37
54 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menjawab mengenai Hubungan Hukum antara para pihak dalam investasi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) kaitannya dengan pemenuhan prinsip Hukum Pasar Modal dan perlindungan Investor pemegang EBA dalam hal terjadinya gagal bayar, dalam hal ini yang diteliti adalah KIK-DBTN03. A. Hubungan Hukum antara Para Pihak dalam Investasi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Kaitannya dengan Pemenuhan Prinsip Hukum Pasar Modal 1. Konstruksi Hukum dan Hubungan Hukum antara Para Pihak KIK-EBA Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-493/BL/2008 tentang Perubahan Peraturan Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) (selanjutnya dalam penulisan disebut Peraturan Nomor IX.K.1), peraturan ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) adalah: Kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang EBA di mana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Berkesesuaian dengan Peraturan Nomor IX.K.1 Bapepam-LK, proses sekuritisasi aset dirinci dalam konstruksi/struktur sebagai berikut:

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

54

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menjawab mengenai Hubungan Hukum antara

para pihak dalam investasi Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun

Aset (KIK-EBA) kaitannya dengan pemenuhan prinsip Hukum Pasar Modal dan

perlindungan Investor pemegang EBA dalam hal terjadinya gagal bayar, dalam

hal ini yang diteliti adalah KIK-DBTN03.

A. Hubungan Hukum antara Para Pihak dalam Investasi Reksa Dana

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Kaitannya

dengan Pemenuhan Prinsip Hukum Pasar Modal

1. Konstruksi Hukum dan Hubungan Hukum antara Para Pihak KIK-EBA

Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan Nomor: KEP-493/BL/2008 tentang Perubahan Peraturan Nomor

IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset

Backed Securities) (selanjutnya dalam penulisan disebut Peraturan Nomor

IX.K.1), peraturan ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kontrak

Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) adalah:

Kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat

pemegang EBA di mana Manajer Investasi diberi wewenang untuk

mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi

wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.

Berkesesuaian dengan Peraturan Nomor IX.K.1 Bapepam-LK, proses

sekuritisasi aset dirinci dalam konstruksi/struktur sebagai berikut:

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

85

gagal bayar (wanprestasi) ke pengadilan sesuai dengan ketentuan Pasal

111 UUPM.

Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari

pelanggaran atas Undang-Undang ini dan atau peraturan

pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan

yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang bertanggung

jawab atas pelanggaran tersebut.

Bentuk perlindungan hukum lainnya yang bersifat represif dalam

UUOJK Pasal 29:

1) memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga

Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang

dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;

2) mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan

milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian,

baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan

kerugian dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan

itikad tidak baik; dan/atau untuk memperoleh ganti kerugian dari

pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau

Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Dari isi Pasal tersebut terlihat bahwa Perlindungan hukum represif

yang diberikan yaitu investor pemegang EBA diberikan kesempatan

untuk melakukan suatu gugatan atau menuntut ganti rugi kepada debitor

maupun yakni perusahaan publik melalui pengadilan jika terjadi risiko

gagal bayar yang nantinya akan ditentukan oleh putusan hakim.

Ketentuan pasal 111 UUPM tersebut hanya berlaku secara umum karena

dalam hal terjadi risiko gagal bayar EBA korporasi, gugatan dan tuntutan

ganti rugi melalui pengadilan diajukan oleh wali amanat.

Kepentingan investor diwakili oleh wali amanat sesuai ketentuan Pasal

51 ayat (2) UUPM, yang mengatakan bahwa “sejak ditandatangani perjanjian

perwaliamanatan antara emiten dan wali amanat, maka wali amanat telah

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

86

sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.”

Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk mewakili

investor pemegang EBA dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan

dengan kepentingan investor pemegang EBA tersebut, termasuk melakukan

penuntutan hak-hak investor pemegang EBA, baik di dalam maupun di luar

pengadilan, tanpa memerlukan surat kuasa khusus dari investor pemegang

EBA. Pasal 21.2 dikatakan bahwa Pemegang EBA tidak memiliki hak untuk

memulai suatu tuntutan, tindakan, atau gugatan dalam hubungan KIK-

DBTN03 terhadap para debitur, penyedia jasa atau pihak ketiga lainnya

kecuali Pemegang EBA telah memberi tahu sebelumnya kepada Bank

Kustodian secara tertulis mengenai wanprestasi yang dilakukan Bank

Kustodian .............. Bank Kustodian menjadi wali amanat untuk memulai

tindakan, tuntutan atau gugatan atas nama Pemengan EBA dengan

permintaan tertulis dari Pemegang EBA yang mana dalam proses

pemberitahuan permintaan tertulis kepada Bank Kustodian harus diwakili

tidak kurang dari 25% dari Jumlah Pokok terhutang atas EBA Kelas A untuk

memulai suatu tindakan, tuntutan, atau gugatan atas namanya dimana

kedudukan Bank Kustodian adalah sebagai Wali Amanat berdasarkan

ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat dalam KIK-DBTN03. Sehingga saat

gagal bayar terjadi untuk Pemegang EBA dengan nominal kurang dari 25%

tidaklah dapat melakukan tindakan, tuntutan, atau gugatan dikarenakan Pasal

21.2 KIK-DBTN03 tersebut, sehingga Pasal 51 ayat (2) UUPM tidak berlaku

untuk investor Pemegang EBA dengan nominal terhutang kurang dari 25%.

Bentuk perlindungan hukum dalam KIK-DBTN03 tidaklah dimuat

pengaturan khusus mengenai hal tersebut, peraturan-peraturan EBA seperti

yang telah dijelaskan diatas mengenai aturan perlindungan hukum untuk

investor pemegang EBA hanya membuat investor terlindungi ketika belum

terjadi gagal bayar (preventif) akan tetapi saat terjadi gagal bayar secara

eksplisit perlindungan hukum itu tidaklah jelas (represif) hanya dikatakan

kalau investor dapat menuntut. Namun, tidak diaturnya pihak yang akan

bertanggung jawab terhadap resiko gagal bayar dari pihak debitur membuat

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

87

pihak investor pemegang EBA bingung untuk menuntut, dikarenakan terjadi

tiga perjanjian atau kontrak sebelum terbitnya EBA, dan ini secara umum

maupun khusus tidaklah diatur dalam UUPM, UUOJK, ataupun dalam KIK-

DBTN03 itu sendiri. Prospektus KIK-DBTN03 mengatakan jika terjadi gagal

bayar oleh debitur, maka penyedia jasa melakukan pendaftaran balik nama

Hak Tanggungan ke atas nama Bank Kustodian dan melakukan eksekusi

terhadap agunan kredit (Properti dibiayai), jadi apabila terjadi gagal bayar dan

tidak jelasnya debitur maka agunan kredit debitur dapat dijual beserta sarana

peningkatan kredit akan tetapi jika agunan tersebut tidak mencukupi untuk

melunasi EBA maka hal ini sudah merupakan risiko investor. Penerbit hanya

bertanggung jawab sebesar aset keuangan Sarana Peningkatan Kredit. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum bagi investor pemegang EBA

masih lemah yang mana tidak memenuhi kepentingan investor.

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

55

(Gambar 4)

Struktur/Konstruksi Penerbitan EBA di Indonesia Berdasarkan Pereturan Bapepam-LK

Nomor XI.K.1

Keterangan Gambar:

a. Terdapat Fasilitas Kredit atau perjanjian hutang piutang antara Debitur

dengan Kreditur Awal.

b. Manajer Investasi dan Bank Kustodian membuat Kontrak Investasi

Kolektif EBA.

Debitur Kreditur Awal

Akta

Pembelian

Kredit

Perjanjian

Pemberian

Jaminan

Pemberi Jasa

Akta jual

Beli/Tukar

Menukar

Piutang

Akta Cessie

Perjanjian

Jaminan

Ikut Berlaih

Akta

Penyedia

Jasa

Penagihan

Pemberitahuan

tentang adanya

Cessie

KIK EBA Manajer Investasi Bank Kustodian

Dokumen

Keterbukaan EBA

Investor

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

56

c. Manajer Investasi membeli/tukar menukar aset-aset keuangan dari

Kreditur Awal untuk dan atas nama Kontrak Investasi Kolektif.

d. Bank Kustodian menyimpan aset-aset keuangan dalam rekening KIK-

EBA.

e. Manajer Investasi untuk dan atas nama KIK-EBA menerbitkan instrumen

EBA untuk dijual kepada Investor.

f. Investor membayarkan harga pembelian instrumen EBA ke rekening Bank

Kustodian.

g. KIK-EBA mengeluarkan sertifikat EBA kepada Investor Pemegang EBA.

h. Bank Kustodian melakukan pembayaran kepada Kreditur Awal sebagai

pembayaran harga pembelian aset-aset keuangan.

i. Hak dan Kewajiban yang mengikuti aset-aset keuangan beralih ke KIK-

EBA.

j. Kreditur Awal sebagai Penyedia Jasa menagih Debitur atas angsuran

pembayaran tagihan-tagihan sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.

k. Kreditur Awal sebagai penyedia Jasa membayarkan kepada Bank

Kustodian segala angsuran pembayaran tagihan-tagihan yang berhasil

ditagih.

l. Bank Kustodian menerima pembayaran dari Kreditur Awal sebagai

Penyedia Jasa atas Pembayaran tagihan-tagihan Debitur tersebut untuk

disimpan dalam rekening Bank Kustodian untuk dan atas nama KIK-EBA.

m. Kumpulan pembayaran tagihan-tagihan Debitur tersebut dikelola oleh

Manajer Investasi untuk kepentingan Investor Pemegang EBA.

n. Bank Kustodian membayarkan pokok dan bunga dari instrumen EBA

kepada Investor Pemegang EBA.

