48
109 Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus Bandi Delphie BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN HENDAYA MENDENGAR DAN BERBICARA (HEARING AND LANGUAGE IMPAIRMENT) Di negara-negara maju, dewasa ini telah terjadi perubahan yang sangat mencolok dalam pendidikan untuk anak-anak dengan hendaya mendengar dan berbicara. Layanan pendidikan bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus lebih dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian para ahli terhadap teori-teori berkaitan dengan pemberian layanan khusus, perkembangan teknologi, serta kebijakan- kebijkan pemerintah yang sangat menentukan peranan penting dalam pencapaian suatu pola layanan pendidikan (Watson, L. dalam Gregory, et al.., 1999:1dan 9). Pola layanan pendidikan baru, lebih menekankan pada keberhasilan suatu proses pembelajaran yang berfokus pada usaha pemberian keterampilan siswa dalam membaca dan berhitung serta pemahaman bahasa. Pemberian layanan pendidikan keterampilan hendaknya didahului dengan melakukan asesmen guna mengetahui tentang informasi yang tepat berkaitan dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan. Kebutuhan siswa berkaitan dengan keterampilan membaca, dan menulis diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa. Latihan pemahaman bahasa merupakan usaha-usaha pemerintah agar warganya “melek huruf”, tidak terkecuali bagi mereka yang mempunyai hendaya mendengar dan berbicara. “Melek huruf” merupakan hal pokok dan memegang peranan penting bagi siswa -

BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

109

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

BAB III

APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK

DENGAN HENDAYA MENDENGAR DAN BERBICARA

(HEARING AND LANGUAGE IMPAIRMENT)

Di negara-negara maju, dewasa ini telah terjadi perubahan yang sangat

mencolok dalam pendidikan untuk anak-anak dengan hendaya mendengar dan

berbicara. Layanan pendidikan bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus lebih

dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian para ahli terhadap teori-teori berkaitan

dengan pemberian layanan khusus, perkembangan teknologi, serta kebijakan-

kebijkan pemerintah yang sangat menentukan peranan penting dalam pencapaian

suatu pola layanan pendidikan (Watson, L. dalam Gregory, et al.., 1999:1dan 9).

Pola layanan pendidikan baru, lebih menekankan pada keberhasilan

suatu proses pembelajaran yang berfokus pada usaha pemberian keterampilan

siswa dalam membaca dan berhitung serta pemahaman bahasa. Pemberian

layanan pendidikan keterampilan hendaknya didahului dengan melakukan

asesmen guna mengetahui tentang informasi yang tepat berkaitan dengan

kebutuhan siswa yang bersangkutan.

Kebutuhan siswa berkaitan dengan keterampilan membaca, dan menulis

diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa. Latihan pemahaman

bahasa merupakan usaha-usaha pemerintah agar warganya “melek huruf”, tidak

terkecuali bagi mereka yang mempunyai hendaya mendengar dan berbicara.

“Melek huruf” merupakan hal pokok dan memegang peranan penting bagi siswa-

Page 2: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

110

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

siswa yang mempunyai hendaya mendengar dan berbicara dalam setiap tujuan

layanan pendidikan.

Sebagai contoh, layanan pendidikan terhadap peserta didik dengan

kebutuhan khusus di Inggris, secara signifikan mengalami perubahan setelah

diundangkannya peraturan pemerintah yang lebih dikenal dengan nama

Educational Act of 1981. Dalam peraturan tersebut terdapat dua bentuk

pemikiran, yaitu: (1) Secara tegas dinyatakan bahwa perlu adanya informasi

khusus berkaitan dengan peserta didik yang mempunyai hendaya mendengar dan

berbicara. Ini berarti bahwa asesmen memegang peranan penting dalam setiap

penyusunan program, (2) Menempatkan seluruh peserta didik dengan hendaya

pendengaran ke sekolah-sekolah umum agar mereka dapat bersosialisasi dengan

peserta didik “normal” lainnya melalui kesempatan pemberian layanan pendidikan

yang sama. Ini berarti bahwa pemberian layanan pembelajaran di sekolah

memerlukan suatu metode khusus.

Contoh lainnya, pemerintah Amerika Serikat sejak tahun 1965 telah

mengadakan suatu program khusus untuk peserta didik yang mempunyai hendaya

mendengar dan berbicara di tingkat sekolah lanjutan dengan biaya penuh dari

pemerintah. Pelaksanaan program diserahkan kepada National Technical Institute

for the deaf (NTID), penekanan program ditujukan kearah latihan-latihan secara

teknis dengan metode penyampaian khusus, dalam hal bahasa isyarat, komunikasi

manual antara siswa dan guru, dan cara membuat catatan-catatan. Untuk

keperluan tersebut diperlukan upaya-upaya berkaitan dengan penerjemahan

bahasa isyarat, menciptakan pelatih-pelatih khusus, pemberian konseling

vokasional, serta program-latihan penempatan kerja. Program tersebut mulai

Page 3: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

111

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

berkembang di tahun 1970 dan di awal tahun 1980 seluruh universitas di Amerika

Serikat melakukan pemberian layanan-layanan khusus untuk mahasiswa yang

mempunyai hendaya mendengar dan berbicara (Saur, Coggiola, Long &

Simonson, Flexer, Wray & Black; 1986 dalam Hallahan & Kauffman;1991:293).

Penyampaian pembelajaran dengan metode khusus dalam bentuk-bentuk

latihan secara teknis dapat menggunakan ilmu gerak irama. Tujuan layanan

pembelajaran khusus dengan menggunakan ilmu gerak irama terhadap siswa

dengan hendaya mendengar dan berbicara di sekolah-sekolah umum dapat

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan fisik, kesegaran jasmani dan

kesehatan, keterampilan gerak, daya nalar dan kecerdasan, dan menumbuhkan

kehidupan yang kreatif, reaktif, serta mampu bermasyarakat. Pemberian layanan

pembelajaran dengan mengaplikasikan gerak irama di sekolah khusus maupun

sekolah reguler yang menerapkan pola layanan inklusif dapat disampaikan melalui

beberapa metode, antara lain dengan: (1) part method of teaching menuju ke –

whole method of teaching, yakni dari metode bagian ke metode keseluruhan, (2)

metode campuran yang meliputi: demonstrasi, latihan penugasan dalam suatu

kegiatan, pemberian tugas, pemecahan masalah (secara eksperimen jika

diperlukan).

Penyampaian metode pembelajaran yang mengaplikasikan ilmu gerak

irama hendaknya memperhatikan kriteria-kriteria tertentu, yakni: (1) pendidikan

yang memberikan arah pada gerakan dasar, (2) pendidikan rithmik sebagai

persiapan pelajaran gerak berdasarkan musik dan tari, (3) penerapan khusus sesuai

dengan tingkat kesulitan dari siswa bersangkutan. Pendidikan yang memberikan

arah pada gerakan dasar merupakan usaha-usaha ke arah realisasi pembinaan yang

Page 4: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

112

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

menggunakan metode gerak irama. Dalam kegiatannya perlu diperhatikan aspek-

aspek berkaitan dengan: tujuan kurikuler, tujuan instruksional-khusus atau

kompetensi yang hendak dicapai, dan cara pelaksanaan yang memanfaatkan

konsep-konsep gerak meliputi: dimana kita dapat bergerak, apa yang dapat kita

gerakkan, bagaimana cara-cara bergerak, dan bagaimana cara meningkatkan gerak

yang lebih baik. Pendidikan ritmik diperlukan pengetahuan dasar tentang gerakan

dan pengetahuan dasar musik. Penerapan khusus perlu memperhatikan aspek-

aspek: (1) karakteristik spesifik siswa, (2) hambatan-hambatan yang dialami siswa

yang bersangkutan, dan (3) penerapan gerak dan irama yang cocok bagi kondisi

setiap siswa (Delphie, B., 2001:68-77).

A. Konsep Anak dengan Hendaya Mendengar dan Berbicara

1. Pengertian Hendaya Mendengar dan Berbicara

Hendaya mendengar merupakan hambatan yang cukup besar bagi

perkembangan berbahasa seseorang secara normal, sehingga perkembangan sosial

dan intelektual dipengaruhi oleh adanya kekurangan dalam kemampuan bahasa

(Hallahan & Kauffman, 1986:238; 1991:264). Berdasarkan pandangan yang

bersifat fisiologis dan edukatif maka hendaya mendengar terdiri atas tuli dan agak

tuli/ sulit mendengar. Jadi seorang anak yang tidak mampu mendengar suara

keras pada tingkat di atas intensitas maka yang bersangkutan disebut sebagai tuli,

sedangkan mereka yang mengalami kesulitan mendengar pada tingkat intensitas

tertentu disebut sebagai agak tuli/ sulit mendengar.

Kepekaan atau sensitivitas mendengar diukur dengan decible (dB) yaitu

suatu unit ukuran berkaitan dengan tingkat kekerasan suara. Terhadap anak yang

mempunyai kepekaan suara sekitar 90 dB atau lebih, berdasarkan atas pandangan

Page 5: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

113

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

fisiologis, disebut dengan tuli. Sedangkan mereka yang kepekaan suara di bawah

90 dB disebut dengan agak tuli/ sulit mendengar.

Pandangan secara edukatif mengukur klasifikasi seorang yang

mempunyai hendaya mendengar dengan pertanyaan: “sampai sejauhmana

pengaruh kemampuan mendengar seorang anak berdampak terhadap kemampuan

anak untuk berbicara dan pengembangan bahasanya?” Hal ini dilakukan karena

adanya pendapat para ahli yang menyatakan bahwa terdapat hubungan erat antara

ketiadaan kemampuan mendengar dengan perkembangan berbahasa seseorang.

Oleh karenanya batasan mengenai hendaya mendengar atau hearing

impairment dapat mengacu kepada the Conference of Executive of American

School for the Deaf sebagai berikut.

“Hearing impairment. A generic indicating a hearing disability that many

range in severity from mild to profound; it includes the subsets of deaf and

hard of hearing. A deaf person is one whose hearing disability precludes succesful processing of linguistic information through audition, with or

without a hearing aid. A hard of-hearing person is one who, generally with

the use of a hearing aid, has residual hearing sufficient to enable succesful processing of linguistic information through audition” (Hallahan &

Kauffman, 1986:240; dan 1991:266).

Diartikan secara bebas bahwa, hendaya mendengar merupakan kelainan

secara generik yang menunjukkan adanya ketidakmampuan mendengar dengan

tingkat kepelikan berkisar antara ringan hingga sangat berat. Termasuk di

dalamnya adalah tuli dan agak tuli. Seseorang dinyatakan tuli bila yang

bersangkutan tidak mempunyai kemampuan untuk mendengar sehingga terjadi

hambatan dalam proses penyampaian informasi secara linguistik melalui indera-

dengar, dengan atau tanpa alat bantu-dengar. Seseorang yang dinyatakan dengan

agak tuli adalah mereka, umumnya telah menggunakan alat-bantu dengar, yang

Page 6: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

114

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

mampu dan berhasil melakukan proses menangkap informasi secara linguistik

dengan sisi-sisa pendengarannya.

Mereka yang termasuk kedalam hendaya mendengar terdiri atas dua

kategori yaitu mereka yang tuli sejak dilahirkan disebut dengan congenitally deaf,

dan mereka yang tuli setelah dilahirkan disebut dengan adventitiously deaf.

Sedangkan klasifikasi berdasarkan atas ambang batas kemampuan mendengar

akan terdiri atas: ringan (mild) (26-54 dB), sedang (moderate) (55-69 dB), berat

(severe) (70-89 dB), dan sangat berat (profound) (90 dB ke atas).

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Ittyerah dan Sharman di

tahun 1997, Wiegersma dan Van Der Velde di tahun 1983 telah menemukan suatu

kenyataan bahwa anak-anak dengan hendaya mendengar (deaf children)

mempunyai kesulitan pada keseimbangan dan koordinasi gerak-tubuh.

Contohnya, pada anak usia 6–10 tahun dengan hendaya mendengar akan

mempunyai kekurangan kompetensinya dalam hal sebagai berikut di bawah ini.

