Upload
eshasawitri
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
STATUS PASIEN
NO. NAMA KANDIDAT : Endang Sawitri
TANGGAL UJIAN : 30 juni 2015
K
L
/
L
N
I
L
A
I
I. ACTUAL MARK / PENILAIAN KOMPETENSI
1. Kemampuan Anamnesis :
A. Identitas :
B. Keluhan Utama : Telinga / Hidung / Tenggorok.
- Keluhan Utama : ( hidung) pilek
- RPS :
Pasien mengeluhkan sering pilek kambuh-kambuhan sudah 1
tahun yang lalu. Saat ini pasien tidak sedang batuk dan tidak
demam. Ketika pilek hidung keluar sekret cair yang berwarna
bening, encer, tidak berbau dan hidungnya tidak terasa nyeri.
Pilek terjadi setiap pagi atau menjelang malam, ketika pilek
pasien mengeluh penciumannya menjadi turun. Pilek juga
disertai bersin- bersin dirasakan terus – menerus, dalam sehari
bersin pasien bisa mencapai lebih dari lima kali. Pasien
merasa hidungnya terasa gatal. Dulu sudah pernah berobat
keluhan sempat berkurang tetapi sekarang muncul lagi. Pasien
tidak mempunyai gigi berlubang. tidak ada keluhan pusing.
Sudah 5 hari ini pasien mengeluh telinga bagian kiri grebek-
grebek dan pendengaran turun. Telinganya tidak keluar cairan
dan tidak nyeri. Pasien tidak ada keluhan nyeri telan.
C. Kronologis Keluhan Lain dari Telinga / Hidung / Tenggorok
yang berhubungan. Anamnesis semua keluhan Telinga /
Hidung / Tenggorok akan menambah nilai.
19
- Nama : An. N
- Usia : 14 Th
- Alamat : Blitar
- Pekerjaan : Pelajar
- Suku : Jawa
- Agama : Islam
- Status : Belum menikah
- Pendidikan SMP
20
TELINGA :
Otorea ka./ki. ( - / - )
Lamanya ( - / -)
terus-terus / kadang-kadang ( - / - )
Pendengaran ka./ki. ( Normal / berkurang )
Tinnitus ka./ki. ( - / + )
Nyeri ( - / - )
Sakit kepala ( - / - )
Pusing ( - / - )
Mau jatuh ke ka./ki. ( - / - )
Muka miring ke ka./ki. ( - / - )
Panas ( - / - )
Keluhan lain : -/-
HIDUNG :
Pilek ka./ki. : ( + / + )
Lamanya: ( + / + ) ± 1 tahun kambuh-kambuhan
Buntu ka./ki. : ( + /+ )
Lamanya: ± 1 tahun kambuh-kambuhan
Terus-menerus / kadang-kadang
Berbau ( - / - )
Bercampur darah ( - / - )
Bersin-bersin ( +, >5x )
Epistaksis ka./ki ( - / - )
Hiposmia ( + / + )
Sakit kepala ( - / - )
Sakit di hidung ( - / - )
Keluhan lain: ( - )
TENGGOROK :
Sakit menelan lamanya : - / -
Trismus ( - )
Ptialismus ( - )
Panas sering-sering : - /-
Yang terakhir : - / -
Sakit kepala ( - )
Rasa ngganjel ( - / - )
Rasa mukus ( - / - )
Keluhan lain : - / -
LARING :
Sakit menelan ( - )
Parau / serak lamanya : - / -
21
terus-terus / kadang-kadang
Sesak ( - / -)
Rasa ngganjel ( - / -)
Keluhan lain ( - / - )
D. RPD : HT, DM, Gastritis, Alergi Obat tertentu, Alergi
Terhadap bahan-bahan lain dan riwayat alergi di keluarga.
- RPD :
Sebelumnya pasien beberapa kali mengalami keluhan yang
sama dalam ± 1 tahun ini, membaik dengan berobat ke
dokter. batuk (-), pilek (-). Sesak nafas berulang (disangkal),
MRS (disangkal), R. Operasi (disangkal), DM (disangkal),
Hipertensi (disangkal ), Gastritis (disangkal), Alergi (dingin)
- RPK :
Di keluarga pasien ayahnya pernah sakit serupa tapi sudah
sembuh
- R. Pengobatan :
Pasien berobat ke dokter.
