Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 57
BAB III
ANALISIS KONSEP RANCANGAN DESAIN
Pada bab ini akan membahas mengenai pengembangan konsep
awal (sintesis variabel) bedasarkan analisis dari potensi site yang ada.
Gambar 3.29. Skema konsep bedasarkan sintesis variabel desain
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 58
Sesuai dengan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya bahwa
site merupakan lahan kosong dengan luasan 1,1 hektar. Letaknya berada di
kawasan komersial Mangkubumi yang berhadapan langsung dengan Jalan
Margo Utomo/Mangkubumi dan berbatasan langsung dengan permukiman
Code. Selain site tepat berada di hadapan poros filosofis imajiner
Yogyakarta, site juga tepat bersebelahan dengan bangunan cagar budaya
Hotel Toegoe. Site saat ini di pagar dan hanya dapat diakses melalui jalan
satu arah yaitu Jalan Margo Utomo/Mangkubumi. Namun, desain
Mangkubumi Youth Biophilic Mall ini juga akan memberikan akses dari sisi
permukiman Code untuk memberikan pengalaman rekreatif untuk remaja
Mangkubumi dan sekitarnya secara bebas dan terbuka.
Gambar 3.30. Situasi Site
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 59
3.1 Analisis Akses dan Zonasi Site
3.1.1 Analisis Akses Site
Gambar 3.31. Skema Sirkulasi Site
Site memiliki keuntungan berdekatan dengan halte bus Trans
Jogja dan memiliki area kosong di sisi timur site yang berhubungan
langsung dengan permukiman Code. Site memiliki 1 akses eksisting
dan 4 titik yang potensial sebagai jalur sirkulasi menuju site.
Titik A
Pada titik A merupakan titik yang potensial sebagai jalur utama
sirkulasi kendaraan bermotor. Sehingga pada titik ini akan digunakan
sebagai jalur masuk kendaraan bermotor.
Titik B
Pada titik ini merupakan akses yang potensial untuk jalur
masuk dari pedestrian. Hal tersebut dikarenakan jalur ini sejalur
dengan jalur penyebrangan pejalan kaki.
Titik C
Pada titik ini merupakan akses yang potensial sebagai jalur
sirkulasi, namun sifatnya bukan jalur sirkulasi yang ‘aktif’ dikarenakan
sisi tersebut akan menjadi sisi yang dimaksimalkan untuk view ke BCB
Hotel Toegoe. Maka dari itu sisi ini akan menjadi jalur sirkulasi
sekunder untuk penjual di PKL yang akan diakomodasi pada mall di
sisi yang berdekatan dengan titik tersebut.
Titik D
Pada titik D merupakan titik yang memiliki potensi
menghubungkan sirkulasi dari poros filosofis Jogja yang memiliki nilai
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 60
komersial tinggi dengan sirkulasi dari permukiman Code yang berada
di sisi yang berlawanan. Dengan membuka jalur ini akan memberikan
nilai lebih pada mall karena dapat memicu kegiatan rekreasi yang
beragam dari sisi yang berbeda
Bedasarkan analisis titik akses yang telah dijabarkan di atas,
dikembangkan dengan analisis zona bedasarkan potensi akses yang
ada.
3.1.2 Analisis Zonasi SIte
Gambar 3.32. Analisis Zona Site bedasarkan Potensi Akses
Pada analisis zona di atas, didapatkan bahwa desain fasilitas
komersial mall ini akan memiliki 2 zona suasana dan pendekatan
yang berbeda yaitu komersial dan komunal / ruang rekreatif publik.
Bedasar pada konsep Biophilic Mall, desain akan mengakomodasi
kedua zona komersial dan komunal / ruang publik ini melalui bentuk
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 61
bangunan yang terintegrasi antara bangunan tertutup untuk
komersial murni dan terbuka untuk komersial dengan pendekatan
sosial ruang rekreatif publik. Kedua zona tersebut didamaikan
dengan keberadaan bangunan transisi berupa atrium mall.
3.2 Analisis Program Ruang dan Organisasi Ruang
Pada bagian ini akan di analisis mengenai pola kegiatan yang
terbentuk dari sirkulasi yang ada pada site dan zonasi yang telah dijelaskan
sebelumnya. Hasil dari analisis tersebut akan memunculkan kebutuhan
ruang, hubungan ruang, dan organisasi ruang. Hal – hal tersebut akan
menjadi pertimbangan sintesis pembentukan denah pada massa bangunan.