1. Koordinasi gerak-tubuh, antara lain pada gerak berjalan mundur dan maju

sepanjang titian yang sempit, melompat dan berjingkat ke atas, dan melompati

rintangan tali yang direntangkan.

2. Kemampuan koordinasi gerak-visual, seperti memasukkan tali sepatu ke dalam

lobang yang ada pada papan berlobang khusus.

3. Dalam melakukan gerakan berpindah lebih lambat dari pada anak-anak yang

mampu mendengar disebabkan perkembangan persepsinya kurang (dalam

Lewis, V., 2003:98).

Oleh karenanya mereka memerlukan suatu petunjuk khusus yang bersifat

dapat dilihat (Wiegersma & Van Der Velde, 1983). Berdasarkan penelitian dari

Page 7: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

115

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Salversberg, et al. (1991) kesalahan-kesalahan gerak sering terjadi pada anak usia

10-13 tahun yang mempunyai hendaya mendengar, antara lain: (a) selalu salah

saat menangkap bola yang dilemparkan pada posisi 90 derajat atau lebih meskipun

dilakukan dengan bantuan petunjuk-khusus berupa visual, dengan suara 20 dB;

(b) anak-anak dengan hendaya mendengar selalu terlambat untuk menekan tombol

dengan ke dua belah tangannya walaupun ada signal suara 15 dB. Dari beberapa

penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa “Ketiadaan informasi yang

berhubungan dengan pendengaran dapat menambah lambatnya melakukan

respon bagi sebagian besar anak-anak dengan hendaya mendengar”.

Dalam perkembangan persepsi-gerak, anak dengan hendaya mendengar

sangat memerlukan hipotesis terhadap hasil tes kemampuan kompensasi

sensorinya. Hal ini dilakukan disebabkan adanya pendapat yang menyatakan

bahwa hilangnya salah satu indera tubuh seseorang dapat saja digantikan dengan

indera sisa lainnya dalam usaha untuk meningkatkan sensitivitas dari sisa indera

yang masih ada. Hasil-hasil penelitian mengenai hal tersebut telah membuktikan

adanya fakta-fakta sebagai berikut di bawah ini.

1. Apabila tanda-tanda visual dan auditory cukup jelas maka anak-anak tanpa

hendaya mendengar dapat lebih cepat dan tepat dalam merespon

dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai hendaya mendengar

(Slaversberg, et al., 1991 dalam Lewis, V. 2003:99)

2. Anak-anak dengan hendaya mendengar yang telah memperoleh cangkokan

alat pendengaran, penampilannya sama dengan mereka yang dapat

mendengar dalam hal melakukan tugas berkaitan dengan atensi visual.

Sebaliknya anak-anak dengan hendaya mendengar yang tidak mendapat

Page 8: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

116

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

cangkokan alat pendengaran sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam

tugas yang berkaitan dengan atensi-visual (Quittner, 1994 dalam Lewis,

V., 2003:99).

3. Setelah setahun menggunakan cangkokan alat pendengaran, maka pada

anak-anak dengan hendaya mendengar mampu meningkatkan atensi-

visualnya (Quittner, 1994, dalam Lewis, V., 2003:99).

4. Anak-anak dengan hendaya mendengar sebaiknya dikondisikan dengan

pemberian petunjuk-khusus secara tatap muka atau dengan keterarahan

wajah. Dengan cara seperti ini kemampuan visualnya akan sama dengan

orang dewasa normal. Berdasarkan hal ini maka sebaiknya diberikan: (a)

perhatian khusus terhadap pengkondisian dengan pemberian petunjuk

secara keterarahan wajah sejak usia dini, (b) latihan-latihan bahasa isyarat,

perlu dilakukan semenjak usia dini karena bahasa isyarat akan dapat lebih

meningkatkan kemampuan ruang visual. Dengan kata lain, bahwa pada

anak-anak dengan hendaya mendengar memerlukan latihan-latihan bahasa

isyarat untuk meningkatkan perkembangan persepsi geraknya.

Mengenai perkembangan kognitif anak-anak dengan hendaya mendengar

pada umumnya cukup baik, khususnya dalam segi berfikir dan pemahaman.

Artinya bahwa mereka mempunyai kemampuan kognisi dikarenakan ada

hubungan yang erat antara perkembangan berbahasa dengan berfikir. Menurut

Watson (1913) bahwa proses berfikir pada anak-anak dengan hendaya mendengar

sebenarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan gerak yang ada pada pangkal

tenggorokan. Terdapat kesamaan dalam proses berfikir secara verbal dengan

proses pencapaian kemampuan berbahasa. Sebaliknya, Chomsky menyatakan

Page 9: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

117

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

bahwa pada anak-anak dengan hendaya mendengar dalam perkembangan

berbahasa terpisah dari kemampuan kognisi. Ia menyatakan secara lebih jauh

bahwa struktur bahasa muncul dalam otak sejak yang bersangkutan dilahirkan,

sehingga setiap anak memerlukan pengalaman-pengalaman berbahasa agar lebih

mengembangkan kemampuan berbahasanya.

Bagaimanapun perbedaan yang ada pada Watson dan Chomsky namun

beberapa ahli lainnya menyatakan pendapat mereka tentang perkembangan

kognisi seorang anak seperti di bawah ini.

1. Kemampuan berfikir dan berbahasa saling berkaitan walaupun ada perbedaan

diantara keduanya khususnya mengenai apakah kemampuan berfikir dapat

menentukan kemampuan berbahasa atau sebaliknya (Piaget, 1967).

2. Kemampuan berbahasa menentukan kemampuan berfikir (Sapir, 1912).

3. Kemampuan berbahasa dan berfikir dapat saling mempengaruhi antara satu

sama lainnya (Vigotsky, 1962).

Menurut Piaget (1967), inteligensi merupakan kemampuan seorang anak

yang sangat tergantung pada tindakan yang bersangkutan dalam mengadaptasi

lingkungannya dan sikapnya untuk mampu mengambil konsekuensi-konsekuensi

dari tindakan yang diambilnya. Melalui sikap ini, seorang anak akan memahami

dan melihat bentuk yang ada di lingkungannya berdasarkan atas refleksi yang

telah ada dalam memori pikirannya. Dengan kata lain bahwa begitu terjadi

perkembangan pada kognisi seorang anak maka kemampuan berbahasapun

berkembang. Ini terjadi guna mengantisipasi perubahan-perubahan dalam

pemahaman terhadap lingkungan. Jadi kemampuan berbahasa seorang anak dapat

Page 10: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

118

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

mempengaruhi kemampuan berpikirnya walaupun Piaget menyadari bahwa

kemahiran berbahasa terpisah dari kegiatan berpikir.

Berbeda dengan pendapat Piaget tersebut di atas, pendapat dari Sapir

yang kemudian dikembangkan oleh Whorf (1940; reprinted in Mandelbaum,

1958) menyatakan bahwa persepsi dan pengalaman terhadap lingkungan

tergantung pada suatu bahasa yang digunakan. Bila kemampuan berbahasa anak

sudah mahir untuk menghubungkan gejala-gejala atau pengetahuannya terhadap

suatu konsep, maka anak yang bersangkutan akan mempunyai pengalaman dan

dapat memahami terhadap suatu konsep atau suatu atribut tertentu. Bila atribut

atau konsep tidak diekspresikan dalam kemampuan berbahasanya maka anak yang

bersangkutan belum mempunyai pengalaman atau pemahaman terhadap suatu

konsep atau atribut.

Vigotsky (1962) menyatakan bahwa berpikir dan kemampuan berbahasa

pada awalnya merupakan hal yang terpisah dan berkembang secara sejajar pada

seorang anak hingga mencapai umur dua tahun. Antara berpikir dan kemampuan

berbahasa, keduanya saling isi mengisi, sehingga bahasa dapat digunakan untuk

membantu cara berpikir, dan pikiran yang ada dapat mempengaruhi kemampuan

berbahasa seorang anak. Dengan kata lain bahwa hubungan antara berpikir dan

kemampuan berbahasa saling berkaitan sangat erat.

Penelitian terhadap anak dengan hendaya mendengar berkaitan dengan

hubungan antara kemampuan berbahasa dan kognisi, diperoleh hasil bahwa “Jika

anak dengan hendaya mendengar tidak mempunyai kemampuan berbahasa maka

mereka akan mendapatkan kesulitan dalam kemampuan berpikirnya bahkan

dimungkinkan kemampuan berpikir yang sudah adapun akan menghilang”. Jadi

Page 11: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

119

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

kemampuan berbahasa sangat menentukan kemampuan kognisi, sehingga

pengetahuan dan pemahaman seorang anak dengan hendaya mendengar

hendaknya sepadan dengan kemampuan dan pemahaman anak yang mampu

dengar.

Dari beberapa teori yang dikemukakan tersebut di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa “Kemampuan berbahasa sesungguhnya merupakan

kemampuan mengucapan suatu bahasa”. Sehingga bahasa isyarat seperti

American Sign Language (ASL) dan British Sign Language (BSL) merupakan

ucapan bahasa yang dapat diterima sebagai ungkapan berbahasa diantara mereka

yang mempunyai hendaya mendengar. Hal ini dapat dilihat bahwa ASL

mempunyai tanda-tanda yang terdiri atas gerakan-gerakan tangan yang dilakukan

secara simbolik, secara umum menyatakan ungkapan keseluruhan suatu konsep.

Arti setiap gerakan-gerakan tangan tergantung pada bentuk, lokasi, perpindahan,

dan orientasi dari satu atau kedua tangan. Komponen-komponen ini akan muncul

secara simultan yang disebut dengan “cheremes” dan dapat menyampaikan suatu

ungkapan pengganti bunyi sebagai hasil produksi kata dalam bahasa ucapan.

Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan teknologi dan teori-teori

belajar sangat memegang peranan penting guna menemukan pengembangan

metode-metode baru serta intervensi yang lebih efektif dalam proses

pembelajaran terhadap anak-anak dengan hendaya mendengar dan berbicara.

Penemuan-penemuan hasil penelitian tersebut banyak dimuat dalam jurnal-jurnal

ilmiah, namun sayangnya para guru dan para ahli terapi bicara masih banyak yang

belum siap menerima cara-cara baru hasil penelitian disebabkan mereka sangat

sibuk dalam pekerjaannya di sekolah-sekolah maupun di klinik-klinik (Bishop,

Page 12: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

120

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

1999: vii). Secara umum, kemahiran berbahasa yang berarti kemampuan

berbicara merupakan proses yang sifatnya sulit dipahami. (Pinker, 1984:29 dalam

Bishop, 1999:19). Walaupun secara nyata penyebab hambatan perkembangan

bahasa belum jelas namun para ahli mencoba untuk memecahkannya berdasarkan

aspek-aspek neurologi, etiologi dan proses kognitif.

Faktor genetika diyakini sepenuhnya sebagai faktor dominan

(dibandingkan dengan faktor neurologi dan proses kognitif) penyebab terjadinya

hambatan perkembangan bahasa yang mempunyai implikasi utama terhadap

hambatan perkembangan kemampuan berbicara seorang anak. Hambatan

perkembangan dalam segi bahasa ini dikenal dengan nama afasia perkembangan

(developmental aphasia), disfasia perkembangan (developmental dysphasia),

hambatan khusus perkembangan bahasa (specifiic developmental language

disorder), sekarang lebih populer dengan nama hendaya mendengar spesifik

(specific language impairment) (Bishop, 1999:19). Kata hendaya berasal dari

kata impairment berarti “penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan

dalam segi kekuatan, nilai, kualitas dan kuantitas” (American Heritage

Dictionary, 1982:644; Maslim, R.,2000:119). Kata specific menunjukkan bahwa

“hendaya perkembangan bahasa tidak dalam perkembangan normal”.

