Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
40
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1 Keadaan Provinsi Maluku
Provinsi Maluku merupakan salah satu provinsi yang terletak
disebelah timur Indonesia.Secara geografis provinsi Maluku merupakan
wilayah Kepulauan yang terdiri dari 1.421 pulau. Provinsi 2o30’ – 8
o30’
LS dan 124o – 135
o30’ BT.
1 Luas wilayah Provinsi Maluku ialah 54.185
Km2 dengan jumlah penduduk Provinsi Maluku pada tahun 2012
mencapai 1.664.631 jiwa dan tersebar di 11 kabupaten. Sesungguhnya
masyarakat Maluku dikenal sebagai masyarakat majemuk yang dicirikan
dengan heterogenitas etnik dan agama.2Berbagai macam orang yang
berasal dari berbagai suku, agama dan ras mendiami provinsi
Maluku.Mayoritas penduduk Provinsi Maluku menganut Agama Kristen
Protestan dan Islam.
Sebelum konflik 1999 terjadi, Provinsi Maluku menjadi destinasi
favorit bagi para wisatawan. Provinsi yang beribukota Ambon ini,
memiliki penataan kota yang rapi dan lingkungan yang bersih serta
suasana yang aman, tenang dan damai. Provinsi Maluku terlebih khusus
Kota Ambon dikenal dengan julukan Ambon Manise, kata Manise artinya
1 http://www.bkpmd-maluku.com/index.php/komoditi-unggulan/gambaran-umum, diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, Pukul 17.16 WIB 2 Syamsul Hadi, Andi Widjajanto, dkk, Disintegrasi Pasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), 148.
41
manis atau indah. Berbagai penghargaan pernah diterima oleh Provinsi
Maluku, salah satunya Piala Adipura pernah diraih oleh Kota Ambon.3
Keadaan sosial masyarakat Provinsi Maluku sebelum konflik ialah
hidup dalam kebersamaan tanpa memandang latar belakang suku, agama
dan ras.Setiap warganya hidup dalam semangat kebersamaan yang tinggi,
sikap toleransi dan saling menghormati dan menghargai dapat dijumpai di
setiap sudut provinsi Maluku.4
Konflik Maluku yang terjadi pada tahun 1999 membawa efek
negatif bagi Provinsi Maluku.Efek negatif yang dimaksudkan ialah banyak
yang kehilangan orang – orang yang mereka sayang sehingga
menimbulkan rasa benci, trauma batin, dll.Konflik yang tak akan pernah
terlupakan dan menjadi catatan kelam dalam sejarah bangsa Indonesia
terlebih khusus sejarah kelam bagi masyarakat Maluku. Kehilangan dan
kekerasan seakan menjadi warna tersendiri ketika konflik terjadi.Sikap
saling menghargai dan menghormati perlahan-lahan mulai pudar
digantikkan dengan sikap saling curiga, benci dan dendam.
Masyarakat Maluku umumnya dan kota Ambon khususnya lebih
mengakrabi hidup kerakyatan yang berbasis nilai – nilai keakraban, dan
persaudaraan sejati. Kenyataan itulah yang membuat sebuah sistem
kehidupan sosial yang khas bagi masyarakat Maluku. Sebelum konflik
3 http://www.bkpmd-maluku.com/index.php/komoditi-unggulan/gambaran-umum, diunduh pada Minggu 8 Februari 2015, Pukul 17.16 WIB 4Ibid,.
42
terjadi di Maluku masyarakat ada dalam sebuah hidup bersama yang
teratur dengan kehidupan persaudaraan begitu indah tanpa memandang
latar belakang suku, Agama, RAS dan golongan, tidak hanya masyarakat
yang homogen namun yakni heterogen dimana bukan saja masyarakat
lokal Maluku namun juga etnis pendatangseperti halnya Buton, Bugis,
bahkan Cina dan lain – lain. Dalam keadaan kehidupan bersama selalu
adanya komunikasi yang terbangun sebagai bagian dari interaksi sosial,
sebuah kerja sama dalam bentuk yang pada dasarnya saling melengkapi
apa yang menjadi kebutuhan masing – masing.5Namun pada akhirnya
kehidupan yang harmonis berubah menjadi kehidupan yang penuh dengan
ketegangan, sikap saling mencurigai satu dengan yang lainnya. Konflik
yang terjadi di Maluku akhirnya menghancurkan hubungan interkasi yang
berjalan sangat baik di Maluku dan kota Ambon khususnya mengalami
pergeseran, peperangan terjadi sehingga masing – masing komunitas baik
itu agama, suku, dan lain – lain berusaha untuk memisahkan diri satu sama
lainnya.6
Sebelum konflik yang terjadi di Maluku pada tahun 1999 peran
dari para perempuan yang ada di maluku tidak begitu nampak secara
signifikan untuk membangun atau memberikan dukungan bagi Maluku.
Hal ini dikarenakan pada saat itu peran laki – laki lebih dominan
dibandingkan perempuan. Perempuan dikenal sebagai sosok yang pasif
5http://blogspot.com/2013/06/perubahan-sosial-pasca-konflik-studi.html. Ditulis oleh Hendra Manuputty, pada juni 2013. Diunduh pada tanggal 3 februari 2015, jam 9.29 WIB 6www.acdemia.edu/5160619/makalah-perubahan-sosial-di-Ambon, diunduh pada tanggal 3 feb 2015, jam 9.38 WIB. Upload by Septian Raha
43
dalam artian tidak bisa berargumen dan mereka lebih condong
diam tanpa melakukan apa – apa. Hingga pada saat pecahnya konflik
pertama di Maluku disitulah mulai nampak awal mula peran penting dari
para perempuan untuk membantu proses perdamaian dan juga memberikan
dukungan moral dan sumbangan pikiran mereka untuk masyarakat Maluku
pada umumnya. Mereka akhirnya berubah menjadi sosok yang aktif bisa
dilihat sebagai sosok pembela.Mereka juga dikenal sebagai sosok pemicu
perdamaian di Maluku.7
Perempuan tentunya memiliki peranan dan pengaruh yang besar
dalam menghadapi konflik yang terjadi Maluku. Dalam keluarga sebagai
istri, perempuan dapat membujuk suami mereka untuk tidak terlibat dalam
konflik dan sebagai ibu, mereka dapat mendidik anak – anak mereka untuk
tidak berprasangka buruh terhadap orang lain. Perempuan tentunya
memaminkan peran yang aktif dalam upaya penciptaanperdamaian di
Ambon.Pertemuan antar agama dikalangan pengungsi perempuan tidak
hanya menjamin distribusi bantuan darurat kepada pengungsi, tapi juga
menjadi ajang untuk rekonsiliasi antara perempuan Muslim dan Kristen.8
3.2 Biografi Elsina E Syauta – Latuheru
Sesudah konflik terjadi sampai tahun 2002, provinsi Maluku mulai
berbenah diri.Berbagai upaya perbaikan dan rekonsiliasi mulai terjadi,
berbagai langkah penyelesaian konflik mulai di lakukan.Perbaikan
7Hasil wawancara dengan M.L , pada tanggal 15 Januari 2015 8Hasil wawancara dengan J.H pada tanggal 16 November 2014
44
sarana dan pra sarana pun mulai dilaksanakan.Semua elemen masyarakat
Maluku mulai berbenah diri dan berusaha menata kembali kehidupan
mereka. Laki – laki maupun perempuan, anak – anak dan orang tua
bekerja bersama – sama untuk memulihkan kehidupan mereka.
Sementara konflik masih terus berlangsung sampai konflik selesai
salah seorang perempuan Maluku muncul dengan memberikan kontribusi
dalam penangan korban dan rekonsiliasi konflik. Tutur Elsina Syauta –
Latuheru bahwa “Awal kerusuhan saya dan tim menjadi bagian dalam
pengambilan dan penaganan pengungsi dan berlanjut dengan
pendampingan serta emergency pengungsi di daerah Pulau Seram”.9
Elsina E. Syauta – Latuheru lahir di Ambon, 12 Maret 1973. Ia tiggal
dengan kedua orang tuanya, ayahnya adalah Herman Yulius Latuheru
dan ibunya Josina Petronela Nanulaita. Ayahnya adalah seorang Pendeta
sedangkan ibunya hanya seorang ibu tangga.Selain itu Elsina E. Syauta –
Latuheru juga memiliki 4 orang saudara yang bernama Elsina (anak yang
pertama), Reynelda, Ludya, dan Nesly.Sejak bayi Elsina E. Syauta –
Latuheru di besarkan dengan penuh keserderhanaan oleh kedua orang
tuannya.10
Sejak kecil Elsina E. Syauta – Latuheru telah diajarkan oleh
opanya untuk displin dalam menjalankan segala sesuatu.Selama sekolah
dari tingkat sekolah dasar sampai pada tingkat SMA banyak penghragaan
yang di raih oleh perempuan asal Maluku tersebut. Sejak SMA ia tidak
9Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 19 Novermber 2014
10Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 19 November 2014
45
tinggal dengan kedua orang tuanya namun ia tinggal dengan salah satu
keluarga misionaris dan mereka mulai menjelajahi pulau seram dan
belajar bahasa di pedalam seram dan mengajar baca tulis di suku Naulu.
Pendidkan Formal yang di gelutinya meliputi Pendidikan Setara S2
“Sekolah Pengelolaan Keberagaman” angkatan ke II di Religious and
Cross Cultural Stadies Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Pada tahun
2013 meraih gelar S1 dalam bidang Management Sumberdaya Perikanan.
Selain itu dengan pengalamannya tinggal dengan keluarga misionaria
maka ia juga mengguluti Pendidikan Bahasa dan Pelayanan bagi Suku
Terasing di Indonesia setingkat D1. Pendidikan penunjang lainnya yang
digeluti anata lain,11
Pelatihan Fasilitator Suku Terasing di Indonesia –
Jakarta 1998 Konsultasi kasih peduli-suku-suku terabaikan di Inodoneisa
– Jakarta 1998 Konsultasi Kasih Peduli, JRN, Toraja 1999 Pelatihan
Pelatih Pendamping Anak, PEA Jakarta-Ambon, 1999 Pelatihan Pelatih
Evagelism Explotion, GKI Makasar, 1999 Pendidikan Konseling Anak
Korban Perang, Mary Hower, Psy.D. Los Angeles, USA 2000 Pelatihan
Penyuluh Sex Bebas & Anti Aborsi, Yayasan Pondok Hayat-Surabaya
2002 Pelatiha Penyuluh Narkoba & Konseling Krisis Yayasan Dulos
Surabaya 2000 Training of Facilitator (TOF) Pendidikan Pemilih bagi
Perempuan Akar Rumut, Center for East Indonesian Affairs (CEIA), Feb,
2004 Pelatihan Trauma Konseling (Chrisis Center), Ambon 2003
Seminar & Konsultasi HAM, Y. Parakletos & Perwakilan Komnas HAM
11Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 19 November 2014
46
Maluku 6 Agustus 2004 Workshop Pengungsi, Forum Bersama untuk
Maluku, Ambon 11 Nopember 2004 Pelatihan Guru Sekolah Minggu
Betani-GPM Ambon Juni 2005 Leadership Capacity Building, Dale
Carnegie Training, Jaringan Kerja Pelayanan Kristen Indonesia, Ambon
Oktober 2005 Lokakarya Peace Through Developmen untuk Maluku,
UNDP, Ambon November 2005 Simposium Nasional Perempuan. Pusat
Informasi Pengembangan Perempuan Indonesia, Jakarta 29-30 November
2005 Konsultasi Nasioanal Anak Bangsa III & Pameran Pelayanan Anak
Beresiko. Jaringan Peduli Anak Bangsa Jakarta, 23-26 November 2005
Konsultasi Nasional “Pengharapan Bagi Orang Miskin, Link TCI,
Januari 2006 Planning dan Strategic Pusat Rujuk Anak Maluku, Bapeda
Maluku-UNICEF Mei 2006 Fasilitator Pelatihan Konseling Pasca
Trauma, Ambon 7-10 Mei 3007. Open Doors Paltihan Perencanaan
Usaha Bussiness Plan), Unpatti-Maluku Advvance, Agustus 2007
Pelatihan Haggai Institut, Desember 2009 Training a Live Cahnging
Your Live- Boot Camp , Edunet Global Febrari 2012 Workshop Living
Value Educationa dan Non Valions Communication 1 - 4 Bali, Jakarta
2012-2013 Peace Mind , Mount Abu India Oktober 2012.12
Aktivitas sosial kemasyarakatan yang dilakukan atara lain:13
Pendamping Anak Pondok Gembira, PEA-Ambon 2002-Sekarang Wakil
Ketua Tim Konseling-Pendampingan Anak dan Remaja Klasis GPM
12Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 19 November 2014
13Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 20 November 2014
47
Pulau Ambon 2003-sekarang Representatif “Open Doors” di Maluku
2000-sekarang Fasilitator Pengungsi Korban Kerusuhan Maluku
Amahai-TNS, Maluku Tengah Kerjasama YEU-Parakletos Maret 2003-
Pebruari 2004 Fasilitator Pengungsi Korban Kerusuhan Ambon 25 April
2004, Kerjasama YEU-Parakletos, April 2004-sekarang Penyuluh &
Konselor korban aborsi, sex bebas dan narkoba 2002-sekarang
Bendahara I, Yayasan Parakletos 2001-2004 Tim Konsultan
Pembangunan Maluku Advance, PEMDA Prov Maluku, 2006-2010
Pediri dan pengekola sekolah paud dan TK ”Parakletos Academi
Nasioanal ” sejak 2004. Social Capital Strengthening, Workshop on the
following days of 8 & 9 August 2006, Baguala Bay resort, Pemerhati
Perempuan dan Kekerasan Pada Anak 2005-sekarang Anggota Pusat
Pelayanan Terpadu Anak, Forum Perlindungan Anak Maluku 2006
Bidang Riset (Penelitian) Pengurum HIMPAUDI Maluku 2006 –
sekarang Pelatih dan Fasilitator Living Value Education 2012- sekarang
Bekerja sama dengan The Asia Foundation untuk perdamaian Maluku
sejak 2011- sekarang Inisitaor Program Coffie Badati suatu kegiatan anak
muda untuk perdamian melalui kegiatan budaya dan pengembangan
sosial enterpreuner, kegiatan Festival 1000 cinta untuk maluku Inisiator
program Ekspedisi 1000 Pulau 2013-sampai sekarang. Elsina E. Syauta –
Latuheru telah banyak melakukan berbagai aktifitas sosial
kemasyarakatan dan berbagai pendidikan penunjang lainnya. Dari
berbagai usaha kerja yang dilakukannya tersebut ia mendapat
48
pengharagaan dalam mengikuti Nominasi SCTV Liputan 6 Award untuk
kategori Kemanusian 22 Mei 2014.
Elsina E. Latuheru menikah dengan Franklin Syauta yang bekerja
sebagai seorang dosen perikanan di Universitas Pattimura Ambon dan
sekarang sedang melanjutkan studi S3 nya di Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW). Dari pernikahannya itu mereka dikarunia 1 orang anak
yang diberi nama Joshua Syauta. Sampai sekarang Elsina E. Syauta –
Latuheru terus bergerak dalam bidang kemanusian. Motivasinya dalam
terjun ke dunia sosial kemanusiaan dalam bidang perdamaian ialah ia
ingin membuat orang – orang yang ada disekitarnya merasa senang atau
hidup damai pasca konflik yang dirasakan. Selain daripada itu alasan lain
yang mendorongnya untuk terus berjuang untuk memperjuangkan
perdamaian karena ia melihat pasca konflik orang – orang masih
menyimpan dendam satu dengan yang lainnya, masih ada sikap saling
mencurigai yang pada akhirnya masih sering memicu terjadinya konflik.
Kurang adanya perhatian serta dukungan dari pemerintah.Maka dengan
alasan itulah Elsina E. Syauta – Latuheru tetap semangat dan berjuang
untuk meperjuangkan perdamaian melalui peran perempuan – perempuan
di Maluku.
Dengan mengetahui berbagai tindakan yang dilakukan Elsina E.
Syuata – Latuheru, maka kita mengetahui bahwa Elsina E. Syauta –
Latuheru ingin berjuang untuk membawa perdamaian di Maluku pasca
Konflik. Ia ingin membuat Maluku menjadi lebih baik terutama
49
memajukan para perempuan – perempuan di Maluku untuk bergerak
sebagai aktor perdamaian. Dalam pandangan Elsina E. Syauta – Latuheru
tentang perdamaian, maka ia mendefenisikan kata “damai” yang berarti
“bahagia”. Maka dalam hal ini dengan semua tindakan yang dilakukan ia
ingin membuat orang – orang yang ada disekitarnya merasa bahagia /
hidup damai pasca konflik.
Elsina E. Syauta – Latuheru sehari – harinya bekerja sebagai
seorang aktifis Kopi Badati14
yang bergerak dalam dialog perdamaian
lintas komunitas berbeda agama untuk mebangun relasi kemanusian.
Tujuan dari gerakan ini ialah untuk melakukan provokasi kepada
masyarakat agar dapat mengkontribusikan apa saja yang bisa dilakukan
untuk dapat menciptakan perdamaian.15
Dengan istilah “Badati” inilah
Elsina E. Syauta – Latuheru bersama dengan timnya membangun
semangat perjuangan mereka melalui aktifitas Yayasan dengan moto “
mulai dari beta”. Sebagai salah satu aktifis, Elsye panggilan akrabnya
juga bekerja sebagai direktur di Yayasan Parakletosyang didirikan pada
tahun 2001.Parakletos diambil dari bahasa Yunani yang berarti
“penghibur”. Banyak hal yang telah yayasan ini guluti, bergerak dalam
bidang sosial kemanusiaan yang telah dilakukan. Tujuan dari
didirikannya yayasan ini ialah Elsina E. Syauta – Latuheru ingin
membawa pesan damai dengan mengingat manisnya hidup bersama
14Istilah Badati dalam bahasa orang Ambon artinya Urungan atau tanggungan. Kopi Badati diartikansebagai membagi – bagikan kopi yang saat itu dilakukan untuk orang – orang yang berpartisipasidalam menjaga keamanan saat konflik terjadi. 15 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 20 November 2014.
50
tanpa memandang perbedaan. Oleh sebab itu yayasan ini berdiri untuk
membuka ruang pertemuan bagi anak – anak muda lintas agama untuk
dapat bekerja sama membawa pesan damai.16
Selain itu ia juga sebagai seorang pelatih, konselor, pekerja sosial,
peneliti dan fasilitator Living Values Education (LVE).Pada tahun 2010
ia pertama kali mengenal LVE atas ajakan temannya. Sejak menganl
LVE melalui beberapa pelatihan yang telah diikutinya, ia merasa bahwa
ini merupakan kesempatan yang luar biasa, karena pelatihan inilah yang
selama ini dicarinya dalam rangka proses kerja untuk perdamauan di
Maluku sejak awal kerusuhan. LVE digunakan Elsina E. Syauta –
Latuheru sebagai media untuk mmepromosikan perdamaian.
Elsina E. Syauta – Latuheru mulai menunjukan aksi sosialnya yang
sudah dibentuk sejak kecil oleh orang tuannya. Gerakan sosial pertama
kali ia lakukan dan karirnya dalam beraktifis dimulai sejak ia duduk di
bangku SMA. Kegiatan tersebut meliputi berbagai kegiatan
extrakulikuler yang dilakukan di sekolah antara lain gerakan pramuka,
kegiatan – kegiatan OSIS, dan lain – lain.
Hampir selama 20 tahun ia menekuni dan terlibat dalam bidang
kemanusian. Keluar masuk pedalaman bukan hal baru baginya dan
banyak hal yang telah dilakukannya mulai dari menangani pengungsi,
16Hasil Wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 20 November 2014
51
resolusi konflik, bidang pendidikan hingga pangan.17
Ia mulai beraktifis
dalam memberikan kontribusinya untuk terlibat dan mempunyai keingan
untuk mebuat orang – orang disekelilingnya merasa senang seperti yang
telah penulis paparkan sebelumnya diatas. Karena menurut Elsina E.
Syauta – Latuheru membuat orang – orang yang ada disekitarnya merasa
senang merupakan suatu sikap yang dilakukan untuk dapat membangun
kepercayaan diri.18
Selama 20 tahun ia terlibat dalam aktifitas kemasyarakatan Elsina
E. Syauta – Latuheru telah banyak di kenal oleh masyarakat Maluku. Ia
dikenal dengan sikap pemberaninya dan mau bergerak untuk dapat
membantu orang – orang yang ada di sekitranya.19
Bagi masyarakat Maluku sepak terjang Elsina E. Syauta – Latuheru
bagai Martha Christina modern bagi Maluku.Ia adalah salah satu
perempuan Maluku yang berani untuk maju dan bertindak bagi para
perempuan – perempuan Maluku pasca Konflik untuk mengobati trauma
– trauma batin dan kepercayaan diri mereka. Berikut ini merupakan
pendapat beberapa perempuan – perempuan Maluku yang mengenal
sosok Elsina E. Syauta – Latuheru:
Pendapat F, sebagai salah satu perempuan muslim yang melihat sosok
Elsina E. Syauta – Latuheru:
17http://liputan6.com/read/2050313/elsye-syauta-latuheru-pemeliharaan-perdamaian-maluku di unduh pada tanggal 25 november 2014
18 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 23 November 2014
19 Hasil wawancara dengan salah satu perempuan M.T di Desa Saparuapada tanggal 10 Desember 2014
52
“Sosok Elsye panggilan akrab Elsina E. Syauta – Latuheru sebagi salah satu
aktifis perdamaian Maluku yang berani dan peduli terhadap masyarakat, dalam hal
ini khususnya perempuan.Baginya Elsye merupakan orang yang berkomitmen
untuk memberikan sesuatu perubahan bagi perempuan.Ia mengenal sosok Elsye
sejak tahun 2012 yang saat itu menjadi juri teater nasional dan ikut terlibat dalam
setiap kegiatan – kegiatan yang perdamaian yang dilakukan oleh Elsye. Elsye juga
merupaan seorang perempuan yang hamble, sederhana, pekerja keras,
bersemangat dalam mencapai suatu tujuan untuk membantu orang.”20
Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh D.T yang melihat
sosok Elsina E. Syauta-Latuheru, seperti :
Sosok Elsina E. Syauta – Latuheru sebagai sosok yang penuh insipirasi. Karena
beliau mempunyai banyak ide yang dilakukan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat (perempuam – perempuan Maluku).Selain itu Elsyemelihat kebutuhan
masyarakat sebagai suatu masalah yang harus diatasi.Selama ini pemerintah hanya
melihat kebutuhan masyarakat sebagai suatu hal yang harus diatasi dan peluang
untuk mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih baik.Tindakan – tindakan
yang dilakukan Elsye sangat berdampak positif untuk perempuan – perempuan di
Maluku pasca konflik.Lewat kegiatan LVE yang dibangun Elsye sendiri,
perempuan – perempuan Maluku sudah bisa menjadi kader- kader terdepan dan
bisa hidup mandiri. Selain itu menurut D.T apa yang dilakukan oleh Elsye
merupakan tindakan yang bijaksana, karena tidak semua orang dapat melakukan
hal – hal tersebut.21
Elsina E. Syauta – Latuheru dalam pandangan salah satu pemuda Kristen
A. W. N, berkata bahwa :
Menurutnya, Elsye Syauta – Latuheru adalah seorang yang deterministicsekali,
punya kemauan keras untuk menggapai apa yang dicita – citakan, contoh women
leader yang tidak pernah lelah. Sejauh ini yang terlihat lebih memintingkan
kepentingan untuk orang banyak bahkan waktu untuk keluarga jadi kurang karena
harus banyak terjun di yayasan dan lapangan. Sejauah pandangn saya beliau
melakukan semua ini untuk membuat orang – orang “kurang” disekililingnya
merasa senang dan apa yang dilakukan berdampak positif bagi mereka. Dampak
dari tindakan yang dilakukan terhadap perempuan – perempuan Maluku tentunya
untuk pemberdayaan pribadi mereka masing – masing.Dalam melakukan sesuatu
hal pasti kita sering menumukan kendala. Hal itu juga yang saya lihat, kendala
yang dialami Usi Elsye tentunya ada, apalagi sebagai orang luar/baru yang mau
20Hasil wwancara dengan F salah seorang pengurus yayasan Parakletos, pada tanggal 18 desember 2014. 21Hasil wawancara dengan salah seorang perempuan muslim D.T , pada tanggal 18 desmber 2014.
53
mencoba dekati masyarakat untuk memberdayakan mereka, tapi sejauh ini
komunikasi skills bagus sekali untuk membuka hubungan baik dengan raja – raja
dan masyarakat mereka. Sesuatu yang mungkin bagi saya sendiri belum mampu
untuk dapat melakukannya.Harapan saya kedepan, spirit sudah sangat bagus,
berharap kaderisasi tetap berjalan agar tidak hanya sampai di Usi Elsye saja tetapi
juga pada generasi – genarasi selanjutnya.22
3.3Alasan Elsina E. Syauta – Latuheru dalam menggerakan perempuan –
perempuan di Maluku untuk perdamaian pasca konflik
Perempuan tidak pernah dilibatkan bahkan sering tidak dianggap
penting dalam proses perdamaian meskipun dalam kehidupan sehari – hari
perempuan memiliki inisiatif yang kreatif dalam membangun perdamian.
Bergelar Sarjana Perikanan dari Universitas Pattimura tapi sangat
konsen untuk selalu memajukan wanita Maluku, terutama di
kepulauannya. Pantang menyerah tidak pernah ada dalam kamus
hidupnya demi memajukan kaum perempuan.Kecintaannya yang kuat
pada tanah kelahirannya sepertinya membuat perempuan kuat yang
bernama lengkap Elsina E. Syauta - Latuheru ini tidak mau dibayang-
bayangi oleh trauma akan kejadian kerusuhan yang sempat melanda
daerah kelahirannya beberapa tahun yang silam. Buat Elsye saatnya
bangkit dan berjuang, tentunya berjuang saat ini bukan lagi menggunakan
bambu runcing seperti jaman Martha Christina Tiahahu pahlawan
perempuan asal Maluku.23
22 Hasil wawancara dengan salah seorang pemudi Kristen A W. N pada tanggal 22
November 2014 23 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 20 November 2014
54
Menurut Elsina E. Syauta-Latuheru menggerakan perempuan –
perempuan di Maluku untuk perdamaian merupakan suatu cara yang tidak
mudah. “Kita bisa menggerakan mereka untuk membuat perdamaian
adalah dengan cara bagaimana kita bisa memulai berdamai dengan diri
sendiri baru bisa melakukan perdamaian dengan orang lain /
lingkungannya”.24
Living Values Education adalah salah satu program yang
dilakukan untuk menghidupkan nilai – nilai dalam diri kita.Bagi Elsye
berbicara tentang pendidikan tidak hanya fokus pada ilmu-ilmu saja, tetapi
juga pada nilai-nilai yang memungkinkan orang untuk saling menghormati
dan hidup harmonis, pendidikan membantu perbaikan dan memperkuat
kondisi pikiran untuk bereaksi terhadap apa yang terjadi di dunia luar.25
Mengapa Elsye lebih memfokuskan untuk menggerakan
perempuan – perempuan dibandingkan laki – laki atau masyarakat secara
utuh? Alasan pertama, karena ia memiliki latar belakang sebagai seorang
perempuan. Bagi Elsina E. Syauta – Latuheru ia lebih tertarik dalam
menggerakan perempuan karena ia sendiri mempunyai latar belakang
sebagai seorang perempuan. Sentuhan pertama itu akan lebih gampang jika
dilakukan oleh sesama perempuan. Kedua, perempuan dianggap sebagai
kaum yang lemah dan selalu diposisikan dibelakang kaum laki –
laki.Keberadaannya sebagai seorang perempuan tidak menjadi alasan
utama bagi Elsye untuk melakukan tindakan kemanusiaannya ini.
24Hasil wawancara dengan Elsye. Syauta-Latuheru pada tanggal 20 Novermber 2014
25http://www.thejakartapost.com/news/2013/09/24/elsye-syauta-latuheru-spreading-peace-among-youth.html
55
Menyadari akan pandangan universal yang telah dibangun selama ini
mengenai perempuan dalam kehidupan sosial bahkan budaya orang
Maluku bahwasanya mereka ialah kaum yang lemah dan mestinya di
tempatkan pada posisi belakang laki-laki menjadi motivasi besar bagi
Elyse untuk membuktikan bahwa paradigma semacam demikian tidak
menjadikan dirinya sebagai seorang perempuan Maluku bersikap diam dan
tidak bergerak melakukan perubahan sosial. Ketiga, perempuan tidak
pernah dianggap atau dilibatkan dalam artian bahwa perempuan selalu
disampingkan. Kenyataan yang terjadi di Maluku sebelum konflik dan
pasca konflik ialah perempuan selalu di tempatkan diantara posisi laki –
laki sebagai sumber patriakal sehingga perempuan tidak bisa bergerak.
Budaya patriakal merupakan salah satu budaya masyarakat Maluku dalam
tatanan kehidupan sosial yang masih dipupuk hingga sekarang
ini.Parahnya, ketika masyarakat Maluku menghidupi budaya seperti ini
terkhusus bagi kaum laki-laki mereka cenderung mengesampingkan
perempuan tegas Elsye.Pasca konflik seolah telah menjadikan budaya
patriakal tersebut tumbuh subur dalam tatanan kehidupan sosial
masyarakat Maluku.Keempat, Perempuan hampir tidak diberikan ruang
untuk melihat dunia luar dengan cara mereka sendiri. Bagi Elsye budaya
patriakal telah menjadi bagian yang sistematis dalam kehidupan
masyarakat maluku. Melihat hal itu Elsye yang adalah seorang perempuan
Maluku telah bertahun-tahun hidup dalam budaya tersebut termotivasi
untuk menggerakan perempuan-perempuan Maluku melakukan perubahan
56
bukan hanya berkaitan dengan pemahaman budaya patriakal tersebut tetapi
bagaimana bersikap menciptakan perubahan dalam kehidupan masyarakat
Maluku pasca konflik agar mereka pun melihat bahwa Maluku sebenarnya
memiliki perempuan-perempuan hebat yang punya kontribusi besar bagi
pembangunan masyarakat.26
Tidak hanya itu, gerakan yang dilakukan oleh Elsye juga bertujuan,
agar perempuan Maluku tidak dipandang sebelah mata yang hanya ada
dibawah pengaruh kaum patriakal, namun menurutnya perempuan juga
memiliki peranan ganda.Mereka dapat memposisikan diri mereka baik
sebagai pelindung, pengayom dan juga kaum yang dapat membuat suatu
perubahan.Dengannya, Elsye mempunyai sebuah keinginan yang besar
untuk dapat membangun sekolah bagi para kaum perempuan.Tujuan dari
didirikannya sekolah tersebut ialah untuk melahirkan perempuan –
perempuan Maluku yang siap menjadi pemimpin dan berani untuk
memperjuangkan Maluku apapun kondisinya.Selain itu menurut Elsye,
Perempuan Maluku memiliki semangat dan kemampuan kerja
keras.Keterasingan mereka di daerah kepulauan menuntut mereka
berkemauan kuat dan berusaha lebih keras untuk sama-sama bisa bertahan
dan melanjutkan hidup seperti halnya kaum perempuan di daerah wilayah
daratan (kontinen). Ungkapan lain juga yang diungkapkan Elsye “Bagi
saya, perempuan Maluku adalah perempuan yang kuat, mengapa? Karena
perempuan adalah central dalam rumah tangga dimana perempuan disini
26Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014, pukul 16.00 WIT
57
mempunyai fungsi yang sangat menentukan, dimana dia harus dapat
bertindak sebagai ibu diapun merupakan orang yang mempunyai akses
terdekat dengan suaminya.Sehingga bilamana perempuannya tidak
tangguh maka rumah tangga tidak akan stabil," begitu paparan Elsye
tentang pandangannya terhadap perempuan.27
Banyak hal yang menjadi inti pemikiran Elsye untuk menjadikan
perempuan Maluku tangguh, kuat, mandiri berdaya guna bagi Maluku.
Dalam kenyataannya sejak terjadinya kerusuhan, banyak perempuan-
perempuan Maluku yang mengalami trauma. Inilah kesempatan bagi
Elsye untuk mendampingi mereka dan berusaha mengatasi rasa trauma
tersebut. Elsye mengajarkan bagaimana agar dapat bertahan (survive)
dalam menghadapi kehidupan.Disini Elsye berusaha fokus untuk
mempersiapkan pemimpin perempuan yang produktif.
Gerakan sosial yang dilakukan Elsye Syauta Latuheru untuk
menggerakan perempuan – perempuan di Maluku bertujuan untuk
mewujudkan suatu perubahan yang lebih baik demi menciptakan
perdamaian pasca konflik.Dalam usahanya “Elsina E. Syauta – Latuheru”
selalu menguatkan peran perempuan untuk berpartisipasi dalam upaya
perdamaian dan pembangunan perdamaian di wilayah pasca
konflik.Namun untuk menciptakan perdamaian pasca konflik yang terjadi
di Maluku tentunya bukan hal yang mudah.Dibutuhkan banyak waktu,
27Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014, pukul 16.15 WIT
58
strategi, dan energi untuk menyakinkan masyarakat pasca
konflik.Menghilangkan trauma perempuan-perempuan Maluku dan
menciptakan kembali harapan-harapan baru bagi mereka di tanah mereka
sendiri membutuhkan perjuangan yang keras.Sebab ketika terjadinya
konflik, ada jurang pemisah yang besar antara Islam dan Kristen di
Maluku yang berakibat kepada krisis kepercayaan antara agama.28
Hal ini
merupakan salah satu faktor penghambat bagi para aktivis perdamaian
untuk melakukan misi perdamaian di Ambon, Maluku. Namun semangat
untuk tetap melakukan perdamaian tetap dilakukan oleh Elsina E. Syauta
Latuheru walaupun banyak hal yang menghambat niat baiknya itu.Elsina
E. Syauta Latuheru selalu berusaha untuk menjembatani perempuan –
perempuan Maluku yang menjadi korban dari konflik yang terjadi dalam
rangka untuk mengakhiri luka yang dirasakan pasca konflik dan mencari
solusi yang produktif dalam membangun perdamaian yang berkelanjutan.29
3.4 Tindakan - tindakan yang di lakukan Elsye Syauta-Latuheru dalam
menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk Perdamaian
pasca Konflik
Sudah hampir 20 tahun Elsye Syauta – Latuheru tekun sebagai
seorang pekerja sosial di Maluku. Selama itu pulalah Elsye tidak pernah
bosan untuk terus mengembangkan konsep dan program Pembangunan
28Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 22 Desember 2014 29Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014, pukul 16.30 WIT
59
terhadap para perempuan Maluku Damai melalui pendekatan
pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi. Elsye mengawali kegiatannya
tersebut dengan Membangun dan Menguatkan Karakter Pendidikan
masyarakat Maluku melalui pendidikan Menghidupkan Kembali Nilai-
nilai Kehidupan (Living Value Education).Ia sudah terlibat dalam berbagai
aktifitas perdamaian untuk mendampingi masyarakat yang ada di Maluku.
Ada banyak kegiatan – kegiatan perdamaian yang ia gagas yang telah ia
lakukan pada awal kerusuhan yang terjadi di kota Ambon misalnya, Elsye
Syauta Latuheru turut terlibat dalam pengambilan dan penanganan
pengungsi, tetapi bukan hanya masalah konflik yang menjadi fokus
utamanya. Ia juga turut terlibat secara langsung dalam persoalan
kemanusiaan lainnya misalanya, dalam persoalan yang berkaitan dengan
dunia anak dan perempuan, pendidikan, resolusi konflik dan trauma
healing. Kemudian setelah sekian lama konflik di maluku telah di
pulihkan, ia tidak berhenti dalam melayani misi kemanusian yang ada di
maluku. Kedamaian yang telah bersama-sama diciptakan kembali
terganggu, konflik yang sudah tujuh tahun berhenti kembali terjadi pada
tahun 2011.Sehingga membuat tokoh-tokoh perdamaian yang ada di
Maluku harus berupaya keras dalam kembali mengusahakan langkah-
lankah untuk kembali menciptakan sebuah perdamaian di tengah-tengah
masyarakat maluku.Elsye Syauta – Latuheru mempunyai inisiatif untuk
membuka ruang pertemuan antar anak muda (Kristen dan Isalam) untuk
mencari solusi yang baik untuk konflik tersebut, selain itu dengan
60
melaksanakan kegiatan budaya yang melibatkan pemuda Kristen dan
Muslim dalam event 1000 cinta untuk maluku, dengan maksud agar
kegiatan ini memberikan rasa cinta yang dalam bagi daerah tempat tinggal,
tetapi juga penghormatan dan penghargaian bagi nilai-nilai luhur yang
sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan salah satu jembatan
perdamainan yang digunakan oleh para toko perdamaian dalam
mewujudkan perdamain setelah mengalami konflik panjang antara tahun
1999 – 2004 di seluruh Maluku. Selain sebagi perintis perdamaian, ia juga
dalam perjuangannya bukan hanya untuk menyelesaikan konflik saja,
tetapi ia juga turut berjuang membantu pembangunan pasca konflik.
Pembangunan yang ia lakukan bukan hanya terlibat dalam soal
pembangunan fisik yang kelihatan saja, seperti bangunan dan sebagainya,
tetapi ia mempunyai peran besar dalam membantu membangun kembali
psikis dari para korban maupun keluarga korban, sehingga melalui proses
tersebut dapat mempunyai pengaruh yang lebih besar lagi dalam mewujud
nyatakan perdammaian yang ada di maluku. 30
Selain itu ia juga turut serta
mendampingi dan menggerakan para perempuan – perempuan yang ada di
Maluku untuk turut serta terlibat secara langsung untuk menciptakan dan
merealisasikan perdamaian pasca konflik. Dalam merealisasikan usahnya
tersebut ia menciptakan berbagai kegiatan yang nantinya menjadi jalan
untuk membantu dirinya tetapi juga perempuan-perempuan yang akan
membantunya dalam menciptakan suasana perdamaian di maluku. Wujud
30Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta Latuheru pada tanggal 22 desember 2014
61
nyata dari tindakan – tindakan Elsina Syauta – Latuheru di bangun dalam
yayasan Parakletos yang didirikan oleh Elsina Syauta – Lateheru
sendiri.Elsye panggilan akrabnya juga bekerja sebagai Direktur Yayasan
Parakletos.Sejak tahun 2001 ia mendirikan Yayasan Parakletos.
Parakletos diambil dari bahasa yunani yang berarti penghibur.31
Banyak hal
yang telah Yayasan Parakletos geluti, bergerak dalam bidang pendidikan
dan kebudayaan, dengan memanfaatkan moment Nasional dan Daerah.
Bukan hanya itu saja banyak bidang sosial kemanusian yang telah
dilakukan. Tujuan dari didirikannya yayasan ini ialah ia ingin membawa
pesan damai dengan mengingatkan manisnya hidup bersama tanpa
memandang perbedaan. Oleh sebab itu yayasan ini berdiri untuk membuka
ruang pertemuan bagi anak – anak muda lintas agama untuk dapat bekerja
sama membawa pesan damai tanpa memandang perbedaan agama.
Berdasarkan dari apa yang menjadi tujuan Elsye Syauta-Latuheru dalam
berkarir maka ia dengan penuh semangat dan perjuangannya untuk dapat
mendirikan yayasan terebut. Sejak tahun 2012 The Asia Foundation (TAF)
menjadi salah satu mitra kerja dari yayasan Parakletos.32
Elsye Syauta-
Latuheru juga melibatkan pemuda pemudi dari lintas agama untuk bekerja
sama dalam menjalankan tugas di Yayasan Parakletos tersebut. Bukan saja
itu, beberapa komunitas dari berbagai kompenen pun ikut terlibat dan
bekerja sama dengan yayasan Parakletos, antara lain Kelompok komunitas
pencinta alam, komunitas anak muda maluku, dan Angkatan Muda-Gereja
31 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 20 desember 2014
32Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 15 desember 2014, pukul 11.00 WIT
62
Protestan Maluku. Ia tentunya tidak bekerja sendiri di yayasan tersebut
namun, ia memiliki beberapa staf dari kalangan pemuda – pemudi Kristen
dan Islam. Kegiatan – kegiatan besar yang dilakukan yayasan Parakletos
yang dibangun Elsye Syauta Latuheru, antara lain :33
1. 1000 cinta untuk Maluku, merupakan serangkaian kegiatan yang
didalamnya memadukan unsur budaya, seni, wisata dan pemberdayaaan
ekonomi dalam kemasan festival, ekspedisi dan penyusunan Road Map
Strategy Pembangunan Maluku Damai, sekaligus juga merupakan ujung
tombak pemberdayaan masyarakat denga tujuan agar Maluku bias bangkit
dan keluar dari posisi sebagai daerah termiskin nomor 3 (tiga).Kegiatan
yang dibuat dalam festival 1000 Cinta untuk Maluku adalah :
Seminar Road Map Strategy *Pembangunan Maluku Damai dengan
tujuan untuk menemukan suatu pendakatan yang harmoni, sinergi,
dan energy dalam menghadirkan dan membanagun kehidupan yang
damai di bumi Maluku, sekaligus berusaha menciptakan peluang
kerja baru bagi generasi muda khususnya dalam industry kreatif,
yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan
pengembangan ekonomi daerah.
Ekspedisi potensi pariwisata, seni, budaya, tokoh dan karya bagi
bangsa yang menjadi mutiara dari Maluku, dan dikemasi dalam
item kegiatan berikut:34
a. 1000 lukisan
33Data dari yayasan parakletos 34 Data yang di ambil dari yayasan Parakletos
63
b. 1000 lagu
c. 1000 artis
d. 1000 rupiah
e. 1000 lilin
f. 1000 lampion
g. 1000 leader
h. 1000 tokoh
i. 1000 foto
j. 1000 tanda tangan
k. 1000 pohon
l. 1000 jam
m. 1000 menit
n. 1000 detik
2. Damai dari Betaadalah semboyan untuk melakukan suatu hal yang
berdampak positif (perubahan) yang berawal dari diri sendiri sehingga
dapat diikuti oleh yang lain, dan pada nantinya dapat menjadi kekuatan
besar untuk memajukan Maluku.
3. Ekspedisi 1000 pulaubertujuan untuk menemukan, mengungkapkan dan
memaknai harta terpendam pada setiap pulau yang dipijak, dan bersama
msayarakat mengelola serta memberikan nilai tambah dan keluar dari realita
kemiskinan yang dipunggungi, bagi penikatan mutu hidup dan menjadikan
pulau-pulau tersebut sambung menyambung menjadi satu serta layak
64
dikunjungi dan dinikmati oleh pengunjung dari berbagai belahan dunia.
Adapun kegiatan dalam Program Ekspedisi 1000 Pulau adalah:35
Festival Timba Laor: festival ini merupakan salah satu kegiatan yang
telah menjadi rutinitas masyarakat Maluku. Dalam kegiatan ini,
dalam budaya Maluku perempuan selalu berperan untuk aksi
mengangkat laor dan meletakannya di tempat yang telah tersedia.
Kegiatan ini diikuti oleh perempuan – perempuan Maluku Kristen
dan Islam. Tujuan kegiatan ini dilakukan adalah untuk mempereray
hubungan perempuan – perempuan Maluku yang terlibat dalam
konflik.
Festival Heroes From Lease merupakan sebuah festival perdamaian
yang mengangkat Pattimura sebagai cikal bakalnya. Kegiatan yang
dilakukan dalam festival ini ialah kegiatan workshop pendidikan
toleransi beragama.
Festival Martha Chritina Tiahahu merupakan salah satu kegiatan
yang diadakan dengan kegiatan kampanye dan sosialisi perjuangan
dari salah satu pahlawan perempuan Maluku yaitu Martha Christina
Tijahahu dalam bentuk festival perdamaian. Festival ini dilakukan
ditanah kelahiran dari Martha Christina Tijahahu di pulau Nusalaut
desa Abubu.
Festival 1000 pulau
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan di dalamnya berupa :
35Data yang diambil dari Yayasan Parakletos serta wawancara dengan Elsina E. Syauta - Latuheru
65
a. 1000 perpustakaan kotak (Books in the box)
b. Gerakan Kamboti, Gerakan Kebersihan Pantai sebagai persiapan
untuk acara timba laor. Hal ini dilakukan di Negeri Ullath dan
Akon. Sampah plastik sepanjang pantai dibersihkan secara
berame-rame. Gerakan tersebut dilakukan oleh para perempuan –
perempuan dari Negeri Ulath dan Akon.
c. Training MBE (Mind Fullndes Education)
d. Rumah singgah wisatawan (Hime Stay)
e. Industri anak negeri
4. Training on Tolerance Educational and Peace-building for one addition,
adalah kegiatan pelatihan perdamaian dengan pendekatan pendidikan nilai.
5. Training MBE (Mind Fullneds Education).salah satu program dalam
Ekspedisi 1000 Pulau (E1000P), pendidikan alam dengan pendekatan
pendidikan nilai.
6. Workshop on Tolerance Education and eace-buillding for youth, kegiatan
pelatuhan pendidikan perdamaian melalui pendidikan nilai dalam Living
Values Education.
7. Monev and meeting Living Values Educationadalah kegiatan untuk
mengevaluasi, memantau dan mengamati dampak/perubahan positif ataupun
negative dari pelaksanaan pendidikan nilai yang telah dilaksanakan oleh
Yayasan Parakletos dalam workshop LVE. (mengukur range perubahan dari
sebelum dan sesudah workshop LVE).
66
8. Pelaksanaan Peace Silentpendidikan nilai dengan maksud bahwa peserta
(siswa-sisiwi SMA Negeri 3 Ambon) sebelum memulai aktivitas belajar
mereka mendengan instrument lagu LVE dan kemudian mendengar pesan
positif serta menyebutkan nilai seperti Hebat, kasih sayang, kuat, cerdas,
bahagia, dll yang bersifat penyemangat selama 3 bulan pelaksanaan dalam 1
bulan 4 kali.
9. Pemutaran Film Perdamaian bertujuan untuk menyatukan persepsi atau
pandangan tentang budaya pluralisme di Maluku juga upaya untuk
membudayakan budaya Pela Gandong yang telah ada di Maluku
(aktivitasnya; pemutaran film perdamaian seperti The Imam and The Pastor,
berdiskusi, sharring dll)
10. Pendampingan Living Values Educationbertujuan untuk mengawal secara
intens kegiatan Workhsop yang telah dilaksanakan oleh Yayasan Parakletos
11. Seminar Pembangunan Karakter Berbasis Nilaiupaya mengembangkan
kapasitas bagi pemuda ataupun kelompok komunitas ojek di kota Ambon
untuk mengedepankan setiap nilai dasar dengan tetap pendidikan nilai.
12. Workshop Living Values Educationbertujuan untuk Mengenal LVEP dan
kerangka kerja yang bisa digunakan untuk menerapkan pembelajaran
berbasis nilai dalam suatu sistem, Menggali keterampilan menciptakan
suasana bermuatan nilai, Berpartisipasi dalam proses terbuka & aktif,
menggali cara untuk mengekspresikan dan mencontohkan nilai, Bersama
tim merasakan kegiatan bermuatan nilai untuk anak-anak, Bekerja sama
dengan pendidik lain yang memiliki komitmen pada pengembangan diri
67
yang positif demi anak-anak, Menumbuhkan semangat keterlibatan dengan
LVEP & pendidikan berbasis nilai, Semakin mengenali komponen yang ada
dalam Buku Panduan Pelatih LVE dan Memahami pentingnya pelatih
menciptakan suasana bermuatan nilai menghargai dan menyayangi semalam
proses Pelatihan LVE bagi Pendidik.
Semua kegiatan yang dilakukan oleh yayasan ini adalah dengan
tujuan untuk dapat menyalurkan damai bagi Maluku.Dalam kegiatan –
kegiatan yang digagas Elsye Syauta – Latuheru lewat yayasan tersebut
diikuti bukan hanya dari agama Kristen atau muslim saja tapi mereka
melibatkan pemuda – pemudi dari lintas agama. Selain itu kegiatan-kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama dengan perempuan-perempuan yang
menjadi korban konflik ada Beberapa diantaranya:36
1. Pelatihan peningkatan ekonomi dan peningkatan kapasitas bagi
kaum perempuan dari banyak komunitas baik Islam maupun
Kristen.
2. Pendampingan terhadap perempuan – perempuan janda,
pendampingan bagi perempuan – perempuan janda ini ia lakukan
agar mereka tidak terus larut dalam kesedihan pasca konflik
kehilangan suami mereka. berbagai kegiatan ia lakukan bersama
mereka.
36Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014,
pukul 17.00 WIT
68
3. Pendampingan terhadap anak – anak, dan
4. Pelatihan Living Values Education (LVE).
5. Inisitaor Program Coffie Badati suatu kegiatan anak muda untuk
perdamian melalui kegiatan budaya dan pengembangan sosial
enterpreuner, kegiatan Festival 1000 cinta untuk maluku.
Umumnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan generasi
muda yang Aktif, kreatif dan inovatif, Orientasi wirausaha, Optimis untuk
menjadi mandiri, Mampu mengelola sumberdaya alam secara bijak untuk
menerima manfaatnya, Berwatak sosial, saling percaya dan memiliki
semangat kooperatif untuk mengembangan komunitas, Berpikir jangka
panjang dan mampu merencanakan masa depan finansialnya.
Dengan adanya tindakan – tindakan yang dilakukan oleh Elsye dan
juga perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian pasca konflik
tersebut maka mereka akan tidak mudah untuk terprovokasi dengan keadaan
yang akan memunculkan konflik. Oleh sebab itu Elsinaye Syauta – Latuheru
melakukan tindakan – tindakan tersebut sebagai sebuah tindakan untuk
pencegahan.Tentunya dalam melakukan tindakan – tindakan atau gerakan –
gerakan sosial tersebut, Elsye tidak hanya melakukanya begitu saja. Namun
ada gerak langkah yang ia gunakan agar dapat mengalami sebuah perubahan,
gerak langkah yang dilakukan Elsye antara lain seperti :37
37Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru, pada tanggal 20 desember 2014
69
1. Bersentuhan langsung, dengan metode ini ia dapat melakukan sentuhan
langsung atau kontak langsung dengan para perempuan perempuan
tersebut. Agar apa yang ingin ia sampaikan kepada mereka dapat langsung
tersampaikan.
2. Menanyakan kebutuhan apa yang diperlukan. Tanpa mengetahui apa
kebutuhan mereka, tentunya ia tidak mungkin bisa melakukan apa – apa.
Oleh sebab itu metode ini saya gunakan agar sebelum saya bertindak, saya
telah mengetahui apa saja kebutuhan - kebutuhan yang mereka inginkan.
Setelah mengetahui apa yang menjadi kebutuhan mereka, kemudian kita
sendiri punya apa yang akan kita pakai untuk memenuhi kebutuhan itu.
Karena ketika kita tahu apa yang menjadi kebutuhan mereka maka kita
bisa tahu apakah kita bisa melakukannya atau tidak.
3. Memberikan kekuatan spiritual. Dengan metode ini saya lakukan agar
mereka dapat bangkit dari keterpurukan mereka, baik secara fisik maupun
moral. Karena tanpa spritualitas akan muncul sebuah kekosongan dalam
jiwa yang dapat berpengaruh dalam kehidupan mereka, sehingga jika tidak
bisa diatasi dengan baik dapat membuat mereka tenggelam dalam
kejatuhan tersebut pasca konflik dan tidak mungkin akan mendapatlan
kedamaian.
4. Pelatihan Living Values Education. Kegiatan pelatihan ini dilakukan agar
mereka dapat mengenal nilai - nilai apa saja yang ada dalam diri mereka.
Dan dengan nilai – nilai tersebut mereka dapat mengembangkan diri
mereka untuk mencapai sebuah perubahan pasca konflik yang mereka
70
alami. Metode untuk menghidupkan nilai merupakan sesuatu yang
universal. Nilai tersebut sudah ada dalam diri kita sebagai manusia.
Perempuan baru bisa berubah ketika ia bisa membuat perubahan dengan
meningkatkan kapasitas dia sebagai perempaun. Karena dengan
meningkatnya kapasitasnya maka ia bisa menemukan cara – cara baru
secara efektif untuk menjawab masalah – masalahx. Oleh sebab itu untuk
dapat meningkatkan kapasitasnya maka yang dibutuhkan adalah nilai –
nilai kehidupan tersebut.
Hal – hal tersebut yang di gunakan Elsye Syauta- Latuheru sebagai
gerak langkah untuk mencapai sebuah perubahan pasca konflik yang
terjadi. Agar ia bisa mendekatkan diri dengan masyarakat – masyarakat
dalam hal ini dengan para perempuan – perempuan Maluku agar dapat
menciptakan perdamaian pasca konflik yang kita alami bersama.38
Dari semua tindakan – tindakan yang telah dilakukan oleh Elsina
E. Syauta – Latuheru, maka ia sering di sebut sebagai Martha Chritina39
muda bagi Maluku, karena peranan dan perjuangannya yang dilakukan
bagi masyarakat Maluku terutama para perempuan – perempuan
Maluku. Sosok Elsina E. Syauta – Latuheru merupakan
sosokperempuan pemberani yang mampu memimpin dengan tegas dan
38 Hasil wawancara dengan Elsina E. Syauta – Latuheru pada tanggal 20 desember 2014 39 Martha Christina : Seorang pahlawan perempuan asal Maluku
71
berjuang untuk memperjuangkan hak – hak para perempuan yang
terindas.40
Elsina E. Syauta – Latuheru di mata para perempuan – perempuan
Maluku sangat istimewa, lewat tindakan – tindakan yang dilakukan serta
pengorbanannya yang begitu besar bagi mereka, membuat ia menjadi
teladan bagi banyak orang. Sebagai para perempuan Maluku mereka
bangga karena masih ada sosok perempuan yang ingin berjuang
dengan semua tindakan yang dilakukannya untuk dapat membuat
orang lain senang dan hidup damai.41
3.5 Dampak dari tindakan yang dilakukuan Elsina E. Syauta-Latuheru
dalammenggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian
pasca konflik.
Sejauh ini, selama berkarir dan memberi diri untuk terjun dalam
kegiatan kemanusian untuk membangun perdamaian di Maluku Pasca
Konflik yang terjadi, Elsina E. Syauta – Latuheru dalam aktifitas atau
kegiatan – kegiatan yang ia lakukan untuk menggerakan para perempuan –
perempuan di Maluku berdampak positif bagi mereka. Menurut Elsye,
perempuan – perempuan yang ia kunjungi mengalami pencerahan pasca
konflik. Mereka mengakui bahwa ketika kehadiran Elsye mereka
mengalami sesuatu perubahan yang membuat mereka sembuh dari rasa
trauma serta emosional yang tak pernah dapat terkontrolkan akibat konflik
40 Hasil wawancara dengan J.H pada tanggal 5 Januari 2015 41 Hasil wawancara dengan D.T pada tanggal 18 desember 2014
72
yang mereka rasakan.42
Selain itu ketika Elsina E. Syauta - Latuheru
melakukan salah satu program pendampingan Berbasis Nilai di Desa
Saparua dan yang mengikuti kegiatan tersebut sebagian besar adalah
kelompok – kelompok perempuan maka tanggapan positif pun dilontarkan
salah seoranatakan bag ibu yang mengatakan bahwa setelah beberapa kali
mengikuti kegiatan atau program berbasis Nilai yang dibawakan oleh
Elsina Syauta – Latuheru sangat berdampak positif bagi dirinya. Ia dapat
menghidupkan nilai – nilai yang diajakrkan baik dalam lingkungan sosial,
keluarga, maupun di Sekolah karena beliau adalah seorang Guru di salah
satu sekolah di desa Saparua. Ia merupakan seorang guru yang
tempramental namun ketika Elsina Syauta – Latuheru hadir dengan
program berbasis nilai yang bertujuan untuk menghidupkan nilai – nilai
yang ada dalam diri kita maka ia merasakan dampak positif yang terjadi
dalam diri pribadinya.43
3.6 Kendala yang dialami Elsina Syauta-Latuheru dalam menggerakan
Perempuan – Perempuan di Maluku pasca konflik
Menurut Elsina Syauta – Latuheru yang adalah seorang pejuang
bagi Maluku, ia mengukapkan bahwa, tentunya dalam memperjuangkan
perdamaian yang terjadi pasca konflik ia juga tentunya mengalami kendala –
kendala dalam perjuangannya. Namun bagi ia sendiri kendala – kendala tersebut
42Hasil wawancara dengan salah seorang perempuan muslim di desa Negri Lima, pada tanggal 12 Desember 2014 43Hasil wawancara dengan salah seorang guru di desa Saparua, pada tanggal 10 Desember 2014
73
tidak membuatnya menjadi putus asa untuk terus maju dan berjuang menciptakan
perdamaian. Kendala – kendala yang ia alami antara lain :44
1. Faktor Ekonomi
Pendanaan merupakan salah satu faktor utama dalam perjuangan
Elsina Syauta –Latuheru untuk menggerakan perempuan – perempuan
di Maluku untuk perdamaian pasca konflik. Namun bagi Elsye,
ekonomi dalam hal ini pendanaan bukanlah menjadi masalah bagi dia
untuk terus berjuang mencapai sebuah perdamaian atau mencapai
sesuatu hal yang kita inginkan yang membawa dampak. “bagi saya
uang bukanlah hal yang penting ketika kita ingin maju dan berjuang
untuk mencapai sesuatu hal yang membawa perubahan dalam diri kita
dan banyak orang. Kurang lebih 12 tahun, saya bekerja tanpa
mendapatkan gaji, namun saya masih bisa terus berjuang untuk
memberikan sesuatu yang berharga bagi orang – orang yang ada
disekitar saya, dalam hal ini saya masih mempunyai tenaga dan pikiran
yang dapat saya sumbangkan bagi mereka.”45
Ungkap Elsina Syauta –
Latuheru dalam wawancara yang penulis lakukan.
2. Faktor wilayah
Faktor wilayah menjadi salah satu kendala yang dialami oleh
pejuang kaum perempuan tersebut. Mengapa permasalahan wilayah
menjadi sebuah hambatan atau kendala bagi dirinyakarena wilayah –
45Hasil wawancara dengan Elsye Syauta-Latuheru dalam kegiatan Hening MCT, pada tanggal 2 januari 2015
74
wilayah yang ia kunjungi memerlukan transportasi, tenaga, bahkan
waktu yang berjam – jam untuk sampai di wilayah tersebut.
“Terkadang saya harus menahan rasa takut dan berusaha
memberanikan diri ketika dihadapkan dengan gelombang laut yang
begitu menakutkan”. Namun berdasarkan tuturannya ia mencoba untuk
terus memberanikan diri karena akan selalu diperhadapkan dengan
situasi dan kondisi wilayah yang seperti ini.
3. Faktor Pemerintahan
Selama Elsina Syauta – Latuheru menjalankan aktifitasnya sebagai
seorang aktifis perempuan dan kemanusian, kurang lebih 12 tahun ia
tidak mendapat dukungan langsung dari pemerintah. Dengan semangat
dan perjuanganya serta kerja keras yang ia lakukan ia terus berjuang
walaupun tanpa ada dukungan dari para pemerintah setempat. Selain
itu ia juga mengatakan bahwa “Pemerintah terkadang tidak pernah
mau memikirkan bagaimana cara untuk membuat perubahan yang
terjadi bagi masyarakat pasca konflik. Selama ini apa yang mereka
lakukan tidak berjalan dengan baik, sehingga terkadang menjadi
tantangan atau hambatan juga bagi apa yang akan beta lakukan”.
Karena bagi masyarakat mereka lebih menghargai apa yang dilakukan
untuk mereka dengan sungguh – sungguh daripada yang hanya datang
dan pergi tanpa ada hasil yang mereka peroleh. Oleh sebab itu ketika
pemerintahan tidak menjalankan tugas dan fungsi mereka dengan baik
untuk bertanggung jawab atas para korban konflik maka hal tersebut