Upload
hamien
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
79
BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR
3.1. Analisa Pendekatan Arsitektur
3.1.1. Studi Aktivitas
Pengelompokan Kegiatan , sifat Kegiatan, dan Pelaku;
Aktivitas dalam Pengelompokan Kegiatan; Pelaku dalam
Pengelompokan Kegiatan; Pola Kegiatan.
Tabel 4 Pengelompokan Kegiatan Sifat Ruang dan Pelaku
A KELOMPOK KEGIATAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
Sifat Kegiatan
Pelaku
a. Ruang Direksi Privat Pimpinan
b. Ruang Sekretaris Direktur Privat Sekretaris Direktur
c. Ruang rapat dan diskusi Privat Anggota
d. Ruang Kepala Komite Medis
Privat Kepadala Staff atau Bagian
e. Ruang Komite Medis Privat Anggoa Komite Medis
f. Ruang Kepala Bagian : - Keperawatan - Pelayanan - Keuangan - Kesekretariatan dan
rekam medis - SDM
Privat Administasi
g. Ruang Bagian - Keperawatan - Pelayanan - Keuangan dan
Publik Administasi
80
program - rekam medis - SDM - Pendidikan dan
Pelatihan
h. Ruang Satuan Pengawasan Internal
Privat Administasi
i. Ruang Arsip Privat Administasi
j. Ruang Tunggu Publik Administasi
k. Toilet Privat Administasi
B KELOMPOK KEGIATAN MEDIS DAN PERAWATAN
a. Instalasi rawat jalan - Ruang Tunggu Poli - Ruang ASKES - Ruang administrasi - Ruang rekam medis - Ruang tunggu - Ruang periksa - Ruang tindakan - Ruang laktasi - Poli
Publik Publik Publik Publik Privat Publik Privat Privat Privat Publik
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
b. IGD Ruang penerimaan - Ruang administrasi - Ruang tunggu - Ruang rekam medis - Ruang triase - Ruang persiapan
bencana massal Ruang tindakan - Ruang resultasi - Ruang tindakan bedah - Ruang tindakan non
bedah - Ruang tindakan anak - Ruang tindakan non
bedah - Ruang operasi Ruang observasi Ruang dokter Ruang pos perawat Ruang perawat
Publik Publik Publik Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Publik Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
81
Ruang kepala IGD Privat
c. Rawat inap - Ruang perawatan - Ruang pos perawat - Ruang perawat - Ruang konsultasi - Ruang tindakan - Ruang administrasi - Ruang dokter
- Ruang kepala instalasi
Publik Publik Publik Privat Privat Publik Privat Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
d. Ruang perawatan intensif - Ruang rawat pasien
non isolasi dan isolasi - perawat - Ruang kepala perawat - Ruang dokter - Ruang tunggu - Ruang administrasi
Privat Privat Privat Privat Publik Publik
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
e. Instalasi Jantung dan Pembuluh darah
- Ruang Administrasi - Ruang Tunggu - Instalsi Rawat Jalan
Jantung - Poli Jantung - Instalasi Gawat
Darurat (Electro Cardiograph (EKG) Echo Cardio Sonografi Treadmill)
- ICCU (Intensive Cardiac Care Unit )
- Ruang Kateterisasi (angiografi, USG,CT SCAN, MRI)
- Ruang Operasi Jantung
- PACU (Post Anastesi Cardiac
Publik Publik Privat Publik Publik Privat Privat Privat Privat Privat Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
Pengunjung
82
Care Unit - Instalasi Rawat
INAP
Privat dan publik
f. Instalasi kebidanan dan kandungan - Ruang administrasi
dan pedaftaran - Ruang tunggu - Ruang bersalin - Ruang tindakan - Ruang pemulihan - Ruang bayi - Gudang streil - Ruang ganti pakaian - Ruang dokter - Ruang perawat - Ruang cuci tangan
Publik Publik Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
g. Instalasi bedah central - Ruang administrasi - Ruang tunggu - Ruang cuci tangan - Ruang persiapan - Ruang anastesi - Ruang bedah minor - Ruang bedah umum - Ruang bedah
subspesialistik - Ruang resusitasi - Ruang pemulihan /
PACU - Ruang Sterilisasi - Depo farmasi - Ruang dokter - Ruang perawat - Ruang diskusi medis
Publik Publik Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Publik Privat Privat Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
C. KELOMPOK PENUNJANG DAN OPERASIONAL
C.1. Penunjang medik
a. Instalasi Farmasi - Ruang peracikan obat - Depo bahan baku - Depo obat jadi - Gudang perbekalan - Depo obat khusus - Ruang administrasi - Konter apotek
Privat Privat Privat Privat Privat Publik Publik
Pasien
Dokter
Perawat
83
- ruang rapat / diskusi - ruang arsip - ruang kepala instalasi - ruang staff
Publik Privat Privat Privat
Administrasi
Pegawai
b. Instalasi Radiodiagnostik - Ruang tunggu - Ruang administrasi
dan rekam medik - Loket Pendaftaran dan
Pengambilan Hasil - Ruang konsultasi
Dokter - Ruang ahli fisika medis - Ruang pemeriksaan :
(General, Tomografi, Floroskopi, Ultra Sono Grafi (USG), CT SCAN.
- Ruang gelap
Publik Publik Publik Privat Privat Privat Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
c. Instalasi Laboatorium - Ruang administrasi - Ruang tunggu - Ruang pengambilan
sample - Bank darah - Laboratorium patologi
klinik - Laboratorium kimia
klinik - Laboratorium
hematologi dan uranalisis
- Gudang regensia dan bahan habis pakai
- Ruang cuci - Ruang diskusi - Ruang kepala
laboratorium - Ruang petugas
Publik Publik Publik Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat Publik
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
d. Melayani unit transfusi darah dan bank Darah
Privat
e. Pemulasaraan jenazah - Ruang administrasi - Ruang tungggu - Ruang duka
Publik Publik Privat
Pasien
Dokter
84
- Ruang dekomintasi - Laboratorium otopsi - Ruang pendingin
jenazah - Ruang kepala instalasi - Ruang jemur alat
Privat Privat Privat Privat Publik
Perawat
Administrasi
Pegawai
Pengunjung
f. Ruang Bank Darah - Ruang Administrasi - Ruang Tunggu - Ruang Pemisahan
Darah - Laboratorium Sjinign
Darah - Ruang Donor Darah - Ruang Pemberian
Makanan pasca Donor Darah
- Ruang Kepala dan Staff
Publik Publik Privat Privat Publik Publik Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
g. Ruang Diagnostik Terpadu - Ruang Tunggu
Pasien - Ruang Administrasi
dan Rekam Medis - Lokaet Pendaftaran
dpembayaran dan pengambilan hasil
- Ruang konsultasi Dokter
- Ruang Kepala IDT - Ruang Petugas - Ruang Arsip
Publik Privat Privat Privat Privat Publik Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
C.2. Penunjang non-medik
a. Ruang Sentrilisasi Pusat
- Ruang administrasi, Loket Penerimaan dan Pencatatan
- Ruang Dekontaminasi
- Ruang Pengemasan Alat
- Ruang Prosesing/ Produksi
- Ruang Sterilisasi - Gudang Barang/
Publik Privat Privat Privat Privat Publik
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
85
Linen/ Bahan Perbekalan baru
- Ruang Dekontaminasi Kereta atau troli
- Ruang Pencucian Perlengkapan
- Ruang Distribusi - Ruang Kepala - Ruang Ganti
petugas - Ruang Stwaf
Privat Publik Publik Privat Privat Privat
b. Ruang Dapur Utama dan Gizi Klinik
- Ruang penerimaan dan penimbangan bahan makanan
- Ruang penyimpanan bahan makanan basah
- Ruang penyimpanan bahan makanan kering
- Ruang persiapan - Ruang pengolahan
dan penghangatan makanan
- Ruang penyajian makanan
- Dapur susu - Ruang cuci - Ruang penyimpanan
troli - Ruang penyimpanan
peralatan - Ruang ganti alat
pelindung diri - Ruang administrasi - Ruang kepala
instalasi gizi - Ruang pertemuan
Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Privat Privat Privat Publik Privat Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
c. Ruang Londri
- Ruang Administrasi dan Pencatatan
- Ruang Kepala Londri
Publik Privat Privat
Pasien
86
- Ruang Penerimaan dan Sortir Ruang Dekontaminasi/ perendaman Linen
- Ruang Cuci dan Pengeringan Linen
- Ruang Setrika dan Lipat Linen
- Ruang Perbaikan Linen
- Ruang Penyimpanan Linen
- Ruang Dekontaminasi Troli
- Ruang Penyimpanan Troli
- Gudang Bahan Kimia
- KM/WC Petugas
Publik Publik Publik Publik Privat Privat Privat Privat
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
d. Ruang Sanitasi
- Ruang Kerja dan Arsip
- Ruang Laboratorium Kesehatan Lingkungan
- Area Pengolahan Air Limbah
- Area Icenerator
Privat Privat Publik Privat
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
e. Ruang Pemeliharaan Sarana (Workshop)
- Ruang Kepala IPSRS
- Ruang Administrasi dan Ruang Kerja Staff
- Ruang Rpat / Pertemuan teknis
- Area Studio Gambar dan Arsip Teknis
- Area Bengkel/ Workshop
Privat Privat Privat Privat Publik Publik
Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
87
bangunan/ kayu
- Area Bengkel/ Workshop metal atau logam
- Area Bengkel/ Workshop
peralatan Medik (Optik, elektro medik, Mekanik)
- Bengkel/ Workshop penunjang
Medik
- Ruang Panel Listrik - Gudang Spare part - Gudang - KM/ WC petugas/
pengunjung
Publik Publik Privat Privat Privat Privat
D Kelompok Pendukung
a. Parkir Publik Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
Pengunjung
b. Toilet Privat Pasien
Dokter
Perawat
Administrasi
Pegawai
Pengunjung
88
c. Olahraga Publik Pasien
Dokter
Perawat
d. Bencana Massal Publik Pasien
Dokter
Perawat
Pegawai
Tabel 5 Aktivitas dalam Pengelompokan Kegiatan
Sumber: Analisa Pribadi
A KELOMPOK KEGIATAN ADMINISTRASI DAN
MANAJEMEN
a. Penerimaan pasien
b. Pencatatan pasien
c. Rapat mengenai pasien
d. Merekam dan menyimpan data medis dan arsip
pasien
e. Penerimaan tamu
f. Pengelolaan dan koordinasi
g. Pendidikan dan pelatihan
89
B KELOMPOK KEGIATAN MEDIS DAN
PERAWATAN
a. Pemeriksaan awal pasien
b. Pemeriksaan pasien rawat jalan
c. Merawat pasien
d. Memberi Penanganan Medis pada Pasien
e. Perawatan intenssif
f. Rehabilitasi medik
g. Melakukan radioterapi
h. Melakukan tindakan gawat darurat
C. KELOMPOK PENUNJANG DAN OPERASIONAL
C.1. Penunjang medik
a. Farmasi
b. Kegiatan radiodiagnostik
c. Melakukan Kegiatan Pemeriksaan sample pasien di
laboratorium
d. Melayani unit transfusi darah dan bank Darah
e. Pemulasaran jenazah
f. Melakukan pemeriksaan Forensik pada Jenazah
C.2. Penunjang non-medik
a. Sterilisasi setelah melakukan tindakan pada pasien
b. Memasak dan menentukan menu untuk pasien
90
c. Mencuci kain linen, sprei, sarung bantal dll
d. Melakukan Pemeliharaan sarana
D Kelompok Pendukung
a. Parkir
b. Olahraga
c. Bencana Massal
Tabel 6 Kategorisasi Pelaku
Sumber : Dokumen Pribadi
A KELOMPOK KEGIATAN ADMINISTRASI DAN
MANAJEMEN
a. Pimpinan
b. Perawat
c. Pelatih pendidikan
d. Bagian administrasi
e. Komite Medik
f. Komite etik dan hukum
g. Bagian Rekam Medis
h. Petugas Kebersihan
B KELOMPOK KEGIATAN MEDIS DAN
PERAWATAN
B.1 Kelompok ruang pemeriksaan medis
91
a. Perawat
b. Ahli Gizi
c. Dokter
d. Petugas Kebersihan
e. Perawat
f. Ahli Gizi
g. Dokter
h. Pasien
i. Pengunjung Pasien
j. Petugas Kebersihan
C. KELOMPOK PENUNJANG DAN OPERASIONAL
C.1. Penunjang medik
a. Petugas Farmasi
b. Kegiatan radiodiagnostik
c. Petugas Laboratorium
d. Petugas Tranfusi
e. Pemulasaran jenazah
f. Petugas Forensik
C.2. Penunjang non-medik
a. Petugas Kebersihan
b. Petugas Masak
c. Petugas Pemeliharaan
Sumber: Analisa Pribadi
92
Pola Kegiatan
ORGANISASI RUANG DAN POLA KEGIATAN MAKRO
(RUMAH SAKIT UMUM KELAS B TANPA KEUNGGULAN
DI BIDANG JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH)
Diagram 4 Organisasi Ruang dan Pola Pergerakan dalam Rumah Sakir
Sumber Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012
93
ORGANISASI RUANG DAN POLA KEGIATAN MAKRO (RUMAH SAKIT
UMUM KELAS B DENGAN KEUNGGULAN DI BIDANG PENYAKIT
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
Diagram 5 Organisasi Ruang dan Pola Pergerakan Dalam Rumah Sakit Kelas B Dengan Keunggulan Di Bidang Jantung Dan Pembuluh Darah
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
94
Pola Kegiatan dalam Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. Pasien masuk rumah sakit melakukan pendaftaran atau
administrasi pada instalasi gawat darurat bila pasien membutuhkan
penanganan khusus atau pada poliknik jika pasien tidak
memerlukan pertolongan secara khusus.
2. Pasien yang mendaftar di instalasi rawat jalan akan diberikan
pelayanan medis pada bagian bagian tertentu sesuai keluhan
pasien.
Pasien dengan diagnosa penyakit ringan tidak perlu
perawatan khusus dapat langsung didiagnosa diberi
perawatan/pengibatan seperlunya. Jika diyatakan sembuh
dapat langsung pulang.
Pasien dengan penyakit khusus setelah mendaftar langsung
dirujuk ke laboratorium. setelah mendapatkan foto dan
diagnosis lalu kembali ke igd untuk menyimpulkan mengenai
penyakit pasien.
Apabila pasien harus melakukan rawat inap maka akan
diarahkan ke ruang rawat inap lalu akan mendapat
perawatan dan pemerikasaan laboratorium setelah itu akan
diputuskan tindakan yang perlu dilakukan. Jika pasien itu
harus dirawat biasa maka akan diinapkan di ruang
perawatan tetapi jika pasien tersebut mengalami keadaan
buruk maka perlu perawatan khusus bisa diletakan di ruang
perawatan intensif. Jika pasien mengalami membutuhkan
95
operasi maka harus segera dilakukan di ruang operasi lalu
setelah operasi jika belum pulih betul maka diinapkan di
ruang perawatan intensif. Jika ada pasien meninggal di
letakan di ruang jenazah dan pemulasaran jenazah. Lalu
pasien yang sehat akan diijinkan untuk pulang.
Pasien yang mengalami penyakit jantung dan pembuluh
darah setelah diperiksa di laboratorium dan igd maka akan
diarahkan ke instalasi jantung dan pembuluh darah, tetapi
jika sudah diketaui maka langsung dirujuk ke instalsi jantung
dan pembuluh darah untuk mendapaatkan penanganan
khusus seperti operasi dan ruang perawaatan intensif, tetapi
pasien yang perlu melakukan operasi akan dilakukan da
setelah operasi jika keadan pasien belu, pulih maka
diletakan di ruang pasca operasi yaitu ruang perawatan
intensif.
Pasien kebidanan dan penyakit kandungan akan dirujuka ke
instalasi kebidana dan kandungan, apabila dibuthkan akan
diakukan pembedahan di ruang operasi penyakit kandungan
dan kandungan, selanjutnya jika belum baik pasca operasi
akan ditempatkan di ruang perawatan intensif.
3. Pasien melalui instalasi gawat darurat akan diberikan
pelayanan medis sesuai dengan kondisi kegawat daruratan
pasien.
96
Pasien dengan tingkat kegawatdaruratan ringan setelah
diberikan pelayanan medis dapat langsung pulang.
Pasien dengan kondisi harus didiagnosa lebih
mendetail akan dirujuk ke instalasi radiologi
dan atau laboratorium. Selanjutnya apabila harus
ditindak bedah, maka pasien akan dikirim ke ruang
bedah. Pasca bedah, untuk pasien yang
kondisinya belum stabil akan dikirim ke ruang
Perawatan Intensif, pasien yang kondisinya stabil akan
dikirim ke ruang rawat inap. Selanjutnya pasien
meninggal akan dikirim ke instalasi pemulasaraan
jenazah, pasien sehat dapat pulang.
ORGANISASI RUANG DAN POLA ALUR KEGIATAN INSTALASI
RAWAT JALAN
Diagram 6 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Rawat Jalan
Sumber : Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana
Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
97
Persyaratan Khusus
Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya
ditetapkan sebagai berikut :
1. Letak Poliklinik berdekatan dengan jalan
utama, mudah dicapai dari bagian administrasi,
terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan
dekat dengan apotek, bagian radiologi dan
laboratorium.
2. Ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas. Ada
pemisahan ruang tunggu pasien untuk penyakit
infeksi dan non infeksi.
3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu
pintu (sirkulasi masuk dan keluar pasien pada
pintu yang sama).
4. Klinik-klinik yang ramai sebaiknya tidak saling
berdekatan.
5. Klinik anak tidak diletakkan berdekatan dengan
Klinik Paru, sebaiknya Klinik Anak dekat dengan
Kllinik Kebidanan.
98
6. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien
dipisahkan.
7. Pada tiap ruangan harus ada wastafel
(air mengalir).
8. Letak klinik jauh dari ruang incenerator, IPAL dan
bengkel ME.
9. Memperhatikan aspek gender dalam persyaratan
fasilitas IRJ.
Instalasi Gawat Darurat
Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
kemampuan :
Melakukan pemeriksaan awal kasus – kasus gawat darurat
Melakukan resusitasi dan stabilisasi.
Pelayanan di Ruang Gawat Darurat rumah sakit harus dapat memberikan
pelayanan 24 jam secara terus menerus 7 hari dalam seminggu.
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kelas B setara dengan unit
pelayanan gawat darurat Bintang III. Yaitu memiliki dokter spesialis empat
besar (dokter spesialis bedah, dokter spesialis penyakit dalam, dokter
spesialis anak, dokter spesialis kebidanan) yang siaga di tempat (on-site)
99
dalam 24 jam, dokter umum siaga ditempat (on-site) 24 jam yang memiliki
kualifikasi medik untuk pelayanan GELS (General Emergency Life
Support) dan atau ATLS + ACLS dan mampu memberikan
resusitasi dan stabilisasi Kasus dengan masalah ABC (Airway,
Breathing, Circulation) untuk terapi definitif serta memiliki alat
transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siaga 24 jam.
Organisasi Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada instalasi gawat darurat
Diagram 7 Organisasi Ruang dan Ruang Pola Sirkulasi Pelaku Pada
instalasi gawat darurat
Sumber Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah
Sakit Kelas B, 2012
Persyaratan Khusus
100
- Area IGD harus terletak pada area depan atau muka dari
tapak RS.
- Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar
tapak rumah sakit (jalan raya) dengan tanda-tanda yang
sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum.
- Area IGD harus memiliki pintu masuk kendaraan yang
berbeda dengan pintu masuk kendaraan ke area Instalasi
Rawat Jalan/Poliklinik, Instalasi rawat Inap serta Area Zona
Servis dari rumah sakit.
- Untuk tapak RS yang berbentuk memanjang mengikuti
panjang jalan raya maka pintu masuk ke area IGD harus
terletak pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh
pengguna kendaraan untuk masuk ke area RS.
- Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat
banyak yang memiliki ataupun tidak memiliki lantai bawah
tanah (Basement Floor) maka perletakan IGD harus berada
pada lantai dasar (Ground Floor) atau area yang memiliki
akses langsung.
- IGD disarankan untuk memiliki Area yang dapat digunakan
untuk penanganan korban bencana massal (Mass Disaster
Cassualities Preparedness Area).
101
- Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan
pasien (Ambulance Drop-In Area) memiliki sistem sirkulasi
yang memungkinkan ambulan bergerak 1 arah (One
Way.
- Letak bangunan IGD harus berdekatan dengan Ruang
Operasi RS, Ruang Perawatan Intensif, Ruang Radiologi,
Ruang Kebidanan, Ruang Laboratorium, dan Bank Darah RS.
Instalasi Rawat Inap
Persyaratan khusus
Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya hubungan
antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat
berhubungan/ membutuhkan.
Diagram 8 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalasi Rawat Inap
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa
Pribadi
102
Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara
linier/lurus (memanjang).
Konsep Rawat Inap yang disarankan “Rawat Inap Terpadu (Integrated
Care)” untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang.
Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka harus
ada tangga landai (;Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai ruangan
tersebut.
Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang tenang
(tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan
aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap.
Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan.
Alur petugas dan pengunjung dipisah.
Masing-masing ruang Rawat Inap 4 spesialis dasar mempunyai ruang
isolasi.
Ruang Rawat Inap anak disiapkan 1 ruangan neonatus.
Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai,
mudah dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar.
Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang
debu/kotoran.
103
Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak mengumpulkan
debu.
Tipe R. Rawat Inap adalah VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III
Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti :
Pasien yang menderita penyakit menular.
Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti
penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dsb).
Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan)
Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat
dapat mengawasi pesiennya secara efektif, maksimum melayani 25
tempat tidur.
Ruang Perawatan Intensif
Persyaratan Khusus :
Diagram 9 Organisasi Ruang dan Pola Pergerakan di instalasi Perawatan Intensif
Sumber Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B,
2012
104
Letak bangunan ruang perawatan intensif harus berdekatan dengan
ruang operasi RS, ruang gawat darurat, laboratorium dan ruang
radiologi.
Harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan tahan terhadap
getaran.
Gedung harus terletak pada daerah yang tenang.
Aliran listrik tidak boleh terputus.
Harus tersedia pengatur kelembaban udara.
Sirkulasi udara yang dikondisikan seluruhnya udara segar (;fresh air).
Ruang pos perawat (;Nurse station) disarankan menggunakan
pembatas fisik transparan/ tembus pandang (antara lain kaca tahan
pecah, flexi glass) untuk mengurangi kontaminasi terhadap perawat.
Perlu disiapkan titik grounding untuk peralatan elektrostatik.
Tersedia aliran Gas Medis (O2, udara bertekanan dan suction).
Pintu kedap asap & tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap bila
terjadi kebakaran.
Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak
instalasi ICU tidak pada lantai dasar.
Ruang ICU/ICCU memiliki Tingkat Ketahanan Api 2 jam.
105
Pertemuan dinding dengan lantai dan pertemuan dinding dengan
dinding tidak boleh berbentuk sudut/ harus melengkung agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan
kotoran.
Ruang Perawatan Operasi
Diagram 10 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Operasi
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit
Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Persyaratan Khusus
106
Persyaratan teknis ruang operasi dapat melihat buku pedoman Teknis
Bangunan Rumah Sakit : Ruang Operasi, yang disusun oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Tahun 2012.
Ruang Kebidanan
Diagram 11 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Kebidanan
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit
Kelas B, 2012 dan Analisa PribadiPersyaratan Khusus
Letak bangunan ruang kebidanan harus mudah dicapai, disarankan
berdekatan dengan ruang gawat darurat, ruang perawatan intensif dan ruang
operasi.
Bangunan harus terletak pada daerah yang tenang/ tidak bising.
107
Ruang bayi dan ruang pemulihan ibu disarankan berdekatan untuk
memudahkan ibu melihat bayinya, tapi sebaiknya dilakukan dengan
sistem rawat gabung.
Memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai dan tersedia pengatur
kelembaban udara untuk kenyamanan termal.
Harus disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan
kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.
Limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan kebidanan dan
penyakit kandungan ditempatkan pada wadah khusus berwarna kuning
bertuliskan limbah padat medis infeksius kemudian dimusnahkan di
incenerator.
108
Ruang Rehabilitasi Medik
Persyaratan Khusus
o Lokasi mudah dicapai oleh pasien, disarankan letaknya dekat dengan
instalasi rawat jalan/ poliklinik dan rawat inap.
o Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket
pendaftaran, pembayaran dan administrasi.
o Disarankan akses masuk untuk pasien terpisah dari akses masuk staf.
o Apabila ada ramp (tanjakan landai), maka harus diperhatikan
penempatan ramp, lebar dan arah bukaan pintu dan lebar pintu untuk
Diagram 12 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku PadaRuang Rehabilitas Medik
Sumber Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B,
2012
109
para pemakai kursi roda serta derajat kemiringan ramp yaitu maksimal
70.
o Untuk pasien yang menggunakan kursi roda disediakan toilet khusus
yang memiliki luasan cukup untuk bergeraknya kursi roda.
Ruang Hemodialisa
Diagram 13 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Hemodialisa
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana
Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Persyaratan Khusus
Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien dilengkapi dengan minimal
inlet air steril dan outlet pembuangan air dari mesin dialisis.
Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien juga dilengkapi dengan bed
head unit, minimal terdiri dari outlet suction, Oksigen, stop kontak listrik
110
dengan suplai Catu Daya Pengganti Khusus(CDPK = UPS) dan 2 buah
stop kontak biasa, tombol panggil perawat (nurse call).
Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-warna
yang menyilaukan.
Memiliki sistem pembuangan air yang baik.
111
Organisasi Ruang Pola Instalsi Jantung dan Pembuluh darah
Diagram 14 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Instalsi Jantung dan Pembuluh Darah
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Pola Instalasi Radiologi
Alur Pasien
112
Diagram 15 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Rehabilitas Radiologi
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit
Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Persyaratan Khusus :
Lokasi ruang radiologi mudah dicapai,
berdekatan dengan ruang gawat darurat,
laboratorium, ruang perawatan intensif, dan ruang
operasi RS.
Sirkulasi pasien dan pengantar pasien disarankan
terpisah dengan sirkulasi staf.
113
Ruang konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk membaca
film.
Dinding/pintu mengikuti persyaratan khusus sistem labirin
proteksi radiasi.
Ruangan gelap dilengkapi exhauster.
Tersedia pengelolaan limbah radiologi khusus.
Pola Instalasi Laboratorium
Diagram 16 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku PadaRuang Laboratorium
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit
Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Persyaratan Khusus :
114
Letak laboratorium/sub laboratorium mudah dijangkau, disarankan
untuk gedung RS bertingkat, laboratorium terletak pada lantai dasar,
dan dekat dengan instalasi rawat jalan, instalasi bedah, ICU, Radiologi
dan Kebidanan. Untuk laboratorium forensik letaknya di daerah non
publik (bukan area umum).
Dinding dilapisi oleh bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin
dan kedap air setinggi 1,5 m dari lantai (misalnya dari bahan keramik
atau porselen).
Lantai dan meja kerja laboratorium dilapisi bahan yang tahan
terhadap bahan kimia dan getaran serta tidak mudah retak.
Akses masuk petugas dengan pasien/pengunjung disarankan
terpisah.
Pada tiap-tiang ruang laboratorium dilengkapi sink (wastafel) untuk
cuci tangan dan tempat cuci alat.
Pola Bank Darah/Unit Tranfusi Darah
115
Diagram 17 Organisasi Ruang dan Pola Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Bank Darah
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit
Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Persyaratan Khusus
Laboratorium skrining darah dilengkapi bak pencuci (sink) untuk
membersihkan peralatan laboratorium.
Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-
warna yang menyilaukan.
Stop kontak pada ruang penyimpanan darah dilengkapi dengan
Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK/UPS)
Memiliki sistem pembuangan air yang baik.
Pola Instalsi Diagnostik Terpadu
116
Diagram 18 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Diagnostik Terpadu
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah
Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Persyaratan Khusus
Lokasi mudah dicapai, berdekatan dengan instalasi rawat
jalan.
Ruang konsultasi dilengkapi dengan fasilitas untuk
membaca film.
Pola Kegiatan Pemulasaran Jenazah
117
Diagram 19 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Pelaku Pada Ruang Pemulasaran Jenazah
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah
Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
3.1.2. Studi Fasilitas
a. Kebutuhan Ruang
Tabel 7 Kebutuhan Ruang
Area Pelayanan Medik dan Perawatan
Area Penunjang dan Operasinal
Area Administrasi
dan Manajemen
Area Pendukung
1. Instalasi Rawat Jalan (IRJ) 2. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 3. Instalasi Rawat Inap (IRNA) 4. Instalasi Perawatan Intensif (ICU/ICCU/PICU/NICU) 5. Jantung dan pembuluh Darah 6. Instalasi Bedah 7. Instalasi Kebidanan dan
A. Penunjang Medik 1. Ruang Farmasi 2. Ruang Radiodiagnostik 3. Laboratorium 4. Bank Darah / Unit Transfusi Darah (BDRS/UTDRS) 5. Ruang Diagnostik
1. Unsur pimpinan rumah sakit 2. Unsur pelayanan medik 3. Unsur pelayanan penunjang medik 4. Pelayanan keperawatan 5. Unsur pendidikan
1. Parkir 2. Toilet 3. Olahraga 4. Bencana Masal 5. Taman
118
Penyakit Kandungan 8. Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM) 9. Unit Hemodialisa 10. Instalasi Radioterapi 11. Instalasi Kedokteran Nuklir
Terpadu 6. Pemulasaraan Jenazah dan Forensik B. Penunjang Non-Medik 7. Ruang Sterilisasi Pusat (;CSSD) 8. Dapur Utama dan Gizi Klinik 9. Laundri 10. Ruang Sanitasi 11. Ruang Pemeliharaan Sarana
dan pelatihan 6. Administrasi umum dan keuangan 7. SDM 8. Komite medik 9. Komite etik dan hukum.
Sumber Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah
Sakit Kelas B, 2012 dan analisa pribadi
b. Pola Ruang
A Magistral Terbuka
119
Jalur Sirkulasi Ruang Terbuka (magistral terbuka) ini adalah
system pola ruang yang memungkinkan bangunan untuk
diperluas. Bangunan ini mudah digunakan untuk perencanaan
sebuah rumah sakit
Gambar 13 Pola Magistral Terbuka
Sumber : Data Arsitek
120
B Melewati Ruang-Ruang
- Integritas ruang dipertahankan
- Konfigurasi jalan lurus
- Ruang-ruang perantara dapat
dipergunakan untuk
menghubungkan jalan dengan ruang-
ruangnya
C Menembus Ruang-Ruang
- Jalan dapat menembus sebuah
ruang menurut sumbunya, miring
atau sepanjang sisinya
- Dalam memotong sebuah
ruang, jalan memimbulkan pola-
Gambar 14 Melewati Ruang
Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur
Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996
121
pola istirahat dan gerak di
dalamnya
D Berakhir Dalam Ruang
- Lokasi yang menentukan jalan
- Hubungan jalan-ruang ini
digunakan untuk mencapai dan
memasuki secara fungsional atau
melambangkan ruang-ruang yang
penting
Gambar 15 Menembus Ruang
Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan
Tatanan, 1996
Gambar 16 Berakhir dalam Ruang
Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan
Tatanan, 1996
122
Berdasarkan standarisasi tipe Rumah Sakit Umum,
1972
ruang – ruang perawatan dibagi menjadi beberapa
kelas, yaitu :
Kelas VIP : 15%
Kelas I
: 5 – 15 %
Kelas II
: 10 – 30 %
Kelas III
: 20 - 40%
Sumber : Standarisasi Tipe Rumah Sakit Umum, 1972 Permenkes No 340
/ Menkes/Per/Iii/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit Tempat Tidur (
Berdasarkan Syarat Rumah Sakit Umum Kelas B Dan Perbandingan
Dengan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Yang Sudah Disurvey)
Sesuai dengan Pemenkes RI No. 262/Menkes/VII/1979, Penentuan
Tenaga Kerja RSU Kelas B dihtung berdasarkan rasio jumlah tempat
tidur di banding dengan jumlah tenaga kerja :
Jumlah Tempat Tidur : Jumlah Tenaga Medis = 9:1
Tabel 8 Tabel pembagian tempat tidur
Jenis Kelas Prosentase Jumlah T. Tidur Total
Kelas VIP 15% 300 45
Kelas 1 15% 300 45
Kelas 2 20% 300 60
Kelas 3 30% 300 90
Jantung dan
Pembuluh Darah
20% 300 60
123
Jumlah Tempat Tidur : Jml Tenaga Medis Keparawatan =
1:1
Jumlah Tempat Tidur : Jml Ten. Med. Non Keperawatan = 5:1 Jumlah Tempat Tidur : Jumlah Tenaga Non Medis = 4:3
Tabel 9 Jumlah Tenaga Kerja
Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B
Jumlah Tenaga Medis 34
Jumlah Tenaga Medis Keperawatan 300
Jumlah Tenaga Medis Non Keperawatan 60
Jumlah Tenaga Non Medis 233
Total Tenaga Kerja RSUD Kelas B 627
124
Berikut adalah table kebutuhan Ruang
Tabel 10 Kebutuhan Ruang Instalasi Rawat Jalan No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Renc.
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 R. Administrasi 9 m2/ Petugas 4 Petugas 36 m2
a. Area Informasi
b. Area Pendaftaran
c. Area Pembayaran/ Kasir
2 Ruang Pengendali BPJS 5 m2/ Petugas 4 Petugas 20 m2
3 Ruang Rekam Medis 16 m2/1000 Kunjungan 3 unit 48 m2
Pasien/ Hari
(Untuk 5 tahun)
4 Ruang Tunggu Poli 2,5 m2/ Orang 150 Orang 375 m2
disesuaikan dengan
jumlah kunjungan
pasien/ hari
5 Ruang Periksa & Konsultasi (klinik Umum) 24 m2/ Poli 34 Poli 816 m2
Ruang Periksa & Konsultasi (Poli Eksekutif) 24 m2/ Poli 5 Poli 120 m2
6 Ruang Tindakan Bedah Umum 24 m2/ Poli 1 Poli 24 m2
7 Ruang Tindakan Bedah Tulang 25 m2/ Poli 1 Poli 25 m2
8 Ruang Tindakan Kebidanan 24 m2/ Poli 1 Poli 24 m2
dan penyakit kandungan
9 Klinik Mata
a. 1 Ruang Tindakan Poli 24 m2/ Poli 1 Poli 24 m2
b. 3 Ruang Konsultasi 25 m2/ Poli 1 Poli 25 m2
10 Klinik THT 25 m2/ Poli 1 Poli 25 m2
11 Klinik Gigi dan Mulut
a. 2 Dental Unit 24 m2/ Poli 1 Poli 24 m2
b. Laboratorium teknik gigi 30 m2 1 Poli 30 m2
12 Klinik Kulit & Penyakit 12 m2 1 Poli 12 m2
Kelamin
13 Klinik Syaraf 12 m2 1 Poli 12 m2
14 Ruang Medical Check – up
1. Ruang Pendaftaran 5 m2 / Petugas 1 Petugas 5 m2
2.Ruang Loker 6 m2 1 Ruang 6 m2
3. Ruang Tunggu 9 m2 1 Ruang 9 m2
4. Pantry 6 m2 1 Ruang 6 m2
125
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah
Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Tabel 11 Kebutuhan Ruang Instalasi Ruang Gawat Darurat No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
A Ruang Penerima
1 R. Administrasi & Pendaftaran 5 m2/ Petugas 8 Petugas 40 m2
2 Ruang Tunggu Pengantar 1,5 m2/ Orang 30 Orang 45 m2
Pasien
3 R. Rekam Medis 16 m2/1000 Kunjungan
1 ls 16 m2
Pasien/ Hari
(Untuk 5 tahun)
4 Ruang Informasi dan 5 m2/ Petugas 3 Petugas 15 m2
Komunikasi
5 R. Triase 25 m2 1 ruang 25 m2
6 Ruang persiapan Bencana 3 m2/ pasien bencana
100 pasien 300 m2
Massal (out dooor)
B Ruang Tindakan
7 R. Resusitasi Bedah 36 m2 1 ruang 36 m2
8 R. Resusitasi Non - Bedah 36 m2 1 ruang 36 m2
9 R. Tindakan Bedah 7,2 m2/ Meja Tindakan 2 Meja 14,4 m2
10 R. Tindakan Non Bedah 7,2 m2/ Meja Tindakan 2 Meja 14,4 m2
11 R. Dekontaminasi 6 m2 1 ruang 6 m2
12 R. Khusus / Isolasi 9 m2 2 ruang 18 m2
C Ruang Observasi
13 R. Observasi 7,2 m2/ t. tidur periksa 4 ruang 28,8 m2
D Ruang Khusus
14 Ruang Plester 12 m2 1 ruang 12 m2
E Ruang Penunjang Medis
5. Ruang Pemeriksaan dasar 24 m2 / Poli 1 Poli 24 m2
6. Ruang Konsultasi 24 m2/ Poli 1 Poli 24 m2
15 Ruang Laktasi 12 m2 1 Ruang 12 m2
16 Ruang Penyuluhan (KIE) 24 m2 1 Ruang 24 m2
17 Klinik Jiwa 12 m2 1 Poli 12 m2
18 Toilet (Petugas & Pengunjung) 3 m2/Orang 20 Orang 60 m2
Jumlah 1822 m2
Flow Area 10% 182.2 m2
Total 1904,2 m2
126
15 Ruang Farmasi/ Obat 3 m2 1 ruang 3 m2
16 Ruang Linen Steril 4 m2 1 ruang 4 m2
17 Ruang Alat Medis 8 m2 1 ruang 8 m2
18 R. Radiologi Cito 6 m2 1 ruang 6 m2
19 Laboratorium Standar 4 m2 1 ruang 4 m2
& Khusus
20 R. Dokter Konsulen
1. Ruang Kerja 24 m2 1 ruang 24 m2
2. Ruang Istirahat 9 m2 1 ruang 9 m2
21 Ruang Diskusi 50 m2 1 ruang 50 m2
22 Ruang Pos Perawat 5 m2/ Perawat 6 perawat 30 m2
Nurse Station
23 Ruang Istirahat Perawat 5 m2/ Perawat 6 perawat 30 m2
24 Ruang Kepala IGD 30 m2 1 ruang 30 m2
25 Gudang Kotor 10 m2 1 ruang 10 m2
Spoolhoelk/ Dirty Utility
26 Toilet (Petugas & Pengunjung) 3 m2 10 ruang 30 m2
27 Ruang Sterilisasi 4 m2 3 ruang 12 m2
28 Ruang Gas Medik 3 m2 1 ruang 3 m2
29 Ruang Loker 6 m2 1 ruang 6
30 Pantry 6 m2 1 ruang 6
31 Ruang Parkir troli 2 m2 2 ruang 4 m2
32 Ruang Brankar 3 m2 2 ruang 6 m2
Jumlah 881,6 m2
Flow Area 10% 88,16 m2
Total 969.76 m2
Tabel 12 Kebutuhan Ruang Rawat Inap No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Perawatan
a. VIP 18 m2/ Tempat Tidur 45 t. tidur 940 m2
b. Kelas 1 12 m2/ Tempat Tidur 45 t. tidur 620 m2
c. Kelas 2 10 m2/ Tempat Tidur 90 t. tidur 1030 m2
d. Kelas 3 7,2 m2/ Tempat Tidur 120 t. tidur 108.8 m2
2 Ruang Stasi Perawat 5 m2 14 unit 70 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit
Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
127
Tabel 13 Kebutuhan Ruang Instalasi Perawatan Intensif No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang
/ Luas Rencana Kapasitas
Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Loker 18 m2 1 unit 18 m2
2 Ruang Istirahat Perawat 24 m2 1 unit 24 m2
Nurse Station
3 Ruang Konsultasi 24 m2 3 unit 72 m2
4 Ruang Tindakan 20 m2 3 unit 60 m2
5 Ruang Administrasi/ Kantor 5 m2/ petugas 15 petugas 75 m2
6 Ruang Dokter Jaga
1. Ruang Kerja 24 m2 1 unit 24 m2
2. Ruang Jaga Dokter 9 m2 1 unit 9 m2
7 Ruang Pendidikan 24 m2 1 unit 24 m2
dan Diskusi
8 Ruang Istirahat Perawat 15 m2 3 unit 45 m2
9 Ruang Kepala Instalasi 30 m2 1 unit 30 m2
Rawat Inap
10 Ruang Linen Bersih 18 m2 3 unit 54 m2
11 Ruang Loker 9 m2 3 unit 27 m2
12 Ruang Linen Kotor 9 m2 3 unit 27 m2
13 Gudang Kotor 18 m2 3 unit 54 m2
14 KM/ WC (Pasien, Petugas 3 m2 50 unit 150 m2
dan Pengunjung)
15 Dapur Kecil / Pantry 9 m2 3 unit 27 m2
16 Gudang Bersih 18 m2 3 unit 54 m2
17 Janitor/ Ruang Petugas 9 m2 3 unit 27 m2
Kebersihan
18 High Care Unit 9 m2/ t. tidur 20 t. tidur 180 m2
19 Ruang Perwatan Isolasi 12 m2/ t. tidur 20 t. tidur 240 m2
Jumlah 5067 m2
Flow Area 10% 506.2 m2
Total 5573.2 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
128
3 Ruang Kepala Perawat 24 m2 1 unit 24 m2
4 Ruang Dokter
1. Ruang Kerja 24 m2 1 unit 24 m2
2. Ruang Istirahat 9 m2 1 unit 9 m2
5 Daerah Rawat Pasien ICU :
a. Daerah rawat pasien 15 m2/ t. tidur 20 t. tidur 300 m2
non isolasi
b. Daerah Rawat Pasien 20 m2/ t. tidur 2 t. tidur 40 m2
Isolasi
6 Sentral Monitoring/ Nurse 16 m2 1 unit 16 m2
Station
7 Gudang Alat Medik 24 m2 1 unit 24 m2
8 Gudang Bersih 18 m2 1 unit 18 m2
9 Gudang Kotor 18 m2 1 unit 18 m2
10 Ruang Tunggu Keluarga pasien 2,5 m2/ Orang 20 Orang 50 m2
11 Ruang Administrasi 5 m2/ petugas 5 petugas 25 m2
12 Janitor 9 m2 3 unit 27 m2
13 Toilet 3 m2 10 unit 30 m2
14 Ruang Penyimpanan Silinder 8 m2 3 unit 24 m2
Gas Medik
15 Ruang Parkir Brankar 6 m2 3 unit 18 m2
Jumlah 689 m2
Flow Area 10% 61,9 m2
Total 730,9 m2
129
Tabel 14 Kebutuhan Ruang Instalasi Jantung dan pembuluh darah No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Administrasi
2 Ruang Tunggu 1.5 m2 20 Orang 900 M2
3 Instalasi Rawat Jalan 30 M2 20 Unit 600 M2
4 Poli Jantung 2.5 M2 45 Orang 112.5 M2
5 IGD 2,5 M2 45 Orang 112.5 M2
6 Intensive Cardiac Care Unit 16 M2 20 Unit 320 M2
7 Ruang Kateterisasi 46.8 M2 2 Unit 93.6 M2
8 Ruang Operasi Jantung 50.4 M2 1 Unit 50.4 M2
9 PACU 7.2 M2 15 Unit 108 M2
10 IRNA Jantung Dan Pembuluh Darah 10 M2 60 unit 1200 M2
11 Radiologi (MRI,CTSAN
Laboratorium
Jumlah 3497 m2
Flow Area 10% 349.7 m2
Total 3846.7 m2
Tabel 15 Kebutuhan Ruang Bedah No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Pendaftaran 5 m2/ Petugas 3 Petugas 15 m2
2 Ruang Tunggu 2,5 m2/ Orang 30 orang 75 m2
3 Ruang Transfer 1 ls 50 m2 50 m2
Ganti Brankar
4 Ruang Persiapan 9 m2 2 unit 18 m2
5 Ruang Induksi/ Anaestesi 9 m2 1 unit 9 m2
6 Ruang untuk cuci tangan 3 m2 10 unit 30 m2
7 Ruang Operasi Minor 36 m2 4 unit 144 m2
8 Ruang Operasi Umum 42 m2 4 unit 168 m2
9 Ruang Operasi Besar 50 m2 2 unit 100 m2
10 Ruang Kateterisasi Jantung
1. R. Tindakan kateterisasi 36 m2 1 unit 36 m2
2. Ruang Monitor/ Konstrol 6 m2 1 unit 6 m2
3. Ruang Mesin 6 m2 1 unit 6 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
130
4. Ruang Perlengkapan 6 m2 1 unit 6 m2
11 Ruang Resusitasi 24 m2 1 unit 24 m2
12 Ruang Pemulihan/ PACU 7,2 m2/ tempat tidur 15 unit 108 m2
13 Gudang Steril 24 m2 1 unit 24 m2
14 Ruang Sterilisasi 24 m2 1 unit 24 m2
15 Ruang Ganti Pakaian/ Loker 9 m2 1 unit 9 m2
16 Depo Farmasi 48 m2 1 unit 48 m2
17 Ruang Dokter 24 m2 1 unit 24 m2
18 Ruang Perawat 24 m2 1 unit 24 m2
19 Gudang Kotor 18 m2 1 unit 18 m2
20 Ruang Diskusi Medis 24 m2 1 unit 24 m2
21 Spoolhoek 15 m2 1 unit 15 m2
22 KM/ WC 3 m2 1 unit 3 m2
23 Parkir Brankar 6 m2 3 unit 18 m2
Jumlah 1026 m2
Flow Area 10% 102,6 m2
Total 1128,6 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
131
Tabel 16 Kebutuhan Ruang Kebidanan No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 R. Administrasi dan 7 m2/ Petugas 3 Petugas 21 m2
Pendaftaran
2 Ruang Tunggu Pengantar 2 m2/ Orang 20 Orang 40 m2
Pasien
3 Ruang untuk cuci tangan 3 m2 3 unit 9 m2
4 Ruang persiapan bersalin 7,2 m2/ t. tidur 2 t. tidur 14,4 m2
tanpa komplikasi/ Kala II-III
5 Ruang persiapan bersalin 8 m2/ t. tidur 2 t. tidur 16 m2
dengan komplikasi
6 Ruang Bersalin Tanpa 12 m2/ t. tidur 2 t. tidur 24 m2
Komplikasi (delivery)
Memiliki area membersihkan
memandikan bayi
7 Ruang Bersalin dengan 12 m2/ t. tidur 2 t. tidur 24 m2
Komplikasi (delivery)
Memiliki area membersihkan
memandikan bayi
8 Ruang bersalin Privat 20 m2/ t. tidur 2 t. tidur 40 m2
9 Ruang bersalin dalam air
10 Ruang Tindakan 12 m2/ t. tidur 2 t. tidur 24 m2
11 Ruang Pemulihan 7,2 m2/ t. tidur 8 t. tidur 57,6 m2
12 Ruang Bayi Normal 24 m2 1 unit 24 m2
13 Ruang Bayi Patologis 24 m2 1 unit 24 m2
14 Ruang Rawat Intensif Bayi 24 m2 1 unit 24 m2
Neonatal (NICU)
15 Ruang Perinatologi High care 24 m2 1 unit 24 m2
16 Ruang Laktasi 24 m2 1 unit 24 m2
17 Ruang Perawatan 7,2 m2/ t. tidur 8 t. tidur 57,6 m2
18 Ruang Perawatan Isolasi 12 m2/ t. tidur 4 t. tidur 48 m2
19 Gudang Steril
20 Ruang Sterilisasi 6 m2 2 ruang 12 m2
21 Ruang ganti pakaian / Loker 6 m2 1 unit 6 m2
22 Ruang Penyimpanan Linen 3 m2 3 unit 9 m2
23 Ruang Dokter
1. tempat kerja 24 m2 1 unit 24 m2
2. tempat istirahat 6 m2 1 unit 6 m2
3. KM/WC 3 m2 1 unit 3 m2
132
24 Ruang Istirahat perawat 6 m2 1 unit 6 m2
atau petugas
25 Ruang Diskusi medis 24 m2
26 Pantry 6 m2 1 unit 6 m2
27 Gudang Kotor 15 m2 2 unit 30 m2
28 KM/WC Petugas, pasien dan 3 m2 15 unit 45 m2
pengunjung
29 Janitor 3 m2 3 unit 9 m2
30 Parkir Brankar 2 m2 3 unit 6 m2
Jumlah 658,6 m2
Flow Area 10% 68,8 m2
Total 728,4 m2
Tabel 17 Kebutuhan Ruang Instalasi Rehabilitasi Medik
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas
Jumlah (Standarisasi MENKES 2012)
1 Loket Pendaftaran dan 5 m2/ Petugas 3 petugas 15 m2
Pendataan
2 Ruang administrasi, keangan 5 m2/ Petugas 8 petugas 40 m2
dan Personalia
3 Ruang tunggu pasien dan 2,5 m2/ Orang 40 Orang 100 m2
pengantar pasien
4 Ruang pemeriksaan dan 25 m2 2 orang 50 m2
Penilaian dokter
5 Ruang Terapi Psikologi 25 m2 1 orang 25 m2
6 Fisioterapi
1. Ruang fisio. Pasif 12 m2/ t. tidur traksi 2 t. tidur 24 m2
2.Ruang Fisio. Aktif
a. Ruang Senam 50 m2 1 unit 50 m2
b. Ruang Hidroterapi 25 m2/kolam 1 unit 25 m2
- Ruang ganti pakaian 12 m2 1 unit 12 m2
7 Terapi Okupasi
1. Ruang terapi okupasi 30 m2 1 unit 30 m2
2. Sensori Intregasi (SI) anak 24 m2 1 unit 24 m2
3. Ruang Relaksasi / 24 m2 1 unit 24 m2
Perangsang Audio Visual
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
133
4. Daerah Okupasi terapi 24 m2 1 unit 24 m2
terbuka/ Taman terapetik
8 Terapi Wicara
1. R. Terapi Wicara 30 m2 1 unit 30 m2
atau vokasional
2. R. Terapi Wicara
Audiometer
- ruang pasien 3 m2/ r. pasien 3 ruang 9 m2
- ruang operator 4 m2/ r. operator 3 ruang 12 m2
9 Ruang Orthotik dan Prostetik/ OP
1. Loker Petugas Bengkel OP 12 m2 3 ruang 36 m2
2. Bengkel Halus 9 m2 2 ruang 18 m2
3. Bengkel Kasar 36 m2 2 ruang 72 m2
4. Ruang Jahit/ Kulit 12 m2 2 ruang 24 m2
5. Ruang Bionik (Biologi 9 m2 2 ruang 18 m2
elektronik
6. Ruang penyimpanan 6 m2 1 unit 6 m2
barang jadi
7. Gudang bahan Baku 6 m2 1 unit 6 m2
8. Ruang Penyetelan 6 m2 1 unit 6 m2
10 Ruang PSM 4 m2/ Orang 4 orang 16 m2
11 Gudang Peralatan RM 6 m2 1 unit 6 m2
12 Gudang Linen dan Farmasi 6 m2 1 unit 6 m2
13 Gudang Kotor 15 m2 1 unit 15 m2
14 Ruang Kepala IRM 24 m2 1 unit 24 m2
15 Ruang Petugas IRM 12 m2 1 unit 12 m2
16 Dapur Kecil (Pantry) 6 m2 1 unit 6 m2
17 KM/ WC petugas/ Pasien 3 m2 8 ruang 24 m2
Jumlah 794 m2
Flow Area 5% 39.7 m2
Total 823.7 m2
Tabel 18 Kebutuhan Ruang Hemodialisa
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas
Jumlah (Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Administrasi dan 6 m2/ Petugas 3 petugas 18 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
134
Rekam Medik
2 Ruang Tunggu 3 m2/ Orang 30 Orang 90 m2
3 Ruang cuci darah 7,2 m2/ t. tidur 8 t. tidur 57,6 m2
4 Ruang isolasi cuci darah 9 m2/ t. tidur 2 t. tidur 18 m2
5 Ruang stasi perawat 24 m2 1 unit 24 m2
Nurse Station
6 Ruang Konsultasi 24 m2 1 unit 24 m2
7 Ruang Reverse Osmosis 0,9 per mesin 2 mesin 1,8 m2
(RO) dan Sterilisasi 1 mesin (1,5x0,6)m2
8 Ruang Tanki Air Harian 24 m2 1 unit 24 m2
9 Ruang Pencucian Filter 9 m2 1 unit 9 m2
10 Gudang 20 m2 1 unit 20 m2
11 Ruang Kepala Unit HD 20 m2 1 unit 20 m2
12 Ruang Utilitas Kotor 18 m2 1 unit 18 m2
13 Dapur Kecil (Pantry) 9 m2 1 unit 9 m2
14 KM/WC petugas/pasien 3 m2 5 unit 15 m2
Jumlah 312,4 m2
Flow Area 5% 15,62 m2
Total 328,02 m2
Tabel 19 Kebutuhan Ruang Instalasi Radioterapi
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas
Jumlah (Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Penerimaan, Pendaftaran 6 m2/ Petugas 3 petugas 18 m2
pembayaran & pengambilan
hasil
2 Ruang Administrasi dan Rekam 5 m2/ Petugas 3 petugas 15 m2
Medis
3 Ruang Pemeriksaan dan 24 m2 2 unit 48 m2
konsultasi
4 Ruang Tunggu Pasien 2,5 m2 15 orang 37,5 m2
5 Ruang Tunggu Pasien 7,2 m2/ t. tidur 5 t. tidur 36 m2
Tirah Baring
6 Ruang Moulding 12 m2 2 unit 24 m2
7 Ruang Kemoterapi 12 m2 2 unit 24 m2
8 Ruang Simulator 12 m2 2 unit 24 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
135
9 Ruang terapi penyinaran 24 m2 2 unit 48 m2
Treatment Room
10 Ruang Kontrol Kualitas 12 m2 1 unit 12 m2
Quality Control
11 Ruang Fisikawan Medik 5 m2/ petugas 3 petugas 15 m2
12 Ruang Petugas 5 m2/ petugas 3 petugas 15 m2
13 Pantri 9 m2 1 unit 9 m2
14 Ruang ganti petugas 9 m2 1 unit 9 m2
15 Ruang Diskusi 24 m2 1 unit 24 m2
16 KM/ WC petugas dan pasien 3 m2 5 unit 15 m2
Jumlah 373,5 m2
Flow Area 5% 18,725 m2
Total 392.175 m2
Tabel 20 Kebutuhan Ruang Instalasi Kedokteran Nuklir
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
I Kedokteran Nuklir Pratama
1 Ruangan Tunggu pasien dan 2 m2/ orang 2 orang 4 m2
pengantar pasien
2 Ruang administrasi dan 5 m2/ orang 2 orang 10 m2
Rekam Medis
3 Loket pendaftaran, pembayaran 5 m2/ orang 2 orang 10 m2
dan pengambilan hasil
4 Ruang Konsultasi Dokter 24 m2 1 unit 24 m2
5 Ruang Pemberian Dossis 6 m2 1 unit 6 m2
6 Ruang Tunggu Pasien 2 m2/ orang 1 unit 2 m2
7 Ruang Probe & Counting System 12 m2 1 unit 12 m2
8 Ruang penyiapan dan 12 m2 1 unit 12 m2
penyimpanan radiofarmaka
9 Ruang dekontaminasi 12 m2 1 unit 12 m2
10 Ruang istirahat dokter dan 24 m2 1 unit 24 m2
petugas
11 KM/ WC petugas/ pasien 3 m2 3 unit 9 m2
12 Ruang penyimpanan sementara 12 m2 1 unit 12 m2
limbah radioaktif padat
II Kedokteran Nuklir Madya
1 Ruang Pencacahan In Vivo 24 m2 1 unit 24 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
136
2 Ruang penyimpanan sementara 12 m2 1 unit 12 m2
limbah radioaktif padat
3 Laboratorium RIA 24 m2 1 unit 24 m2
4 Ruang Sampling 12 m2 1 unit 12 m2
5 Ruang cardiac Stress test 12 m2 1 unit 12 m2
6 Ruang Gamma Kamera 24 m2 1 unit 24 m2
dilengkapi ruang operator
III Kedokteran Nuklir Utama
1 Ruang Probe dan Counting 12 m2 1 unit 12 m2
System
2 Ruang administrasi dan 5 m2 1 unit 5 m2
Rekam Medis
3 Ruang Konsultasi Dokter 24 m2 1 unit 24 m2
4 Ruang Ganti petugas 12 m2 1 unit 12 m2
5 Ruang Pemberian Dossis 12 m2 1 unit 12 m2
6 Ruang penyiapan 12 m2 1 unit 12 m2
Radiofarmaka
7 Ruang Hot. Lab. 24 m2 1 unit 24 m2
dilengkapi dengan ruang
dekontaminasi petugas
8 Ruang Cyclotron 24 m2 1 unit 24 m2
9 Ruang PET-CT (dilengkapi ruang 24 m2 1 unit 24 m2
elevesis dan ruang mesin
10 Ruang Up-Take 12 m2 1 unit 12 m2
11 Ruang Pemulihan 7,2 m2/ t. tidur 2 t. tidur 14,4 m2
12 Ruang Isolasi Terapi 7,2 m2/ t. tidur 2 t. tidur 14,4 m2
13 Ruang penyimpanan sementara 12 m2 1 unit 12 m2
limbah radioaktif padat
14 Ruang istirahat dokter dan 24 m2 1 unit 24 m2
petugas
15 Ruang Konstrol Kualitas 12 m2 1 unit 12 m2
Quality Control
16 Ruang pengolahan / 12 m2 1 unit 12 m2
penanganan limbah cair
Jumlah 494,8 m2
Flow Area 5% 24,74 m2
Total 517,97 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
137
Tabel 21 Kebutuhan Ruang Farmasi
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Peracikan Obat 6 m2/ Asisten Apoteker 6 Asisten 36 m2
2 Depo Bahan Baku Obat 9 m2 1 unit 9 m2
3 Depo Obat Jadi 9 m2 1 unit 9 m2
4 Gudang Perbekalan dan Alat 9 m2 1 unit 9 m2
Kesehatan
5 Depo Obat Khusus 12 m2 1 unit 12 m2
6 Ruang Administrasi 5 m2/ orang 5 orang 25 m2
(Penerimaan dan Distribusi
Obat)
7 Konter Apotik Utama 6 m2/ orang 6 orang 36 m2
(Loket Penerimaan resep, loket
pembayaran, dan loket
pengambilan obat
8 Ruang Loket Petugas 12 m2 2 unit 24 m2
(Pria dan Wanita dipisah)
9 Ruang Rapat / Diskusi 50 m2 1 unit 50 m2
10 Ruang Arsip Dokumen dan 9 m2 1 unit 9 m2
Perpustakaan
11 Ruang Kepala Instalasi Farmasi 24 m2 1 unit 24 m2
12 Ruang Staff 50 m2 1 unit 50 m2
13 Ruang Tunggu 2,5 m2/ Orang 25 Orang 62,5 m2
14 Dapur Kecil (Pantry) 12 m2 1 unit 12 m2
15 KM/WC (Pasien, petugas, 3 m2 8 unit 24 m2
pengunjung)
16 Unit Apotik Satelit
Ruang Racik Obat 6 m2/ Asisten Apoteker 6 Asisten 36 m2
Depo Bahan Baku Obat 9 m2 1 unit 9 m2
Depo Obat Jadi 9 m2 1 unit 9 m2
Gudang Perbekalan 9 m2 1 unit 9 m2
Ruang Apoteker 24 m2 1 unit 24 m2
Ruang Loket Petugas 12 m2 2 unit 24 m2
(Pria dan Wanita dipisah)
Ruang Tunggu 2 m2/ Orang 25 Orang 50 m2
Konter Apotik Utama 5 m2/ orang 5 orang 25 m2
Ruang Administrasi 5 m2/ orang 6 orang 30 m2
138
(Penerimaan dan Distribusi
Obat)
Ruang Staff 50 m2 1 unit 50 m2
Dapur Kecil (Pantry) 12 m2 1 unit 12 m2
Jumlah 669.5 m2
Flow Area 5% 33,475 m2
Total 702.975 m2
Tabel 22 Kebutuhan Ruang Radiodiagnostik
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar 2 m2/ Orang 25 orang 50 m2
Pasien
2 Ruang Administrasi dan Rekam Medis 5 m2/ Petugas 3 petugas 15 m2
3 Loket pendaftaran, pembayaran dan 5 m2/ Petugas 3 petugas 15 m2
pengambilan hasil
4 Ruang Konsultasi Dokter 24 m2 2 unit 48 m2
5 Ruang Ahli Fisika Medis 24 m2 1 unit 24 m2
6 Ruang Pemeriksaan
a. General 12 m2 1 unit 12 m2
b. Tomografi 12 m2 1 unit 12 m2
c. Fluoroskopi 12 m2 1 unit 12 m2
d. Ultra Sono Grafi (USG) 9 m2 1 unit 9 m2
e. Angiografi 9 m2/ Bed unit 1 unit 9 m2
f. CT-Scan 10 m2 1 unit 10 m2
g. MRI (Magnetic Resonance Imaging) 18 m2 1 unit 18 m2
Ruang - Ruang Penunjang
Ruang Operator/ Panel konstol 4 m2 1 unit 4 m2
Ruang Mesin 4 m2 1 unit 4 m2
Ruang Ganti Pasien 4 m2 3 unit 12 m2
KM/WC Pasien 3 m2 1 unit 3 m2
7 Kamar Gelap (Bila Tidak menggunakan 24 m2 1 unit 24 m2
AFP (automatic Film Processor)
digital maupun AFP Kering
8 Ruang Jaga Radiografer 24 m2 1 unit 24 m2
9 Gudang penyimpanan berkas 12 m2 1 unit 12 m2
10 Dapur Kecil (Pantry) 12 m2 1 unit 12 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 dan Analisa Pribadi
139
KM/WC petugas 3 m2 4 unit 12 m2
Jumlah 341,5 m2
Flow Area 5% 17,075 m2
Total 358.575 m2
Tabel 23 Kebutuhan Ruang Laboratorium
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
A Laboratorium Patologi Klinik
1 Ruang Administrasi dan Rekam 5 m2/ petugas 6 petugas 30 m2
Medis (terdApat loket
pendaftaran, loket pembayaran,
dan loket pengembalian hasil)
2 Ruang Tunggu Pasien dan 2 m2/ Orang 20 Orang 40 m2
Pengantar Pasien
3 Ruang Pengambilan/ Penerimaan 9 m2 1 unit 9 m2
Bahan/ Sample
4 Bank Darah 9 m2 1 unit 9 m2
5 Ruang Konsultasi 24 m2 1 unit 24 m2
6 Laboratorium Sero Imunologi 24 m2 1 unit 24 m2
7 Laboratorium Kimia Klinik 24 m2 1 unit 24 m2
8 Laboratorium Hematologi 24 m2 1 unit 24 m2
9 Laboratorium Mikrobiologi 24 m2 1 unit 24 m2
10 Laboratorium Urinalis 24 m2 1 unit 24 m2
11 Ruang Penyimpanan Bio 24 m2 1 unit 24 m2
Material
12 Ruang Sputum/ Dahak 20 m2 1 unit 20 m2
13 Gudang Regensia dan Bahan 24 m2 1 unit 24 m2
Habis Pakai
14 Ruang Cuci Peralatan 12 m2 1 unit 12 m2
15 Ruang Diskusi dan istirahat 50 m2 1 unit 50 m2
Personil
16 Ruang Kepala Lab 25 m2 1 unit 24 m2
17 Ruang petugas Lab. 24 m2 1 unit 24 m2
18 Ruang Ganit/ Loker 12 m2 1 unit 12 m2
19 Dapur Kecil/ Pantry 12 m2 1 unit 12 m2
20 KM/ WC Pasien 3 m2 3 unit 9 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
140
21 KM/ WC Petugas 3 m2 3 unit 9 m2
Jumlah 434 m2
Flow Area 5% 21.7 m2
Total 455.7 m2
Tabel 24 Kebutuhan Ruang Instalasi Bank Darah
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Administrasi 5 m2/ Petugas 6 orang 30 m2
a. Loket pembayaran
b. Loket Pengambilan darah
c. Loket Pemabayaran
2 Ruang Tunggu 1,5 m2/ Orang 20 orang 30 m2
3 Ruang Penyimpanan Darah 14 m2 1 unit 14 m2
4 Laboratorium Skrining Darah 26 m2 1 unit 26 m2
5 Ruang Donor Darah 26 m2 1 unit 26 m2
6 Ruang pemberian makanan 26 m2 1 unit 26 m2
paska donor
7 Ruang Kepala dan Staf BDRS 1,5 m2 1 unit 1,5 m2
atau UTDR
8 Gudang 12 m2 1 unit
9 KM/ WC Pendonor 3 m2 5 unit 15 m2
10 KM/ WC Petugas 3 m2 5 unit 15 m2
Jumlah 185.5 m2
Flow Area 5% 9.275 m2
Total 194.775 m2
Tabel 25 Kebutuhan Ruang Diagnostik Terpadu
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruangan Tunggu Pasien dan 1,5 m2/ Orang 20 orang 30 m2
Pengantar Pasien
2 Ruang Administrasi dan 5 m2/ Petugas 5 orang 25 m2
Rekam Medis
3 Loket Pendaftaran, pembayaran 5 m2/ Petugas 5 orang 25 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
141
dan pengambilan hasil
4 Ruang Konsultasi Dokter 24 m2 1 unit 24 m2
5 Ruang Kepala IDT 24 m2 1 unit 24 m2
6 Ruang Pemeriksaan
a. Ultra Sono Grafi (USG) 9 m2/ bed unit 2 unit 18 m2
b. Ultra Sono Grafi (USG) 3D 9 m2/ bed unit 2 unit 18 m2
c. Ultra Sono Grafi (USG) 4D 9 m2/ bed unit 2 unit 18 m2
d. Electro Cardiograph (EKG) 9 m2/ bed unit 2 unit 18 m2
e. Endoscopy (dilengkapi ruang 9 m2/ bed unit 2 unit 18 m2
kontrol dan ruang mesin)
f. Electroenchepalograph (EEG) 9 m2/ bed unit 2 unit 18 m2
g. Echo Cardio Sonografi 9 m2/ bed unit 2 unit 18 m2
h. Treadmill 9 m2/ bed unit 2 unit 18 m2
7 Ruang Petugas 24 m2 1 unit 24 m2
8 Ruang Arsip 12 m2 1 unit 12 m2
9 Dapur Kecil (Pantry) 12 m2 1 unit 12 m2
10 KM/ WC Petugas 3 m2 3 unit 9 m2
Jumlah 329 m2
Flow Area 5% 16,45 m2
Total 345,45 m2
Tabel 26 Kebutuhan Ruang Pemulasaran Jenazah
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Administrasi 5 m2/ Petugas 5 petugas 25 m2
2 Ruang Tunggu Keluarga Jenazah 1,5 m2/ Orang 20 orang 30 m2
3 Ruang Duka (dilengkapi toilet) 45 m2/ ruang duka 3 ruang 135 m2
Ket: Min. 3 ruang duka
4 Gudang perlengkapan Ruang 9 m2 1 unit 9 m2
Duka
5 Ruang Dekontaminasi dan 18 m2 1 unit 18 m2
Pemulasaraan Jenazah
6 Laboratorium Otopsi 24 m2 1 unit 24 m2
7 Ruang Pendingan Jenazah 21 m2/ 1 lemari 1 unit 21 m2
pendingin
8 Ruang Ganti Pakaian APD 12 m2 1 unit 12 m2
(dilengkapi dengan toilet)
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
142
9 Ruang Kepala Instalasi 6 m2 1 unit 6 m2
Pemulasaraan Jenazah
10 Ruang Jemur Alat 12 m2 1 unit 12 m2
11 Gedung Instalasi Forensik 9 m2 1 unit 9 m2
12 KM/ WC petugas/ pengunjung 3 m2 1 unit 3 m2
Jumlah 304 m2
Flow Area 5% 15,2 m2
Total 319,2 m2
Tabel 27 Kebutuhan Ruang Dapur Utama dan Gizi Klinik
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Penerimaan dan 16 m2 1 unit 16 m2
Penimbangan Bahan Makanan
2 Ruang Penyimpanan Bahan 18 m2 1 unit 18 m2
Makanan Basah
3 Ruang Penyimpanan Bahan 18 m2 1 unit 18 m2
Makanan Kering
4 Ruang/ Area Persiapan 18 m2 1 unit 18 m2
5 Ruang Pengolahan/ Memasak 18 m2 1 unit 18 m2
dan Penghangatan Makanan
6 Ruang pembagian/ Penyajian 18 m2 1 unit 18 m2
Makanan
7 Dapur Susu/ Laktasi Bayi 9 m2 1 unit 9 m2
8 Ruang Cuci 9 m2 1 unit 9 m2
9 Ruang Penyimpanan Troli Gizi 9 m2 1 unit 9 m2
10 Ruang Penyimpanan Peralatan 9 m2 1 unit 9 m2
Dapur
11 Ruang Ganti Alat Pelindung diri 9 m2 1 unit 9 m2
(APD) dan loker
12 Ruang Administrasi 5 m2/ petugas 5 petugas 25 m2
13 Ruang Kepala Intstalasi Gizi 12 m2 1 unit 12 m2
14 Ruang Pertemuan Gizi Klinik 24 m2 1 unit 24 m2
15 Janitor 9 m2 1 unit 9 m2
16 Ruang Pengaturan/ Manifold Uap 9 m2 1 unit 9 m2
17 Ruang Panel Listrik 9 m2 1 unit 9 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
143
18 Ruang Pengaturan/ Manifold gas 9 m2 1 unit 9 m2
Elpiji
19 Ruang Penyimpanan Tabung gas 9 m2 1 unit 9 m2
Elpiji
20 Gudang Alat 16 m2 1 unit 16 m2
21 Ruang PKL 32 m2 1 unit 32 m2
22 Ruang Petugas Jaga Dapur 12 m2 1 unit 12 m2
23 Ruang Nutrisionis 10 m2 1 unit 10 m2
24 KM/ WC Petugas 3 m2 5 unit 15 m2
Jumlah 342 m2
Flow Area 10% 34,2 m2
Total 377,2 m2
Tabel 28 Kebutuhan Ruang Pencucian Linen/ Londri
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Administrasi dan 5 m2/ petugas 5 petugas 25 m2
Pencatatan
2 Ruang Kepala Londri 24 m2 1 unit 24 m2
3 Ruang Penerimaan dan Sortir 12 m2 1 unit 12 m2
4 Ruang Dekontaminasi/ 20 m2 1 unit 20 m2
perendaman Linen
5 Ruang Cuci dan Pengeringan Linen 16 m2 1 unit 16 m2
6 Ruang Setrika dan Lipat Linen 30 m2 1 unit 30 m2
7 Ruang Perbaikan Linen 8 m2 1 unit 8 m2
8 Ruang Penyimpanan Linen 20 m2 1 unit 20 m2
9 Ruang Dekontaminasi Troli 9 m2 1 unit 9 m2
10 Ruang Penyimpanan Troli 9 m2 1 unit 9 m2
11 Gudang Bahan Kimia 9 m2 1 unit 9 m2
12 KM/WC Petugas 3 m2 2 unit 6 m2
Jumlah 188 m2
Flow Area 10% 18,8 m2
Total 216,4 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
144
Tabel 29 Kebutuhan Ruang Administrasi Rumah Sakit
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas
Jumlah (Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Direksi 24 m2 1 unit 24 m2
2 Ruang Sekretaris Direktur 9 m2 1 unit 9 m2
3 Ruang Rapat dan Diskusi 42 m2 1 unit 42 m2
4 Ruang Kepala Komite Medis 12 m2 1 unit 12 m2
5 Ruang Komite Medis 5 m2/ petugas 7 petugas 35 m2
6 Ruang Kepala Bagian Keperawatan 12 m2 1 unit 12 m2
7 Ruang Bagian Keperawatan 5 m2/ petugas 7 petugas 35 m2
8 Ruang Kepala Bagian pelayanan 12 m2 1 unit 12 m2
Penunjang Medik
9 Ruang Bagian Pelayanan 5 m2/ petugas 7 petugas 35 m2
10 Ruang Kepala bagian Keuangan dan 12 m2 1 unit 12 m2
Program
11 Ruang Bagian keuangan dan program 5 m2/ petugas 10 petugas 50 m2
12 Ruang Kepala Bagian pelayanan 12 m2 1 unit 12 m2
penunjang medik
13 Ruang bagian pelayanan penunjang 5 m2/ petugas 10 petugas 50 m2
medik
14 Ruang Kepala Bagian Pendidikan dan 12 m2 1 unit 12 m2
Pelatihan
15 Ruang bagian pendidikan dan 5 m2/ petugas 7 petugas 35 m2
pelatihan
16 Ruang Kepala bagian SDM 12 m2 1 unit 12 m2
17 Ruang bagian SDM 5 m2/ petugas 7 petugas 35 m2
18 Ruang Kepala bagian Kesekretariatan 12 m2 1 unit 12 m2
dan Rekam Medis
19 Bagian Rekam Medis 5 m2/ petugas 5 petugas 25 m2
20 Ruang SPI (Satuan Pengawasan Interna) 24 m2 1 unit 24 m2
21 Ruang Arsip/ file 24 m2 1 unit 24 m2
22 Ruang Tunggu 2,5 m2/ orang 6 orang 15 m2
23 Janitor 9 m2 1 unit 9 m2
25 KM/WC 3 m2 4 unit 12 m2
Jumlah 327 m2
Flow Area 10% 32,7 m2
Total 359,7 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
145
Tabel 30Gedung Parkir
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas
Jumlah (Standarisasi MENKES 2012)
1 Parkir 12,5 M2 300 t.tdur 3750 m2
2 Gudang 100 m2 1 unit 100 m2
3 Ruang Panel Listrik 9 m2 1 unit 9 m2
Jumlah 3859 m2
Flow Area 40 % 1546.8 m2
Total 5405,8 m2
Tabel 31 Ruang Kebutuhan Rumah Dinas
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana Kapasitas
Jumlah (Sumber : Rumah Sakit RSUD
Semarang)
1 Rumah Dinas Type 50 50 m2 5 unit 250 m2
2 Rumah Dinas Type 70 70 m2 1 unit 70 m3
Jumlah 320 m2
Tabel 32 Ruang Kebutuhan Mess
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah (Sumber : Rumah Sakit RSUD
Semarang)
1 Mess Perawat/ Paramedis 300 m2 1 unit 300 m2
2 Masjid 500 m2 1 unit 500 m2
Jumlah 800 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
146
Tabel 33Fasilitas Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD)
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang administrasi, Loket 30 m2 1 unit 30 m2
Penerimaan dan Pencatatan
2 Ruang Dekontaminasi 30 m2 1 unit 30 m2
3 Ruang Pengemasan Alat 9 m2 1 unit 9 m2
4 Ruang Prosesing/ Produksi 16 m2 1 unit 16 m2
5 Ruang Sterilisasi 24 m2 1 unit 24 m2
6 Gudang Steril 25 m2 1 unit 25 m2
7 Gudang Barang/ Linen/ Bahan 18 m2 1 unit 18 m2
Perbekalan baru
8 Ruang Dekontaminasi Kereta
atau troli
a. Area Cuci 12 m2 1 unit 12 m2
b. Area Pengerignan 12 m2 1 unit 12 m2
9 Ruang Pencucian Perlengkapan 9 m2 1 unit 9 m2
10 Ruang Distribusi Instrumen 25 m2 1 unit 25 m2
dan Barang Steril
11 Ruang Kepala Instalasi CSSD 12 m2 1 unit 12 m2
12 Ruang Ganti Petugas (Loker) 9 m2 2 unit 18 m2
13 Ruang Staff / Petugas 24 m2 1 unit 24 m2
14 Dapur kecil (Pantry) 6 m2 1 unit 6 m2
15 KM/ WC petugas 3 m2 3 unit 9 m2
Jumlah 219 m2
Flow Area 5% 10,95 m2
Total 229,95 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
147
Tabel 34Ruang Pemeliharaan Sarana (Workshop)
No Nama Ruangan Kebutuhan Ruang / Luas Rencana
Kapasitas Jumlah
(Standarisasi MENKES 2012)
1 Ruang Kepala IPSRS 12 m2 1 unit 12 m2
2 Ruang Administrasi dan Ruang 8 m2/ petugas 5 petugas 40 m2
Kerja Staff
3 Ruang Rpat / Pertemuan teknis 30 m2 1 unit 30 m2
4 Area Studio Gambar dan Arsip 16 m2 1 unit 16 m2
Teknis
5 Area Bengkel/ Workshop 50 m2 1 unit 50 m2
bangunan/ kayu
6 Area Bengkel/ Workshop metal 50 m2 1 unit 50 m2
atau logam
7 Area Bengkel/ Workshop 50 m2 1 unit 50 m2
peralatan Medik (Optik, elektro
medik, Mekanik)
8 Bengkel/ Workshop penunjang 50 m2 1 unit 50 m2
Medik
9 Ruang Panel Listrik 24 m2 1 unit 24 m2
10 Gudang Spare part 24 m2 1 unit 24 m2
11 Gudang 9 m2 1 unit 9 m2
12 KM/ WC petugas/ pengunjung 3 m2 4 unit 12 m2
Jumlah 367 m2
Flow Area 5% 18,35 m2
Total 385,35 m2
Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012 Dan Analisa Pribadi
148
3.1.3. Studi Ruang Khusus
Ruang Khusus adalah ruang yang dirasa memiliki kekhusus
an. Di dalam rumah sakit area khusus adalah ruang atau
fasilitas yang bersifat privat.
A. Ruang Operasi
Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara
elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril
dan kondisi khusus lainnya.
149
Gambar 17 Ruang Operasi
Sumber Pedoman Teknis Ruang OperasI
a. Persyaratan :
Persyaratan dibawah ini dapat diterapkan untuk hubungan
antar ruang maupun standard teknis bangunan
150
- Bangunan rumah sakit harus terletak terpisah dari
fasilitas lain seperti ruang perawatan, farmasi, rawat
jalan dan lainnya.
- Pemisahan bangunan ini berguna untuk menghindari
banyaknya sirkulasi dari pelaku pelaku lain yang tidak
berkepentingan dalam tindakan operasi.
- Bangunan rumah sakit secara fisik harus disekat oleh
“air-lock” di lokasi rumah sakit.
- Petugas yang bekerja di rumah sakit harus diatur
sirkulasinya agar tidak melewati bagian infeksius
rumah sakit.
- Area Bebas Lalu Lintas (antar rel pegangan tangan)
2.30 m
- Sama seperti diatas, apabila tempat tidur harus mampu
berputar 2.40 m
B. Ruang Operasi Minor
151
Gambar 18 Operasi Minor
Seri Perencanaan Pedoman Teknis Ruang Operasi
Ruang operasi untuk bedah minor atau tindakan endoskopi
dengan pembiusan lokal, regional atau total dilakukan pada ruangan
steril.
Ruang Induksi dan ruang penyiapan alat untuk bedah minor dapat
dilakukan di ruang operasi dan bak cuci tangan (scrub-up)
ditempatkan berdekatan dengan bagian luar ruangan ruang operasi
ini.
Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor,
± 36 m2, dengan ukuran ruangan panjang x lebar x tinggi adalah 6m x
6m x 3 m.
152
Peralatan yang ada adalah :
Meja Operasi.
Lampu operasi tunggal.
Mesin Anestesi dengan saluran gas medik dan listrik menggunakan
pendan anestesi atau cara lain.
Peralatan monitor bedah, dengan diletakkan pada pendan bedah atau
cara lain. Film Viewer.
Jam dinding.
Instrument Trolley untuk peralatan bedah. Tempat sampah klinis.
Tempat linen kotor.
lemari obat/ peralatan dan lain-lain.
Ruang operasi Umum
Gambar 19 Ruang Operasi Umum
153
Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi
Luas = 6m x 7m = 42m2
P x l x t
6m x 7m x 3m
Peralatan Utama :
Meja Operasi, Lampu Operasi Tunggal, Mesin Anestesi dengan saluran gas
medic dan listrik menggunakan pendan anestesi, Film Viewer, Jam Dinding,
Intrument Trolley untuk peralatan bedah, Tempat Sampah Klinis, tempat
linen kotor dan lemari obat.
Ruang operasi Besar
154
Gambar 20 Operasi Besar
Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi
7 x 7,2 = 50,4 m2,
7.2m x 7m x 3m.
Kamar Besar menyediakan lingkungan yang steril
untuk melakukan tindakan bedah dengan pembiusan
lokal, regional atau total.
Ruang operasi besar dapat digunakan untuk tindakan
pembedahan yang membutuhkan peralatan besar dan
memerlukan tempat banyak, termasuk diantaranya untuk
bedah Neuro, bedah orthopedi.
Peralatan kesehatan utama yang diperlukan,
antara lain
1) 1 (meja operasi khusus),
2) 1 (satu) lampu operasi,
3) 1 (satu) ceiling pendant untuk outlet gas medik
dan outlet listrik,
155
4) 1 (satu) ceiling pendant untuk monitor,
mesin anestesi,
Ruang Induksi
Gambar 21 Ruang Induksi
Sumber : Pedoman Teknis Ruang
Operasi
4,32 x 3,6 = 15 m2,
4.32m x 3,6m x 3m
156
Prepar
ation
Room
Gambar 22 Ruang Persiapan
Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi
4,3 x 3,25 = 14 m2,
4.3m x 3,25m x 3m
157
Ruang Rawat Inap Penyakit Jantung
Gambar 23 Ruang Rawat Inap Jantung
Sumber : Analisa Pribadi
Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi
yang tenang, aman dan nyaman, tetapi tetap
memiliki kemudahan aksesibiltas atau
pencapaian dari sarana penunjang rawat inap.
Bangunan rawat inap terletak jauh dari
tempat-tempat pembuangan kotoran, dan bising
dari mesin/generator.
Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :
Ruang Rawat Inap
158
Ruang Operasi Jantung
Gambar 24 Ruang Operasi Jantung
Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi
Ruang Operasi jantung membutuhkan ruang yang
besar karena alat alat yang nantinya diperlukan dalam
kegiatan operasi seperti :
1. Film Viewer
2. Anastesi
159
3. Rak Alat
4. Resusitasi Jantung
5. Bak linen Kotor
6. Bak Utilitas Kotor
Selain itu system penyaringan udara dalam ruangan
harus benar benar baik untuk menjaga sterilisasi ruang,
upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara seperti
memberi system air lock, system udara dalam ruangan
sebisa mungkin tidak memungkinkan udara dari luar
masuk sehingga ruangan lebih steril
Ruang Kateterisasi Jantung
Gambar 25 Ruang Kateterisasi
Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi
160
Merupakan ruang penunjang dalam penanganan
jantung dan pembuluh darah, di ruangan ini akan
dilakukan tindakan non bedah yaitu pemeriksaan
terhadap jantung dan pembuluh darah untuk megetahui
masalah masalah penyumbatan di pembuluh darah ,
setelah diketahui masalah tersebut lalu dipasang balon
ataupun ring untuk membuka kembali pembuluh darah
agar aliran darah lancar.
Alat alat yang diperlukan dalam ruangan ini adalah :
1. Angiograf
2. Panel alat
3. Monitoring
4. Film viewer
5. Rak alaat
6. Bak linen kotor
7. Bak utilitas kotor dan alat anastesi
Sebagai persyaratan khusus ruang ini harus
steril dari udara ruang, suhu udara di ruangan
ini berkisar antara 20-24 derajat celcius.
161
RUANG MSCTSCAN
Gambar 26 Ruang MSCTSCAN
Sumber : Analisa Pribadi
Ruang ini berisi alat yaitu MSCT scan untuk melihat
kondisi dalam tubuh pasien tersebut.
Persyaratan Khusus
Alat ini mengeluarkan sinar radiasi saat
pengoperasiannya maka dari itu dinding ruang ini
dilapisi ole timbal setebal 1 bata atau 30 cm baik
dinding atap maupun plat lantai jika dibawahnya
terdapat ruangan.
162
Ruang MRI
Gambar 27 Ruang MRI
Sumber : Pedoman Analisa Pribadi
Fungsi Ruang MRIhampir sama dengan ruang
CTSCAN. Namun MRI bekerja dengan gaya magnetic.
Magnet tersebut berada dalam bagian yang disebut
gatri.
Persyaratan Khusus :
163
Ruang MRI dilapisi dengan sangkar faraday yang
berguna untuk mencegah keluarnya gelombang magnet
yang bisa mengganggu sekitarnya. Sangkar faraday ini
terbuat dari lembaran tembaga yang diletakan
melingkupi seluruh ruangan MRI.
Ruang ICU dan ICCU
Gambar 28 Kebuuhan Ruang ICU dan ICCU
Sumber : Pedoman Teknis Ruang
Perawatan Intensive
161161161
Ruang tempat tidur berfungsi untuk merawat pasien lebih dari 24
jam, dalam keadaan yang sangat membutuhkan pemantauan
khusus dan terus-menerus.
Ruang pasien harus dirancang untuk menunjang semua fungsi
perawatan yang penting.
Luas lantai yang digunakan untuk setiap tempat tidur pasien
dapat mengakomodasi kebutuhan ruang dari semua peralatan dan
petugas yang berhubungan dengan pasien untuk kebutuhan
perawatan.
Tombol alarm harus ada pada setiap bedside di dalam ruang rawat
pasien. Sistem alarm sebaiknya terhubung secara otomatis ke
pusat telekomunikasi rumah sakit, pos sentral perawat, ruang
pertemuan ICU, ruang istirahat petugas ICU, dan setiap ruang
panggil. Perletakan alarm ini harus dapatterlihat.
Pencahayaan alami harus optimal.
Sebaiknya memaksimalkan jumlah jendela sebagai sarana visual
untuk menguatkan orientasi pada siang dan malam hari. Jendela
sebaiknya tahan lama, tidak menyimpan debu dan mudah
dibersihkan dan harus dibersihkan secara rutin.
Daerah rawat pasien harus teduh, dan tidak silau, harus mudah
dibersihkan, tahan api, bersih debu dan kuman, dan dapat
162
digunakan sebagai peredam suara dan dapat mengontrol tingkat
pencahayaan.
Rasio kebutuhan tempat tidur di Ruang Perawatan Intensif
dipengaruhi oleh
o Jumlah total tempat tidur pasien di rumah sakit.
o Jumlah kasus yang memerlukan pelayanan perawatan
intensif.
Untuk rumah sakit, diasumsikan jumlah tempat tidur pasien di
Ruang Perawatan Intensif berkisar + 2 % dari total tempat
tidur pasien
o Ruang rawat pasien disarankan mempunyai luas lantai
3.1.4. Study Kebutuhan Luas Bangunan dan Luas Lahan
Tabel 35 Studi Kebutuhan Luas Indoor Outdoor
No
Nama Fasilitas Luas Luas Total
Indoor Fasility 26263.5
A Area Pelayanan Medik dan Perawatan 16943.6
25
m2
1 Instalasi Rawat Jalan (IRJ) 1904,2 m2
2 Instalasi Gawat Darurat (IGD) 969,76 m2
3 Instalasi Rawat Inap (IRNA) 5573,2 m2
4 Instalasi Perawatan Intensive 730,9 m2
5 Instalasi Jantung dan Pembuluuh Darah 3846.7
6 Instalasi Bedah 1128,6 m2
7 Instalasi Kebidanan 728,4 m2
8 Instalasi Rehab Medik 823.7 m2
163163163
9 Instalasi Hemodialisa 328,02 m2
10 Instalasi Radioterapi 392.17
5
m2
11 Instalasi Kedokteran Nuklir 517,97 m2
B Area Penunjang dan Operasional 3192.075 m2
Penunjang Medik
1 Ruang Farmasi 702.97
5
m2
2 Ruang Radiodiagnostik 358.57
5
m2
3 Laboratorium 455.7 m2
4 Bank Darah (BDRS) 194.77
5
m2
5 Ruang Diagnostik Terpadu 345,45 m2
6 Pemulasaraan Jenazah dan Forensik 319,2 m2
Penunjang Non Medik
7 Ruang Sterilisasi Pusat (CSSD) 229,95 m2
8 Dapur Utama dan Gizi Klinik 377,2 m2
9 Laundri 216.4 m2
10 Ruang Sanitasi 214 m2
11 Ruang Pemeliharaan Sarana 385 m2
C Ruang Administrasi dan Manajemenen 360 m2
1 Administrasi Rumah Sakit 359,7 m2
D Pendukung 5767.8
2
m2
1 Atm Center 20 m2
2 Cafetaria 30 m2
3 Minimarket 40 m2
4 Gym 140 m2
5 Yoga Room 70 m2
6 Gedung Parkir 5405,82 m2
7 Are Pengolahan IPAL 42 M2
Out door Fasility
E Fasilitas Outdoor 15841 m2
1 Parkir 15.345 m2
2 Sarana Olah Raga 160 m2
3 Bencana Massal 300 m2
Total Luas Out Door + Indoor m2
Sumber :Analisa pribadi
164
Tabel 36 Perhitungan Luas Lahan
Lahan :
Luas Outdoor + Luas Lantai Dasar + Open
Space(RTH)
15.841+ 13.131.75+ 8.754.5= 37.727.25
Perhitungan Luas Lahan
berdasarkan KDB dan KLB
Kota
Luas Lahan
Total Area Indoor / KLB
26263.5 / 1,2 21886.25 m2
Luas Lantai Dasar
Luas Lahan x KDB
21886.25 m2 x 60% 13131.7
5
m2
Luas Open Space (RTH)
Luas Lahan - Luas Lantai Dasar
21886.25– 13131.75 8754.5 m2
Jumlah Lantai
Luas Total Bangunan :LuaS Lantai
26263.5 : 13131.75 2
KDH (Koefiesien Dasar Hijau)
25% dari Open Space 2188.62
5
m2
Sumber :Analisa Pribadi
165165165
3.2. Analisa Pendekatan Sistem Bangunan menurut Seri Perencanaan
Pedoman Teknik Sarana Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2012
3.2.1. Studi Sistem Struktur dan Enclosure
3.1.1. Studi Sistem Struktur dan Enclosure
Atap
Umum.
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi
tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya.
Persyaratan atap.
(1) Penutup atap.
a. Apabila menggunakan penutup atap dari bahan beton
harus dilapisi dengan lapisan tahan air.
b. Penutup atap bila menggunakan genteng keramik, atau
genteng beton, atau genteng tanah liat (plentong),
pemasangannya harus dengan sudut kemiringan sesuai
ketentuan yang berlaku.
c. Mengingat pemeliharaannya yang sulit khususnya bila
terjadi kebocoran, penggunaan genteng metal sebaiknya
dihindari.
(2) Rangka atap.
a. Rangka atap harus kuat memikul beban penutup atap.
166
b. Apabila rangka atap dari bahan kayu, harus dari kualitas
yang baik dan kering, dan dilapisi dengan cat anti rayap.
c. Apabila rangka atap dari bahan metal, harus dari metal
yang tidak mudah berkarat, atau di cat dengan cat dasar
anti karat.
Langit – Langit
(1) Umum.
Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
(2) Persyaratan langit-langit.
a. Tinggi langit-langit di ruangan, minimal 2,80 m, dan tinggi
di selasar (koridor) minimal 2,40 m.
b. Rangka langit-langit harus kuat.
c. Bahan langit-langit antara lain gipsum, acoustic tile, GRC
(Grid Reinforce Concrete), bahan logam/metal.
Dinding dan Partisi.
Umum.
167167167
Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan
silau, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya
sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
Persyaratan dinding.
Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :
(a) dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak
berjamur.
(b) lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak
mengandung pori-pori) sehingga dinding tidak dapat
menyimpan debu.
(c) warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
(d) khusus pada ruangan-ruangan yang berkaitan dengan
aktivitas anak, pelapis dinding warna-warni dapat
diterapkan untuk merangsang aktivitas anak.
(e) pada daerah tertentu, dindingnya harus dilengkapi
pegangan tangan (handrail) yang menerus dengan
ketinggian berkisar 80 ~ 100 cm dari permukaan lantai.
Pegangan harus mampu menahan beban orang dengan
berat minimal 75 kg yang berpegangan dengan satu
tangan pada pegangan tangan yang ada. Bahan pegangan
tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah
168
dibersihkan dan memiliki lapisan permukaan yang bersifat
non-porosif (tidak mengandung pori-pori).
(f) khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan
kimia, daerah yang mudah terpicu api, maka dinding harus
dari bahan yang tahan api, cairan kimia dan benturan.
(g) pada ruang yang menggunakan peralatan yang
menggunakan gelombang elektromagnit (EM), seperti
Short Wave Diathermy atau Micro Wave Diathermy,
penggunaan penutup dinding yang mengandung unsur
metal atau baja sedapat mungkin dihindarkan.
(h) khusus untuk daerah tenang (misalkan daerah perawatan
pasien), maka bahan dinding menggunakan bahan yang
kedap suara atau area/ruang yang bising (misalkan ruang
mesin
Lantai.
Umum.
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
dibersihkan.
Persyaratan lantai.
Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai
berikut :
169169169
a. tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan
permukaan dengan porositas yang tinggi yang dapat
menyimpan debu.
b. mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan.
c. penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak
menyilaukan mata.
d. memiliki pola lantai dengan garis alur yang menerus
keseluruh ruangan pelayanan.
e. pada daerah dengan kemiringan kurang dari 70,
penutup lantai harus dari lapisan permukaan yang tidak
licin (walaupun dalam kondisi basah).
f. khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan
bahan kimia, daerah yang mudah terbakar, maka
bahan penutup lantai harus dari bahan yang tahan api,
cairan kimia dan benturan.
g. khusus untuk daerah perawatan pasien (daerah
tenang) bahan lantai menggunakan bahan yang tidak
menimbulkan bunyi atau area/ruang yang bising
menggunakan bahan yang dapat menyerap bunyi.
h. Pada ruang-ruang khusus yang menggunakan
peralatan (misalkan ruang bedah), maka lantai harus
cukup konduktif, sehingga mudah untuk menghilangkan
muatan listrik statik dari peralatan dan petugas, tetapi
170
bukan sedemikian konduktifnya sehingga
membahayakan petugas dari sengatan listrik.
Persyaratan pembebanan Bangunan Rumah Sakit.
Umum.
Setiap bangunan rumah sakit, strukturnya harus
direncanakan dan dilaksanakan agar kuat, kokoh, dan
stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan
memenuhi persyaratan keselamatan (safety), serta
memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama
umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit, lokasi,
keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap
pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban
yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik
beban muatan tetap maupun beban muatan sementara
yang timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur,
dan serangga perusak.
Dalam perencanaan struktur bangunan rumah sakit
terhadap pengaruh gempa, semua unsur struktur
bangunan rumah sakit, baik bagian dari sub struktur
171171171
maupun struktur gedung, harus diperhitungkan memikul
pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gempanya.
Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan secara
detail sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang
direncanakan, apabila terjadi keruntuhan, kondisi
strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna
bangunan rumah sakit menyelamatkan diri.
Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan,
harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara
berkala sesuai dengan Pedoman Teknis atau standar yang
berlaku.
Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera
dilakukan sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan
keandalan bangunan rumah sakit, sehingga bangunan
rumah sakit selalu memenuhi persyaratan keselamatan
struktur.
Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit
dilaksanakan secara berkala sesuai dengan pedoman
teknis atau standar teknis yang berlaku, dan harus
dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi
sesuai.
Persyaratan Teknis.
172
Analisis struktur harus dilakukan untuk memeriksa respon
struktur terhadap beban-beban yang mungkin bekerja
selama umur kelayanan struktur, termasuk beban tetap,
beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus.
Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya
beban harus sesuai dengan standar teknis yang berlaku,
seperti :
SNI 03–1726-1989 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung.
SNI 03-1727-1989 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung.
Struktur Atas
Umum.
Konstruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat
dari konstruksi beton, konstruksi baja, konstruksi kayu
atau konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus
Persyaratan Teknis,
o Konstruksi beton
Perencanaan konstruksi beton harus memenuhi
standar teknis yang berlaku, seperti :
173173173
SNI 03–2847-1992 atau edisi terbaru; Tata cara
perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung.
SNI 03–3430-1994 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan dinding struktur pasangan blok
beton berongga bertulang untuk bangunan
rumah dan gedung.
SNI 03-1734-1989 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan beton dan struktur dinding
bertulang untuk rumah dan gedung.
SNI 03–2834 -1992 atau edisi terbaru; Tata cara
pembuatan rencana campuran beton normal.
SNI 03–3976-1995 atau edisi terbaru; Tata cara
pengadukan dan pengecoran beton.
SNI 03–3449-1994 atau edisi terbaru; Tata cara
rencana pembuatan campuran beton ringan
dengan agregat ringan.
o Konstruksi Baja
Perencanaan konstruksi baja harus memenuhi
standar yang berlaku seperti :
SNI 03-1729-1989 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan bangunan baja untuk gedung.
174
Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih
terkait dalam perencanaan konstruksi baja .
Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi
Baja.
Tata Cara Pemeliharaan Konstruksi Baja Selama
Pelaksanaan Konstruksi.
o Konstruksi Kayu
Perencanaan konstruksi kayu harus memenuhi
standar teknis yang berlaku, seperti:
Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu untuk
Bangunan Gedung.
Tata cara/pedoman lain yang masih terkait
dalam perencanaan konstruksi kayu.
Tata Cara Pembuatan dan Perakitan Konstruksi
Kayu
SNI 03 – 2407 – 1991 atau edisi terbaru; Tata cara
pengecatan kayu untuk rumah dan gedung.
175175175
o Konstruksi dengan Bahan dan Teknologi
Khusus
Perencanaan konstruksi dengan bahan dan
teknologi khusus harus dilaksanakan oleh ahli
struktur yang terkait dalam bidang bahan dan
teknologi khusus tersebut.
Perencanaan konstruksi dengan memperhatikan
standar teknis padanan untuk spesifikasi teknis,
tata cara, dan metoda uji bahan dan teknologi
khusus tersebut.
o Pedoman Spesifik Untuk Tiap Jenis
Konstruksi
Selain pedoman yang spesifik untuk masing-
masing jenis konstruksi, standar teknis lainnya
yang terkait dalam perencanaan suatu bangunan
yang harus dipenuhi, antara lain:
SNI 03-1735-2000 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan bangunan dan lingkungan untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung.
176
SNI 03-1736-1989 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan struktur bangunan untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung.
SNI 03-1963-1990 atau edisi terbaru; Tata cara
dasar koordinasi modular untuk perancangan
bangunan rumah dan gedung.
SNI 03–2395-1991 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan dan perancangan bangunan
radiologi di rumah sakit.
SNI 03–2394-1991 atau edisi terbaru; Tata cara
perencanaan dan perancangan bangunan
kedokteran nuklir di rumah sakit.
SNI 03–2404-1991 atau edisi terbaru; Tata cara
pencegahan rayap pada pembuatan bangunan
rumah dan gedung.
SNI 03–2405-1991 atau edisi terbaru; Tata cara
penanggulangan rayap pada bangunan rumah
dan gedung dengan termitisida.
Struktur Bawah
Umum
177177177
Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa
pondasi langsung atau pondasi dalam, disesuaikan
dengan kondisi tanah di lokasi didirikannya rumah sakit.
Persyaratan Teknis.
Pondasi Langsung
o Kedalaman pondasi langsung harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga
dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang
mantap dengan daya dukung tanah yang cukup
kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak
mengalami penurunan yang melampaui batas.
o Perhitungan daya dukung dan penurunan
pondasi dilakukan sesuai teori mekanika tanah
yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan
parameter tanah yang ditemukan dari
penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter
tanah yang lain.
o Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh
menyimpang dari rencana dan spesifikasi teknik
yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli
yang memiiki sertifikasi sesuai
178
o Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan
batu atau konstruksi beton bertulang.
Pondasi Dalam
o Dalam hal penggunaan tiang pancang beton
bertulang harus mengacu pedoman teknis dan
standar yang berlaku.
o Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang
terletak di daerah tepi laut yang dapat
mengakibatkan korosif harus memperhatikan
pengamanan baja terhadap korosi memenuhi
pedoman teknis dan standar yang berlaku.
o Dalam hal perencanaan atau metode
pelaksanaan menggunakan pondasi yang belum
diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten
dengan metode konstruksi yang belum dikenal,
harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan
instansi yang berwenang.
o Dalam hal perhitungan struktur menggunakan
perangkat lunak, harus menggunakan perangkat
lunak yang diakui oleh asosiasi terkait)
179179179
o Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam
hal lapisan tanah dengan daya dukung yang
cukup terletak jauh di bawah permukaan tanah,
sehingga penggunaan pondasi langsung dapat
menyebabkan penurunan yang berlebihan atau
ketidakstabilan konstruksi.
o Perhitungan daya dukung dan penurunan
pondasi dilakukan sesuai teori mekanika tanah
yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan
parameter tanah yang ditemukan dari
penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter
tanah yang lain.
o Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam
harus diverifikasi dengan percobaan
pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi dalam
direncanakan dengan faktor keamanan yang jauh
lebih besar dari faktor keamanan yang lazim.
o Percobaan pembebanan pada pondasi dalam
harus dilakukan dengan berdasarkan tata cara
yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
180
o Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi
dalam adalah 1% dari jumlah titik pondasi yang
akan dilaksanakan dengan penentuan titik secara
random, kecuali ditentukan lain oleh perencana
ahli serta disetujui oleh instansi yang
bersangkutan.
Keruntuhan Struktur
o Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur
yang tidak diharapkan, pemeriksaan keandalan
bangunan harus dilakukan secara berkala sesuai
dengan pedoman/petunjuk teknis yang berlaku.
Persyaratan Bahan
o Bahan struktur yang digunakan harus sudah
memenuhi semua persyaratan keamanan,
termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan
pengguna bangunan, serta sesuai pedoman
teknis atau standar teknis yang berlaku.
o Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang
belum mempunyai SNI, dapat digunakan standar
baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh
instansi yang berwenang.
181181181
o Bahan yang dibuat atau dicampurkan di
lapangan, harus diproses sesuai dengan standar
tata cara yang baku untuk keperluan yang
dimaksud.
o Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang
sehingga memiliki sistem hubungan yang baik
dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-
bahan yang dihubungkan, serta mampu bertahan
terhadap gaya angkat pada saat
pemasangan/pelaksanaan.
Keselamatan Struktur
o Untuk menentukan tingkat keandalan struktur
bangunan, harus dilakukan pemeriksaan
keandalan bangunan secara berkala sesuai
dengan ketentuan dalam Pedoman Teknis Tata
Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan
Gedung.
o Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan
harus segera dilakukan sesuai rekomendasi
hasil pemeriksaan keandalan bangunan rumah
salikit, sehingga rumah sakit selalu memenuhi
persyaratan keselamatan struktur.
182
o Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit
dilaksanakan secara berkala sesuai klasifikasi
bangunan, dan harus dilakukan atau didampingi
oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
3.2.2. Studi Sistem Pencahayaan dan Penghawaan
Sistem Penghawaan (Ventilasi)
A. Umum.
- Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan
fungsinya.
- Bangunan rumah sakit harus mempunyai bukaan
permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau
bukaan permanen yang dapat dibuka
untuk kepentingan ventilasi alami.
B. Persyaratan Teknis
- Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka
diperlukan ventilasi mekanis seperti pada bangunan fasilitas
tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan
pencemaran.
- Pada ruang–ruang khusus seperti Ruang Isolasi, Ruang
Laboratorium maupun Ruang Farmasi, diperlukan Fasilitas
Pengelolaan Limbah Udara Infeksius Paparan Udara.
183183183
- Sistem Tata Udara harus ditempatkan agar memudahkan
dalam pemeriksaan dan pemeliharaan.
- Udara segar harus dimasukkan langsung dari luar dan
bukan udara yang berasal dari lobi atau koridor tertutup.
- Untuk instalasi tata udara sentral, udara segar harus
dimasukkan melalui mesin pengolah udara sentral.
- Untuk sistem tata udara individu, seperti unit jendela dan unit
split, udara segar boleh dimasukkan langsung ke dalam
ruangan.
- Tata udara untuk ruangan yang dapat menimbulkan
pencemaran atau penularan penyakit ke ruangan lainnya,
harus langsung dibuang ke luar.
- Ruang operasi dan ruang perawatan penyakit menular yang
berbahaya, pembuangan udaranya harus ke tempat yang
tidak membahayakan lingkungan rumah sakit.
- Ruang pengolahan bahan obat, proses foto, dan proses
kimia lainnya yang dapat mencemari lingkungan,
pembuangan udaranya harus melalui penyaring dan
pemproses untuk menetralisir bahan yang terkandung di
dalam udara buangan tsb sesuai ketentuan yang berlaku.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan, pemasangan,
dan pemeliharaan sistem ventilasi alami dan
mekanik/buatan pada bangunan Ruang Gawat Darurat
184
mengikuti “Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata
Udara pada Bangunan Rumah Sakit” yang disusun oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011.
Sistem Pengkondisian Udara
A. Umum.
- Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan
rumah sakit harus mempertimbangkan temperatur dan
kelembaban udara.
- Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban
udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat
pengkondisian udara yang mempertimbangkan :
- fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah
pengguna, letak geografis, orientasi bangunan,
volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan bahan
bangunan;
- kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan
- prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah
lingkungan
- Persyaratan Teknis.
185185185
Untuk kenyamanan termal pada bangunan gedung harus
memenuhi “Pedoman Teknis Prasarana Sistem Tata
Udara pada Bangunan Rumah Sakit” yang disusun oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang 8494.32
Sistem Pencahayaan
Umum.
Setiap rumah sakit untuk memenuhi persyaratan
sistem pencahayaan harus mempunyai pencahayaan
alami dan/atau pencahayaan buatan/ mekanik,
termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya.
Persyaratan Teknis.
- Rumah sakit tempat tinggal, pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan bangunan pelayanan umum harus
mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
- Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan
dengan fungsi rumah sakit dan fungsi masing-
masing ruang di dalam rumah sakit.
- Pencahayaan buatan harus direncanakan
berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan
sesuai fungsi ruang dalam rumah sakit dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi
186
yang digunakan, dan penempatannya tidak
menimbulkan efek silau atau pantulan.
3.2.3. Studi Sistem Utilitas
Sistem Proteksi Kebakaran
o Sistem Proteksi Pasif
Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai sistem
proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran yang berbasis
pada desain atau pengaturan terhadap komponen
arsitektur dan struktur rumah sakit sehingga dapat
melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat
terjadi kebakaran. Penerapan sistem proteksi pasif
didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko kebakaran,
geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau
jumlah dan kondisi penghuni dalam rumah sakit.
o Sistem Proteksi Aktif
Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan
pemadam yang dipasang tetap atau tidak tetap, berbasis
air, bahan kimia atau gas, yang digunakan untuk
mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada
bangunan rumah sakit.
187187187
o Sistem Komunikasi Dalam rumah Sakit
o System Telepone dan Suara
o System Panggil Perawat (Nurse Call)
Sistem Proteksi Petir
Suatu instalasi proteksi petir dapat melindungi semua
bagian dari bangunan rumah sakit, termasuk manusia yang
ada di dalamnya, dan instalasi serta peralatan lainnya
terhadap bahaya sambaran petir.
Instalasi proteksi petir disesuaikan dengan adanya
perluasan atau penambahan bangunan rumah sakit.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
pemasangan, pemeliharaan instalasi sistem proteksi petir
mengikuti SNI 03 – 7015 – 2004, atau edisi terakhir dan
Permenkes No. 2306/Menkes/per/XI/2011 tentang
Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah
Sakit.
System Kelistrikan
Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah
dioperasikan, diamati, dipelihara, tidak membahayakan, tidak
mengganggu dan tidak merugikan lingkungan, bagian
188
bangunan dan instalasi lain, serta perancangan dan
pelaksanaannya harus berdasarkan Permenkes No.
2306/Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis
Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit dan PUIL/SNI.04-
0225 edisi terakhir dan peraturan yang berlaku.
System Fasilitas sanitasi
o Persyaratan Air Bersih
Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi
syarat kesehatan, atau dapat mengadakan pengolahan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tersedia air bersih minimal 500 lt/tempat tidur/hari.
Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat
kegiatan yang membutuhkan secara
berkesinambungan.
Tersedia penampungan air (;reservoir) bawah atau
atas.
o System Pengolahan dan Pembuangan Limbah
Persyaratan Pengolahan dan Pembuangan Limbah
Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair dan gas, baik
limbah medis maupun non-medis dapat dilihat pada
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
189189189
1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
o Penyaluran Air Hujan
Umum
Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian
permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
Sistem Gas Medik dan Vakum Medik
Sistem gas medik harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya.
Ketentuan mengenai sistem gas medik dan vakum medik di
rumah sakit mengikuti ”Pedoman Teknis Instalasi Gas
Medik dan Vakum Medik di Rumah Sakit” yang disusun
oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Tahun 2011.
3.2.4 Studi Pemanfaatan Teknologi
190
Pemanfaatan teknologi yang digunakan dirumah sakit ini
adalah bioklimatik desain. Bioklimatik desain adalah
perancangan gedung yang menyesuaikan dengan iklim
tempat bangunan berada. Namun saat ini sedikit yang
mengetahui bahawa arsitektur bioklimatik juga memilki
aspek keindahan tersendiri yang juga memiliki fungsi yang
menguntungkan bangunan tersebut. Di dalam bioklimatik
desain terdapat 3 hal yang diterapkan yaitu :
Solar Photopoltaic System
Earth Air Tunnel System
Anidolic Lightning System
3.3. Analisa Pendekatan Konteks Lingkungan
Lokasi proyek berada di Kota Semarang. Semarang sebagai
Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang berada di dengan
koordinat 6o,5’ – 7o, 10’ lintang selatan dan 110o, 35’ dengan
alasan di Kota Semarang sebagai Ibu Kota Provinsi
JawaTengah keberadaan Rumah sakit yang memiliki fasilitas
keunggulan di bidang jantung dan pembuluh darah dirasa
masih kurang karena pasien pasien yang datang ke Rumah
Sakit tertentu terkadang merujukan pasiennya kerumah sakit
191191191
lain karena keterbatasan tempat dan ketidakadaaanya fasilitas.
Selain itu Rumah sakit kelas B dalam peraturan pemerintah
tentang rumah sakit berlokasi di ibukota provinsi agar dapat
menjadi rujukan rumah sakit di daerah sekitar kota tersebut.
Gambar 29 Peta Jawa Tengah
Sumber : www.semarangkota.go.id/
192
Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah
perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai, dengan
demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya
berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai
65,22% wilayahnya adalah dataran dengan
kemiringan
Gambar 30 Pembagian Daerah Administratif Kota Semarang
Sumber : www.semarangkota.go.id/
193193193
Dengan mempertimbangkan luas, karakter daerah,
koordinasi pelaksanaan pembangunan, kemudahan dalam
penyelesaian masalah, maka pembagian BWK di Kota
Semarang ditentukan melalui pendekatan batas
administratif. Untuk itu dalam Rencana Tata Ruang Kota
Semarang Tahun 2010 – 2030 pembagian BWK ditetapkan
sebagai berikut :
a. BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan
Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Selatan dengan
luas kurang lebih 2.223 (dua ribu dua ratus dua puluh tiga)
hektar;
b. BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan
Gajahmungkur dengan luas kurang lebih 1.320 (seribu tiga
ratus dua puluh) hektar;
c. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan
Kecamatan Semarang Utara dengan luas kurang lebih 3.522
(tiga ribu lima ratus dua puluh dua) hektar;
d. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang
lebih 2.738 (dua ribu tujuh ratus tiga puluh delapan) hektar;
e. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan
Pedurungan dengan luas kurang lebih 2.622 (dua ribu enam
ratus dua puluh dua) hektar;
194
f. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang
lebih 4.420 (empat ribu empat ratus dua puluh) hektar;
g. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas
kurang lebih 2.509 (dua ribu lima ratus sembilan) hektar;
h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas
kurang lebih 5.399 (lima ribu tiga ratus Sembilan puluh
sembilan) hektar;
i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih
6.213 (enam ribu dua ratus tiga belas) hektar; dan
j. BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu
dengan luas kurang lebih 6.393 (enam ribu tiga ratus
Sembilan puluh tiga) hektar.
3.3.1. Analisa Pemilihan Lokasi
Persyaratan Lokasi
(1) Aksesibilitas untuk jalur transportasi dan
komunikasi.
Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau
dekat ke jalan raya dan tersedia infrastruktur dan fasilitas
dengan mudah, misalnya tersedia pedestrian, Aksesibel
untuk penyandang cacat
(2) Kontur Tanah.
195195195
kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada
perencanaan struktur, dan harus dipilih sebelum
perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur tanah
juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem
drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan
lain-lain.
(3) Fasilitas parkir.
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di
Rumah Sakit sangat penting, karena prasarana parkir
dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak lahan.
Perhitungan kebutuhan lahan parkir pada RS idealnya
adalah 1,5 s/d 2 kendaraan/tempat tidur (37,5m2 s/d
50m2 per tempat tidur)1 atau menyesuaikan dengan
kondisi sosial ekonomi daerah setempat. Tempat parkir
harus dilengkapi dengan rambu parkir.
(4) Tersedianya utilitas publik.
Rumah sakit membutuhkan air bersih, pembuangan air
kotor/limbah, listrik, dan jalur telepon. Pengembang harus
membuat utilitas tersebut selalu tersedia.