Sejak pertengahan abad ke 19, para ahli yang mempelajari anatomi

tubuh manusia (histologists) telah mengetengahkan penemuannya bahwa terdapat

indera penerima khusus pada setiap otot, tendon atau jaringan otot. Indera

penerima khusus ini mampu “menggantikan” suatu kelangkaan atau “hilangnya”

suatu indera tertentu, indera penerima khusus ini dapat dipakai sebagai media

penghubung kesadaran gerak tubuh. Berdasarkan sistem syaraf, Sherrington

Page 13: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

121

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

menyatakan bahwa indera penerima khusus ini dibedakan menjadi dua bentuk

yaitu: pertama meliputi panca indera (the five senses) disebut dengan

”exteroceptive”, dan kedua merupakan kesadaran terhadap kesan gambaran tubuh

(the image of the body) disebut dengan nama: “proprioceptive”. Sherrington

adalah seorang ahli berkaitan dengan teori tentang fungsi otak dan sistem kerja

syaraf otak, di abad ke 19 telah menulis buku yang berjudul “Two Ways of the

Mind” yang menyatakan bahwa ada dua bentuk kegiatan kerja otak untuk

berkomunikasi, yang satu berkaitan dengan gerak tubuh dan lainnya berkaitan

dengan adanya hubungan antara dunia luar atau lingkungan dengan panca indera.

Hasil penemuan oleh Frenchman dan Pierre Paul Broca di tahun 1861

berkaitan dengan panca indera atau “exteroceptive” adalah: terdapat hubungan

secara utuh (integritas) pada gyrus ketiga di bagian kiri depan lapisan luar otak

(the left frontal lobe of the brain cortex) yang merupakan prasyarat seseorang

untuk mampu berbicara secara normal. Kerusakan pada bagian tersebut berakibat

seseorang tidak mampu mengucapkan kata atau kalimat. Penelitian lebih lanjut

dari Broca di tahun 1865 telah diketemukan bahwa kerusakan pada bagian depan

cuping kanan belahan otak tidak merupakan penyebab gangguan berbicara (Jokl,

E., 1978:314)

Pierre Paul Broca adalah seorang ahli bedah klinis dari Perancis yang

banyak mempelajari tentang otak dan tengkorak sehingga ia merupakan

“panutan” dan merupakan orang-kunci dalam pengetahuan berkaitan dengan ilmu

anthropologi fisik di negara Perancis hingga saat ini. Ia telah menemukan adanya

kerusakan pada jaringan atau simpul ketiga bagian kiri depan lapisan luar otak

yang menjadi penyebab hilangnya kemampuan seseorang untuk berbicara. Ini

Page 14: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

122

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

menunjukkan adanya hubungan antara kegiatan tubuh secara spesifik dengan

daerah khusus yang ada dalam otak (Reynolds, C.A., 1987:251).

Terhadap mereka yang tergolong afasia yaitu istilah generik yang

menunjukkan adanya kesulitan untuk berkomunikasi melalui organ bicara. Broca

menekankan bahwa otot-otot organ bicara secara normal masih tetap bekerja

untuk berbicara walaupun mereka mempunyai hambatan pada bagian kiri depan

lapisan luar otaknya. Kelainan berbicara berkaitan dengan kesulitan dalam

menggerakkan otot-otot tersebut disebut dengan afasia motoris (motor aphasia)

sedangkan terhadap seseorang yang berbicara secara pelan dan mendapatkan

kesulitan pada artikulasi atau berbicara secara cepat tetapi susunan kata tidak

teratur dan tidak mempunyai bentuk, disebut dengan afasia sensoris (sensory

aphasia) Termasuk kelainan ini adalah mereka yang berbicara hanya dengan satu

kata, dengan kalimat pendek, atau dengan anak kalimat yang tidak lengkap,

Kaufman (1981 dalam Reynolds & Mann, 1987:107) menyebutnya sebagai

nonfluent aphasics..

Afasia sensoris terjadi disebabkan oleh adanya kerusakan pada bagian

kiri depan otak (the left temporal lobe of the brain cortex). Bagi golongan “motor

aphasia” umumnya mereka masih mampu menyusun suatu pembicaraan

walaupun yang bersangkutan tidak mampu mengucapkan kata atau kalimat,

sehingga dapat dikatakan bahwa mereka masih mampu menulis kata atau kalimat

tanpa menemui kesulitan.

Program layanan pendidikan terhadap mereka yang mempunyai kelainan

afasia, baik itu afasia motoris maupun afasia sensoris, hendaknya dilakukan

Page 15: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

123

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

secara komprehensif yang diawali dengan melakukan evaluasi secara multifaktor

terhadap kemampuan neuro-psikologis (Reynolds & Mann; 1987:107-108).

Gambar di bawah ini menjelaskan adanya dua bagian cerebral yang

merupakan faktor saling keterhubungannya melalui “arcuate fasciculus”.

Gambar 3.1.

Daerah Kemampuan Berbicara pada Otak Manusia

(Jokl, E., dalam Basic Book of Sports Medicine, 1978:316)

Gambar 3.1 tersebut menyatakan bahwa daerah-daerah yang ada pada

otak manusia untuk mampu berbicara berada pada bagian kiri belahan otak (the

left hemisphere). Apabila terjadi gangguan pada belahan otak kiri manusia, maka

yang bersangkutan mempunyai hendaya untuk berbicara.”Broca’s area” yang

berkaitan dengan “motor cortex” selalu melakukan kontrol terhadap gerakan-

gerakan otot bibir, rahang, lidah, langit-langit mulut dan pita suara. Oleh karena

itu adanya kerusakan pada Broca‟s area bisa menyebabkan seseorang dalam

berbicara menjadi terbata-bata. Daerah Wernicke‟s berada diantara “heschl’s

gyrus” (yang merupakan alat penerima pertama dari rangsangan untuk berbicara

atau auditory stimuli), dan “Angular gyrus” (yang bertindak sebagai pengatur arah

Page 16: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

124

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

antara daerah-daerah yang berhubungan dengan pendengaran atau auditory dan

penglihatan atau visual). Jika terjadi kerusakan pada daerah Wernicke‟s maka

seseorang yang bersangkutan akan mengalami kesulitan untuk memahami bentuk

dan hubungan antara kata atau kalimat saat ia menyampaikan “perasaannya”

melalui pembicaraan tertentu. Kedua daerah wernicke‟s dan Broca‟s tersebut

dihubungkan melalui sebuah ikatan simpul syaraf yang disebut dengan nama

“Arcuate fasciculus”. Jika simpul syaraf ini rusak, maka seseorang masih mampu

berbicara namun yang bersangkutan mendapatkan kesulitan saat berbicara

disebabkan ia selalu mengulang-ulang kata.

Penemuan oleh Broca berkaitan dengan afasia motoris dan Wernicke

tentang afasia sensoris yang merupakan pusat kemampuan berbicara yang ada

pada otak menggambarkan adanya mekanisme peralihan dari bentuk mental ke

arah tindakan gerak. Otak menyatukan seluruh sistem syaraf termasuk kontrol

terhadap kognisi dan gerak, sehingga kegiatan otak tersebut dapat

“menggantikan” kegiatan keseluruhan sektor indera, misalnya terhadap

“hilangnya” indera penglihatan dapat digantikan dengan ketajaman pada indera

dengar, dan indera peraba. Contoh dalam suatu kehidupan nyata, bila seseorang

yang dilahirkan tanpa tangan maka belajar menulis dapat dilakukan dengan cara

menggunakan ke dua ujung pangkal lengan atas untuk memegang pinsil atau

seorang tetraplegic akibat dari poliomyelitis dapat menggambar dengan cara

memegang pinsil gambar di mulutnya Ini berarti bahwa keterampilan menulis

yang melibatkan otot-otot tangan dan jari-jemari dapat “digantikan” dengan

melibatkan otot-otot lain yang berbeda. Dengan kata lainnya, bentuk gerak dapat

digantikan ke beberapa bagian sistem “pengganti gerak” yang ada pada tubuh.

Page 17: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

125

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

2. Hambatan yang Dihadapi Anak dengan Hendaya Mendengar dan

Berbicara

Secara garis besar hambatan yang dihadapi oleh anak-anak dengan

hendaya mendengar meliputi hal-hal sebagai berikut di bawah ini.

a. Hasil penelitian para ahli di Amerika Serikat menyatakan bahwa satu diantara

tujuh anak yang mempunyai hendaya mendengar mempunyai permasalahan

berkaitan dengan kesehatan mental. Kesehatan mental ini mengarah kepada

schizophrenia atau kelainan psikis suka mengasingkan diri, paranoia atau

kelainan psikis suka mengasingkan diri karena ketakutan, affective psychosis

atau kelainan emosi secara psikis, dan depression atau kemuraman (the

Departement of Heakth of USA, 1995 dalam Gregory, et al., 1999:17).

b. Anak-anak dengan hendaya mendengar mempunyai kesulitan psikologis yang

diperoleh dari sejumlah faktor eksternal, seperti kurangnya bimbingan dan

bantuan orang tua dan keluarga, kesadaran orang-orang di sekitarnya terhadap

permasalahan dari anak dengan hendaya mendengar, lingkungan hidup, budaya

dan model-peran dari anak-anak dengan hendaya mendengar (Gregory, et al.,

1999:19).

c. Dalam keterampilan kognitif berkaitan dengan prestasi akademik pada

umumnya kemampuan mengingat dari anak-anak dengan hambatan mendengar

sangat singkat sekali, hanya dalam hitungan beberapa detik tidak sampai menit.

Untuk hal ini diperlukan kegiatan-kegiatan khusus dalam layanan pendidikan

agar mereka mampu membaca, memahami isi bacaan, dan mengingat angka-

angka. Banyak terjadi anak dengan hendaya mendengar berkesulitan membaca

Page 18: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

126

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

(Lewis, V., 20003:136). Olehkarenanya mereka memerlukan suatu metode

pembelajaran yang lebih menekankan pada peng-ucapan bahasa.

d.Ketidakmampuan dalam belajar pada kelompok tertentu dari anak-anak dengan

hendaya mendengar disebabkan oleh adanya hendaya visual, dyslexia, cerebral

palsy, dan emosional (Gregory, et al., 10\999:31).

e. Perkembangan bahasa dan komunikasi pada anak-anak dengan hendaya

mendengar secara umum kurang sempurna, khususnya saat menggunakan

bahasa seperti pada kemampuan pemahaman bahasa. (Hallahan & Kauffman,

1986:251; dan 1991:274).

f. Prestasi akademik anak-anak dengan hendaya mendengar khususnya dalam

kemampuan membaca pada umumnya sangat kurang (Hallahan & Kauffman,

1991:276).

g. Dikarenakan dalam kehidupan nyata yang dialami anak-anak dengan hendaya

mendengar, tumbuh besar dan hidup dalam suatu lingkungan yang terisolasi

maka mereka membutuhkan adanya interaksi sosial dan perasaan diterima oleh

orang-orang sekelilingnya. Ini berarti bahwa anak-anak dengan hendaya

mendengar mempunyai hambatan dalam berkomunikasi. Dalam hal ini

diperlukan pendekatan khusus dalam kegiatan belajar mengajar berkaitan

dengan aspek komunikasi, yaitu: 1) latihan auditori, 2) berbicara bibir , 3)

bahasa isyarat dan ejaan huruf dengan jari-jemari. Latihan auditori melibatkan

tiga sasaran pokok, yaitu: a) perkembangan kesadaran bunyi, b) perkembangan

kemampuan membuat perbedaan secara nyata tentang bunyi-bunyi yang ada di

lingkungannya, c) perkembangan kemampuan membedakan bunyi-bunyi dalam

berbicara.

Page 19: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

127

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Ada tiga bentuk yang berbeda dari rangsang bunyi yang dibutuhkan dalam suatu

program latihan terhadap anak-anak dengan hendaya mendengar, yaitu: a)

rangsang yang diperoleh dari lingkungan dimana komunikasi itu terjadi, b)

rangsang secara langsung diikuti dengan pesan, tetapi bukan bagian dari hasil

kemampuan bicara, c) rangsangan langsung berkaitan dengan produksi bunyi

pembicaraan. (Hallahan & Kauffman, 1987:258-263; dan 1991:279-282).

g. Dari data hasil penelitian para ahli menyatakan bahwa anak-anak dengan

hendaya mendengar umumnya mempunyai kesulitan pada keseimbangan dan

koordinasi gerak tubuh, termasuk didalamnya koordinasi dinamika gerak,

koordinasi gerak visual dan gerak berpindah (Lewis, V. 2003:98). Terdapatnya

kesulitan gerak keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh pada anak dengan

hendaya mendengar merupakan salah satu alasan utama diperlukannya aplikasi

gerak irama dalam proses pembelajarannya.

