Upload
truongdien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
109
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
BAB III
APLIKASI GERAK IRAMA PADA ANAK
DENGAN HENDAYA MENDENGAR DAN BERBICARA
(HEARING AND LANGUAGE IMPAIRMENT)
Di negara-negara maju, dewasa ini telah terjadi perubahan yang sangat
mencolok dalam pendidikan untuk anak-anak dengan hendaya mendengar dan
berbicara. Layanan pendidikan bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus lebih
dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian para ahli terhadap teori-teori berkaitan
dengan pemberian layanan khusus, perkembangan teknologi, serta kebijakan-
kebijkan pemerintah yang sangat menentukan peranan penting dalam pencapaian
suatu pola layanan pendidikan (Watson, L. dalam Gregory, et al.., 1999:1dan 9).
Pola layanan pendidikan baru, lebih menekankan pada keberhasilan
suatu proses pembelajaran yang berfokus pada usaha pemberian keterampilan
siswa dalam membaca dan berhitung serta pemahaman bahasa. Pemberian
layanan pendidikan keterampilan hendaknya didahului dengan melakukan
asesmen guna mengetahui tentang informasi yang tepat berkaitan dengan
kebutuhan siswa yang bersangkutan.
Kebutuhan siswa berkaitan dengan keterampilan membaca, dan menulis
diberikan latihan-latihan teknis terhadap pemahaman bahasa. Latihan pemahaman
bahasa merupakan usaha-usaha pemerintah agar warganya “melek huruf”, tidak
terkecuali bagi mereka yang mempunyai hendaya mendengar dan berbicara.
“Melek huruf” merupakan hal pokok dan memegang peranan penting bagi siswa-
110
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
siswa yang mempunyai hendaya mendengar dan berbicara dalam setiap tujuan
layanan pendidikan.
Sebagai contoh, layanan pendidikan terhadap peserta didik dengan
kebutuhan khusus di Inggris, secara signifikan mengalami perubahan setelah
diundangkannya peraturan pemerintah yang lebih dikenal dengan nama
Educational Act of 1981. Dalam peraturan tersebut terdapat dua bentuk
pemikiran, yaitu: (1) Secara tegas dinyatakan bahwa perlu adanya informasi
khusus berkaitan dengan peserta didik yang mempunyai hendaya mendengar dan
berbicara. Ini berarti bahwa asesmen memegang peranan penting dalam setiap
penyusunan program, (2) Menempatkan seluruh peserta didik dengan hendaya
pendengaran ke sekolah-sekolah umum agar mereka dapat bersosialisasi dengan
peserta didik “normal” lainnya melalui kesempatan pemberian layanan pendidikan
yang sama. Ini berarti bahwa pemberian layanan pembelajaran di sekolah
memerlukan suatu metode khusus.
Contoh lainnya, pemerintah Amerika Serikat sejak tahun 1965 telah
mengadakan suatu program khusus untuk peserta didik yang mempunyai hendaya
mendengar dan berbicara di tingkat sekolah lanjutan dengan biaya penuh dari
pemerintah. Pelaksanaan program diserahkan kepada National Technical Institute
for the deaf (NTID), penekanan program ditujukan kearah latihan-latihan secara
teknis dengan metode penyampaian khusus, dalam hal bahasa isyarat, komunikasi
manual antara siswa dan guru, dan cara membuat catatan-catatan. Untuk
keperluan tersebut diperlukan upaya-upaya berkaitan dengan penerjemahan
bahasa isyarat, menciptakan pelatih-pelatih khusus, pemberian konseling
vokasional, serta program-latihan penempatan kerja. Program tersebut mulai
111
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
berkembang di tahun 1970 dan di awal tahun 1980 seluruh universitas di Amerika
Serikat melakukan pemberian layanan-layanan khusus untuk mahasiswa yang
mempunyai hendaya mendengar dan berbicara (Saur, Coggiola, Long &
Simonson, Flexer, Wray & Black; 1986 dalam Hallahan & Kauffman;1991:293).
Penyampaian pembelajaran dengan metode khusus dalam bentuk-bentuk
latihan secara teknis dapat menggunakan ilmu gerak irama. Tujuan layanan
pembelajaran khusus dengan menggunakan ilmu gerak irama terhadap siswa
dengan hendaya mendengar dan berbicara di sekolah-sekolah umum dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan fisik, kesegaran jasmani dan
kesehatan, keterampilan gerak, daya nalar dan kecerdasan, dan menumbuhkan
kehidupan yang kreatif, reaktif, serta mampu bermasyarakat. Pemberian layanan
pembelajaran dengan mengaplikasikan gerak irama di sekolah khusus maupun
sekolah reguler yang menerapkan pola layanan inklusif dapat disampaikan melalui
beberapa metode, antara lain dengan: (1) part method of teaching menuju ke –
whole method of teaching, yakni dari metode bagian ke metode keseluruhan, (2)
metode campuran yang meliputi: demonstrasi, latihan penugasan dalam suatu
kegiatan, pemberian tugas, pemecahan masalah (secara eksperimen jika
diperlukan).
Penyampaian metode pembelajaran yang mengaplikasikan ilmu gerak
irama hendaknya memperhatikan kriteria-kriteria tertentu, yakni: (1) pendidikan
yang memberikan arah pada gerakan dasar, (2) pendidikan rithmik sebagai
persiapan pelajaran gerak berdasarkan musik dan tari, (3) penerapan khusus sesuai
dengan tingkat kesulitan dari siswa bersangkutan. Pendidikan yang memberikan
arah pada gerakan dasar merupakan usaha-usaha ke arah realisasi pembinaan yang
112
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
menggunakan metode gerak irama. Dalam kegiatannya perlu diperhatikan aspek-
aspek berkaitan dengan: tujuan kurikuler, tujuan instruksional-khusus atau
kompetensi yang hendak dicapai, dan cara pelaksanaan yang memanfaatkan
konsep-konsep gerak meliputi: dimana kita dapat bergerak, apa yang dapat kita
gerakkan, bagaimana cara-cara bergerak, dan bagaimana cara meningkatkan gerak
yang lebih baik. Pendidikan ritmik diperlukan pengetahuan dasar tentang gerakan
dan pengetahuan dasar musik. Penerapan khusus perlu memperhatikan aspek-
aspek: (1) karakteristik spesifik siswa, (2) hambatan-hambatan yang dialami siswa
yang bersangkutan, dan (3) penerapan gerak dan irama yang cocok bagi kondisi
setiap siswa (Delphie, B., 2001:68-77).
A. Konsep Anak dengan Hendaya Mendengar dan Berbicara
1. Pengertian Hendaya Mendengar dan Berbicara
Hendaya mendengar merupakan hambatan yang cukup besar bagi
perkembangan berbahasa seseorang secara normal, sehingga perkembangan sosial
dan intelektual dipengaruhi oleh adanya kekurangan dalam kemampuan bahasa
(Hallahan & Kauffman, 1986:238; 1991:264). Berdasarkan pandangan yang
bersifat fisiologis dan edukatif maka hendaya mendengar terdiri atas tuli dan agak
tuli/ sulit mendengar. Jadi seorang anak yang tidak mampu mendengar suara
keras pada tingkat di atas intensitas maka yang bersangkutan disebut sebagai tuli,
sedangkan mereka yang mengalami kesulitan mendengar pada tingkat intensitas
tertentu disebut sebagai agak tuli/ sulit mendengar.
Kepekaan atau sensitivitas mendengar diukur dengan decible (dB) yaitu
suatu unit ukuran berkaitan dengan tingkat kekerasan suara. Terhadap anak yang
mempunyai kepekaan suara sekitar 90 dB atau lebih, berdasarkan atas pandangan
113
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
fisiologis, disebut dengan tuli. Sedangkan mereka yang kepekaan suara di bawah
90 dB disebut dengan agak tuli/ sulit mendengar.
Pandangan secara edukatif mengukur klasifikasi seorang yang
mempunyai hendaya mendengar dengan pertanyaan: “sampai sejauhmana
pengaruh kemampuan mendengar seorang anak berdampak terhadap kemampuan
anak untuk berbicara dan pengembangan bahasanya?” Hal ini dilakukan karena
adanya pendapat para ahli yang menyatakan bahwa terdapat hubungan erat antara
ketiadaan kemampuan mendengar dengan perkembangan berbahasa seseorang.
Oleh karenanya batasan mengenai hendaya mendengar atau hearing
impairment dapat mengacu kepada the Conference of Executive of American
School for the Deaf sebagai berikut.
“Hearing impairment. A generic indicating a hearing disability that many
range in severity from mild to profound; it includes the subsets of deaf and
hard of hearing. A deaf person is one whose hearing disability precludes succesful processing of linguistic information through audition, with or
without a hearing aid. A hard of-hearing person is one who, generally with
the use of a hearing aid, has residual hearing sufficient to enable succesful processing of linguistic information through audition” (Hallahan &
Kauffman, 1986:240; dan 1991:266).
Diartikan secara bebas bahwa, hendaya mendengar merupakan kelainan
secara generik yang menunjukkan adanya ketidakmampuan mendengar dengan
tingkat kepelikan berkisar antara ringan hingga sangat berat. Termasuk di
dalamnya adalah tuli dan agak tuli. Seseorang dinyatakan tuli bila yang
bersangkutan tidak mempunyai kemampuan untuk mendengar sehingga terjadi
hambatan dalam proses penyampaian informasi secara linguistik melalui indera-
dengar, dengan atau tanpa alat bantu-dengar. Seseorang yang dinyatakan dengan
agak tuli adalah mereka, umumnya telah menggunakan alat-bantu dengar, yang
114
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
mampu dan berhasil melakukan proses menangkap informasi secara linguistik
dengan sisi-sisa pendengarannya.
Mereka yang termasuk kedalam hendaya mendengar terdiri atas dua
kategori yaitu mereka yang tuli sejak dilahirkan disebut dengan congenitally deaf,
dan mereka yang tuli setelah dilahirkan disebut dengan adventitiously deaf.
Sedangkan klasifikasi berdasarkan atas ambang batas kemampuan mendengar
akan terdiri atas: ringan (mild) (26-54 dB), sedang (moderate) (55-69 dB), berat
(severe) (70-89 dB), dan sangat berat (profound) (90 dB ke atas).
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Ittyerah dan Sharman di
tahun 1997, Wiegersma dan Van Der Velde di tahun 1983 telah menemukan suatu
kenyataan bahwa anak-anak dengan hendaya mendengar (deaf children)
mempunyai kesulitan pada keseimbangan dan koordinasi gerak-tubuh.
Contohnya, pada anak usia 6–10 tahun dengan hendaya mendengar akan
mempunyai kekurangan kompetensinya dalam hal sebagai berikut di bawah ini.
1. Koordinasi gerak-tubuh, antara lain pada gerak berjalan mundur dan maju
sepanjang titian yang sempit, melompat dan berjingkat ke atas, dan melompati
rintangan tali yang direntangkan.
2. Kemampuan koordinasi gerak-visual, seperti memasukkan tali sepatu ke dalam
lobang yang ada pada papan berlobang khusus.
3. Dalam melakukan gerakan berpindah lebih lambat dari pada anak-anak yang
mampu mendengar disebabkan perkembangan persepsinya kurang (dalam
Lewis, V., 2003:98).
Oleh karenanya mereka memerlukan suatu petunjuk khusus yang bersifat
dapat dilihat (Wiegersma & Van Der Velde, 1983). Berdasarkan penelitian dari
115
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Salversberg, et al. (1991) kesalahan-kesalahan gerak sering terjadi pada anak usia
10-13 tahun yang mempunyai hendaya mendengar, antara lain: (a) selalu salah
saat menangkap bola yang dilemparkan pada posisi 90 derajat atau lebih meskipun
dilakukan dengan bantuan petunjuk-khusus berupa visual, dengan suara 20 dB;
(b) anak-anak dengan hendaya mendengar selalu terlambat untuk menekan tombol
dengan ke dua belah tangannya walaupun ada signal suara 15 dB. Dari beberapa
penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa “Ketiadaan informasi yang
berhubungan dengan pendengaran dapat menambah lambatnya melakukan
respon bagi sebagian besar anak-anak dengan hendaya mendengar”.
