selulosa, pati dan protein telah dikenal dan digunakan manusia berabad-abad lamanya untuk keperluan pakaian dan makanan, sedangkan industri polimer merupakan hal yang baru. Hal ini membuktikan bahwa dasar kehidupan didominasi oleh polimer. Karet alam digunakan dalam tenun berkaret sebelum Goodyear menemukan proses vulkanisasi pada tahun 1839 dengan cara memanaskan campuran karet belerang, selulosa nitrat (dihasilkan dari reaksi kertas dengan asam nitrat) pertama kali dibuat secara industry pada tahun 1870, damar fenolik ditemukan pad atahun 1907, dan polyphenyletene atau polystyrene ditemukan pada sekitar 1930. Polyethene dan polyethylene pertama kali ditemukan di laboratorium Imperial Chemical Industries (ICI) di WInnington, Cheshrine pada tahun 1933. Sejak saat itu sejumlah terobosan baru banyak dilakukan untuk

BAB II.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hyfyf

Citation preview

Page 1: BAB II.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Polimer

Benda hidup, baik binatang maupun tumbuhan sebagai besar terdiri dari bahan

polimer. Para ahli kimia telah berhasil menggali pengetahuan yang dapat digunakan

untuk membuat polimer yang sesuai dengan tujuan tertentu dan pengetahuan tentang

hal itu menyebabkan industry polimer berkembang pesat dalam 40 tahun terakhir ini.

Polimer seperti halnya selulosa, pati dan protein telah dikenal dan digunakan

manusia berabad-abad lamanya untuk keperluan pakaian dan makanan, sedangkan

industri polimer merupakan hal yang baru. Hal ini membuktikan bahwa dasar

kehidupan didominasi oleh polimer. Karet alam digunakan dalam tenun berkaret

sebelum Goodyear menemukan proses vulkanisasi pada tahun 1839 dengan cara

memanaskan campuran karet belerang, selulosa nitrat (dihasilkan dari reaksi kertas

dengan asam nitrat) pertama kali dibuat secara industry pada tahun 1870, damar

fenolik ditemukan pad atahun 1907, dan polyphenyletene atau polystyrene ditemukan

pada sekitar 1930. Polyethene dan polyethylene pertama kali ditemukan di

laboratorium Imperial Chemical Industries (ICI) di WInnington, Cheshrine pada

tahun 1933. Sejak saat itu sejumlah terobosan baru banyak dilakukan untuk

menciptakan berbagai sistem polimer baru maupun pengembangan sistem polimer

yang telah ada. Hasilnya tampak sebagai produk industry yang begitu beragam

sebagaimana yang terlihat sekarang.

Polimer merupakan molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan

kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan-kesatuan berulang itu setara dengan

monomer, yaitu bahan dasar pembuat polimer (lihat tabel 2.1). Akibatnya, molekul-

molekul polimer umumnya mempunyai berat molekul yang sangat besar. Sebagai

contoh, polimer yaitu poli(feniletena) mempunyai berat molekul mendekati 300.000

gram/mol. Hal ini menjadi sebab mengapa polimer memperlihatkan sifat yang

berbeda dari molekul-molekul yang memiliki berat molekul rendah, sekalipun

susunan kedua jenis polimer itu sama (Cowd,M.A.1982).

Page 2: BAB II.docx

Tabel 2.1 Bahan dasar pembuat polimer

Polimer Monomer Kesatuan Berulang

Poli(etena) CH2=CH2 -( CH2 – CH2 )-

Poli(kloroetena) CH2=CHCl -( CH2 – CHCl )-

Selulosa C6H12O6 -( C6H12O6 )-

Polimer berasal dari bahasa Yunani yaitu poly yang berarti banyak dan mer

yang berarti bagian. Dari kedua kata tersebut dapat didefinisikan bahwa polimer

adalah penggabungan bagian-bagian rantai kecil (monomer) yang berjumlah banyak

menjadi suatu rantai panjang. Unit berulang dari suatu polimer biasanya berasa dari

monomer yang sama, namun tidak menutup kemungkinan polimer terbentuk dari dua

jenis atau lebih monomer.