Mengenai hambatan yang dihadapi oleh anak-anak dengan hendaya

berbicara, secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Anak-anak dengan hendaya berbicara mempunyai komunikasi yang kurang

baik (defective in communication), seperti bicara gagap, bicaranya terbata-

bata, ucapan yang membingungkan, dan tidak jelas atau sulit dipahami.

Dalam berkomunikasi dengan anak-anak yang mempunyai hendaya berbicara,

sistem verbal sering digunakan sebagai alat berinteraksi dengan mengenal

tanda-tanda non-verbal meliputi kontak mata, ekspresi wajah, orientasi tubuh

dan komunikasi yang dilakukan dengan jarak dekat atau keterarahan wajah

(Ashman & Elkin, 1994:172).

Page 20: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

128

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

b. Umumnya anak-anak dengan hendaya berbicara mempunyai hambatan

perkembangan bahasa, khususnya dalam struktur kalimat yang kompleks. Di

sekolah, penerapan latihan-latihan berbahasa dengan menggunakan

keterampilan metalinguistik sangat penting. Metalinguistik diartikan sebagai

penggunaan bahasa untuk mengomentari ucapan-ucapan dalam komunikasi

yang salah ucap, misalnya “kapang dara bang ri” dikomentari dengan “kapal

udara terbang sendiri” ((Ashman & Elkins, 1994:191).

c. Pada anak-anak dengan hendaya berbicara terdapat kelemahan pada otot-otot

alat bicaranya yaitu adanya kelumpuhan pada alat bicara (misalnya paralysis)

yang diakibatkan dysarthia atau artikulasi bicara yang kurang baik yang

disebabkan oleh adanya kerusakan pada sistem syaraf pusat.

d. Adanya ketidakteraturan dalam koordinasi neurologis sehingga saat berbicara

terlihat kacau walaupun otot-otot pada organ bicara masih dapat bekerja

dengan baik. Saat berbicara banyak dilakukan lompatan-lompatan, banyak

berhenti dan sering mengulang-ulang kata disebabkan oleh adanya dyspraxia

atau apaxia atau ketidakmampuan untuk berbicara karena faktor hendaya

gerak pada otot-otot organ bicaranya berkaitan dengan proses

interneurosensory (Ashman & Elkins, 1994:195).

e. Adanya penurunan kemampuan persepsi bicara sehingga dalam berbicara

kata-kata yang diucapkan sangat sedikit. Salah satu sebabnya dikarenakan ada

faktor kesulitan fonologis (Bishop, 1999:51) atau gangguan artikulasi

(Hallahan & Kauffman, 1986:199). Kemampuan persepsi bicara melibatkan

dua keterampilan yang saling melengkapi, yaitu kemampuan

mendiskriminasikan bunyi bunyi yang berbeda dan kemampuan untuk

Page 21: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

129

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

mengucapkan bunyi akustik yang berbeda. Untuk mengembangkan persepsi

berkaitan dengan pendengaran atau persepsi dengar perlu dilihat adanya tiga

perbedaan kemampuan yang saling terkait diantara: 1) deteksi bunyi, yaitu

kemampuan mengeluarkan suara, 2) kemampuan membedakan bunyi, yaitu

kemampuan untuk dapat mengatakan bunyi-bunyi yang berbeda secara

terpisah, dan 3) klasifikasi bunyi, yaitu kemampuan untuk menginterpretasi

bunyi melalui hubungan diantara klasifikasi bunyi berdasarkan atas

pengalaman sebelumnya (Bishop, 1999:52).

B. Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran

1. Pendekatan yang diperlukan

Pendekatan layanan pendidikan bagi anak-anak dengan hendaya

mendengar khususnya dalam kegiatan belajar mengajar perlu memperhatikan

karakteristik perkembangan kemampuan mereka sebagai berikut.

1. Terdapat kemunduran dalam koordinasi dinamika gerak

2. Terdapat kemundurun pada kemampuan kordinasi gerak visual

3. Terdapat kelambatan saat melakukan gerakan berpindah disebabkan

perkembangan persepsi gerak yang kurang.

4. Dari ketiga hal tersebut pada nomor 1 sampai 3, menyebabkan anak-anak

dengan hendaya mendengar (khususnya tuli) berkesulitan dalam melakukan

gerak keseimbangan dan koordinasi gerak-tubuh (Lewis, V. 2003:98).

5. Di sisi lain, anak-anak dengan hendaya mendengar selain mempunyai hendaya

dalam mendengar walaupun dengan pemberian bantuan berupa visual, juga

selalu lambat dalam melakukan tanggapan terhadap rangsang yang bersifat

visual.

6. Terdapat kemunduran pada kemampuan persepsi gerak pada anak-anak

dengan hendaya mendengar menyebabkan mereka sering melakukan

kesalahan-kesalahan gerak.

Page 22: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

130

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

7. Perkembangan kemampuan berbahasa dan berfikir pada anak-anak dengan

hendaya mendengar saling mempengaruhi satu sama lainnya secara erat.

Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka pendekatan yang dapat

dilakukan saat kegiatan belajar mengajar bagi mereka yang tergolong dengan

anak-anak dengan hendaya mendengar adalah seperti di bawah ini.

1. Setiap program pembelajaran hendaknya disusun dengan memasukkan kapan

dan bagaimana pemberian bantuan dan intervensi dengan memberikan

petunjuk khusus oleh guru. Petunjuk khusus hendaknya bersifat dapat dilihat.

2. Sebaiknya dalam kegiatan belajar mengajar terhadap anak-anak dengan

hendaya mendengar dipergunakan bahasa isyarat, bahasa jari, dan lebih

ditekankan menggali kemampuan berbicara atau dapat diterapkannya pola

total komunikasi.

3. Saat guru memberikan tanda-tanda khusus dan memberikan penjelasan dalam

kegiatan belajar mengajar terhadap siswa-siswa dengan hendaya mendengar,

seharusnya dilakukan dengan bertatap muka secara langsung atau dengan

keterarahan wajah sehingga proses pembelajaran banyak membantu para

siswa.

4. Pola penyampaian petunjuk khusus (yang bersifat dapat dilihat saat terjadinya

komunikasi antara anak-anak dengan orang lain yang mampu mendengar)

sangat dianjurkan untuk dilakukan semenjak mereka berusia dini.

5. Dalam kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan pola gerak irama

hendaknya seorang guru menyusun program pola-geraknya dengan lebih

menitik-beratkan pada pemberian latihan-latihan gerak keseimbangan dan

kemampuan merespon secara visual. Sedangkan saat memberikan intervensi

Page 23: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

131

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

diperlukan keterarahan wajah. Program pola gerak yang akan disusun

sebaiknya berdasarkan atas informasi-informasi yang dianggap memenuhi

“kebutuhan” setiap anak dengan hendaya mendengar dimana informasinya

diperoleh melalui kegiatan asesmen.

6. “Asesmen kebutuhan” terhadap anak-anak dengan hendaya mendengar dapat

dilakukan guru dengan menggunakan tes baku. Tes baku dalam hal ini adalah

tes yang mempunyai instrumen yang dapat dipakai untuk memantau atau

dengan pengamatan langsung terhadap perilaku-perilaku khusus (bukan

dengan tanya-jawab), dan kemampuan kognisi dan sosial dari setiap anak yang

bersangkutan. Need assessment dalam kegiatan ini disarankan menggunakan

dua pola instrumen, yakni (a). Play Assessment Chart (PAC) untuk mengukur

kemampuan fungsional berkaitan dengan kemampuan sensorimotor, interaksi

sosial, kreativitas dan berbahasa serta (b) Geddes Psychomotor Inventry (GPI)

untuk mengukur sampai sejauhmana penyimpangan-penyimpangan gerak-

tubuh dari anak dengan hendaya mendengar tersebut, khususnya terhadap

gross dan fine motor.

Terhadap anak-anak dengan hendaya berbicara sebaiknya pendekatan

layanan pembelajaran yang menggunakan pola gerak irama lebih memperhatikan

pada upaya-upaya guna meningkatkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut.

1.Komunikasi secara oral, khususnya terhadap anak-anak yang mempunyai

komunikasi yang kurang baik atau defective in communication seperti bicara

mengganggap, dalam berbicara yang dilakukan dengan pelat atau terbata-bata,

ucapannya membingungkan dan sulit dimengerti.

Page 24: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

132

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

2. Kemampuan bahasa berkaitan dengan penggunaan struktur kalimat yang

kompleks, sebaiknya dilakukan intervensi saat itu pada ucapan-ucapan dengan

susunan kalimat yang diucapkan salah, baik penghilangan huruf maupun

ketidaklengkapan bunyi suatu kata.

3. Program pembelajaran dengan mengaplikasikan pola gerak irama terhadap

anak-anak dengan hendaya berbicara sebaiknya melibatkan upaya-upaya untuk

meningkatkan keterampilan berbicara berkaitan dengan kemampuan

membedakan bunyi dan pengucapan bunyi akustik yang berbeda. Oleh

karenanya pola gerak yang disusun guru seyogyanya diikuti dengan

penyampaian bentuk-bentuk tugas khusus guna meningkatkan kemampuan

pengucapan pada setiap terminal penghentian gerakan pada suatu pola geraknya.

2. Rancangan Pembelajaran

Sebelum menyusun program pembelajaran berupa rancangan

pembelajaran dengan mengaplikasikan pola gerak irama, diperlukan informasi-

informasi penunjang yang dianggap penting berkaitan dengan “kemampuan dan

kelemahan” setiap peserta didik dengan hendaya mendengar atau berbicara.

Informasi-informasi tersebut dipakai sebagai bahan rujukan utama dalam

rancangan pembelajaran, selain kurikulum yang berlaku. Informasi-informasi

penting tersebut diperoleh melalui kegatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Asesmen terhadap kemampuan fungsional dengan menggunakan instrumen

Play assessment Chart (PAC). Kegiatan ini sebagai bentuk pre tes untuk

memperoleh informasi berkaitan dengan perkembangan kognitif setiap peserta

didik bersangkutan.

Page 25: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

133

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

b. Asesmen dengan Geddes Psychomotor Inventory (GPI) guna mendapatkan

informasi berkaitan dengan kemampuan gerak dan koordinasi gerak sesuai

dengan tingkat umur kronologis (CA) setiap peserta didik yang mempunyai

hendaya mendengar atau berbicara. Kegiatan ini merupakan kegiatan pre tes

berkaitan dengan informasi tentang kemampuan sosial setiap peserta ddik

bersangkutan.

c. Mempersiapkan formulir-formulir instrumen pengamatan perilaku sasaran

(target behavior), yaitu: 1) Jurnal Harian yang akan dikerjakan oleh guru

kelas, 2) Format FIAC yang akan diisi oleh guru lain atau guru bidang studi

yang bertindak selaku observer, 3) Formulir pencatatan perilaku sasaran,

berupa recording sheet for rate data yang akan diisi oleh guru pengamat

(bentuk format tersebut dapat dilihat pada Lampiran Instrumen).

a. Langkah-langkah Kegiatan Pembuatan Rancangan Pembelajaran

1). Melakukan tes awal (pre test) untuk mengukur tingkat kemampuan fungsional

dengan instrumen PAC. Instrumen ini memberikan informasi tentang

kemampuan dan kelemahan berkaitan dengan sensorimotor, kreativitas,

interaksi sosial, dan berbahasa.

2). Melakukan tes awal berkaitan dengan kemampuan gerak dan koordinasi gerak

dengan GPI. Hasil kegiatan asesmen dengan instrumen GPI ini akan dapat

memberikan informasi berkaitan dengan perkembangan gerak dan koordinasi

gerak tubuh setiap peserta didik bersangkutan.