- R. Alergi :
Riwayat alergi terhadap lingkungan (dingin, debu),
makanan, bulu hewan, obat-obatan, zat-zat lain (disangkal).
- R. Kebiasaan :
Pasien aktifitas sehari- hari belajar makan 3 kali sehari, sering
meminum es (-) , makanan siap saji (-), makan chiki–chiki (-),
suka makanan pedas (-), asam (-), Rokok (-) , OR 1 minggu
sekali.
2. Kemampuan Pemeriksaan Fisik :
A. Cuci tangan sebelum memeriksa pasien.
B. Vital Signs : Tensi, Nadi, Respiratory Rate, Suhu, Berat
Badan dan Tinggi Badan.
- Keadaan Umum : Baik, Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- GCS : 456
- Vital Sign : TD (120/80 mmHg)
RR (20x/menit)
Suhu (37,3oC)
Nadi (88x/menit).
C. Cara Duduk Kandidat Saat Melakukan Pemeriksaan Pada
Pasien THT.
- Cara duduk yang baik adalah kaki kiri pasien dan kaki kiri
pemeriksa berimpitan dan saat melakukan pemeriksaan hanya
22
kepala pasien yang bergerak / menoleh ke kiri dan kanan.
D. Pemeriksaan Telinga : Cara Memegang Auricula, Otoscopy,
Tes Bisik, Tes Garpu Tala Batas Atas dan Batas Bawah,
Rinne Test, Weber Test dan Schwabach Test.
Cara memeriksa telinga :
1. Cara memakai lampu kepala
- Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada di
antara kedua mata
- Letakkan telapak tangan pada jarak 30 cm di depan
mata kanan
- Mata kiri ditutup saat menyiapkan lampu kepala
menyala
- Proyeki tabung harus tampak terletak di medial dari
proyeksi cahaya yang saling bersinggungan
- Diameter proyeksi cahaya diatur kurang lebih 1 cm
2. Cara duduk
- Penderita duduk di depan pemeriksa
- Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri
pemeriksa
- Kepala dipegang dengan ujung jari
- Waktu memeriksa telinga yang kontra lateral, hanya
posisi kepala pendeerita yang dirubah
- Kaki, lutut penderita tetap dalam keadaan semula
3. Cara memegang telinga
- Kanan : aurikulum dipegang dengan jari I dan II,
sedangkan jari III, IV dan V pada planum mastoid.
- Kiri : aurikulum dipegang dengan jari I dan II,
sedangkan jari III, IV dan V di depan aurikulum.
Aurikulum ditarik kerarah postero-superior.
4. Cara memegang otoskop
- Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen
MAE
- Nyalakan Lampu Otoskop
- Masukkan spekulum telinga pada MAE
-
TELINGA :
LIANG TELINGA LUAR (Meatus Akustikus Externus) :
Bau Busuk : ( - / - )
Sekret : tak ada / sedikit / banyak
Granulasi / polip : tak ada / sedikit / banyak
23
Dinding belakang atas : turun / tidak turun
Fistula : ( - / - )
Gejala fistula pre aurikularis :
Gejala intracranial : ( - )
Gejala labirin : ( - )
Saraf fasialis / N.VII : Parese / Paralise : ( - )
Udem / abses aurikularis : ( - )
Fistel retro aurikularis : ( - )
Nyeri tekan : ( - )
MEMBRANA TIMPANI :
Dextra Sinistra
E. Pemeriksaan Hidung : Rinoskopi Anterior, Nyeri Tekan Fossa
Canina, Trans-iluminasi sinus paranasalis (Diaphanoscopy)
yaitu Sinus Maxillaris dan Sinus Frontalis.