3.2.1 Analisis Pola Aktivitas Pengguna
Pada bagian ini akan membahas mengenai analisis pola
kegiatan yang dipandang dari 2 pengguna yaitu pengunjung dan
pegawai. Dari skema simulasi pola tersebut akan dibuat lingkaran
kegiatan yang menggambarkan titik kepadatan kegiatan khususnya
kegiatan dalam ruangan. Sisa site yang tidak ada tanda diartikan
sebagai zona terbuka yang digunakan sebagai area rekreasi. Area
rekreasi tersebut berdiri tidak sendiri melainkan mendukung
keberadaan ruang dalam dengan merespon bentuknya.
Analisis Pola Kegiatan Pengunjung
Gambar 3.33. Analisis Simulasi Pola Kegiatan Pengunjung
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 62
Dari analisis simulasi kegiatan dan pola yang telah terbentuk
di skema yang telah dipaparkan di atas didapatkan zona merah
sebagai zona padat kegiatan dalam ruang untuk pengunjung. Zona
luarnya digunakan sebagai kegiatan untuk main dan rekreasi
pengunjung di luar ruangan. Orientasi yang dibentuk pada zona luar
ruangan ini diarahkan ke permukiman Code dan BCB Hotel Toegoe.
Analisis Pola Kegiatan Pegawai
Gambar 3.34. Analisis Simulasi Pola Kegiatan Pegawai
Bedasarkan simulasi kegiatan dan pola yang terbentuk oleh
pegawai mall (termasuk di dalamnya adalah pemilik PKL yang dulunya
berada di luar site) di dapatkan zona padat kegiatan dalam ruang
berwarna hijau. Zona ini terbentuk lebih luas karena kebutuhan ruang
berjualan yang luas dan tidak bias dianggap dijadikan 1 kebutuhan.
Pada sisi utara menghadap ke sisi hotel dan PLN, maka pada
sisi ini akan digunakan sebagai area servis seperti gudang, ruang
MEE, kantor, dan sebagainya. Selain itu, peletakan kantor yang
mendekati area rekreasi juga dilakukan untuk memberikan
pengawasan yang lebih pada area tersebut. Sebaliknya pada sisi
selatan akan digunakan sebagai area rekreasi yang ringan agar
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 63
memiliki waktu pandang yang lebih banyak ke permukiman Code dan
BCB Hotel Toegoe.
3.1.2 Sintesis Program Ruang dan Organisasi Ruang
Gambar 3.35. Sintesis Overlay Pola Kegiatan yang Terbentuk
Bedasarkan analisis yang dipisahkan antara kegiatan
pengunjung dan pegawai maka disimpulkan area yang di blok sebagai
area ruang dalam sebagai zona komersial murni. Sedangkan sisi
luarnya akan menjadi zona komersial dengan pendekatan area
rekreasi ekpresi terbuka untuk remaja.
Kebutuhan besaran ruang terbangun / ruang dalam memiliki
batasan peraturan dengan KDB 70% dan KLB 4. Dengan peraturan
tersebut maka area yang dapat dibangun adalah :
1. Luas Lantai
LL = Luas Tanah x KLB
LL = 10.147 m2
x 4
LL = 40,588 m2
Kapasitas untuk aktivitas mall (Kb)
Standar besar ruang gerak manusia dengan gerakan normal
adalah 1 – 2 m2
(Neufert, 2000)
Kb = LL / Area Gerak
Kb = 40,588 m2
/ 2 m2
= 20.530 orang
Kapasitas untuk aktivitas rekreasi (Kr)
Standar besar ruang gerak manusia dengan gerakan bebas untuk
rekreasi adalah 1,44 – 3 m2
(Neufert, 2000)
Kb = LL / Area Gerak
Kb = 40,588 m2
/ 3 m2
= 13.530 orang
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 64
Bedasarkan perhitungan kapasitas di atas dan dengan
pertimbangan konsep mall biofilik yang menjadikan adanya
besaran ruang dalam dan luar yang disetarakan maka secara
konseptual bangunan Mangkubumi Youth Recreative Mall dapat
menampung pengguna dengan kapasitas rata – rata dari kedua
jenis aktivitas. Kapasitas yang dapat ditampung adalah 17.030
orang.
