10
BAB III GEOMORFOLOGI 3.1 Geomorfologi Regional Berdasarkan Van Bemmelen, Jawa Tengah terbagi menjadi 6 zona fisiografi yang terdiri dari : 1. Zona Dataran Aluvial Jawa 2. Zona Gunung Api Kuarter 3. Zona Antiklinorium Bogor-Serau Utara-Kendeng 4. Zona Depresi Jawa Tengah 5. Zona Pegunungan Serayu Selatan 6. Zona Pegunungan Selatan Jawa Zona Dataran Aluvial Utara Jawa melebar kearah utara dan menyempit kearah timur dengan lebar 40-20 km. Zona ini memisahkan Lembah Pemali dengan Zona Bogor. Zona Gunungapi Kuarter dicirikan oleh adanya kerucut gunungapi aktif. Pada zona daerah jawa tengah terdiri dari, G. Slamet, G. Dieng, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Merapi, G. Muria, dan G. Merbabu. Zona Antiklinorium Bogor-SerayuUtara-Kendeng memiliki ciri banyak lipatan yang ditemukan berupa antiklin dan sinklin yang membentuk lipatan dengan orde yang lebih tinggi. Daerah di zona ini kebanyakan tertutup oleh produk Gunungapi Slamet. 5

BAB III KARANGSAMBUNG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

meliputi morfologi regional dan morfologi daerah penelitian

Citation preview

Page 1: BAB III KARANGSAMBUNG

BAB III

GEOMORFOLOGI

3.1 Geomorfologi Regional

Berdasarkan Van Bemmelen, Jawa Tengah terbagi menjadi 6 zona fisiografi yang terdiri

dari :

1. Zona Dataran Aluvial Jawa

2. Zona Gunung Api Kuarter

3. Zona Antiklinorium Bogor-Serau Utara-Kendeng

4. Zona Depresi Jawa Tengah

5. Zona Pegunungan Serayu Selatan

6. Zona Pegunungan Selatan Jawa

Zona Dataran Aluvial Utara Jawa melebar kearah utara dan menyempit kearah timur

dengan lebar 40-20 km. Zona ini memisahkan Lembah Pemali dengan Zona Bogor.

Zona Gunungapi Kuarter dicirikan oleh adanya kerucut gunungapi aktif. Pada zona

daerah jawa tengah terdiri dari, G. Slamet, G. Dieng, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Merapi, G.

Muria, dan G. Merbabu.

Zona Antiklinorium Bogor-SerayuUtara-Kendeng memiliki ciri banyak lipatan yang

ditemukan berupa antiklin dan sinklin yang membentuk lipatan dengan orde yang lebih tinggi.

Daerah di zona ini kebanyakan tertutup oleh produk Gunungapi Slamet.

Zona Depresi Jawa Tengah menempati bagian tengah hingga selatan wilayah Jawa

Tengah. Sebagian merupakan daratan pantai dengan kontur landai dan ketinggian rendah.

Zona Pegunungan Serayu Utara yang membentuk kubah dan punggugan. Bagian barat

dari zona ini merupakanzona depresi bandung, sedangkan bagian timurnya merupakan bagian

dari geaantiklinal yang menunjam dan terpotong oleh Sungai Serayu menghasilkan singkapan

komplek singkapn komplek bancuh Luk Ulo.

5

Page 2: BAB III KARANGSAMBUNG

Zona Pegunungan Selatan Jawa menunjam di sepanjang pantai selatan Jawa membentuk

morfologi pantai yang terjal. Namun, di Jawa Tengah, zona ini terputus oleh depresi Jawa Tengah

di bagian baratnya. Morfologi seperti ini merupakan hasil bentukan plato sebagai hasil proses

pengangkatan (uplifted peneplain) terhadap batuan yang berumur miosen.

Gambar 3.1 Zona Fisiografi Jawa Tengah (Modifikasi Van Bemmelen, 1949)

3.2 Geomorfologi Daerah Penelitian

Analisis geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan menafsirkan peta kontur dan

pengamatan langsung di lapangan.

Daerah penelitian terletak pada ketinggian 353- 39 meter diatas permukaan laut dengan

morfologi umumnya berupa perbukitan dan dataran yang tertutup oleh vegetasi dan pemukiman.

Elevasi terendah terletak di sungai Lok Ulo dan elevasi tertinggi di daerah G.Dliwang.

Kemiringan lereng pada daerah penelitian berkisar dari landai hingga terjal.

6

kapling

Page 3: BAB III KARANGSAMBUNG

Gambar 3.2 Gambar Peta Kontur daerah Waturanda

Pola aliran sungai merupakan ekspresi dari karakter litologi dan peran kontrol struktur

pada daerah tersebut Analisis pola aliran pola aliran sungai pada daerah penelitian dilakukan

berdasarkan klasifikasi Howard, 1967. Hasil analisis peta kontue skala 1 : 25.000 menunjukkan

sungai daerah penelitian memilikin pola sungai paralel, trelis, dendritik, dan rectangula.

Pola aliran sungai rectangular dicirikan oleh bentukan hampir membentuk sudut siku-

siku. Pola ini menunjukkan adanya kontrol sesar dan kekar-kekar pada daerah tersebut. Pola

aliran ini terdapat didaerah bagian timur yaitu daerah Plumbon.