Menilik melalui Kostruksi yang telah dijelaskan diatas ternyata dapat dilihat

bahwa terdapat banyak pihak, terdapat banyak proses dalam penerbitan KIK-

EBA, terdapat banyak kontrak/perjanjian sebelum terbitnya KIK-EBA, yang sulit

untuk dipahami karena prosesnya yang dapat dikatakan terbilang rumit.

Untuk hubungan hukum dalam KIK-EBA itu sendiri dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

57

a. Jika melihat Peraturan Bapepam-LK Nomor: IX.K.1, transaksi KIK-EBA

prosensnya pertama kali diawali dengan adanya kontrak-kontrak antara

Kreditur Awal/Fasilitas kredit atau perjanjian hutang, Kreditur Awal dalam

KIK-DBTN03 disini adalah Bank BTN. Debitur dalam hal ini memberikan

jaminanya kepada Kreditur Awal sebagai Jaminan bahwa Debitur akan

membayar hutangnya, jaminan tersebut kemudian dijadikan aset likut oleh

Kreditru Awal. Terdapat kontrak/perjanjian antara kedua belah pihak yakni

Kreditur Awal dan Debitur dimana pada dasarnya menimbulkan tagihan

keuangan bagi Kreditur Awal dan di lain pihak menimbulkan kewajiban

pembayaran bagi Debitur, tagihan keuangan tersebut merupakan aset

keuangan milik Kreditur Awal yang akan menjadi underlying assets untuk

penerbitan instrumen EBA. Disimpulkan, bahwa hubungan hukum yang

pertama terjadi adalah antara Kreditur Awal dan Debitur.

b. Lalu, Kreditur Awal menawarkan aset-aset likuid dari Debitur ke Pasar

Modal yakni pada Reksa Dana (PT.Dana Reksa) Kontrak Investasi Kolektif

EBA. Yang menyebabkan, Manajer Investasi (dalam KIK-DBTN03 Manajer

Investasninya adalah PT.Danak Reksa) membeli/tukar menukar aset-aset

keuangan dari Kreditur Awal (Bank BTN) untuk dan atas nama KIK-EBA

dalam perjanjian kedua ini Manajer Investasi mengikatkan diri untuk

mengelola instrumen EBA yang telah beralih dari Kreditur Awal ke Reksa

Dana (PT.Dana Reksa) Kontrak Investasi Kolektif EBA dalam bentuk

portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian (dalam KIK-DBTN03 Bank

Kustodiannya adala Bank Mandiri) mewakili kepentingan investor.

Disimpulkan, bahwa hubungan hukum yang kedua terjadi antara Manajer

Investasi dan Bank Kustodian yang mengikatkan diri pada Reksa Dana

(PT.Dana Reksa) Kontrak Investasi Kolektif EBA.

c. Selanjutnya, Manajer Investasi untuk dan atas nama KIK-EBA menerbitkan

instrumen EBA untuk dijual kepada Investor. Hal ini menyebabkan, Manajer

Investasi dan Bank Kustodian menjadi terikat untuk melaksanakan prestasi

mereka kepada pihak ketiga yakni Investor pembeli EBA. Dapat dilihat

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

58

bahwa hubungan hukum ketiga terjadi antara Manajer Investasi, Bank

Kustodian dan pihak Ketiga yakni Investor.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa dalam KIK-EBA terdapat 3 perjanjian,

dimana dalam setiap perjanjian para pihak yang mengikatkan diri juga berbeda

dan masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban serta tanggungjawab yang

berbeda pula, yang mana antara perjanjian satu dan lainnya para pihak tidak

bertanggungjawab untuk perjanjian selain pokoknya. Sebelum diterbitkannya

EBA kepada investor, hak milik atas tagihan tersebut dialihkan kepada KIK-EBA.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.K.1, peristiwa

perdata yang merupakan alas hak perolehan kepemilikan atas piutang bagi KIK-

EBA:

a. Perjanjian jual beli piutang/tagihan; atau

b. Perjanjian tukar menukar/tagihan.

Dengan terjadinya jual beli atau tukar-menukar tagihan-tagihan keuangan,

maka segala perjanjian-perjanjian jaminan ikut terjual atau tertukar bersama

dengan perjanjian pokoknya. Perjanjian-perjanjian jaminan tersebut akan ikut

beralih ke tangan pemilik perjanjian pokoknya. Hal ini, menyebabkan Kreditur

Awal pada prinsipnya tidak bertanggung jawab lagi apabila dikemudian hari

ternyata Debitur tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutangnya.

Sehingga dalam hal ini risikonya sudah beralih kepada pihak pembeli piutang

yang dalam hal ini adalah Reksa Dana (PT.Dana Reksa) Kontrak Investasi

Kolektif EBA (Munir Fuady, 2002:59). Yang mana diperkuat juga dengan

adanya, Pasal 1533 KUHPerdata yang mengatakan: “Penjualan suatu piutang

segala sesuatu yang melekat padanya, seperti penanggungan-penanggungan hak

istimewa dan hipotik-hipotik.” Kemudian Pasal 1546 KUHperdata mengatakan

bahwa untuk ketentuan jual beli piutang juga berlaku tukar menukar, yang mana

perjanjian-perjanjian jaminan yang melekat pada perjanjian pokok akan ikut

beralih ke tangan pemilik perjanjian pokok yang baru dalam hal ini Reksa Dana

(PT.Dana Reksa) Kontrak Investasi Kolektif EBA.

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

59

2. Kaitan Konstruksi Hukum dan Hubungan Hukum antara Para Pihak

KIK-EBA dengan Pemenuhan Prinsip Hukum Pasar Modal

a. Keterbukaan Informasi

Pasal 1 angka 25 UUPM menyebutkan bahwa,

”Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan

Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-

Undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu

yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau

Efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal

terhadap efek dimaksud dan atau harga efek tersebut”.

Pada dasarnya pelaksanaan keterbukaan di pasar modal dilakukan

melalui 3 (tiga) tahap, yaitu (M. Irsan Nasarudin, 2001:226) yaitu:

1) Keterbukaan pada saat melakukan penawaran umum (primary

market level), yang didahului dengan pengajuan Pernyataan

Pendaftaran Emisi ke Bapepam dengan menyertakan semua

dokumen penting yang dipersyaratkan dalam Peraturan Bapepam

Nomor IX.C.10 tentang Pedoman Bentuk dan Isi Pernyataan

Pendaftaran, antara lain : Prospektus, Laporan Keuangan yang telah

diaudit akuntan, Perjanjian Emisi, Legal Opinion, dan sebagainya.

UUPM mengatur mengenai keterbukaan pada saat melakukan

penawaran umum dalam Pasal 1 angka 7 mengenai informasi atau

fakta material, Pasal 80 ayat (1) mengenai tanggung jawab atas

informasi yang tidak benar, Pasal 86 ayat mengenai pelaporan dan

keterbukaan informasi yang dalam hal ini isi dari Pasal-pasal

tersebut terwakili oleh adanya Peraturan Nomor IX.C.10/Keputusan

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-51/Pm/1997

tentang Pedoman Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka

Penawaran Umum Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities)

menentukan informasi yang harus dimuat dalam Prospektus Efek

Beragun Aset. Pasal 1 angka 26 UUPM mengatakan bahwa

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

60

Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan

Penawaran Umum.