3). Menganalisis hasil kegiatan 1) dan 2) guna mengetahui secara jelas tentang

kemampuan fungsional setiap peserta, dan kemampuan gerak dan koordinasi

gerak tubuh dari setiap peserta didik dengan hendaya mendengar atau hendaya

Page 26: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

134

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

berbicara. Faktor-faktor ini dipakai sebagai rujukan atau bahan pertimbangan

utama saat menyusun pola gerak berdasarkan konsep-konsep interaksi gerak

(lihat Gambar 2.1 di Bab I).

4). Dalam menyusun pola gerak hendaknya diselaraskan dengan kurikulum yang

sedang diberlakukan (sekarang ini adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi),

dan disesuaikan dengan target bidang studi yang akan dibuat rancangan

pembelajaran dengan mengaplikasikan pola gerak irama.

5) Buatlah rancangan pembelajaran berbasis gerak irama dengan memasukkan

hal-hal sebagai berikut ini.

a) Kompetensi yang akan dicapai dalam bidang studi tertentu, sebagai

sasaran akhir rancangan pembelajaran

b) Sasaran akhir rancangan pembelajaran berupa target behavior tertentu

yang akan selalu dievaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar

(Formulir yang dipakai adalah: Formulr Pencatatan Target Behavior atau

Recording Sheet for Rate Data, Lihat pada Lampiran Instrumen).

c) Intervensi-intervensi khusus berkaitan dengan kesulitan-kesulitan tertentu

dari setiap peserta didik, apakah siswa dengan hendaya mendengar atau

siswa dengan hendaya berbicara. Intervensi-intervensi ini hendaknya

secara jelas dan tegas, kapan dan bagaimana dilakukan dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

6) Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, kegiatan-kegiatan yang

dilakukan adalah seperti di bawah ini.

Page 27: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

135

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

a) Membuat grafik A-B-A design, datanya diperoleh dari pengamatan terhadap

perilaku sasaran selama proses kegiatan belajar mengajar yang telah dicatat dalam

recording sheet for rate data.

b) Menganalisis grafik A-B-A design untuk mengetahui tingkat stabilitas

perkembangan perilaku sasaran (trend stability).

c) Melakukan post test dengan PAC dan GPI, kemudian membandingkannya

dengan hasil-hasil pre test. Perbandingan ke dua sisi ini akan mengetahui secara

nyata tentang perkembangan kognitif dan sosial setiap peserta didik.

d) Menganalisis hasil kegiatan 6) b) dan 6) c) untuk mengambil kesimpulan akhir.

b. Petunjuk Khusus selama Kegiatan Rancangan Pembelajaran

1). Melakukan tes awal dan akhir dengan instrumen PAC dan GPI sesuai dengan

instrumen yang telah disediakan.

3) Tentukan terlebih dahulu karakteristik siswa yang bersangkutan yang benar-

benar spesifik dari setiap siswa dengan hendaya mendengar atau berbicara.

3). Petunjuk-petunjuk khusus selama proses kegiatan belajar mengajar dengan

pola gerak irama hendaknya dilakukan secara bertahap, kapan dan bagaimana

dilakukan serta selalu dengan keterarahan wajah, baik pada setiap terminal

pergantian pola gerak maupun selama kegiatan suatu gerakan.

Langkah-langkah Penyusunan Rancangan Pembelajaran sebagai berikut.

Langkah 1. Melakukan tes awal dengan Play Assessment Chart (PAC) guna

mengukur sampai sejauhmana kemampuan fungsional dari siswa dengan hendaya

mendengar/ berbicara. Sebagai contoh, di bawah ini disampaikan bentuk hasil tes

awal dengan PAC terhadap siswa dengan hendaya mendengar. Perolehannya

sebagai berikut.

Page 28: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

136

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Kode/No. PERILAKU SKOR

a.

1.

Menoleh setelah mendengar suara (sesuai dengan umur mental)

…0…

2. Bola mata bergerak mengikuti benda yang digerakkan …1…

3. Meraih benda yang dapat bergerak …1…

4. Menengadahkan kepala pada posisi tiarap …1…

5. Duduk tanpa sandaran …1…

6. Merangkak dari satu tempat ke tempat lain …1…

Jumlah Skor (a) : 5

ab.

25.

Mengenali lagu atau nyanyian yang didengarnya

…0.....

26. Menempelkan gambar pada papan gambar …1…

27. Membuka sekerup yang ada pada sebuah mainan …1…

28. Meletakkan bagian pada mainan bongkar-pasang sesuai dengan

tempatnya, sedikitnya 3 buah

.......1....

29. Bermain di pasir dengan ember dan sekop ……1

30. Berjalan rapih pada tempat yang rata ……0

Jumlah Skor (ab) : 4

b.

49.

Mengenali suara yang nyaring (90 dB)

…0…

50. Membuat gambar bujur-sangkar …1…

51. Memotong selembar kertas menjadi bagian-bagian yang kecil …1…

52. Bermain teka-teki sekurang-kurangnya enam bagian …1…

53. Berayun tanpa bantuan orang lain …0…

54. Mengendarai sepeda roda tiga …1…

Jumlah Skor (b) : 4

c.

73.

Mengenali suara binatang dari sebuah rekaman /tape recorder

.0.....

74. Membuat gambar segitiga 1…

75. Memotong gambar sesuai alur bentuknya 1…

76. Bermain teka-teki, sedikitnya 16 bagian 1…

77. Meloncat-loncat dengan tali karet gelang 0…

78. Berjalan seimbang sepanjang tepi ubin/ papan yang menyempit 0…

Jumlah Skor (c) : 3

d.

97.

Mengenali bunyi pertama dari sebuah kata yang ia dengar

…0…

98. Memegang pensil dengan cara yang benar …1…

99. Memotong sebuah angka dengan tepat sesuai bentuknya …1…

100. Mengumpulkan benda kesukaannya (misalnya: perangko, gambar

anak)

.....1....

101. Berenang …0…

102. Mengendarai sepeda roda dua …1…

Jumlah Skor (d) : 4

Jumlah seluruh skor F.1 dan Prosentasenya = 20 : 30 X 100 % = 66,66 %

F. 1. CHECKLIST KETERAMPILAN SENSORI MOTOR

Page 29: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

137

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Jumlah seluruh skor F.2. dan Prosentasenya = 16 : 30 X 100% = 53, 33 %.

Kode/No PERILAKU SKOR

a.7. Menunjukkan minat yang tetap kepada benda-mainan ....1.....

8. Menunjukkan minat yang tetap pada lagu/musik …0…

9. Dapat memasukkan benda ke mulut …1…

10. Menyelidiki sesuatu dengan cara : melihat, mendengar, menyentuh, memutar, dan lainnya.

0

11. Menemukan mainan yang disembunyikan, dalam waktu singkat 0

12. Menyukai sosio-drama, yang membuat orang lain tertawa 0

Jumlah Skor (a) : 2

ab. 31. Menulis dengan pensil 1

32. Mengikuti alunan musik dengan gerakan tubuh .....0....

33. Menyusun menara dengan 4-5 buah balok …1…

34. Meletakkan 3-4 balok besar serempak, contoh:”duplo-logo” …1…

35. Mencari mainan yang baru saja disembunyikan dengan cepat 0

36. Bermain dengan binatang peliharaan 1

Jumlah Skor (ab :… 4…

b. 55. Pernah melakukan kegiatan melukis dan mewarnai ….1.

56. Bergerak mengikuti irama .....0

57. Membangun sebuah bentuk berdasarkan bahan yang telah tersedia … 1

58. Menciptakan sendiri lagu-lagu yang lucu 0

59. Menyatakan keinginan pada hari ulang tahun / hari-hari besar 1…

60. Suka berpakaian dengan gaya yang lucu .. 1....

Jumlah Skor (b ):... 4..

c. 79. Menggambar sesuatu yang mirip bendanya 0

80. Menari bebas diiringi musik 0

81. Membangun bentuk dengan balok-kecil, contoh: “lego” 1

82. Suka mendengarkan suara yang berirama 0

83. Melakukan permainan imajinatif 1

84. Suka berlagak 1

Jumlah Skor (c) : 3

d. 103. Menggambar / melukis pada waktu-waktu senggang 1

104. Bermain musik, menyanyi, menari di waktu senggang 0

105. Membuat pekerjaan tangan di waktu senggang 1

106. Bermain bersama dengan binatang peliharaan di waktu senggang 1

107. Berpartisipasi aktif dalam bermain atau bercanda 0

108. Tertarik pada drama yang menggunakan boneka/ golek/ wayang 0

Jumlah Skor (d ): 3

F. 2.

CHECKLIST KETERAMPILAN KREATIVITAS F2.

Page 30: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

138

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Kode

/No. PERILAKU

SKOR

a.13. Menampilkan wajah dengan tersenyum 1

14. Membalas senyuman 1

15. Tertarik pada bayangan sendiri dalam cermin 1

16. Menunjukkan miliknya kepada orang lain 1

17. Bermain “Ci Luk Ba !” 0

18. Menonton anak-anak lain yang sedang bermain 0

Jumlah Skor (a) : 4

ab.37 Berpura-pura menjadi: seekor singa, mobil, dan sebagainya 0

38. Bermain bola dengan anak remaja 1

39. Membuat mainan sesuai dengan petunjuk 1

40. Bermain : “mengambil dan menerima” 0

41. Tetap bermain ketika ayah/ibu tidak ada 0

42. Bermain sendiri dan tidak tergantung pada orang lain 0

Jumlah Skor (ab) : 2

b. 61. Berbicara seperti seorang ayah/ ibu 0

62. Mengikuti permainan sederhana sesuai aturan, misalnya: menunggu giliran 0

63. Mengetahui perbedaan mainannya dengan mainan anak lain 1

64. Meminjamkan mainannya kepada anak lain 0

65. Ketika bermain, menirukan perilaku anak remaja 0

66. Bermain boneka sesama teman dengan baik 0

Jumlah Skor (b) : 1

c. 85. Mengambil peran , sesuai aturan, dalam kelompok bermain 0

86. Mengikuti permainan ”jual-beli” sesuai dengan aturan 0

87. Mengambil bagian dalam permainan, seperti “sembunyi dan mencari” 0

88. Bermain kartu, contohnya: “Black-Jack” 1

89. Senang bermain dengan teman sebaya, dari pada orang dewasa 1

90. Membantu pekerjaan sehari-hari di rumah 1

Jumlah Skor (c) : 3

d.109 Mengambil peran-peran berbeda dalam “bermain peran” (role playing) 0

110. Mengikuti permainan, seperti “monopoli” sesuai dengan aturan 1

111. Bekerjasama dalam kelompok, sekurang-kurangnya 4 pasang 0

112. Berpartisipasi aktif dalam permainan beregu, misalnya : sepakbola 0

113. Turut aktif dalam diskusi 0

114. Berpartisipasi dalam organisasi sosial sekolah, misalnya: Pramuka 1

Jumlah Skor (d) : 2

Jumlah seluruh skor F.3. dan Prosentasenya = 12 : 30 X 100% = 40 %.

F. 3 CHECKLIST KETERAMPILAN INTERAKSI SOSIAL

Page 31: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

139

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Kode/

No. PERILAKU SKOR

a.19. Mengenali suara orang yang berada disekitarnya 0

20. Dapat meraban / mengoceh 0

21. Bereaksi langsung bila disebut namanya 0

22. Bereaksi bila mendengar kata-kata “Ayah pulang !” 0

23. Mencoba meniru bicara ( tekanan, kata-kata atau gerak tubuh orang yang

berbicara)

0

24. Menyukai gambar yang sederhana dalam buku-bacaan 1

Jumlah Skor (a): 1

ab. 43. Bertanya “Apakah ini?”( dengan suara / gerak tubuh) 1

44. Berkata : “Ibu” atau “Ayah” 0

45. Menyebutkan namanya sendiri 1

46. Mengerti makna kata-kata: “Tunjukkan hidungmu!” 0

47. Dapat menggunakan konsep tentang besar / kecil 1

48. Menyukai cerita dalam buku pelajaran 1

Jumlah Skor (ab): 4

b. 67. Bertanya: „Apa gunanya ini?‟ 1

68. Menceritakan kisah dari sebuah gambar 0

69. Menyebutkan warna, sekurang-kurangnya 4 macam 0

70. Mengerti terhadap kata-kata: “Dimana mainanmu ?” (untuk Pria) / “Dimana

boneka kesayanganmu?‟ (untuk wanita).

