16
41 BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Kondisi Geografis Daerah Gambaran Umum Kabupaten Blitar Kabupaten Blitar merupakan salah daerah di Propinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak pada 11125’ – 11220’ BT dan 757-89’52 LS yang berada di sebalah Barat Daya dari Surabaya dengan jarak ±160 km. Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Malang di sebelah Utara, Kabupaten Malang sebelah Timur, Samudera Indonesia di sebelah Selatan dan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di sebelah Barat. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.588,79 km yang terbagi menjadi 2 yaitu Blitar Utara dan Blitar Selatan yang dipisahkan oleh aliran sungai Brantas. Perbedaan keduanya terletak pada potensi kedua wilayah tersebut, Blitar Utara merupakan dataran rendah, tanahnya yang subur dan beriklim basah sedangkan Blitar Selatan merupakan daerah pegunungan yang berbatu dimana batuan tersebut cenderung berkapur sehingga mengakibatkan tanah tandus dan susah untuk ditanami, pantai dan beriklim kering. (www.blitarkab.go.id) Pertumbuhan yang sangat penting terjadi sejalan dengan sejarah kabupaten Blitar dewasa ini terdapat pada masa pemerintahan Raja Jayanegara (1309-1328). Salah satu prasastinya ditemukan di desa Blitar sekarang. Prasasti tersebut dikenal dengan prasasti Blitar 1 yang bertarikah

BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Kondisi Geografis Daerah ...eprints.umm.ac.id/39689/4/BAB III.pdf · Gambaran Umum Kabupaten Blitar . Kabupaten Blitar merupakan salah daerah di Propinsi

Embed Size (px)

Citation preview

41

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

3.1 Kondisi Geografis Daerah

Gambaran Umum Kabupaten Blitar

Kabupaten Blitar merupakan salah daerah di Propinsi Jawa Timur yang

secara geografis terletak pada 111⁰25’ – 112⁰20’ BT dan 7⁰57-8⁰9’52 LS

yang berada di sebalah Barat Daya dari Surabaya dengan jarak ±160 km.

Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Malang di sebelah

Utara, Kabupaten Malang sebelah Timur, Samudera Indonesia di sebelah

Selatan dan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di sebelah Barat.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.588,79 km yang terbagi menjadi 2

yaitu Blitar Utara dan Blitar Selatan yang dipisahkan oleh aliran sungai

Brantas. Perbedaan keduanya terletak pada potensi kedua wilayah tersebut,

Blitar Utara merupakan dataran rendah, tanahnya yang subur dan beriklim

basah sedangkan Blitar Selatan merupakan daerah pegunungan yang berbatu

dimana batuan tersebut cenderung berkapur sehingga mengakibatkan tanah

tandus dan susah untuk ditanami, pantai dan beriklim kering.

(www.blitarkab.go.id)

Pertumbuhan yang sangat penting terjadi sejalan dengan sejarah

kabupaten Blitar dewasa ini terdapat pada masa pemerintahan Raja

Jayanegara (1309-1328). Salah satu prasastinya ditemukan di desa Blitar

sekarang. Prasasti tersebut dikenal dengan prasasti Blitar 1 yang bertarikah

42

“swasti sakawarsatita 1246 Srawanamasa tithi pancadasi Suklapaksa wu para

wara” atau 5 agustus 1324 masehi. Prasasti ini memuat saat berdirinya Blitar

sebagai daerah Swantantra. Ini merupakan cikal bakal dari perayaan atau hari

lahir Kabupaten Blitar pada tanggal 5 agustus 1324.

Kabupaten Blitar memiliki lambang daerah yang terdiri dari 9 (Sembilan)

bagian dengan bentuk, macam dan makna sebagai berikut:

1. Bentuk seluruhnya merupakan segi lima : yang terinspirasi dari Pancasila

2. Candi penataran, Peninggalan Majapahit sebagai lambang kebudayaan

yang luhur

3. Keris Pusaka, lambang semangat dan jiwa kepahlawanan rakyar Blitar

sejak masa dahulu hingga sekarang

4. Sungai berantas dengan warna biru diatas dasar warna hijau dan kuning:

lambang kemakmuran, membagi daerah Blitar menjadi 2 (dua) bagian,

yang sebelah utara sungai daerah makmur sementara bagian selatan daerah

kurang makmur.

5. Pangkal keris dengan bentuk gunung dengan api yang menyala-nyala,

merupakan lambang kedinamisan rakyat Blitar yang tak putus asa, dan

patah semangat, malah semakin membaja, pantang mundur dalam

berjuaang menghadapi mala petaka.

6. Pohon beringin, lambang pengayoman pemerintahan yang diharapkan oleh

rakyat demi keadilan.

7. Segi 5 (lima) ditengah warna biru muda, lambang kegotong royongan

dalam suasana aman dan damai.

43

8. Padi kapas, lambang sandang dan pangan kemakmuran. Buah kapas=8 dan

butir padi=17 mengingatkan kita kepada cita-cita revolusi 17-08-45

9. Pita dwiwarna dengan bintang emas bersudut lima diatas dasar, lambang

jiwa kepemimpinan yang bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.

Kabupaten Blitar dibawah kepemimpinan Drs. H. Rijanto, MM dan

Marhaenis Urip Widodo, S. Sos selama periode 2016-2021 menetapkan

visi, “ Menuju Kabupaten Blitar lebih sejahtera, maju, dan berdaya saing”.

Dengan pnjabaran visi sebagai berikut:

1. Lebih Sejahtera, berarti meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara

lahir dan batin. Secara lahir adalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

secara baik, pengurangan angka kemiskinan, peningkatan pendapatan

masyarakat, peningkatan kesempatan kerja, kemudahan akses masyarakat

terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kesejahteraan

secara batin diwujudkan dalam penciptaan suasana kehidupan yang

religious, aman, dan kondusif, serta adanya kebebasan dan kemudahan

masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaannya.

2. Maju, dimaknai dengan adanya perkembangan positif dalam setiap aspek

kehidupan masyarakat terutama terkait dengan kualitas dan kapasitas

sumber daya manusia (SDM), tata kelola pemerintahan dan pelayanan

publik.

3. Berdaya saing, yaitu terwujudnya kemampuan masyarakat kabupaten Blitar

untuk memanfaatkan keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki

sehingga mampu bersaing secara regional, nasional, bahkan internasional.

44

Sedangkan Misi yang dijunjung oleh kabupaten Blitar sebagai

upaya mewujudkan pembangunan kabupaten Blitar sesuai visi diatas

ditetapkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui akselerasi program

pengentasan kemiskinan, optimalisasi dan pengembangan program

pembangunan dan kemasyarakatan yang tepat sasaran.

2. Memantapkan kehidupan masyarakat berlandaskan nilai-nilai

keagaman (religious), kearifan local dan hukum melalui optimalisasi

kehidupan beragama dan kehidupan sosial, serta penerapan peraturan

perundang-undangan.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat

melalui mutu bidang pendidikan ( termasuk didalamnya adalah

wawasan kebangsaan, budi pekerti, praktek keagamaan) dan

kesehatan serta kemudahan akses memperoleh pendidikan dan

pelayanan kesehatan yang memadai.

4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi

birokrasi, serta pelayanan public berbasi teknologi informasi.

5. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan usaha ekonomi

masyarakat yang memiliki daya saing melalui peningkatan

keterampilan dan keahlian, pengembangan ekonomi kerakyatan

berbasis koperasi dan UMKM, ekonomi kreatif, jiwa kewirausahaan,

potensi lokal daerah dan penguatan sektor pariwisata, serta

pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian

lingkungan hidup.

45

6. Meningkatkan pembangunan berbasis desa dan kawasan perdesaan

melalui optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan desa,

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan

masyarakat desa.32

3.2 Letak Geografis Kecamatan Selopuro

Kecamatan Selopuro merupakan salah satu dari 22 kecamatan

dibawah wilayah administrasi Kabupaten Blitar. Letak dari kecamatan ini

masuk wilayah Kabupaten Blitar bagian Utara, yaitu terletak di utara

Sungai Brantas. Selain itu berjarak sekitar 20km arah Tenggara kota Blitar.

Kecamatan Selopuro ini termasuk kecamatan yang baru terbentuk pada

tahun 2000, yaitu merupakan pemekaran wilayah kecamatan Wlingi. Yang

masing-masing terdiri 7 desa dari Kecamatan Wlingi ditambah 1 desa dari

Kecamatan Talun, yaitu Desa Mronjo. Adapun batas-batas dari Kecamatan

Selopuro adalah sebagai berikut:

1. Batas Barat : -Kecamatan Talun

2. Batas Utara : -Kecamatan Talun

-Kecamatan Wlingi

- Kecamatan Doko

3. Batas Timur :- Kecamatan Kesamben

4. Batas Selatan : -Kecamatan Sutojayan

-Kecamatan Binangun

32

Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar. Diakses melalui https:/blitarkab.go.id/diakses

tanggal 20 November 2017

46

Gambar 3.1

Peta Kecamatan Selopuro

Sumber data https//blitarkab.bps.go.id

Kecamatan Selopuro mempunyai luas wilayah 39,29 km2 dan

terbagi menjadi 8 desa yang kesemuanya berstatus desa. Desa Ploso

merupakan desa terluas dengan 7,76 km2 atau 19,75 persen dari luas

keseluruhan kecamatan Selopuro dan desa tersempit di kecamatan Selopuro

adalah Desa Jatitengah dengan luas wilayah hanya 2,38 km2 atau hanya

sekitar 6,06 persen. Desa-desa yang masuk wilayah Kecamatan Selopuro

berjarak relatif tidak terlalu jauh. Namun apabila dilihat dari jarak ke

ibukota kecamatan, maka desa yang mempunyai jarak terjauh di

Kecamatan Selopuro adalah Desa Popoh dengan jarak 6,5 km dari ibukota

kecamatan yang berada di Desa Selopuro. Dari 8 desa di Kecamatan

Selopuro tersebut, pada tahun 2016 terbagi lagi menjadi 26

dusun/lingkungan, 69 Rukun Warga (RW ) dan 249 Rukun Tetangga ( RT )

47

serta pada tahun 2016ini didiami rumah tangga sebanyak 11305

Rumahtangga/Kepala Keluarga.

Tabel 3.1

Letak Geografis 2016

Uraian Penjelasan

1. Luas Wilayah Kecamatan 39,29 Km2

2. Terdiri atas 8 Desa Kelurahan

3. Jumlah Penduduk 39818 Jiwa

4. Kepadatan Penduduk 1013 Jiwa

5. Jumlah Rumah Tangga 12030 Rumah Tangga

6. Tinggi Ibu Kota Kecamatan 192 mdpl

7. Batas Wilayah :

- Sebelah Utara Kecamatan Doko, Wlingi, Talun

Kabupaten Blitar

- Sebelah Timur Kecamatan Kesamben, Kabupaten

Blitar

- Sebelah Selatan Kecamatan Sutojayan, Binangun,

Kabupaten Blitar

- Sebelah Barat Kecamatan Talun, Sutojayan,

Kabupaten Blitar

Sumber data https://blitarkab.bps.go.id>publikasi

3.3 Penduduk

Menurut hasil Proyeksi SP’2010 tercatat penduduk kecamatan

Selopuro pada Tahun 2016 adalah 39.978 jiwa.Dari jumlah itu,

kesemuanya berstatus warga negara Indonesia.Jumlah penduduk

Kecamatan Selopuro yang sebesar itu, persebarannya di 8 desa hampir

merata. Ada 6 desa yang berpenduduk diatas 4 ribu jiwa, yaitu Desa

Mronjo, Mandesan, Selopuro, Ploso, Tegalrejo dan Popoh. Sedangkan

untuk Desa Jatitengah pada tahun 2016 ini mempunyai penduduk yang

paling sedikit, yaitu hanya sebesar 3.269 jiwa. Bila kepadatan penduduk

per kilometer persegi Kecamatan Selopuro 1.013 jiwa, maka di Desa

Mandesan yang kepadatannya hanya 695 orang/km2 merupakan desa yang

48

mempunyai kepadatan terkecil di Kecamatan Selopuro meskipun desa ini

mempunyai wilayah bukan yang paling luas.

Desa Tegalrejo mempunyai kepadatan penduduk yang paling

tinggi, yaitu 1537 jiwa/km2. Meskipun Desa Jatitengah mempunyai

penduduk paling sedikit, tetapi kepadatan penduduknya per km2 tercatat

masih cukup tinggi, yaitu 1.374 jiwa/km2. Kecuali desa Popoh penduduk

laki-laki pada tahun 2016 sedikit lebih banyak dari penduduk wanita,

sehingga sex rasio jenis kelamin penduduk mempunyai angka lebih dari

100.

3.4 Ketenagakerjaan

Mata pencaharian pokok/utama dari rumahtangga yang ada di

Kecamatan Selopuro dari tahun 2016 dirinci per desa, Antara lain

karyawan pemerintahan/ABRI, karyawan swasta, pensiunan,

industri/kerajinan, perdagangan, pertukangan, petani, buruh tani,

peternakan, perikanan dan jasa kemasyarakatan/perorangan. Urutan utama

sumber penghasilan rumah tangga adalah sektor pertanian, disusul dengan

sektor perdagangan kemudian karyawan (ABRI, pegawai negeri dan

swasta). Rumah tangga yang bekerja di sektor industri juga cukup banyak

( 209 rumah tangga ), demikian pula dengan pensiunan yang berjumlah131

rumah tangga menyebar di seluruh desa yang ada dalam Kecamatan

Selopuro.

49

Tabel 3.2

Sumber Penghasilan Utama Rumah Tangga Dirinci Menurut Sektor Usaha

Per Desa Tahun 2016

Desa Pegawai /Karyawan Pensiunan Pertanian

Desa ABRI Pemerintah Swasta Pensiunan Petani Buruh

Tani

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

001. Mronjo 6 66 9 21 576 558

002. Mandesan 2 24 15 11 440 429

003. Selopuro 5 62 120 20 571 759

004. Ploso 2 27 21 17 656 631

005. Jatitengah 3 35 24 12 264 291

006. Jambewangi 4 49 28 12 331 413

007. Tegalrejo 3 39 36 22 695 208

008. Popoh 5 63 36 16 383 517

Jumlah 30 365 289 131 3916 3806

50

Sumber data https://blitarkab.bps.go.id>publikasi

51

3.5 Pendidikan dan Kebudayaan

Dalam Bab ini memberikan gambaran yang jelas mengenai jumlah

sekolah dan guru pada jenjang pendidikan pra sekolah dan pendidikan

dasar dan juga pendidikan menengah pada tahun 2016. Pada tingkat pra

sekolah/TK jumlah sekolah pada tahun 2016 tercatat sebanyak 30 sekolah

atau rata-rata lebih dari 3 sekolah per desa dan semuanya merupakan

sekolah swasta. Dari 8 desa yang ada di Kecamatan Selopuro tercatat

kesemuanya mempunyai sekolah TK, dan yang terbanyak yaitu Desa

Mronjo 6 sekolah, sedangkan Desa Jatitengah dan Desa Popoh pada tahun

2016 tercatat mempunyai sekolah TK yang masing-masing 2 sekolah.

Jumlah guru yang mengajar sebanyak 96 guru terdiri guru negeri 4

orang sedang guru swasta 92 orang dengan jenis kelamin 2 laki-laki 94

perempuan. Dari jumlah guru tersebut dan jumlah sekolah yang ada di

Kecamatan Selopuro, maka rasio guru TK terhadap sekolah pada tahun

2016 sekitar 3. Pada tahun 2016 ini jumlah murid TK yang belajar tercatat

sebanyak 1.213 murid, yang terdiri dari 599 murid laki-laki dan 614 murid

perempuan. Sehingga rasio murid terhadap guru di Kecamatan Selopuro

sebesar 12,63 Di tingkat pendidikan sekolah dasar pada tahun 2016 jumlah

sekolah adalah sebanyak 37 sekolah yang terdiri dari 21 sekolah negeri dan

16 sekolah swasta. Dari 37 sekolah tersebut gedung yang dipergunakan

sebanyak 64 gedung dan 234 ruang kelas.

Banyaknya guru SD dan yang sederajat tercatat 122 gurunegeri dan

270guru swasta.Bila dilihat menurut jenis kelaminnya tercatat guru

perempuan sebanyak 254 orang dan guru laki-laki sebanyak 138 orang.

52

Sedangkan jumlah murid yang belajar tercatat 1957 murid negeri dan 1 962

murid swasta. Untuk sekolah tingkat menengah pertama dan yang sederajat

tersedia 5 sekolah dengan 10 gedung dan 40 ruang kelas. Pada tingkat

SLTP ini , 5 sekolah tersebut terdiri dari 2sekolah negeri dan 3 sekolah

swasta.

Pada tahun 2016 ini di Kecamatan Selopuro untuk tingkat sekolah

menengah atas ada dua yaitu MA Assalam dan SMK Islam yang kedua-

duanya ada di desa Jambewangi. Jumlah guru negeri SLTP ada sebanyak

70 dan guru swasta hanya 77, sehingga perbandingan jumlah guru pada dua

tingkatan sekolah ini paralel dengan jumlah muridnya dimana untuk SLTP

murid negeri berjumlah 1656 murid, murid swasta berjumlah 249 Pada

bidang olahraga di Kecamatan Selopuro hampir diseluruh desa yang ada di

wilayah kecamatan Selopuro mempunyai organisasi olahraga. Pada cabang

bulu tangkis hanya Desa Mronjo, Ploso dan Tegalrejo yang tidak

mempunyai klub bulu tangkis.Tercatat ada 5 klub bulu tangkis di

kecamatan ini,sedangkan untuk cabang-cabang olahraga yang lain.

misalnya Sepak Bola, Volley Ball, Tenis Mejadan Silat masing-masing

tercatat 6 klub Sepak Bola, 11 klub Volley Ball.

Disamping itu dibidang kebudayaan pada tahun 2016 tercatat

banyak sekali organisasi kesenian di Kecamatan Selopuro. Yang masing-

masing adalah 1 organisasi untuk Wayang Kulit, 1 Waranggono, 1 group

Ketoprak, 7 group Jaranan, 1 group kentrung, 7 group Jedor dan 3 group

Samroh. Sedangkan untuk organisasi Orkes, Orkes Melayu, Band dan

drama tercatat belum ada groupnya .

53

3.6 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Selopuro dibedakan menjadi

sawah, bangunan/pekarangan, tegal dan tanah lainnya. Pada lahan sawah

masih dibedakan menurut sistim pengairannya yaitu menjadi sawah tehnis,

setengah tehnis dan sederhana. Pada Kecamatan Selopuro luas lahan sawah

seluruhnya mencapai 1855,5 Ha, yang terdiri dari 1708,1 Ha sawah tehnis,

127,2 Ha sawah setengah tehnis dan 20,2 Ha sawah dengan irigasi

sederhana. Untuk lahan kering, penggunaan yang terbesar lahan ini di

Kecamatan Selopuro untuk bangunan/tempat tinggal yaitu seluas 1020,5

Ha. Urutan terbesar selanjutnya digunakan untuk hutan negara yang

mencapai 450 Ha, kemudian untuk jalan seluas 188,0 Ha, untuk

tegal/pekarangan seluas 128,7 Ha dan sisanya untuk penggunaan lainnya

seperti; kuburan, lapangan dan lainnya.

3.6.1 Tanaman Bahan Makanan

Untuk luas panen tanaman bahan makanan pada tahun 2016 hanya

tercatat padi sawah saja yaitu mencapai 3 195 Ha. Dari luas panen padi

sawah tersebut, Desa Selopuro merupakan penyumbang terbesar luas

panennya dengan luas panen padi sawah seluas 667 Ha, urutan kedua

Desa Ploso seluas 518 Ha dan Desa Jambewangi yang terkecil dengan

luas panennya hanya sebesar 277 Ha. Seluruh desa di Kecamatan

Selopuro merupakan potensi tanaman cabe/lombok, hal ini dapat dilihat

dari luas panen tanaman tersebut. Selain tanaman cabe, tanaman sayur-

sayuran kacang panjang, terung, bayam, sawi, buncis dan metimun

merupakan salah satu andalan produksi sayuran di Kecamatan

54

Selopuro. Tanaman kacang panjang tidak tertanam di seluruh desa

sekalipun masing-masing luasnya hanya0,50 sampai 1 Ha. Sedangkan

sayur-sayuran lainnya seperti terong, buncis dan ketimun tertanam tidak

merata di kecamatan ini (hanya di beberapa desa saja). Untuk tanaman

buah-buahan, kecamatan ini sangat potensi tanaman rambutan yang

mencapai 7.988 pohon, kemudian tanaman blimbing ada 2.201 pohon,

tanaman alpokat sebanyak 1.138 pohon, mangga sebanyak 1.748 pohon

dan tanaman melinjo berjumlah 1.534 pohon. Sesungguhnya masih

banyak dan beraneka jenis tanaman buah-buahan lainnya di kecamatan

ini.

3.6.2 Tanaman Perkebunan

Pada tabel 3.6.2 ini disajikan tentang tanaman perkebunan, dimana

pada tahun 2016 ini tercatat tanaman 59 kelapa sebanyak 33.522 pohon,

tanaman kopi 36.194 pohon, cengkeh 1.422 pohon, kapuk randu 4.225

pohon, bunga kenanga 101 pohon, bambu 908 rumpun dan tembakau

seluas 64 Ha. Tabel dibawah menunjukkan tentang potensi dan hasil

yang akan didapatkan dari tanaman perkebunan yang membuat

ekonomi masyarakat lebih meningkat. Tanaman perkebunan yang ada

di desa bila dirawat dan dibudidayakan dengan baik akan mendapatkan

hasil yang melimpah untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Kenyataan yang ada di masyarakat tanaman perkebunan seperti kelapa,

tanaman kopi, kapuk randu, bunga kenanga, dan bambu hanya

dibiarkan saja tumbuh tanpa perawatan yang lebih, hal ini

mempengaruhi hasil produktivitas tanaman tersebut.

55

Tabel 3.3

Tanaman Perkebunan menurut jenis dan Desa Tahun 2016

Sumber data https://blitarkab.bps.go.id>publikasi

Potensi Desa 2016

3.7 Penggalian dan Industri

3.7.1 Penggalian

Pada tahun 2016 di Kecamatan Selopuro untuk usaha

pertambangan dan penggalian tercatat 52 perusahaan/pengusaha

dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 112 orang. Dari 52

perusahaan tersebut, masing-masing terdiri dari 25 perusahaan

penggalian pasir, 14 perusahaan batu gebal, 12 perusahaan tanah

liat dan 1 usaha batu kerikil. Usaha-usaha penggalian tersebut tidak

menyebar di 8 desa tetapi terdapat hanya di beberapa desa saja,

yaitu Desa Mronjo, Mandesan, Selopuro, Ploso dan Jatitengah

untuk penggalian pasir, Desa Mronjo, Mandesan, Jatitengah dan

Jambewangi untuk galian batu gebal, Desa Popoh untuk tanah liat

serta Desa Jatitengah untuk batu kerikil

No

Desa

Kelapa

Kopi

Cengkeh

Kapuk

Randu

Bunga

Kenanga

Bambu

Tembakau

1 Mronjo 3952

2894 146 529 11 74 5

2 Mandesan 4804 3972 54 420 16 62 8

3 Selopuro 4849 8740 392 861 34 178 18

4 Ploso 3206 4751 151 308 12 386 11

5 Jatitengah 4557 5542 61 569 - 29 4

6 Jambewangi 5745 4764 162 431 - 16 9

7 Tegalrejo 4253 1546 78 492 18 37 5

8 Popoh 2516 3985 378 615 10 126 4

Jumlah 33522 36194 1422 4225 101 908 64

56

3.7.2Industri

Berdasarkan pada jumlah tenaga kerjanya industri dibedakan atas:

industri besar, sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Tidak

ada catatan mengenai industri besar di desa Selopuro, sedangkan data

mengenai industri sedang, kecil dan rumah tangga dapat kita lihat

datanya sebagai berikut: Jumlah industri sedang dengan tenaga kerja 20

– 99 orang ada sebanyak 39 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja975

orang. Industri kecil, yang tenaga kerjanya antara 5-19 orang di

Kecamatan Selopuro pada tahun 2016 tercatat sebanyak 6 perusahaan,

yang terdiri dari 1 industri krupuk, 3 industri meubel dan 2 industri

pande besi.

3.8 Keuangan

Apabila dilihat dari jenis unit usaha yang bergerak dalam sektor

perbankan di Kecamatan Selopuro kurang banyak variasinya baik itu untuk

lembaga keuangan perbankan maupun untuk non perbankan. Untuk sektor

perbankan ini harus lebih dipacu lagi mengingat Kecamatan Selopuro ini

merupakan kecamatan yang baru, sehingga dapat mengejar

ketertinggalannya dengan kecamatan-kecamatan yang lain. Lembaga

keuangan yang ada di Kecamatan Selopuro hanya ada 6 BKD dan 1 BRI

unit. Satu-satunya BRI unit ini ada di Desa Selopuro. Sedangkan untuk sub

sektor pada lembaga keuangan Non Perbankan pada tahun 2016 ini tercatat

hanya 4 koperasi simpan pinjam saja yang menyerap tenaga kerja sebanyak

12 orang tenaga kerja.33

33http//:blitarkab.bps.go.id