Pola aliran Paralel dicirikan oleh bentukan sejajar dengan kemiringan lereng. Pola ini

terdapat didaerah ampiteater Waturanda yang memiliki kemiringan lereng yang terjal.

Pola trelis dicirikan bentukan yang tidak teratur dipengaruhi oleh lipatan. Pola ini terdapat

didaerah Cantel, Sumbersari, dan sekitarnya.

7

Page 4: BAB III KARANGSAMBUNG

Gambar 3.2 Pola Aliran Sungai Daerah Penelitian

Pola kelurusan pada daerah penelitian menunjukkan arah umum barat-timur dan barat

laut-tenggara. Kelurusan-kelurusan yang di analisis menunjukkan kelurusan struktur sesar dan

sumbu lipatan pada daerah peneliian.

Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 5 satuan mengacu pada lasifikasi Budi

Brahmantyo (2001) yaitu klasifikasi berdasarkan

1. Satuan Punggungan Antiklin

Satuan ini dicirikan kontur rapat yang memanjang, terdapat bentukan sayap lipatan

dengan arah dip slope keluar. Memiliki bentuk sungai yang masih terjal “V” dan

paralel. Satuan ini tersusun oleh litologi breksi polimik dan batupasir. Proses eksogen

yang mempengaruhi satuan ini berupa pelapukan, erosi vertikal dan longsoran. Pada

8

Page 5: BAB III KARANGSAMBUNG

Peta Geomorfologi (Lampiran 3A), Satuaan ini membentuk ampiteater ditandai

dengan warna coklat dan menempati 30% daerah penelitian.

Gambar 3.4 Bentang alam punggungan antiklin, daerah Waturanda

2. Satuan Lembahan Antiklin

Satuan ini dicirikan kontur renggang dengan ketinggian rendah sehingga cenderung

landai. Memiliki betukan pola aliran sungai trelis dan berbentuk “U”. Satuan ini

tersusun oleh litologi batuan sediemen perselingan batulempung dan batupasir. Proses

eksogen yang mempengaruhi satuan ini berupa pelapukan erosi lateral, dan longsoran.

Peta Geomorfologi (Lampiran 3A), Satuaan ini ditandai denga warna abu dan

menempati 30% daerah penelitian.

3. Satuan Perbukitan Lipatan

Satuan ini dicirikan oleh kontur rapat, terdapat bentukan konsentris, dan

bergelombang . Hasil analisis dip slope menunjukkan keteraturan di lipatan. Pola

aliran pada satuan ini berbentuk trelis dengan bentuk “V” hingga “U”. Selain itu di

dalam daerah satuan ini terdapat pola aliran sungai rektangular dibagian timur. Satuan

ini tersusun atas batupasir, batugamping, dan tuff. Pada Peta geomorfologi

(Lampiran3A) ditandai dengan warna kuning menempati 30% daerah penelitian.

Proses eksogen yang mempengaruhi satuan ini berupa pelapukan, erosi vertikal, erosi

lateral, dan longsoran.

9

Page 6: BAB III KARANGSAMBUNG

4. Satuan Perbukitan Intrusi

Satuan ini dicirikan oleh pola kontur rapat melingkar konsentris dan cenderung

terisolir. Litologi penyusun berupa batuan beku. Proses eksogen yang mempengaruhi

satuan ini berupa pelapukan, dan longsoran. Pada Peta geomorfologi(Lampiran3A)

ditandai dengan warna merah menempati 2% daerah penelitian.

5. Satuan Dataran Aluvial dicirikan kontur renggang dan rendah menunjukkan daerah

landai. Satuan ini berada di daerah sekitar sungai Lok Ulo. Bentuk sungai berkelok

dan berbentuk “U”. Satuan ini tersusun dari material lepas dari ukuran lempung

sampai bongkah, dengan fragmen berupa batupasir, batulempung, batugamping,

andesit, basalt, dasit, dan batuan metamorf . Pada Peta geomorfologi(Lampiran3A)

ditandai dengan warna kuning menempati 8% daerah penelitian. Proses eksogen yang

mempengaruhi satuan ini berupa pelapukan dan erosi lateral.

Gambar 3.5 Bentang alam Satuan Lembahan Antiklin daerah Waturanda, Karangsambung

10

Page 7: BAB III KARANGSAMBUNG

Gambar 3.4 Sungai Daerah Penelitian (a) lokasi Sungain Lok Ulo yang berlembah U, (b) lokasi

Kali Gumarang yang berlembah V

Berdasarkan klasifikasi kenampakan morfologi oleh Howard (1996), tahap geomorfik

pada daerah penelitian adalah tahap muda sampai dewasa. Hal ini ditunjukkan oleh karakter

sungai, lembah, dan erosi yang terjadi pada daerah penelitian. Pada bagian Barat laut daerah

penelitian mencerminkan tahap geomorfik dewasa. Sungai pada daerah ini memiliki bentuk

lembahan “U” hal ini menunjukkan gejala erosi vertikal lebih dominan. Morfologi pada daerah

ini cenderung landai dan memperlihatkan tahapan geomorfik dewasa. Sedangkan daerah lain

memiliki lembahan sungai berbentuk “V” yang menunjukkan gejala erosi vertikal yang lebih

dominan dibandingkan erosi vertikal.

11