Dalam perkembangan persepsi-gerak, anak dengan hendaya mendengar
sangat memerlukan hipotesis terhadap hasil tes kemampuan kompensasi
sensorinya. Hal ini dilakukan disebabkan adanya pendapat yang menyatakan
bahwa hilangnya salah satu indera tubuh seseorang dapat saja digantikan dengan
indera sisa lainnya dalam usaha untuk meningkatkan sensitivitas dari sisa indera
yang masih ada. Hasil-hasil penelitian mengenai hal tersebut telah membuktikan
adanya fakta-fakta sebagai berikut di bawah ini.
1. Apabila tanda-tanda visual dan auditory cukup jelas maka anak-anak tanpa
hendaya mendengar dapat lebih cepat dan tepat dalam merespon
dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai hendaya mendengar
(Slaversberg, et al., 1991 dalam Lewis, V. 2003:99)
2. Anak-anak dengan hendaya mendengar yang telah memperoleh cangkokan
alat pendengaran, penampilannya sama dengan mereka yang dapat
mendengar dalam hal melakukan tugas berkaitan dengan atensi visual.
Sebaliknya anak-anak dengan hendaya mendengar yang tidak mendapat
116
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
cangkokan alat pendengaran sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam
tugas yang berkaitan dengan atensi-visual (Quittner, 1994 dalam Lewis,
V., 2003:99).
3. Setelah setahun menggunakan cangkokan alat pendengaran, maka pada
anak-anak dengan hendaya mendengar mampu meningkatkan atensi-
visualnya (Quittner, 1994, dalam Lewis, V., 2003:99).
4. Anak-anak dengan hendaya mendengar sebaiknya dikondisikan dengan
pemberian petunjuk-khusus secara tatap muka atau dengan keterarahan
wajah. Dengan cara seperti ini kemampuan visualnya akan sama dengan
orang dewasa normal. Berdasarkan hal ini maka sebaiknya diberikan: (a)
perhatian khusus terhadap pengkondisian dengan pemberian petunjuk
secara keterarahan wajah sejak usia dini, (b) latihan-latihan bahasa isyarat,
perlu dilakukan semenjak usia dini karena bahasa isyarat akan dapat lebih
meningkatkan kemampuan ruang visual. Dengan kata lain, bahwa pada
anak-anak dengan hendaya mendengar memerlukan latihan-latihan bahasa
isyarat untuk meningkatkan perkembangan persepsi geraknya.
Mengenai perkembangan kognitif anak-anak dengan hendaya mendengar
pada umumnya cukup baik, khususnya dalam segi berfikir dan pemahaman.
Artinya bahwa mereka mempunyai kemampuan kognisi dikarenakan ada
hubungan yang erat antara perkembangan berbahasa dengan berfikir. Menurut
Watson (1913) bahwa proses berfikir pada anak-anak dengan hendaya mendengar
sebenarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan gerak yang ada pada pangkal
tenggorokan. Terdapat kesamaan dalam proses berfikir secara verbal dengan
proses pencapaian kemampuan berbahasa. Sebaliknya, Chomsky menyatakan
117
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
bahwa pada anak-anak dengan hendaya mendengar dalam perkembangan
berbahasa terpisah dari kemampuan kognisi. Ia menyatakan secara lebih jauh
bahwa struktur bahasa muncul dalam otak sejak yang bersangkutan dilahirkan,
sehingga setiap anak memerlukan pengalaman-pengalaman berbahasa agar lebih
mengembangkan kemampuan berbahasanya.
Bagaimanapun perbedaan yang ada pada Watson dan Chomsky namun
beberapa ahli lainnya menyatakan pendapat mereka tentang perkembangan
kognisi seorang anak seperti di bawah ini.
1. Kemampuan berfikir dan berbahasa saling berkaitan walaupun ada perbedaan
diantara keduanya khususnya mengenai apakah kemampuan berfikir dapat
menentukan kemampuan berbahasa atau sebaliknya (Piaget, 1967).
2. Kemampuan berbahasa menentukan kemampuan berfikir (Sapir, 1912).
3. Kemampuan berbahasa dan berfikir dapat saling mempengaruhi antara satu
sama lainnya (Vigotsky, 1962).
Menurut Piaget (1967), inteligensi merupakan kemampuan seorang anak
yang sangat tergantung pada tindakan yang bersangkutan dalam mengadaptasi
lingkungannya dan sikapnya untuk mampu mengambil konsekuensi-konsekuensi
dari tindakan yang diambilnya. Melalui sikap ini, seorang anak akan memahami
dan melihat bentuk yang ada di lingkungannya berdasarkan atas refleksi yang
telah ada dalam memori pikirannya. Dengan kata lain bahwa begitu terjadi
perkembangan pada kognisi seorang anak maka kemampuan berbahasapun
berkembang. Ini terjadi guna mengantisipasi perubahan-perubahan dalam
pemahaman terhadap lingkungan. Jadi kemampuan berbahasa seorang anak dapat
118
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
mempengaruhi kemampuan berpikirnya walaupun Piaget menyadari bahwa
kemahiran berbahasa terpisah dari kegiatan berpikir.
Berbeda dengan pendapat Piaget tersebut di atas, pendapat dari Sapir
yang kemudian dikembangkan oleh Whorf (1940; reprinted in Mandelbaum,
1958) menyatakan bahwa persepsi dan pengalaman terhadap lingkungan
tergantung pada suatu bahasa yang digunakan. Bila kemampuan berbahasa anak
sudah mahir untuk menghubungkan gejala-gejala atau pengetahuannya terhadap
suatu konsep, maka anak yang bersangkutan akan mempunyai pengalaman dan
dapat memahami terhadap suatu konsep atau suatu atribut tertentu. Bila atribut
atau konsep tidak diekspresikan dalam kemampuan berbahasanya maka anak yang
bersangkutan belum mempunyai pengalaman atau pemahaman terhadap suatu
konsep atau atribut.
Vigotsky (1962) menyatakan bahwa berpikir dan kemampuan berbahasa
pada awalnya merupakan hal yang terpisah dan berkembang secara sejajar pada
seorang anak hingga mencapai umur dua tahun. Antara berpikir dan kemampuan
berbahasa, keduanya saling isi mengisi, sehingga bahasa dapat digunakan untuk
membantu cara berpikir, dan pikiran yang ada dapat mempengaruhi kemampuan
berbahasa seorang anak. Dengan kata lain bahwa hubungan antara berpikir dan
kemampuan berbahasa saling berkaitan sangat erat.
Penelitian terhadap anak dengan hendaya mendengar berkaitan dengan
hubungan antara kemampuan berbahasa dan kognisi, diperoleh hasil bahwa “Jika
anak dengan hendaya mendengar tidak mempunyai kemampuan berbahasa maka
mereka akan mendapatkan kesulitan dalam kemampuan berpikirnya bahkan
dimungkinkan kemampuan berpikir yang sudah adapun akan menghilang”. Jadi
119
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
kemampuan berbahasa sangat menentukan kemampuan kognisi, sehingga
pengetahuan dan pemahaman seorang anak dengan hendaya mendengar
hendaknya sepadan dengan kemampuan dan pemahaman anak yang mampu
dengar.
Dari beberapa teori yang dikemukakan tersebut di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa “Kemampuan berbahasa sesungguhnya merupakan
kemampuan mengucapan suatu bahasa”. Sehingga bahasa isyarat seperti
American Sign Language (ASL) dan British Sign Language (BSL) merupakan
ucapan bahasa yang dapat diterima sebagai ungkapan berbahasa diantara mereka
yang mempunyai hendaya mendengar. Hal ini dapat dilihat bahwa ASL
mempunyai tanda-tanda yang terdiri atas gerakan-gerakan tangan yang dilakukan
secara simbolik, secara umum menyatakan ungkapan keseluruhan suatu konsep.
Arti setiap gerakan-gerakan tangan tergantung pada bentuk, lokasi, perpindahan,
dan orientasi dari satu atau kedua tangan. Komponen-komponen ini akan muncul
secara simultan yang disebut dengan “cheremes” dan dapat menyampaikan suatu
ungkapan pengganti bunyi sebagai hasil produksi kata dalam bahasa ucapan.
Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan teknologi dan teori-teori
belajar sangat memegang peranan penting guna menemukan pengembangan
metode-metode baru serta intervensi yang lebih efektif dalam proses
pembelajaran terhadap anak-anak dengan hendaya mendengar dan berbicara.
Penemuan-penemuan hasil penelitian tersebut banyak dimuat dalam jurnal-jurnal
ilmiah, namun sayangnya para guru dan para ahli terapi bicara masih banyak yang
belum siap menerima cara-cara baru hasil penelitian disebabkan mereka sangat
sibuk dalam pekerjaannya di sekolah-sekolah maupun di klinik-klinik (Bishop,
120
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
1999: vii). Secara umum, kemahiran berbahasa yang berarti kemampuan
berbicara merupakan proses yang sifatnya sulit dipahami. (Pinker, 1984:29 dalam
Bishop, 1999:19). Walaupun secara nyata penyebab hambatan perkembangan
bahasa belum jelas namun para ahli mencoba untuk memecahkannya berdasarkan
aspek-aspek neurologi, etiologi dan proses kognitif.
Faktor genetika diyakini sepenuhnya sebagai faktor dominan
(dibandingkan dengan faktor neurologi dan proses kognitif) penyebab terjadinya
hambatan perkembangan bahasa yang mempunyai implikasi utama terhadap
hambatan perkembangan kemampuan berbicara seorang anak. Hambatan
perkembangan dalam segi bahasa ini dikenal dengan nama afasia perkembangan
(developmental aphasia), disfasia perkembangan (developmental dysphasia),
hambatan khusus perkembangan bahasa (specifiic developmental language
disorder), sekarang lebih populer dengan nama hendaya mendengar spesifik
(specific language impairment) (Bishop, 1999:19). Kata hendaya berasal dari
kata impairment berarti “penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan
dalam segi kekuatan, nilai, kualitas dan kuantitas” (American Heritage
Dictionary, 1982:644; Maslim, R.,2000:119). Kata specific menunjukkan bahwa
“hendaya perkembangan bahasa tidak dalam perkembangan normal”.
Sejak pertengahan abad ke 19, para ahli yang mempelajari anatomi
tubuh manusia (histologists) telah mengetengahkan penemuannya bahwa terdapat
indera penerima khusus pada setiap otot, tendon atau jaringan otot. Indera
penerima khusus ini mampu “menggantikan” suatu kelangkaan atau “hilangnya”
suatu indera tertentu, indera penerima khusus ini dapat dipakai sebagai media
penghubung kesadaran gerak tubuh. Berdasarkan sistem syaraf, Sherrington
121
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
menyatakan bahwa indera penerima khusus ini dibedakan menjadi dua bentuk
yaitu: pertama meliputi panca indera (the five senses) disebut dengan
”exteroceptive”, dan kedua merupakan kesadaran terhadap kesan gambaran tubuh
(the image of the body) disebut dengan nama: “proprioceptive”. Sherrington
adalah seorang ahli berkaitan dengan teori tentang fungsi otak dan sistem kerja
syaraf otak, di abad ke 19 telah menulis buku yang berjudul “Two Ways of the
Mind” yang menyatakan bahwa ada dua bentuk kegiatan kerja otak untuk
berkomunikasi, yang satu berkaitan dengan gerak tubuh dan lainnya berkaitan
dengan adanya hubungan antara dunia luar atau lingkungan dengan panca indera.