Cara memegang spekulum hidung :
1. Memegang spekulum hidung dengan tangan kiri posisi
horisontal, tangkai lateral, mulutnya medial, ( masuk
dalam lubang hidung)
2. Memasukkan speculum : mulut speculum dalam keadaan
tertutup, masukan ke dalam kavun nasi dan mulut dibuka
pelan – pelan
3. Mengeluarkan speculum : mulut ditutup 90%, baru
dikeluarkan. Jika ditutup 100% maka mungkin ada bulu
hidung yang terjepit dan ikut tercabut keluar
24
HIDUNG :
Keadaan luar : bentuk normal, deformitas (-), odem (-),
hiperemia (-)
Rhinoskopia anterior :
Vestibulum nasi : sekret ( + /+ ), krusta( -/- ), bisul ( -/- )
Dasar kavum nasi : Secret mucus ( +/+ )
Meatus nasi inferior : Secret mucus ( +/+
Konka nasi inferior : Edema ( + /+ )
Meatus nasi media : Secret mucus ( -/- )
Konka nasi media : Edema ( -/-)
Fisura olfaktoria : deviasi septum ( -/- )
Septum nasi : dBN/dBN
Benda asing : dBN/dBN
Fenomena Palatum Molle : ( + )
Rinoskopia posterior : Tidak dilakukan
Koana : ( - )
Kauda konka nasi : ( - )
Nasofaring : - Atap : ( - )
- Dinding posterior : ( - )
- Dinding lateral : ( - )
Ostium tubae : ( - )
Torus tubarius : ( - )
Fosa rosenmuller : ( - )
Transiluminasi :
- Sinus frontalis : terang/terang
- Sinus etmoidalis : terang/terang
- Sinus maksilaris : terang/terang
Gejala lain :
- Dorsum nasi : krepitasi ( - ), deformitas ( - )
- Regio Frontalis : nyeri tekan -/-
Regio Maksilaris: nyeri tekan fossa kanina -/-
- Pemeriksaan Sinus : Penekanan Fossa canina ( -/- )
- PemeriksaanDiaphanoscopy (Trans-illuminasi) : terang/terang
- Pemeriksaan rhinoscopy anterior dilakukan menggunakan
speculum hidung di operasikan menggunakan tangan kiri
pemeriksa dan tangan kanan mengoperasikan instrument lain
yang diperlukan sehingga dapat dievaluasi kelainan yang ada
dalam cavum nasi. Hasil : berdasarkan inspeksi luar tidak
ditemukan deviasi septum nasi ( - ), oedema ( - ), saddle nose
( - ), lorgnette nose ( - ), vulnus ( - ), maserasi bibir ( - ),
25
eritema sekitar nares anterores ( - ), krusta ( - ), posisi septum
nasi baik di tengah.
Pemeriksaan dengan Speculum : Vestibulum nasi tidak
tampak kelainan, cavum nasi bagian bawah tampak
pembengkakan konka inferior atau penyempitan meatus
nasalis inferior serta didapatkan sekret. Fenomena palatum
molle (+), pemeriksaan cavum nasi bagian atas tidak tampak
kelainan secret (-), pus (-), polip (-) dan septum nasi tidak
tampak kelainan.
Pemeriksaan Mulut dan Tenggorok : Cara Pegang dan
Masukkan Spatel Lidah, dilakukan sebagai berikut :
1. Pasang lampu kepala
2. Tangan kiri memegang spatel, tangan kanan memegang
senter
3. Penderita diminta untuk membuka mulut lebar – lebar dan
diminta untuk menjulurkan lidah dan mengucapkan “aaa”.
4. Penderita diminta bernapas ( tidak boleh menahan nafas,
tidak boleh bernafas keras – keras, tidak boleh ekspirasi
ata mengucap “ch”)
5. Lidah ditekan dengan spatula ke arah anterior dari tonsil,
hingga keihatan pole bawah tonsil.
TENGGOROK :
Bibir : kering ( - ), ulkus ( - ), stomatitis angularis ( - )
Mulut : trismus ( - ), ptialismus ( - ), gerakan bibir dan sudut
mulut dBN
Gusi : hiperemia ( - ), ulkus ( - ), odem ( - )
Lidah : stomatitis aftosa ( - ), atrofi ( - ), tumor/massa ( - )
Palatum durum : Torus palatinus ( - / - )
Palatum mole : hiperemia ( - ), ulkus ( - )
Uvula : bentuk : dBN
posisi : Selalu menunjuk ke bawah
tumor : -
Arkus anterior : posisi : dBN
radang : ( - / - )
tumor : -
Arkus posterior : posisi : dBN
radang : -
tumor : -
26
Tonsil :
Kanan : T 1 Kiri : T 1
Besar : dBN
Warna: Merah Muda
Udem: ( - / - )
Kripte: ( - / - )
Detritus: ( - / - )
Membran: ( - / - )
Ulkus: ( - / - )
Tumor: ( - / - )
Mobilitas: dBN
Faring :
warna : Merah Muda
udem : ( - )
granula : ( - )
lateral band : dBN
secret : ( - )
reflex muntah : ( + )
lain – lain : tidak ditemukan
Kelenjar getah bening :
warna kulit : Sama Dengan Kulit Sekitar
soliter / multiple : -
ukuran : dBN
konsistensi : dBN
nyeri tekan : -
mobilitas : -
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN :
- Laringoskopi direk (tidak dilakukan)
- Laringoskopi indirek (Tidak Dilakukan)
- Pemeriksaan Mulut : tidak di dapatkan kelainan pada
bagian mukosa, lidah maupun gingiva.