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Danareksa

BTN03-KPR (selanjutnya disebut KIK-DBTN03) telah memenuhi

prinsip keterbukaan informasi hukum pasar modal tahap pertama

yakni keterbukaan saat penawaran umum. Hal ini dapat dilihat dalam

Prospektus KIK-DBTN03 dimana prospektus tersebut terdiri atas:

a) Pada bagian luar kulit Prospektus:

(1) lengkap, logo, nomor telepon, nomor faksimili dan alamat

kantor, Kreditur Awal, Arranger dan Pendukung Kredit,

Manajer Investasi, Bank Kustodian dan Penjamin Pelaksana

Emisi;

(2) tanggal efektif, tanggal penjatahan, tanggal distribusi Efek

Beragun Aset secara elektronik, nama Bursa Efek dan tanggal

pencatatan;

(3) penjelasan singkat mengenai jenis aset yang menjadi

portofolio dari Efek Beragun Aset;

(4) sifat, jumlah, harga, dan keterangan singkat tentang hak-hak

PemegangEfek Beragun Aset;

(5) penjelasan singkat mengenai pendukung kredit;

(6) tempat dan tanggal Prospektus diterbitkan;

(7) hasil pemeringkatan;

(8) pernyataan yang dicetak dalam huruf besar bahwa:

BAPEPAM TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN

MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI,

TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU

KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP

PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN

HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN

MELANGGAR HUKUM; dan

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

61

MANAJER INVESTASI DAN PENJAMIN PELAKSANA

EMISI EFEK BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA

ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU

FAKTA MATERIAL, SERTA KEJUJURAN PENDAPAT

YANG TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS INI;

(9) Faktor risiko Efek Beragun Aset;

b) daftar isi;

c) keterangan singkat tentang hal-hal terpenting mengenai Efek

Beragun Aset disertai referensi dengan menyebutkan nomor

halaman Prospektus di mana terdapat penjelasan lebih lanjut

mengenai hal dimaksud;

d) informasi mengenai Efek Beragun Aset, antara lain :

(1) proyeksi arus kas dan proyeksi keuangan Kontrak Investasi

Kolektif Efek Beragun Aset;

(2) laporan keuangan awal Kontrak Investasi Kolektif Efek

Beragun Aset yang diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di

Bapepam serta pendapat Akuntan tersebut;

(3) informasi tentang Kreditur Awal yang berkaitan dengan aset

keuangan dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif

disertai dengan data historis tentang pembayaran aset-aset

keuangan tersebut;

(4) perkiraan hasil portofolio Kontrak Investasi Kolektif, setiap

kelas unit Efek Beragun Aset, dan setiap unit Efek Beragun

Aset dalam berbagai kondisi perekonomian termasuk

kondisi yang ekstrim;

(5) informasi mengenai rata-rata tertimbang jatuh tempo aset

keuangan portofolio dan kemungkinan pembayaran sebelum

jatuh tempo atas aset keuangan dalam portofolio Kontrak

Investasi Kolektif Efek Beragun Aset;

(6) ketentuan mengenai investasi kembali arus kas Kontrak

Investasi Kolektif, jika ada;

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

62

(7) informasi bahwa Efek Beragun Aset sesuai untuk investasi

bagi jenis pemodal kelembagaan tertentu;

(8) prosedur pelaporan kepada pemegang Efek Beragun Aset;

(9) perlakuan/standar akuntansi yang dipergunakan dan

frekuensi pemeriksaan oleh Akuntan; dan

(10) uraian metode penjatahan Efek Beragun Aset, jika ada;

e) pengalaman Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun

Aset;

f) pengalaman Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun

Aset;

g) asuransi dan jaminan lainnya, jika ada;

h) perpajakan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset termasuk

perpajakan bagi pemodal baik dari dalam maupun luar negeri;

i) hasil pemeringkatan dari perusahaan pemeringkat yang telah

memperoleh izin dari Bapepam;

j) pendapat dari Konsultan Hukum yang terdaftar di Bapepam

antara lain meliputi keabsahan perjanjian yang berkaitan dengan

Efek Beragun Aset, hak dan kewajiban pemegang untuk setiap

kelas Efek Beragun Aset, kesesuaian setiap kelas Efek Beragun

Aset untuk pemodal tertentu, dan perkara yang berkaitan dengan

aset keuangan dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif;

k) nama, alamat, dan tanggung jawab Biro Administrasi Efek, jika

ada, Kreditur Awal, Penyedia Jasa, dan Lembaga Pemeringkat;

l) faktor risiko antara lain :

(1) risiko likuiditas dan risiko pasar Efek Beragun Aset;

(2) risiko nilai tukar mata uang dan risiko suku bunga;

(3) risiko kredit aset keuangan dalam portofolio Kontrak

Investasi Kolektif Efek Beragun Aset;

(4) risiko pembayaran atas aset keuangan dalam portofolio

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset sebelum

jatuh tempo;

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

63

(5) risiko operasional dalam pelaksanaan kegiatan Manajer

Investasi, Bank Kustodian, dan Penyedia Jasa; dan

(6) risiko yang berkaitan dengan segi hukum;

m) Sarana Peningkatan Kredit (Credit Enhancement)/Arus Kas

(Cash Flow), jika ada;

n) hak-hak pemegang Efek Beragun Aset termasuk antara lain hak-

hak untuk memperoleh:

(1) laporan keuangan secara periodik;

(2) informasi mengenai pajak yang wajib dibayar oleh

pemegang Efek Beragun Aset; dan

(3) pembayaran kepada pemegang Efek Beragun Aset; dan

o) tata cara dan persyaratan pemesanan Efek Beragun Aset.

Pertanggungjawaban dalam Keterbukaan pada saat melakukan

penawaran umum, Manajer Investasi (PT.Dana Reksa) dan penjamin

pelaksana emisi efek bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran

semua informasi atau fakta material, serta kejujuran pendapat yang

tercantum dalam prospektus.

2) Keterbukaan setelah emiten (perusahaan publik) mencatat dan

memperdagangkan efeknya di bursa (secondary market level).

Dalam hal ini emiten wajib menyampaikan laporan keuangan secara

berkala dan terus menerus (continuously disclosure) kepada

Bapepam dan bursa, termasuk laporan keuangan berkala yang diatur

dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-

36/Pm/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala (selanjutnya disebut Peraturan Bapepam Nomor X.K.2).

Setelah emiten mencatat dan memperdagangkan efeknya di bursa,

bentuk keterbukaan yang wajib emiten lakukan adalah

menyampaikan laporan keuangan secara berkala dan terus menerus

(continuously disclosure) kepada Bapepam-LK dan bursa termasuk

laporan keuangan berkala yang diatur dalam Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-36/Pm/2003 tentang Kewajiban

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

64

Penyampaian Laporan Keuangan Berkala (selanjutnya disebut

Peraturan Bapepam Nomor X.K.2).

KIK-DBTN03 dalam hal ini telah memenuhi keterbukaan

setelah emiten mencatat dan memperdagangkan efeknya di bursa

dengan adanya ketentuan dari Pasal 15.2 huruf m menyebutkan

bahwa "Manajer Investasi wajib menyampaikan kepada Bapepam-

LK laporan tahunan KIK-DBTN03 yang telah diaudit dan Pasal 18.2

huruf t dimana dikatakan bahwa Bank Kustodian berkewajiban

memberi laporan-laporan (berkala dan bila diminta) kepada Manajer

Investasi, Pendukung Kredit, Lembaga Pemeringkat, Bapepam-LK,

termasuk laporan insidental kepada para Pemegang EBA serta dalam

Pasal 22 KIK-DBTN03 dikatakan bahwa laporan keungan tahunan

wajib disampaikan kepada Bapepam-LK oleh Manajer Investasi

setelah diaudit oleh akuntan. Diketahui dengan adanya Pasal-pasal

tersebut dalam KIK-DBTN03, KIK-DBTN03 telah memenuhi

keterbukaan informasi tahap kedua dengan mewajibkan emiten

untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala dan terus

menerus (continuously disclosure) kepada Bapepam-LK dan bursa

termasuk laporan keuangan berkala. Para pihak yang terlibat dalam

hubungan hukum ini adalah Manajer Investasi (PT.Dana Reksa),

Bank Kustodian (Bank Mandiri), Pendukung Kredit (PT.SMF),

Lembaga Pemeringkat, dan Bapepam-LK (OJK) untuk

dipertanggungjawabkan kepada maisng-masing pihak terutama

investor

3) Keterbukaan karena terjadi peristiwa penting dan laporannya harus

disampaikan secara tepat waktu (timely disclosure) yakni peristiwa

yang dirinci dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Nomor Kep-86/Pm/1996 tentang Keterbukaan Informasi

(selanjutnya disebut Peraturan Bapepam nomor X.K.1).

Keterbukaan karena terjadi peristiwa penting dan laporannya

harus disampaikan secara tepat waktu (timely disclosure) yakni

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

65

peristiwa yang dirinci dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas

Pasar Modal Nomor Kep-86/Pm/1996 tentang Keterbukaan

Informasi (selanjutnya disebut Peraturan Bapepam nomor X.K.1),

yang dimaksud adalah Informasi atau Fakta Material yang

diperkirakan dapat mempengaruhi harga Efek atau keputusan

investasi pemodal, contohnya adalah keadaan kahar.

KIK-DBTN03 telah memenuhi prinsip keterbukaan informasi

mengenai keterbukaan karena terjadi peristiwa penting dan

laporannya harus disampaikan secara tepat waktu (timely

disclosure). Dapat kita lihat mengenai Keadaan Kahar yang diatur

KIK-DBTN03 pada Pasal 24.1 dimana dikatakan bahwa “keadaan

kahar adalah semua kejadian yang timbul setelah tanggal kontrak

yang tidak dapat diduga sebelumnya, tidak dapat dihindari dan di

luar kendali suatu Pihak, dan yang mencegah seluruh pelaksanaan

atau sebagian besar darinya oleh Pihak tersebut. Yang termasuk

keadaan kahar adalah perang, bencana alam, mogok, sabotase,

perselisihan tenaga kerja yang dianggap penting atau setiap

kejadiaan yang merupakan kehendak Tuhan (act of God).”

Kemudian, dalam Pasal 24.2 KIK-DBTN03 mewajibkan Pihak yang

terkena dampak atas kejadiaan tersebut untuk memberitahu Pihak

lainnya dan Lembaga Pemeringkat secara tertulis mengenai kejadian

tersebut dan juga wajib untuk mengumumkan kepada para

Pemegang EBA.

