Upload
hoangdan
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
41
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
3.1 Kondisi Geografis Daerah
Gambaran Umum Kabupaten Blitar
Kabupaten Blitar merupakan salah daerah di Propinsi Jawa Timur yang
secara geografis terletak pada 111⁰25’ – 112⁰20’ BT dan 7⁰57-8⁰9’52 LS
yang berada di sebalah Barat Daya dari Surabaya dengan jarak ±160 km.
Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Malang di sebelah
Utara, Kabupaten Malang sebelah Timur, Samudera Indonesia di sebelah
Selatan dan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di sebelah Barat.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.588,79 km yang terbagi menjadi 2
yaitu Blitar Utara dan Blitar Selatan yang dipisahkan oleh aliran sungai
Brantas. Perbedaan keduanya terletak pada potensi kedua wilayah tersebut,
Blitar Utara merupakan dataran rendah, tanahnya yang subur dan beriklim
basah sedangkan Blitar Selatan merupakan daerah pegunungan yang berbatu
dimana batuan tersebut cenderung berkapur sehingga mengakibatkan tanah
tandus dan susah untuk ditanami, pantai dan beriklim kering.
(www.blitarkab.go.id)
Pertumbuhan yang sangat penting terjadi sejalan dengan sejarah
kabupaten Blitar dewasa ini terdapat pada masa pemerintahan Raja
Jayanegara (1309-1328). Salah satu prasastinya ditemukan di desa Blitar
sekarang. Prasasti tersebut dikenal dengan prasasti Blitar 1 yang bertarikah
42
“swasti sakawarsatita 1246 Srawanamasa tithi pancadasi Suklapaksa wu para
wara” atau 5 agustus 1324 masehi. Prasasti ini memuat saat berdirinya Blitar
sebagai daerah Swantantra. Ini merupakan cikal bakal dari perayaan atau hari
lahir Kabupaten Blitar pada tanggal 5 agustus 1324.
Kabupaten Blitar memiliki lambang daerah yang terdiri dari 9 (Sembilan)
bagian dengan bentuk, macam dan makna sebagai berikut:
1. Bentuk seluruhnya merupakan segi lima : yang terinspirasi dari Pancasila
2. Candi penataran, Peninggalan Majapahit sebagai lambang kebudayaan
yang luhur
3. Keris Pusaka, lambang semangat dan jiwa kepahlawanan rakyar Blitar
sejak masa dahulu hingga sekarang
4. Sungai berantas dengan warna biru diatas dasar warna hijau dan kuning:
lambang kemakmuran, membagi daerah Blitar menjadi 2 (dua) bagian,
yang sebelah utara sungai daerah makmur sementara bagian selatan daerah
kurang makmur.
5. Pangkal keris dengan bentuk gunung dengan api yang menyala-nyala,
merupakan lambang kedinamisan rakyat Blitar yang tak putus asa, dan
patah semangat, malah semakin membaja, pantang mundur dalam
berjuaang menghadapi mala petaka.
6. Pohon beringin, lambang pengayoman pemerintahan yang diharapkan oleh
rakyat demi keadilan.
7. Segi 5 (lima) ditengah warna biru muda, lambang kegotong royongan
dalam suasana aman dan damai.
43
8. Padi kapas, lambang sandang dan pangan kemakmuran. Buah kapas=8 dan
butir padi=17 mengingatkan kita kepada cita-cita revolusi 17-08-45
9. Pita dwiwarna dengan bintang emas bersudut lima diatas dasar, lambang
jiwa kepemimpinan yang bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.
Kabupaten Blitar dibawah kepemimpinan Drs. H. Rijanto, MM dan
Marhaenis Urip Widodo, S. Sos selama periode 2016-2021 menetapkan
visi, “ Menuju Kabupaten Blitar lebih sejahtera, maju, dan berdaya saing”.