1

71. Menggunakan konsep-konsep, misalnya beberapa / tak satupun 1

72. Menyukai cerita 0

Jumlah Skor (b): 3

c. 91. Bertanya: “Mengapa ini semua terjadi?” 0

92. Menjawab pertanyaan : “Apakah apel itu ?” 0

93. Mengenal tulisan nama sendiri 1

94. Menceritakan pengalamannya (dengan gerak tubuh / lisan) 1

95. Dapat menggunakan konsep : pertama / terakhir 1

96. Suka mendengarkan cerita anak 0

Jumlah Skor (c) : 3

d. 115. Membaca kata-kata sederhana 0

116. Membaca buku pelajaran sederhana 0

117. Menulis namanya sendiri 1

118. Menuliskan makna suatu gambar 1

119. Menulis surat 1

120. Membaca lantang sajak atau cerita 0

Jumlah Skor (d) : 3

Jumlah seluruh skor F.4. dan Prosentasenya = 13 : 30 X 100% = 43,33 %

F. 4.

CHECKLIST KETERAMPILAN BERBAHASA

SECARA KONSEPTUAL

Page 32: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

140

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

BAGAN 3.1 ASESMEN PAC

Cara Pengisian Bagan Asesmen:

(Dihitamkan dengan pinsil/ diaransir)

Keterampilan anak yang memperlihatkan kondisi Yang dapat ia lakukan secara wajar

(Tetap dikosongkan/ tidak diwarnai) Jika anak yang bersangkutan tidak mampu

melakukan kondisi yang diterapkan Langkah 2.

119

97

98

99

100

101

102

103

104 105 106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116 117 118

120

24 23 22 21 20

19

1

2

3

4

5

6

7 8 9 10 11

12

13

14

15

16

17

25

26

27

28

29

30

31 32 33 34 35

36

37

38

39

40

41

42

43 44

45 46 47 48

49

50

51

52

53

54

55 56

57 58 59

60

61

62

63

64

65

66

67 68

69 70 71

72

73

74 51

75

76

77

78

79 80

81 82 83

84

85

86

87

88

89

90

91 92 93 94 95

96

a

a a

a

ab ab

ab ab

b

d

c

b

b

d

c

c

d

b

c

d

18

Page 33: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

141

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Tes awal dengan menggunakan instrumen Geddes Psychomotor

Inventory (GPI) untuk mengetahui kemampuan gerak dan keseimbangan tubuh

dari anak yang mempunyai hendaya mendengar. Di bawah ini sebagai contoh

adalah siswi dengan hendaya mendengar berusia 10 tahun yang duduk di kelas 3

sekolah dasar luar biasa, hasil-hasil yang diperoleh sebagai berikut.

PROFIL GPI UNTUK USIA 9 HINGGA 13 TAHUN

(INTERMEDIAL LEVEL)

Cara Pengisian Jawaban: Berilah tanda Checklist (V) pada kolom berangka berikut: Angka 4 Jika anak dapat Melakukan Sendiri

Angka 3 Jika anak melakukannya dengan Pertolongan Minimal

Angka 2 Jika anak melakukan dengan Pertolongan Sedang Angka 1 Jika adak dapat melakukannya dengan Pertolongan Maksimal

Angka 0 Jika anak Tidak dapat melakukannya.

No. Tingkat Penguasaan 4 3 2 1 0

Gerak Dasar dan Daya Gerak:

A.1 Berjalan……………………………………………………. v

A.2 Berlari…………………………………………………. v

A.3 Memanjat v

A.4 Mekanisme Gerak Tubuh………………………… v

Penguasaan Alat:

B.5 Melakukan Gerakan pada “Palang Sejajar “ …………………. v

B.6 Bergerak melewati ”Peti Limpat” ……………………………. v

Kemampuan Gerak dalam Air :

C.7 Melakukan gerakan tubuh di permukaan air v

C.8 Mengapung di air ……………………………………………. v

C.9 Meluncur dalam air ………………………………………….. v

C.10 Melakukan gerakan tangan dan kaki dalam air ……………… v

C.11 Berenang dengan salah satu gaya ……………………………. V

Penguasaan Terhadap Bola/ Benda :

G.25 Melempar ……………………………………………………. v

G.26 Menangkap ………………………………………………….. v

G.27 Menendang …………………………………………………. v

G.28 Memukul dengan alat pukul v

Jumlah masing-masing : 3 9 3 - -

= X =

Data yang terkumpul ini menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan

dalam melakukan gerak psikomotor masih memerlukan bantuan orang lain.

45 3

Page 34: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

142

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

KEMAMPUAN PERSEPSI GERAK

(PERCEPTUAL MOTOR SKILL) Cara Pengisian Pada Kolom Berangka: Berilah tanda Checklist (V) pada kolom berangka, sebagai berikut:

Angka 4 Jika anak dapat Melakukan Sendiri Angka 3 Jika anaklakukannya dengan Pertolongan Minimal

Angka 2 Jika anak melakukan dengan Pertolongan Sedang Angka 1 Jika adak dapat melakukannya dengan Pertolongan Maksimal

Angka 0 Jika anak Tidak dapat melakukannya.

Nomer: Jenis Kemampuan 4 3 2 1 0 A. Penglihatan Dekat, Dengan Jarak 1 Meter.

A.1 Mata mengikuti garis tegak lurus V

A.2 Mata mengikuti garis sejajar V

A.3 Mata mengikuti garis horizontal V

A.4 Mata mengikuti pola berbentuk bundar V

B. Jarak : Jauh 3 meter.

B.5 Mata mengikuti garis tegak lurus V

B.6 Mata mengikuti garis sejajar V

B.7 Mata mengikuti garis horizontal V

B.8 Mata mengikuti pola berbentuk bundar V

B.9 Mata ditujukan ke titik pusat – pandang. V

C. Membedakan Bentuk Melalui Daya Pandang:

C.10 Mencocokan beberapa bentuk geometris V

C.11 Mencocokan beberapa bentuk suatu benda. v

C.12 Membuat bentuk angka: 1 V

C.13 Membuat bentuk benda - - - V

C.14 Membuat bentuk : O V

C.15 Membuat bentuk tanda : + V

C.16 Membuat bentuk gambar : V

C.17 Membuat bentuk gambar : V

D. Membedakan Bentuk Melalui Daya Pandang :

D.18 Mampu menyusun bentuk O yang berbeda ukuran secara tepat V

D.19 Memahami konsep tentang Besar dan Kecil V

E. Mengetahui Perbedaan Warna :

E.20 Dapat mencocokan warna-warna V

E.21 Memilih warna V

E.22 Menyebutkan nama jenis warna V

F. Koordinasi Mata – Tangan:

F.23 Garis lurus dengan titik-titik tegak ( : ) V

F.24 Garis tegak dengan titik-titik mendatar ( …… ) V

F.25 Garis menyilang dengan titik-titik menyilang ( ) V

G. Kemampuan Memadukan :

G.26 Dapat membedakan bentuk 6 potongan-potongan kecil ke dalam

bentuk (misalnya dengan potongan-potongan gambar “bebek”)

V

G.27 Dapat memadukan 14 bagian menjadi kesatuan utuh (misalnya:

Gambar seorang tukang penjual susu)

V

H. Menggapai Benda-benda Padat Melalui Sentuhan (Stereonosis)

H.28 Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah

sisir.

v

H.29 Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah

sendok.

V

H.30 Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah

sikat gigi.

V

Page 35: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

143

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

I. Pendengaran:

I.31 Dapat membedakan suara : Lemah – Kuat V

I.32 Dapat menggolongkan suara lemah dan kuat V

I.33 Melalui pendengaran, dapat membedakan objek yang berada di

depan dan di belakangnya walau dengan mata terpejam.

V

I.34 Mampu menirukan bunyi (setelah mendengar) misalnya : do-re-mi V

J. Konsep Tentang Tubuh:

J.35 Memahami dengan benar terhadap nama masing-masing anggota

tubuh (sambil menunjukan bagian tubuh tersebut)

v

J.36 Memahami fungsi anggota tubuh antara bagian yang satu dengan

yang lainnya (misalnya dengan mampu membuat gambar tentang

dirinya)

V

J.37 Dapat menyusun teka-teki gambar tubuh anak laki-laki / wanita

sesuai dengan bagian-bagian tubuh.

v

J.38 Mampu memanipulasi tubuhnya melewati sebuah rintangan. v

J.39 Memahami hubungan antara bagian-bagian tubuh dengan benda-

benda di sekitarnya (misalnya meletakan kemeja pada tubuh secara

benar)

v

J.40 Dapat merasakan perasaan sedih atau gembira dengan cara menagis

atau tertawa.

V

J.41 Kesadaran tubuh secara gerak kinestetik (dapat mengulangi gerakan

lengan ke arah sisi dan menurunkannya secara terpejam)

V

J.42 Kesadaran kinestetik secara gerak halus V

K. Memahami Posisi Tempat:

K.43 Dapat mengangkat kedua tangan ke atas. v

K.44 Dapat menempatkan kedua lengan pada posisi bawah tubuh. V

K.45 Dapat meletakan kedua lengan di depan tubuh. v

K.46 Dapat meletakan kedua lengan di belakang tubuh. v

K.47 Dapat menaruh kedua lengan di atas kepala. V

K.48 Dapat menaruh kedua lengan di bawah kursi V

K.49 Dapat menaruh kedua lengan di samping tubuh. V

K.50 Dapat mengenali tangan Kanan V

K.51 Dapat mengenali tangan Kiri. V

L. Hubungan dengan Pola Ruang:

L.52 Dapat menirukan suatu pola bentuk dengan tiga balok V

M. Daerah Penglihatan: Gerak Fine Motor

M.53 Dapat membentuk sebuah betuk kotak secara aktif V

M.54 Dapat menggambar sebuah O dengan pinsil V

M.55 Dapat menggambar dengan pinsil V

M.56 Dapat menggambar tanda : X v

M.57 Dapat menggambar bentuk berbagai posisi (seperti berlian) V

M.58 Dapat melempar bola melewati kedua lutut V

M.59 Dapat menggelindingkan bola V

N. Jumlah dan Angka-angka (Pada Peg-Board):

N.60 Dapat membedakan; satu dengan banyak V

N.61 Dapat membedakan antara angka 1 dengan angka 2 V

N.62 Dapat menghitung angka sampai 10 V

N.63 Dapat memahami angka hingga 30 (dengan menghitung setinggi

mungkin)

V

N.64 Memahami konsep angka 6 (dengan cara menempelkan 6 biji peg pad board)

V

O. Konsep Waktu:

O.65 Memahami konsep waktu: siang dan malam (dapat membandingkan

antara gambar yang menandakan siang/malam)

V

O.66 Mengenali gambar tentang musim penghujan/kemarau.

V

Page 36: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

144

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

P. Memahami Sesuatu Tentang Benda:

P.67 Tahu nama sebuah benda melalui gambar V

P.68 Mengenali benda serta tahu cara menggunakannya V

P.69 Dapat menceritakan dongeng yang baru didengar.

V

Q. Konsep tentang Garis Tengah Tubuh:

Q.70 Menirukan suatu gerak sentuhan tangan kiri ke telinga kanan. V

Q.71 Menirukan gerak sentuhan tangan kanan ke telinga kiri. v

Q.72 Menirukan gerak sentuhan tangan kiri ke mata kanan. V

Q.73 Menirukan gerak sentuhan tangan kanan ke mata kiri. V

Q.74 Menggambar garis sejajar dari arah kiri ke kanan di papan tulis

dengan memakai tangan yang tidak biasa digunakan.

v

Jumlah masing-masing skor secara keseluruhan ( ) :

42

20

6

3

3

Rata-rata Skor keseluruhan ( ) :

243:74= 3,2

Dari data pengamatan tersebut di atas, diperoleh informasi bahwa siswa dengan

hendaya mendengar ini masih memerlukan bantuan dalam kegiatan berkaitan dengan

keterampilan persepsi-gerak

ADL (ACTIVITY DAILY LIVING SKILL)

ATAU KEHIDUPAN SEHARI-HARI Cara Pengisian Pada Kolom Berangka: Berilah tanda Checklist (V) pada kolom berangka, sebagai berikut: Angka 4 Jika anak dapat Melakukan Sendiri Angka 3 Jika anal melakukannya dengan Pertolongan Minimal

Angka 2 Jika anak melakukan dengan Pertolongan Sedang

Angka 1 Jika adak dapat melakukannya dengan Pertolongan Maksimal

Angka 0 Jika anak Tidak dapat melakukannya.