Hasil penemuan oleh Frenchman dan Pierre Paul Broca di tahun 1861
berkaitan dengan panca indera atau “exteroceptive” adalah: terdapat hubungan
secara utuh (integritas) pada gyrus ketiga di bagian kiri depan lapisan luar otak
(the left frontal lobe of the brain cortex) yang merupakan prasyarat seseorang
untuk mampu berbicara secara normal. Kerusakan pada bagian tersebut berakibat
seseorang tidak mampu mengucapkan kata atau kalimat. Penelitian lebih lanjut
dari Broca di tahun 1865 telah diketemukan bahwa kerusakan pada bagian depan
cuping kanan belahan otak tidak merupakan penyebab gangguan berbicara (Jokl,
E., 1978:314)
Pierre Paul Broca adalah seorang ahli bedah klinis dari Perancis yang
banyak mempelajari tentang otak dan tengkorak sehingga ia merupakan
“panutan” dan merupakan orang-kunci dalam pengetahuan berkaitan dengan ilmu
anthropologi fisik di negara Perancis hingga saat ini. Ia telah menemukan adanya
kerusakan pada jaringan atau simpul ketiga bagian kiri depan lapisan luar otak
yang menjadi penyebab hilangnya kemampuan seseorang untuk berbicara. Ini
122
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
menunjukkan adanya hubungan antara kegiatan tubuh secara spesifik dengan
daerah khusus yang ada dalam otak (Reynolds, C.A., 1987:251).
Terhadap mereka yang tergolong afasia yaitu istilah generik yang
menunjukkan adanya kesulitan untuk berkomunikasi melalui organ bicara. Broca
menekankan bahwa otot-otot organ bicara secara normal masih tetap bekerja
untuk berbicara walaupun mereka mempunyai hambatan pada bagian kiri depan
lapisan luar otaknya. Kelainan berbicara berkaitan dengan kesulitan dalam
menggerakkan otot-otot tersebut disebut dengan afasia motoris (motor aphasia)
sedangkan terhadap seseorang yang berbicara secara pelan dan mendapatkan
kesulitan pada artikulasi atau berbicara secara cepat tetapi susunan kata tidak
teratur dan tidak mempunyai bentuk, disebut dengan afasia sensoris (sensory
aphasia) Termasuk kelainan ini adalah mereka yang berbicara hanya dengan satu
kata, dengan kalimat pendek, atau dengan anak kalimat yang tidak lengkap,
Kaufman (1981 dalam Reynolds & Mann, 1987:107) menyebutnya sebagai
nonfluent aphasics..
Afasia sensoris terjadi disebabkan oleh adanya kerusakan pada bagian
kiri depan otak (the left temporal lobe of the brain cortex). Bagi golongan “motor
aphasia” umumnya mereka masih mampu menyusun suatu pembicaraan
walaupun yang bersangkutan tidak mampu mengucapkan kata atau kalimat,
sehingga dapat dikatakan bahwa mereka masih mampu menulis kata atau kalimat
tanpa menemui kesulitan.
Program layanan pendidikan terhadap mereka yang mempunyai kelainan
afasia, baik itu afasia motoris maupun afasia sensoris, hendaknya dilakukan
123
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
secara komprehensif yang diawali dengan melakukan evaluasi secara multifaktor
terhadap kemampuan neuro-psikologis (Reynolds & Mann; 1987:107-108).
Gambar di bawah ini menjelaskan adanya dua bagian cerebral yang
merupakan faktor saling keterhubungannya melalui “arcuate fasciculus”.
Gambar 3.1.
Daerah Kemampuan Berbicara pada Otak Manusia
(Jokl, E., dalam Basic Book of Sports Medicine, 1978:316)
Gambar 3.1 tersebut menyatakan bahwa daerah-daerah yang ada pada
otak manusia untuk mampu berbicara berada pada bagian kiri belahan otak (the
left hemisphere). Apabila terjadi gangguan pada belahan otak kiri manusia, maka
yang bersangkutan mempunyai hendaya untuk berbicara.”Broca’s area” yang
berkaitan dengan “motor cortex” selalu melakukan kontrol terhadap gerakan-
gerakan otot bibir, rahang, lidah, langit-langit mulut dan pita suara. Oleh karena
itu adanya kerusakan pada Broca‟s area bisa menyebabkan seseorang dalam
berbicara menjadi terbata-bata. Daerah Wernicke‟s berada diantara “heschl’s
gyrus” (yang merupakan alat penerima pertama dari rangsangan untuk berbicara
atau auditory stimuli), dan “Angular gyrus” (yang bertindak sebagai pengatur arah
124
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
antara daerah-daerah yang berhubungan dengan pendengaran atau auditory dan
penglihatan atau visual). Jika terjadi kerusakan pada daerah Wernicke‟s maka
seseorang yang bersangkutan akan mengalami kesulitan untuk memahami bentuk
dan hubungan antara kata atau kalimat saat ia menyampaikan “perasaannya”
melalui pembicaraan tertentu. Kedua daerah wernicke‟s dan Broca‟s tersebut
dihubungkan melalui sebuah ikatan simpul syaraf yang disebut dengan nama
“Arcuate fasciculus”. Jika simpul syaraf ini rusak, maka seseorang masih mampu
berbicara namun yang bersangkutan mendapatkan kesulitan saat berbicara
disebabkan ia selalu mengulang-ulang kata.
Penemuan oleh Broca berkaitan dengan afasia motoris dan Wernicke
tentang afasia sensoris yang merupakan pusat kemampuan berbicara yang ada
pada otak menggambarkan adanya mekanisme peralihan dari bentuk mental ke
arah tindakan gerak. Otak menyatukan seluruh sistem syaraf termasuk kontrol
terhadap kognisi dan gerak, sehingga kegiatan otak tersebut dapat
“menggantikan” kegiatan keseluruhan sektor indera, misalnya terhadap
“hilangnya” indera penglihatan dapat digantikan dengan ketajaman pada indera
dengar, dan indera peraba. Contoh dalam suatu kehidupan nyata, bila seseorang
yang dilahirkan tanpa tangan maka belajar menulis dapat dilakukan dengan cara
menggunakan ke dua ujung pangkal lengan atas untuk memegang pinsil atau
seorang tetraplegic akibat dari poliomyelitis dapat menggambar dengan cara
memegang pinsil gambar di mulutnya Ini berarti bahwa keterampilan menulis
yang melibatkan otot-otot tangan dan jari-jemari dapat “digantikan” dengan
melibatkan otot-otot lain yang berbeda. Dengan kata lainnya, bentuk gerak dapat
digantikan ke beberapa bagian sistem “pengganti gerak” yang ada pada tubuh.
125
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
2. Hambatan yang Dihadapi Anak dengan Hendaya Mendengar dan
Berbicara
Secara garis besar hambatan yang dihadapi oleh anak-anak dengan
hendaya mendengar meliputi hal-hal sebagai berikut di bawah ini.
a. Hasil penelitian para ahli di Amerika Serikat menyatakan bahwa satu diantara
tujuh anak yang mempunyai hendaya mendengar mempunyai permasalahan
berkaitan dengan kesehatan mental. Kesehatan mental ini mengarah kepada
schizophrenia atau kelainan psikis suka mengasingkan diri, paranoia atau
kelainan psikis suka mengasingkan diri karena ketakutan, affective psychosis
atau kelainan emosi secara psikis, dan depression atau kemuraman (the
Departement of Heakth of USA, 1995 dalam Gregory, et al., 1999:17).
b. Anak-anak dengan hendaya mendengar mempunyai kesulitan psikologis yang
diperoleh dari sejumlah faktor eksternal, seperti kurangnya bimbingan dan
bantuan orang tua dan keluarga, kesadaran orang-orang di sekitarnya terhadap
permasalahan dari anak dengan hendaya mendengar, lingkungan hidup, budaya
dan model-peran dari anak-anak dengan hendaya mendengar (Gregory, et al.,
1999:19).
c. Dalam keterampilan kognitif berkaitan dengan prestasi akademik pada
umumnya kemampuan mengingat dari anak-anak dengan hambatan mendengar
sangat singkat sekali, hanya dalam hitungan beberapa detik tidak sampai menit.
Untuk hal ini diperlukan kegiatan-kegiatan khusus dalam layanan pendidikan
agar mereka mampu membaca, memahami isi bacaan, dan mengingat angka-
angka. Banyak terjadi anak dengan hendaya mendengar berkesulitan membaca
126
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
(Lewis, V., 20003:136). Olehkarenanya mereka memerlukan suatu metode
pembelajaran yang lebih menekankan pada peng-ucapan bahasa.
d.Ketidakmampuan dalam belajar pada kelompok tertentu dari anak-anak dengan
hendaya mendengar disebabkan oleh adanya hendaya visual, dyslexia, cerebral
palsy, dan emosional (Gregory, et al., 10\999:31).
e. Perkembangan bahasa dan komunikasi pada anak-anak dengan hendaya
mendengar secara umum kurang sempurna, khususnya saat menggunakan
bahasa seperti pada kemampuan pemahaman bahasa. (Hallahan & Kauffman,
1986:251; dan 1991:274).
f. Prestasi akademik anak-anak dengan hendaya mendengar khususnya dalam
kemampuan membaca pada umumnya sangat kurang (Hallahan & Kauffman,
1991:276).
g. Dikarenakan dalam kehidupan nyata yang dialami anak-anak dengan hendaya
mendengar, tumbuh besar dan hidup dalam suatu lingkungan yang terisolasi
maka mereka membutuhkan adanya interaksi sosial dan perasaan diterima oleh
orang-orang sekelilingnya. Ini berarti bahwa anak-anak dengan hendaya
mendengar mempunyai hambatan dalam berkomunikasi. Dalam hal ini
diperlukan pendekatan khusus dalam kegiatan belajar mengajar berkaitan
dengan aspek komunikasi, yaitu: 1) latihan auditori, 2) berbicara bibir , 3)
bahasa isyarat dan ejaan huruf dengan jari-jemari. Latihan auditori melibatkan
tiga sasaran pokok, yaitu: a) perkembangan kesadaran bunyi, b) perkembangan
kemampuan membuat perbedaan secara nyata tentang bunyi-bunyi yang ada di
lingkungannya, c) perkembangan kemampuan membedakan bunyi-bunyi dalam
berbicara.
127
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Ada tiga bentuk yang berbeda dari rangsang bunyi yang dibutuhkan dalam suatu
program latihan terhadap anak-anak dengan hendaya mendengar, yaitu: a)
rangsang yang diperoleh dari lingkungan dimana komunikasi itu terjadi, b)
rangsang secara langsung diikuti dengan pesan, tetapi bukan bagian dari hasil
kemampuan bicara, c) rangsangan langsung berkaitan dengan produksi bunyi
pembicaraan. (Hallahan & Kauffman, 1987:258-263; dan 1991:279-282).
g. Dari data hasil penelitian para ahli menyatakan bahwa anak-anak dengan
hendaya mendengar umumnya mempunyai kesulitan pada keseimbangan dan
koordinasi gerak tubuh, termasuk didalamnya koordinasi dinamika gerak,
koordinasi gerak visual dan gerak berpindah (Lewis, V. 2003:98). Terdapatnya
kesulitan gerak keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh pada anak dengan
hendaya mendengar merupakan salah satu alasan utama diperlukannya aplikasi
gerak irama dalam proses pembelajarannya.
Mengenai hambatan yang dihadapi oleh anak-anak dengan hendaya
berbicara, secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Anak-anak dengan hendaya berbicara mempunyai komunikasi yang kurang
baik (defective in communication), seperti bicara gagap, bicaranya terbata-
bata, ucapan yang membingungkan, dan tidak jelas atau sulit dipahami.
Dalam berkomunikasi dengan anak-anak yang mempunyai hendaya berbicara,
sistem verbal sering digunakan sebagai alat berinteraksi dengan mengenal
tanda-tanda non-verbal meliputi kontak mata, ekspresi wajah, orientasi tubuh
dan komunikasi yang dilakukan dengan jarak dekat atau keterarahan wajah
(Ashman & Elkin, 1994:172).
128
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
b. Umumnya anak-anak dengan hendaya berbicara mempunyai hambatan
perkembangan bahasa, khususnya dalam struktur kalimat yang kompleks. Di
sekolah, penerapan latihan-latihan berbahasa dengan menggunakan
keterampilan metalinguistik sangat penting. Metalinguistik diartikan sebagai
penggunaan bahasa untuk mengomentari ucapan-ucapan dalam komunikasi
yang salah ucap, misalnya “kapang dara bang ri” dikomentari dengan “kapal
udara terbang sendiri” ((Ashman & Elkins, 1994:191).
c. Pada anak-anak dengan hendaya berbicara terdapat kelemahan pada otot-otot
alat bicaranya yaitu adanya kelumpuhan pada alat bicara (misalnya paralysis)
yang diakibatkan dysarthia atau artikulasi bicara yang kurang baik yang
disebabkan oleh adanya kerusakan pada sistem syaraf pusat.
d. Adanya ketidakteraturan dalam koordinasi neurologis sehingga saat berbicara
terlihat kacau walaupun otot-otot pada organ bicara masih dapat bekerja
dengan baik. Saat berbicara banyak dilakukan lompatan-lompatan, banyak
berhenti dan sering mengulang-ulang kata disebabkan oleh adanya dyspraxia
atau apaxia atau ketidakmampuan untuk berbicara karena faktor hendaya
gerak pada otot-otot organ bicaranya berkaitan dengan proses
interneurosensory (Ashman & Elkins, 1994:195).
e. Adanya penurunan kemampuan persepsi bicara sehingga dalam berbicara
kata-kata yang diucapkan sangat sedikit. Salah satu sebabnya dikarenakan ada
faktor kesulitan fonologis (Bishop, 1999:51) atau gangguan artikulasi
(Hallahan & Kauffman, 1986:199). Kemampuan persepsi bicara melibatkan
dua keterampilan yang saling melengkapi, yaitu kemampuan
mendiskriminasikan bunyi bunyi yang berbeda dan kemampuan untuk
129
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
mengucapkan bunyi akustik yang berbeda. Untuk mengembangkan persepsi
berkaitan dengan pendengaran atau persepsi dengar perlu dilihat adanya tiga
perbedaan kemampuan yang saling terkait diantara: 1) deteksi bunyi, yaitu
kemampuan mengeluarkan suara, 2) kemampuan membedakan bunyi, yaitu
kemampuan untuk dapat mengatakan bunyi-bunyi yang berbeda secara
terpisah, dan 3) klasifikasi bunyi, yaitu kemampuan untuk menginterpretasi
bunyi melalui hubungan diantara klasifikasi bunyi berdasarkan atas
pengalaman sebelumnya (Bishop, 1999:52).
B. Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran
1. Pendekatan yang diperlukan
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak-anak dengan hendaya
mendengar khususnya dalam kegiatan belajar mengajar perlu memperhatikan
karakteristik perkembangan kemampuan mereka sebagai berikut.
1. Terdapat kemunduran dalam koordinasi dinamika gerak
2. Terdapat kemundurun pada kemampuan kordinasi gerak visual
3. Terdapat kelambatan saat melakukan gerakan berpindah disebabkan
perkembangan persepsi gerak yang kurang.
4. Dari ketiga hal tersebut pada nomor 1 sampai 3, menyebabkan anak-anak
dengan hendaya mendengar (khususnya tuli) berkesulitan dalam melakukan
gerak keseimbangan dan koordinasi gerak-tubuh (Lewis, V. 2003:98).
5. Di sisi lain, anak-anak dengan hendaya mendengar selain mempunyai hendaya
dalam mendengar walaupun dengan pemberian bantuan berupa visual, juga
selalu lambat dalam melakukan tanggapan terhadap rangsang yang bersifat
visual.
6. Terdapat kemunduran pada kemampuan persepsi gerak pada anak-anak
dengan hendaya mendengar menyebabkan mereka sering melakukan
kesalahan-kesalahan gerak.
130
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
7. Perkembangan kemampuan berbahasa dan berfikir pada anak-anak dengan
hendaya mendengar saling mempengaruhi satu sama lainnya secara erat.
Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka pendekatan yang dapat
dilakukan saat kegiatan belajar mengajar bagi mereka yang tergolong dengan
anak-anak dengan hendaya mendengar adalah seperti di bawah ini.
1. Setiap program pembelajaran hendaknya disusun dengan memasukkan kapan
dan bagaimana pemberian bantuan dan intervensi dengan memberikan
petunjuk khusus oleh guru. Petunjuk khusus hendaknya bersifat dapat dilihat.
2. Sebaiknya dalam kegiatan belajar mengajar terhadap anak-anak dengan
hendaya mendengar dipergunakan bahasa isyarat, bahasa jari, dan lebih
ditekankan menggali kemampuan berbicara atau dapat diterapkannya pola
total komunikasi.
3. Saat guru memberikan tanda-tanda khusus dan memberikan penjelasan dalam
kegiatan belajar mengajar terhadap siswa-siswa dengan hendaya mendengar,
seharusnya dilakukan dengan bertatap muka secara langsung atau dengan
keterarahan wajah sehingga proses pembelajaran banyak membantu para
siswa.
4. Pola penyampaian petunjuk khusus (yang bersifat dapat dilihat saat terjadinya
komunikasi antara anak-anak dengan orang lain yang mampu mendengar)
sangat dianjurkan untuk dilakukan semenjak mereka berusia dini.
5. Dalam kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan pola gerak irama
hendaknya seorang guru menyusun program pola-geraknya dengan lebih
menitik-beratkan pada pemberian latihan-latihan gerak keseimbangan dan
kemampuan merespon secara visual. Sedangkan saat memberikan intervensi
131
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
diperlukan keterarahan wajah. Program pola gerak yang akan disusun
sebaiknya berdasarkan atas informasi-informasi yang dianggap memenuhi
“kebutuhan” setiap anak dengan hendaya mendengar dimana informasinya
diperoleh melalui kegiatan asesmen.
6. “Asesmen kebutuhan” terhadap anak-anak dengan hendaya mendengar dapat
dilakukan guru dengan menggunakan tes baku. Tes baku dalam hal ini adalah
tes yang mempunyai instrumen yang dapat dipakai untuk memantau atau
dengan pengamatan langsung terhadap perilaku-perilaku khusus (bukan
dengan tanya-jawab), dan kemampuan kognisi dan sosial dari setiap anak yang
bersangkutan. Need assessment dalam kegiatan ini disarankan menggunakan
dua pola instrumen, yakni (a). Play Assessment Chart (PAC) untuk mengukur
kemampuan fungsional berkaitan dengan kemampuan sensorimotor, interaksi
sosial, kreativitas dan berbahasa serta (b) Geddes Psychomotor Inventry (GPI)
untuk mengukur sampai sejauhmana penyimpangan-penyimpangan gerak-
tubuh dari anak dengan hendaya mendengar tersebut, khususnya terhadap
gross dan fine motor.
Terhadap anak-anak dengan hendaya berbicara sebaiknya pendekatan
layanan pembelajaran yang menggunakan pola gerak irama lebih memperhatikan
pada upaya-upaya guna meningkatkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
1.Komunikasi secara oral, khususnya terhadap anak-anak yang mempunyai
komunikasi yang kurang baik atau defective in communication seperti bicara
mengganggap, dalam berbicara yang dilakukan dengan pelat atau terbata-bata,
ucapannya membingungkan dan sulit dimengerti.
132
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
2. Kemampuan bahasa berkaitan dengan penggunaan struktur kalimat yang
kompleks, sebaiknya dilakukan intervensi saat itu pada ucapan-ucapan dengan
susunan kalimat yang diucapkan salah, baik penghilangan huruf maupun
ketidaklengkapan bunyi suatu kata.
3. Program pembelajaran dengan mengaplikasikan pola gerak irama terhadap
anak-anak dengan hendaya berbicara sebaiknya melibatkan upaya-upaya untuk
meningkatkan keterampilan berbicara berkaitan dengan kemampuan
membedakan bunyi dan pengucapan bunyi akustik yang berbeda. Oleh
karenanya pola gerak yang disusun guru seyogyanya diikuti dengan
penyampaian bentuk-bentuk tugas khusus guna meningkatkan kemampuan
pengucapan pada setiap terminal penghentian gerakan pada suatu pola geraknya.
2. Rancangan Pembelajaran
Sebelum menyusun program pembelajaran berupa rancangan
pembelajaran dengan mengaplikasikan pola gerak irama, diperlukan informasi-
informasi penunjang yang dianggap penting berkaitan dengan “kemampuan dan
kelemahan” setiap peserta didik dengan hendaya mendengar atau berbicara.
Informasi-informasi tersebut dipakai sebagai bahan rujukan utama dalam
rancangan pembelajaran, selain kurikulum yang berlaku. Informasi-informasi
penting tersebut diperoleh melalui kegatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Asesmen terhadap kemampuan fungsional dengan menggunakan instrumen
Play assessment Chart (PAC). Kegiatan ini sebagai bentuk pre tes untuk
memperoleh informasi berkaitan dengan perkembangan kognitif setiap peserta
didik bersangkutan.
133
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
b. Asesmen dengan Geddes Psychomotor Inventory (GPI) guna mendapatkan
informasi berkaitan dengan kemampuan gerak dan koordinasi gerak sesuai
dengan tingkat umur kronologis (CA) setiap peserta didik yang mempunyai
hendaya mendengar atau berbicara. Kegiatan ini merupakan kegiatan pre tes
berkaitan dengan informasi tentang kemampuan sosial setiap peserta ddik
bersangkutan.
c. Mempersiapkan formulir-formulir instrumen pengamatan perilaku sasaran
(target behavior), yaitu: 1) Jurnal Harian yang akan dikerjakan oleh guru
kelas, 2) Format FIAC yang akan diisi oleh guru lain atau guru bidang studi
yang bertindak selaku observer, 3) Formulir pencatatan perilaku sasaran,
berupa recording sheet for rate data yang akan diisi oleh guru pengamat
(bentuk format tersebut dapat dilihat pada Lampiran Instrumen).
a. Langkah-langkah Kegiatan Pembuatan Rancangan Pembelajaran
1). Melakukan tes awal (pre test) untuk mengukur tingkat kemampuan fungsional
dengan instrumen PAC. Instrumen ini memberikan informasi tentang
kemampuan dan kelemahan berkaitan dengan sensorimotor, kreativitas,
interaksi sosial, dan berbahasa.
2). Melakukan tes awal berkaitan dengan kemampuan gerak dan koordinasi gerak
dengan GPI. Hasil kegiatan asesmen dengan instrumen GPI ini akan dapat
memberikan informasi berkaitan dengan perkembangan gerak dan koordinasi
gerak tubuh setiap peserta didik bersangkutan.
3). Menganalisis hasil kegiatan 1) dan 2) guna mengetahui secara jelas tentang
kemampuan fungsional setiap peserta, dan kemampuan gerak dan koordinasi
gerak tubuh dari setiap peserta didik dengan hendaya mendengar atau hendaya
134
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
berbicara. Faktor-faktor ini dipakai sebagai rujukan atau bahan pertimbangan
utama saat menyusun pola gerak berdasarkan konsep-konsep interaksi gerak
(lihat Gambar 2.1 di Bab I).
4). Dalam menyusun pola gerak hendaknya diselaraskan dengan kurikulum yang
sedang diberlakukan (sekarang ini adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi),
dan disesuaikan dengan target bidang studi yang akan dibuat rancangan
pembelajaran dengan mengaplikasikan pola gerak irama.
5) Buatlah rancangan pembelajaran berbasis gerak irama dengan memasukkan
hal-hal sebagai berikut ini.
a) Kompetensi yang akan dicapai dalam bidang studi tertentu, sebagai
sasaran akhir rancangan pembelajaran
b) Sasaran akhir rancangan pembelajaran berupa target behavior tertentu
yang akan selalu dievaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar
(Formulir yang dipakai adalah: Formulr Pencatatan Target Behavior atau
Recording Sheet for Rate Data, Lihat pada Lampiran Instrumen).
c) Intervensi-intervensi khusus berkaitan dengan kesulitan-kesulitan tertentu
dari setiap peserta didik, apakah siswa dengan hendaya mendengar atau
siswa dengan hendaya berbicara. Intervensi-intervensi ini hendaknya
secara jelas dan tegas, kapan dan bagaimana dilakukan dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
6) Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan adalah seperti di bawah ini.
135
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
a) Membuat grafik A-B-A design, datanya diperoleh dari pengamatan terhadap
perilaku sasaran selama proses kegiatan belajar mengajar yang telah dicatat dalam
recording sheet for rate data.
b) Menganalisis grafik A-B-A design untuk mengetahui tingkat stabilitas
perkembangan perilaku sasaran (trend stability).
c) Melakukan post test dengan PAC dan GPI, kemudian membandingkannya
dengan hasil-hasil pre test. Perbandingan ke dua sisi ini akan mengetahui secara
nyata tentang perkembangan kognitif dan sosial setiap peserta didik.
d) Menganalisis hasil kegiatan 6) b) dan 6) c) untuk mengambil kesimpulan akhir.
b. Petunjuk Khusus selama Kegiatan Rancangan Pembelajaran
1). Melakukan tes awal dan akhir dengan instrumen PAC dan GPI sesuai dengan
instrumen yang telah disediakan.
3) Tentukan terlebih dahulu karakteristik siswa yang bersangkutan yang benar-
benar spesifik dari setiap siswa dengan hendaya mendengar atau berbicara.
3). Petunjuk-petunjuk khusus selama proses kegiatan belajar mengajar dengan
pola gerak irama hendaknya dilakukan secara bertahap, kapan dan bagaimana
dilakukan serta selalu dengan keterarahan wajah, baik pada setiap terminal
pergantian pola gerak maupun selama kegiatan suatu gerakan.
Langkah-langkah Penyusunan Rancangan Pembelajaran sebagai berikut.
Langkah 1. Melakukan tes awal dengan Play Assessment Chart (PAC) guna
mengukur sampai sejauhmana kemampuan fungsional dari siswa dengan hendaya
mendengar/ berbicara. Sebagai contoh, di bawah ini disampaikan bentuk hasil tes
awal dengan PAC terhadap siswa dengan hendaya mendengar. Perolehannya
sebagai berikut.
136
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Kode/No. PERILAKU SKOR
a.
1.
Menoleh setelah mendengar suara (sesuai dengan umur mental)
…0…
2. Bola mata bergerak mengikuti benda yang digerakkan …1…
3. Meraih benda yang dapat bergerak …1…
4. Menengadahkan kepala pada posisi tiarap …1…
5. Duduk tanpa sandaran …1…
6. Merangkak dari satu tempat ke tempat lain …1…
Jumlah Skor (a) : 5
ab.
25.
Mengenali lagu atau nyanyian yang didengarnya
…0.....
26. Menempelkan gambar pada papan gambar …1…
27. Membuka sekerup yang ada pada sebuah mainan …1…
28. Meletakkan bagian pada mainan bongkar-pasang sesuai dengan
tempatnya, sedikitnya 3 buah
.......1....
29. Bermain di pasir dengan ember dan sekop ……1
30. Berjalan rapih pada tempat yang rata ……0
Jumlah Skor (ab) : 4
b.
49.
Mengenali suara yang nyaring (90 dB)
…0…
50. Membuat gambar bujur-sangkar …1…
51. Memotong selembar kertas menjadi bagian-bagian yang kecil …1…
52. Bermain teka-teki sekurang-kurangnya enam bagian …1…
53. Berayun tanpa bantuan orang lain …0…
54. Mengendarai sepeda roda tiga …1…
Jumlah Skor (b) : 4
c.
73.
Mengenali suara binatang dari sebuah rekaman /tape recorder
.0.....
74. Membuat gambar segitiga 1…
75. Memotong gambar sesuai alur bentuknya 1…
76. Bermain teka-teki, sedikitnya 16 bagian 1…
77. Meloncat-loncat dengan tali karet gelang 0…
78. Berjalan seimbang sepanjang tepi ubin/ papan yang menyempit 0…
…
Jumlah Skor (c) : 3
d.
97.
Mengenali bunyi pertama dari sebuah kata yang ia dengar
…0…
98. Memegang pensil dengan cara yang benar …1…
99. Memotong sebuah angka dengan tepat sesuai bentuknya …1…
100. Mengumpulkan benda kesukaannya (misalnya: perangko, gambar
anak)
.....1....
101. Berenang …0…
102. Mengendarai sepeda roda dua …1…
Jumlah Skor (d) : 4
Jumlah seluruh skor F.1 dan Prosentasenya = 20 : 30 X 100 % = 66,66 %
F. 1. CHECKLIST KETERAMPILAN SENSORI MOTOR
137
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Jumlah seluruh skor F.2. dan Prosentasenya = 16 : 30 X 100% = 53, 33 %.
Kode/No PERILAKU SKOR
a.7. Menunjukkan minat yang tetap kepada benda-mainan ....1.....
8. Menunjukkan minat yang tetap pada lagu/musik …0…
9. Dapat memasukkan benda ke mulut …1…
10. Menyelidiki sesuatu dengan cara : melihat, mendengar, menyentuh, memutar, dan lainnya.
0
11. Menemukan mainan yang disembunyikan, dalam waktu singkat 0
12. Menyukai sosio-drama, yang membuat orang lain tertawa 0
Jumlah Skor (a) : 2
ab. 31. Menulis dengan pensil 1
32. Mengikuti alunan musik dengan gerakan tubuh .....0....
33. Menyusun menara dengan 4-5 buah balok …1…
34. Meletakkan 3-4 balok besar serempak, contoh:”duplo-logo” …1…
35. Mencari mainan yang baru saja disembunyikan dengan cepat 0
36. Bermain dengan binatang peliharaan 1
Jumlah Skor (ab :… 4…
b. 55. Pernah melakukan kegiatan melukis dan mewarnai ….1.
56. Bergerak mengikuti irama .....0
57. Membangun sebuah bentuk berdasarkan bahan yang telah tersedia … 1
58. Menciptakan sendiri lagu-lagu yang lucu 0
59. Menyatakan keinginan pada hari ulang tahun / hari-hari besar 1…
60. Suka berpakaian dengan gaya yang lucu .. 1....
Jumlah Skor (b ):... 4..
c. 79. Menggambar sesuatu yang mirip bendanya 0
80. Menari bebas diiringi musik 0
81. Membangun bentuk dengan balok-kecil, contoh: “lego” 1
82. Suka mendengarkan suara yang berirama 0
83. Melakukan permainan imajinatif 1
84. Suka berlagak 1
Jumlah Skor (c) : 3
d. 103. Menggambar / melukis pada waktu-waktu senggang 1
104. Bermain musik, menyanyi, menari di waktu senggang 0
105. Membuat pekerjaan tangan di waktu senggang 1
106. Bermain bersama dengan binatang peliharaan di waktu senggang 1
107. Berpartisipasi aktif dalam bermain atau bercanda 0
108. Tertarik pada drama yang menggunakan boneka/ golek/ wayang 0
Jumlah Skor (d ): 3
F. 2.
CHECKLIST KETERAMPILAN KREATIVITAS F2.
138
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Kode
/No. PERILAKU
SKOR
a.13. Menampilkan wajah dengan tersenyum 1
14. Membalas senyuman 1
15. Tertarik pada bayangan sendiri dalam cermin 1
16. Menunjukkan miliknya kepada orang lain 1
17. Bermain “Ci Luk Ba !” 0
18. Menonton anak-anak lain yang sedang bermain 0
Jumlah Skor (a) : 4
ab.37 Berpura-pura menjadi: seekor singa, mobil, dan sebagainya 0
38. Bermain bola dengan anak remaja 1
39. Membuat mainan sesuai dengan petunjuk 1
40. Bermain : “mengambil dan menerima” 0
41. Tetap bermain ketika ayah/ibu tidak ada 0
42. Bermain sendiri dan tidak tergantung pada orang lain 0
Jumlah Skor (ab) : 2
b. 61. Berbicara seperti seorang ayah/ ibu 0
62. Mengikuti permainan sederhana sesuai aturan, misalnya: menunggu giliran 0
63. Mengetahui perbedaan mainannya dengan mainan anak lain 1
64. Meminjamkan mainannya kepada anak lain 0
65. Ketika bermain, menirukan perilaku anak remaja 0
66. Bermain boneka sesama teman dengan baik 0
Jumlah Skor (b) : 1
c. 85. Mengambil peran , sesuai aturan, dalam kelompok bermain 0
86. Mengikuti permainan ”jual-beli” sesuai dengan aturan 0
87. Mengambil bagian dalam permainan, seperti “sembunyi dan mencari” 0
88. Bermain kartu, contohnya: “Black-Jack” 1
89. Senang bermain dengan teman sebaya, dari pada orang dewasa 1
90. Membantu pekerjaan sehari-hari di rumah 1
Jumlah Skor (c) : 3
d.109 Mengambil peran-peran berbeda dalam “bermain peran” (role playing) 0
110. Mengikuti permainan, seperti “monopoli” sesuai dengan aturan 1
111. Bekerjasama dalam kelompok, sekurang-kurangnya 4 pasang 0
112. Berpartisipasi aktif dalam permainan beregu, misalnya : sepakbola 0
113. Turut aktif dalam diskusi 0
114. Berpartisipasi dalam organisasi sosial sekolah, misalnya: Pramuka 1
Jumlah Skor (d) : 2
Jumlah seluruh skor F.3. dan Prosentasenya = 12 : 30 X 100% = 40 %.
F. 3 CHECKLIST KETERAMPILAN INTERAKSI SOSIAL
139
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Kode/
No. PERILAKU SKOR
a.19. Mengenali suara orang yang berada disekitarnya 0
20. Dapat meraban / mengoceh 0
21. Bereaksi langsung bila disebut namanya 0
22. Bereaksi bila mendengar kata-kata “Ayah pulang !” 0
23. Mencoba meniru bicara ( tekanan, kata-kata atau gerak tubuh orang yang
berbicara)
0
24. Menyukai gambar yang sederhana dalam buku-bacaan 1
Jumlah Skor (a): 1
ab. 43. Bertanya “Apakah ini?”( dengan suara / gerak tubuh) 1
44. Berkata : “Ibu” atau “Ayah” 0
45. Menyebutkan namanya sendiri 1
46. Mengerti makna kata-kata: “Tunjukkan hidungmu!” 0
47. Dapat menggunakan konsep tentang besar / kecil 1
48. Menyukai cerita dalam buku pelajaran 1
Jumlah Skor (ab): 4
b. 67. Bertanya: „Apa gunanya ini?‟ 1
68. Menceritakan kisah dari sebuah gambar 0
69. Menyebutkan warna, sekurang-kurangnya 4 macam 0
70. Mengerti terhadap kata-kata: “Dimana mainanmu ?” (untuk Pria) / “Dimana
boneka kesayanganmu?‟ (untuk wanita).