Jika dilihat KIK-DBTN03 telah memenuhi prinsip keterbukaan

informasi dengan terpenuhinya tiga tahapan keterbukaan informasi

dalam Pasal-pasal KIK-DBTN03.

b. Profesionalisme dan Tanggung Jawab Para Pelaku Pasar Modal

Pasal 1 angka 21 UUPM, dijelaskan tentang Perusahaan Efek.

Pada Pasal ini menjelaskan bahwa perusahaan efek haruslah

memperhatikan prinsip/asas Profesionalisme dan tanggung jawab,

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

66

dimana dalam pasal ini dikatakan bahwa perusahaan efek merupakan

pihak yang bertanggung jawab melakukan kegiatan usaha sebagai

penjamin Emisi efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer

Investasi harus memberiakan jasa secara profesional.

Prinsip Profesionalisme juga berhubungan dengan tanggung

jawab para pelaku pasar modal. Oleh karenanya, Pasal 80 UUPM

mengatur mengenai pertanggungjwaban dari pihak/para pelaku pasar

modal, mereka terdiri atas:

1) Setiap pihak yang menandatangani Pernyataan Pendaftaran.

2) Direktur dan Komisaris Emiten.

3) Penjamin Pelaksanaan Emisi Efek.

4) Profesi penunjang pasar modal.

Adanya Pasal 3 KIK-DBTN03 tentang Perjanjian Untuk

Kepentingan Para Pemegang EBA yakni Pasal 3.1 mengatakan bahwa

Manajer Investasi dan Bank Kustodian mengikatkan diri kepada para

Pemengang EBA untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban

Manajer Investasi dan Bank Kustodian. Sehingga terpenuhinya prinsip

profesionalisme dan tanggung jawab dalam Pasar Modal yang terdapat

dalam Pasal 21 angka 1 UUPM dan Pasal 80 UUPM dimana dalam

KIK-DBTN03 Manajer Investasi dan Bank Kustodian selaku pihak

yang menandatangani pernyataan pendaftaran haruslah berlaku

profesional dan bertanggung jawab kepada para Pemegang EBA

dengan mengikatkan diri dan memenuhi semua kewajiban-

kewajibannya masing-masing.

Secara lebih signifikan, Peraturan Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor Kep

178/Bl/2008 tentang Perubahan Peraturan Nomor V.G.5 tentang

Fungsi Manajer Investasi Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset (Asset

Backed Securities) juga mengatur mengenai prinsip profesionalisme

dan tanggung jawab dari manajer investasi, hal itu terdiri atas:

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

67

1) Melakukan tugas dan bertanggung jawab atas pengelolaan

portofolio kontrak investasi kolektif efek beragun aset

sebagaimana ditentukan dalam kontrak investasi kolektif;

2) Bertindak dengan cermat dan sikap profesional dalam meneliti

kreditur awal, aset keuangan yang akan diperoleh, aspek hukum

dan perpajakan, dan hal lain dalam proses strukturisasi efek

beragun aset;

3) Bertanggung jawab atas keterbukaan dan kebenaran atas fakta

material tentang efek beragun aset, sebagaimana dinyatakan

dalam dokumen keterbukaan efek beragun aset dan dalam

pernyataan pendaftaran apabila efek beragun aset tersebut

ditawarkan melalui penawaran umum.

Peraturan Nomor: VI.A.2 dimana dikatakan bahwa Bank

Kustodian haruslah bersikap profesional dengan memenuhi instruksi

manajer investasi yang sesuai dengan ketentuan dalam kontrak

investasi kolektif. Kemudian bank kustodian dilarang untuk

memenuhi instruksi manajer investasi apabila instruksi tersebut

bertentangan dengan kontrak investasi kolektif atau bertentangan

dengan tanggung jawabnya untuk melindungi aset keuangan

portofolio kontrak investasi kolektif, dan bank kustodian wajib

melaporkan instruksi tersebut secara tertulis kepada Bapepam-LK

(sekarang OJK) dan selanjutnya bank kustodian dapat melaksanakan

instruksi tersebut jika ada persetujuan terlebih dahulu dari Bapepam-

LK (sekarang OJK).

Pemenuhan Prinsip Profesionalisme dan tanggung jawab

Peraturan Nomor V.G.5 tentang Fungsi Manajer Investasi dan

Peraturan Nomor: VI.A.2 Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset dapat

dilihat dengan adanya Pasal 15 KIK-DBTN03 yakni mengenai Tugas

dan Tanggung Jawab Manajer Investasi dimana diuraikanlah tugas

dan tanggung jawab tersebut kedalam Pasal 15.1-Pasal 15.6 KIK-

DBTN03. Kemudian, dalam Pasal 18 KIK-DBTN03, pada Pasal ini

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

68

diuraikan mengenai Tugas dan Tanggung Jawab Bank Kustodian

yakni dari Pasal 18.1 hingga Pasal 18.9. Adanya Pasal-pasal tersebut

menunjukkan bahwa KIK-DBTN03 memenuhi prinsip dalam hukum

Pasar Modal Profesionalisme dan tanggung jawab sebab dengan

adanya Pasal tersebut dalam KIK-DBTN03 diharapkan Manajer

Investasi dan Bank Kustodian dapat Profesional dan

bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas masing-masing.

Prinsip/asas pasar modal Profesionalisme dan tanggung jawab

para pelaku Pasar Modal juga diatur dalam Peraturan Nomor: IX.K.1

yang mengatur profesionalisme dan tanggung jawab dari penyedia

jasa (servicer) dalam KIK EBA bentuk profesionalisme dan tanggung

jawab itu adalah penyedia jasa (servicer) diberi tanggung jawab untuk

memproses dan mengawasi pembayaran yang dilakukan debitur;

melakukan tindakan awal berupa peringatan atau hal-hal lain karena

debitur terlambat atau gagal memenuhi kewajibannya, melakukan

negosiasi, menyelesaikan tuntutan terhadap debitur dan jasa lain yang

ditetapkan dalam kontrak. Kemudian, untuk profesi penunjang seperti

konsultan hukum juga diatur mengenai Prinsip/asas Profesionalisme

dan tanggung jawab para pelaku Pasar Modal dimana dalam

penerbitan EBA, konsultan hukum haruslah bersikap profesional

dengan bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan dari segi

hukum dan memberikan pendapat hukum mengenai keabsahan

perjanjian yang berkaitan dengan efek beragun aset, hak dan

kewajiban pemegang untuk setiap kelas efek beragun aset, kesesuaian

setiap kelas efek beragun aset untuk pemodal tertentu, dan perkara

yang berkaitan dengan aset keuangan dalam portofolio kontrak

investasi kolektif. Akuntan publik sebagai profesi penunjang dalam

kegaiatan pasar modal juga dituntut untuk memenuhi Prinsip/asas

Profesionalisme dan tanggung jawab para pelaku Pasar Modal, dalam

hal ini akuntan publik bertanggung jawab untuk memeriksa aset

keuangan yang akan dialihkan oleh kreditur awal kepada penerbit dan

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

69

juga memeriksa laporan keuangan awal dan laporan keuangan tahunan

kontrak investasi kolektif. Akuntan publik dalam menjalankan

tanggung jawabnya harus tunduk pada prinsip akuntansi yang berlaku

umum serta pada peraturan Bapepam-LK (sekarang namanya OJK).

Akan tetapi, untuk penyedia jasa dan profesi penunjang tidak diatur

dalam KIK-DBTN03 sebab dibentuk perjanjian terpisah untuk

keduanya.

Dari beberapa uraian regulasi hukum diatas terkait para

pihak/pelaku pasar modal. Dapat dicermati bahwa KIK-DBTN03 telah

menerapkan Prinsip/asas pasar modal yakni Profesionalisme dan

tanggung jawab para pelaku Pasar Modal sebagaimana diatur dalam

UUPM dan regulasi lainnya terkait EBA walau pun untuk penyedia

jasa dan profesi penunjang tidak diatur dalam KIK DBTN-03 sebab

dibentuk perjanjian terpisah untuk keduanya.

c. Pasar yang Tertib dan Modern

Indikator dari prinsip pasar modal tertib dan modern adalah

sebagai berikut (Mohammad Samsul, 2006:7):

1) Mekanisme perdagangan sudah tanpa warkat (scripless trading);

UUPM dalam Pasal 55 ayat (1) dimana dinyatakan bahwa

“Penyelesaian Transaksi Bursa dapat dilaksanakan dengan

peyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau cara lain yang

diterapkan dengan Peraturan Pemerintah”.

Transaksi perdagangan Efek tanpa warkat merupakan Sistem

perdagangan Efek di bursa Efek yang dilaksanakan secara

elektronik dengan penyelesaian melalui sistem pemindah bukuan

(book-entry settlement system) atau perpindahan Efek maupun dana

hanya melalui mekanisme debit-kredit atas suatu rekening sekuritas

(securities account). Adapun tanda bukti kepemilikan Efek tidak

lagi akan berbentuk fisik sertifikat Efek, tetapi diwujudkan dalam

rekening Efek pada Kustodian Sentral.

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

70

KIK-DBTN03 dalam Pasal 6 Efek Beragun Aset yakni dalam

Pasal 6.12 diketahui bahwa Penerbitan Sertifikat Jumbo EBA Kelas

A adalah tanpa warkat melalui mekanisme transaksi over the

counter (OTC). Kemudian, Pasal 7 Ketentuan-Ketentuan dan

Syarat-Sayarat EBA telah mengatur menegenai transaksi tanpa

warkat tersebut yakni dalam Pasal 7.2 huruf i dan Pasal 7.3 huruf g

dimana metode pembayaran dalam KIK-DBTN03 Kelas A dan

Kelas B dilakukan dengan cara elektronik yakni transfer ke

rekening efek Kustodian Sentral Pemegang EBA pada tiap

pembayaran. Diketahui bahwa, prinsip tertib dan modern dalam

Hukum Pasar Modal telah diatur di KIK-DBTN-03 yakni

mekanisme perdagangan yang tanpa warkat.

2) Terdapat Pasar Kesatu, Pasar Kedua, Pasar ketiga dan Pasar

Keempat;

Menurut Mohammad Samsul (2006:46) terdapat empat kategori

pembagian pasar modal, yaitu :

a) Pasar perdana/pertama adalah tempat atau sarana bagi

perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau

obligasi ke masyarakat umum.

b) Pasar Kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek

antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui

perantara efek.

c) Pasar Ketiga adalah saran transaksi jual-beli efek antara market

maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker.

Market maker adalah anggota bursa yang saling bersaing satu

sama lain untuk menentukan harga saham.

d) Pasar Keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor

jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi

ini dilakukan secara tatap muka dan dilaksansakan oleh para

investor besar karena dapat menghemat biaya transaksi

daripada dilakukan di pasar sekunder.

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

71

Untuk pengaturan mengenai pasar kesatu, kedua, ketiga, dan

keempat tidaklah dimuat dalam KIK-DBTN03 sebab transaksi

dilakukan dilapangan secara langsung terhadap investor tanpa

aturan tertulis/aturannya dibuat sesuai yang diperjanjikan

dilapangan.

3) Jumlah jenis saham dan obligasi yang diperdagangkan sangat

banyak dan kapitalisasi pasar sangat besar;

Hal ini tidaklah dimuat dalam KIK-DBTN03, sebab untuk

jumlah dan jenis saham yang diperdagangkan diperjanjikan dalam

aturan lain.

4) Terdapat lembaga central custodian dan central clearing;

Central custodian atau lebih dikenal dengan Kustodian Sentral

Efek Indonesia (KSEI) adalah lembaga penyimpanan dan

penyelesaian di pasar modal Indonesia yang menyediakan jasa

kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek

(http://kamusbisnis.com/?s=kustodian+sentral). Central clearing

atau dikenal dengan Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI)

dibentuk karena bertujuan untuk menyediakan jasa kliring dan

penjaminan penyelesaian transaksi bursa agar tertib, teratur, wajar

dan efisien. Untuk KIK-DBTN03 sendiri dalam tiap Pasalnya

menyertakan KSEI untuk menerbitkan, melaporkan, memelihara

memperbaharui nama-nama para Pemegang EBA kepada Bank

Kustodian.

5) Efek yang disimpan di central custodian sudah atas nama investor

bukan atas nama perusahaan broker (street name);

KIK-DBTN03 dalam Pasal 6.8 telah mengatur mengenai hal

tersebut, yakni dikatakan bahwa tiap Pemegang EBA Kelas A

wajib membuka rekening atas namanya sehingga prinsip hukum

pasar modal tertib dan modern telah terpenuhi.

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

72

6) Tidak ada diskriminasi aturan dalam kepemilikan saham.

Dengan adanya prinsip tertib dan pasar modern dalam pasar

modal maka, tidak ada pembedaan perlakuan terhadap sesama

pemilik saham, dari yang memiliki saham tertinggi sampai yang

terendah sekalipun dalam kegiatan di pasar modal. KIK-DBTN03

telah menerapkan hal tersebut dalam Pasal 23 mengenai Rapat

Pemegang EBA dimana dalam Pasal 23.1 semua Pemegang EBA

Kelas A maupun Kelas B dapat memutuskan hal-hal yang

berkenaan dengan modifikasi syarat-syarat pembayaran EBA,

Tanggal Pembayaran, Tanggal Jatuh Tempo Final, penggantian

Penyedia Jasa dan Penggantian Bank Kustodian dengan ketentuan

Pemegang EBA Kelas A dan B telah membayar lunas. Dari hal

tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada pembedaan pemeberlakuan

untuk Pemegang EBA tertinggi dan yang terendah.

d. Efisiensi

Setelah memahami mengenai prinsip efisiensi dari pasar modal

di Indonesia. Penulis kemudian akan membahas penerapan prinsip ini

dalam KIK EBA. Prinsip Efisiensi dalam KIK EBA telah diterapkan,

hal ini dapat kita lihat dari prinsip keterbukaan informasi yang telah

diterapkan dalam EBA dimana KSEI menyediakan fasilitas Investor

Area. Fasilitas Investor Area, akan memungkinkan nasabah sebagai

end client memonitor data posisi kepemilikan Efek dan mutasinya

secara real time, sehingga perlindungan dan transparansi atas

portofolio nasabah terjamin. Bagi Anggota Bursa (AB), fasilitas

memberikan manfaat, yaitu meningkatkan efisiensi dan akurasi

pelaporan dan memiliki tujuan untuk meningkatkan perlindungan dan

transparansi atas portofolio nasabah, sekaligus mengantisipasi

penyalahgunaan atau penyelewengan Efek atau dana nasabah oleh

pihak-pihak tertentu (Fokuss, 2009). Ini merupakan penerapan dari

prinsip Efisiensi dalam Pasar Modal di KIK EBA yang

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

73

menguntungkan investor, dimana melindungi investor dalam

mendapatkan informasi yang sama di antara sesama pelaku transaksi

efek.

Prinsip Efisiensi dapat kita lihat penerapannya dalam EBA

yakni, pada bank atau lembaga keuangan sebagai kreditur awal

(originator) prinsip efisiensi yang diterapkan melalui penggunaan

modal yang efisien dalam EBA dimana berakibat pada struktur neraca

perusahaan yang semakin besar daya ungkitnya (leverage) akibat

prinsip efisiensi dari EBA yang menyebabkan relatif tingginya daya

ungkit (leverage) yang menguntungkan bank atau lembaga keuangan

sebagai kreditur awal (originator) dan ini merupakan salah satu

keunggulan dari EBA.

EBA melakukan perdagangan yang efisien dimana para pihak

yang berkepentingan dengan perdagangan efek dapat melakukan

perdagangan dengan mudah, cepat dan dengan biaya yang relatif

murah, semua pihak merupakan pembentuk harga (price taker)

termasuk di dalamnya adalah penyelesaian transaksi yang cepat dan

murah ini merupakan bentuk akurasi dari ekspektasi harga perwujudan

prinsip efisiensi pasar modal yang diterapkan dalam EBA. (R. Erwin

Hendarwin, 2015: 13).

Selanjutnya, seperti yang telah dibahas dalam prinsip pasar modal

tertib dan modern diketahui bahwa Pemegang Rekening KSEI di KIK

EBA dapat mentransaksikan instrumen ini melalui pemindahbukuan

(scripless trading). Untuk KIK-DBTN03 sendiri prinsip efisiensi

pasar modal telah juga diterapkan hal tersebut dapat dilihat pada Pasal

6.8 yakni, dikatakan bahwa tiap Pemegang EBA Kelas A wajib

membuka rekening atas namanya, dengan demikian, penerbitan,

pentransferan, maupun pembayaran EBA dapat dilakukan secara

elektronik sehingga dapat menciptakan efisiensi bagi penerbit EBA

dan pelaku pasar, ini merupakan pemenuhan dari prinsip hukum pasar

modal tertib dan modern (menggunakan alat elektronik/transfer) dan

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

74

melakukan penyimpanan maupun pembayaran dengan cara

elektronik/transfer membuat penyimpanan maupun pembayaran EBA

menjadi lebih sederhana dan menghemat waktu, ini adalah prnisip

efisiensi dari KIK EBA. Terpenuhinya prinsip pasar modal tertib dan

modern secara otomatis juga menyebakan terpenuhinya prinsip pasar

modal efisien sebab prinsip pasar modal tertib dan modern berjalan

beriringan dengan prinsip pasar modal yang efisien. Mencermati apa

yang telah penulis bahas diatas dapat disimpulkan bahwa KIK-

DBTN03 telah menerapkan prinsip efisiensi tersebut.

e. Kewajaran

KIK-DBTN03 Pasal 6 tentang Efek Beragun Aset pada Pasal

6.1 dikatakan bahwa Manajer Investasi dan Bank Kustodian

bekerjasama dengan Penjamin Efek akan mengundang masyarakat

untuk berinvestasi dalam EBA Kelas A dari KIK-DBTN03 dengan

menawarkan partisipasi kepemilikan bersama atas Kumpulan Tagihan

yang dibeli Kreditur Awal (Originator), dari isi Pasal tersebut

diketahui bahwa tidak adanya suatu intervensi baik oleh pemerintah,

pihak-pihak penyelenggara dan perushaan yang menciptakan

kepentingan pribadi yang dapat merugikan kepentingan investor sebab

investor yakni masyarakat juga dilibatkan dengan diundnagnya

sebagai peserta investasi sehingga prinsip pasar modal yakni

kewajaran terpenuhi, dimana tidak terdapatnya suatu dominasi pihak

tertentu.

Selanjutnya, kita dapat menilik penerapan prinsip kewajaran di

EBA yakni dalam penerbitan EBA, dimana profesi penunjang di EBA

(akuntan publik) bertanggung jawab untuk memeriksa aset keuangan

yang akan dialihkan oleh kreditur awal (originator) kepada penerbit

(issuer) dan juga memeriksa laporan keuangan awal dan laporan

keuangan tahunan KIK EBA. Hal tersebut, berdasarkan Peraturan

Nomor IX.K.1 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/4/PBI/2005

tentang Prinsip Kehati-hatian, pemenuhan kondisi jual beli atau tukar

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

75

menukar putus/lepas wajib didukung dengan pendapat akuntan yang

terdaftar di Bapepam-LK sekarang OJK). Sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan, akuntan tidak diwajibkan untuk melakukan

pemeriksaan terhadap seluruh transaksi yang ada, namun dia

diperkenankan untuk melakukan pemeriksaan atas dasar sampling.

Oleh karenanya, akuntan dalam memberikan pendapatnya akan

menyatakan kewajaran atas laporan keuangan, bukan kebenaran atas

laporan keuangan. Sepanjang akuntan telah melakukan pemeriksaan

sesuai dengan standar auditing yang berlaku, maka akuntan yang

bersangkutan tidak dapat dibebankan tanggung jawab atas kesalahan

tersebut. Akuntan publik dalam menjalankan tanggung jawabnya,

akuntan publik harus tunduk pada prinsip akuntansi yang berlaku

umum serta pada peraturan Bapepam-LK (sekarang OJK). Adanya

aturan terebut bertujuan untuk menghindari manipulasi pasar, dengan

adanya suatu pemerikasaan laporan keuangan yang dilakukan oleh

akuntan publik agar adanya nilai wajar perusahaan, nilai pasar wajar,

kewajaran terhadap suatu hal-hal yang material seperti rugi laba,

posisi keuangan, equity apakah telah disajikan sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga terciptanya

prinsip kewajaran supaya harga menjadi tidak didominasi oleh salah

satu pihak. KIK-DBTN03 dibuat karena adanya kespekatan dari para

pihak yakni Bank Kustodian, Manajer Investasi, Kreditur Awal,

Pendukung Kredit yang telah melakukan pemeriksaan sebelum adanya

kesepakatan dari para pihak dari akuntan publik yang mereka

percayai, sehingga prinsip pasar modal yakni kewajaran telah

diterapkan KIK-DBTN03.

f. Perlindungan Investor

Prinsip perlindungan investor di Pasar Modal merupakan suatu prinsip

yang dapat berjalan dan dilaksanakan apabila semua prinsip dalam pasar

modal berjalan beriringan yang mana akan menghasilkan suatu

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

76

perlindungan terhadap investor. Misalnya, jika pasar modal

teratur/berprinsip tertib, berprinsip untuk bertanggungjawab, beprinsip

wajar, dan adanya prinsip efisiensi, serta keterbukaan informasi maka

pemodal dapat terlindungi dari praktik yang merugikan di pasar modal dan

terciptalah prinsip perlindungan investor.

Untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang efek beragun

aset, Bapepam-LK (sekarang bernama OJK) mewajibkan adanya

transparansi mengenai risiko dalam penerbitan Efek Beragun Aset dengan

demikian Pemegang Efek Beragun Aset dapat berhati-hati dalam

menanamkan modalnya. Transparansi/keterbukaan merupakan bentuk dari

penerapan prinsip perlindungan investor. KIK-DBTN03 menerapkan hal

tersebut pada Pasal 21 tentang Hak-Hak dan Kewajiban-Kewajiban Serta

Resiko Para Pemegang EBA dalam Pasal tersebut para investor dapat

mengetahui dan memahami hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta

resiko-resiko yang dapat terjadi sebagaimana sebelum adanya KIK-

DBTN03 telah diuraikan secara jelas dalam prospektusnya sehingga

masyarakt/investor diharapkan dapat melakukan pilihan yang sesuai

dengan tujuan investasi dengan mempertimbangkan keuntungan dan

kerugian yang didapat sekaligus risiko yang dikandung KIK-DBTN03.

Peraturan Nomor IX.K.1, dijelaskan bahwa Kontrak Investasi Kolektif

Efek Beragun Aset adalah kontrak antara Manajer Investasi dan Bank

Kustodian yang mengikat Pemegang Efek Beragun Aset dimana Manajer

Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif

dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan

kolektif. KIK-DBTN03 menerpakan apa yang terdapat dari peraturan

tersebut yaitu pada Pasal 3 Perjanjian mengenai Untuk Kepentingan Para

Pemegang EBA yakni dalam Pasal 3.1 juga dijelaskan seperti Peraturan

Nomor IX.K.1 dimana dikatakan bahwa Manajer Investasi dan Bank

Kustodian masing-masing mengikatkan diri pada ketentuan dan syarat-

syarat kontrak ini dan juga mengikatkan diri terhadap para Pemegang EBA

dimana Manajer Investasi dan Bank Kustodian berkewajiban memenuhi

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

77

kewajiban-kewajibannya seperti yang telah disepakati. Adanya Pasal

tersebut dapat menjamin perlindungan investor, dimana Manajer Investasi

dan Bank Kustodian telah mengikatkan diri terhadap para Pemegang

EBA/investor sehingga keduanya berkewajiban untuk melindungi dan

tidak merugikan Pemegang EBA/investor dalam kontrak yang telah dibuat

ini merupakan bukti bahwa KIK-DBTN03 telah menerapkan prinsip

perlindungan investor.

Prinsip perlindungan investor dalam EBA juga dapat dilihat dari

True sale atau jual putus yang merupakan kunci sukses sekuritisasi aset.

Tujuan disyaratkannya jual putus tersebut yang paling utama adalah untuk

perlindungan investor pasar modal. Investor menjadi secured lender

karena piutang yang dijual tersebut telah beralih kepemilikannya.

Persyaratan pengalihan aset secara true sale dijelaskan dalam ketentuan di

Indonesia mengenai persyaratan true sale sebagaimana diatur dalam Pasal

5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-

hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum, yaitu:

1) Seluruh manfaat yang diperoleh dan atau akan diperoleh dari aset

keuangan telah dialihkan kepada Penerbit;

2) Risiko kredit dari aset keuangan yang dialihkan secara signifikan telah

beralih kepada Penerbit; dan

3) Kreditur Awal tidak memiliki pengendalian baik langsung maupun

tidak langsung atas aset keuangan yang dialihkan.

Berdasarkan persyaratan tersebut diatas, bahwasanya pengalihan aset

secara jual putus adalah adanya perbuatan hukum berupa jual beli aset

secara jual putus dimana risiko kredit yang penting berhubungan dengan

asset yang disekuritisasi telah dialihkan ke pihak ketiga dan Kreditur Awal

(originator) tidak mengatur aset tersebut.

KIK-DBTN03 melibatkan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)

(SMF), seperti diketahui bahwa SMF adalah lembaga keuangan yang

didirikan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun

2008 jo Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pembiayaan

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

78

Sekunder Perumahan. SMF dalam KIK-DBTN03 merupakan pendukung

kredit dimana telah menandatangani Perjanjian Induk Sekuritisasi Tagihan

KPR BTN V (“Perjanjian Induk”) tanggal 25 September 2012 dan telah

melakukan proses seleksi, pemilihan dan penunjukan para pihak

penunjang transaksi. SMF telah mengatur mengenai Kumpulan Tagihan

yang memenuhi syarat dan struktur transaksi “jual putus” Dengan

mengadopsi konsep struktur Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset

(“KIK-EBA”), sesuai ketentuan Bapepam-LK, SMF menunjuk PT

Danareksa Investment Management sebagai Manajer Investasi dan PT

Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai Bank Kustodian, artinya KIK-

DBTN03 telah menerapkan prinsip perlindungan hukum melalui

pengaturan jual putus tersebut. Seperti yang telah penulis bahas diatas

dapat dipahami bahwa KIK-DBTN03 telah menerapkan prinsip dari pasar

modal yakni prinsip perlindungan investor, namun untuk risiko gagal

bayar tidaklah diatur secara jelas dalam peraturan KIK-DBTN03, sehingga

sebenarnya prinsip perlindungan investor dalam hal tertentu seperti risiko

gagal bayar masih belum jelas pengaturannya.

Jika, melihat KIK-DBTN03 dapat dikatakan bahwa KIK-DBTN

belumlah memenuhi prinsip-prinsip dalam Hukum Pasar Modal karena

untuk perlindungan investor dalam hal terjadinya risiko gagal bayar masih

belum diatur secara jelas apalagi di dalam KIK-DBTN03, hanya memuat

hak-hak dan kewajiban investor tanpa memperinci mengenai risiko gagal

bayar.

B. Perlindungan Hukum Investor Reksa Dana Kontrak Investasi

Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) dalam Hal

Terjadinya Gagal Bayar

1. Gagal Bayar (default) dalam KIK-DBTN03

Ketika kita melakukan suatu kegiatan akan ada manfaat dan risiko dari

kegiatan tersebut. Begitu juga dengan Efek Beragun Aset (EBA), dalam

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

79

prosesnya EBA memiliki manfaat dan resiko untuk para pelaku pasar modal

yang memilih EBA sebagai instrumen dalam berivenvestasi di pasar modal.

Manfaat dan risikonya yakni (Subowo Musa, 1997:13):

a. Manfaat sekuritisasi aset terhadap perekonomian:

1) Sekuritisasi aset umumnya mempunya risiko yang lebih rendah

dibandingkan dengan instrument keuangan lainnya seperti saham atau

obligasi;

2) Originator yang mempunyai sumber pendanaan yang memadai akan

meningkat pula skala usahanya dan tentu akan berdampak pada

peningkatan kemampuan mereka dalam mencetak laba. Hal ini tentu

membawa potensi peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah.

b. Risiko Efek Beragun Aset

1) Risiko aset (piutang dan pembayarannya)

a) kualitas piutang yang dijual kepada issuer (semakin tinggi NPL

(Non Performing Loan) dari bank, maka semakin rendah kualitas

piutang); dan

b) kualitas originator dalam memberikan pinjaman Untuk menilai

kelayakan piutang, proses sekuritisasi melibatkan pemeringkat.

2) Risiko Servicer

Pada umumnya servicer adalah juga originator dari piutang yang

dialihkan tersebut. Servicer merupakan satu-satunya pihak yang

merupakan penghubung antara debitur dalam piutang asal, termasuk

jaminan yang mungkin melekat padanya. servicer atau originator

yang nakal dapat saja melakukan tindakan memilah-milah piutang

sehingga yang dijual pada issuer merupakan piutang dengan kualitas

yang lebih rendah. Piutang dengan kualitas lebih bagus masih tetap

dipertahankan servicer atau originator;

3) Perselisihan antar pihak yang bertransaksi;

4) Resiko suku bunga, dimana efek beragun aset akan mengalami

fluktuasi harga akibat pengaruh dari perubahan suku bunga, harga

efek beragun aset akan turun bila terjadi peningkatan suku bunga.

Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

80

5) Pelunasan lebih awal (early call) akan memengaruhi yield yang

diterima bila terjadi pelunasan lebih awal;

6) Gagal bayar, pemegang efek beragun aset akan mengalami kerugian

apabila debitur dari aset jaminan mengalami kebangkrutan atau tidak

mampu membayar tepat pada waktunya atas bunga dan pinjaman

pokok.

Gagal bayar (default) merupakan risiko investasi yang sangat

mengkhawatirkan bagi investor. Ketidakmampuan untuk memenuhi

kewajiban pembayaran baik yang berkaitan dengan bunga yang diperjanjikan

maupun jumlah pokok pinjaman tentunya akan menimbulkan kerugian bagi

investor karena hilangnya sejumlah uang telah diinvestasikan dalam EBA

yang bersangkutan, investor pemegang EBA akan mengalami kerugian

apabila debitur dari aset jaminan mengalami kebangkrutan atau tidak mampu

membayar tepat pada waktunya atas bunga dan pinjaman pokok. Untuk

melindungi hak-hak dan kepentingan investor pemegang EBA, Bapepam-LK

(sekarang bernama OJK) mewajibkan adanya transparansi mengenai risiko

dalam penerbitan EBA dengan demikian investor Pemegang EBA dapat

berhati-hati dalam menanamkan modalnya.

Berdasarkan Pasal 7 KIK-DBTN03 tentang Ketentuan-Ketentuan dan

Syarat-Syarat EBA yakni Pasal 7.2 huruf k, gagal bayar (default) terjadi

apabila:

(1) Terjadi kegagalan pembayaran bunga atas Efek Beragun Aset Kelas A

pada tiap Tanggal Pembayaran;

(2) Terjadi kegagalan untuk membayar sepenuhnya jumlah Pokok Efek

Beragun Aset Kelas A pada Tanggal Pembayaran terakhir dan kegagalan

tersebut tidak diperbaiki dalam waktu 15 (lima belas) Hari Kerja.

Kemudian, dalam Pasal 7.2 huruf l dikatakan bahwa konsekuensi Gagal

Bayar (default) adalah Bank Kustodian wajib mengadakan Rapat Pemegang

EBA yang pengaturan mengenai Rapat tersebut terdapat di dalam Pasal 23

KIK-DBTN03 dimana dalam rapat tersebut akan dinyatakan atau

disampaikan bahwa telah terjadi Gagal Bayar (default) sehingga EBA kelas A

Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

81

jatuh tempo dan wajib dibayar Jumlah Pokok Terhutang berikut bunga-bunga

terhutang, dan Pembayaran tersebut wajib dilakukan sesuai dengan Pasal

13.3, yang isinya adalah mengenai Urutan Prioritas Pembayaran yang berlaku

pada Rekening Koleksi Bunga dan Rekening Koleksi Pokok, termasuk

Rekening Cadangan dan Rekening Dana Transisi Penyedia Jasa (yang

berlaku pada Tanggal Jatuh Tempo Final), akan dimodifikasi sebagaimana

tertera di bawah dalam hal terjadinya suatu Kejadian Gagal Bayar EBA pada

Tanggal Pembayaran :

a) pajak KIK-DBTN03 (akumulasi dari pajak yang wajib dibayar oleh KIK-

DBTN03 dikurangi dengan jumlah tersisa dalam Rekening Pajak) yang

ditransfer ke dalam Rekening Pajak;

b) Biaya-biaya Senior, yang dibayarkan secara pari pasu dan prorata di

antara para pihak;

c) Imbalan Jasa Penyedia Jasa;

d) bunga EBA Kelas A yang jatuh tempo dan belum dibayar;

e) Jumlah Pokok Terhutang EBA Kelas A sampai terbayar penuh;

f) membayar Pendukung Kredit untuk jumlah sampai dengan Jumlah

Maksimum Ambang Batas Rekening Cadangan ;

g) jumlah tersisa dibayarkan pada Pemegang EBA Kelas B.

Pemegang EBA Kelas B, dalam hal terjadinya gagal bayar EBA, EBA

Kelas B tidak dibayar sampai seluruh pembayaran atas EBA Kelas A telah

dibayar penuh. Gagal bayar, juga dapat disebabkan oleh faktor

ketidakterbukaan atas informasi atau fakta material.

Kemudian, dalam Pasal 21.1 KIK-DBTN03 tentang hak-hak pemegang

EBA dikatakan dikatakan bahwa hak-hak pemegang EBA yaitu memperoleh

bukti kepemilikan EBA, menerima pembayaran triwulan, menerima laporan

triwulan tentang investasi. Pasal 21.2 dikatakan bahwa Pemegang EBA tidak

memiliki hak untuk memulai suatu tuntutan, tindakan, atau gugatan dalam

hubungan KIK-DBTN03 terhadap para debitur, penyedia jasa atau pihak

ketiga lainnya kecuali Pemegang EBA telah memberi tahu sebelumnya

kepada Bank Kustodian secara tertulis mengenai wanprestasi yang dilakukan

Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

82

Bank Kustodian .............. Bank Kustodian menjadi wali amanat untuk

memulai tindakan, tuntutan atau gugatan atas nama Pemengan EBA dengan

permintaan tertulis dari Pemegang EBA. Disimpulkan dari kedua Pasal ini

bahwa untuk hal terjadinya gagal bayar tidaklah diatur dalam Pasal 21 KIK-

DBTN03 tentang Hak-hak dan kewajiban pemegang EBA dimana dikatakan

bahwa hak-hak pemegang EBA yaitu memperoleh bukti kepemilikan EBA,

menerima pembayaran triwulan, menerima laporan triwulan tentang investasi

dan Pemegang EBA tidak memiliki hak untuk memulai suatu tuntutan,

tindakan, atau gugatan dalam hubungan KIK-DBTN03 terhadap para debitur,

penyedia jasa atau pihak ketiga lainnya kecuali Pemegang EBA telah

memberi tahu sebelumnya kepada Bank Kustodian secara tertulis (proses

pemberitahuan permintaan tertulis kepada Bank Kustodian harus diwakili

tidak kurang dari 25% dari Jumlah Pokok terhutang atas EBA Kelas A) untuk

memulai suatu tindakan, tuntutan, atau gugatan atas namanya dimana

kedudukan Bank Kustodian adalah sebagai Wali Amanat berdasarkan

ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat dalam KIK-DBTN03. Sehingga saat

gagal bayar terjadi untuk Pemegang EBA dengan nominal kurang dari 25%

tidaklah dapat melakukan tindakan, tuntutan, atau gugatan dikarenakan Pasal

21.2 KIK-DBTN03 tersebut.

2. Bentuk Perlindungan Hukum Kepada Investor dalam Hal Terjadinya

Gagal Bayar (default)

Bentuk Perlindungan Hukum dalam hal terjadinya gagal bayar ada dua,

yakni perlidungan hukum secara preventif dan represif:

a. Perlindungan hukum preventif

Bentuk perlindungan hukum preventif adalah melalui peraturan

perundang-undangan yakni pada Pasal 85, Pasal 86 ayat (1), Pasal 87

ayat (1), dan Pasal 89 ayat (1) UUPM yang mengatur mengenai

keterbukaan informasi baik oleh Penerbit (issuer) yaitu perusahaan

publik atau wali amanat yaitu Bank Kustodian. Kemudian dalam

Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

83

lampiran Keputusan: 412/Bl/2010 (Peraturan Nomor VI.C.4) tentang

Ketentuan Umum dan Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat Utang

angka 4 huruf e mengenai jaminan dan angka 4 huruf f mengenai hak

keutamaan (senioritas) dari efek bersifat utang, Peraturan tersebut berisi

pedoman yang dapat digunakan untuk mencegah gagal bayar dalam EBA

perusahaan oleh Penerbit (issuer) dalam Pasal-pasal tersebut termuat

mengenai prinsip keterbukaan informasi. Lalu, Pasal 1 angka 25 UUPM,

yaitu pedoman umum yang mensyaratkan emiten/penerbit, perusahaan

publik, dan pihak lain yang tunduk pada UUPM untuk menginformasikan

kepada masyarakat dalam waktu yang tepat, seluruh informasi material

mengenai usaha atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap

keputusan investor terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek

tersebut. Kemudian, menurut Peraturan Nomor X.K.1. IV-1. Keputusan

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal. Nomor KEP-86/PM/1996 tentang

Keterbukaan Informasi. Keterbukaan terhadap informasi dan fakta

material merupakan faktor yang menjadi pertimbangan investor untuk

membeli efek atau tidak membeli efek yang ditawarkan. Telah banyak

regulasi yang mengatur mengenai keterbukaan informasi dan fakta

material di pasar modal maupun dalam kegiatan EBA seperti yang di

bahas pada sub bab sebelumnya. Keputusan Ketua Badan Pengawas

Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-51/Pm/1997

(Peraturan Nomor IX.C.10) tentang Pedoman Bentuk dan Isi Prospektus

Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset (Asset Backed

Securities); menentukan informasi yang harus dimuat dalam Prospektus

Efek Beragun Aset.

Perlindungan hukum preventif lainnya yang diberikan oleh

Pemerintah adalah bentuk perlindungan melalui Otoritas Jasa Keuangan

(OJK), Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan (UUOJK), Pasal 28 UUOJK memberikan

perlindungan hukum bersifat pencegahan kerugian konsumen dan

masyarakat yang dilakukan oleh OJK adalah:

Page 34: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

84

1) memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas

karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;

2) meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya

apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan

3) tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa

sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan

apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran

(Muchsin 2003:20). Perlindungan hukum represif tersebut dalam EBA

terlihat ketika penerbit yakni perusahaan publik yang mengalami gagal

bayar dapat dikenakan sanksi administratif, sanksi pidana, dan sanksi

perdata.

Sanksi administratif diatur dalam Pasal 102 ayat (1) UUPM bentuk

perlindungan hukum represif yang diberikan oleh pemerintah melalui

Pasal 102 ayat (1) UUPM

“Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran

undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya yang

dilakukan oleh setiap pihak yang memperoleh izin, persetujuan,

atau pendaftaran dari bapepam.”

Sesuai ketentuan Pasal 102 ayat (2) UUPM, sanksi administratif dapat

berupa peringatan tertulis, denda atas pembayaran sejumlah uang,

pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin

usaha, pembatalan persetujuan, dan pembatalan pendaftaran.

Selanjutnya juga terdapat sanksi pidana, Sanksi pidana diatur dalam

Pasal 103 UUPM, yaitu diberikan kepada pihak yang melakukan

kegiatan pasar modal tanpa izin, persetujuan, dan pendaftaran dapat

diancam dengan kurungan 1 (satu) tahun dan denda maksimal Rp.

1.000.000.000.000,00.

Upaya hukum lain yang dapat ditempuh investor di luar perjanjian

perwaliamanatan adalah dengan mengajukan gugatan ganti kerugian atas

Page 35: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

85

gagal bayar (wanprestasi) ke pengadilan sesuai dengan ketentuan Pasal

111 UUPM.

Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari

pelanggaran atas Undang-Undang ini dan atau peraturan

pelaksanaannya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan

yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang bertanggung

jawab atas pelanggaran tersebut.

Bentuk perlindungan hukum lainnya yang bersifat represif dalam

UUOJK Pasal 29:

1) memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga

Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang

dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;

2) mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan

milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian,

baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan

kerugian dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan

itikad tidak baik; dan/atau untuk memperoleh ganti kerugian dari

pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau

Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Dari isi Pasal tersebut terlihat bahwa Perlindungan hukum represif

yang diberikan yaitu investor pemegang EBA diberikan kesempatan

untuk melakukan suatu gugatan atau menuntut ganti rugi kepada debitor

maupun yakni perusahaan publik melalui pengadilan jika terjadi risiko

gagal bayar yang nantinya akan ditentukan oleh putusan hakim.

Ketentuan pasal 111 UUPM tersebut hanya berlaku secara umum karena

dalam hal terjadi risiko gagal bayar EBA korporasi, gugatan dan tuntutan

ganti rugi melalui pengadilan diajukan oleh wali amanat.

Kepentingan investor diwakili oleh wali amanat sesuai ketentuan Pasal

51 ayat (2) UUPM, yang mengatakan bahwa “sejak ditandatangani perjanjian

perwaliamanatan antara emiten dan wali amanat, maka wali amanat telah

Page 36: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

86

sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.”

Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk mewakili

investor pemegang EBA dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan

dengan kepentingan investor pemegang EBA tersebut, termasuk melakukan

penuntutan hak-hak investor pemegang EBA, baik di dalam maupun di luar

pengadilan, tanpa memerlukan surat kuasa khusus dari investor pemegang

EBA. Pasal 21.2 dikatakan bahwa Pemegang EBA tidak memiliki hak untuk

memulai suatu tuntutan, tindakan, atau gugatan dalam hubungan KIK-

DBTN03 terhadap para debitur, penyedia jasa atau pihak ketiga lainnya

kecuali Pemegang EBA telah memberi tahu sebelumnya kepada Bank

Kustodian secara tertulis mengenai wanprestasi yang dilakukan Bank

Kustodian .............. Bank Kustodian menjadi wali amanat untuk memulai

tindakan, tuntutan atau gugatan atas nama Pemengan EBA dengan

permintaan tertulis dari Pemegang EBA yang mana dalam proses

pemberitahuan permintaan tertulis kepada Bank Kustodian harus diwakili

tidak kurang dari 25% dari Jumlah Pokok terhutang atas EBA Kelas A untuk

memulai suatu tindakan, tuntutan, atau gugatan atas namanya dimana

kedudukan Bank Kustodian adalah sebagai Wali Amanat berdasarkan

ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat dalam KIK-DBTN03. Sehingga saat

gagal bayar terjadi untuk Pemegang EBA dengan nominal kurang dari 25%

tidaklah dapat melakukan tindakan, tuntutan, atau gugatan dikarenakan Pasal

21.2 KIK-DBTN03 tersebut, sehingga Pasal 51 ayat (2) UUPM tidak berlaku

untuk investor Pemegang EBA dengan nominal terhutang kurang dari 25%.

Bentuk perlindungan hukum dalam KIK-DBTN03 tidaklah dimuat

pengaturan khusus mengenai hal tersebut, peraturan-peraturan EBA seperti

yang telah dijelaskan diatas mengenai aturan perlindungan hukum untuk

investor pemegang EBA hanya membuat investor terlindungi ketika belum

terjadi gagal bayar (preventif) akan tetapi saat terjadi gagal bayar secara

eksplisit perlindungan hukum itu tidaklah jelas (represif) hanya dikatakan

kalau investor dapat menuntut. Namun, tidak diaturnya pihak yang akan

bertanggung jawab terhadap resiko gagal bayar dari pihak debitur membuat

Page 37: BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. · sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang.” Wali amanat diberi kuasa berdasarkan Undang-Undang untuk

87

pihak investor pemegang EBA bingung untuk menuntut, dikarenakan terjadi

tiga perjanjian atau kontrak sebelum terbitnya EBA, dan ini secara umum

maupun khusus tidaklah diatur dalam UUPM, UUOJK, ataupun dalam KIK-

DBTN03 itu sendiri. Prospektus KIK-DBTN03 mengatakan jika terjadi gagal

bayar oleh debitur, maka penyedia jasa melakukan pendaftaran balik nama

Hak Tanggungan ke atas nama Bank Kustodian dan melakukan eksekusi

terhadap agunan kredit (Properti dibiayai), jadi apabila terjadi gagal bayar dan

tidak jelasnya debitur maka agunan kredit debitur dapat dijual beserta sarana

peningkatan kredit akan tetapi jika agunan tersebut tidak mencukupi untuk

melunasi EBA maka hal ini sudah merupakan risiko investor. Penerbit hanya

bertanggung jawab sebesar aset keuangan Sarana Peningkatan Kredit. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum bagi investor pemegang EBA

masih lemah yang mana tidak memenuhi kepentingan investor.