Reaksi pembentukan suatu polimer dari monomer disebut polimerisasi. Jenis

monomer penyusun polimer dapat mempengaruhi kelarutan, fleksibilitas, dan daya

tahan dari polimer tersebut. Panjang rantai dan berat molekul polimer yang terbentuk

dapat dinyatakan dalam derajat polimerisasi. Derajat polimerisasi (DP) merupakan

jumlah kesatuan berulang dalam rantai polimer (Ali, 2005). Sedangkan berat molekul

(BM) polimer merupakan hasil kali BM kesatuan berulang dengan DP-nya. Derajat

polimerisasi mempengaruhi sifat polmer. Semakin besar derajat polimerisasi, polimer

akan semakin keras atau kaku. Sebaliknya, jika semakin kecil derajat polimerisasi

maka polimer akan semakin elastis

2.1.1 Pembagian Polimer

Polimer dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kriteria, antar lain :

Berdasarkan asalnya (Ali,M.F.etc.,2005)

a. Polimer alami, yaitu polimer yang berasal dari alam.

Contohnya : asam nukleat, protein, selulosa, karet alam, wool

b. Polimer sintetik, yaitu polimer-polimer yang dibuat dari reaksi kimia

Contohnya : Polyethylene, polyvinyl, polyester.

Berdasarkan strukturnya (Ali,M.F.etc.,2005)

Page 3: BAB II.docx

a. Polimer berstruktur tiga dimensi, yaitu polimer yang memiliki susunan rantai

yang saling mengikat membentuk struktur tiga dimensi.

Contohnya : urea formaldehyde.

b. Polimer berstruktur linear, yaitu polimer yang mempunyai rantai berstruktur

lurus.

Contohnya : polyethylene.

c. Polimer bercabang, yaitu polimer yang mempunyai cabang yang berikatan

dengan rantai utamanya.

Berdasarkan respon polimer terhadap suhu panas (Rosen, S.L., 1976)

a. Polimer Termoset

Polimer termoset akan mengalami reaksi curing yang membentuk suatu ikatan

silang (crosslink). Apabila polimer ini dipanaskan tidak akan kembali ke keadaan

semula karena sudah terbentuk ikatan crosslink tersebut. Akan tetapi, apabila polimer

tersebut dipanaskan lebih lanjut, maka suatu saat akan terjadi proses degradasi yang

dapat merusak polimer sehingga polimer tidak dapat melunak kembali. Penyebabnya

adalah bila energi termal yang diberikan melebihi energy disosiasi dari ikatan-ikatan

kovalen primer antar atom, maka rantai utama dan ikatan sekunder akan terbebas

secara acak dan polimer mengalami degradasi.

Contoh : phenol formaldehyde.

b. Polimer termoplastik

Polimer termoplastik merupakan polimer yang bila dipanaskan akan melunak

dan setelah didinginkan akan mengeras dan dapat dikembalikan ke bentuk semula.

Bila temperature dinaikkan, maka akan dicapai suatu titik dimana gaya yang

mengikat antar rantai menjadi tidak berarti, sehingga rantai-rantai tersebut saling

terlepas dari yang lainnya. Oleh karena itu, polimer tersebut dapat terurai kembali

menjadi bentuk semula. Polimer yang dapat kembali ke bentuk semula tersebut

dikenal dengan polimer termoplastik.

Contoh : polyethylene, polyvinyl chloride.

Berdasarkan monomer pembentuknya (Dokumen PT. CAP Tbk.)

a. Homopolimer

Page 4: BAB II.docx

Yaitu polimer yang tersusun oleh monomer-monomer yang berasal dari satu

jenis monomer yang sama.