No. Jenis Kemampuan 4 3 2 1 0 FA.3 – Penilaian Terhadap :

FA 3.1 Reaksi sentuhan V

FA 3.2 Perasaan sakit V

FA 3.3 Penyesuaian suhu udara V

FA 3.4 Suasana hati v

FA 3.5 Daya penciuman V

FA 3.6 Daya pendengaran V

FA 3.7 Daya penglihatan V

FA 3.8 Daya tengkap terhadap perintah/suruhan v

FA 3.9 Pemahaman terhadap ruang V

FA 3.10 Merubah bentuk bangunan V

FA 3.12 Fungsi gerak persendian v

FA 3.13 Menyisir rambut V

FA 3.14 Makan tanpa dibantu orang lain V

FA 3.15 Mengencangkan kerah baju V

FA 3.16 Menarik resleting pada bagian celana/rok V

Page 37: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

145

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

FA 3.17 Mengancingkan lengan baju V

FA 3.18 Menalikan sepatu V

FA 3.19 Membungkukan badan V

FA 3.20 Penyesuaian diri terhadap lingkungan V

FA.4 – Kemampuan ADL – Makan

FA 4.1 Menyendok nasi V

FA 4.2 Memeotong/mengerat daging V

FA 4.3 Makan memakai sendok V

FA 4.4 Minum melalui pipa sedotan V

FA 4.5 Minum dengan gelas V

FA 4.6 Minum dengan cangkir V

FA 4.7 Menuangkan air ke gelas / cangkir dari tempatnya V

FA.5 – ADL – Berpakaian

FA 5.1 Menanggalkan celana panjang/pendek V

FA 5.2 Memasang ikat pinggang V

FA 5.3 Memakai kutang/BH (bagi wanita) V

FA 5.4 Memakai celana dalam V

FA 5.5 Memakai rok bawah (wanita) V

FA 5.6 Mengenakan bando (wanita)/dasi (laki-laki) V

FA 5.7 Mengenakan stocking(wanita) – kaos (laki-laki) V

FA 5.8 Mengenakan pakaian malam V

FA 5.9 Mengenakan konde / harnet (wanita) V

FA 5.10 Mengenakan kimono/mantel V

FA 5.11 Memakai jaket V

FA 5.12 Mengenakan mantel hujan

V

FA.6 – ADL – Kesehatan Diri 4 3 2 1 0

FA 6.1 Membuang ingus V

FA 6.2 Mencuci muka/tangan V

FA 6.3 Membersihkan diri setelah buang air besar V

FA 6.4 Menggosok gigi V

FA 6.5 Membersihkan rambut V

FA 6.6 Berpatut diri / make-up V

FA 6.7 Mengguntung kuku V

FA 6.8 Membersihkan kuku jari V

FA 6.9 Memakai deodorant atau wewangian tubuh V

FA 6.10 Menggunakan pembalut wanita V

FA.7 – ADL – Komunikasi

FA 7.1 Berbahasa lisan V

FA 7.2 Membaca simbol khusus misalnya taanda WC: L/W V

FA 7.3 Cara memegang buku bacaan V

FA 7.4 Cara membuha halaman buku V

FA 7.5 Menulis surat / lamaran kerja V

FA 7.6 Menggunakan telepon V

FA 7.7 Mengetik V

FA – 8 – ADL Pekerjaan berkaitan dengan tangan

FA 8.1 Cara memegang uang V

FA 8.2 Memegang surat V

FA 8.3 Menggunakan gunting V

FA 8.4 Mmbuka botol/ soples / benda lain yang sejenis V

FA 8.5 Membungkus kado atau bingkisan V

FA 8.6 Menjahit kancing / lobang kancing V

FA 8.7 Menyemir sepatu V

FA 8.8 Meruncingkan pinsil V

FA 8.9 Menutup dan membuka surat V

Page 38: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

146

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

REKAPITULASI HASIL OBSERVASI DARI ADL

No.

Urut

Jenis ADL Jumlah ( ) Re-rate ( )

1. FA-3 : Penilaian terhadap kegiatan 67 :20 = 3,3

2 FA-4 : Kemampuan ADL 27 : 7 = 3,8

3. FA-5 : ADL Berpakaian 44 : 12 = 3,6

5. FA-6 : ADL Kesehatan diri 38 : 10 = 3,8

5. FA-7 : ADL Komunikasi 16 : 7 = 2,2

6. FA.8 : Pekerjaan berkaitan dengan

tangan

34 : 9 = 3,7

Jumlah : 226 : 65 = 20,4:6 = 3,4

Dari data ADL tersebut di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan hendaya

mendengar ini masih sangat memerlukan bantuan dalam komunikasi dan kegiatan

persepsi gerak.

Langkah 3. Analis data pre tes dengan PAC

Dari hasil tes awal diperoleh data berkaitan dengan “keberadaan” siswa

dengan hendaya mendengar sebagai berikut di bawah ini.

a. Hasil PAC, menunjukkan adanya kelemahan pada daerah interaksi sosial, yakni

40%, kemudian ada kendala pada keterampilan bahasa yaitu 43,33%, dan

kreativitas yang masih dianggap rendah yaitu 53,33%.

b. Hasil GPI, memberikan informasi bahwa: Siswa dengan hendaya mendengar ini

masih memerlukan bantuan orang lain dalam kegiatan-kegiatan berkaitan

dengan : 1) psikomotor, 2) keterampilan persepsi gerak khususnya dalam hal

pola ruang, posisi tempat, konsep tentang tubuh dan pendengaran, 3) kegiatan

sehari-hari khususnya dalam hal berkomunikasi dan kegiatan-kegiatan berkaitan

dengan persepsi geraknya.

Langkah 4. Penyusunan Pola Gerak.

Dari analisis terhadap tes awal dengan PAC dan GPI diperoleh suatu

informasi yang sangat berguna bagi penyusunan pola gerak yang hendak

diaplikasikan kedalam rancangan pembelajaran bidang studi tertentu. Pola gerak

yang disusun hendaknya memperhatikan aspek-aspek berkaitan dengan upaya-

upaya yang lebih menekankan kepada peningkatan pada keterampilan persepsi

gerak, komunikasi, interaksi sosial, dan keterampilan bahasa.

Pola gerak disusun berdasarkan atas konsep-konsep interaksi gerak

(yang tertera di halaman 50 pada Bab I). Dari konsep interaksi gerak ini diperoleh

skematis pola gerak berkaitan dengan: dimana tubuh digerakan, bagaimana tubuh

digerakkan, dan hubungan gerak dengan orang/benda di sekitarnya atau

relationship.

Page 39: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

147

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Tabel 3.1.

Skematis Pola Gerak untuk Anak dengan Hendaya Mendengar

Skill Themes

Konsep Gerak

LOCOMOTOR MANIPULATIVE NON-

MANIPULATIVE

Berjalan

Lempar & Tangkap

Keseimbangan Tubuh

A. Dimana Tubuh

Digerakkan :

- Lokasi : -Ruangan Bebas -Ruangan Bebas -Ruangan Bebas

-Arah : -Ke depan -Ke depan -Ke depan

-Tingkat perluasan -Lambat ke Cepat - Berkali-kali -Ke depan dan ke-

belakang.

B. Bagaimana Tubuh

Digerakkan:

- Waktu : -Tidak cepat - Sedang -Lambat

- Tenaga : -Sedang -Sepenuhnya -Sepenuhnya

-Arah/ Alur : - Ditentukan - Ke depan -Ke depan

C. Relationship:

- Tubuh : -Gerak Teratur -Mengarah tubuh -Sikap kayang

- Objek/ Orang: -Bergandengan tangan. –Berdua berhadapan. –Di atas papan

-Bentuk sosialnya: -Bersama-sama teman. –Bergantian. –Berpasangan.

Dari skematis tersebut dibuatlah bagan pola gerak, seperti di bawah ini.

A B

C

D

E

F

G

Page 40: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

148

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Keterangan Gambar Pola-Gerak

A : Lokasi pertama untuk melakukan gerak keseimbangan berjalan di atas papan/

garis yang menyempit.

B: Lokasi kedua untuk melakukan kegiatan mengenali anggota tubuh

C: Lokasi ketiga untuk melakukan kegiatan melempar bola kasti ke keranjang

sambil menghitung perolehannya dengan suara keras/lantang.

D: Lokasi keempat untuk kegiatan membaca bacaan yang tersedia dan

menyalinnya ke dalam buku catatan siswa yang bersangkutan.

E: Lokasi kelima Siswa melakukan komunikasi antar temannya, memberi tahu

tentang kegiatan yang sudah dilakukan mereka

F: Lokasi keenam untuk melakukan latihan keseimbangan tubuh (balance).

G: Lokasi terakhir untuk melakukan kegiatan menggambar tubuh teman yang

berbaring di lantai.

O A: Kegiatan berjalan berpasangan, gerakan berjalan lambat dan dilakukan

dengan melihat kiri/kanan untuk mengambil tugas bacaan yang ditaruh

sepanjang jalan.

A B : Kegiatan berjalan berpasangan dengan temannya sambil menyanyi

lagu “naik-naik ke puncak gunung”. Gerakan jalannya berkelak-kelok.

B C : Kegiatan berjalan melewati rintangan, siswa bergandengan tangan

dengan temannya sambil memberi tahu akan adanya rintangan. Sambil

menyanyikan lagu “Lompat hai katak lompat …”

C D: Berjalan cepat sambil bergandeng-tangan dengan pasangannya.

D E: Gerakan berjalan mundur secara perlahan-lahan sambil bergandengan

tangan dengan temannya.

E F: Kegiatan untuk melakukan tukar posisi dengan pasangannya, dari kiri

ke kanan, menyanyikan lagu “Ayo cepat jangan malu-malu”

F G: Kegiatan berkomunikasi, dan menyanyi bersama-sama lagu”Disini

senang disana senang dimana-mana hatiku senang”

G O : Berjalan bergandengan tangan sambil memejamkan mata menuju

akhir kegiatan.

Dari pola gerak yang susunannya dibuat berdasarkan atas “keberadaan”

kemampuan/kelemahan siswa dengan hendaya mendengar/berbicara berdasarkan

atas hasil analisis terhadap tes GPI dan PAC, kemudian disusunlah sebuah

rancangan pembelajaran. Sebagai contoh rancangan pembelajaran untuk siswa

dengan hendaya mendengar/ berbicara sebagai berikut.

Page 41: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

149

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

CONTOH

RANCANGAN PEMBELAJARAN

UNTUK SISWA DENGAN HENDAYA MENDENGAR DAN BERBICARA

Mata Pelajaran : Pengembangan Bahasa dan

Komunikasi.

Pokok Bahasan : Kepala

Sub Pokok Bahasan : Bagian-bagian penting pada

kepala .

Kelas/Semester : II / I

Waktu : 180 jam pelajaran.

__________________________________________

I. Standar Kompetensi

Menggunakan bahasa dan persepsi gerak dalam pemecahan masalah

II. Kompetensi Dasar

Mengucapkan dan menyampaikan nama bagian-bagian kepala dengan lafal

yang benar (mata, hidung, telinga, mulut, dan pipi), secara oral maupun

menggunakan bahasa isyarat/ total komunikasi.

III. Hasil Belajar

Mampu menyampaikan nama-nama bagian kepala baik secara oral maupun

dengan bahasa isyarat atau komunikasi total.

IV. Indikator

1. Mengucapkan nama-nama bagian penting yang ada di kepala

dengan lafal yang benar.

a. Menunjukkan bagian-bagian penting pada bagian kepala sambil

diucapkan.

b. Berkomunikasi antar teman untuk menyampaikan nama-nama

penting bagian kepala.