Dengan pnjabaran visi sebagai berikut:
1. Lebih Sejahtera, berarti meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara
lahir dan batin. Secara lahir adalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
secara baik, pengurangan angka kemiskinan, peningkatan pendapatan
masyarakat, peningkatan kesempatan kerja, kemudahan akses masyarakat
terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kesejahteraan
secara batin diwujudkan dalam penciptaan suasana kehidupan yang
religious, aman, dan kondusif, serta adanya kebebasan dan kemudahan
masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
2. Maju, dimaknai dengan adanya perkembangan positif dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat terutama terkait dengan kualitas dan kapasitas
sumber daya manusia (SDM), tata kelola pemerintahan dan pelayanan
publik.
3. Berdaya saing, yaitu terwujudnya kemampuan masyarakat kabupaten Blitar
untuk memanfaatkan keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki
sehingga mampu bersaing secara regional, nasional, bahkan internasional.
44
Sedangkan Misi yang dijunjung oleh kabupaten Blitar sebagai
upaya mewujudkan pembangunan kabupaten Blitar sesuai visi diatas
ditetapkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui akselerasi program
pengentasan kemiskinan, optimalisasi dan pengembangan program
pembangunan dan kemasyarakatan yang tepat sasaran.
2. Memantapkan kehidupan masyarakat berlandaskan nilai-nilai
keagaman (religious), kearifan local dan hukum melalui optimalisasi
kehidupan beragama dan kehidupan sosial, serta penerapan peraturan
perundang-undangan.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat
melalui mutu bidang pendidikan ( termasuk didalamnya adalah
wawasan kebangsaan, budi pekerti, praktek keagamaan) dan
kesehatan serta kemudahan akses memperoleh pendidikan dan
pelayanan kesehatan yang memadai.
4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi
birokrasi, serta pelayanan public berbasi teknologi informasi.
5. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan usaha ekonomi
masyarakat yang memiliki daya saing melalui peningkatan
keterampilan dan keahlian, pengembangan ekonomi kerakyatan
berbasis koperasi dan UMKM, ekonomi kreatif, jiwa kewirausahaan,
potensi lokal daerah dan penguatan sektor pariwisata, serta
pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup.
45
6. Meningkatkan pembangunan berbasis desa dan kawasan perdesaan
melalui optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan desa,
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat desa.32
3.2 Letak Geografis Kecamatan Selopuro
Kecamatan Selopuro merupakan salah satu dari 22 kecamatan
dibawah wilayah administrasi Kabupaten Blitar. Letak dari kecamatan ini
masuk wilayah Kabupaten Blitar bagian Utara, yaitu terletak di utara
Sungai Brantas. Selain itu berjarak sekitar 20km arah Tenggara kota Blitar.
Kecamatan Selopuro ini termasuk kecamatan yang baru terbentuk pada
tahun 2000, yaitu merupakan pemekaran wilayah kecamatan Wlingi. Yang
masing-masing terdiri 7 desa dari Kecamatan Wlingi ditambah 1 desa dari
Kecamatan Talun, yaitu Desa Mronjo. Adapun batas-batas dari Kecamatan
Selopuro adalah sebagai berikut:
1. Batas Barat : -Kecamatan Talun
2. Batas Utara : -Kecamatan Talun
-Kecamatan Wlingi
- Kecamatan Doko
3. Batas Timur :- Kecamatan Kesamben
4. Batas Selatan : -Kecamatan Sutojayan
-Kecamatan Binangun
32
Website Resmi Pemerintah Kabupaten Blitar. Diakses melalui https:/blitarkab.go.id/diakses
tanggal 20 November 2017
46
Gambar 3.1
Peta Kecamatan Selopuro
Sumber data https//blitarkab.bps.go.id
Kecamatan Selopuro mempunyai luas wilayah 39,29 km2 dan
terbagi menjadi 8 desa yang kesemuanya berstatus desa. Desa Ploso
merupakan desa terluas dengan 7,76 km2 atau 19,75 persen dari luas
keseluruhan kecamatan Selopuro dan desa tersempit di kecamatan Selopuro
adalah Desa Jatitengah dengan luas wilayah hanya 2,38 km2 atau hanya
sekitar 6,06 persen. Desa-desa yang masuk wilayah Kecamatan Selopuro
berjarak relatif tidak terlalu jauh. Namun apabila dilihat dari jarak ke
ibukota kecamatan, maka desa yang mempunyai jarak terjauh di
Kecamatan Selopuro adalah Desa Popoh dengan jarak 6,5 km dari ibukota
kecamatan yang berada di Desa Selopuro. Dari 8 desa di Kecamatan
Selopuro tersebut, pada tahun 2016 terbagi lagi menjadi 26
dusun/lingkungan, 69 Rukun Warga (RW ) dan 249 Rukun Tetangga ( RT )
47
serta pada tahun 2016ini didiami rumah tangga sebanyak 11305
Rumahtangga/Kepala Keluarga.
Tabel 3.1
Letak Geografis 2016
Uraian Penjelasan
1. Luas Wilayah Kecamatan 39,29 Km2
2. Terdiri atas 8 Desa Kelurahan
3. Jumlah Penduduk 39818 Jiwa
4. Kepadatan Penduduk 1013 Jiwa
5. Jumlah Rumah Tangga 12030 Rumah Tangga
6. Tinggi Ibu Kota Kecamatan 192 mdpl
7. Batas Wilayah :
- Sebelah Utara Kecamatan Doko, Wlingi, Talun
Kabupaten Blitar
- Sebelah Timur Kecamatan Kesamben, Kabupaten
Blitar
- Sebelah Selatan Kecamatan Sutojayan, Binangun,
Kabupaten Blitar
- Sebelah Barat Kecamatan Talun, Sutojayan,
Kabupaten Blitar
Sumber data https://blitarkab.bps.go.id>publikasi
3.3 Penduduk
Menurut hasil Proyeksi SP’2010 tercatat penduduk kecamatan
Selopuro pada Tahun 2016 adalah 39.978 jiwa.Dari jumlah itu,
kesemuanya berstatus warga negara Indonesia.Jumlah penduduk
Kecamatan Selopuro yang sebesar itu, persebarannya di 8 desa hampir
merata. Ada 6 desa yang berpenduduk diatas 4 ribu jiwa, yaitu Desa
Mronjo, Mandesan, Selopuro, Ploso, Tegalrejo dan Popoh. Sedangkan
untuk Desa Jatitengah pada tahun 2016 ini mempunyai penduduk yang
paling sedikit, yaitu hanya sebesar 3.269 jiwa. Bila kepadatan penduduk
per kilometer persegi Kecamatan Selopuro 1.013 jiwa, maka di Desa
Mandesan yang kepadatannya hanya 695 orang/km2 merupakan desa yang
48
mempunyai kepadatan terkecil di Kecamatan Selopuro meskipun desa ini
mempunyai wilayah bukan yang paling luas.
Desa Tegalrejo mempunyai kepadatan penduduk yang paling
tinggi, yaitu 1537 jiwa/km2. Meskipun Desa Jatitengah mempunyai
penduduk paling sedikit, tetapi kepadatan penduduknya per km2 tercatat
masih cukup tinggi, yaitu 1.374 jiwa/km2. Kecuali desa Popoh penduduk
laki-laki pada tahun 2016 sedikit lebih banyak dari penduduk wanita,
sehingga sex rasio jenis kelamin penduduk mempunyai angka lebih dari
100.
3.4 Ketenagakerjaan
Mata pencaharian pokok/utama dari rumahtangga yang ada di
Kecamatan Selopuro dari tahun 2016 dirinci per desa, Antara lain
karyawan pemerintahan/ABRI, karyawan swasta, pensiunan,
industri/kerajinan, perdagangan, pertukangan, petani, buruh tani,
peternakan, perikanan dan jasa kemasyarakatan/perorangan. Urutan utama
sumber penghasilan rumah tangga adalah sektor pertanian, disusul dengan
sektor perdagangan kemudian karyawan (ABRI, pegawai negeri dan
swasta). Rumah tangga yang bekerja di sektor industri juga cukup banyak
( 209 rumah tangga ), demikian pula dengan pensiunan yang berjumlah131
rumah tangga menyebar di seluruh desa yang ada dalam Kecamatan
Selopuro.
49
Tabel 3.2
Sumber Penghasilan Utama Rumah Tangga Dirinci Menurut Sektor Usaha
Per Desa Tahun 2016
Desa Pegawai /Karyawan Pensiunan Pertanian
Desa ABRI Pemerintah Swasta Pensiunan Petani Buruh
Tani
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
001. Mronjo 6 66 9 21 576 558
002. Mandesan 2 24 15 11 440 429
003. Selopuro 5 62 120 20 571 759
004. Ploso 2 27 21 17 656 631
005. Jatitengah 3 35 24 12 264 291
006. Jambewangi 4 49 28 12 331 413
007. Tegalrejo 3 39 36 22 695 208
008. Popoh 5 63 36 16 383 517
Jumlah 30 365 289 131 3916 3806
51
3.5 Pendidikan dan Kebudayaan
Dalam Bab ini memberikan gambaran yang jelas mengenai jumlah
sekolah dan guru pada jenjang pendidikan pra sekolah dan pendidikan
dasar dan juga pendidikan menengah pada tahun 2016. Pada tingkat pra
sekolah/TK jumlah sekolah pada tahun 2016 tercatat sebanyak 30 sekolah
atau rata-rata lebih dari 3 sekolah per desa dan semuanya merupakan
sekolah swasta. Dari 8 desa yang ada di Kecamatan Selopuro tercatat
kesemuanya mempunyai sekolah TK, dan yang terbanyak yaitu Desa
Mronjo 6 sekolah, sedangkan Desa Jatitengah dan Desa Popoh pada tahun
2016 tercatat mempunyai sekolah TK yang masing-masing 2 sekolah.
Jumlah guru yang mengajar sebanyak 96 guru terdiri guru negeri 4
orang sedang guru swasta 92 orang dengan jenis kelamin 2 laki-laki 94
perempuan. Dari jumlah guru tersebut dan jumlah sekolah yang ada di
Kecamatan Selopuro, maka rasio guru TK terhadap sekolah pada tahun
2016 sekitar 3. Pada tahun 2016 ini jumlah murid TK yang belajar tercatat
sebanyak 1.213 murid, yang terdiri dari 599 murid laki-laki dan 614 murid
perempuan. Sehingga rasio murid terhadap guru di Kecamatan Selopuro
sebesar 12,63 Di tingkat pendidikan sekolah dasar pada tahun 2016 jumlah
sekolah adalah sebanyak 37 sekolah yang terdiri dari 21 sekolah negeri dan
16 sekolah swasta. Dari 37 sekolah tersebut gedung yang dipergunakan
sebanyak 64 gedung dan 234 ruang kelas.
Banyaknya guru SD dan yang sederajat tercatat 122 gurunegeri dan
270guru swasta.Bila dilihat menurut jenis kelaminnya tercatat guru
perempuan sebanyak 254 orang dan guru laki-laki sebanyak 138 orang.
52
Sedangkan jumlah murid yang belajar tercatat 1957 murid negeri dan 1 962
murid swasta. Untuk sekolah tingkat menengah pertama dan yang sederajat
tersedia 5 sekolah dengan 10 gedung dan 40 ruang kelas. Pada tingkat
SLTP ini , 5 sekolah tersebut terdiri dari 2sekolah negeri dan 3 sekolah
swasta.
Pada tahun 2016 ini di Kecamatan Selopuro untuk tingkat sekolah
menengah atas ada dua yaitu MA Assalam dan SMK Islam yang kedua-
duanya ada di desa Jambewangi. Jumlah guru negeri SLTP ada sebanyak
70 dan guru swasta hanya 77, sehingga perbandingan jumlah guru pada dua
tingkatan sekolah ini paralel dengan jumlah muridnya dimana untuk SLTP
murid negeri berjumlah 1656 murid, murid swasta berjumlah 249 Pada
bidang olahraga di Kecamatan Selopuro hampir diseluruh desa yang ada di
wilayah kecamatan Selopuro mempunyai organisasi olahraga. Pada cabang
bulu tangkis hanya Desa Mronjo, Ploso dan Tegalrejo yang tidak
mempunyai klub bulu tangkis.Tercatat ada 5 klub bulu tangkis di
kecamatan ini,sedangkan untuk cabang-cabang olahraga yang lain.
misalnya Sepak Bola, Volley Ball, Tenis Mejadan Silat masing-masing
tercatat 6 klub Sepak Bola, 11 klub Volley Ball.
Disamping itu dibidang kebudayaan pada tahun 2016 tercatat
banyak sekali organisasi kesenian di Kecamatan Selopuro. Yang masing-
masing adalah 1 organisasi untuk Wayang Kulit, 1 Waranggono, 1 group
Ketoprak, 7 group Jaranan, 1 group kentrung, 7 group Jedor dan 3 group
Samroh. Sedangkan untuk organisasi Orkes, Orkes Melayu, Band dan
drama tercatat belum ada groupnya .
53
3.6 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Selopuro dibedakan menjadi
sawah, bangunan/pekarangan, tegal dan tanah lainnya. Pada lahan sawah
masih dibedakan menurut sistim pengairannya yaitu menjadi sawah tehnis,
setengah tehnis dan sederhana. Pada Kecamatan Selopuro luas lahan sawah
seluruhnya mencapai 1855,5 Ha, yang terdiri dari 1708,1 Ha sawah tehnis,
127,2 Ha sawah setengah tehnis dan 20,2 Ha sawah dengan irigasi
sederhana. Untuk lahan kering, penggunaan yang terbesar lahan ini di
Kecamatan Selopuro untuk bangunan/tempat tinggal yaitu seluas 1020,5
Ha. Urutan terbesar selanjutnya digunakan untuk hutan negara yang
mencapai 450 Ha, kemudian untuk jalan seluas 188,0 Ha, untuk
tegal/pekarangan seluas 128,7 Ha dan sisanya untuk penggunaan lainnya
seperti; kuburan, lapangan dan lainnya.
3.6.1 Tanaman Bahan Makanan
Untuk luas panen tanaman bahan makanan pada tahun 2016 hanya
tercatat padi sawah saja yaitu mencapai 3 195 Ha. Dari luas panen padi
sawah tersebut, Desa Selopuro merupakan penyumbang terbesar luas
panennya dengan luas panen padi sawah seluas 667 Ha, urutan kedua
Desa Ploso seluas 518 Ha dan Desa Jambewangi yang terkecil dengan
luas panennya hanya sebesar 277 Ha. Seluruh desa di Kecamatan
Selopuro merupakan potensi tanaman cabe/lombok, hal ini dapat dilihat
dari luas panen tanaman tersebut. Selain tanaman cabe, tanaman sayur-
sayuran kacang panjang, terung, bayam, sawi, buncis dan metimun
merupakan salah satu andalan produksi sayuran di Kecamatan
54
Selopuro. Tanaman kacang panjang tidak tertanam di seluruh desa
sekalipun masing-masing luasnya hanya0,50 sampai 1 Ha. Sedangkan
sayur-sayuran lainnya seperti terong, buncis dan ketimun tertanam tidak
merata di kecamatan ini (hanya di beberapa desa saja). Untuk tanaman
buah-buahan, kecamatan ini sangat potensi tanaman rambutan yang
mencapai 7.988 pohon, kemudian tanaman blimbing ada 2.201 pohon,
tanaman alpokat sebanyak 1.138 pohon, mangga sebanyak 1.748 pohon
dan tanaman melinjo berjumlah 1.534 pohon. Sesungguhnya masih
banyak dan beraneka jenis tanaman buah-buahan lainnya di kecamatan
ini.
3.6.2 Tanaman Perkebunan
Pada tabel 3.6.2 ini disajikan tentang tanaman perkebunan, dimana
pada tahun 2016 ini tercatat tanaman 59 kelapa sebanyak 33.522 pohon,
tanaman kopi 36.194 pohon, cengkeh 1.422 pohon, kapuk randu 4.225
pohon, bunga kenanga 101 pohon, bambu 908 rumpun dan tembakau
seluas 64 Ha. Tabel dibawah menunjukkan tentang potensi dan hasil
yang akan didapatkan dari tanaman perkebunan yang membuat
ekonomi masyarakat lebih meningkat. Tanaman perkebunan yang ada
di desa bila dirawat dan dibudidayakan dengan baik akan mendapatkan
hasil yang melimpah untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Kenyataan yang ada di masyarakat tanaman perkebunan seperti kelapa,
tanaman kopi, kapuk randu, bunga kenanga, dan bambu hanya
dibiarkan saja tumbuh tanpa perawatan yang lebih, hal ini
mempengaruhi hasil produktivitas tanaman tersebut.
55
Tabel 3.3
Tanaman Perkebunan menurut jenis dan Desa Tahun 2016
Sumber data https://blitarkab.bps.go.id>publikasi
Potensi Desa 2016
3.7 Penggalian dan Industri
3.7.1 Penggalian
Pada tahun 2016 di Kecamatan Selopuro untuk usaha
pertambangan dan penggalian tercatat 52 perusahaan/pengusaha
dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 112 orang. Dari 52
perusahaan tersebut, masing-masing terdiri dari 25 perusahaan
penggalian pasir, 14 perusahaan batu gebal, 12 perusahaan tanah
liat dan 1 usaha batu kerikil. Usaha-usaha penggalian tersebut tidak
menyebar di 8 desa tetapi terdapat hanya di beberapa desa saja,
yaitu Desa Mronjo, Mandesan, Selopuro, Ploso dan Jatitengah
untuk penggalian pasir, Desa Mronjo, Mandesan, Jatitengah dan
Jambewangi untuk galian batu gebal, Desa Popoh untuk tanah liat
serta Desa Jatitengah untuk batu kerikil
No
Desa
Kelapa
Kopi
Cengkeh
Kapuk
Randu
Bunga
Kenanga
Bambu
Tembakau
1 Mronjo 3952
2894 146 529 11 74 5
2 Mandesan 4804 3972 54 420 16 62 8
3 Selopuro 4849 8740 392 861 34 178 18
4 Ploso 3206 4751 151 308 12 386 11
5 Jatitengah 4557 5542 61 569 - 29 4
6 Jambewangi 5745 4764 162 431 - 16 9
7 Tegalrejo 4253 1546 78 492 18 37 5
8 Popoh 2516 3985 378 615 10 126 4
Jumlah 33522 36194 1422 4225 101 908 64
56
3.7.2Industri
Berdasarkan pada jumlah tenaga kerjanya industri dibedakan atas:
industri besar, sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Tidak
ada catatan mengenai industri besar di desa Selopuro, sedangkan data
mengenai industri sedang, kecil dan rumah tangga dapat kita lihat
datanya sebagai berikut: Jumlah industri sedang dengan tenaga kerja 20
– 99 orang ada sebanyak 39 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja975
orang. Industri kecil, yang tenaga kerjanya antara 5-19 orang di
Kecamatan Selopuro pada tahun 2016 tercatat sebanyak 6 perusahaan,
yang terdiri dari 1 industri krupuk, 3 industri meubel dan 2 industri
pande besi.
3.8 Keuangan
Apabila dilihat dari jenis unit usaha yang bergerak dalam sektor
perbankan di Kecamatan Selopuro kurang banyak variasinya baik itu untuk
lembaga keuangan perbankan maupun untuk non perbankan. Untuk sektor
perbankan ini harus lebih dipacu lagi mengingat Kecamatan Selopuro ini
merupakan kecamatan yang baru, sehingga dapat mengejar
ketertinggalannya dengan kecamatan-kecamatan yang lain. Lembaga
keuangan yang ada di Kecamatan Selopuro hanya ada 6 BKD dan 1 BRI
unit. Satu-satunya BRI unit ini ada di Desa Selopuro. Sedangkan untuk sub
sektor pada lembaga keuangan Non Perbankan pada tahun 2016 ini tercatat
hanya 4 koperasi simpan pinjam saja yang menyerap tenaga kerja sebanyak
12 orang tenaga kerja.33
33http//:blitarkab.bps.go.id