Contoh : polyethylene, polyvinyl chloride.

b. Kopolimer

Yaitu polimer yang tersusun oleh penggabungan dua atau lebih monomer

yang berbeda.

Contoh : styrene maleic anhydrate.

2.1.2 Karakteristik Polimer

Proses pertumbuhan rantai selama polimerisasi bersifat acak yang

mengakibatkan rantai-rantai polimer yang berbeda akan mempunyai panjang dan

berat molekul yang berbeda-beda pula. Berat molekul hanya merupakan salah satu

factor yang menentukan sifat polimer. Factor penting lainnya ialah susunan rantai di

dalam polimer. Penelitian sinar x terhadap polimer menunjukkan bahwa dala mbahan

polimer terdapat daerah yang di dalamnnya rantai-rantai polimer tersusun secara

teratur. Daerah itu disebut daerah berkristal atau kristalit. Di antara daerah-daerah

teratur terdapat daerah nirbentuk, yang didalamnya rantai-rantai polimer berada

dalam keadaan tidak teratur. Daerah berkristal dapat terbentuk jika rantai-rantai

mampu saling mendekati sampai jarak sedemikian dekat sehingga menyebabkan gaya

tarik antar rantai bekerja. Tetapi, rantai-rantai lurus dapat saling mendekati dengan

jarak yang lebih pendek daripada rantai-rantai bercabang dalam polimer yang sama.

Derajat kekristalan berpengaruh besar pada sifat polimer. Misalnya, polimer

dengan kesatuan berulang dan gaya antari rantai tinggi, dapat digunakan untuk

membentuk serat yang mempunyai kekristalan dan daya regang tinggi. Sebaliknya.

Plastic yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah, jika tidak banyak

mengandung sambung-silang, dapat dilunakkan dan dibentuk pada suhu tinggi.

Elastomer atau karet dengan derajat kekristalan sangat rendah, bersifat Kenya dan

berdaya regang besar.

Page 5: BAB II.docx

Setiap polimer memiliki karakteristik tersendiri yang menggambarkan sifat

fisik dan kimianya. Karakteristik itu misalnya kekristalan, daya tahan terhadap panas,

percabangan, dan taktisitas (Schwartz, 1982).

1. Crystallinity

Kristalinitas menggambarkan susunan dari molekul polimer. Semakin tinggi

derajat kristalisasi suatu polimer maka cahaya yang dapat melewati polimer tersebut

akan semakin sedikit.

2. Thermosetting dan Thermoplastic

Polimer memiliki perbedaan dalam ketahanannya terhadap panas. Polimer

yang lunak bila dipanaskan disebut polimer termoplastik sedangkan polimer yang

tidak dapat melunak bila dipanaskan disebut termosetting. Polimer termoplasik dapat

dibentuk ulang karena polimer ini terdiri dari atas molekl rantai lurus atau bercabang

dengan gaya tarik yang lemah. Contohnya polyethylene, PVC, dan polypropylene.

Sedangkan polimer thermosetting tidak dapat dibentuk ulang karena polimer ini

terdiri dari atas ikatan silang antar rantai. Contohnya bakelit. Sifat tahan terhadap

panas ini akan mempengaruhi penggunaan polimer seperti insulasi listrik atau insulasi

panas.

3. Branching (percabangan)

Pada pembentukan polimer dapat terbentuk percabangan. Densitas polimer

akan semakin kecil apabila cabang pada rantai polimer semakin banyak. Semakin

banyak cabang, gaya ikatan intermolekularnya semakin lemah sehingga polimer akan

semakin mudah meleleh.

4. Tacticity (taktisitas)

Taktisitas adalah susunan isomerik fungsional dari rantai karbon. Ada 3

macam taktisitas yaitu isotaktik, ataktrik dan sindiotaktik. Isotaktik memiliki gugus

substituent yang terletak pada satu sisi yang sama. Ataktik memliki gugus subtituen

Page 6: BAB II.docx

yang terletak pada sisi yang acak. Sindiotaktik memiliki gugus subsituen yang

terletak pada kedua sisi.

2.2 Ethylene (Speight, J.G., 2002)

Ethylene merupakan gas tidak berwarna, mudah terbakar dan memiliki bau

yang harum. Ethylene dapat diperoleh melalui proses distilasi bertingkat dari gas

alam. Akan tetapi, sebagian besar ethylene diproduksi dengan proses thermal

cracking pada petroleum (hidrokarbon) pada temperature tinggi dan tidak

menggunakan katalis. Berlawanan dengan catalytic cracking yang digunakan oleh

industry petroleum untuk memperoleh yield yang tinggi dari gasoline, thermal

cracking digunakan untuk menghasilkan yield yang lebih besar dari ethylene,

propylene, dan butenes. Naphta dan gas alam dari petroleum dapat digunakan sebagai

sumber bahan baku untuk proses pembuatan ethylene.

Thermal cracking berlangsung di dalam furnace dimana proses cracking

tersebut berlangsung pada suhu 815-870oC. enam sampai dua puluh furnace dipasang

secara paralel untuk meningkatkan produksi ethylene. Steam digunakan sebagai

diluent untuk menghambat penyumbatan pada pipa dan untuk meningkatkan

persentase ethylene yang terbentuk. Jumlah steam yang dibutuhkan tergantung pada

berat molekul hidrokarbo dan bervariasi dari 0.3 kg steam/kg ethane sampai 0.9 kg

steam/kg gas alam. Gas keluarannya langsung didinginkan di dalam quench tower,

kemudian dikompresi sampai tekanan 500 psi dengan menggunakan kompresor.

Monoethanolamine atau larutan caustic soda digunakan untuk menghilangkan

hydrogen sulfide dan karbondioksida. Demethanizer, deethanizer, dan debutanizer

merupakan kolom fraksionasi yang berfungsi untuk memisahkan komponen ringan

dari komponen berat.

Hidrokarbon dengan molekul rendah seperti ethane dan propane memberikan

persentase ethylene paling tinggi. Sedangkan untuk hidrokarbon dengan berat

molekul tinggi seperti naphta dan gas alam, digunakan hanya jika produk propylene

juga diinginkan. Biasanya ethylene dijual dengan kemurnian sebesar 95-99,9 %.

Ethylene tersebut dapat didistribusikan dengan menggunakan saluran pipa tank car.

Page 7: BAB II.docx

Ethylene dapat digunakan dalam industri kimia secara luas, misalnya untuk

pembuatan polyethylene, styerene, alcohol, ethyleneoxide dan vinyl chloride.

2.3 Polyethylene

Polyethylene merupakan polimer yang paling sederhana, terbentuk dari

monomer-monomer ethylene. Produk polyethylene mempunyai berbagai macam

grade yang ditentukan dengan menggunakan densitas dan Melt Index. Densitas

menunjukkan kerapatan partikel-partikel dalam suatu polimer. Semakin banyak

cabang yang terbentuk, maka susunannya menjadi renggang sehingga densitas

semakin kecil. Densits ditunjukkan dalam satuan g/cm3.

Produk PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk yang memiliki densitas paling

adalah HDPE dengen densitas sebesar 0,94 – 0,97 g/cm3, diikuti LLDPE dan LDPE.

Melt Index (MI) menunjukkan kemudahan meleleh (sifat kekerasan) dari suatu

polimer. Semakin pendek rantai polimer yang terbentuk maka polimer tersebut

semakin mudah mengalir. Dengan demikian, MI semakin besar. Melt Index

ditunjukkan dala msatuan g/10 menit.

Produk polyethylene memiliki variasi grade yang luas dan memiliki beberapa

karakteristik yang menguntungkan antara lain:

Pada temperature kamar tahan terhadap air dan tidak bereaksi dengan larutan

garam anorganik.