V. Materi Pokok

Pengetahuan Bahasa dan komunikasi

VI. Alokasi Waktu

2 X 30 menit per tiap pertemuan.

VII. Pengalaman Belajar

1. Apersepsi/ Motivasi

a. Mengarahkan siswa dengan hendaya mendengar/berbicara pada situasi

belajar, dengan mengadakan percakapan tentang nama-nama penting pada

kepala.

b. Mengingatkan kembali keberadaan nama bagian-bagian kepala sesuai

dengan posisi dan tempat yang benar.

2. Kegiatan Inti

a. Siswa berada di lokasi ruang bebas, artinya tidak di dalam ruang khusus.

Kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan pengenalan nama-nama

bagian dari tubuh yang ada di kepala dengan melakukan persepsi gerak.

b. Langkah-langkah kegiatan inti sebagai berikut.

Page 42: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

150

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Langkah-langkah: Pola Gerak : Nyanyiannya:

Kegiatan 1.

Peserta didik berada pada ruang

bebas dengan posisi berpasangan dengan temannya. Gerakan yang

dilakukan dari posisi awal menuju

tempat A adalah berjalan lambat

berpasangan sambil melihat ke

kiri/ke kanan untuk mengambil

tugas bacaan. Jika menemui tugas

bacaan peserta didik berhenti

sejenak, kemudian membacanya.

Pada lokasi A setiap siswa

berjalan di atas papan/ garis yang

menyempit.

Kegiatan ke-2:

Peserta didik berpasangan dengan

temannya berjalan berkelok-kelok

menuju lokasi B. Saat berjalan

menyanyikan lagu bersama-sama.

Di lokasi B peserta didik

melakukan kegiatan komunikasi

antar teman untuk menyebutkan

bagian-penting dari anggota tubuh

yang ada di daerah kepala

Pada Kegiatan ke-

2 :

Nyanyian: “Naik

naik ke puncak

gunung” dari

lokasi A ke B.

Kagiatan ke-3:

Berjalan melalui rintangan dari

lokasi B ke C. Berjalan sambil

bergandengan tangan dengan

temannya, sambil menyanyi dan

memberi tahu adanya rintangan.

Pada lokasi C setiap peserta didik

melempar bola kasti ke keranjang

yang telah tersedia. Setiap siswa

menghitung hasil perolehan

lemparan mereka dengan suara lantang.

Kegiatan ke-4 :

Berjalan cepat menuju lokasi D

secara bergandeng tangan dengan

temannya. Tiba di lokasi D setiap

siswa membaca bacaan yang

tersedia dan menyalinnya ke

dalam buku catatan masing-

masing.

Kegiatan ke-5:

Dari lokasi D ke E setiap peserta melakukan gerakan berjalan

mundur perlahan-lahan. Mereka

melakukannya sambil bernyanyi

:‟Ayo mundur, jangan malu-

malu…”

Pada kegiatan ke-3

ini setiap siswa

menyanyikan

lagu:”Lompat hai

katak lompat”

Nyanyian pada kegiatan ke-5:

adalah “Ayo

mundur, jangan

malu-malu”.

A

B C.

D

D

E

F

G

A

C B

Page 43: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

151

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Kegiatan ke-6

Melakukan tukar posisi saat

berjalan lokasi dari lokasi E ke F.

Lagu yang mengiringi dan

dinyanyikan secara bersama-sama

adalah:”Ayo cepat!, jangan malu-

malu”

Kegiatan ke-7:

Dari lokasi F ke G melakukan

kegiatan komunikasi antar teman,

menyebutkan nama bagian penting dari tubuh di daerah

kepala. Dilanjutkan dengan

berjalan bergandengan tangan dari

lokasi G ke posisi semula.

Gerakan berjalan dari lokasi G ke

O dilakukan dengan memejamkan

mata.

Nyanyian pada

Kegiatan ke-6:

“Ayo cepat!,

jangan malu-

malu”

VIII. Sumber/ Bahan/ Alat

Sumber: GBPP atau silabi, KBK, dan buku-buku berkaitan dengan anggota

tubuh manusia untuk kelas II SLB-B.

Bahan: Meliputi nama-nama anggota bagian tubuh di daerah kepala seperti:

hidung, mata, mulut, telinga, pipi.

Alat: beberapa alat peraga, bola kasti, papan keseimbangan, tali rapiah,

bahan bacaan sebagai tugas membaca.

IX. Evaluasi

A. Prosedur : Post test

B. Jenis tes: Lisan dan perbuatan

C. Alat Tes: Beberapa gambar anggota tubuh dan bola kasti.

Tes Lisan:

1. Sebutkan dan tunjukkan nama dari bagian-bagian anggota

tubuh yang ada di daerah kepala.

2. Berapakah jumlah nama anggota yang kamu dapat sebutkan

dengan lafal yang benar ?

Tes Perbuatan:

Jika kamu dapat menyebutkan nama dari anggota tubuh yang ada di

daerah kepala dengan lafal yang benar lemparkan bola ke keranjang

yang tersedia. Jika tidak benar maka kamu berjalan mundur dengan

mata terpejam 10 langkah.

X. Kriteria Penilaian

1. Nilai sangat baik, jika peserta didik dapat mengucapkan semua nama

bagian anggota tubuh dengan lafal yang benar.

2. Nilai Baik, jika peserta didik dapat mengucapkan sedikitnya tiga dari

nama-nama anggota tubuh di daerah kepala dengan lafal benar.

3. Nilai Kurang, jika peserta didik tidak dapat mengucapkan dengan lafal

benar nama anggota tubuh di daerah kepala.

Bandung, …………………………….

Guru Kelas,

Page 44: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

152

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

Setelah program pembelajaran yang sesuai dengan Rancangan

Pembelajaran tersebut di atas selesai dilaksanakan oleh guru kelas, selanjutnya

guru kelas bersama-sama dengan guru lain sebagai pengamat (lebih diutamakan

adalah guru bidang studi) melakukan refleksi. Refleksi ini merupakan kegiatan

yang dilakukan secara bersama-sama dengan menggunakan format isian yang

telah diisi oleh masing-masing guru. Diharapkan kegiatan ini dapat meninjau

sejauhmana “penyimpangan” yang telah dilakukan oleh guru-kelas saat proses

kegiatan belajar mengajarnya. Kemudian membuat revisi terhadap rancangan

pembelajaran yang akan diterapkan pada kegiatan berikutnya.

Kegiatan utama yang dilakukan adalah melihat stabilitas perkembangan

dari behavior target yang telah dirancang sebelum rancangan pembelajaran dibuat

dan setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai. Stabilitas perkembangan

dapat dihitung setelah grafik A-B-A dibuat (informasi data adalah perolehan

pengamatan terhadap kemunculan target behavior selama proses pembelajaran).

Stabilitas perkembangan ini kemudian diperbandingkan dengan hasil

perkembangan antara pre-test dan post test yang menggunakan instrumen PAC

dan GPI. Kesimpulan hasil akhir dari proses kegiatan mengajar dengan aplikasi

gerak irama akan dapat dibuat setelah membandingkan antara kemajuan

perkembangan stabilitas dan perkembangan antara tes-awal dengan tes akhir dari

GPI dan PAC.

Page 45: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

153

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

C. RANGKUMAN

1. Yang dimaksudkan anak dengan hambatan mendengar adalah mereka

yang mempunyai kompetensi yang kurang dalam perkembangan

keseimbangan, koordinasi gerak-tubuh, dan gerak berpindah (Lewis, V.,

2003:98). Deaf children tidak mampu mendengar suara dengan intensitas

90 dB. Mereka yang masih mampu mendengar intensitas suara di bawah

90 dB disebut dengan Hard of hearing (Hallahan & Kauffman, 1991:

264).

2. Yang dimaksudkan anak dengan hendaya berbicara adalah mereka yang

mempunyai kompetensi yang kurang dalam segi kekuatan, nilai, kualitas

dan kuantitas dalam perkembangan bahasa. Terjadinya hambatan

perkembangan bahasa mempunyai implikasi utama terhadap hambatan

perkembangan kemampuan berbicara seseorang (Bishop, 1999:19).

Terjadinya kekurangan kompetensi dalam kemampuan berbicara

disebabkan oleh kerusakan pada gyrus ketiga bagian kiri depan lapisan

luar otak (the left frontal lobe of the brain) (Broca, 1861, dalam Jokl,

1978:314).

3. Ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya hendaya berbicara yaitu:

faktor neurologis, faktor kognitif dan faktor etiologis/ genetika. Faktor

genetika diyakini sepenuhnya sebagai faktor dominan.

4. Jika anak dengan hendaya mendengar tidak mempunyai kemampuan

berbahasa, maka anak tersebut akan mendapatkan kesulitan dalam

kemampuan berfikirnya, bahkan dimungkinkan kemampuan berfikir yang

telah ada di benaknya akan menghilang. Dengan kata lain, bahwa

Page 46: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

154

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

kemampuan berbahasa sangat menentukan kemampuan kognisi, sehingga

pengetahuan dan pemahaman seorang anak dengan hendaya mendengar

hendaknya sepadan dengan kemampuan dan pemahaman anak yang

mampu dengar.

5. Penemuan oleh Broca berkaitan dengan afasia motoris dan penemuan

Wernicke tentang afasia sensoris dapat menggambarkan adanya

mekanisme peralihan dari bentuk mental ke arah tindakan gerak atau

actions. Dalam hal ini otak dapat menyatukan seluruh sistem syaraf

termasuk pada kontrol terhadap kognisi dan gerakan. Kegiatan ini

menyebabkan otak dapat menggantikan kegiatan seluruh sektor indera

yang “menghilang” pada salah satu indera kita. Jadi indera penglihatan

yang hilang dapat diperkuatnya indera lain seperti indera raba dan rasa

menggantikan “kedudukan” indera yang “hilang” tersebut.

6. Terdapatnya kesulitan pada gerak keseimbangan dan koordinasi gerak

tubuh (termasuk didalamnya: koordinasi dinamika gerak, koordinasi gerak

visual dan gerak berpindah) pada seorang siswa dengan hendaya

mendengar (Leewis, V., 2003:98) merupakan salah satu alasan utama

diperlukannya model pembelajaran berbasis gerak irama.

Page 47: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

155

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie

D. Daftar Rujukan Bab III

Ashman, A. & Elkins, J. (1994). Educating Children with Special Needs. New

York: Prentice Hall.

Berube, M. S. (1982). The American Heritage Dictionary, Second College

Edition. Boston : Houghton Mifflin Company.

Bishop, D.V.M. (1997). Uncommon Understanding Developmental and Disorders

of Language Comprehension in Children. East Sussex, UK:

Psychology Press Ltd.

Delphie, B. (2005). Program Pembelajaran Individual Berbasis Gerak Irama.

Bandung: Pustaka Bani Quraisyi.

________ (2001). Empat dalam Satu. Bandung: Penerbit Mitra Grafika.

Gregory, S., Knight, P., McCracken, W., Powers, S., and Waatson, L. (1999).

Issues in Deaf Education. London: David Fulton Publishers.

Hallahan D. P. & Kauffman J.M. (1991 dan 1986). Exceptional Children:

Introduction to Special Education. Englewood Cliffs, New

York: Prentice-Hall International, Inc.

Jokl, E. (1978). Rehabilitation in Basic Book of Sports Medicine. Olympic

Solidarity of The International Olympic Committee: Vatican

Polyglot Press.

Kelly, L.J. and Vergasan, G.A. (1978). Dictionary of Special Education and

Rehabilitation. Denver, Colorado: Love Publishing

Company.

Lewis, V. (2003). Development and Disability, Second edition. Oxford, UK :

Blackwell Publishers.

Maslim, R. (2000). Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia Press.

Reynolds, C.R. & Mann, L. (1987). Encyclopedia of Special Education: A

Reference for the Education of the Handicapped and Other

Exceptional Children and Adults, Volume 1. Canada: John

Wiley & Sons, Inc.

Page 48: BAB III APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK DENGAN …file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194606261967011... · diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa

156

Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie