37
BAB III MERANCANG PENELITIAN A. Mengawali Penelitian Penelitian sebagai kegiatan ilmiah memerlukan beberapa tahapan untuk melaksanakannya. Perencanaan yang matang akan membuat seluruh proses penelitian menjadi lebih mudah, menarik, terukur dan menghasilkan sebuah karya ilmiah yang memuaskan semua pihak dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun seringkali orang mengalami kebingungan ketika akan melakukan penelitian, karena akan terlibat dengan persoalan, mau meneliti apa?, sumber data dan bahannya didapat dari mana?, nanti pakai teori apa?, lokasi penelitiannya dimana? bagaimana menulis proposalnya?, dan sederet pertanyaan yang kalau tidak segera menemukan jawabannya justru akan membuat frustasi, malas dan akhirnya tidak jadi melakukan penelitian. Untuk memudahkan persoalan klise tersebut, perlu merancang penelitian beserta tahap-tahap pelaksanaannya. Beberapa tahap itu antara lain : 1. Menentukan Topik Penelitian 2. Menentukan Masalah Penelitain 3. Menentukan konsepsi dan definisi operasional penelitian 4. Membuat proposal Penelitian Penjelasan masing masing tahapan bisa diikuti berikut ini : 1. Menentukan Topik Penelitian Topik penelitian merupakan kerangka dasar dari sebuah rancangan penelitian. Sebab topik penelitian akan menentukan tahap tahap penelitian selanjutnya, seperti kerangka teori, permasalahan tujuan dan metode penelitian yang digunakan. Selain dari itu pemilihan topik yang tepat akan membuat hasil penelitian menjadi

BAB III Dualisme Penelitian Hukum.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

BAB III

MERANCANG PENELITIAN

A. Mengawali Penelitian

Penelitian sebagai kegiatan ilmiah memerlukan beberapa tahapan

untuk melaksanakannya. Perencanaan yang matang akan membuat

seluruh proses penelitian menjadi lebih mudah, menarik, terukur dan

menghasilkan sebuah karya ilmiah yang memuaskan semua pihak dan

dapat dipertanggungjawabkan. Namun seringkali orang mengalami

kebingungan ketika akan melakukan penelitian, karena akan terlibat

dengan persoalan, mau meneliti apa?, sumber data dan bahannya didapat

dari mana?, nanti pakai teori apa?, lokasi penelitiannya dimana?

bagaimana menulis proposalnya?, dan sederet pertanyaan yang kalau

tidak segera menemukan jawabannya justru akan membuat frustasi,

malas dan akhirnya tidak jadi melakukan penelitian.

Untuk memudahkan persoalan klise tersebut, perlu merancang

penelitian beserta tahap-tahap pelaksanaannya. Beberapa tahap itu

antara lain :

1. Menentukan Topik Penelitian

2. Menentukan Masalah Penelitain

3. Menentukan konsepsi dan definisi operasional penelitian

4. Membuat proposal Penelitian

Penjelasan masing masing tahapan bisa diikuti berikut ini :

1. Menentukan Topik Penelitian

Topik penelitian merupakan kerangka dasar dari sebuah

rancangan penelitian. Sebab topik penelitian akan menentukan tahap

tahap penelitian selanjutnya, seperti kerangka teori, permasalahan

tujuan dan metode penelitian yang digunakan. Selain dari itu

pemilihan topik yang tepat akan membuat hasil penelitian menjadi

Page 2: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

49

menarik, jelas untuk dipahami pembaca dan memberikan kontribusi

bagi keilmuan secara umum.

Sebelum menentukan topik, maka terlebih dahulu orang

mempertimbangkan beberapa hal berikuti ini :

a. Topik itu harus dimengerti dan dipahami oleh peneliti.

Peneliti akan dengan leluasa menuangkan pengetahuannya

tentang topik tersebut tanpa ragu-ragu karena memang didukung

oleh pengetahuannya yang memadahi tentang topik tersebut.

Dengan kata lain topik hendaknya masih dalam jangkauan

kemampuan dan keterampilan penulis. Memilih topik yang sama

sekali tidak dimengerti atau jauh dari pemahaman keilmuan si

peneliti justru akan menciptakan kesulitan.

b. Topik tersebut harus menarik perhatian penulis.

Walaupun penulis mengetahui dan memahami suatu topik,

namun apabila penulis tidak tertarik untuk menulis topik tersebut,

maka apabila dipaksakan hasil dari tulisan tersebut juga akan

kurang berbobot, karena tulisan itu terkesan tidak sungguh-

sungguh.

c. Topik yang dipilih sebaiknya yang aktual,

Perlu diperhatikan pula topik yang sedang banyak

dibicarakan orang. Salah satu kenikmatan sebagai peneliti apabila

hasil penelitian bisa memberikan masukan atau solusi pada

persoalan yang sedang dibicarakan banyak orang.

d. Topik yang dipilih harus manageable42

Walaupun telah temukan topik yang aktual dan dipahami

namun harus pula mempertimbangkan ketersediaan bahan bahan

penelitian seperti buku, jurnal dan data pendukung lainnya,

pengalaman dan kemampuan peneliti, keterbatasan dana

42 Istilah ini dipopulerkan oleh Prof. Erman Radjagukgukdalam

perkuliaan Metode Penulisan Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas

Indonesia.

Page 3: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

50

penelitian, jangka waktu penelitian, lokasai penelitian yang bisa

diakses dan rujukan penelitian seperti teori-teori yang tersedia,

yang kemungkinan akan digunakan untuk mendukung tulisannya

nanti. Sehingga tidak ada gunanya apabila memilih topik yang

menarik namun sulit untuk dilaksanakan penelitiannya.

e. Topik yang dipilih jangan terlalu teknis

Harus pertimbangkan pula sifat keilmiahan dari penelitian

dan sebaiknya tidak terlalu teknis karena kalau hal itu terjadi,

maka dikhawatirkan karya ilmiahnya nanti akan banyak kehilangan

dukungan teori-teori yang ada. Sehingga akan mengurangi sifat

ilmiahnya.

f. Topik yang dipilih harus mempunyai nilai manfaat

Upayakan topik penelitian, sekecil apapun mempunyai nilai

tambah bagi kemanusian. Jangan memilih topik yang

menimbulkan konflik dan dapat menganggu persatuan dan

ketentraman masyarakat luas.

Untuk bisa menentukan topik peneiltian yang tepat dengan kriteria

seperti di atas, maka upaya pertama yang harus dilakukan ialah

melakukan pra penelitian (pre research). Kegiatan pra penelitian dapat

dilakukan dengan berbagai bentuk misalnya :

a. Membaca berbagai tulisan seperti, buku, majalah, jurnal,

penerbitan, surat kabar (dan menonton televisi), peraturan

perundangan dan hasil penelitian terdahulu. Memilih topik

penelitian tidak mungkin dilakukan dengan otak yang kosong sama

sekali. Semakin banyak informasi yang didapat dari membaca akan

memudahkan memilih suatu topik penelitian. Dijaman sekarang,

untuk membaca berbagai informasi dapat menggunakan bantuan

internet dengan cepat dan murah.

b. Menggali pengalaman yang dialami, Seringkali orang mengalami

suatu peristiwa dalam hidup yang kalau direnungkan

sesungguhnya ada persoalan yang bisa diangkat sebagai topik

Page 4: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

51

penelitian. Misalnya pengalaman mengurus perijinan, membuat

perjanjian hutang piutang dengan lembaga keuangan, bahkan

dalam kecelakaan di jalan raya.

c. Membuat diskusi ilmiah dengan kolega sejawat, dosen, atau

para ahli di bidang yang akan diteliti. Diskusi ini akan memberikan

pemehaman semakin jelas terhadpa topik yang diminati, selain itu

bisa digali dan mendapatkan informasai mengenai data serta

literatur yang dibutuhkan.

d. Merancang kreasi dari ide peneliti sendiri. Kehebatan otak

dan olah pikir manusia memenag tidak bisa disanksikan lagi.

Denagan cara merenung kadang bisa mendapatkan gagasan atau

ide yang brilian untuk dijadikan topik penelitian. Namun seringkali

cara tersebut hanya bisa dilakukan jika sudah mencapai tingkatan

keilmuan tertentu dengan pengalaman yang mencukupi. Tanpa

syarat itu terpenuhi , kadang ide atau kreasi hanya akan berhenti

menjadi angan-angan yang tak bisa dilakukan.43

Salah satu upaya untuk mendapatkan topik penelitian agar

penelitian menjadi fokus perlu dimulai dengan pemilihan topik secara

umum dan selanjutnya mulai dikerucutkan dalam topik yang lebih

spesifik44. Lihat skema berikut ini :

HUKUM PERTANAHAN

PENDAFTARAN TANAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI

HAMBATAN PENDAFTARAN TANAH

DI KABUPATEN SEMARANG

43 John W Creswell, 1994, Research Design, Sage Publications , hlm. 3. 44 Alice Oshima dan Ann Hogue,1999, Writing Academic English ,Third

edition, Longman, hlm. 4.

Page 5: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

52

Setelah didapatkan topik penelitian yang spesifik maka perlu

dinarasikan dalam bentuk tulisan untuk bahan diskusi dengan sejawat,

dosen pembimbing atau pihak yang berkepentingan lainnya. Untuk

memudahkan proses tersebut, ambi selembar kertas dan tulis dengan

bahasa sederhana45 :

“penelitian saya mengenai ………………………….” Atau

”saya akan meneliti tentang ……………………….”

Alangkah baiknya apabila tulisan sementara tersebut dapat

mencerminkan permasalahan, teori yang digunakan, serta metode

yang digunakan. Jika tidak memungkinkan maka tulisan tersebut

paling tidak bisa menggambarkan bidang yang akan diteliti

45 John W Creswell, Ibid , hlm 2

Contoh :

1. Penelitian saya tentang proses pendaftaran tanah di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Penelitian ini akan berawal dari aturan dan prosedur

pendaftaran tanah untuk mengetahui lebih lanjut pelaksanaanya di

lapangan dengan segala hambatan yang muncul dari perilaku birokrasi.

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan tipe yuridis

sosiologis yang akan menggunakan teori-teori efektifitas bekerjanya

hukum serta metode yang digunakan adalah pengamatan secara langsung

di lapangan. Adapan data yang didapat akan dianalisis secara diskriptif

dengan pendekatan kualitatif.

2. Saya akan meneliti tentang prinsip korporasi dalam penyelengaraan

rumah sakit yang berfungsi sosial. Penelitian ini adalah penelitian normatif

yang akan mengamaji, asas-asas dan doktrin hukum, aturan perundangan

serta dokumen hukum yang terkait dengan rumah sakit dan korporasi.

Adapun bahan hukum yang disusun akan dianalisis secara preskriptif

untuk memberikan penilaian hukum bagi penerapan prinsip korporasi

dalam rumah sakit.

Page 6: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

53

2. Masalah Penelitian Hukum

Setelah didapatkan dan dipahami topik penelitian yang akan

diteliti, langkah selanjutnya adalah mengkaji masalah penelitian.

Beberapa ahli46 justru menempatkan masalah penelitian ini sebagai isu

sentral atau ide dari penelitian yang harus ditentukan pada awal

penelitian. Tanpa masalah, maka penelitian tidak pernah ada.

Mengingat pentingnya masalah dalam penelitian, alangkah

baiknya dipahami apa yang dimaksud dengan masalah penelitian

tersebut.

Ronny Hanitio menjelaskan, bahwa,47

Permasalahan adalah pernyataan yang menunjukkan adanya jarak antara harapan dengan kenyataan; antara rencana

dengan pelaksanaan; antara das sollen dengan das sein; Tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku; tindakan yang tidak sesuai dengan rasa keadilan; kebijakan

yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat; janji yang tidak ditepati; pelaksanaan yang tidak sesuaiu dengan rencana …“

Secara sederhana – khususnya dalam penelitian empiris – Fred N

Kerlinger48 menjelaskan masalah penelitian adalah :

Sebuah kalimat tanya atau pernyataan yang menanyakan : hubungan apakah yang terdapat antara dua variabel49 atau lebih ?

Selanjutnya Hadari Nawawi menjelaskan dalam uraian sebagai

berikut:

Masalah penelitian muncul karena tidak terdapatnya keseimbanagn antara sesuatu yang diharapkan (das sollen)

berdasarkan teori teori atau hukum- hukum yang menjadi tolok ukur dengan kenyataan (das sein) sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa demikian atau apa sebabnya demikian.

46 Maria SW Sumarjono, 2001,Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian,

Gramedia, hlm 12 47 Ronny Hanitijo,1988, Metodologi Penelitian Hukum dan

Jurimetri,Ghalia Indonesia, hlm.36-39 48 Fred N Kerlinger, 2004, Asas asas Penelitian Behavioral , Yoyakarta,

Gajah Mada University Press, hlm 28 49 Istilah variabel bisa digunakan dalam penelitian hukum empiris

sedangkan dalam penelitian hukum normatif digunakan istilah proposisi

Page 7: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

54

Di samping itu masalah dapat pula muncul karena keragu-raguan (kabur) tentang keadaan sesuatu sehingga perlu

diungkap keadaannya secara mendalam dan obyektif”

Dari beberapa definisi di atas bisa dirumuskan apa yang

dimaksud masalah penelitian adalah:

a. Gap atau jarak antara yang seharusnya (das solen) dengan

yang senyatannya (das sein)

b. Ketidakjelasan hubungan antara variabel

c. Hal yang ingin diungkap dari suatu fenonema

Setelah memahami apa yang dimaksud dengan masalah

penelitian, lebih lanjut akan dibahas mengenai permasalahan hukum.

Seperti dikatakan di atas bahwa masalah merupakan isu sentral dalam

penelitian yang terkait dengan bidang studi yang akan diteliti. Para

penstudi dan praktisi hukum mau tidak mau harus menempatkan

masalah hukum sebagai masalah penelitian, apapun tipe penelitian,

baik normatif maupun empiris, tetap harus meletakkan masalah

hukum sebagai ide penelitian yang akan diungkap jawabannya.

Para ahli berbeda pendapat mengenai definisi atau batasan

mana yang merupakan permasalahan hukum dan mana yang tidak.

Hal yang biasa terjadi munculnya perbedaaan ini karena perbedaan

pula pada konsepsi dan paradigma mengenai hukum yang digunakan

masing-masing ahli. Tetapi alangkah baiknya mencoba memahami

beberapa di antaranya.

Menurut Peter Mahmud Marzuki permasalahan hukum

khususnya dalam penelitian normatif, disebutnya dengan istilah isu

hukum adalah50:

“…Ilmu hukum terdapat tiga lapisan, yaitu: dogmatika hukum,

teori hukum dan filsafat hukum. …Oleh karena itu, Isu hukum

50 Peter Mahmud Marzuki, 2005, op.cit, hlm. 58-91.

Page 8: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

55

dalam penelitian hukum dalam tataran dogmatika hukum, yaitu menyangkut ketentuan hukum yang relevan dengan fakta yang

dihadapi, Untuk penelitian dalam tataran teori hukum , isu hukum harus mengadung konsep hukum . Sedangkan untuk penelitian dalam tataran filosofis isu hukum harus menyangkut

asas-asas hukum. …Isu hukum timbul karena adanya dua proposisi hukum yang mempunyai hubungan yang bersifat fungsional, kausalitas, yang satu menegaskan yang lain.

………….”

Sedangkan para ahli hukum yang bermazhab sosiologi seperti

Satjipto Rahardjo merumuskan bahwa51 ;

Masalah hukum muncul ketika kita “mengarahkan pandangan keluar” dari hukum. Hukum yang semula diperkirakan sebagai pengaturan yang sudah jelas dan pasti pada kenyataannya

merupakan sesuatu yang relatif. Ini dikarenakan peraturannya sendiri, saluran komunikasi kepada rakyat, tingkah laku birokrasi, atau pelaksana hukum dalam kerangka sosial,

ekonomi, politik yang ada.

Lain halnya dengan Lawrence Friedman, yang menegaskan

bahwa52:

“...masalah hukum adalah masalah unsur-unsur dalam sistem

hukum, masalah itu bisa muncul pada unsur substansi hukum, atau pada struktur hukum atau pada budaya hukumnya, jika struktrur bisa diibaratkan sebagai mesin, substansi adalah apa

yang dihasilkan dan dikerjakan oleh mesin tersebut, dan budaya adalah apa saja atau siapa saja memutuskan untuk menghidupkan mesin dan mematikan mesin itu serta

memutuskan bagaimana mesin itu digunakan ...”

Menurut pendapat penulis, penjelasan Peter Mahmud mengarah

hanya pada penelitian normatif, sedngkan pendapat Satjipto Rahardjo

lebih pada persoalan empiris. Untuk itu agar bisa merangkum

dualisme penelitian hukum yang ada, alangkah baiknya dirujuk

51 Satjipto Rahardjo,1983, Permasalahan Hukum di Indonesia ,

Bandung, Alumni, hlm. 11-12. 52 Lawrence Friedman,1984, American Law, An Introduction ,

Terjemahan oleh : Wisnu Basuki , PT Tatanusa, hlm 1 - 25

Page 9: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

56

pendapat Lawrence Friedman yaitu bahwa masalah hukum adalah

masalah sistem namun dengan modifikasi yang kaluu dirinci meliputi :

a. Masalah sistem norma yaitu mengenai peraturan

perundangan,putusan pengadilan , kontrak, asas-asas

hukum dan doktrin hukum yang terkait dengan suatu

peristiwa hukum

b. Masalah pembuatan, pelkasanaan serta penegakan dari

sistem norma diatas

c. Masalah mengenai bagaimana bentuk apresiasi masyarakat

terhadap hukum

d. Masalah mengenai perilaku sosial yang terlembagakan dan

diakatakan sebagai hukum yang hidup (livinglaw)

3. Konsepsi dan Definisi Operasional Penelitian

Setelah menemukan topik penelitian dan mantapkan masalah

penelitian yang dipilih, maka tahap selanjutnya adalah merumuskan

konsepsi dan definisi operasional penelitian. Hal ini menjadi sangat

penting karena akan menjadi batasan sekaligus dan petunjuk dalam

penelitian agar langkah langkah yang dilakukan tetap fokus.

Konsepsi penelitian tersebut nantinya akan berpengaruh pada

bahan-bahan yang akan digunakan, data yang dicari, lokasi penelitian,

teori yang dirujuk hingga metode yang digunakan. Oleh karena itu

perumusan konsepsi menjadi sangat penting dan harus dilakukan

dengan penuh hati-hati.

Misalnya, akan meneliti mengenai Prinsip Korporasi Dalam

Rumah Sakit Yang Berfungsi Sosial. Maka harus dijelaskan konsepsi

dan definisi operasional dari:

a. Prinsip korporasi itu apa ?

b. Rumah sakit itu apa ?

c. Fungsi sosial itu apa ?

Page 10: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

57

Contoh lainnya, kalau meneliti tentang Perlindungan Hukum

Bagi Anak Jalanan Di Jogjakarta, maka konsepsinya beberap hal

mengenai:

a. Siapa saja yang disebut sebagai anak jalanan?, tentunya

tidak semua anak yang ada atau sedang di jalanan bukan?

b. Ukurannya apa disebut sebagai anak jalanan?, apakah usia,

kemiskinannya, tempat tinggalnya, profesinya atau hal-hal

lainnya?

c. Apa yang dimaksud perlindungan hukum?, dari hal-hal

apakah perlu dilindungi oleh hukum?

d. Dimana tempatnya di Jogjakarta? apakah di jalan-jalan

tertentu atau seluruh wilayah Provinsi DIY?

Jika mempunyai topik penelitian tentang Peran Pemerintah

Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dalam Era

Otonomi Daerah misalnya, maka harus jelaskan konsepsi mengenai:

a. Siapa saja yang dimaksud pemerintah daerah?

b. Apa saja yang termasuk dalam pendapatan asli daerah?

c. Era otonomi daerah itu kapan?, apakah sama dengan

desentralisasi jaman orde baru?, apakah setelah

diberlakukan UU otonomi daerah?, yang lama atau yang

telah diamandemen?

Penentuan konsepsi dan definisi operasional yang akan

digunakan adalah hak subyektif dan mutlak dari seorang peneliti,

karena dia yang akan menetukan fokus penelitiannya, yang penting

dari hal ini, bahwa peneliti harus konsisten dalam penggunaan

konsepsi dan definisi operasional tersebut. Namun demikian ada

beberapa cara untuk memudahkan bagi peneliti merumuskannya

yaitu:

a. Menggunakan ketentuan dari peraturan perundangan

b. Mengutip pendapat pakar dari buku-buku dan jurnal ilmiah

c. Menggunakan terminologi dari kamus atau ensiklopedia

Page 11: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

58

d. Merujuk pengertian yang telah digunakan oleh umum

Kebiasaan yang selama ini dilakukan adalah, menuliskan

beberapa rumusan konsepsi dari berbagai sumber selanjutnya peneliti

menentukan rumusan yang akan digunakan atau merumuskan sendiri

berdasarkan pertimbangan di atas. Setelah memahami topik penelitian

dan lingkup kajiannya dalam konsepsi dan definisi operasional maka

yang selanjutnya dilakukan adalah mencari beberapa bahan hukum

atau data awal yang sesuai untuk dipelajari sebagai dasar dalam

menulis proposal penelitian.

B. Menulis Proposal Penelitian

Apapun topik yang akan diteliti, harus diawali dengan menulisnya

dalam sebuah proposal penelitian. Proposal ini menjadi sangat berguna

bagi jalannya penelitian. Dalam beberapa buku panduan penelitian yang

diterbitkan oleh Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi menyebut

proposal penelitian dengan istilah usulan penelitian. Kedua istilah itu tidak

ada perbedaan dalam arti dan maksudnya.

Fungsi dari proposal penelitian adalah:

1. Sebagai acuan arah dan tujuan penelitian

2. Sebagai acuan cara melakukan penelitian

3. Sebagai acuan melakukan analisis hasil penelitian

Sebagai acuan penelitian, penulisan proposal perlu ditulis dalam

format standar. Format ini kadang-kadang berbeda antara satu institusi

dengan institusi lainnya. Namun secara umum, proposal penlitian hukum

harus memuat beberapa hal berikut ini:

1. Judul penelitian

2. Latar belakang masalah

3. Rumusan masalah

4. Tujuan Penelitian

5. Kerangka Teori / Tinjauan Pustaka

Page 12: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

59

6. Manfaat Penelitian

7. Membuat Hipotesis

8. Metode Penelitian

9. Jadwal dan Anggaran Penelitian

Format tersebut, bisa berkurang atau bertambah atau

disesuaikan dengan tipe penelitian yang digunakan. Misalnya dalam

penelitian empiris yang akan menguji teori, maka akan ditambah

dengan item mengenai hipotesis. Juga dalam tinjauan pustaka

biasanya dibagi di dalamnya mengenai kerangka teori dan konsepsi

penelitian.

1. Merumuskan Judul Penelitian

Jika akan menulis proposal, maka proses ini diawali

dengan merumuskan judul penelitian. Judul penelitian walaupun

dapat diubah redaksinya selama melakukan penelitian. Proposal

penelitian merupakan gagasan penelitian yang ingin

disampaikan pada khalayak sebagai hasil penentuan topik

penelitian. Oleh karana itu perlu diperhatikan beberapa hal

berikut ini:

a. Cara penulisan judul diusahakan dengan bahasa yang

singkat, padat, mudah dimengerti. Jangan menggunakan

kata yang tidak perlu, yang kadang justru dapat

menimbulkan arti dan pemaknaan yang berbeda.

b. Judul diusahakan secara eksplisit mencerminkan bidang

studi yang diteliti.

c. Mencerminkan problematika dari penelitian.

d. Dapat menggunakan anak judul sebagai bentuk spesifikasi

penelitian.

Page 13: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

60

e. Terdiri dari 2 atau lebih variabel53

Beberapa variabel penelitian harus ditetapkan oleh

peneliti sebelum melakukan penelitian khususnya penelitian

hukum empiris (istilah ini jarang digunakan dalam penelitian

hukum normatif).

Arti dan pengertian dari variabel adalah sejumlah gejala

atau faktor atau unsur yang ada sebagai bagian pokok dari

objek penelitian.54 Di dalam variabel terdapat sifat yang

mempunyai nilai bagi penelitian55 seperti: Jenis kelamin, tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, pilihan poltik dan sebagainya.

Selain itu variabel juga dapat berbentuk simbol yang di

dalammnya melekat bilangan atau nilai, misalnya: X sebagai

simbol dari tingkat ketaatan hukum atau Y sebagai simbol

peraturan perundangan yang diberlakukan dan sebagainnya.

Pada ilmu sosial banyak terdapat jenis dan macam

variabel yang dikelompokan dalam ; (1) variabel bebes dan

terikat ;(2) variabel aktif dan atribut ;(3) variabel kontinou dan

ketegorik.56 Tetapi secara umum dan yang sering dugunakan

dalam penelitian hukum empiris adalah variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent

variable) . Masing masing mempunyai pengertian:

a. Variabel bebas (independent variable) adalah sejumlah

gejala atau faktor atau unsur yang menentukan ada atau

munculnya gejala atau faktor atau unsur lain. Gejala lain

yaitu variabel terikat, dan ini artinya tidak akan muncul

variabel terikat tanpa hadirnya variabel bebas.

53 Untuk penelitian hukum empiris kadang perlu ditentukan

independent variable dan dependent variable baca Hadari nawawi,2005, Metode

Penelitian Bidang Sosial,Gajah Mada University Press, hlm. 49-60. 54 Hadari Nawawi, 2005, ibid, hlm 56 55 Fred N Kerlinger, 2004 , Op Cit hlm 49 56 Fred N Kerlinger Ibid, hlm,58-66

Page 14: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

61

b. variabel terikat (dependent variable) adalah sejumlah

gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul

ditentukan dan dipengaruhi oleh adanya variabel bebas

tertentu. Artinya, variabel ini akan muncul jika ada variabel

bebas yang mengikatnya.

Contoh:

a. Keberadaan polisi yang berjaga di perempatan jalan

akan sangat berpengaruh pada ketaatan dan ketertiban

pengguna kendaraan di jalan raya.

Variabel bebas: polisi yang berjaga

Variabel terikat: ketaatan dan ketertiban pengguna

kendaraan

Di sini bisa dijelaskan bahwa tanpa keberadaan polisi

yang berjaga maka ketaatan dan ketertiban pengguna

kendaraan tidak akan muncul.

b. Sejak muncul Undang Undang Persaingan Usaha dan Anti

Monopoli berpengaruh terhadap penurunan pembelian

saham oleh perusahaan besar dalam proses konglomerasi

Variabel bebas: Undang Undang Persaingan Usaha dan

Anti Monopoli

Variabel terikat: penurunan pembelian saham oleh

perusahaan besar

Penjelasannya yaitu bahwa tidak akan ada penurunan

pembelian saham oleh perusahaan besar jika tidak

diundangkan Undang-Undang Persaingan Usaha dan Anti

Monopoli

Beberapa contoh berikut ini akan bisa memudahkan untuk

menulis judul penelitian:

Page 15: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

62

2. Membuat Latar Belakang Masalah

Tulisan awal dari sebuah proposal penelitian adalah menulis

latar belakang masalah. Latar belakang masalah ini sesungguhnya

merupakan pemaparan dari topik dan masalah penelitian. Hal

yang perlu dilakukan dalam penulisan latar belakang masalah

adalah upaya untuk menarik orang lain untuk masuk kedalam

alam pikiran peneliti sehingga menjadi paham tentang fokus

penelitian. Creswell menggunakan istilah “memasukan ember

Contoh :

1. Perlindungan hukum bagi anak jalanan di Daerah Khusus Ibukota

Jakarta

2. Peran Pemerintah Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah dalam Era Otonomi Daerah di Provinsi Jawa Tengah

3. International Trafficking: Hak Asasi Manusia dan Penegakannya

di Indonesia

4. Syariat Islam dan Penerapan Hukum Cambuk Di Nanggro Aceh

Darussalam

5. Pengaruh Kemiskinan dan Tingkat Kriminalitas Pembajakan Hak

Cipta atas Lagu di Kota Surabaya.

6. Fenomena Outsourcing dalam Perkembangan Hukum Kontrak

Perusahaan.

7. Analisis Yuridis serangan Israel ke Libanon

8. Pelaksanaan Hak Angket DPRD di Kabupaten Bantul

9. Dampak Asap Kendaraan Bermotor terhadap Tingkat

Pencemaran Udara di Kota Jogjakarta

10. Implementasi Hak Asasi Manusia di Lembaga Pemasyarakatan

Wirogunan Jogjakarta

Page 16: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

63

kedalam sumur”, “ember” adalah pembaca dan “sumur” adalah

alam pikiran peneliti57. Untuk itu latar belakang harus dibuat

sedemikian rupa sehingga menarik minat orang lain dari halaman

ke halaman untuk terus mengikuti proposal yang diajukan.

Sebagus apapun topik dan masalah penelitian, namun jika kurang

bisa menarik pembaca, maka minat pembaca akan berkurang.

Dalam penelitian hukum, latar belakang dalam proposal

penelitian harus memuat fakta-fakta, tidak bisa mendasarkan

pada sebuah imaginasi atau gagasan saja. Fakta-fakta tersebut

yaitu:

a. Fakta empiris, adalah kenyataan yang terjadi sebagai realitas di

dalam masyarakat, baik berupa berita dari mass media,

penemuan orang lain dari hasil penelitian, data statistik,

pengamatan langsung atau pengalaman pribadi.

b. Fakta normatif, adalah kenyataan yang terjadi dalam realitas di

dalam sistem norma, baik berupa kaidah dalam peraturan

perundangan, asas-asas, doktrin, dokumen kontrak atau

putusan pengadilan yang sedang atau telah berlaku. Termasuk

pendapat ahli yang belum dibukukan bisa juga dikatakan

sebagai fakta normatif.

Mengingat penulisan latar belakang tersebut bersumber dari

fakta, maka kualitas sumber harus menjadi pertimbangan yang

khusus untuk diperhitungkan. Sumber yang shohih akan menjadi

daya tarik dan minat dari pembaca menjadi bertambah,

sedangkan sumber yang tidak akurat justru membuat pembaca

tidak yakin dan percaya pada proposal yang diajkan. Misalkan

peneliti, jangan mengambil sumber dari sebuah berita surat kabar

“koran kuning” atau infotainment yang mendasarkan berita hanya

pada gosip katanya-atanya, atau jangan mengutip pendapat

seorang dokter atau budayawan, misalnya yang memberikan

57 John Creswell, Loc. cit.

Page 17: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

64

stateman mengenai kondisi hukum, yang jelas tidak sesuai

dengan keahliannya.

Fakta-fakta sebagai bahan penulisan latar belakang

masalah bisa diambil atau didapat dari berbagai sumber,

misalnya; Surat Kabar, Televisi, Jurnal ilmiah, peraturan

perundagan, buku-buku, situs-situs di internet, publikasi hasil

penelitian, pidato resmi, makalah-makalah seminar, arsip-arsip

dan dokumen negara atau lembaga swasta, otobiografi, dan

sebagainya.

Pencantuman sumber sumber tersebut sangat mutlak

diharuskan. Peneliti tidak bisa menagtakan bahwa yang ditulis

adalah fakta tetapi tanpa sumber yang jelas, hal ini bisa

mengurangi sifat ilmiah dari tulisan. Cara menulis kutipan bisa

dalam bentuk bodynote atau footnote tergantung aturan

institusina dan tatacara penulisannya akan dibahas dalam bab

tersendiri.

Setelah membaca sumber informasi yang didapatkan

sebagai bahan penulisan, maka kerja selanjutnya adalah

menuangkan dalam tulisan berbentuk narasi. Dalam proses ini,

peneliti kembali menghadapi persoalan bagaimana cara menulis

kalimat narasi yang menarik untuk diikuti .

Sesungguhnya tidak ada formaf baku atau standar tentang

cara penulisan latar belakang yang baik namun hanya kebiasaan

saja. Laras bahasa yang digunakan, susunan kalimat dan

pemilihan kosa kata dari buku novel bisa pula dijadikan cara

praktis belajar ilmu bahasa. Pendapat bahwa bahasa ilmiah

penelitian adalah bahasa yang kaku adalah pendapat kuno yang

justru membuat bosan orang yang membaca dan malasnya para

siswa dalam belajar. Memang peneliti tidak bisa menggunakan

idiom atau istilah “jalanan” yang kasar dan tidak sopan, Tetapi

yang terpenting, bahwa bahasa sebagai media komunikasi harus

Page 18: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

65

menarik dan tidak kehilangan makna ketika disampaikan kepada

pembaca.

Ada berbagai tips dan nasehat cara penulisan yang sering

digunakan oleh para peneliti dalam menulis latar belakang

masalah agar menarik minat pembaca.58 Alice Oshima dan Ann

Hogue memberi nasehat untuk membagi latar belakang dalam

berbagai bentuk kalimat, yaitu topic Sentences, supporting

sentences dan concluding sentences, sementara Erman

Radjagukguk memberi istilah: general statement, thesis statement

dan supporting idea dan Creswell memberikan item-item yang

perlu diperhatikan dalam menulis latar belakang. Buku inii

mencoba merangkum dari berbagai pendapat di atas sebagai

berikut :

a. Paragraf pertama sebagai topic sentences atau general

statement dari latar belakang harus langsung fokus ke bidang

yang diamati. Ini adalah upaya untuk mengajak pembaca

memusatkan perhatian ke bidang yang akan diahas. Tulisan

yang terlalu luas atau berputar-putar akan membosankan dan

kehilangan arah. Misalkan memilih topik mengenai Otonomi

Daerah , maka bisa memulai dengan kalimat

1) Otonomi daerah yang diatur dalam …..

2) Sejak diundangkannya Undang Undang otonomi

daerah……..

3) Hubungan pemerintah pusat dan Daerah dalam era

otonomi daerah………

Hindari penulisan kalimat-kalimat yang terlalu jauh dari

materi penelitian seperti:

58 Dirangkum dari tulisan, John Creswell, Op cit, hlm. 48. , Alice

Oshima dan Ann Hogue, Op cit, hlm. 16-28, Erman Radjagukguk, Hand out

mata kuliah penulisan disertasi

Page 19: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

66

1) Indonesia adalah negara yang mempunyai wilayah dari

sabang sampai……….

2) Undang Undang dasar Republik Indonesia sebagai ………

b. Paragraf kedua diupayakan telah muncul permasalahan (thesis

statement) yang diajukan atau setidaknya pada halaman

pertama. Usahakan menggunakan kalimat yang kontradiktif

dengan penjelasan di paragraf pertama, misalnya :

1) “Namun demikian ……”, atau

2) “…tetapi tidak demikian halnya …… “ atau,

3) “…ketentuan tersebut sangat berbeda dengan

prateknya…”

c. Paragraf selanjutnya terdiri atas kalimat pendukung atau

supporting sentences/supporting idea yang isinya adalah data

atau fakta-fakta yang mendukung argumentasi bahwa paragraf

kedua di atas memang permasalahan yang perlu diungkap

melalui penelitian. Peneliti harus bisa membuktikan bahwa

permasalahan yang diajukan adalah benar-benar masalah

bukannya mencari-cari masalah.

d. Dalam menulis narasi sebaiknya menggunakan kalimat yang

tidak terlalu panjang.

e. Untuk topik tertentu, akan lebih menarik menggunakan data

statistik yang dikutip dengan angka besaranya saja. Misalnya :

1) “…terdapat duapuluhan juta orang miskin di...”

2) “… lebih dari 3 trilyun harta negara yang dikorups ...”

3) “... puluhan perda yang akan dibatalkan oleh menteri …”

Page 20: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

67

Sebagai contoh, perhatikan beberapa paragraf latar belakang berikut ini :

Contoh :

Judul : Penerapan Prinsip Korporasi dalam Rumah Sakit yang

Berfungsi Sosial

Latar Belakang :

Rumah sakit swasta di dalam menyelenggarakan kegiatannya,

menurut Pasal 57 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

harus tetap memperhatikan fungsi sosial. Adapun yang dimaksud

dengan fungsi sosial menurut Penjelasan Pasal 57 ayat (2) UU

Kesehatan adalah penyelenggaraan kegiatan sarana kesehatan harus

memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan golongan masyarakat

yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan

secara komersial, tetapi lebih dititikberatkan kepada kemanusiaan.

Meskipun demikian, dalam perkembangan dewasa ini, rumah

sakit tidak mungkin dikelola semata-mata sosial. Dalam keadaan

sekarang, hampir seluruh rumah sakit swasta menghadapi realita

kehidupan yang semakin materialistis. Rumah sakit harus membayar

teknologi kedokteran, listrik, air, dapur, dan bahkan imbalan jasa dokter

dan paramedik dengan mengikuti harga pasar.

Karena biaya pelayanan rumah sakit terus meningkat dan

dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu, akhirnya banyak

rumah sakit-rumah sakit yang berorientasi profit making dan dikelola

layaknya lembaga bisnis, seperti RS Pondok Indah atau RS Gleneagles

yang keduanya berbentuk Perseroan Terbatas

General Statement

Supporting idea

Thesis Statement

Page 21: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

68

Dapat dipelajari cara penulisan di atas dengan memperhatikan

alur sebuah film atau cerita novel. Coba saja perhatikan film-film

James bond. Selalu diawal cerita, bisa disaksikan jagoan Bond ada

dalam suatu situasi tertentu dan secara tiba-tiba muncul konflik baku

tembak. Baru pada scene berikutnya terlihat adegan yang

menjelaskan mengapa konflik tadi muncul beserta upaya atau langkah

langkah penyelesaiannya.

Sekali lagi, cara penulisan di atas tidak ada standarisasi atau

format baku yang mengharuskannya. Ini hanya usaha untuk menarik

minat bagi yang membaca. Mungkin bisa dilakukan dengan cara atau

model yang lain. Hal terpenting justru isi pesan yang ingin

disampaikan dapat efektif sampai pada pikiran pembaca.

3. Perumusan Permasalahan Penelitian

Setelah diuraikan topik dan masalah serta bukti yang

mendukung masalah tersbut, kemudian sampai pada merumuskan

secara detil dan spesifik masalah dalam bentuk rumusan masalah.

Rumusan masalah dapat ditulis dalam kalimat pertanyaan

maupun kalimat pernyataan. Usahakan dengan kalimat sederhana,

tegas dan satu makna. Nasehat agar mudah menulis rumusan

masalah adalah: perhatikan judul dan mencoba mengubah menjadi

kalimat tanya. Kalau kurang menarik diubah sedikit redaksinya.

Contoh :

a. Judul: Peran Pemerintah Daerah terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah dalam Era Otonomi Daerah di

Provinsi Jawa Tengah.

Rumusan Masalah: Bagaimana Peran Pemerintah Daerah

terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dalam Era

Otonomi Daerah di Provinsi Jawa Tengah?

b. Judul: Penerapan Prinsip Korporasi dalam Rumah Sakit

yang Berfungsi Sosial.

Page 22: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

69

Rumusan Masalah: Apakah secara konsep hukum, Prinsip

Korporasi dapat diterapkan dalam Rumah Sakit yang

Berfungsi Sosial?

c. Judul: Pengaruh Kemiskinan terhadap Tingkat

Kriminalitas Pembajakan Hak Cipta atas Lagu di Kota

Surabaya.

Rumusan Masalah: Benarkah Kemiskinan mempengaruhi

Tingkat Kriminalitas Pembajakan Hak Cipta atas Lagu di

Kota Surabaya?

Gambaran di atas adalah contoh yang paling sederhana, sebab

hanya ada satu masalah dalam penelitian. Tidak demikian

sederhananya jika rumusan masalah yang diajukan lebih dari satu

masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan rumusan

masalah yang lebih dari satu adalah:

a. Antara satu permasalahan dengan lainya harus “senafas”

Artinya harus saling terkait dan tidak boleh terlalu jauh dari

fokus penelitian. Termasuk ketika ingin meneliti dalam dua

model penelitian hukum, normatif dan empiris sekaligus.

b. Tidak boleh keluar dari bidang keilmuan yang diteliti.

c. Tetap mengacu pada permasalahan yang diajukan dalam

paparan latar belakang masalah.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang

hendak dicapai oleh peneliti.59 Selain itu, arah penelitian juga

ditentukan oleh tujuan penelitian. Penulisan tujuan penelitian kadang

terkesan sederhana dan ringkas, padahal kalau diuraikan bisa dalam

59 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI

Press, hlm. 18.

Page 23: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

70

deskripsi yang luas dan mendalam. Sebagai patoka arah penelitian,

tujuan penelitian harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Menjelaskan hal-hal yang akan diungkap dan dijawab dari

penelitian tersebut.

b. Banyaknya tujuan penelitian harus sama dengan banyaknya

masalah yang akan diungkap dan dijawab dari penelitian

tersebut.

c. Dalam format penulisan tujuan penelitian yang diwajibkan oleh

perguran tinggi dalam penulisan skripsi, tesis maupun disertasi

biasanya dicantumkan mengenai tujuan objektif dan tujuan

subyektif. Tujuan objektif yaitu tujuan yang dimaksudkan untuk

menajwab rumusan permasalahan sedangkan. Tujuan subyektif

adalah maksud dan kepentingan dari si peneliti sendiri.

d. Cara menulis tujuan penelitian yang mudah adalah dengan

menggunakan kata “maksud dan tujuan dari penelitian ini

adalah ...” atau ditulis langsung “untuk memahami dan mencari

jawaban tentang ..”

Perhatikan contoh-contoh di bawah ini :

Contoh:

a. Rumusan Masalah: Bagaimana Peran Pemerintah Daerah terhadap

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dalam Era Otonomi Daerah di Provinsi

Jawa Tengah?

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui dan mengkaji Peran Pemerintah

Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dalam Era Otonomi

Daerah di Provinsi Jawa Tengah

b. Rumusan Masalah: Benarkah Kemiskinan mempengaruhi Tingkat

Kriminalitas Pembajakan Hak Cipta atas Lagu di Kota Surabaya?

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh kemiskinan

terhadap Tingkat Kriminalitas Pembajakan Hak Cipta atas Lagu di Kota

Surabaya

Page 24: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

71

c. Rumusan Masalah: Bagaimakah Perlindungan hukum bagi anak jalanan di

Daerah Khusus Ibukota Jakarta?

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan

hukum bagi anak jalanan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta?

5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam penulisan proposal, sering pula ditulis

dengan istilah kontribusi penelitian. Manfaat penelitian ini adalah

pandangan subyektif dari peneliti, sehingga setiap peneliti mempunyai

statement dan jumlah yang berbeda mengenai manfaat penelitian.

Tetapi pada umumnya penulisan manfaat penelitian akan ditulis

dengan item berikut ini:

a. Manfaat teoritis atau keilmuan, yaitu manfaat yang ditujukan

oleh peneliti dalam memberikan sumbangsih pada

perkembangan bidang keilmuan yang di dalami.

b. Manfaat Praktis, yaitu manfaat penelitian yang ditujukan untuk

kegunaan praktis menyelesaikan persoalan lainnya yang

sejenis. Biasanya ditujukan bagi para prakitisi hukum (jaksa,

hakim, pengacara), manfaat bagi negara atau manfaat bagi

masyarakat awam yang menemui kasus yang sama.

c. Manfaat bagi penyandang dana, yaitu manfaat penelitian yang

akan digunakan oleh penyandang dana sesuai kebutuhan dan

maksud pemberian dana penelitian tersebut.

Cara penulisan manfaat penelitian diusahakan secara ringkas

dan menarik. Biasanya penyandang dana akan menghitung

keuntungan apa yang didapat dari penelitian tersebut dengan

mengamati manfaat penelitian. Paparan kalimat manfaat penelitian

secara tidak langsung berhubungan dengan judul dan masalah

penelitian. Lihat contoh-contoh berikut ini:

Page 25: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

72

Contoh:

Judul: Fenomena Outsourcing dalam Perkembangan Hukum Kontrak

Perusahaan

Manfaat penelitian :

Penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis :

Memberikan gambaran yang jelas mengenai status hukum

kontrak outsourcing dalam teori-teori hukum kontrak di

Indonesia khususnya mengenai kontrak perjanjian kerja.

2. Manfaat Praktis :

Manfaat praktis bagi masyarakat adalah memberikan

pengetahuan yang jelas mengenai kontrak outsourcing,

sehingga apabila melakukan kontrak hubungan kerja

dengan perusahaan, masyarakat faham apa yang menjadi

hak dan kewajibannya.

3. Manfaat praktis bagi perusahaan adalah supaya perusahaan

mampu merancang kontrak kerja outsourcing secara benar

dan adil.

6. Penulisan Kerangka Teori (Tinjauan Pustaka)

Menulis kerangka teori dalam penelitian adalah bagian yang

susah dan membosankan. Tetapi hal ini harus dilakukan, sebab teori

merupakan inti dari penelitian ilmiah. Apabila bertemu dengan

persoalan-persoalan dasar yang berkait dengan teori penelitian, “…

Teori itu apa sih ... ?”, “...bagaimana cara memilih teori yang

digunakan? “… Cara menggunakannya bagaimana ?…” dan

sebagianya.

Sebelum membahas dan mengulas persoalan di atas, terlebih

dahulu dipahami cara penulisan Kerangka teori dalam penelitian. Ada

istilah lain yang sering digunakan yaitu Tinjauan Pustaka, Kerangka

Konsep dan Teori, Kerangka Pemikiran dan sebagainya. Berbagai

Page 26: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

73

istilah tersebut pada dasarnya sama maksud dan maknanya, hanya

mungkin ada yang lebih luas dan yang lain lebih sempit kajiannya.

Tetapi isi dari kerangka teori adalah:60 Konsepsi-konsepsi,61 teori-

teori, pandangan-pandangan, penemuan-penemuan yang relevan

dengan pokok permasalahan. Sehingga penulisan tinjauan pustaka

harus memuat:

a. Kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir yang

menunjukan dari sudut mana masalah yang telah dipilih akan

disoroti.

b. Kerangka konseptual disusun sebagai perkiraan teoritis dari

hasil yang akan dicapai setelah dianalisis secara kritis .

Untuk itu tinjauan pustaka harus disusun berdasarkan sumber-

sumber yang dibaca dan diambil secara kritis dari literatur yang bisa

dipercaya. Ikwal di atas bisa dicari melalui referensi umum seperti

buku teks, peraturan-perundangan, kamus, ensiklopedi dan lain-lain

atau pada refernsi khusu seperti tesis, disertasi, hasil penelitian, jurnal

artikel ilmiah dan sebagainnya. Hal terpenting adalah bahwa concern

pada penelitian hukum dan penulisan kerangka teori ini merupakan

cerminan keilmuan dari peneliti, maka alangkah baiknya

mempertimbangkan sumber tersebut di atas hanya pada sumber yang

berdasarkan ilmu hukum.

Setelah mendapatkan sumber referensinya, maka langkah

selanjutnya adalah membacanya secara mendalam dan dapat mulai

mengutip, selanjutnya ditulis dalam bentuk narasi. Tidak ada batasan

yang jelas mengenai panjang pendek tulisan dari kerangka teori.

Panjang dan pendek tulisan tergantung pada berapa banyak

permasalahan yang diajukan, kedalaman permasalahan dan ruang

60 Ronny Hanitio,Op cit , hlm. 39. 61 Diawal telah dirumuskan mengenai konsepsi penelitian, pada proses

ini tinggal menuliskannya secara sistematis.

Page 27: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

74

lingkup serta berapa tipe penelitian yang digunakan, dan ini semua

berakibat pada berapa banyak teori dan konsep yang diperlukan.

Kegiatan menyusun tinjauan pustaka bukan sekedar kegiatan

mengumpulkan kutipan yang terlepas satu sama lainnya. Tinjauan

pustaka harus disusun secara sistematis kritis dan menunjukan

sebagai suatu pandangan yang baru dari hasil berfikir analitik si

penulis.62

Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam penulisan kerangka

teori adalah:

a. Jumlah referensi yang digunakan, Artinya semakin banyak

referensi maka akan semakin baik konsep yang dirumuskan dan

ketepatan dalam pemilihan teori beserta argumentasinya.

Beberpa perguruan tinggi menetapkan jumlah referensi yang

digunakan untuk penulisan skripsi minimal 20 item (UGM) tesis

minimal 90 item (UNDIP) atau disertasi minimal 200 item (UI).

b. Sumber yang shohih dan berkualitas. Ini bisa dilihat dari

kapasitas keilmuan penulisnya, tahun penerbitannya (kecuali

buku-buku klasik), skala publikasinya; lokal, nasional atau

internasional dan tingkat akreditasi dari jurnal.

Sebelum kita menulis kerangka teori, maka kita harus pahami dahulu

seluk-beluk mengenai teori dan kegunaannya dalam penelitian, agar sesuai

dengan yang akan kita pilih dan gunakan. Namun amsal ini akan dikupas

lebih lanjut mengenai , arti teori dan kegunanan teori hukum dalam bab

tersendiri .

Dalam diskusi kali ini , kita akan memperlajari tentang begaimana

penulisan tinjuana pustaka atau kerangka teori dalam proposal penelitian

melalui contoh berikut ini.

62 Hadari Nawawi, Op.cit.,hlm. 43.

Page 28: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

75

PENERAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY) DALAM KAIDAH HUKUM POSITIF DI

INDONESIA

F. Tinjauan Pustaka / Kerangka Teori

1. Konsep Penelitian

Definisi CSR Menurut The Word Business Council for

Sustainable Development (WBCSD), , adalah: komitmen bisnis

untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan,

bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan,

dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan

kualitas kehidupan................... ............................dst..dst

2. Teori Penelitian

Tanggung jawab sosial perusahaan sebagai obyek penelitian

tersebut yang akan dicarikan dasar argumentasi sebagai

pembentukannya ke dalam kaidah hukum positif di Indonesia.

Proses ini memerlukan teori sebagai alat untuk menerjemahkan

gagasan abstrak kedalam pengaturannya yang konkrit.........

....................... maka penelitian ini akan menggunakan teori

pembentukan hukum (rechtvorming) yaitu penentuan kaidah yang

berlaku umum yang bersifat praktis fungsional dengan cara

penguraian teleologis–konstruktif yaitu penggabungan antara ilmu

hukum dengan filsafat hukum.......dst..dst

7. Hipotesis

Page 29: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

76

Dalam penelitian ilmiah , penulisan proposal penelitian dapat

memuat hipotesa didalamnnya sebab hipotesa adalah alat yang penting

dalam penelitian ilmiah. Argumentasi tentang pentingnya hipotesa dalam

penelitian ilmiah adalah 63 :

Pertama : Hipotesa adalah alat kerja teori yang dijabarkan dan dirunut

dari teori

Kedua : kita hanya bisa mengetahui apakah teori itu benar atau salah

melalui pengujian hipotesa.

Kedua: hipotesa sebagai alat bantu untuk peneliti bisa “keluar” dari

kebenaran subyektifnya dan menerima kebenaran objektifnya.

Pendapat ini masih menjadi kontroversi diatara para ahli, khususnya

ahli hukum yang berpandangan normatif . Hipotesa biasanya hanya

terdapat dalam penelitian sosial sedangkan penelitian hukum bukan

penelitian sosial. Pemikiran kritis ini juga harus bisa kita pahami , sebab

dalam penelitian normatif yang akan mengakaji sistem norma dan

memberikan penilaian preskripsi hukum , tidak mungkin kebenarannya

diuji hanya dengan menurut pendapat masyarakat (social views).

Kebenaran hukum ya.. kebenaran menurut sistem norma, bukannya

kebenaran menurut pandangan sosial yang terwakili oleh responden yang

di sampling dari populasi. Kita tidak mungkin memberikan statemen

hukum sebagai hipotesa seperti misalnya : “jika seorang pejabat korupsi

maka dia akan dikenai sanksi hukum pidana ” dan untuk kemudian diuji

dengan membagikan quesioner pada masyarakat untuk memberikan

pengujian apakah benar apakah salah. Ini jelas keluar dari logika hukum

yang ada. Sebab menurut logika hukum, ”Pejabat yang korupsi pasti

akan dikenai sanksi pidana oleh hakim karena melanggar Undang Undang

Anti Korupsi ” bukan oleh pendapat masyarakat.

63 Ferd N Kerlinger, op cit , hlm 33

Page 30: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

77

Perdebatan semakin sengit ketika ilmu hukum yang normatif tidak

bisa dikatakan ilmu yang ilmiah karena tidak mendasarkan pada bukti dan

pembuktian empiris. Dan ini justru meningkatkan eskalasi pertentangan.

Namun dalam buku ini kita tidak akan bahas dan diskusikan mengenai

perdebatan tersebut, tetapi sebagai seorang cendikia, kita harus bersikap

bijaksana dengan mencoba memahami lebih dalam apa itu hipotesa

penelitian dan kemungkinan manfaat penggunaanya dalam penelitian

hukum. Walaupun hipotesa memang tidak bisa digunakan dalam

penelitian normatif tetapi mungkin saja bisa digunakan dalam penelitian

hukum empiris.

a. Pengertian Hipotesa

Hipotesa , secara etimologis berasal dari dua perkataan HYPO yang

berarti “dari” dan THESA yang berarti “pendapat” atau “teori yang secara

umum hipotesa diartikan sebagai “teori yang belum sempurna”. Dengan

kata lain hipotesa adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih

perlu untuk diuji dan dibuktikan kebenarannya. Selain itu hipotesa juga

bisa diartikan sebagai “dugaan pemecahan masalah” yang bersifat

sementara yang mungkin benar dan mungkin pula salah melalui pengujian

dalam suatu populasi64.Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural)

tentang hubungan antara dua varibel atau lebih, Hipotesa selalu

mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubungkan

secara umum maupun secara khusus variabel yang satu dengan yang lain

yang terkait dengan masalah atau perumusan masalah penelitian65 .

Pernyataan hipotesis yang paling sederhana bisa dirumuskan dalam

bentuk hubungan kausalitas sebab akibat antara variabel

“Jika…………..maka …………” . Variabel pertama adalah variabel bebas

(independent variable) dan variabel kedua adalah variabel terikat

(dependent variable), Dimana kedudukan variabel kedua ada atau muncul

ditentukan oleh ada tidaknya variabel pertama. Misalnya :

64 Hadari Nawawi , ibid, hlm 43-44 65 Ferd N Kerlinger, ibid, hlm 30-33

Page 31: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

78

“Jika anak belajar bersama orang tua maka hasil ujian semester

akan lebih baik “

“Jika Komunikasi antara anak dengan orangtua lancar maka anak

cenderung tidak akan nakal “

„Jika pemimpin memberi contoh dengan baik maka karyawan akan

lebih giat bekerja”

Ada berbagai bentuk penulisan hipotesa lainnya seperti uncommon

sense form yaitu yang menuliskan secara bertentang dengan logika

berpikir umumnya. Contoh uncommon sense form :

“Jika anak belajar bersama orang tua maka hasil ujian semester

akan semakin buruk “

“Jika Komunikasi antara anak dengan orangtua lancar maka anak

cenderung terlibat narkoba “

„Jika pemimpin memberi contoh dengan baik maka karyawan akan

sering membolos dan kinerjanya parah”

Selain itu ada null form yaitu yang hipotesa yang ditulis dalam kalimat

menolak hubungan sebab akibat . Contoh null form :

“Jika anak belajar bersama orang tua maka tidak terkait dengan

prestasi belajar anak “

„Jika pemimpin memberi contoh dengan baik maka tidak terkait

dengan kinerja karyawan”

Penulisan hipotesa tidak selalu dalam bentuk format jika…… maka,

namun dapat pula dalam bentuk kalimat naratif , yang penting kalimat

tersebut mengandung kausalitas antara dua atau lebih variabel, misalnya:

“Komunikasi yang baik antara nggota dalam rumah tangga akan

membuat hubungan orangtua dan anak berjalan dengan baik”.

Page 32: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

79

”seorang pemimpin yang mempunyai leadership yang kuat akan

meberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja dengan baik “

Rumusan hipotesa ini dibangun dari teori dan konsep yang ditulis

secara argumentatif kritis dalam tinjauan pustaka. Kemampuan menulis

tinjauan pustaka yang dialektis mengenai perkembangan teori dan konsep

dalam bidang keilmuan yang kita kaji akan memudahkan merumuskan

kalimat hipotesa . Artinya penulisan hipotesa tidak boleh ditulis asal

asalan tetapi mempunyai dasar keilmiahan.

b. Hipotesa dalam penelitian hukum

Setelah kita pahami pengertian hipotesa , mari kita diskusikan

(kemungkinan) kegunaanya dalam penelitian hukum. Seperti dijelaskan

diatas bahwa hipotesa tidak mungkin digunakan dalam penelitian hukum

normatif tetapi dalam penelitian hukum empiris , yang melakukan

pengamatan bukan pada sistem norma tetapi pada perilaku masyarakat

yang dipengaruhi sistem norma. Artinya Hipotesa bisa digunakan dalam

penelitian hukum empiris dengan tipe yuridis sosiologis yang

menempatkan permasalahnnya dalam bentuk variabel-variabel penelitian

yang saling mempengaruhi. Syarat ini menjadi mutlak karena keberadaan

hipotesa adalah untuk menguji kebenaran awal yang ditunjukan adannya

hubungan kausalitas sebab akibat antara dua variabel atau lebih.

Bagi penelitian hukum yang bersifat linier dimana permasalahannya

hanya menuntut penjelasan dari proposisi-proposisi yang diajukan , maka

keberadaan hipotesa tidak diperlukan.

Misal penelitian mengenai “Penerapan Prinsip Prudential Banking

Dalam Perbankan Syariah”, atau “Peran Pengawasan DPRD Dalam

Undang-undang Pemerintahan Daerah di Era Otonomi Daerah”, kedua

penelitian diatas tidak membutuhkan hipotesa sebab tidak ada yang perlu

diuji secara kausalitas antar variabel. Penelitian ini hanya menuntut

deskripsi secara linier saja.

Page 33: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

80

Pada prinsipnya penelitian hukum normatif tidaklah diperlukan adanya

hipotesa. Sebab – kalaupun boleh disebut variabel - antara norma dengan

norma lainnya atau antara peraturan dengan peraturan lainnya tidak

mungkin diuji kebenarannya secara hipotesis. Kebenaran norma adalah

kebenaran konseptual yang dibangun dalam sistem norma yang dianut

sebuah negara dan bukanlah kebenaran empiris. Kita tidak bisa menguji

kebenaran melalui hipotesa antara Undang undang Persaingan Usaha –

misalnya- dengan konsepsi keadilan sosial dalam preambul Undang

Undang Dasar 1945. Kalaupun akan diberikan penilaian mengenai benar

atau salah, sesuai atau tidak sesuai , maka yang digunakan adalah proses

analisis secara preskriptif dan bukanlah hipotesa.

Namun demikian, kita sebagai penstudi hukum tidak perlu risau

jika mendengar komentar bahwa ilmu hukum, khusunya hukum normatif,

bukanlah ilmu pengetahuan karena tidak bisa dibuktikan secara empiris

melalui hipotesa. Sebab kebenaran ilmiah dari ilmu hukum normatif

mempunyai ukuran dan standar yang memang berbeda dengan

kebenaran ilmu sosial lainnya. Kebenaran ilmu hukum normatif diukur dan

merujuk pada konsistesi logika hukum yang terbangun dari sistem norma,

bukan dari kebenaran sistem sosial.

Selain itu, pengujian secara hipotetis tetap bisa digunakan

dalam tipe penelitian hukum empiris. Penelitian untuk menguji efektifitas

hukum atapun kesadaran hukum sangat memerlukan hipotesa sabagi

tolak ukur kebenaran awal. Apakah masyarakat sadar atau taat terhadap

sebuah ketentuan hukum adalah bentuk perilaku yang secara kuantitatif

bisa diukuran dan bahkan secara kualitatif bisa dipahami secara

mendalam (verstehen) .

Misalkan kita akan menentukan hipotesa yang berpijak pada teori

moralitas yaitu bahwa “setiap manusia pada dasarnya akan bertindak

sesuai dengan kebaikan alamiah dari hati nurani dan kebenaran yang

Page 34: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

81

dibangun dari sistem norma”66 , mendasarkan pada statemen tersebut

kita bisa buat hipotesa ;

“Jika korupsi telah dilarang dalam oleh peraturan perundagan maka

pejabat negara akan menaatinya dan menjauhi korupsi.

Maka bisa kita prediksikan bahwa setiap pejabat negara akan menaati

dan tunduk oleh peraturan tersebut. Ketaatan para pejabat dikarenakan

oleh norma yang mengatur dan kalau dilanggar maka ia akan dihukum

dan mendapat cela dari masyarakat. Namun demikian kita bisa uji

kebenaran tersebut secara empiris benarkah hal itu yang terjadi ? ,

banarkah para pejabat akan takut untuk korupsi ? khawatirkah mereka

dengan kehormatan dan nama baik yang rusak karena korupsi ? artinya …

apakah benar hipotesa kita ? Untuk itu perlu kita uji secara empiris

kebenaranya.

Contoh lain yang sederhana yaitu :

“Jika polisi berjaga di perempatan jalan , maka para pengemudi

kendaraan akan tertib”.

“ Jika putusan hakim tegas dan berat terhadap koruptor maka

perilaku korupsi akan segera berkurang”

“ Jika tingkat kemiskinan meningkat . maka meningkat pula

tingkat kriminalitas di masyarakat.

Atau dengan model uncommon sense form

“Jika polisi berjaga di jalan raya maka pengendara kendaraan

akan kebut kebutan “.

“Jika hukum ditegakan maka kejahantan akan bertambah

jumlahnya”.

Atau dalam kalimat naratif :

“Ketertiban berlalu lintas akan terjadi pada saat penegakan hukum

berjalan dengan ketat „

66Lawrence Friedman, American Law : an Introduction hlm , 308-314

Page 35: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

82

“ Kemiskinan selalu akan meningkatkan tidak kejahatan”

Hipotesa diatas dapat diuji dengan pendekatan kwantitatif yaitu

dengan menggunakan data statistik melalui quesioner atau dengan

pendekatan kwalitatif dengan pengamatan langsung dengan model

partisipan aktif. Mengenai cara membuat quesioner dan tata cara

melakukan pengamatan akan dibahas dalam bab tersndiri atau disarankan

membaca buku metodologi penelitian sosial .

Adapun yang perlu dipahami bahwa kebenaran dari hasil uji

kebenaran hipotesa (hipotesa diterima) atau gagalnya hipotesa (hipotesa

ditolak) adalah sebuah kebenaran empiris dan ini tidaklah selalu sama

dengan kebenaran normatif. Sebagai penstudi hukum kita harus meyakini

bahwa norma mempunyai kebenaran yang dibangun dari logika hukum

yang imun dari persoalan sosial, sementara kebenran empiris sangat

dipengaruhi oleh aspek aspek sosial yang secara langsung maupun tidak

tidak langsung mengarahkan perilaku seseorang . Misalnya kita bisa

katakan secara normatif , bahwa hakim seharusnya orang yang paling

menaati hukum , sebab dia adalah pendekar penegak hukum , tetapi

karena faktor ekonomi yang mendesak dan rendahnya gaji , seorang

hakim dapat melakukan jual beli putusan. Atau ketika kita

mempertanyakan bahwa “seharusnya mantan presiden Suharto harus

diajukan ke meja hijau, karena asas equality before the law”, namun

karena sisa kekuasaanya masih kuat maka sampai hari ini beliau tidak

dapat diajukan ke pengadilan.

Pada akhirnya penggunaan hipotesa ini harus disesuaikan dengan

maksud dan tujuan penelitian. Hasil penelitian yang dibangun dari hasil uji

hipotesa pada saat saat tertentu diperlukan untuk memberikan

pemahaman yang lebih baik bagi para penstudi dan praktisi hukum.

8. Metode Penelitian

Page 36: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

83

Metode penelitian ini merupakan bagian yang terpenting

dari suatu penelitian, karena metode penelitian ini akan menjadi

arah dan petunjuk bagi suatu penelitian. Penjelasan mengenai

materi metode penelitian ini akan dibahas dalam bab tersendiri.

9. Jadwal Penelitian

Penyusunan jadwal penelitian ini harus disusun

sedemikian rupa dan disesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan

untuk penelitian. Sebaiknya jadwal dibuat atau disusun dengan

menggunakan matrik agar lebih jelas kapan suatu kegiatan

penelitian itu dlakukan. Biasanya hal–hal yang dijadwalkan

adalah mengenai, pengurusan ijin, pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data, seminar hasil penelitian, dan

penyusunan laporan penelitian.

C. Pertanaan-pertanyaan dan Tugas

1. Sebutkan tahap-tahap merancang penelitian?

2. Jelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

menentukan topik penelitian?

3. Buatlah topik penelitian yang ingin saudara teliti?

4. Apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat judul

penelitian?

5. Bagaimana membuat judul penelitian ang baik?

6. Buatlah judul peneltian dari proposal yang akan saudara

ajukan?

7. Apa yang dimaksud dengan latar belakang masalah?

8. Bualah latar belakang masalah yang disesuaikan dengan

topik dan judul penelitian saudara?

9. Apa saja arti atau makna dari masalah penelitian?

Page 37: BAB III  Dualisme Penelitian Hukum.pdf

84

10.Bagaimana membuat rumusan masalah yang baik?

11.Buatlah rumusan masalah sesuai dengan latar belakang

masalah dan topik penelitian saudara?

12.Apa yang menjadi tujuan penelitian itu?

13.Buatlah tujuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah

yang saudara ajukan?

14.Untuk siapa manfaat penelitian itu diharapkan?

15.Buatlah manfaat penelitian saudara sesuai dengan tujuan

penelitian dan rumusan masalah?

16.Apa yang dimaksud dengan hipotesis itu?

17.Buatlah hipotesis, seolah-olah penelitian saudara

menggunakan hipotesis?