- Pemeriksaan rongga tenggorok tidak tampak kelainan
yang bermakna yaitu Tonsila Palatina ( T1/ T1 ), arkus
faring posterior hiperemi ( - ), granula- granula multiple.,
27
lesi ( - ).
F. Cuci Tangan Setelah Memeriksa Pasien.
3. Melakukan Tes / Prosedur Klinik / Interpretasi Data Untuk
Menunjang Diagnosis Banding / Diagnosis Utama :
A. Audiogram bila diperlukan.
Tidak dilakukan
B. Darah lengkap apa saja bila diperlukan.
- Evaluasi DL diperlukan untuk melihat adanya
peningkatan kadar WBC yang secara umum meningkat
pada proses peradangan dan infeksi akut. Hitung jenis
untuk mengetahui proses alergi, infeksi akut maupun
kronis
C. Swab tonsil bila diperlukan.
Tidak dilakukan
D. Foto Roentgen apa saja jika diperlukan.
- Ro . Posisi Water’s untuk mengetahui stadium dari
keradangan sinus maxillaris maupun sinus frontalis
E. Prick Test ( Untuk Rhinitis Alergi ).
Usul dilakukan.
F. Biopsi Nasofaring pada pasien Suspect Carcinoma
Nasofaring.
Tidak dilakukan.
4. Penegakan Diagnosis / Diagnosis Banding :
A. Diagnosis Utama : Rhinitis Alergika
B. Diagnosis Banding :
1. Rinitis iritasi
2. Rinitis Alergika
3. Rinitis Medikamentosa
4. Rinitis Vasomotor
C. Diagnosis Sekunder : Otitis Media Akut Sinistra stadium
Hiperemi
5. Tatalaksana Non-Farmakologis / Tindakan :
(Uraikan Operasi Tekniknya / Opteknya).
a) Hindari faktor pencetus allergen.
b) Kaustik : merupakan suatu tindakan mengoleskan aplikator
kapas yang telah dibasahi dengan cairan asam triklor asetat
100 % pada mukosa konka. Tujuan dari tindakan kaustik
ini adalah untuk menyembuhkan penyakit rhinitis alergi
atau penyakit lain yang memerlukan tindakan kaustik.
28
Prosedur :
1. Dilakukan anastesi dengan lidokain 2 %,
ditambahkan lidokain 8 % dan di tunggu 5 menit.
2. Dilakukan kaustik pada konka inferior untuk
rhinitis alergi.
3. Atau dilakukan kaustik pada mukosa yang di
terapi.
4. Dievaluasi dengan adanya warna keputihan bekas
olesan tersebut
5. Kontrol 4 hari kemudian untuk melihat hasil
tindakan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi
yaitu sinekia atau perlengketan antara konka
inferior dengan septum nasi.
6. Tatalaksana Farmakologis : tulis 4 resep rasional dengan
lengkap dan benar meliputi :
A. Tepat Indikasi.
B. Tepat Dosis ( mg, gr, cc ).
C. Tepat Sediaan ( untuk berapa hari ).
D. Tepat Cara Pemberian ( Cara minum sebelum / sesudah
makan, cara oles salep, cara pemberian tetes telinga /
hidung) dan
E. Tepat Harga ( tulis resep generic bila ada resep
generiknya).
Disingkat : I DO SEDIA CA-HAR
- Terapi Farmakologis
Kausatif :
o Antibiotik : ( Amoxsisilin 500mg 3 kali sehari setelah
makan)
o Dekongestan : ( Demacolin 500mg 3 kali sehari setelah
makan).
o Kortikosteroid : ( deksamethasone tab 0,5 mg 3 kali
sehari setelah makan )
Roborantia :
o B complex 3 x sehari setelah makan
29
7. Komunikasi dan Atau Edukasi Pasien meliputi :
A. KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi ) : Larangan
makan, manfaat olah raga apa saja, dll.
Menghindari sumber allergen dan meningkatkan
kondisi tubuh dengan cara olahraga pagi
Memberikan pengetahuan tentang makanan yang
harus dihindari dan makanan yang sebaiknya
dikonsumsi oleh pasien sebagai diet nutrisi yang baik,
sehingga diharapkan tidak terjadi kekambuhan
penyakit yang diderita pasien.
Memberi pengetahuan kepada pasien untuk istirahat
cukup.
Pasien di anjurkan untuk memakai masker jika
bepergian dan menggunkan kasur spon, rajin
membersihkan tempat tidur agar tidak terdapat debu,
menyapu lantai dengan kain pel basah.
Memberikan pengetahuan bila obat sudah habis dan
masih didapatkan keluham untuk segera control
Pasien tidur miring ke kanan
Penataan tempat tidur dengan bantal, guling maupun
kasur berbahan kapuk diganti busa atau dacron
B. Komplikasi yang akan terjadi jika penyakit tersebut tidak
Dr. Endang Sawitri
SIP 210.121.0021
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
Alamat Praktik : Jl. Gkr blok s no 9
R/ Amoksisilin tab 500mg No XII
S 3 dd tab. 1 PO. pc
R/ Demacolin tab. 500mg No.XII
S 3 dd tab. 1 PO. Pc.
R/ Deksamethasone Tab. 0,5 mg No. X
S 3 dd tab. 1 PO. pc.
R/ Vitamin B Complex Tab. No. XII
S 3 dd tab. 1 PO. pc.
Pro : An. N
30
diobati dengan baik dan benar.
Polip Hidung
Otitis Media Akut stadium supurasi
Sinusitis paranasalis
C. Kirim atau Rujuk ke Dokter Spesialis yang Bersangkutan
sesuai Bidang Keahlian.
Rujukan ke dokter Spesialis Telinga Hidung dan
Tenggorokan.
D. Komunikasi dua arah antara kandidat dengan pasien.
Dilakukan.
8. Perilaku Profesional :
Melakukan tahap-tahap point 1-7 secara sistematis ( berurutan
dan tidak lompat-lompat ) serta tegas dalam menyampaikan
informasi kepada pasien.
Juga menilai apakah kandidat telah :
Menunjukkan rasa hormat kepada pasien dan
memperhatikan kenyamanan pasien.
Melakukan tindakan sesuai proritas.
Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti,
sehingga tidak membahayakan pasien dan diri sendiri.
Kriteria Penilaian :
0 = Tak Menanyakan atau Tak Melakukan Apapun
1 = Melakukan 1 Item dari 3 Item Penting
2 = Melakukan 2 Item dari 3 Item Penting
II. 3 = Melakukan 3 Item dari 3 Item Penting
GLOBAL RATING / PENILAIAN UMUM dari 5 Item antara
lain :
Kerapian, Kesopanan, Manajemen Waktu, Komunikasi dan
Sistematis.
Tidak Lulus (Tampilkan 2 Item)
Border Line (Tampilkan 3 Item)
Lulus (Tampilkan 4 Item)
Superior (Tampilkan 5 Item)
II. GLOBAL RATING / PENILAIAN UMUM dari 5 Item antara
31
lain :
Kerapian, Kesopanan, Manajemen Waktu, Komunikasi dan
Sistematis.
Tidak Lulus (Tampilkan 2 Item)
Border Line (Tampilkan 3 Item)
Lulus (Tampilkan 4 Item)
Superior (Tampilkan 5 Item)
KETERANGAN : KL = KURANG LENGKAP, L = LENGKAP
Dokumen Medik THT ini dibuat untuk : Laporan Kasus / Ujian Pasien. (*Coret yang
tidak perlu)
Penguji:
( Dr. ERIE TRIJONO, Sp. THT )NIP. 19610923 198901 1 002
Blitar, juni 2015Dokter Muda:
(Endang Sawitri) NIM. 2101210021