Mudah dibentuk atau diproses

Kuat dan fleksibel pada temperature rendah

Tidak berbau dan beracun

Harga murah

Tidak berwarna sehingga dapat digunakan untuk membuat lapisan tipis.

Adapun keterbatasan dari produk polyethylene adalah sebagai berikut:

Produk dengan berat molekul rendah mempunyai ketahanan yang rendah

terhadap tekanan lingkungan dan gampang pecah.

Penampakannya seperti lilin

Titik leleh rendah sehingga produknya terbatas

Page 8: BAB II.docx

Pada temperatur tinggi memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap

oksidasi disbanding dengan jenis polimer yang lain.

Dapat teroksidasi, namun memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap

oksidasi disbanding dengan jenis polimer yang lain.

Kurang kaku, daya tarik rendah dan permukaan mudah tergores.

Produk polyethylene yang dihasilkan PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, dapat

diolah menjadi beberapa jenis berdasarkan perbedaan densitasnya, yaitu:

a. Low Density Polyethylene

LDPE memiliki banyak cabang, rantai polimer lurus dan struktur tidak serapat

HDPE (High Density Polyethylene). Reaksi polimerisasi LDPE merupakan reaksi

eksotermik dengan kondisi operasi pada tekanan dan temperatur tinggi. Sifat fisik

LDPE antara lain adalah memiliki densitas 0,91 – 0,94 g/cm3, titik leleh 98 – 115oC.

b. Very Low Density Polyethylene (VLDPE)

VLDPE memiliki rantai polimer pendek, cabang banyak dan merupakan

bentuk khusus LLDPE. Sifat fisik VLDPE antara lain memiliki densitas 0,86 – 0,9

g/cm3.

c. High Density Polyethylene (HDPE)

HDPE dihasilkan dengan menggunakan katalis Ziegler Natta. Sifat fisik

HDPE antara lain adalah memiliki densitas 0,94 – 0,97 g/cm3, titik leleh 125 – 132oC.

d. Low Linear Density Polyethylene (LLDPE)

LLDPE mempunyai sifat tidak mudah robek, tahan terhadap panas sifat fisik

LLDPE antara lain adalah memiliki densitas 0,91 – 0,9125 g/cm3.

Tabel 3.2 Struktur HDPE, LDPE, LLDPE

Page 9: BAB II.docx

2.4 Konsep Proses Polimerisasi

2.4.1 Macam Proses Polimerisasi

Macam-macam proses pembuatan polyethylene antara lain :

a) Polimerisasi tekanan tinggi

Polimerisasi terjadi pada tekanan tinggi (1000 – 2500 atm) dan temperature

100 – 300oC dengan bantuan katalis peroksida menghasilkan ethylene dengan

kemurnian tinggi. Proses pembentukkannya dimulai dengan fraksionasi methane dan

ethane menjadi ethylene pada kondisi operasi diatas. Ethylene yang terbentuk

memiliki kemurnian 90 – 95%. Ethylene yang tidak bereaksi dan polyethylene yang

terbentuk dipisahkan dengan separator. Cairan polyethylene dipadatkan dengan

proses pendingin. Polyethylene yang terbentuk memiliki berat molekul 25000 dan

densitas antara 0.915 – 0.95 kg/m3.

b) Polimerisasi tekanan rendah (Ziegler process)

Polimerisasi terjadi pada tekanan rendah dan temperature dibawah 100oC

dengan katalis TiCl4 menghasilkan ethylene dengan kemurnian 97%. Ethylene dapat

dipolimerisasi menjadi polimer dengan densitas tinggi (0,97%), berat molekul tinggi

dan polimer padat.

c) Polimerisasi tekanan rendah (Phillips process)

Polimerisasi terjadi pada tekanan rendah dengan temperatur antara 130 –

160oC dengan bantuan katalis oksida logam menghasilkan polimer polyethylene

dengan densitas tinggi sekitar 0.98 kg/m3.

