Upload
dr-mukti-fajar-ndshmhum
View
253
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
MERANCANG PENELITIAN
A. Mengawali Penelitian
Penelitian sebagai kegiatan ilmiah memerlukan beberapa tahapan
untuk melaksanakannya. Perencanaan yang matang akan membuat
seluruh proses penelitian menjadi lebih mudah, menarik, terukur dan
menghasilkan sebuah karya ilmiah yang memuaskan semua pihak dan
dapat dipertanggungjawabkan. Namun seringkali orang mengalami
kebingungan ketika akan melakukan penelitian, karena akan terlibat
dengan persoalan, mau meneliti apa?, sumber data dan bahannya didapat
dari mana?, nanti pakai teori apa?, lokasi penelitiannya dimana?
bagaimana menulis proposalnya?, dan sederet pertanyaan yang kalau
tidak segera menemukan jawabannya justru akan membuat frustasi,
malas dan akhirnya tidak jadi melakukan penelitian.
Untuk memudahkan persoalan klise tersebut, perlu merancang
penelitian beserta tahap-tahap pelaksanaannya. Beberapa tahap itu
antara lain :
1. Menentukan Topik Penelitian
2. Menentukan Masalah Penelitain
3. Menentukan konsepsi dan definisi operasional penelitian
4. Membuat proposal Penelitian
Penjelasan masing masing tahapan bisa diikuti berikut ini :
1. Menentukan Topik Penelitian
Topik penelitian merupakan kerangka dasar dari sebuah
rancangan penelitian. Sebab topik penelitian akan menentukan tahap
tahap penelitian selanjutnya, seperti kerangka teori, permasalahan
tujuan dan metode penelitian yang digunakan. Selain dari itu
pemilihan topik yang tepat akan membuat hasil penelitian menjadi
49
menarik, jelas untuk dipahami pembaca dan memberikan kontribusi
bagi keilmuan secara umum.
Sebelum menentukan topik, maka terlebih dahulu orang
mempertimbangkan beberapa hal berikuti ini :
a. Topik itu harus dimengerti dan dipahami oleh peneliti.
Peneliti akan dengan leluasa menuangkan pengetahuannya
tentang topik tersebut tanpa ragu-ragu karena memang didukung
oleh pengetahuannya yang memadahi tentang topik tersebut.
Dengan kata lain topik hendaknya masih dalam jangkauan
kemampuan dan keterampilan penulis. Memilih topik yang sama
sekali tidak dimengerti atau jauh dari pemahaman keilmuan si
peneliti justru akan menciptakan kesulitan.
b. Topik tersebut harus menarik perhatian penulis.
Walaupun penulis mengetahui dan memahami suatu topik,
namun apabila penulis tidak tertarik untuk menulis topik tersebut,
maka apabila dipaksakan hasil dari tulisan tersebut juga akan
kurang berbobot, karena tulisan itu terkesan tidak sungguh-
sungguh.
c. Topik yang dipilih sebaiknya yang aktual,
Perlu diperhatikan pula topik yang sedang banyak
dibicarakan orang. Salah satu kenikmatan sebagai peneliti apabila
hasil penelitian bisa memberikan masukan atau solusi pada
persoalan yang sedang dibicarakan banyak orang.
d. Topik yang dipilih harus manageable42
Walaupun telah temukan topik yang aktual dan dipahami
namun harus pula mempertimbangkan ketersediaan bahan bahan
penelitian seperti buku, jurnal dan data pendukung lainnya,
pengalaman dan kemampuan peneliti, keterbatasan dana
42 Istilah ini dipopulerkan oleh Prof. Erman Radjagukgukdalam
perkuliaan Metode Penulisan Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas
Indonesia.
50
penelitian, jangka waktu penelitian, lokasai penelitian yang bisa
diakses dan rujukan penelitian seperti teori-teori yang tersedia,
yang kemungkinan akan digunakan untuk mendukung tulisannya
nanti. Sehingga tidak ada gunanya apabila memilih topik yang
menarik namun sulit untuk dilaksanakan penelitiannya.
e. Topik yang dipilih jangan terlalu teknis
Harus pertimbangkan pula sifat keilmiahan dari penelitian
dan sebaiknya tidak terlalu teknis karena kalau hal itu terjadi,
maka dikhawatirkan karya ilmiahnya nanti akan banyak kehilangan
dukungan teori-teori yang ada. Sehingga akan mengurangi sifat
ilmiahnya.
f. Topik yang dipilih harus mempunyai nilai manfaat
Upayakan topik penelitian, sekecil apapun mempunyai nilai
tambah bagi kemanusian. Jangan memilih topik yang
menimbulkan konflik dan dapat menganggu persatuan dan
ketentraman masyarakat luas.
Untuk bisa menentukan topik peneiltian yang tepat dengan kriteria
seperti di atas, maka upaya pertama yang harus dilakukan ialah
melakukan pra penelitian (pre research). Kegiatan pra penelitian dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk misalnya :
a. Membaca berbagai tulisan seperti, buku, majalah, jurnal,
penerbitan, surat kabar (dan menonton televisi), peraturan
perundangan dan hasil penelitian terdahulu. Memilih topik
penelitian tidak mungkin dilakukan dengan otak yang kosong sama
sekali. Semakin banyak informasi yang didapat dari membaca akan
memudahkan memilih suatu topik penelitian. Dijaman sekarang,
untuk membaca berbagai informasi dapat menggunakan bantuan
internet dengan cepat dan murah.
b. Menggali pengalaman yang dialami, Seringkali orang mengalami
suatu peristiwa dalam hidup yang kalau direnungkan
sesungguhnya ada persoalan yang bisa diangkat sebagai topik
51
penelitian. Misalnya pengalaman mengurus perijinan, membuat
perjanjian hutang piutang dengan lembaga keuangan, bahkan
dalam kecelakaan di jalan raya.
c. Membuat diskusi ilmiah dengan kolega sejawat, dosen, atau
para ahli di bidang yang akan diteliti. Diskusi ini akan memberikan
pemehaman semakin jelas terhadpa topik yang diminati, selain itu
bisa digali dan mendapatkan informasai mengenai data serta
literatur yang dibutuhkan.
d. Merancang kreasi dari ide peneliti sendiri. Kehebatan otak
dan olah pikir manusia memenag tidak bisa disanksikan lagi.
Denagan cara merenung kadang bisa mendapatkan gagasan atau
ide yang brilian untuk dijadikan topik penelitian. Namun seringkali
cara tersebut hanya bisa dilakukan jika sudah mencapai tingkatan
keilmuan tertentu dengan pengalaman yang mencukupi. Tanpa
syarat itu terpenuhi , kadang ide atau kreasi hanya akan berhenti
menjadi angan-angan yang tak bisa dilakukan.43
Salah satu upaya untuk mendapatkan topik penelitian agar
penelitian menjadi fokus perlu dimulai dengan pemilihan topik secara
umum dan selanjutnya mulai dikerucutkan dalam topik yang lebih
spesifik44. Lihat skema berikut ini :
HUKUM PERTANAHAN
PENDAFTARAN TANAH
FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI
HAMBATAN PENDAFTARAN TANAH
DI KABUPATEN SEMARANG
43 John W Creswell, 1994, Research Design, Sage Publications , hlm. 3. 44 Alice Oshima dan Ann Hogue,1999, Writing Academic English ,Third
edition, Longman, hlm. 4.
52
Setelah didapatkan topik penelitian yang spesifik maka perlu
dinarasikan dalam bentuk tulisan untuk bahan diskusi dengan sejawat,
dosen pembimbing atau pihak yang berkepentingan lainnya. Untuk
memudahkan proses tersebut, ambi selembar kertas dan tulis dengan
bahasa sederhana45 :
“penelitian saya mengenai ………………………….” Atau
”saya akan meneliti tentang ……………………….”
Alangkah baiknya apabila tulisan sementara tersebut dapat
mencerminkan permasalahan, teori yang digunakan, serta metode
yang digunakan. Jika tidak memungkinkan maka tulisan tersebut
paling tidak bisa menggambarkan bidang yang akan diteliti
45 John W Creswell, Ibid , hlm 2
Contoh :
1. Penelitian saya tentang proses pendaftaran tanah di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Penelitian ini akan berawal dari aturan dan prosedur
pendaftaran tanah untuk mengetahui lebih lanjut pelaksanaanya di
lapangan dengan segala hambatan yang muncul dari perilaku birokrasi.
Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan tipe yuridis
sosiologis yang akan menggunakan teori-teori efektifitas bekerjanya
hukum serta metode yang digunakan adalah pengamatan secara langsung
di lapangan. Adapan data yang didapat akan dianalisis secara diskriptif
dengan pendekatan kualitatif.
2. Saya akan meneliti tentang prinsip korporasi dalam penyelengaraan
rumah sakit yang berfungsi sosial. Penelitian ini adalah penelitian normatif
yang akan mengamaji, asas-asas dan doktrin hukum, aturan perundangan
serta dokumen hukum yang terkait dengan rumah sakit dan korporasi.
Adapun bahan hukum yang disusun akan dianalisis secara preskriptif
untuk memberikan penilaian hukum bagi penerapan prinsip korporasi
dalam rumah sakit.
53
2. Masalah Penelitian Hukum
Setelah didapatkan dan dipahami topik penelitian yang akan
diteliti, langkah selanjutnya adalah mengkaji masalah penelitian.
Beberapa ahli46 justru menempatkan masalah penelitian ini sebagai isu
sentral atau ide dari penelitian yang harus ditentukan pada awal
penelitian. Tanpa masalah, maka penelitian tidak pernah ada.
Mengingat pentingnya masalah dalam penelitian, alangkah
baiknya dipahami apa yang dimaksud dengan masalah penelitian
tersebut.
Ronny Hanitio menjelaskan, bahwa,47
Permasalahan adalah pernyataan yang menunjukkan adanya jarak antara harapan dengan kenyataan; antara rencana
dengan pelaksanaan; antara das sollen dengan das sein; Tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku; tindakan yang tidak sesuai dengan rasa keadilan; kebijakan
yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat; janji yang tidak ditepati; pelaksanaan yang tidak sesuaiu dengan rencana …“
Secara sederhana – khususnya dalam penelitian empiris – Fred N
Kerlinger48 menjelaskan masalah penelitian adalah :
Sebuah kalimat tanya atau pernyataan yang menanyakan : hubungan apakah yang terdapat antara dua variabel49 atau lebih ?
Selanjutnya Hadari Nawawi menjelaskan dalam uraian sebagai
berikut:
Masalah penelitian muncul karena tidak terdapatnya keseimbanagn antara sesuatu yang diharapkan (das sollen)
berdasarkan teori teori atau hukum- hukum yang menjadi tolok ukur dengan kenyataan (das sein) sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa demikian atau apa sebabnya demikian.
46 Maria SW Sumarjono, 2001,Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian,
Gramedia, hlm 12 47 Ronny Hanitijo,1988, Metodologi Penelitian Hukum dan
Jurimetri,Ghalia Indonesia, hlm.36-39 48 Fred N Kerlinger, 2004, Asas asas Penelitian Behavioral , Yoyakarta,
Gajah Mada University Press, hlm 28 49 Istilah variabel bisa digunakan dalam penelitian hukum empiris
sedangkan dalam penelitian hukum normatif digunakan istilah proposisi
54
Di samping itu masalah dapat pula muncul karena keragu-raguan (kabur) tentang keadaan sesuatu sehingga perlu
diungkap keadaannya secara mendalam dan obyektif”
Dari beberapa definisi di atas bisa dirumuskan apa yang
dimaksud masalah penelitian adalah:
a. Gap atau jarak antara yang seharusnya (das solen) dengan
yang senyatannya (das sein)
b. Ketidakjelasan hubungan antara variabel
c. Hal yang ingin diungkap dari suatu fenonema
Setelah memahami apa yang dimaksud dengan masalah
penelitian, lebih lanjut akan dibahas mengenai permasalahan hukum.
Seperti dikatakan di atas bahwa masalah merupakan isu sentral dalam
penelitian yang terkait dengan bidang studi yang akan diteliti. Para
penstudi dan praktisi hukum mau tidak mau harus menempatkan
masalah hukum sebagai masalah penelitian, apapun tipe penelitian,
baik normatif maupun empiris, tetap harus meletakkan masalah
hukum sebagai ide penelitian yang akan diungkap jawabannya.
Para ahli berbeda pendapat mengenai definisi atau batasan
mana yang merupakan permasalahan hukum dan mana yang tidak.
Hal yang biasa terjadi munculnya perbedaaan ini karena perbedaan
pula pada konsepsi dan paradigma mengenai hukum yang digunakan
masing-masing ahli. Tetapi alangkah baiknya mencoba memahami
beberapa di antaranya.
Menurut Peter Mahmud Marzuki permasalahan hukum
khususnya dalam penelitian normatif, disebutnya dengan istilah isu
hukum adalah50:
“…Ilmu hukum terdapat tiga lapisan, yaitu: dogmatika hukum,
teori hukum dan filsafat hukum. …Oleh karena itu, Isu hukum
50 Peter Mahmud Marzuki, 2005, op.cit, hlm. 58-91.
55
dalam penelitian hukum dalam tataran dogmatika hukum, yaitu menyangkut ketentuan hukum yang relevan dengan fakta yang
dihadapi, Untuk penelitian dalam tataran teori hukum , isu hukum harus mengadung konsep hukum . Sedangkan untuk penelitian dalam tataran filosofis isu hukum harus menyangkut
asas-asas hukum. …Isu hukum timbul karena adanya dua proposisi hukum yang mempunyai hubungan yang bersifat fungsional, kausalitas, yang satu menegaskan yang lain.
………….”
Sedangkan para ahli hukum yang bermazhab sosiologi seperti
Satjipto Rahardjo merumuskan bahwa51 ;
Masalah hukum muncul ketika kita “mengarahkan pandangan keluar” dari hukum. Hukum yang semula diperkirakan sebagai pengaturan yang sudah jelas dan pasti pada kenyataannya
merupakan sesuatu yang relatif. Ini dikarenakan peraturannya sendiri, saluran komunikasi kepada rakyat, tingkah laku birokrasi, atau pelaksana hukum dalam kerangka sosial,
ekonomi, politik yang ada.
Lain halnya dengan Lawrence Friedman, yang menegaskan
bahwa52:
“...masalah hukum adalah masalah unsur-unsur dalam sistem
hukum, masalah itu bisa muncul pada unsur substansi hukum, atau pada struktur hukum atau pada budaya hukumnya, jika struktrur bisa diibaratkan sebagai mesin, substansi adalah apa
yang dihasilkan dan dikerjakan oleh mesin tersebut, dan budaya adalah apa saja atau siapa saja memutuskan untuk menghidupkan mesin dan mematikan mesin itu serta
memutuskan bagaimana mesin itu digunakan ...”
Menurut pendapat penulis, penjelasan Peter Mahmud mengarah
hanya pada penelitian normatif, sedngkan pendapat Satjipto Rahardjo
lebih pada persoalan empiris. Untuk itu agar bisa merangkum
dualisme penelitian hukum yang ada, alangkah baiknya dirujuk
51 Satjipto Rahardjo,1983, Permasalahan Hukum di Indonesia ,
Bandung, Alumni, hlm. 11-12. 52 Lawrence Friedman,1984, American Law, An Introduction ,
Terjemahan oleh : Wisnu Basuki , PT Tatanusa, hlm 1 - 25
56
pendapat Lawrence Friedman yaitu bahwa masalah hukum adalah
masalah sistem namun dengan modifikasi yang kaluu dirinci meliputi :
a. Masalah sistem norma yaitu mengenai peraturan
perundangan,putusan pengadilan , kontrak, asas-asas
hukum dan doktrin hukum yang terkait dengan suatu
peristiwa hukum
b. Masalah pembuatan, pelkasanaan serta penegakan dari
sistem norma diatas
c. Masalah mengenai bagaimana bentuk apresiasi masyarakat
terhadap hukum
d. Masalah mengenai perilaku sosial yang terlembagakan dan
diakatakan sebagai hukum yang hidup (livinglaw)
3. Konsepsi dan Definisi Operasional Penelitian
Setelah menemukan topik penelitian dan mantapkan masalah
penelitian yang dipilih, maka tahap selanjutnya adalah merumuskan
konsepsi dan definisi operasional penelitian. Hal ini menjadi sangat
penting karena akan menjadi batasan sekaligus dan petunjuk dalam
penelitian agar langkah langkah yang dilakukan tetap fokus.
Konsepsi penelitian tersebut nantinya akan berpengaruh pada
bahan-bahan yang akan digunakan, data yang dicari, lokasi penelitian,
teori yang dirujuk hingga metode yang digunakan. Oleh karena itu
perumusan konsepsi menjadi sangat penting dan harus dilakukan
dengan penuh hati-hati.
Misalnya, akan meneliti mengenai Prinsip Korporasi Dalam
Rumah Sakit Yang Berfungsi Sosial. Maka harus dijelaskan konsepsi
dan definisi operasional dari:
a. Prinsip korporasi itu apa ?
b. Rumah sakit itu apa ?
c. Fungsi sosial itu apa ?
57
Contoh lainnya, kalau meneliti tentang Perlindungan Hukum
Bagi Anak Jalanan Di Jogjakarta, maka konsepsinya beberap hal
mengenai:
a. Siapa saja yang disebut sebagai anak jalanan?, tentunya
tidak semua anak yang ada atau sedang di jalanan bukan?
b. Ukurannya apa disebut sebagai anak jalanan?, apakah usia,
kemiskinannya, tempat tinggalnya, profesinya atau hal-hal
lainnya?
c. Apa yang dimaksud perlindungan hukum?, dari hal-hal
apakah perlu dilindungi oleh hukum?
d. Dimana tempatnya di Jogjakarta? apakah di jalan-jalan
tertentu atau seluruh wilayah Provinsi DIY?
Jika mempunyai topik penelitian tentang Peran Pemerintah
Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dalam Era
Otonomi Daerah misalnya, maka harus jelaskan konsepsi mengenai:
a. Siapa saja yang dimaksud pemerintah daerah?
b. Apa saja yang termasuk dalam pendapatan asli daerah?
c. Era otonomi daerah itu kapan?, apakah sama dengan
desentralisasi jaman orde baru?, apakah setelah
diberlakukan UU otonomi daerah?, yang lama atau yang
telah diamandemen?
Penentuan konsepsi dan definisi operasional yang akan
digunakan adalah hak subyektif dan mutlak dari seorang peneliti,
karena dia yang akan menetukan fokus penelitiannya, yang penting
dari hal ini, bahwa peneliti harus konsisten dalam penggunaan
konsepsi dan definisi operasional tersebut. Namun demikian ada
beberapa cara untuk memudahkan bagi peneliti merumuskannya
yaitu:
a. Menggunakan ketentuan dari peraturan perundangan
b. Mengutip pendapat pakar dari buku-buku dan jurnal ilmiah
c. Menggunakan terminologi dari kamus atau ensiklopedia
58
d. Merujuk pengertian yang telah digunakan oleh umum
Kebiasaan yang selama ini dilakukan adalah, menuliskan
beberapa rumusan konsepsi dari berbagai sumber selanjutnya peneliti
menentukan rumusan yang akan digunakan atau merumuskan sendiri
berdasarkan pertimbangan di atas. Setelah memahami topik penelitian
dan lingkup kajiannya dalam konsepsi dan definisi operasional maka
yang selanjutnya dilakukan adalah mencari beberapa bahan hukum
atau data awal yang sesuai untuk dipelajari sebagai dasar dalam
menulis proposal penelitian.
B. Menulis Proposal Penelitian
Apapun topik yang akan diteliti, harus diawali dengan menulisnya
dalam sebuah proposal penelitian. Proposal ini menjadi sangat berguna
bagi jalannya penelitian. Dalam beberapa buku panduan penelitian yang
diterbitkan oleh Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi menyebut
proposal penelitian dengan istilah usulan penelitian. Kedua istilah itu tidak
ada perbedaan dalam arti dan maksudnya.
Fungsi dari proposal penelitian adalah:
1. Sebagai acuan arah dan tujuan penelitian
2. Sebagai acuan cara melakukan penelitian
3. Sebagai acuan melakukan analisis hasil penelitian
Sebagai acuan penelitian, penulisan proposal perlu ditulis dalam
format standar. Format ini kadang-kadang berbeda antara satu institusi
dengan institusi lainnya. Namun secara umum, proposal penlitian hukum
harus memuat beberapa hal berikut ini:
1. Judul penelitian
2. Latar belakang masalah
3. Rumusan masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Kerangka Teori / Tinjauan Pustaka
59
6. Manfaat Penelitian
7. Membuat Hipotesis
8. Metode Penelitian
9. Jadwal dan Anggaran Penelitian
Format tersebut, bisa berkurang atau bertambah atau
disesuaikan dengan tipe penelitian yang digunakan. Misalnya dalam
penelitian empiris yang akan menguji teori, maka akan ditambah
dengan item mengenai hipotesis. Juga dalam tinjauan pustaka
biasanya dibagi di dalamnya mengenai kerangka teori dan konsepsi
penelitian.
1. Merumuskan Judul Penelitian
Jika akan menulis proposal, maka proses ini diawali
dengan merumuskan judul penelitian. Judul penelitian walaupun
dapat diubah redaksinya selama melakukan penelitian. Proposal
penelitian merupakan gagasan penelitian yang ingin
disampaikan pada khalayak sebagai hasil penentuan topik
penelitian. Oleh karana itu perlu diperhatikan beberapa hal
berikut ini:
a. Cara penulisan judul diusahakan dengan bahasa yang
singkat, padat, mudah dimengerti. Jangan menggunakan
kata yang tidak perlu, yang kadang justru dapat
menimbulkan arti dan pemaknaan yang berbeda.
b. Judul diusahakan secara eksplisit mencerminkan bidang
studi yang diteliti.
c. Mencerminkan problematika dari penelitian.
d. Dapat menggunakan anak judul sebagai bentuk spesifikasi
penelitian.
60
e. Terdiri dari 2 atau lebih variabel53
Beberapa variabel penelitian harus ditetapkan oleh
peneliti sebelum melakukan penelitian khususnya penelitian
hukum empiris (istilah ini jarang digunakan dalam penelitian
hukum normatif).
Arti dan pengertian dari variabel adalah sejumlah gejala
atau faktor atau unsur yang ada sebagai bagian pokok dari
objek penelitian.54 Di dalam variabel terdapat sifat yang
mempunyai nilai bagi penelitian55 seperti: Jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, pilihan poltik dan sebagainya.
Selain itu variabel juga dapat berbentuk simbol yang di
dalammnya melekat bilangan atau nilai, misalnya: X sebagai
simbol dari tingkat ketaatan hukum atau Y sebagai simbol
peraturan perundangan yang diberlakukan dan sebagainnya.
Pada ilmu sosial banyak terdapat jenis dan macam
variabel yang dikelompokan dalam ; (1) variabel bebes dan
terikat ;(2) variabel aktif dan atribut ;(3) variabel kontinou dan
ketegorik.56 Tetapi secara umum dan yang sering dugunakan
dalam penelitian hukum empiris adalah variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent
variable) . Masing masing mempunyai pengertian:
a. Variabel bebas (independent variable) adalah sejumlah
gejala atau faktor atau unsur yang menentukan ada atau
munculnya gejala atau faktor atau unsur lain. Gejala lain
yaitu variabel terikat, dan ini artinya tidak akan muncul
variabel terikat tanpa hadirnya variabel bebas.
53 Untuk penelitian hukum empiris kadang perlu ditentukan
independent variable dan dependent variable baca Hadari nawawi,2005, Metode
Penelitian Bidang Sosial,Gajah Mada University Press, hlm. 49-60. 54 Hadari Nawawi, 2005, ibid, hlm 56 55 Fred N Kerlinger, 2004 , Op Cit hlm 49 56 Fred N Kerlinger Ibid, hlm,58-66
61
b. variabel terikat (dependent variable) adalah sejumlah
gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul
ditentukan dan dipengaruhi oleh adanya variabel bebas
tertentu. Artinya, variabel ini akan muncul jika ada variabel
bebas yang mengikatnya.
Contoh:
a. Keberadaan polisi yang berjaga di perempatan jalan
akan sangat berpengaruh pada ketaatan dan ketertiban
pengguna kendaraan di jalan raya.
Variabel bebas: polisi yang berjaga
Variabel terikat: ketaatan dan ketertiban pengguna
kendaraan
Di sini bisa dijelaskan bahwa tanpa keberadaan polisi
yang berjaga maka ketaatan dan ketertiban pengguna
kendaraan tidak akan muncul.
b. Sejak muncul Undang Undang Persaingan Usaha dan Anti
Monopoli berpengaruh terhadap penurunan pembelian
saham oleh perusahaan besar dalam proses konglomerasi
Variabel bebas: Undang Undang Persaingan Usaha dan
Anti Monopoli
Variabel terikat: penurunan pembelian saham oleh
perusahaan besar
Penjelasannya yaitu bahwa tidak akan ada penurunan
pembelian saham oleh perusahaan besar jika tidak
diundangkan Undang-Undang Persaingan Usaha dan Anti
Monopoli
Beberapa contoh berikut ini akan bisa memudahkan untuk
menulis judul penelitian:
62
2. Membuat Latar Belakang Masalah
Tulisan awal dari sebuah proposal penelitian adalah menulis
latar belakang masalah. Latar belakang masalah ini sesungguhnya
merupakan pemaparan dari topik dan masalah penelitian. Hal
yang perlu dilakukan dalam penulisan latar belakang masalah
adalah upaya untuk menarik orang lain untuk masuk kedalam
alam pikiran peneliti sehingga menjadi paham tentang fokus
penelitian. Creswell menggunakan istilah “memasukan ember
Contoh :
1. Perlindungan hukum bagi anak jalanan di Daerah Khusus Ibukota
Jakarta
2. Peran Pemerintah Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah dalam Era Otonomi Daerah di Provinsi Jawa Tengah
3. International Trafficking: Hak Asasi Manusia dan Penegakannya
di Indonesia
4. Syariat Islam dan Penerapan Hukum Cambuk Di Nanggro Aceh
Darussalam
5. Pengaruh Kemiskinan dan Tingkat Kriminalitas Pembajakan Hak
Cipta atas Lagu di Kota Surabaya.
6. Fenomena Outsourcing dalam Perkembangan Hukum Kontrak
Perusahaan.
7. Analisis Yuridis serangan Israel ke Libanon
8. Pelaksanaan Hak Angket DPRD di Kabupaten Bantul
9. Dampak Asap Kendaraan Bermotor terhadap Tingkat
Pencemaran Udara di Kota Jogjakarta
10. Implementasi Hak Asasi Manusia di Lembaga Pemasyarakatan
Wirogunan Jogjakarta
63
kedalam sumur”, “ember” adalah pembaca dan “sumur” adalah
alam pikiran peneliti57. Untuk itu latar belakang harus dibuat
sedemikian rupa sehingga menarik minat orang lain dari halaman
ke halaman untuk terus mengikuti proposal yang diajukan.
Sebagus apapun topik dan masalah penelitian, namun jika kurang
bisa menarik pembaca, maka minat pembaca akan berkurang.
Dalam penelitian hukum, latar belakang dalam proposal
penelitian harus memuat fakta-fakta, tidak bisa mendasarkan
pada sebuah imaginasi atau gagasan saja. Fakta-fakta tersebut
yaitu:
a. Fakta empiris, adalah kenyataan yang terjadi sebagai realitas di
dalam masyarakat, baik berupa berita dari mass media,
penemuan orang lain dari hasil penelitian, data statistik,
pengamatan langsung atau pengalaman pribadi.
b. Fakta normatif, adalah kenyataan yang terjadi dalam realitas di
dalam sistem norma, baik berupa kaidah dalam peraturan
perundangan, asas-asas, doktrin, dokumen kontrak atau
putusan pengadilan yang sedang atau telah berlaku. Termasuk
pendapat ahli yang belum dibukukan bisa juga dikatakan
sebagai fakta normatif.
Mengingat penulisan latar belakang tersebut bersumber dari
fakta, maka kualitas sumber harus menjadi pertimbangan yang
khusus untuk diperhitungkan. Sumber yang shohih akan menjadi
daya tarik dan minat dari pembaca menjadi bertambah,
sedangkan sumber yang tidak akurat justru membuat pembaca
tidak yakin dan percaya pada proposal yang diajkan. Misalkan
peneliti, jangan mengambil sumber dari sebuah berita surat kabar
“koran kuning” atau infotainment yang mendasarkan berita hanya
pada gosip katanya-atanya, atau jangan mengutip pendapat
seorang dokter atau budayawan, misalnya yang memberikan
57 John Creswell, Loc. cit.
64
stateman mengenai kondisi hukum, yang jelas tidak sesuai
dengan keahliannya.
Fakta-fakta sebagai bahan penulisan latar belakang
masalah bisa diambil atau didapat dari berbagai sumber,
misalnya; Surat Kabar, Televisi, Jurnal ilmiah, peraturan
perundagan, buku-buku, situs-situs di internet, publikasi hasil
penelitian, pidato resmi, makalah-makalah seminar, arsip-arsip
dan dokumen negara atau lembaga swasta, otobiografi, dan
sebagainya.
Pencantuman sumber sumber tersebut sangat mutlak
diharuskan. Peneliti tidak bisa menagtakan bahwa yang ditulis
adalah fakta tetapi tanpa sumber yang jelas, hal ini bisa
mengurangi sifat ilmiah dari tulisan. Cara menulis kutipan bisa
dalam bentuk bodynote atau footnote tergantung aturan
institusina dan tatacara penulisannya akan dibahas dalam bab
tersendiri.
Setelah membaca sumber informasi yang didapatkan
sebagai bahan penulisan, maka kerja selanjutnya adalah
menuangkan dalam tulisan berbentuk narasi. Dalam proses ini,
peneliti kembali menghadapi persoalan bagaimana cara menulis
kalimat narasi yang menarik untuk diikuti .
Sesungguhnya tidak ada formaf baku atau standar tentang
cara penulisan latar belakang yang baik namun hanya kebiasaan
saja. Laras bahasa yang digunakan, susunan kalimat dan
pemilihan kosa kata dari buku novel bisa pula dijadikan cara
praktis belajar ilmu bahasa. Pendapat bahwa bahasa ilmiah
penelitian adalah bahasa yang kaku adalah pendapat kuno yang
justru membuat bosan orang yang membaca dan malasnya para
siswa dalam belajar. Memang peneliti tidak bisa menggunakan
idiom atau istilah “jalanan” yang kasar dan tidak sopan, Tetapi
yang terpenting, bahwa bahasa sebagai media komunikasi harus
65
menarik dan tidak kehilangan makna ketika disampaikan kepada
pembaca.
Ada berbagai tips dan nasehat cara penulisan yang sering
digunakan oleh para peneliti dalam menulis latar belakang
masalah agar menarik minat pembaca.58 Alice Oshima dan Ann
Hogue memberi nasehat untuk membagi latar belakang dalam
berbagai bentuk kalimat, yaitu topic Sentences, supporting
sentences dan concluding sentences, sementara Erman
Radjagukguk memberi istilah: general statement, thesis statement
dan supporting idea dan Creswell memberikan item-item yang
perlu diperhatikan dalam menulis latar belakang. Buku inii
mencoba merangkum dari berbagai pendapat di atas sebagai
berikut :
a. Paragraf pertama sebagai topic sentences atau general
statement dari latar belakang harus langsung fokus ke bidang
yang diamati. Ini adalah upaya untuk mengajak pembaca
memusatkan perhatian ke bidang yang akan diahas. Tulisan
yang terlalu luas atau berputar-putar akan membosankan dan
kehilangan arah. Misalkan memilih topik mengenai Otonomi
Daerah , maka bisa memulai dengan kalimat
1) Otonomi daerah yang diatur dalam …..
2) Sejak diundangkannya Undang Undang otonomi
daerah……..
3) Hubungan pemerintah pusat dan Daerah dalam era
otonomi daerah………
Hindari penulisan kalimat-kalimat yang terlalu jauh dari
materi penelitian seperti:
58 Dirangkum dari tulisan, John Creswell, Op cit, hlm. 48. , Alice
Oshima dan Ann Hogue, Op cit, hlm. 16-28, Erman Radjagukguk, Hand out
mata kuliah penulisan disertasi
66
1) Indonesia adalah negara yang mempunyai wilayah dari
sabang sampai……….
2) Undang Undang dasar Republik Indonesia sebagai ………
b. Paragraf kedua diupayakan telah muncul permasalahan (thesis
statement) yang diajukan atau setidaknya pada halaman
pertama. Usahakan menggunakan kalimat yang kontradiktif
dengan penjelasan di paragraf pertama, misalnya :
1) “Namun demikian ……”, atau
2) “…tetapi tidak demikian halnya …… “ atau,
3) “…ketentuan tersebut sangat berbeda dengan
prateknya…”
c. Paragraf selanjutnya terdiri atas kalimat pendukung atau
supporting sentences/supporting idea yang isinya adalah data
atau fakta-fakta yang mendukung argumentasi bahwa paragraf
kedua di atas memang permasalahan yang perlu diungkap
melalui penelitian. Peneliti harus bisa membuktikan bahwa
permasalahan yang diajukan adalah benar-benar masalah
bukannya mencari-cari masalah.
d. Dalam menulis narasi sebaiknya menggunakan kalimat yang
tidak terlalu panjang.
e. Untuk topik tertentu, akan lebih menarik menggunakan data
statistik yang dikutip dengan angka besaranya saja. Misalnya :
1) “…terdapat duapuluhan juta orang miskin di...”
2) “… lebih dari 3 trilyun harta negara yang dikorups ...”
3) “... puluhan perda yang akan dibatalkan oleh menteri …”
67
Sebagai contoh, perhatikan beberapa paragraf latar belakang berikut ini :
Contoh :
Judul : Penerapan Prinsip Korporasi dalam Rumah Sakit yang
Berfungsi Sosial
Latar Belakang :
Rumah sakit swasta di dalam menyelenggarakan kegiatannya,
menurut Pasal 57 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
harus tetap memperhatikan fungsi sosial. Adapun yang dimaksud
dengan fungsi sosial menurut Penjelasan Pasal 57 ayat (2) UU
Kesehatan adalah penyelenggaraan kegiatan sarana kesehatan harus
memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan golongan masyarakat
yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan
secara komersial, tetapi lebih dititikberatkan kepada kemanusiaan.
Meskipun demikian, dalam perkembangan dewasa ini, rumah
sakit tidak mungkin dikelola semata-mata sosial. Dalam keadaan
sekarang, hampir seluruh rumah sakit swasta menghadapi realita
kehidupan yang semakin materialistis. Rumah sakit harus membayar
teknologi kedokteran, listrik, air, dapur, dan bahkan imbalan jasa dokter
dan paramedik dengan mengikuti harga pasar.
Karena biaya pelayanan rumah sakit terus meningkat dan
dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu, akhirnya banyak
rumah sakit-rumah sakit yang berorientasi profit making dan dikelola
layaknya lembaga bisnis, seperti RS Pondok Indah atau RS Gleneagles
yang keduanya berbentuk Perseroan Terbatas
General Statement
Supporting idea
Thesis Statement
68
Dapat dipelajari cara penulisan di atas dengan memperhatikan
alur sebuah film atau cerita novel. Coba saja perhatikan film-film
James bond. Selalu diawal cerita, bisa disaksikan jagoan Bond ada
dalam suatu situasi tertentu dan secara tiba-tiba muncul konflik baku
tembak. Baru pada scene berikutnya terlihat adegan yang
menjelaskan mengapa konflik tadi muncul beserta upaya atau langkah
langkah penyelesaiannya.
Sekali lagi, cara penulisan di atas tidak ada standarisasi atau
format baku yang mengharuskannya. Ini hanya usaha untuk menarik
minat bagi yang membaca. Mungkin bisa dilakukan dengan cara atau
model yang lain. Hal terpenting justru isi pesan yang ingin
disampaikan dapat efektif sampai pada pikiran pembaca.
3. Perumusan Permasalahan Penelitian
Setelah diuraikan topik dan masalah serta bukti yang
mendukung masalah tersbut, kemudian sampai pada merumuskan
secara detil dan spesifik masalah dalam bentuk rumusan masalah.
Rumusan masalah dapat ditulis dalam kalimat pertanyaan
maupun kalimat pernyataan. Usahakan dengan kalimat sederhana,
tegas dan satu makna. Nasehat agar mudah menulis rumusan
masalah adalah: perhatikan judul dan mencoba mengubah menjadi
kalimat tanya. Kalau kurang menarik diubah sedikit redaksinya.
Contoh :
a. Judul: Peran Pemerintah Daerah terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah dalam Era Otonomi Daerah di
Provinsi Jawa Tengah.
Rumusan Masalah: Bagaimana Peran Pemerintah Daerah
terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dalam Era
Otonomi Daerah di Provinsi Jawa Tengah?
b. Judul: Penerapan Prinsip Korporasi dalam Rumah Sakit
yang Berfungsi Sosial.
69
Rumusan Masalah: Apakah secara konsep hukum, Prinsip
Korporasi dapat diterapkan dalam Rumah Sakit yang
Berfungsi Sosial?
c. Judul: Pengaruh Kemiskinan terhadap Tingkat
Kriminalitas Pembajakan Hak Cipta atas Lagu di Kota
Surabaya.
Rumusan Masalah: Benarkah Kemiskinan mempengaruhi
Tingkat Kriminalitas Pembajakan Hak Cipta atas Lagu di
Kota Surabaya?
Gambaran di atas adalah contoh yang paling sederhana, sebab
hanya ada satu masalah dalam penelitian. Tidak demikian
sederhananya jika rumusan masalah yang diajukan lebih dari satu
masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan rumusan
masalah yang lebih dari satu adalah:
a. Antara satu permasalahan dengan lainya harus “senafas”
Artinya harus saling terkait dan tidak boleh terlalu jauh dari
fokus penelitian. Termasuk ketika ingin meneliti dalam dua
model penelitian hukum, normatif dan empiris sekaligus.
b. Tidak boleh keluar dari bidang keilmuan yang diteliti.
c. Tetap mengacu pada permasalahan yang diajukan dalam
paparan latar belakang masalah.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang
hendak dicapai oleh peneliti.59 Selain itu, arah penelitian juga
ditentukan oleh tujuan penelitian. Penulisan tujuan penelitian kadang
terkesan sederhana dan ringkas, padahal kalau diuraikan bisa dalam
59 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI
Press, hlm. 18.
70
deskripsi yang luas dan mendalam. Sebagai patoka arah penelitian,
tujuan penelitian harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Menjelaskan hal-hal yang akan diungkap dan dijawab dari
penelitian tersebut.
b. Banyaknya tujuan penelitian harus sama dengan banyaknya
masalah yang akan diungkap dan dijawab dari penelitian
tersebut.
c. Dalam format penulisan tujuan penelitian yang diwajibkan oleh
perguran tinggi dalam penulisan skripsi, tesis maupun disertasi
biasanya dicantumkan mengenai tujuan objektif dan tujuan
subyektif. Tujuan objektif yaitu tujuan yang dimaksudkan untuk
menajwab rumusan permasalahan sedangkan. Tujuan subyektif
adalah maksud dan kepentingan dari si peneliti sendiri.
d. Cara menulis tujuan penelitian yang mudah adalah dengan
menggunakan kata “maksud dan tujuan dari penelitian ini
adalah ...” atau ditulis langsung “untuk memahami dan mencari
jawaban tentang ..”
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini :
Contoh:
a. Rumusan Masalah: Bagaimana Peran Pemerintah Daerah terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dalam Era Otonomi Daerah di Provinsi
Jawa Tengah?
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui dan mengkaji Peran Pemerintah
Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dalam Era Otonomi
Daerah di Provinsi Jawa Tengah
b. Rumusan Masalah: Benarkah Kemiskinan mempengaruhi Tingkat
Kriminalitas Pembajakan Hak Cipta atas Lagu di Kota Surabaya?
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh kemiskinan
terhadap Tingkat Kriminalitas Pembajakan Hak Cipta atas Lagu di Kota
Surabaya
71
c. Rumusan Masalah: Bagaimakah Perlindungan hukum bagi anak jalanan di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta?
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan
hukum bagi anak jalanan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta?
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam penulisan proposal, sering pula ditulis
dengan istilah kontribusi penelitian. Manfaat penelitian ini adalah
pandangan subyektif dari peneliti, sehingga setiap peneliti mempunyai
statement dan jumlah yang berbeda mengenai manfaat penelitian.
Tetapi pada umumnya penulisan manfaat penelitian akan ditulis
dengan item berikut ini:
a. Manfaat teoritis atau keilmuan, yaitu manfaat yang ditujukan
oleh peneliti dalam memberikan sumbangsih pada
perkembangan bidang keilmuan yang di dalami.
b. Manfaat Praktis, yaitu manfaat penelitian yang ditujukan untuk
kegunaan praktis menyelesaikan persoalan lainnya yang
sejenis. Biasanya ditujukan bagi para prakitisi hukum (jaksa,
hakim, pengacara), manfaat bagi negara atau manfaat bagi
masyarakat awam yang menemui kasus yang sama.
c. Manfaat bagi penyandang dana, yaitu manfaat penelitian yang
akan digunakan oleh penyandang dana sesuai kebutuhan dan
maksud pemberian dana penelitian tersebut.
Cara penulisan manfaat penelitian diusahakan secara ringkas
dan menarik. Biasanya penyandang dana akan menghitung
keuntungan apa yang didapat dari penelitian tersebut dengan
mengamati manfaat penelitian. Paparan kalimat manfaat penelitian
secara tidak langsung berhubungan dengan judul dan masalah
penelitian. Lihat contoh-contoh berikut ini:
72
Contoh:
Judul: Fenomena Outsourcing dalam Perkembangan Hukum Kontrak
Perusahaan
Manfaat penelitian :
Penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis :
Memberikan gambaran yang jelas mengenai status hukum
kontrak outsourcing dalam teori-teori hukum kontrak di
Indonesia khususnya mengenai kontrak perjanjian kerja.
2. Manfaat Praktis :
Manfaat praktis bagi masyarakat adalah memberikan
pengetahuan yang jelas mengenai kontrak outsourcing,
sehingga apabila melakukan kontrak hubungan kerja
dengan perusahaan, masyarakat faham apa yang menjadi
hak dan kewajibannya.
3. Manfaat praktis bagi perusahaan adalah supaya perusahaan
mampu merancang kontrak kerja outsourcing secara benar
dan adil.
6. Penulisan Kerangka Teori (Tinjauan Pustaka)
Menulis kerangka teori dalam penelitian adalah bagian yang
susah dan membosankan. Tetapi hal ini harus dilakukan, sebab teori
merupakan inti dari penelitian ilmiah. Apabila bertemu dengan
persoalan-persoalan dasar yang berkait dengan teori penelitian, “…
Teori itu apa sih ... ?”, “...bagaimana cara memilih teori yang
digunakan? “… Cara menggunakannya bagaimana ?…” dan
sebagianya.
Sebelum membahas dan mengulas persoalan di atas, terlebih
dahulu dipahami cara penulisan Kerangka teori dalam penelitian. Ada
istilah lain yang sering digunakan yaitu Tinjauan Pustaka, Kerangka
Konsep dan Teori, Kerangka Pemikiran dan sebagainya. Berbagai
73
istilah tersebut pada dasarnya sama maksud dan maknanya, hanya
mungkin ada yang lebih luas dan yang lain lebih sempit kajiannya.
Tetapi isi dari kerangka teori adalah:60 Konsepsi-konsepsi,61 teori-
teori, pandangan-pandangan, penemuan-penemuan yang relevan
dengan pokok permasalahan. Sehingga penulisan tinjauan pustaka
harus memuat:
a. Kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir yang
menunjukan dari sudut mana masalah yang telah dipilih akan
disoroti.
b. Kerangka konseptual disusun sebagai perkiraan teoritis dari
hasil yang akan dicapai setelah dianalisis secara kritis .
Untuk itu tinjauan pustaka harus disusun berdasarkan sumber-
sumber yang dibaca dan diambil secara kritis dari literatur yang bisa
dipercaya. Ikwal di atas bisa dicari melalui referensi umum seperti
buku teks, peraturan-perundangan, kamus, ensiklopedi dan lain-lain
atau pada refernsi khusu seperti tesis, disertasi, hasil penelitian, jurnal
artikel ilmiah dan sebagainnya. Hal terpenting adalah bahwa concern
pada penelitian hukum dan penulisan kerangka teori ini merupakan
cerminan keilmuan dari peneliti, maka alangkah baiknya
mempertimbangkan sumber tersebut di atas hanya pada sumber yang
berdasarkan ilmu hukum.
Setelah mendapatkan sumber referensinya, maka langkah
selanjutnya adalah membacanya secara mendalam dan dapat mulai
mengutip, selanjutnya ditulis dalam bentuk narasi. Tidak ada batasan
yang jelas mengenai panjang pendek tulisan dari kerangka teori.
Panjang dan pendek tulisan tergantung pada berapa banyak
permasalahan yang diajukan, kedalaman permasalahan dan ruang
60 Ronny Hanitio,Op cit , hlm. 39. 61 Diawal telah dirumuskan mengenai konsepsi penelitian, pada proses
ini tinggal menuliskannya secara sistematis.
74
lingkup serta berapa tipe penelitian yang digunakan, dan ini semua
berakibat pada berapa banyak teori dan konsep yang diperlukan.
Kegiatan menyusun tinjauan pustaka bukan sekedar kegiatan
mengumpulkan kutipan yang terlepas satu sama lainnya. Tinjauan
pustaka harus disusun secara sistematis kritis dan menunjukan
sebagai suatu pandangan yang baru dari hasil berfikir analitik si
penulis.62
Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam penulisan kerangka
teori adalah:
a. Jumlah referensi yang digunakan, Artinya semakin banyak
referensi maka akan semakin baik konsep yang dirumuskan dan
ketepatan dalam pemilihan teori beserta argumentasinya.
Beberpa perguruan tinggi menetapkan jumlah referensi yang
digunakan untuk penulisan skripsi minimal 20 item (UGM) tesis
minimal 90 item (UNDIP) atau disertasi minimal 200 item (UI).
b. Sumber yang shohih dan berkualitas. Ini bisa dilihat dari
kapasitas keilmuan penulisnya, tahun penerbitannya (kecuali
buku-buku klasik), skala publikasinya; lokal, nasional atau
internasional dan tingkat akreditasi dari jurnal.
Sebelum kita menulis kerangka teori, maka kita harus pahami dahulu
seluk-beluk mengenai teori dan kegunaannya dalam penelitian, agar sesuai
dengan yang akan kita pilih dan gunakan. Namun amsal ini akan dikupas
lebih lanjut mengenai , arti teori dan kegunanan teori hukum dalam bab
tersendiri .
Dalam diskusi kali ini , kita akan memperlajari tentang begaimana
penulisan tinjuana pustaka atau kerangka teori dalam proposal penelitian
melalui contoh berikut ini.
62 Hadari Nawawi, Op.cit.,hlm. 43.
75
PENERAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY) DALAM KAIDAH HUKUM POSITIF DI
INDONESIA
F. Tinjauan Pustaka / Kerangka Teori
1. Konsep Penelitian
Definisi CSR Menurut The Word Business Council for
Sustainable Development (WBCSD), , adalah: komitmen bisnis
untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan,
bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan,
dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan
kualitas kehidupan................... ............................dst..dst
2. Teori Penelitian
Tanggung jawab sosial perusahaan sebagai obyek penelitian
tersebut yang akan dicarikan dasar argumentasi sebagai
pembentukannya ke dalam kaidah hukum positif di Indonesia.
Proses ini memerlukan teori sebagai alat untuk menerjemahkan
gagasan abstrak kedalam pengaturannya yang konkrit.........
....................... maka penelitian ini akan menggunakan teori
pembentukan hukum (rechtvorming) yaitu penentuan kaidah yang
berlaku umum yang bersifat praktis fungsional dengan cara
penguraian teleologis–konstruktif yaitu penggabungan antara ilmu
hukum dengan filsafat hukum.......dst..dst
7. Hipotesis
76
Dalam penelitian ilmiah , penulisan proposal penelitian dapat
memuat hipotesa didalamnnya sebab hipotesa adalah alat yang penting
dalam penelitian ilmiah. Argumentasi tentang pentingnya hipotesa dalam
penelitian ilmiah adalah 63 :
Pertama : Hipotesa adalah alat kerja teori yang dijabarkan dan dirunut
dari teori
Kedua : kita hanya bisa mengetahui apakah teori itu benar atau salah
melalui pengujian hipotesa.
Kedua: hipotesa sebagai alat bantu untuk peneliti bisa “keluar” dari
kebenaran subyektifnya dan menerima kebenaran objektifnya.
Pendapat ini masih menjadi kontroversi diatara para ahli, khususnya
ahli hukum yang berpandangan normatif . Hipotesa biasanya hanya
terdapat dalam penelitian sosial sedangkan penelitian hukum bukan
penelitian sosial. Pemikiran kritis ini juga harus bisa kita pahami , sebab
dalam penelitian normatif yang akan mengakaji sistem norma dan
memberikan penilaian preskripsi hukum , tidak mungkin kebenarannya
diuji hanya dengan menurut pendapat masyarakat (social views).
Kebenaran hukum ya.. kebenaran menurut sistem norma, bukannya
kebenaran menurut pandangan sosial yang terwakili oleh responden yang
di sampling dari populasi. Kita tidak mungkin memberikan statemen
hukum sebagai hipotesa seperti misalnya : “jika seorang pejabat korupsi
maka dia akan dikenai sanksi hukum pidana ” dan untuk kemudian diuji
dengan membagikan quesioner pada masyarakat untuk memberikan
pengujian apakah benar apakah salah. Ini jelas keluar dari logika hukum
yang ada. Sebab menurut logika hukum, ”Pejabat yang korupsi pasti
akan dikenai sanksi pidana oleh hakim karena melanggar Undang Undang
Anti Korupsi ” bukan oleh pendapat masyarakat.
63 Ferd N Kerlinger, op cit , hlm 33
77
Perdebatan semakin sengit ketika ilmu hukum yang normatif tidak
bisa dikatakan ilmu yang ilmiah karena tidak mendasarkan pada bukti dan
pembuktian empiris. Dan ini justru meningkatkan eskalasi pertentangan.
Namun dalam buku ini kita tidak akan bahas dan diskusikan mengenai
perdebatan tersebut, tetapi sebagai seorang cendikia, kita harus bersikap
bijaksana dengan mencoba memahami lebih dalam apa itu hipotesa
penelitian dan kemungkinan manfaat penggunaanya dalam penelitian
hukum. Walaupun hipotesa memang tidak bisa digunakan dalam
penelitian normatif tetapi mungkin saja bisa digunakan dalam penelitian
hukum empiris.
a. Pengertian Hipotesa
Hipotesa , secara etimologis berasal dari dua perkataan HYPO yang
berarti “dari” dan THESA yang berarti “pendapat” atau “teori yang secara
umum hipotesa diartikan sebagai “teori yang belum sempurna”. Dengan
kata lain hipotesa adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih
perlu untuk diuji dan dibuktikan kebenarannya. Selain itu hipotesa juga
bisa diartikan sebagai “dugaan pemecahan masalah” yang bersifat
sementara yang mungkin benar dan mungkin pula salah melalui pengujian
dalam suatu populasi64.Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural)
tentang hubungan antara dua varibel atau lebih, Hipotesa selalu
mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubungkan
secara umum maupun secara khusus variabel yang satu dengan yang lain
yang terkait dengan masalah atau perumusan masalah penelitian65 .
Pernyataan hipotesis yang paling sederhana bisa dirumuskan dalam
bentuk hubungan kausalitas sebab akibat antara variabel
“Jika…………..maka …………” . Variabel pertama adalah variabel bebas
(independent variable) dan variabel kedua adalah variabel terikat
(dependent variable), Dimana kedudukan variabel kedua ada atau muncul
ditentukan oleh ada tidaknya variabel pertama. Misalnya :
64 Hadari Nawawi , ibid, hlm 43-44 65 Ferd N Kerlinger, ibid, hlm 30-33
78
“Jika anak belajar bersama orang tua maka hasil ujian semester
akan lebih baik “
“Jika Komunikasi antara anak dengan orangtua lancar maka anak
cenderung tidak akan nakal “
„Jika pemimpin memberi contoh dengan baik maka karyawan akan
lebih giat bekerja”
Ada berbagai bentuk penulisan hipotesa lainnya seperti uncommon
sense form yaitu yang menuliskan secara bertentang dengan logika
berpikir umumnya. Contoh uncommon sense form :
“Jika anak belajar bersama orang tua maka hasil ujian semester
akan semakin buruk “
“Jika Komunikasi antara anak dengan orangtua lancar maka anak
cenderung terlibat narkoba “
„Jika pemimpin memberi contoh dengan baik maka karyawan akan
sering membolos dan kinerjanya parah”
Selain itu ada null form yaitu yang hipotesa yang ditulis dalam kalimat
menolak hubungan sebab akibat . Contoh null form :
“Jika anak belajar bersama orang tua maka tidak terkait dengan
prestasi belajar anak “
„Jika pemimpin memberi contoh dengan baik maka tidak terkait
dengan kinerja karyawan”
Penulisan hipotesa tidak selalu dalam bentuk format jika…… maka,
namun dapat pula dalam bentuk kalimat naratif , yang penting kalimat
tersebut mengandung kausalitas antara dua atau lebih variabel, misalnya:
“Komunikasi yang baik antara nggota dalam rumah tangga akan
membuat hubungan orangtua dan anak berjalan dengan baik”.
79
”seorang pemimpin yang mempunyai leadership yang kuat akan
meberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja dengan baik “
Rumusan hipotesa ini dibangun dari teori dan konsep yang ditulis
secara argumentatif kritis dalam tinjauan pustaka. Kemampuan menulis
tinjauan pustaka yang dialektis mengenai perkembangan teori dan konsep
dalam bidang keilmuan yang kita kaji akan memudahkan merumuskan
kalimat hipotesa . Artinya penulisan hipotesa tidak boleh ditulis asal
asalan tetapi mempunyai dasar keilmiahan.
b. Hipotesa dalam penelitian hukum
Setelah kita pahami pengertian hipotesa , mari kita diskusikan
(kemungkinan) kegunaanya dalam penelitian hukum. Seperti dijelaskan
diatas bahwa hipotesa tidak mungkin digunakan dalam penelitian hukum
normatif tetapi dalam penelitian hukum empiris , yang melakukan
pengamatan bukan pada sistem norma tetapi pada perilaku masyarakat
yang dipengaruhi sistem norma. Artinya Hipotesa bisa digunakan dalam
penelitian hukum empiris dengan tipe yuridis sosiologis yang
menempatkan permasalahnnya dalam bentuk variabel-variabel penelitian
yang saling mempengaruhi. Syarat ini menjadi mutlak karena keberadaan
hipotesa adalah untuk menguji kebenaran awal yang ditunjukan adannya
hubungan kausalitas sebab akibat antara dua variabel atau lebih.
Bagi penelitian hukum yang bersifat linier dimana permasalahannya
hanya menuntut penjelasan dari proposisi-proposisi yang diajukan , maka
keberadaan hipotesa tidak diperlukan.
Misal penelitian mengenai “Penerapan Prinsip Prudential Banking
Dalam Perbankan Syariah”, atau “Peran Pengawasan DPRD Dalam
Undang-undang Pemerintahan Daerah di Era Otonomi Daerah”, kedua
penelitian diatas tidak membutuhkan hipotesa sebab tidak ada yang perlu
diuji secara kausalitas antar variabel. Penelitian ini hanya menuntut
deskripsi secara linier saja.
80
Pada prinsipnya penelitian hukum normatif tidaklah diperlukan adanya
hipotesa. Sebab – kalaupun boleh disebut variabel - antara norma dengan
norma lainnya atau antara peraturan dengan peraturan lainnya tidak
mungkin diuji kebenarannya secara hipotesis. Kebenaran norma adalah
kebenaran konseptual yang dibangun dalam sistem norma yang dianut
sebuah negara dan bukanlah kebenaran empiris. Kita tidak bisa menguji
kebenaran melalui hipotesa antara Undang undang Persaingan Usaha –
misalnya- dengan konsepsi keadilan sosial dalam preambul Undang
Undang Dasar 1945. Kalaupun akan diberikan penilaian mengenai benar
atau salah, sesuai atau tidak sesuai , maka yang digunakan adalah proses
analisis secara preskriptif dan bukanlah hipotesa.
Namun demikian, kita sebagai penstudi hukum tidak perlu risau
jika mendengar komentar bahwa ilmu hukum, khusunya hukum normatif,
bukanlah ilmu pengetahuan karena tidak bisa dibuktikan secara empiris
melalui hipotesa. Sebab kebenaran ilmiah dari ilmu hukum normatif
mempunyai ukuran dan standar yang memang berbeda dengan
kebenaran ilmu sosial lainnya. Kebenaran ilmu hukum normatif diukur dan
merujuk pada konsistesi logika hukum yang terbangun dari sistem norma,
bukan dari kebenaran sistem sosial.
Selain itu, pengujian secara hipotetis tetap bisa digunakan
dalam tipe penelitian hukum empiris. Penelitian untuk menguji efektifitas
hukum atapun kesadaran hukum sangat memerlukan hipotesa sabagi
tolak ukur kebenaran awal. Apakah masyarakat sadar atau taat terhadap
sebuah ketentuan hukum adalah bentuk perilaku yang secara kuantitatif
bisa diukuran dan bahkan secara kualitatif bisa dipahami secara
mendalam (verstehen) .
Misalkan kita akan menentukan hipotesa yang berpijak pada teori
moralitas yaitu bahwa “setiap manusia pada dasarnya akan bertindak
sesuai dengan kebaikan alamiah dari hati nurani dan kebenaran yang
81
dibangun dari sistem norma”66 , mendasarkan pada statemen tersebut
kita bisa buat hipotesa ;
“Jika korupsi telah dilarang dalam oleh peraturan perundagan maka
pejabat negara akan menaatinya dan menjauhi korupsi.
Maka bisa kita prediksikan bahwa setiap pejabat negara akan menaati
dan tunduk oleh peraturan tersebut. Ketaatan para pejabat dikarenakan
oleh norma yang mengatur dan kalau dilanggar maka ia akan dihukum
dan mendapat cela dari masyarakat. Namun demikian kita bisa uji
kebenaran tersebut secara empiris benarkah hal itu yang terjadi ? ,
banarkah para pejabat akan takut untuk korupsi ? khawatirkah mereka
dengan kehormatan dan nama baik yang rusak karena korupsi ? artinya …
apakah benar hipotesa kita ? Untuk itu perlu kita uji secara empiris
kebenaranya.
Contoh lain yang sederhana yaitu :
“Jika polisi berjaga di perempatan jalan , maka para pengemudi
kendaraan akan tertib”.
“ Jika putusan hakim tegas dan berat terhadap koruptor maka
perilaku korupsi akan segera berkurang”
“ Jika tingkat kemiskinan meningkat . maka meningkat pula
tingkat kriminalitas di masyarakat.
Atau dengan model uncommon sense form
“Jika polisi berjaga di jalan raya maka pengendara kendaraan
akan kebut kebutan “.
“Jika hukum ditegakan maka kejahantan akan bertambah
jumlahnya”.
Atau dalam kalimat naratif :
“Ketertiban berlalu lintas akan terjadi pada saat penegakan hukum
berjalan dengan ketat „
66Lawrence Friedman, American Law : an Introduction hlm , 308-314
82
“ Kemiskinan selalu akan meningkatkan tidak kejahatan”
Hipotesa diatas dapat diuji dengan pendekatan kwantitatif yaitu
dengan menggunakan data statistik melalui quesioner atau dengan
pendekatan kwalitatif dengan pengamatan langsung dengan model
partisipan aktif. Mengenai cara membuat quesioner dan tata cara
melakukan pengamatan akan dibahas dalam bab tersndiri atau disarankan
membaca buku metodologi penelitian sosial .
Adapun yang perlu dipahami bahwa kebenaran dari hasil uji
kebenaran hipotesa (hipotesa diterima) atau gagalnya hipotesa (hipotesa
ditolak) adalah sebuah kebenaran empiris dan ini tidaklah selalu sama
dengan kebenaran normatif. Sebagai penstudi hukum kita harus meyakini
bahwa norma mempunyai kebenaran yang dibangun dari logika hukum
yang imun dari persoalan sosial, sementara kebenran empiris sangat
dipengaruhi oleh aspek aspek sosial yang secara langsung maupun tidak
tidak langsung mengarahkan perilaku seseorang . Misalnya kita bisa
katakan secara normatif , bahwa hakim seharusnya orang yang paling
menaati hukum , sebab dia adalah pendekar penegak hukum , tetapi
karena faktor ekonomi yang mendesak dan rendahnya gaji , seorang
hakim dapat melakukan jual beli putusan. Atau ketika kita
mempertanyakan bahwa “seharusnya mantan presiden Suharto harus
diajukan ke meja hijau, karena asas equality before the law”, namun
karena sisa kekuasaanya masih kuat maka sampai hari ini beliau tidak
dapat diajukan ke pengadilan.
Pada akhirnya penggunaan hipotesa ini harus disesuaikan dengan
maksud dan tujuan penelitian. Hasil penelitian yang dibangun dari hasil uji
hipotesa pada saat saat tertentu diperlukan untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik bagi para penstudi dan praktisi hukum.
8. Metode Penelitian
83
Metode penelitian ini merupakan bagian yang terpenting
dari suatu penelitian, karena metode penelitian ini akan menjadi
arah dan petunjuk bagi suatu penelitian. Penjelasan mengenai
materi metode penelitian ini akan dibahas dalam bab tersendiri.
9. Jadwal Penelitian
Penyusunan jadwal penelitian ini harus disusun
sedemikian rupa dan disesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan
untuk penelitian. Sebaiknya jadwal dibuat atau disusun dengan
menggunakan matrik agar lebih jelas kapan suatu kegiatan
penelitian itu dlakukan. Biasanya hal–hal yang dijadwalkan
adalah mengenai, pengurusan ijin, pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, seminar hasil penelitian, dan
penyusunan laporan penelitian.
C. Pertanaan-pertanyaan dan Tugas
1. Sebutkan tahap-tahap merancang penelitian?
2. Jelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menentukan topik penelitian?
3. Buatlah topik penelitian yang ingin saudara teliti?
4. Apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat judul
penelitian?
5. Bagaimana membuat judul penelitian ang baik?
6. Buatlah judul peneltian dari proposal yang akan saudara
ajukan?
7. Apa yang dimaksud dengan latar belakang masalah?
8. Bualah latar belakang masalah yang disesuaikan dengan
topik dan judul penelitian saudara?
9. Apa saja arti atau makna dari masalah penelitian?
84
10.Bagaimana membuat rumusan masalah yang baik?
11.Buatlah rumusan masalah sesuai dengan latar belakang
masalah dan topik penelitian saudara?
12.Apa yang menjadi tujuan penelitian itu?
13.Buatlah tujuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah
yang saudara ajukan?
14.Untuk siapa manfaat penelitian itu diharapkan?
15.Buatlah manfaat penelitian saudara sesuai dengan tujuan
penelitian dan rumusan masalah?
16.Apa yang dimaksud dengan hipotesis itu?
17.Buatlah hipotesis, seolah-olah penelitian saudara
menggunakan hipotesis?