1
71. Menggunakan konsep-konsep, misalnya beberapa / tak satupun 1
72. Menyukai cerita 0
Jumlah Skor (b): 3
c. 91. Bertanya: “Mengapa ini semua terjadi?” 0
92. Menjawab pertanyaan : “Apakah apel itu ?” 0
93. Mengenal tulisan nama sendiri 1
94. Menceritakan pengalamannya (dengan gerak tubuh / lisan) 1
95. Dapat menggunakan konsep : pertama / terakhir 1
96. Suka mendengarkan cerita anak 0
Jumlah Skor (c) : 3
d. 115. Membaca kata-kata sederhana 0
116. Membaca buku pelajaran sederhana 0
117. Menulis namanya sendiri 1
118. Menuliskan makna suatu gambar 1
119. Menulis surat 1
120. Membaca lantang sajak atau cerita 0
Jumlah Skor (d) : 3
Jumlah seluruh skor F.4. dan Prosentasenya = 13 : 30 X 100% = 43,33 %
F. 4.
CHECKLIST KETERAMPILAN BERBAHASA
SECARA KONSEPTUAL
140
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
BAGAN 3.1 ASESMEN PAC
Cara Pengisian Bagan Asesmen:
(Dihitamkan dengan pinsil/ diaransir)
Keterampilan anak yang memperlihatkan kondisi Yang dapat ia lakukan secara wajar
(Tetap dikosongkan/ tidak diwarnai) Jika anak yang bersangkutan tidak mampu
melakukan kondisi yang diterapkan Langkah 2.
119
97
98
99
100
101
102
103
104 105 106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116 117 118
120
24 23 22 21 20
19
1
2
3
4
5
6
7 8 9 10 11
12
13
14
15
16
17
25
26
27
28
29
30
31 32 33 34 35
36
37
38
39
40
41
42
43 44
45 46 47 48
49
50
51
52
53
54
55 56
57 58 59
60
61
62
63
64
65
66
67 68
69 70 71
72
73
74 51
75
76
77
78
79 80
81 82 83
84
85
86
87
88
89
90
91 92 93 94 95
96
a
a a
a
ab ab
ab ab
b
d
c
b
b
d
c
c
d
b
c
d
18
141
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Tes awal dengan menggunakan instrumen Geddes Psychomotor
Inventory (GPI) untuk mengetahui kemampuan gerak dan keseimbangan tubuh
dari anak yang mempunyai hendaya mendengar. Di bawah ini sebagai contoh
adalah siswi dengan hendaya mendengar berusia 10 tahun yang duduk di kelas 3
sekolah dasar luar biasa, hasil-hasil yang diperoleh sebagai berikut.
PROFIL GPI UNTUK USIA 9 HINGGA 13 TAHUN
(INTERMEDIAL LEVEL)
Cara Pengisian Jawaban: Berilah tanda Checklist (V) pada kolom berangka berikut: Angka 4 Jika anak dapat Melakukan Sendiri
Angka 3 Jika anak melakukannya dengan Pertolongan Minimal
Angka 2 Jika anak melakukan dengan Pertolongan Sedang Angka 1 Jika adak dapat melakukannya dengan Pertolongan Maksimal
Angka 0 Jika anak Tidak dapat melakukannya.
No. Tingkat Penguasaan 4 3 2 1 0
Gerak Dasar dan Daya Gerak:
A.1 Berjalan……………………………………………………. v
A.2 Berlari…………………………………………………. v
A.3 Memanjat v
A.4 Mekanisme Gerak Tubuh………………………… v
Penguasaan Alat:
B.5 Melakukan Gerakan pada “Palang Sejajar “ …………………. v
B.6 Bergerak melewati ”Peti Limpat” ……………………………. v
Kemampuan Gerak dalam Air :
C.7 Melakukan gerakan tubuh di permukaan air v
C.8 Mengapung di air ……………………………………………. v
C.9 Meluncur dalam air ………………………………………….. v
C.10 Melakukan gerakan tangan dan kaki dalam air ……………… v
C.11 Berenang dengan salah satu gaya ……………………………. V
Penguasaan Terhadap Bola/ Benda :
G.25 Melempar ……………………………………………………. v
G.26 Menangkap ………………………………………………….. v
G.27 Menendang …………………………………………………. v
G.28 Memukul dengan alat pukul v
Jumlah masing-masing : 3 9 3 - -
= X =
Data yang terkumpul ini menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan
dalam melakukan gerak psikomotor masih memerlukan bantuan orang lain.
45 3
142
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
KEMAMPUAN PERSEPSI GERAK
(PERCEPTUAL MOTOR SKILL) Cara Pengisian Pada Kolom Berangka: Berilah tanda Checklist (V) pada kolom berangka, sebagai berikut:
Angka 4 Jika anak dapat Melakukan Sendiri Angka 3 Jika anaklakukannya dengan Pertolongan Minimal
Angka 2 Jika anak melakukan dengan Pertolongan Sedang Angka 1 Jika adak dapat melakukannya dengan Pertolongan Maksimal
Angka 0 Jika anak Tidak dapat melakukannya.
Nomer: Jenis Kemampuan 4 3 2 1 0 A. Penglihatan Dekat, Dengan Jarak 1 Meter.
A.1 Mata mengikuti garis tegak lurus V
A.2 Mata mengikuti garis sejajar V
A.3 Mata mengikuti garis horizontal V
A.4 Mata mengikuti pola berbentuk bundar V
B. Jarak : Jauh 3 meter.
B.5 Mata mengikuti garis tegak lurus V
B.6 Mata mengikuti garis sejajar V
B.7 Mata mengikuti garis horizontal V
B.8 Mata mengikuti pola berbentuk bundar V
B.9 Mata ditujukan ke titik pusat – pandang. V
C. Membedakan Bentuk Melalui Daya Pandang:
C.10 Mencocokan beberapa bentuk geometris V
C.11 Mencocokan beberapa bentuk suatu benda. v
C.12 Membuat bentuk angka: 1 V
C.13 Membuat bentuk benda - - - V
C.14 Membuat bentuk : O V
C.15 Membuat bentuk tanda : + V
C.16 Membuat bentuk gambar : V
C.17 Membuat bentuk gambar : V
D. Membedakan Bentuk Melalui Daya Pandang :
D.18 Mampu menyusun bentuk O yang berbeda ukuran secara tepat V
D.19 Memahami konsep tentang Besar dan Kecil V
E. Mengetahui Perbedaan Warna :
E.20 Dapat mencocokan warna-warna V
E.21 Memilih warna V
E.22 Menyebutkan nama jenis warna V
F. Koordinasi Mata – Tangan:
F.23 Garis lurus dengan titik-titik tegak ( : ) V
F.24 Garis tegak dengan titik-titik mendatar ( …… ) V
F.25 Garis menyilang dengan titik-titik menyilang ( ) V
G. Kemampuan Memadukan :
G.26 Dapat membedakan bentuk 6 potongan-potongan kecil ke dalam
bentuk (misalnya dengan potongan-potongan gambar “bebek”)
V
G.27 Dapat memadukan 14 bagian menjadi kesatuan utuh (misalnya:
Gambar seorang tukang penjual susu)
V
H. Menggapai Benda-benda Padat Melalui Sentuhan (Stereonosis)
H.28 Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah
sisir.
v
H.29 Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah
sendok.
V
H.30 Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah
sikat gigi.
V
143
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
I. Pendengaran:
I.31 Dapat membedakan suara : Lemah – Kuat V
I.32 Dapat menggolongkan suara lemah dan kuat V
I.33 Melalui pendengaran, dapat membedakan objek yang berada di
depan dan di belakangnya walau dengan mata terpejam.
V
I.34 Mampu menirukan bunyi (setelah mendengar) misalnya : do-re-mi V
J. Konsep Tentang Tubuh:
J.35 Memahami dengan benar terhadap nama masing-masing anggota
tubuh (sambil menunjukan bagian tubuh tersebut)
v
J.36 Memahami fungsi anggota tubuh antara bagian yang satu dengan
yang lainnya (misalnya dengan mampu membuat gambar tentang
dirinya)
V
J.37 Dapat menyusun teka-teki gambar tubuh anak laki-laki / wanita
sesuai dengan bagian-bagian tubuh.
v
J.38 Mampu memanipulasi tubuhnya melewati sebuah rintangan. v
J.39 Memahami hubungan antara bagian-bagian tubuh dengan benda-
benda di sekitarnya (misalnya meletakan kemeja pada tubuh secara
benar)
v
J.40 Dapat merasakan perasaan sedih atau gembira dengan cara menagis
atau tertawa.
V
J.41 Kesadaran tubuh secara gerak kinestetik (dapat mengulangi gerakan
lengan ke arah sisi dan menurunkannya secara terpejam)
V
J.42 Kesadaran kinestetik secara gerak halus V
K. Memahami Posisi Tempat:
K.43 Dapat mengangkat kedua tangan ke atas. v
K.44 Dapat menempatkan kedua lengan pada posisi bawah tubuh. V
K.45 Dapat meletakan kedua lengan di depan tubuh. v
K.46 Dapat meletakan kedua lengan di belakang tubuh. v
K.47 Dapat menaruh kedua lengan di atas kepala. V
K.48 Dapat menaruh kedua lengan di bawah kursi V
K.49 Dapat menaruh kedua lengan di samping tubuh. V
K.50 Dapat mengenali tangan Kanan V
K.51 Dapat mengenali tangan Kiri. V
L. Hubungan dengan Pola Ruang:
L.52 Dapat menirukan suatu pola bentuk dengan tiga balok V
M. Daerah Penglihatan: Gerak Fine Motor
M.53 Dapat membentuk sebuah betuk kotak secara aktif V
M.54 Dapat menggambar sebuah O dengan pinsil V
M.55 Dapat menggambar dengan pinsil V
M.56 Dapat menggambar tanda : X v
M.57 Dapat menggambar bentuk berbagai posisi (seperti berlian) V
M.58 Dapat melempar bola melewati kedua lutut V
M.59 Dapat menggelindingkan bola V
N. Jumlah dan Angka-angka (Pada Peg-Board):
N.60 Dapat membedakan; satu dengan banyak V
N.61 Dapat membedakan antara angka 1 dengan angka 2 V
N.62 Dapat menghitung angka sampai 10 V
N.63 Dapat memahami angka hingga 30 (dengan menghitung setinggi
mungkin)
V
N.64 Memahami konsep angka 6 (dengan cara menempelkan 6 biji peg pad board)
V
O. Konsep Waktu:
O.65 Memahami konsep waktu: siang dan malam (dapat membandingkan
antara gambar yang menandakan siang/malam)
V
O.66 Mengenali gambar tentang musim penghujan/kemarau.
V
144
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
P. Memahami Sesuatu Tentang Benda:
P.67 Tahu nama sebuah benda melalui gambar V
P.68 Mengenali benda serta tahu cara menggunakannya V
P.69 Dapat menceritakan dongeng yang baru didengar.
V
Q. Konsep tentang Garis Tengah Tubuh:
Q.70 Menirukan suatu gerak sentuhan tangan kiri ke telinga kanan. V
Q.71 Menirukan gerak sentuhan tangan kanan ke telinga kiri. v
Q.72 Menirukan gerak sentuhan tangan kiri ke mata kanan. V
Q.73 Menirukan gerak sentuhan tangan kanan ke mata kiri. V
Q.74 Menggambar garis sejajar dari arah kiri ke kanan di papan tulis
dengan memakai tangan yang tidak biasa digunakan.
v
Jumlah masing-masing skor secara keseluruhan ( ) :
42
20
6
3
3
Rata-rata Skor keseluruhan ( ) :
243:74= 3,2
Dari data pengamatan tersebut di atas, diperoleh informasi bahwa siswa dengan
hendaya mendengar ini masih memerlukan bantuan dalam kegiatan berkaitan dengan
keterampilan persepsi-gerak
ADL (ACTIVITY DAILY LIVING SKILL)
ATAU KEHIDUPAN SEHARI-HARI Cara Pengisian Pada Kolom Berangka: Berilah tanda Checklist (V) pada kolom berangka, sebagai berikut: Angka 4 Jika anak dapat Melakukan Sendiri Angka 3 Jika anal melakukannya dengan Pertolongan Minimal
Angka 2 Jika anak melakukan dengan Pertolongan Sedang
Angka 1 Jika adak dapat melakukannya dengan Pertolongan Maksimal
Angka 0 Jika anak Tidak dapat melakukannya.
No. Jenis Kemampuan 4 3 2 1 0 FA.3 – Penilaian Terhadap :
FA 3.1 Reaksi sentuhan V
FA 3.2 Perasaan sakit V
FA 3.3 Penyesuaian suhu udara V
FA 3.4 Suasana hati v
FA 3.5 Daya penciuman V
FA 3.6 Daya pendengaran V
FA 3.7 Daya penglihatan V
FA 3.8 Daya tengkap terhadap perintah/suruhan v
FA 3.9 Pemahaman terhadap ruang V
FA 3.10 Merubah bentuk bangunan V
FA 3.12 Fungsi gerak persendian v
FA 3.13 Menyisir rambut V
FA 3.14 Makan tanpa dibantu orang lain V
FA 3.15 Mengencangkan kerah baju V
FA 3.16 Menarik resleting pada bagian celana/rok V
145
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
FA 3.17 Mengancingkan lengan baju V
FA 3.18 Menalikan sepatu V
FA 3.19 Membungkukan badan V
FA 3.20 Penyesuaian diri terhadap lingkungan V
FA.4 – Kemampuan ADL – Makan
FA 4.1 Menyendok nasi V
FA 4.2 Memeotong/mengerat daging V
FA 4.3 Makan memakai sendok V
FA 4.4 Minum melalui pipa sedotan V
FA 4.5 Minum dengan gelas V
FA 4.6 Minum dengan cangkir V
FA 4.7 Menuangkan air ke gelas / cangkir dari tempatnya V
FA.5 – ADL – Berpakaian
FA 5.1 Menanggalkan celana panjang/pendek V
FA 5.2 Memasang ikat pinggang V
FA 5.3 Memakai kutang/BH (bagi wanita) V
FA 5.4 Memakai celana dalam V
FA 5.5 Memakai rok bawah (wanita) V
FA 5.6 Mengenakan bando (wanita)/dasi (laki-laki) V
FA 5.7 Mengenakan stocking(wanita) – kaos (laki-laki) V
FA 5.8 Mengenakan pakaian malam V
FA 5.9 Mengenakan konde / harnet (wanita) V
FA 5.10 Mengenakan kimono/mantel V
FA 5.11 Memakai jaket V
FA 5.12 Mengenakan mantel hujan
V
FA.6 – ADL – Kesehatan Diri 4 3 2 1 0
FA 6.1 Membuang ingus V
FA 6.2 Mencuci muka/tangan V
FA 6.3 Membersihkan diri setelah buang air besar V
FA 6.4 Menggosok gigi V
FA 6.5 Membersihkan rambut V
FA 6.6 Berpatut diri / make-up V
FA 6.7 Mengguntung kuku V
FA 6.8 Membersihkan kuku jari V
FA 6.9 Memakai deodorant atau wewangian tubuh V
FA 6.10 Menggunakan pembalut wanita V
FA.7 – ADL – Komunikasi
FA 7.1 Berbahasa lisan V
FA 7.2 Membaca simbol khusus misalnya taanda WC: L/W V
FA 7.3 Cara memegang buku bacaan V
FA 7.4 Cara membuha halaman buku V
FA 7.5 Menulis surat / lamaran kerja V
FA 7.6 Menggunakan telepon V
FA 7.7 Mengetik V
FA – 8 – ADL Pekerjaan berkaitan dengan tangan
FA 8.1 Cara memegang uang V
FA 8.2 Memegang surat V
FA 8.3 Menggunakan gunting V
FA 8.4 Mmbuka botol/ soples / benda lain yang sejenis V
FA 8.5 Membungkus kado atau bingkisan V
FA 8.6 Menjahit kancing / lobang kancing V
FA 8.7 Menyemir sepatu V
FA 8.8 Meruncingkan pinsil V
FA 8.9 Menutup dan membuka surat V
146
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI DARI ADL
No.
Urut
Jenis ADL Jumlah ( ) Re-rate ( )
1. FA-3 : Penilaian terhadap kegiatan 67 :20 = 3,3
2 FA-4 : Kemampuan ADL 27 : 7 = 3,8
3. FA-5 : ADL Berpakaian 44 : 12 = 3,6
5. FA-6 : ADL Kesehatan diri 38 : 10 = 3,8
5. FA-7 : ADL Komunikasi 16 : 7 = 2,2
6. FA.8 : Pekerjaan berkaitan dengan
tangan
34 : 9 = 3,7
Jumlah : 226 : 65 = 20,4:6 = 3,4
Dari data ADL tersebut di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan hendaya
mendengar ini masih sangat memerlukan bantuan dalam komunikasi dan kegiatan
persepsi gerak.
Langkah 3. Analis data pre tes dengan PAC
Dari hasil tes awal diperoleh data berkaitan dengan “keberadaan” siswa
dengan hendaya mendengar sebagai berikut di bawah ini.
a. Hasil PAC, menunjukkan adanya kelemahan pada daerah interaksi sosial, yakni
40%, kemudian ada kendala pada keterampilan bahasa yaitu 43,33%, dan
kreativitas yang masih dianggap rendah yaitu 53,33%.
b. Hasil GPI, memberikan informasi bahwa: Siswa dengan hendaya mendengar ini
masih memerlukan bantuan orang lain dalam kegiatan-kegiatan berkaitan
dengan : 1) psikomotor, 2) keterampilan persepsi gerak khususnya dalam hal
pola ruang, posisi tempat, konsep tentang tubuh dan pendengaran, 3) kegiatan
sehari-hari khususnya dalam hal berkomunikasi dan kegiatan-kegiatan berkaitan
dengan persepsi geraknya.
Langkah 4. Penyusunan Pola Gerak.
Dari analisis terhadap tes awal dengan PAC dan GPI diperoleh suatu
informasi yang sangat berguna bagi penyusunan pola gerak yang hendak
diaplikasikan kedalam rancangan pembelajaran bidang studi tertentu. Pola gerak
yang disusun hendaknya memperhatikan aspek-aspek berkaitan dengan upaya-
upaya yang lebih menekankan kepada peningkatan pada keterampilan persepsi
gerak, komunikasi, interaksi sosial, dan keterampilan bahasa.
Pola gerak disusun berdasarkan atas konsep-konsep interaksi gerak
(yang tertera di halaman 50 pada Bab I). Dari konsep interaksi gerak ini diperoleh
skematis pola gerak berkaitan dengan: dimana tubuh digerakan, bagaimana tubuh
digerakkan, dan hubungan gerak dengan orang/benda di sekitarnya atau
relationship.
147
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Tabel 3.1.
Skematis Pola Gerak untuk Anak dengan Hendaya Mendengar
Skill Themes
Konsep Gerak
LOCOMOTOR MANIPULATIVE NON-
MANIPULATIVE
Berjalan
Lempar & Tangkap
Keseimbangan Tubuh
A. Dimana Tubuh
Digerakkan :
- Lokasi : -Ruangan Bebas -Ruangan Bebas -Ruangan Bebas
-Arah : -Ke depan -Ke depan -Ke depan
-Tingkat perluasan -Lambat ke Cepat - Berkali-kali -Ke depan dan ke-
belakang.
B. Bagaimana Tubuh
Digerakkan:
- Waktu : -Tidak cepat - Sedang -Lambat
- Tenaga : -Sedang -Sepenuhnya -Sepenuhnya
-Arah/ Alur : - Ditentukan - Ke depan -Ke depan
C. Relationship:
- Tubuh : -Gerak Teratur -Mengarah tubuh -Sikap kayang
- Objek/ Orang: -Bergandengan tangan. –Berdua berhadapan. –Di atas papan
-Bentuk sosialnya: -Bersama-sama teman. –Bergantian. –Berpasangan.
Dari skematis tersebut dibuatlah bagan pola gerak, seperti di bawah ini.
A B
C
D
E
F
G
148
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Keterangan Gambar Pola-Gerak
A : Lokasi pertama untuk melakukan gerak keseimbangan berjalan di atas papan/
garis yang menyempit.
B: Lokasi kedua untuk melakukan kegiatan mengenali anggota tubuh
C: Lokasi ketiga untuk melakukan kegiatan melempar bola kasti ke keranjang
sambil menghitung perolehannya dengan suara keras/lantang.
D: Lokasi keempat untuk kegiatan membaca bacaan yang tersedia dan
menyalinnya ke dalam buku catatan siswa yang bersangkutan.
E: Lokasi kelima Siswa melakukan komunikasi antar temannya, memberi tahu
tentang kegiatan yang sudah dilakukan mereka
F: Lokasi keenam untuk melakukan latihan keseimbangan tubuh (balance).
G: Lokasi terakhir untuk melakukan kegiatan menggambar tubuh teman yang
berbaring di lantai.
O A: Kegiatan berjalan berpasangan, gerakan berjalan lambat dan dilakukan
dengan melihat kiri/kanan untuk mengambil tugas bacaan yang ditaruh
sepanjang jalan.
A B : Kegiatan berjalan berpasangan dengan temannya sambil menyanyi
lagu “naik-naik ke puncak gunung”. Gerakan jalannya berkelak-kelok.
B C : Kegiatan berjalan melewati rintangan, siswa bergandengan tangan
dengan temannya sambil memberi tahu akan adanya rintangan. Sambil
menyanyikan lagu “Lompat hai katak lompat …”
C D: Berjalan cepat sambil bergandeng-tangan dengan pasangannya.
D E: Gerakan berjalan mundur secara perlahan-lahan sambil bergandengan
tangan dengan temannya.
E F: Kegiatan untuk melakukan tukar posisi dengan pasangannya, dari kiri
ke kanan, menyanyikan lagu “Ayo cepat jangan malu-malu”
F G: Kegiatan berkomunikasi, dan menyanyi bersama-sama lagu”Disini
senang disana senang dimana-mana hatiku senang”
G O : Berjalan bergandengan tangan sambil memejamkan mata menuju
akhir kegiatan.
Dari pola gerak yang susunannya dibuat berdasarkan atas “keberadaan”
kemampuan/kelemahan siswa dengan hendaya mendengar/berbicara berdasarkan
atas hasil analisis terhadap tes GPI dan PAC, kemudian disusunlah sebuah
rancangan pembelajaran. Sebagai contoh rancangan pembelajaran untuk siswa
dengan hendaya mendengar/ berbicara sebagai berikut.
149
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
CONTOH
RANCANGAN PEMBELAJARAN
UNTUK SISWA DENGAN HENDAYA MENDENGAR DAN BERBICARA
Mata Pelajaran : Pengembangan Bahasa dan
Komunikasi.
Pokok Bahasan : Kepala
Sub Pokok Bahasan : Bagian-bagian penting pada
kepala .
Kelas/Semester : II / I
Waktu : 180 jam pelajaran.
__________________________________________
I. Standar Kompetensi
Menggunakan bahasa dan persepsi gerak dalam pemecahan masalah
II. Kompetensi Dasar
Mengucapkan dan menyampaikan nama bagian-bagian kepala dengan lafal
yang benar (mata, hidung, telinga, mulut, dan pipi), secara oral maupun
menggunakan bahasa isyarat/ total komunikasi.
III. Hasil Belajar
Mampu menyampaikan nama-nama bagian kepala baik secara oral maupun
dengan bahasa isyarat atau komunikasi total.
IV. Indikator
1. Mengucapkan nama-nama bagian penting yang ada di kepala
dengan lafal yang benar.
a. Menunjukkan bagian-bagian penting pada bagian kepala sambil
diucapkan.
b. Berkomunikasi antar teman untuk menyampaikan nama-nama
penting bagian kepala.
V. Materi Pokok
Pengetahuan Bahasa dan komunikasi
VI. Alokasi Waktu
2 X 30 menit per tiap pertemuan.
VII. Pengalaman Belajar
1. Apersepsi/ Motivasi
a. Mengarahkan siswa dengan hendaya mendengar/berbicara pada situasi
belajar, dengan mengadakan percakapan tentang nama-nama penting pada
kepala.
b. Mengingatkan kembali keberadaan nama bagian-bagian kepala sesuai
dengan posisi dan tempat yang benar.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa berada di lokasi ruang bebas, artinya tidak di dalam ruang khusus.
Kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan pengenalan nama-nama
bagian dari tubuh yang ada di kepala dengan melakukan persepsi gerak.
b. Langkah-langkah kegiatan inti sebagai berikut.
150
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Langkah-langkah: Pola Gerak : Nyanyiannya:
Kegiatan 1.
Peserta didik berada pada ruang
bebas dengan posisi berpasangan dengan temannya. Gerakan yang
dilakukan dari posisi awal menuju
tempat A adalah berjalan lambat
berpasangan sambil melihat ke
kiri/ke kanan untuk mengambil
tugas bacaan. Jika menemui tugas
bacaan peserta didik berhenti
sejenak, kemudian membacanya.
Pada lokasi A setiap siswa
berjalan di atas papan/ garis yang
menyempit.
Kegiatan ke-2:
Peserta didik berpasangan dengan
temannya berjalan berkelok-kelok
menuju lokasi B. Saat berjalan
menyanyikan lagu bersama-sama.
Di lokasi B peserta didik
melakukan kegiatan komunikasi
antar teman untuk menyebutkan
bagian-penting dari anggota tubuh
yang ada di daerah kepala
Pada Kegiatan ke-
2 :
Nyanyian: “Naik
naik ke puncak
gunung” dari
lokasi A ke B.
Kagiatan ke-3:
Berjalan melalui rintangan dari
lokasi B ke C. Berjalan sambil
bergandengan tangan dengan
temannya, sambil menyanyi dan
memberi tahu adanya rintangan.
Pada lokasi C setiap peserta didik
melempar bola kasti ke keranjang
yang telah tersedia. Setiap siswa
menghitung hasil perolehan
lemparan mereka dengan suara lantang.
Kegiatan ke-4 :
Berjalan cepat menuju lokasi D
secara bergandeng tangan dengan
temannya. Tiba di lokasi D setiap
siswa membaca bacaan yang
tersedia dan menyalinnya ke
dalam buku catatan masing-
masing.
Kegiatan ke-5:
Dari lokasi D ke E setiap peserta melakukan gerakan berjalan
mundur perlahan-lahan. Mereka
melakukannya sambil bernyanyi
:‟Ayo mundur, jangan malu-
malu…”
Pada kegiatan ke-3
ini setiap siswa
menyanyikan
lagu:”Lompat hai
katak lompat”
Nyanyian pada kegiatan ke-5:
adalah “Ayo
mundur, jangan
malu-malu”.
A
B C.
D
D
E
F
G
A
C B
151
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Kegiatan ke-6
Melakukan tukar posisi saat
berjalan lokasi dari lokasi E ke F.
Lagu yang mengiringi dan
dinyanyikan secara bersama-sama
adalah:”Ayo cepat!, jangan malu-
malu”
Kegiatan ke-7:
Dari lokasi F ke G melakukan
kegiatan komunikasi antar teman,
menyebutkan nama bagian penting dari tubuh di daerah
kepala. Dilanjutkan dengan
berjalan bergandengan tangan dari
lokasi G ke posisi semula.
Gerakan berjalan dari lokasi G ke
O dilakukan dengan memejamkan
mata.
Nyanyian pada
Kegiatan ke-6:
“Ayo cepat!,
jangan malu-
malu”
VIII. Sumber/ Bahan/ Alat
Sumber: GBPP atau silabi, KBK, dan buku-buku berkaitan dengan anggota
tubuh manusia untuk kelas II SLB-B.
Bahan: Meliputi nama-nama anggota bagian tubuh di daerah kepala seperti:
hidung, mata, mulut, telinga, pipi.
Alat: beberapa alat peraga, bola kasti, papan keseimbangan, tali rapiah,
bahan bacaan sebagai tugas membaca.
IX. Evaluasi
A. Prosedur : Post test
B. Jenis tes: Lisan dan perbuatan
C. Alat Tes: Beberapa gambar anggota tubuh dan bola kasti.
Tes Lisan:
1. Sebutkan dan tunjukkan nama dari bagian-bagian anggota
tubuh yang ada di daerah kepala.
2. Berapakah jumlah nama anggota yang kamu dapat sebutkan
dengan lafal yang benar ?
Tes Perbuatan:
Jika kamu dapat menyebutkan nama dari anggota tubuh yang ada di
daerah kepala dengan lafal yang benar lemparkan bola ke keranjang
yang tersedia. Jika tidak benar maka kamu berjalan mundur dengan
mata terpejam 10 langkah.
X. Kriteria Penilaian
1. Nilai sangat baik, jika peserta didik dapat mengucapkan semua nama
bagian anggota tubuh dengan lafal yang benar.
2. Nilai Baik, jika peserta didik dapat mengucapkan sedikitnya tiga dari
nama-nama anggota tubuh di daerah kepala dengan lafal benar.
3. Nilai Kurang, jika peserta didik tidak dapat mengucapkan dengan lafal
benar nama anggota tubuh di daerah kepala.
Bandung, …………………………….
Guru Kelas,
152
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
Setelah program pembelajaran yang sesuai dengan Rancangan
Pembelajaran tersebut di atas selesai dilaksanakan oleh guru kelas, selanjutnya
guru kelas bersama-sama dengan guru lain sebagai pengamat (lebih diutamakan
adalah guru bidang studi) melakukan refleksi. Refleksi ini merupakan kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama dengan menggunakan format isian yang
telah diisi oleh masing-masing guru. Diharapkan kegiatan ini dapat meninjau
sejauhmana “penyimpangan” yang telah dilakukan oleh guru-kelas saat proses
kegiatan belajar mengajarnya. Kemudian membuat revisi terhadap rancangan
pembelajaran yang akan diterapkan pada kegiatan berikutnya.
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melihat stabilitas perkembangan
dari behavior target yang telah dirancang sebelum rancangan pembelajaran dibuat
dan setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai. Stabilitas perkembangan
dapat dihitung setelah grafik A-B-A dibuat (informasi data adalah perolehan
pengamatan terhadap kemunculan target behavior selama proses pembelajaran).
Stabilitas perkembangan ini kemudian diperbandingkan dengan hasil
perkembangan antara pre-test dan post test yang menggunakan instrumen PAC
dan GPI. Kesimpulan hasil akhir dari proses kegiatan mengajar dengan aplikasi
gerak irama akan dapat dibuat setelah membandingkan antara kemajuan
perkembangan stabilitas dan perkembangan antara tes-awal dengan tes akhir dari
GPI dan PAC.
153
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
C. RANGKUMAN
1. Yang dimaksudkan anak dengan hambatan mendengar adalah mereka
yang mempunyai kompetensi yang kurang dalam perkembangan
keseimbangan, koordinasi gerak-tubuh, dan gerak berpindah (Lewis, V.,
2003:98). Deaf children tidak mampu mendengar suara dengan intensitas
90 dB. Mereka yang masih mampu mendengar intensitas suara di bawah
90 dB disebut dengan Hard of hearing (Hallahan & Kauffman, 1991:
264).
2. Yang dimaksudkan anak dengan hendaya berbicara adalah mereka yang
mempunyai kompetensi yang kurang dalam segi kekuatan, nilai, kualitas
dan kuantitas dalam perkembangan bahasa. Terjadinya hambatan
perkembangan bahasa mempunyai implikasi utama terhadap hambatan
perkembangan kemampuan berbicara seseorang (Bishop, 1999:19).
Terjadinya kekurangan kompetensi dalam kemampuan berbicara
disebabkan oleh kerusakan pada gyrus ketiga bagian kiri depan lapisan
luar otak (the left frontal lobe of the brain) (Broca, 1861, dalam Jokl,
1978:314).
3. Ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya hendaya berbicara yaitu:
faktor neurologis, faktor kognitif dan faktor etiologis/ genetika. Faktor
genetika diyakini sepenuhnya sebagai faktor dominan.
4. Jika anak dengan hendaya mendengar tidak mempunyai kemampuan
berbahasa, maka anak tersebut akan mendapatkan kesulitan dalam
kemampuan berfikirnya, bahkan dimungkinkan kemampuan berfikir yang
telah ada di benaknya akan menghilang. Dengan kata lain, bahwa
154
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
kemampuan berbahasa sangat menentukan kemampuan kognisi, sehingga
pengetahuan dan pemahaman seorang anak dengan hendaya mendengar
hendaknya sepadan dengan kemampuan dan pemahaman anak yang
mampu dengar.
5. Penemuan oleh Broca berkaitan dengan afasia motoris dan penemuan
Wernicke tentang afasia sensoris dapat menggambarkan adanya
mekanisme peralihan dari bentuk mental ke arah tindakan gerak atau
actions. Dalam hal ini otak dapat menyatukan seluruh sistem syaraf
termasuk pada kontrol terhadap kognisi dan gerakan. Kegiatan ini
menyebabkan otak dapat menggantikan kegiatan seluruh sektor indera
yang “menghilang” pada salah satu indera kita. Jadi indera penglihatan
yang hilang dapat diperkuatnya indera lain seperti indera raba dan rasa
menggantikan “kedudukan” indera yang “hilang” tersebut.
6. Terdapatnya kesulitan pada gerak keseimbangan dan koordinasi gerak
tubuh (termasuk didalamnya: koordinasi dinamika gerak, koordinasi gerak
visual dan gerak berpindah) pada seorang siswa dengan hendaya
mendengar (Leewis, V., 2003:98) merupakan salah satu alasan utama
diperlukannya model pembelajaran berbasis gerak irama.
155
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie
D. Daftar Rujukan Bab III
Ashman, A. & Elkins, J. (1994). Educating Children with Special Needs. New
York: Prentice Hall.
Berube, M. S. (1982). The American Heritage Dictionary, Second College
Edition. Boston : Houghton Mifflin Company.
Bishop, D.V.M. (1997). Uncommon Understanding Developmental and Disorders
of Language Comprehension in Children. East Sussex, UK:
Psychology Press Ltd.
Delphie, B. (2005). Program Pembelajaran Individual Berbasis Gerak Irama.
Bandung: Pustaka Bani Quraisyi.
________ (2001). Empat dalam Satu. Bandung: Penerbit Mitra Grafika.
Gregory, S., Knight, P., McCracken, W., Powers, S., and Waatson, L. (1999).
Issues in Deaf Education. London: David Fulton Publishers.
Hallahan D. P. & Kauffman J.M. (1991 dan 1986). Exceptional Children:
Introduction to Special Education. Englewood Cliffs, New
York: Prentice-Hall International, Inc.
Jokl, E. (1978). Rehabilitation in Basic Book of Sports Medicine. Olympic
Solidarity of The International Olympic Committee: Vatican
Polyglot Press.
Kelly, L.J. and Vergasan, G.A. (1978). Dictionary of Special Education and
Rehabilitation. Denver, Colorado: Love Publishing
Company.
Lewis, V. (2003). Development and Disability, Second edition. Oxford, UK :
Blackwell Publishers.
Maslim, R. (2000). Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Press.
Reynolds, C.R. & Mann, L. (1987). Encyclopedia of Special Education: A
Reference for the Education of the Handicapped and Other
Exceptional Children and Adults, Volume 1. Canada: John
Wiley & Sons, Inc.
156
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus – Bandi Delphie