2.5 Konsep Polimerisasi High Density Polyethylene PT. Chandra Asri

Petrochemical Tbk

Plant High Density Polyethylene (HDPE) menggunakan lisensi Showa Denko

yaitu teknologi dari Jepang. Proses pembuatan polyethylene ini didasarkan atau reaksi

polimerisasi dalam fase slurry yaitu sifatnya eksotermis. Jenis reactor yang

Page 10: BAB II.docx

digunakan pada plant HDPE ini adalah Jacketed Vertical Loop Reactor pada

temperatur ± 80o – 90oC dan tekanan 43 kg/cm3 G.

Pada proses pembuatan HDPE, mekanisme proses yang digunakan adalah

proses radikal bebas. Katalis yang digunakan adalah katalis B campuran TiCl4,

MgCl2, AlCl3, katalis B disimpan dalam drum dalam bentuk isoparaffin slurry. TiCl4

yang ditambahkan Triisobuthyl Alumina (TIBAL) dapat mempercepat reaksi

polimerisasi ethylene menjadi polyethylene. Dalam hal ini TiCl4 bertindak sebagai

katalis dan TIBAL bertindak sebagai co-catalyst.

Katalis yang digunakan pada proses polimerisasi polyethylene adalah katalis

tipe Ziegler Natta, dimana strukturnya dapat dilihat dari gambar 3.1

C2H5 C2H5 Cl Cl

Al Ti

C2H5 Cl Cl

Gambar 3.1 Struktur katalis tipe Ziegler Natta

Dengan polimerisasi dengan Ziegler Natta, proses polimerisasi dapat

berlangsung pada temperatur dan tekanan relatif rendah. Tahap dalam proses

polimerisasi polyethylene dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Tahap inisiasi

Tahap ini merupakan tahap awal terjadinya reaksi polimerisasi. Pada tahap ini

akan terbentuk radikal bebas untuk memicu terjadinya polimerisasi.

H H

H2C = H2C 80−90 0 C C C●

H H

Page 11: BAB II.docx

2. Tahap propagasi

Pada tahap propagasi ini terjadi pemanjangan rantai polimer, hal ini dapat

terjadi karena inisiator yang telah terbentuk pada tahap inisiasi ternyata sangat reaktif

dan dengan cepat bereaksi dengan monomer ethylene membentuk rantai yang

berkelanjutan. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :

H H H H H H

C C● + H2C = H2C C C C C●

H H H H H H

3. Tahap terminasi

Tahap terminasi adalah tahap penghentian reaksi polimerisasi. Pada reaksi

polimerisasi ethylene hydrogen bertindak sebagai terminator (zat yang menghentikan

polimerisasi). Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:

H H H H H H H H

C C● + C C C C C C

H H H H H H H H

Pada polimerisasi di PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, HDPE dibuat

dengan menggunakan metode polimerisasi bimodal. Pada proses polimerisasi

bimodal, digunakan dua buah reaktor tetapi dengan karakteristik produk polimer yang

berbeda di masing-masing reaktor, sehingga karakteristik produk polimer yang

dihasilkan memiliki keunggulan dibandingkan polimerisasi monomodal, yaitu selain

memiliki kekuatan mekanik juga mudah diproses.

2.6 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku

Page 12: BAB II.docx

Bahan baku utama untuk HDPE plant adalah gas ethylene 99,9% volum

dengan 0,1 % merupakan kehilangan berat. Gas ethylene yang digunakan merupakan

utama dari ethylene plant yang masih mengandung pengotor yang jumlahnya dalam

ppm, komposisi ethylene yang disuplay ke HDPE plant tersaji dalam 2.5didalam

HDPE plant, ethylene berfungsi sebagai monomer (main block building)

Tabel 2.6 komposisi bahan baku ethylene

Komponenpersentase

(% volume)

C2H4 99,9

C2H2 0,0001

CO 0,00002

CO2 0,00002

O2 0,09966

H2O 0,0001

S 0,0001

Ethylene dapat diubah menajdi senyawa etana melalui proses Hidrogenasi

langsung dengan katalis nikel pada temperatur 300 0C. Oksidasi ethylene secara

langsung dapat menghasilkan vinyl Asetat. Ethylene memiliki sifat fisik sebagai

berikut:

Rumus Molekul : CH2=CH2

Berat Molekul : 28,052 gr/mol

Fasa : Gas atau Cair

Titik Didih : -103,9 0C

Densitas : 0,610 g/cm3

Titik Leleh : -169 0C

Temperatur kritis : 9,15 0C

Tekanan Kritis : 50,4 bar

Volume Kritis : 131 cm3/mol

2.7 Sifat Fisik dan Kimia bahan baku penunjang

Page 13: BAB II.docx

2.7.1 Sifat fisik dan kimia Comonomer

Comonomer yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu butene-1 dan hexene-1.

comonomer berfungsi untuk mengontrol densitas produk polyethylene. Semakin

besar konsentrasi comonomer dalam reaktor maka densitas produk polyethylene yang

dihasilkan semakin kecil. comonomer membetuk rantai cabang pada rantai utama

ethylene, apabila konsentrasi comonomer makin tinggi akan mengakibatkan

percabangan yang dihasilkan semakin banyak, maka jarak antar molekul polyethylene

yang dihasilkan makin rendah.

Butene-1

sifat fisik dan kimia untuk butene-1 dan hexene-1 adalah:

Rumus Molekul : CH2=CHCH2CH3

Fasa : Cair

Titik Didih : -6,1 0C (2669,9 K)

Specifik gravity : 0,6013

Titik Leleh : -185,2 0C

Kelarutan : 13748 g/m3

Hexene-1

hexene tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, sangat mudah terbakar,

berbahaya, beracun dan menyebabkan iritasi.

Rumus Molekul : CH3CH2CH2CH2CH=CH2

Fasa : Cair/tak berwarna

Titik Didih : 68,88 0C (341,88 K)

Specifik gravity : 0,6633

Titik Leleh : -95,16 0C

Kelarutan : 14987,99 g/m3

2.7.2 Sifat fisik dan kimia Hidrogen

Pada pembuatan polyethylene, hidrogen berfungsi untuk mengontrol melt

index (MI). melt index ini merupakan indikator besarnya berat molekul polyethylene,

besarnya MI dapat diatur berdasarkan pada perbandingan jumlah hidrogen terhadap

Page 14: BAB II.docx

ethylene (H2/C2H4) yang terdapatpada reaktor. Semakin besar jumlah hidrogen dapat

menyebabkan pemutusan rantai karbon pada reaksi polimerisasi sehingga rantai

karbon yang dihasilkan relatif pendek, akibatnya berat molekul polyethylene yang

dihasilkan rendah dan dapat mengurangi kekuatannya (polyethylene dengan harga

viskositas yang rendah). Hidrogen dari ethylene plant dan masuk kereaktor pada

konsentrasi 99% volume tanpa mengalami proses pemurnian di HDPE plant.

Rumus Molekul : H2

Berat Molekul : 2,02 gr/mol

Constan gas : 4124,5 J/kg K

Tekanan kritis : 13 bar

Specific gravity : 0,07

Kapasitas panas : 14,270 kJ/kg K

Temperatur kritis : -1240 0C

Cp/Cv : 1,41

Kelarutan : 6647,8 gr/m3

2.6.3 Sifat Fisik dan Kimia Nitrogen

Nitrogen yang digunakan disuplai dari PT.Air Liquid dan PT. Prax Air, yang

akan mengalami pemurnian sebelum digunakan. Pemurnian nitrogen berfungsi untuk

mengurangi kandungan uap air dan oksigen, dimana keberadaannya akan

mempengaruhi reaksi di reaktor.

sifat fisik nitrogen

Rumus Molekul : N2

Berat Molekul : 28,02 gr/mol

Constan gas : 269,8 J/kg K

Tekanan kritis : 34 bar (abs)

Specific gravity : 0,07

Kapasitas panas : 1,038 kJ/kg K

Temperatur kritis : -147 0C

Cp/Cv : 1,40

Page 15: BAB II.docx

Kelarutan : 6647,8 gr/m3

Sifat Kimia Nitrogen

merupakan unsur yang paling ringan

molekul hidrogen terdiri dari dua bentuk, yaitu orto H dan para H

orientasi spin atom H tetapi sifat keduanya sama

2.6.4 Sifat fisik dan Kimia dari Isobutane

sifat fisik dan kimia dari isobutane adalah sebagai berikut:

Rumus Molekul : (CH3)2CHCH3

Berat Molekul : 58,12 gr/mol

Bentuk : Gas/tidak berwarna

Tekanan kritis : 35,996 atm

Temperatur kritis : 135 0C

Titik Leleh : -95,31 0C

Titik didih : 68,73 0C

2.6.5 Sifat Fisik dan Kimia Fouling preventer

Fouling preventer yang digunakan adalah 12 L ethylene diamine yang

dilarutkan dalam 200 L toluene.

Sifat fisik dari toluene adalah sebagi berikut:

Rumus Molekul : C7H12

Berat Molekul : 92 gr/mol

Densitas : 0,864-0,868 g/ml (20 0C)

Tekanan kritis : 41,51 atm

Temperatur kritis : 220,6 0C

Titik Leleh : -95 0C

Titik didih : 110,6 0C

Sifat fisik dari ethylenediamine adalah:

Rumus Molekul : C2H8N6

Berat Molekul : 60,099 gr/mol

Page 16: BAB II.docx

Bentuk : tidak berwarna

Tekanan kritis : 62,0775 atm

Titik Leleh : 11,14 0C

Titik didih : 117,26 0C

2.6.7 Aditif

Penambahan aditif bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu produk yang

ditambahkan yaitu:

Pelumas (lubricant), lubricant berfungsi untuk membantu proses reaksi

polimerisasi di long continous mixer

Anti blok, anti blok ditambahkan kedalam polimer agar produk plastik yang

dihasilkan tidak saling menempel

Anti oksidan berfungsi untuk mencegah polimer teroksidasi

Slipping agent, sliping agent digunakan untuk mengurangi kelicinan pada

permukaan plastik

UV stabilizer, stabilizer ini digunakan untuk produk yang digunakan dibawah

sinar matahari

Zat aditif yang biasa digunakan diantaranya:

CAST (calsium stearate)

Rumus Molekul : C18H36O.1/2 Ca

Berat Molekul : 586

Titik Leleh : 130-175 0C

Bulk Density : 150-500 g/L

pH value (20 0C) : 7-9

Irganox 1010

Titik didih : 110-125 0C

Tekanan uap : <0,01 Pa at 20 0C

Density : 1,1-1,2 g/cm3 at 25 0C

Hostanox O 10 FF

Titik leleh : 110-125 0C

Tekanan uap : <0,01 Pa at 20 0C

Page 17: BAB II.docx

Density :1,15 g/cm3 at 20 0C

pH value (20 0C) : 5,9 (20 0C, 10 g/l)

2.6.8 Sifat fisik dan Kimia katalis

Catalyst CH-T (Titanium tetrachloride)

Rumus Molekul : TiCl4

Tekanan uap : 1,33 kPa

Titik Leleh : -25 0C

Titik didih : 136 0C

spesifik gravity : 1,726 (20 0C)

Co-Catalyst (TIBAL)

Rumus Molekul : TiCl4

Density : 781 kg/m3 (25 0C)

Titik Leleh : 32 0F

Titik didih : 38 0C (100,1 Kpa)

Spesifik gravity : 1,726 (20 0C)

Viskositas : 1,9 mPa.s (25 0C)