Perhitungan parkir dengan populasi bangunan 17.030 orang ~
20.000 orang
A. Pengguna Mobil = 40% =
1 mobil 4 orang = 800 / 4 = 200 mobil
Luasan 1 mobil = 10 m2
Kebutuhan parkir mobil = 2.000 m2
B. Pengguna Motor = 40 %
1 motor 2 orang = 800 / 2 = 400 motor
Luasan 1 motor = 2 m2
Kebutuhan parkir motor = 8.000 m2
C. Jalan Kaki = 20%
Total luasan parkir yang harus ditampung dengan tambahan
sirkulasi 30% dari total seluruh luas = 13.000 m2
2. Luas Dasar Bangunan
LDB = Luas Tanah x KDB
LDB = 10.147 m2
x 70%
LDB = 7.102 ~ 7.100 m2
3. Jumlah Lantai
JL = LL / LDB
JL = 40,588 m2
/ 7.100 m2
JL = 5,71 ~ 6 Lantai
Maka bedasarkan analisis kegiatan yang dilakukan sebelumnya
dan analisis kapasitas dapat dirumuskan kebutuhan ruangnya.
Didapatkan kebutuhan ruang fungsional sebagai mall biofilik seperti
berikut :
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 65
Tabel 3.7.Tabel Program Ruang
N
O
KELOMPOK FUNGSI
jumla
h
Luas
(m2)
Total
(m2)
JUMLA
H LUAS
(%)
1 ID
Lobby
Hall / Lobby 1 500 500
510 3%
Informasi 1 10 10
2
IND
OO
R
RUANG
DISEWAKA
N
Atrium 1 1200 1200
12506 75%
ATM center 10 2 20
Retail
Fleksibel 80 5 400
Retail PKL 8 25 200
Retail Toko 85 50 4250
Instalasi
pameran
dinding lukis 1 600 600
Ruang
Pertunjukan
musikal dan
drama
(tradisional
dan
modern) 1 300 300
Ruang
Persiapan
pertunjukan 1 100 100
Gudang
perlengkapa
n
pertunjukan 1 100 100
OU
TD
OO
R
Ruang
Jemparinga
n 1 200 1000
Ruang
Skateboardi
ng & BMX 1 1000 1000
Ruang
piknik 1 2000 2000
Ruang Studi
Alam 1 1000 1000
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 66
N
O
KELOMPOK FUNGSI
jumla
h
Luas
(m2)
Total
(m2)
JUMLA
H LUAS
(%)
Gudang
Perlengkapa
n 4 9 36
Ruang
stand
fleksibel 20 15 300
3
IND
OO
R
Servis
Pengurus
Kantor 1 50 50
195 1%
Ruang Loker
Pegawai 1 50 50
Kantin 1 50 50
Gudang 5 9 45
Janitory 10 0
4
IND
OO
R
Ruang
Pendukung
Titik Kumpul 1 500 500
1460 9%
Musholla 1 150 150
Kamar
Mandi 6 125 750
Nursery 6 10 60
5
IND
OO
R
Servis
Sirkulasi
LIFT
Pengunjung 2 5 10
1779 11%
LIFT Barang 1 9 9
Elevator 12 19 228
Koridor 1 800 800
Ruang Lift 2 6 12
Ramp 4 120 480
Ruang
Tangga
Darurat 12 20 240
6
IND
OO
R
Ruang
Servis
Mesin
Ruang MEE 1 25 25
125 1%
Ruang
Pengumpula
n Sampah 1 20 20
CCTV
ROOM 1 10 10
Ruang
Pompa 1 20 20
Ruang 1 50 50
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 67
N
O
KELOMPOK FUNGSI
jumla
h
Luas
(m2)
Total
(m2)
JUMLA
H LUAS
(%)
Ground
Water Tank
7
ID
Servis
Parkir
Area Drop
Off 1 25 25 35 0%
Keamanan 1 10 10
8
IND
OO
R
Atap
ROOF TANK 1 50 50
79 0%
RUANG
MESIN LIFT 1 9 9
OUTDOOR
AC 1 20 20
TOTAL 16689
100
%
9 ID
Parkir
1 1300
0
1300
0
29689
Bedasarkan sintesis program ruang di atas didapati bahwa ruang
yang dapat disewakan sudah melebihi standar rata – rata pusat
perbelanjaan, yaitu 75%. Perbandingan antara ruang dalam 57% dan 43 %
ruang luar.
Skema Hubungan dan Organisasi Ruang
Ruang – ruang yang telah disebutkan di atas dirangkai dan
diorganisasikan bedasarkan kedekatan kebutuhan dari masing –
masing aktivitas yang dilakukan. Didapatkan skema hubungan ruang
(Gambar 3.37). Bedasarkan skema hubungan ruang dan organisasi
ruang di atas didapatkan alternatif bentuk gubahan massa yang
pertama. Gubahan massa tersebut merupakan alternatif pertama yang
akan dikembangkan dengan memperhatikan aspek dari iklim mikro
pada site. Gubahan massa yang telah dibentuk di evaluasi kembali
untuk mendapatkan bentuk yang tepat pada konteks site.
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 68
Gambar 3.36. Skema Hubungan Ruang
Gambar 3.37. Skema Organisasi Ruang
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 69
3.2 Iklim Mikro Site
Setelah dilakukan analisis yang memunculkan skema hubungan
organisasi ruang juga dilakukan analisis mengenai iklim mikro pada site.
Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk massa bangunan serta
orientasi yang tepat pada konteks site dan mendukung kebutuhan ruang
yang telah dipaparkan sebelumnya.
3.2.1 Analisis Matahari dan View Site
Gambar 3.38. Analisis Matahari Terhadap Site
(https://www.sunearthtools.com/dp/tools/pos_sun.php#top
, diakses pada April 2018)
Site memiliki sisi jalan utama yang berada di barat site dan
permukiman Code di sisi timur site. Untuk mendapatkan nilai
bangunan yang tinggi untuk komersial dan menghargai keberadaan
permukiman Code maka bangunan harus menghadap ke sisi timur
barat. Hal ini tentunya sangat bertolak belakang berhubungan dengan
efisiensi bangunan mengolah radiasi matahari yang dihadapi karena
menghadap jalur matahari. Namun, bangunan mendapatkan
keuntungan dalam hal menangkap sinar matahari alami untuk
kebutuhan pola biofilik namun tidak dengan radiasi sepenuhnya.
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 70
3.2.2 Analisis Angin pada Site
Bedasarkan bentuk yang terbentuk dari analisis matahari dan
view, dikembangkan kembali dengan meninjau arah angin yang ada.
Gambar 3.39. Analisis Angin Terhadap Site
(https://www.meteoblue.com/en/weather/forecast/modelclimate/sosro
menduran_indonesia_2005016 , diakses pada April 2018)
Bedasarkan arah angin pada site menjadi sumber daya alam yang
dimasukkan ke dalam bangunan. Hal tersebut dapat menjadi aspek
untuk mendapatkan konsep biofilik yaitu variabilitas termal dan aliran
angin. Maka dari itu bentuk bangunan harus menghadap tegak lurus
dengan arah datang angin.
3.2.3 Analisis Kebisingan pada Site
Bedasarkan bentuk massa bangunan yang muncul dari
analisis 3 hal sebelumnya, dikembangkan kembali mengenai
kebisingan yang dihadapi pada konteks site. Site ini tepat berada di
sumber kebisingan pusat kota. Sumber kebisingan baik dari trafik lalu
lintas yang merupakan lalu lintas pusat kota dan lalu lintas kereta api
menuju dan dari Stasiun Tugu. Hal tersebut menjadi faktor yang perlu
dikendalikan untuk mengurangi beban kebisingan dari lingkungan dan
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 71
sumber bising baru yang muncul dari mall biofilik Mangkubumi yang
akan diterima oleh permukiman Code.
Gambar 3.40. Peta Lokasi terhadap Sumber Bising Kawasan
Gambar 3.41. Data Kebisingan pada Sisi Jalan Margo
Utomo/Mangkubumi
Data kebisingan yang diambil menggambarkan adanya
peningkatan kebisingan pada titik mendekati Stasiun Tugu. Data juga
menunjukkan bahwa kebisingan meningkat hingga 83 dB saat ada lalu
lintas kereta api di Stasiun Tugu. Kondisi ini merupakan faktor
lingkungan yang perlu diperhatikan dalam desain. Bedasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996,
menyatakan bahwa batas tingkat kebisingan pada kawasan
pergadangan dan jasa adalah 70 dB.
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 72
Namun selain memperhatikan efek kebisingan dari luar ke
dalam juga desain memperhatikan efek kebisingannya pada
permukiman Code. Menurut KepMenLH Nomor 63 Tahun 2013,
kebisingan pada permukiman maksimal 55 Db. Maka dari itu,
dibutuhkan rekayasa lansekap dan bangunan untuk mereduksi tingkat
kebisingan dari luar ke dalam dan dalam ke luar.
Gambar 3.42. Analisis Kebisingan pada Site
. Bentuk yang dibutuhkan adalah bentuk yang dapat mereduksi
kebisingan dari luar. Selain dengan meredam dengan material, juga
dengan memperluas dan menghidari hadapan tegak lurus dengan
sumber kebisingan. Maka hal tersebut dilakukan dengan memiringkan
sisi sehingga tidak tegak lurus dengan arah bising dari jalan. Bentuk
yang dibuat sesuai dengan memiringkan sisi pada pertimbangan
hadapan view dari luar ke dalam dan menangkap angin. Penambahan
reduksi kebisingan adalah dengan menggunakan prinsip isolasi suara
menggunakan lanskap.
Aulia Rahma Nastiti 14512164 | 73
Selain mengenai aspek kebisingan dari lingkungan juga
dianalisis mengenai kebisingan yang muncul dari dalam Mangkubumi
Youth Biophilic Mall. Aktivitas yang dilakukan pada ruang luar /
eksterior bangunan perlu direduksi untuk kebutuhan ruang atrium.
Seperti yang telah dirumuskan pada program ruang, atrium
merupakan ruang yang akan digunakan sebagai ruang pertunjukan
music dan drama khususnya yang bernuansa budaya Jogja yang
memiliki karakter yang sama dengan jawa. Hal tersebut menjadikan
atrium membutuhkan ruang yang menyasar pada kepekaan terhadap
musik Jawa.
Gambar 3.43. Rekayasa akustik pada atrium
Hal tersebut dapat direkayasa dengan memberikan sisi luar
atrium dengan desain yang dapat mendifusikan kebisingan dan
mereduksi akustik dari dalam dengan membuat ruang udara antara
eksterior dan interior. Untuk konteks kepekaan terhadap music Jawa
interior atrium menggunakan elemen yang sesuai prinsip tumpang
sari pada bangunan pertunjukan tradisional Jogja. Dengan
pendekatan tersebut dapat memberikan ruang atrium yang tidak
terganggu dengan kebisingan eksterior dan peka terhadap musik
Jawa.
3.2.4 Sintesis Massa
1. Gubahan Massa
Bedasarkan analisis gubahan massa yang telah
dilakukan dengan pertimbangan dari sisi matahari, view,
angin, dan kebisingan didapatkan bentuk gubahan massa
alternatif ke 2.
Mangkubumi Youth Biophilic Mall | 74
Gambar 3.44. Sintesis Gubahan Massa Alternatif 2
Alternatif 2 tersebut dikembangkan lagi dengan
pertimbangan sisi barat diberi pembayang. Evaluasi tersebut
menghasilkan alternatif 3.
Gambar 3.45. Transformasi Alternatif 3
2. Fasad (Selubung)
Selubung bangunan Mangkubumi Youth Biophilic Mall selain
menerapkan pola biofilik dan selaras dengan BCB di sekitarnya
juga menggunakan bentuk yang ekspresif. Penggunaan bentuk
yang ekpresif juga bertujuan untuk membuat permukaan yang tidak
rata sebagai salah satu solusi untuk mereduksi kebisingan di
lingkungan dan di eksterior bangunan.
3. Material
Penggunaan material khususnya pada eksterior pada
Mangkubumi biofilik mall juga mempertimbangkan mengenai efek
termal menghadap ke arah datang sinar matahari juga berperan
pada aspek isolasi kebisingan. Penggunaan material – material
bertekstur kasar dan meredam bising serta material dengan
kemampuan serap termal yang rendah.