(5) Pengelolaan Kesehatan Lingkungan.
Setiap RS harus dilengkapi dengan persyaratan
pengendalian dampak lingkungan antara lain :
196
Studi Kelayakan Dampak Lingkungan yang
ditimbulkan oleh RS terhadap lingkungan
disekitarnya, hendaknya dibuat dalam bentuk
implementasi Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), yang
selanjutnya dilaporkan setiap 6 (enam) bulan
(KepmenKLH/08/2006).
Fasilitas pengelolaan limbah padat infeksius dan
non–infeksius (sampah domestik).
Fasilitas pengolahan limbah cair (Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL); Sewage Treatment
Plan (STP); Hospital Waste Water Treatment Plant
(HWWTP)). Untuk limbah cair yang mengandung
logam berat dan radioaktif disimpan dalam
kontainer khusus kemudian dikirim ke tempat
pembuangan limbah khusus daerah setempat
yang telah mendapatkan izin dari pemerintah.
Fasilitas Pengelolaan Limbah Cair ataupun Padat
dari Instalasi Radiologi.
Fasilitas Pengolahan Air Bersih (;Water Treatment
Plant) yang menjamin keamanan konsumsi air
bersih rumah sakit, terutama pada daerah yang
kesulitan dalam menyediakan air bersih.
197197197
(6) Bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain.
Pasien dan petugas membutuhkan udara bersih dan
lingkungan yang tenang.
Pemilihan lokasi sebaiknya bebas dari kebisingan yang
tidak semestinya dan polusi atmosfer yang datang dari
berbagai sumber.
(7) Master Plan dan Pengembangannya.
Setiap rumah sakit harus menyusun master plan
pengembangan kedepan. Hal ini sebaiknya
dipertimbangkan apabila ada rencana pembangunan
bangunan baru. Review master plan dilaksanakan setiap
5 tahun.
(Sumber : Seri Perencanaan Pedoman Teknik Sarana Prasarana
Rumah Sakit Kelas B, 2012)
Selian ke 7 hal tersebut penulis menganalisa bahwa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi yaitu :
1. Persebaran Rumah Sakit di Kota Semarang yang
memiliki fasilitas jantung biasa maupun yang unggul
2. Kepadatan penduduk di kota semarang tiap kecamatan.
Maka dari itu penyusun telah memilih 2 lokasi alternatif
yaitu :
198
a. Alternatif Lokasi yang dipilih adalah BWK V
(Kecamatan Pedurungan ) dan BWK VII
(Kecamatan Banyumanik)
Alasan Pemilihan Lokasi BWK adalah :
Pada Perda Kota Semarangmengenai RTRW pada
Pasal 12 ayat 2 wilayah BWK V DAN VII merupakan
wilayah peruntukan untuk sub pusat pelayanan kota
yang dimana pada Pasal 13 ayat 1 huruf c disebutkan
bahwa salah satu fasilitas sub pelayanan kota adalah
fasilitas kesehatan.
Alternatif Lokasi 1 (BWK V Kecamatan Pedurungan)
Letak Geografis :
Gambar 31 Pembagian Administratif Kelurahan di
Kecamatan Pedurungan
Sumber : http://lokanesia.com/peta-kecamatan-
pedurungan-kota-semarang/
199199199
Kecamatan Pedurungan memiliki luas wilayah 2.072
(dua ribu tujuh puluh dua) hektar. Terdapat 16
kelurahan yaitu : Gemah, Kalicari, Muktiharjo Kidul,
Palebon, Pedurungan Kidul, Pedurungan Lor,
Pedurungan Tengah, Penggaron Kidul, Plamongan
Sari, Tlogomulyo, Tlogosari Kulon, Tlogosari
Wetan,dengan sub pusat pelayanan kota di BWK V
meliputi Kelurahan Palebon, Kelurahan Gemah,
Gambar 32 Peta Administratif Kecamatan Pedurungan
Sumber : http://lokanesia.com/peta-kecamatan-pedurungan-
kota-semarang/
200
Kelurahan Pedurungan Kidul, Kelurahan Pedurungan
Tengah, dan Kelurahan Pedurungan Lor
Batas – Batas Wilayah Kecamatan Pedurungan :
SebelahUtara :Kecamatan Pedurungan
Sebelah Timur :Kecamatan Mranggen
(Kabupaten Demak)
Sebelah Selatan :Kabupaten Tembalang
Sebelah Barat :Kecamatan Gayamsari dan
Kecamatan Semarang Selatan
Potensi:
Lokasi yang tidak terlalu bising
Tersedianya utilitas publik seperti pdam, saluran
air,listrik,telepon, dan internet.
Gambar 33 Kondisi Eksisting Dan Foto Eksisting Kecamatan Pedurungan Sumber Peta : www.googlemaps.com
Sumber Foto : Dokumen Pribadi
201201201
Pada BWK v ini kontur relative datar yang
memudahkan untuk pengembangan rumah sakit
yang merupakan salah satu dari 7 standard dari
kementrian.
Pada BWK V ini memiliki kepadatan penduduk
tertinggi di kota semarang yang wilayah di
sekitarnya juga memiliki kepadatan penduduk
tinggi dan dekat dengan luar kota jadi dapat
menjangkau wilayah mranggen, karangawen,
sayung di kabupaten demak.
Persebaran Rumah sakit di semarang belum
merata.
Kendala:
Jalan raya pada jam tertentu akan macet terutama
pada jam masuk dan pulang kerja.
Terdapat jalan yang kondisinya kurang baik.
202
5.2.2 Alternatif Lokasi 1 (BWK VII Kecamatan
Banyumanik)LetakGeografis
Gambar 34 Pembagian Administratif Kelurahan di Kecamatan
Banyumanik
Sumber : http://lokanesia.com/peta-kecamatan-banyumanik-
kota-semarang/
203203203
Gambar 35 Peta Administratif Kecamatan Bnayumanik
Sumber : http://lokanesia.com/peta-kecamatan-pedurungan-kota-
semarang/
204
Kecamatan Banyumanik memiliki luas 2.509 (dua ribu lima ratus sembilan)
hektar dengan kepadatan penduduk (147.449 jiwa); terdapat 11 Kelurahan
yaitu :Srondol Kulon, Srondol Wetan, Banyumanik; Ngesrep, Gedawang,
Padangsari, Pudakpayung, Tinjomoyo, Sumurboto, Pedalangan,
Gedawang. Dengan sub pusat pelayanan kota di BWK VII meliputi
Kelurahan Srondol Kulon, Kelurahan Srondol Wetan, Kelurahan
Banyumanik. Di kecamatan Banyumanik telah terdapat 1 rumah sakit yaitu
rumah sakit umum banyumanik. Selain itu di daerah universitas
Gambar 36 Kondisi Eksisting Dan Foto Eksisting Kecamatan Banyumanik
Sumber Peta : www.googlemaps.com Sumber Foto : Dokumen Pribadi
205205205
diponegoro juga ada rumah sakit diponegoro, selain itu juga ada rumah
sakit ken saras di kabupaten semarang yang dapat menjangkau wilayah
banyumanik.
Batas – Batas Wilayah Kecamatan Banyumanik :
Sebelah Utara : Kecamatan Gajahmungkur
Sebelah Timur : KecamatanTembalang
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Barat : Kecamatan Gunungpati
Potensi:
Dekat dengan pusat kota yang dimana jumlah
penduduk yang relative banyak
Aksebiitas untuk jalur transportasi mudah
Tersedianya utilitas publik
Kendala:
Jam tertentu macet, sehingga memungkinkan area
berisik, dan berpolusi
Lokasi berkountur sehingga menyulitkan untuk
pengembangan rumah sakit dimana
pengembangan rumah sakit adalah salah satu
standard didirikannya rumah sakit.
206
Sedikit lahan kosong, karena dipenuhi dengan
bangunan, sehingga mempersulit Master Plan
Tabel 37 Skoring Lokasi
Dari hasil skoring diatas, maka BWK yang dipilih adalah BWK V
(Pedurungan)
No
Kriteria
Bobot
BWK V
Pedurungan
BWK VIII
Banyumanik
Nilai Total Nilai Total
1 Ketenangan (Tdk Bising) 5 3 15 3 15
2 Utilitas Public 10 2 20 2 20
3 Kebersihan Udara 5 3 15 3 15
4 Aksebilitas transportasi 10 3 30 2 20
5 Kondisi Lahan 5 3 15 2 10
6 Kondisi Jalan 5 2 10 2 10
7 Pengembangan 10 5 50 3 30
8 Ketersediaan RS fasilitas Jantung 10 4 20 4 40
9 Kepadatan Penduduk 10 5 50 3 30
225 190
Sumber :Analisa Pribadi
207207207
3.3.2 Analisa Pemilihan Tapak
Lokasi Alternatif Tapak 1. Jalan Woltermonginsidi
Gambar 37 Peta Tematik Tapak Jalan Woltermonginsidi
Sumber Peta : Peta Tematik kota Semarang
208
Peraturan Daerah menurut RDTRK dan RTRW Kota Semarang :
KDB : 60%
KDB : 60 %
KLB : 1.2 2 lantai
GSB : 19 m
KDH : 20 %
Kelebihan Tapak
- Berada dekat dengan jalan Arteri sekunder yaitu Jalan
Soekarno Hatta
Gambar 38 Kondisi Eksisting Dan Foto Eksisting Tapak Jalan Woltermonginsidi
Sumber Peta : www.googlemaps.com Sumber Foto : Dokumen Pribadi
209209209
- Dekat dengan poltekkes kemenkes semarang kampus
iii sehingga memudahkan bagi pera pelajar untuk
melakukan praktek
- Dekat dengan Kaabupaten Demak sehingga
memudah kan warga demak untuk berobat
- Dekat dengan stasiun yaitu stasiun alastua.
Kekurangan.
- Keadaan lalu lintas sangat padat khususnya pada jam
kerja.
- Akses jalan yang kurang baik.
Lokasi Alternatif Tapak 2 Jalan Supriyadi
Gambar 39 Kondisi Eksisting Dan Foto Eksisting Tapak Jalan Supriyadi
Sumber Peta : www.googlemaps.com Sumber Foto : Dokumen Pribadi
210
Peraturan Daerah
Peraturan Daerah menurut RDTRK dan RTRW Kota Semarang :
KDB : 60%
KLB : 1.2 2 lantai
GSB : 19 m
KDH : 20 %
Kelebihan Tapak
- Berada dekat dengan jalan Arteri sekunder yaitu jalan
soekarno hatta
- Akses jalan yang baik, tidak berlubang
- Aksesibilitas ke lokasi mudah
- Akses jalan menuju lokasi lebar.
Kekurangan.
Gambar 40 Peta tematik Alternatif Tapak 2
Sumber : Peta Tematik Kota Semarang.
211211211
- Keadaan lalu lintas sangat padat khususnya pada jam
kerja.
- Jalan ini mempunyai pulau jalan maka dari itu untuk
manuver akan sedikit kesulitas khususnya bagi
kendaraan roda 4
Lokasi Alternatif Tapak 3 Jalan Arteri Soekarno Hatta
Gambar 41 Kondisi Eksisting Dan Foto Eksisting Tapak Jalan Sukarno Hatta
Sumber Peta : www.googlemaps.com Sumber Foto : Dokumen Pribadi
212
Peraturan Daerah menurut RDTRK dan RTRW Kota Semarang :
KDB : 60%
KLB : 1.2 . 2 lantai
GSB : 29 m
KDH : 20 %
Kelebihan Tapak
- Berada di jalan Arteri sekunder yaitu jalan soekarno
hatta
- Akses jalan yang lebar
- Dekat dengan fasilitas Kota
Gambar 42 Peta Tematik Alternatif Tapak 3
Sumber : Peta Tematik Kota Semarang.
213213213
Kekurangan.
- Keadaan lalu lintas sangat padat khususnya pada jam
kerja.
- Jalan ini mempunyai pulau jalan maka dari itu untuk
manuver akan sedikit kesulitas khususnya bagi
kendaraan roda 4
3.3.3 Analisa Tapak Terpilih
Tapak Terpilih berada di jalan raya Woltermonginsidi.
Disekitar tapak terdapat sarana dan prasarana yang
memadai antara lain : dekat dengan kabupaten
demak, perumahan, stasiun alastua yang akan
memudahkan pasien menggunakan kereta, politeknik
kesehatan negeri semarang kampus 3 yang akan
mempermudah para pelajar untuk kerja praktek.
3.3.4. Analisa SWOT
1. Streght ( kekuatan , potensi, dll)
- Letak diapit oleh permukiman.
- Letak tapak berada di dekat polteknik kesehatan
negeri semarang
- Dilewati oleh angkutan umum
214
- Lokasi terletak di pinggir kota semarang berguna
untuk memberikan fasilitas bagi warga sekitar kota
dan warga luar kota yang sakit agar mudah
mencapai fasilitas kesehatan.
2. Weakness ( kekurangan)
- Lebar jalan hanya 10 meter yang dilalui oleh 2
jalur
- Kondisi jalan yang tidak semuanya baik
3. Opportunity ( kesempatan, keperluan)
- Belum adanya rumah sakit di daerah tersebut.
Memudahkan warga sekitar pantura jawa tengah
untuk mendapat fasilitas kesehatan rumah sakit
kelas B milik pemprov jateng
4. Threat ( ancaman)
- Harus dibuat saluran air yang baik karena ini
adalah daerah yang datar
3.3.6. Analisa Lingkungan
a. Studi tentang Kekuatan Alami Lokasi
Iklim
Di daerah ini memiliki iklim mikro yang
lumayan baik karena banyknya pohon jati
dan pohon siwalan yang menyebabkan
adanya udara segar yang membuat
215215215
wikayah ini terasa asri. Cocok untuk
pemulihan pasien.
Ekologi
Bebas Banjir karena masih banyaknya
lahan terbuka hijau di sekitar tapak.
Tapak
Tapak datar sehingga memudahkan dalam
membangun
b. Studi Tentang Kekuatan Buatan
Dari ketentuan Perda Kota semarang KDB
untuk pelayanan umum fasilitas kesehatan di
BWK Vmaksimal adalah 60 %
c. Fungsi Kota dan Hierarki Kota
Pertanian, permukiman, konservasi, Wisata,
CAmpuran perdagangan jasa, pendidikan,
Industri dan fasilitas Kesehatan
d. Studi Tentang Amenitas Alami
View
View utama pada area ini adalah
pemandangan kota semarang, laut
dan hutan jati serta siwalan.
e. Topografi dan Bentang Alam
216
Merupakan tapak yang relative datar
f. Air
Air bersih dapat menggunakan Sumur Arteis
ataupun dari PDAM
217217217
3.3.5. Studi Tentang Amenitas Buatan
Jaringan Urban
Terletak di wilayah yang padat penduduk.
Merupakan jalur penghubung antara genuk dan
kota semarang.
Visual
Daerah Pedurungan khususnya alastua yang
letaknya dekat dengan pinggir kota semarang
perlu fasilitas kesehatan.
Citra Arsitektural
Di pedurungan khususnya di alastua masih banyak
terdapat pohon pohon hijau sehingga perancanaan ini
harus bisa menjadi ikon daerah tersebut dan
eksteriornya dapat membaur dengan alam sekitarnya.
3.3.6. Studi Analisa Iklim Lingkungan
Kota Semarang merupakan ibukota provinsi jawa tengah. Secara
geografis Kota Semarang terletak pada 6050’-7010’ Lintang Selatan dan
109035’-110050’ Bujur Timur. Secara Klimatologi, Kota Semarang seperti
kondisi umum di Indonesia, mempunyaiiklim tropik basah yang
dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur.Dari bulan
November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut
218
(NW)menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan
hujan. Sifatperiode ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban
relatif tinggi dan mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan turun
di periode ini. Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan dan
Tenggara (SE) menciptakan musim kemarau, karena membawa sedikit
uap air. Sifat periode ini adalah sedikit jumlah curah hujan, kelembaban
lebih rendah, dan jarang mendung.
Berdasarkan data yang ada, curah hujan di Kota Semarang
mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total
curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan
khas pola di Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin
monsun SENW yang umum.
Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi
Semarang berubah-ubah dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C pada
bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke
32,9 °C. Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum
61% pada bulan September ke maksimum 83% pada bulan Januari.
Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang
berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286 km/hari
pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang menunjukkan rasio
sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi
dari 46% pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus.