17
33 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan Geografis Secara geografis wilayah Kabupaten Lombok Tengah terletak pada posisi 8o241 8o571 LS dan 116o051 116o241 BT dengan luas wilayah 1.208,39 km2,Kota Praya sebagai Ibu Kota Kabupaten dengan ketinggian 100 sampai dengan 200 meter dari permukaan laut. Adapun kondisi geografis Kabupaten Lombok Tengah cukup bervariasi yang terdiri atas perbukitan yang daerahnya termasuk dalam kawasan Gunung Rinjani yang terletak di tengah-tengah Pulau Lombok.Kemudian daratan rendah yang merupakan pusat kegiatan pertanian yang tehampar di bagian tengah, membujur mulai dari utara ke selatan.Sedangkan garis pantai membentang mulai dari pantai Torok Aiq Beleq Kecamatan Praya Barat Daya, pantai Selong Belanak Kecamatan Praya Barat, sampai dengan Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur.Adapun luas wilayah Lombok Tengah secara keseluruhan adalah 1.208,39 Km2 19 .Secara administratif, Kabupaten Lombok Tengah memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut; Batas Utara : Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur Batas Selatan : Samudra Indonesia / Samudra Hindia Batas Barat : Kabupaten Lombok Barat Batas Timur : Kabupaten Lombok Timur 20 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lombok Tengah tahun 2012, Jumlah penduduk yang mendiami Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 19 Statistik Kepariwisataan Kabupaten Lombok Tengah, 2013 20 Perda No. 7 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Lombok Tengah tahun 2011- 2031

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

33

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Keadaan Geografis

Secara geografis wilayah Kabupaten Lombok Tengah terletak pada

posisi 8o241 – 8o571 LS dan 116o051 – 116o241 BT dengan luas wilayah

1.208,39 km2,Kota Praya sebagai Ibu Kota Kabupaten dengan ketinggian

100 sampai dengan 200 meter dari permukaan laut. Adapun kondisi

geografis Kabupaten Lombok Tengah cukup bervariasi yang terdiri atas

perbukitan yang daerahnya termasuk dalam kawasan Gunung Rinjani yang

terletak di tengah-tengah Pulau Lombok.Kemudian daratan rendah yang

merupakan pusat kegiatan pertanian yang tehampar di bagian tengah,

membujur mulai dari utara ke selatan.Sedangkan garis pantai membentang

mulai dari pantai Torok Aiq Beleq Kecamatan Praya Barat Daya, pantai

Selong Belanak Kecamatan Praya Barat, sampai dengan Desa Bilelando

Kecamatan Praya Timur.Adapun luas wilayah Lombok Tengah secara

keseluruhan adalah 1.208,39 Km219

.Secara administratif, Kabupaten

Lombok Tengah memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut;

Batas Utara : Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur

Batas Selatan : Samudra Indonesia / Samudra Hindia

Batas Barat : Kabupaten Lombok Barat

Batas Timur : Kabupaten Lombok Timur20

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lombok Tengah tahun 2012,

Jumlah penduduk yang mendiami Kabupaten Lombok Tengah sebanyak

19

Statistik Kepariwisataan Kabupaten Lombok Tengah, 2013 20

Perda No. 7 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Lombok Tengah tahun 2011- 2031

Page 2: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

34

860.209 jiwa, dengan kepadatan penduduk 712 jiwa/km². Kecamatan yang

terpadat adalah Kecamatan Praya dengan kepadatan penduduk 1.688

jiwa/km² dan kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatannya adalah

kecamatan Batukliang Utara dengan kepadatan penduduk 260 jiwa/km².

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Lombok Tengah pertahun

periode 2000-2010 sebesar 1,45 persen, dimana angka ini lebih tinggi jika

dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk pertahun periode

1990-2000 yaitu sebesar0,98%.

3.2. Kondisi Demografis Desa Sukerara

Penduduk desa Sukerara berjumla 21.670 jiwa, terdiri dari 10.616

penduduk laki-laki dan 11.054 penduduk perempuan dengan jumlah KK

sebanyak 5286 KK. Mata pencaharian pendududuk desa Sakra terdiri dari

petani berjumlah 2794 orang, buruh tani 2776 orang, pedagang 570 orang,

PNS/TNI/Polri berjumlah 473 orang, montir/sopir 264 orang, karyawan

swasta 157 orang, pengerajin nenun 1595 orang dan guru 512 orang.

Masyarakat sukerara sebagian besar berpendidikan SD, yaitu 6.915

orang, SLTP 4.175, SLTA 3.486 orang, perguruan tinggi 1.776 orang, belum

sekolah 2.181 orang, tidak tamat SD yaitu sebanyak 3.060 orang dan yang

buta aksara sebanyak 77 orang. Untuk lebih jelasnya lihat table di bawah ini:

Page 3: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

35

Tabel 3.1 Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase %

Belum sekolah 2181 10,06

Timak tamat SD 3060 14,12

Tamat SD 6915 31,91

Tamat SLTP 4175 19,27

Tamat SLTA 3486 16,06

Tamat PT 1776 8,20

Buta Aksara 77 0,36

Total 21670 100.00

Sumber: Monografi Desa Tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa

Sukerara masih rendah. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah tamatan SD

dan masih ada buta aksara.

3.3. Sosial Ekonomi

Mata pencaharian pendududuk desa Sakra terdiridari petani

berjumlah 2794 orang, buruh tani 2776 orang, pedagang1595 orang,

PNS/TNI/Polri berjumlah 473 orang, montir/sopir 264orang, karyawan

swasta 157 orang, pengerajin 570 orang dan guru 512orang.Berdasarkan

karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian

kelas atau golongan dalam masyarakat desa sukerara, yaitu kelas sosial ke

atas, menengah, dan kelas sosial kebawah. Yang termasuk dalam

golongan-golangan kelas sosial tersebut adalah:

1. kelas sosial atas yaitu masyarakat yang memiliki pekerjaan tetap

seperti PNS dan memmiliki usaha seperti galeri, arsop, dan memiliki

tanah atau sawah yang banyak.

2. Kelas sosial menengah adalah mereka yang memiliki pekerjaan

sebagai kariyawan swasta, pedagang.

Page 4: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

36

3. Sedangkan kelas kebawah adalah mereka yang berpropesi sebagai

buruh tani, penenenun.

Stratifikasi sosial masyarakat sukerara dari semua golongan dari

golongan ke atas sampai golongan ke bawah mereka semua terikat dengan

perkawinan merariq dan yang lebih kental dan mengikuti semua proses

yang ada dalam perkawinan merariq ini adalah mereka yang golongan ke

atas.

3.4 Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat desa Sukerara mayoritas memeluk agama Islam, selain itu

ada juga yang beragama Hindu. Desa Sukeraraa sendiri mempunyai 15 masjid

dan 20 musholla. Masjid dan musholla merupakan pusatkegiatan untuk

pelaksanaan ibadah sehari-hari masyarakat desa Sukerara,dan juga sebagai

sarana kegitan pengajian, belajar agama dan sebagai tempat untuk

melaksanakan musyawarah baik dari kalangan remaja maupun masyarakat

setempat.Kegiatan keagamaanyang ada di desa Sukerara tidak hanya terbatas

pada kegiatan shalat berjamaah di masjid atau musholla saja, tapi meliputi

banyak kegiatan seperti peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad SAW,

Isra’ Mikraj, banjar kematian, yasinan, dan hiziban.Peringatan Maulud Nabi

Muhammad SAW dan Isra’ Mikraj rutin dilakukan setahun sekali.Kegiatan

banjar kematian adalah kegiatanmembaca yasin bersama, yang diadakan satu

hari sampai kesembilan hari, empat puluh hari, seratus dan seribu

hari.Pelaksanaannya dilakukan oleh kelompok-kelompok yang sudah

dibentuk sendiri oleh warga Sukerara dan kegiatannya diadakan setelah

selesai shalat magrib.

Page 5: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

37

Masyarakat Sukerara merupakan masyarakat yang masih memegang

teguh budaya, adat istiadat dan kesenian di daerahnya.Kesenian yang

berkembang saat ini adalah seni musik gendang beleq (gendang besar),

cilokak dan qasidah.Gendang beleq (gendang besar) adalah sejenis seni

musik yang dimainkan oleh laki-laki yang digunakan untuk mengiringi

upacara perkawinan biasanya pada saat nyongkolan.

Gendang beleq (gendang besar) ada juga cilokak yang merupakan seni

musik daerah yang terdiri dari bermacam-macamalat yakni alat petik,

gambus, biola, suling, pereret, gendang dan rincikdan juga ada dua orang

penyanyi laki-laki dan perempuan yangmengiringinya. (Wawancara dengan

bapak Timan 3 mei 2016)

3.5 Perkawinan Merariq Suku Sasak

Kawin lari biasanya diartikan sebagai bentuk perkawinan yang tidak

didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi berdasarkan kemauan

sepihak atau kedua belah pihak dari sepasang pemuda dan pemudi sebagai

jalan keluar bagi mereka untuk menikah.Namun dalam tradisi masyarakat

Sasak dimana tradisi kawin lari dikenal dengan merarik, kawin lari memiliki

pemaknaan yang khas. Masyarakat Sasak mengartikan merarik sebagai

proses pernikahan yang didahului dengan membawa lari atau “menculik”

seorang gadis sebelum prosesi pernikahan secara agama dan hukum

nasional dilaksanakan. Istilah merarik sendiri berasal dari kata dalam bahasa

Sasak.Ada beberapa pendapat mengenai asal kata merarik, di antaranya;

“berari” yang berarti berlari.Yaitu seorang lelaki membawa lari seorang

gadis untuk dinikahi.Makna inilah yang kemudian berkembang menjadi

Page 6: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

38

istilah merarik yaitu sebuah tindakan yang dilakukan untuk membebaskan si

gadis dari ikatan orang tua serta keluarganya.

Pendapat lainnya mengatakan bahwa merarik berasal dari kata “arik”

yang berarti adik perempuan.Dalam sebuah rumah tangga, seorang suami

biasanya memanggil istrinya dengan sebutan “arik”.Karena itu, merarik

secara bahasa berarti menikahi seorang gadis untuk dijadikan seorang istri

dan kemudian dipanggil “arik” oleh suaminya dalam keseharian rumah

tangga mereka. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa merarik berasal

dari dua kata, mara yang berarti datang dan ri’ yang berarti diri. Jadi merarik

berarti mendatangkan diri atau menyerahkan diri.Yaitu penyerahan diri dari

dua makhluk yang berlainan jenis untuk hidup bersama.Pada

perkembangannya, terjadi perluasan makna dari kata merarik.Awalnya

merarik hanya merupakan istilah untuk sebuah tindakan membawa lari

seorang gadis dengan maksud untuk dinikahi.Misalnya untuk menanyakan

apakah seseorang telah menikah, masyarakat Sasak saat ini biasanya

bertanya, “Wah mu merarik?”, atau “sudahkah kamu menikah?”. Jadi arti

merarik saat ini tidak lagi merujuk hanya kepada tindakan membawa lari

seorang gadis. Dalam pelaksanaan tradisi merarik, setidaknya ada delapan

tahap yang (harus) dilewati masyarakat Sasak, yaitu: 1) midang, merupakan

proses kunjungan lelaki ke rumah perempuan dalam tahap pendekatan

(apel). 2) ”Merarik” (kawin lari), yaitu pelarian atau penculikan si

perempuan dari kekuasaan orang tuanya. Si perempuan kemudian

disembunyikan di penyeboan (persembunyian) yang biasanya adalah rumah

kerabar si lelaki. 3) Selabar dan mesejati, yaitu pelaporan pihak pria kepada

Page 7: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

39

kepala dusun asal calon pengantin dan pemberitahuan kepada keluarga

pihak perempuan bahwa pihak pria telah membawa lari anak perempuan

mereka. 4) Mbait wali, yaitu menjemput wali untuk menikahkan si

perempuan. 5) Akad nikah dengan cara Islam, 6) Mbait janji, yaitu

perundingan untuk menentukan waktu pelaksanaan ajikrama atau sorong

serah, yang merupakan puncak rangkaian upacara pernikahan menurut adat

Sasak. 7) Ajikrama atau sorong serah, yaitu prosesi simbolis untuk memberi

dan menerima pengantin di dalam sebuah perkawinan. 8) Yang terakhir

nyongkolan, yaitu iring-iringan kedua mempelai pengantin yang datang ke

tempat upacara sambil berjalan kaki dengan diiringi permainan musik

tradisional khas Sasak, gendang beleq atau kecimol.

Asal mula kawin lari yang berkembang dalam masyarakat Sasak,

secara umum, terdapat dua pendapat.Pendapat pertama mengatakan bahwa

kawin lari merupakan budaya asli masyarakat Sasak.Budaya ini sudah

dipraktekkan oleh leluhur masyarakat Sasak jauh sebelum terjadinya

infiltrasi budaya Bali dan datangnya colonial Belanda.Sedangkan Pendapat

kedua mengatakan bahwa kawin lari pada masyarakat Sasak merupakan

budaya yang datang dari luar Lombok dan bukan merupakan budaya asli

masyarakat Sasak.Pendapat ini umumnya berasal dari para tokoh agama dan

didukung pula oleh sebagian masyarakat Sasak.

a. Beberapa awik-awik (aturan: fatsoen) merariq yang berlaku secara umum

pada suku sasak adalah sebagai berikut:

Page 8: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

40

1. Calon mempelai perempuan harus diambil di rumah orangtuanya dan

tidak boleh di ambil dirumah keluarganya atau di tengah jalan,

sawah, tempat kerja, pondok apalagi disekolah.

2. Calon mempelai perempuan yang mau diambil itu bener-benar

bersedia untuk kawin dan ernah ada janji dengannya untuk kawin.

3. Merariq harus dilakukan pada malam hari dari habis magrib sampai

jam 23:00 Wita, dan terhina bagi yang merariq pada siang hari.

4. Merariq harus dilakukan dengan cara-cara sopan dan bijaksana, tidak

boleh dengan jalan paksaan, kekerasan, dan lainnya.

5. Harus mengikutkan seorang perempuan dalam mengambil sebagai

teman gadis calon mempelai guna terhindarnya hal-hal yang tidak

diinginkan.

6. Calon mempelai perempuan yang diambil itu harus dibawa ke rumah

salah seorang keluarga pihak laki-laki guna menghindari

keterkejutan atau kemarahan orangtua laki-laki karena tidak setuju,

sehingga si perempuan tidak dapat mendengarkan kata-kata tidak

senonoh yang keluar dari calon mertuannya. Di tempat ini, calon

pengantin perempuan harus ditemani oleh seorang perempuan lain

dari keluarga laki-laki, dan baru boleh pulang ke rumah orangtua

laki-laki setelah selesai akad nikah(betikah).

7. Calon mempelai perempuan yang diambil harus segera

diinformasikan keadaannya kepada dusunnya dan keluarganya.

Proses pemberitahuan kepada khalayak dan orang tua penganten

perempuan (tepesejati lan beselabar)

Page 9: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

41

b. Prosedur Prosesi Adat Merariq Suku Sasak

Perkawinan menurut islam dikonsepsikan sebagai jalan

mendapatkan kehidupan berpasang-pasangan, tentram dan damai

(mawaddah wa rahmah) sekaligus sebagai sarana pelanjutan generasi

atau keturunan. Karena itu, perkawinan bukan hanya menyatukan

seorang laki-laki dan perempuan saja, tetapi sekaligus mengandung arti

untuk mempersatukan hubungan dua keluarga besar, yaitu kerabat

pihak laki-laki dan kerabat pihak perempuan.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka terdapat tiga macam perkawinan

kawin lari (Merariq) dalam masyarakat sasak.

1. Perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam

satu kadang waris yang disebut perkawinan betempuh pisa’ (misan

dengan misan).

2. Perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang mempunyai kadang

jari (ikatan keluarga) disebut perkawinan sambung uwat benang( untuk

memperkuathubungan kekeluargaan).

3. Perkawinan antara pihak laki-laki dan perempuan yang tidak ada

hubungannya dengan keluarga disebut perkawinan pegaluh gumi

(memperluas daerah/wilayah).

Dengan demikian, semakin jelas bahwa tujuan perkawinan

menurut adat sasak adalah untuk melanjutkan keturunan, memperluas

hubungan kekeluargaan.adapun prosedur dan tata cara prosesi adat

perkawinan suku sasak dapat disklasifikasikan menjadi dua tahapan utama,

yaitu pra pernikahan dan pasca pernikahan. Diskripsi berikut ini

Page 10: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

42

akanmenggambarkan beberapa prosesi yang harus dilalui oleh calon

pasangan laki-laki dan perempuan suku sasak menuju gerbang perkawinan

di antarannya.21

1. Pra Perkawinan

Secara umum, setiap perkawinan biasannya didahului oleh sebuah

perkenalan antara seorang laki-laki dan perempuan. Tradisi ini dalam

masyarakat sasak dikenal dengan sebuah beberayean atau berkemelean,

maksudnya adalah proses saling menjajaki atau pacaran. Berayean atau

bekemelean adalah pacaran atau ada rasa saling memiliki antara

seorang laki-laki dengan perempuan (antara muda mudi ). Berayean

atau bekemelean merupakan proses merupakan awal menuju

pernikahan dalam adat istiadat masyarakat sasak. Tujuan dari

beberayean adalah hamper sama dengan proses taarurf, yaitu sarana

untuk saling kenal mengenal antara dua pasangan muda-mudi sebagai

bekal untuk membangun rumahtangga dikemudian hari.

Adat masyarakat sasak telah menyediakan banyak sarana bagi para

muda mudi untuk berkenalan, yaitu saat-saat begawe (pesta), baik pesta

begawe pati (kematian) seperti; nelung (hari ketiga), mitu (hari

ketujuh), nyiwa (hari kesembilan) dan nyatus (hari keseratus), maupun

begawe urip (kehidupan) seperti; ngurisan (cukur rambut bayi),

nyunatan (khitanan), dan merariq (perkawinan).Semua bentuk begawe

tersebut dijadikan sebagai sarana berkenalan bagi muda-mudi pada saat-

saat senggang prosesi begawe, yaitu malam hari. Biasannya shahibul

21

Zuhdi, harfin, 2012.Praktif Merariq Wajah social masyarakat sasak. Lembaga pengajian

publikasi islam dan masyarakat lain mataram; NTB

Page 11: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

43

hajat menyiapakan tempat khusus bagi muda mudi untuk saling

berkanalan satu sama lainnya sambil mengerjakan sesuatu pekerjaan,

berupa buat ketupat, banget (jajan dari ketan), memarut kelapa, masak

nasi, dan lain sebagainnya. Walaupun acara seperti ini tidak dibiarkan

sebebas-bebasnya, melainkan harus tetap berada dalam control para

orangtua. Biasannya pertemuan dan perkenalan melalui sarana ini

berlanjut menjadi beberayean.Adapun beberapa macam kegiatan yang

dilakukan para pemuda pemudi dalam beberayean untuk bisa saling

kenal lebih dekat antara keduannya bahkan dengan keluarga si

perempuan dan masyarakatnya, yaitu

a. Midang

Midang adalah berkunjung ke rumah gadis dengan maksud

untuk menemuinnya batas dasar cinta.Kalau datang kerumah gadis

bukan semata-mata untuk menemui dia dan tidak atas dasar cinta,

tidak dikatakan midang, melainkan silatuhrahmi biasa atau main-

main (bekedek). Masing-masing daerah di Lombok memiliki adat

sendiri-sendiri tentang waktu dan limit waktu untuk midang. Tetapi

biasannya midang dilaksanakan pada waktu malam hari antara jam

20.00 sampai 23.00 Wita. Dan apabila lebih dari ketentuan waktu

tersebut, maka orangtua gadis pasti akan menegurnya. Adapun

kalau datang pada siang hari tidak dianggap midang karena siang

hari adalah waktu untuk kerja, biasannya di sawah, dan kalo datang

kesawah san ikut membantu kerja sisebut ngujang.Ada beberapa

Page 12: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

44

awig-awig (aturan) tentang midang yang berlaku secara umum

pada suku sasak.

1. Semua laki-laki yang bukan muhrim boleh datang midang, baik

yang bujangan yang sudah beristeri, yang kaya maupun miskin.

2. Kalau kebetulan yang datang midang itu berbarengan, maka tidak

boleh saling mencemburui. Semuannya duduk bersila atau di

kursi ditempat yang sama-sama jauh dari tempat duduknya gadis

dan tidak boleh di antarannya merasa lebih akrab di dalam

menyuguhi yang lainnya minuman atau apa aja, kecuali dilakukan

oleh sigadis saja. Dan bagi yang lebih dahulu datang harus rela

dan besar hati untuk pamit duluan, sekaligus sebenarnya belum

merasa puas.

Midang dilakukan pada malam hari sehabis isya’ (jam

20.00-23.00 Wita). Dan apabila si gadis berada dirumah wajib dia

menemui si pemidang tanpa pilih kasih, dan orangtua pun harus

segera memisahkan diri, entah ke rumah tetangga, atau tidur di

kamarnnya.Apabila sudah melewati batas waktu, juga belum

pulang, maka hak orangtua dan masyarakat untuk menegur bahkan

mengusirnya.

b. Mereweh

Mereweh dianggap perewahan biasa, sedangkan perewehan

modal kedua merupakan bukti keseriusan kedua pihak dalam

bercinta dan sekaligus sebagai pengikat/janji yang

menghantarkannya menuju merariq. Perewehan macam ini, bisa

Page 13: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

45

dituntut pengembaliannya apabila si gadis ternyata mengingkari

kesepakatan dan merariq sama laki-laki lain dan wajib untuk

dikembalikan, sedangkan perewehan model pertama tidak bisa

dituntut dan juga tidak wajib dikembalikan karena tidak dibarengi

dengan perjanjian apa-apa.22

2. Merariq

Merariq merupakan rangkain akhir dari proses pencarian jodoh

(pasangan) untuk menuju perkawinan. Merariq artinya membawa lari

seorang perempuan oleh pihak laki-laki untuk kawin. Merariq merupakan

cara yang paling banyak dilakukan oleh suku sasak di beberapa tempat di

Lombok dari dulu hingga sekarang untuk perkawinan. 23

3. Besejati dan Beselabar

Besejati merupakan proses informasi yang ditunjukan kepada

pemerintah desa (desa asal calon penganten perempuan) untuk

memberintaukan kepada kepala desa (pengamong krama) kemudian

dilanjutkan informasi tersebut kepada kepala dusun atau keliang

(pengemban krama), dan selanjutnya kepada orang tua mempelai

perempuan. Selabar artinya sebar kabar. Selabar ini dilakukan setelah

proses sejati selesai dijadikan dan diterima dengan baik oleh pihak

pemerintah desa atau keliang. Proses selabar ini dapat dilaksanakan

kepada orangtua dan sanak saudara calon penganten perempuan melalui

keliang selaku pendamping keluarga serta penanggung jawab yang ada di

dusun atau kampong.

22

Ibid, hal 58-62 23

ibid, hal 62

Page 14: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

46

Besejati dan beselabar adalah proses pemberitahuan kepada

khalayak terutama kepada yang paling berwenang, yaitu orangtua pihak

perempuan selaku pemilik gadis yang hilang dan kepala dusun tempat si

gadis bermuikim selaku penanggung jawab wilayah. Besejati dan

beselabar harus dilakukan secepatnya, yaitu sehari setelah merariq bagi

sedesa selambat-lambatnya tiga hari setelah merariq bagi luar desa.Apabila

merariq tidak dibarengi dengan besejati dan beselabar, maka disebut

pencurian atau penculikan dan bahkan dipandang atau dipersamaan

dengan perbuatan binatang oleh masyarakat.24

4. Betikah atau akan nikah

Akad nikah (betikah) dilaksanakan, pihak laki-laki sebelumnya

telah siap untuk menghadirkan orangtua perempuan sebagai wali dan juga

petugas pencatat Nikah (PPN) desa. Kerens itu, pihak keluarga laki-laki

semenjak proses merariq harus segera menghubungi kyai (tokoh agama)

dusun untuk melapor ke PPN dan mencari kepastian kesedian orangtua

perempuan untuk hadir sebagai wali (nuntut wali). Apabila semuanya

sudah siap, maka akad nikah bisa dilaksanakan pada hari yang telah

disepakati semua pihak dan pelaksanaannya mungkin saja dilaksanakan

dimasjid, musholla (santren) atau dimana saja selain di rumah salah satu

pihak.Karena, secara adat kedua belah pihak tidak diperbolehkan untuk

saling mengunjungi sebelum acaranya selesai melalui putusan public,

yaitu pagat-ajikerame pada saat sorong serah yang diiringi dengan

nyongkolan (arak-arakan penganten).

24

Ibid, hal 69

Page 15: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

47

Rukun-tertib (rukun-syarat) yang harus dipenuhi dalam betikah (akad

nikah) dalam adat perkawinan pada masyarakat sasak adalah:

a. Hadirnya kedua mempelai

b. Adanya wali

c. Adanya dua laki-laki sebagai saksi

d. Adanya shighat ijab-qabul

e. Hadirnya petugas pencatat nikah

Kelima rukun dan syarat ini harus terpenuhi dalam akad

nikah.Artinya kalau satu di antaranya tidak ada, maka akad nikah dianggap

batal atau tidak bisa dilaksanakan.Ketidak hadiran PPN dalam akad nikah

dapat menyebabkan batalnya pernikahan atau akad nikah harus ditunda

sampai ada petugas PPN. Masyarakat sasak, akad nikah yang

dilangsungkan tanpa kehadiran PPN dapat dianggap sebagai nikah liar

(nikah siri).25

5. Bait-janji; Pisuke, Ajikarame, dan Arte Gegawean

``Dengan berakhirnya prosesi betikah atau akad nikah, maka ini-

poin tuntutan syari’at (hukum islam) dalam perkawinan dianggap sudah

selesai, dan mempelai laki-laki dan perempuan sudah mendapat legalitas

untuk melakukan hubungan biologis. Namun, inti-poin tuntutan adat masih

belum selesai. Tuntutan adat yang harus dilaksanakan setelah acara

betikah adalah bait janji.

Adapun yang dimaksud dengan bait janji dalam adat perkawinan

suku sasak adalah kedatangan para utusan dari pihak keluarga laki-laki ke

25

Ibid, hal 71-74

Page 16: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

48

pihak keluarga perempuan untuk membicarakan beberapa masalah yang

terkait dengan penyelesain adat sorong serah seperti jumlah pesuke

(permintaan) yang sesuai dengan kepantasan mempelai perempuan, jumlah

ajikrama, jumlah “denda-denda”, jumlah arte gegawen, waktu, tempat, dan

cara pelaksanaan begawe. Terkadang, begawe bisa dilaksankan pada pihak

laki-laki atau pihak perempuan sesuai kesempatan.26

6. Begawe atau pesta

Begawe artinya pesta, perhelatan atau selamatan. Dalam masyarakat sasak,

dikenal tiga macem begawe yaitu;

a. Begawe pati, yaitu begawe untuk orang mati.

b. Begawe urif, yaitu begawe untuk orang hidup.

c. Begawe yang ada hubungannya dengan agama, seperti lebaran,

maulidan dll.

Ketiga macam begawe tersebut, biasanya yang paling meriah

pelaksanaannya adalah begawe merariq (pesta pernikahan).Pesta

perkawinan bagi pihak lagi-laki disebut nanggep, sedangkan pesta

perkawinan bagi pihak perempuan disebut ngadep. Penyebutan nanggep

bagi pesta pihak laki-laki karena sesungguhnya dialah yang melaksanakan

pesta, sedangkan pihak perempuan disebut ngadep karena kebanyakan

biayanya berasal dari pihak laki-laki berupa pesuke (pemberian pihak laki-

laki kepada pihak perempuan ) dan semata-mata diadakan hanya untuk

menyambut kedatangan peserta nyongkolan (sorong serah) dari pihak laki-

laki.

26

Ibid, hal 74

Page 17: BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan …eprints.umm.ac.id/44185/4/jiptummpp-gdl-nursasihni-47228-4-babiii.pdf · didasarkan atas persetujuan lamaran orang tua, tetapi

49

7. Nyongkolan (seremonial pernikahan)

Acara ini dalam masyarakat sasak dilaksanakan oleh kedua keluarga

mempelai dalam waktu yang sama di rumah masing-masing. Hal demikian

dilakukan karena acara nyongkolan ini kedua keluarga mempelai akan

mempersiapkan segala macam prosesi nyongkolan. Keluarga laki-laki

akan mempersiapkan kedua mempelai untuk mengunjung keluarga

perempuan sebagai tanda serah terima di antara kedua belah pihak.

Prosesi nyongkolan ini, keluarga laki-laki mengundang seluruh

keluarga atau karib kerabat untuk menghadiri acara nyongkolan itu, begitu

juga dengan keluarga perempuan. Biasanya acara nyongkolan dari pihak

perempuan dinamakan naggep, yaitu acara seremonial yang di adakan di

rumah keluarga mempelai perempuan karena akan menyambut kedatangan

pengantin mereka untuk serah terima (sorong serah).27

8. Bales ones nae (kunjungan balesan sebagai salam perpisahan)

Bales ones nae, yaitu kunjungan pihak penganten laki-laki kepada

keluarga pengantin perempuan setelah acara nyongkolan dan

ajikrama.Bales ones nae ini bertujuan untuk memperkenalkan semua

anggota keluarga terdekat secara khusus. Bales ones nae ini juga sebagai

symbol perpisahan terakhir dari pengantin perempuan kepada kedua

orangtuanya karena penganten perempuan akan mengikuti ke mana

suaminya tinggal nanti.28

27 Ibid, hal 87

28 Ibid, hal 89