Upload
phunghanh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
39
BAB III
PROSES SERTIFIKASI HAK MILIK TANAH MASYARAKAT
KELURAHAN KRATONAN TAHUN 2006-2007
A. Struktur Penguasaan Tanah di Kratonan
Tahun 1946 daerah Istimewa atau Swapraja Surakarta dihapus. Hal itu
dilukan Pemerintah Indonesia paska terjadi gejolak dan protes yang dilakukan
masyarakat di Surakarta. Wilayah bekas kerajaan dalam hal ini milik Keraton
Kasunanan dan Mangkunegaran diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia.1
Wilayah Kratonan yang awalnya merupakan milik Keraton Kasunanan telah beralaih
menjadi tanah negara. Kratonan bukan lagi menjadi bagian dari tanah milik Keraton
Kasunanan Surakarta. Keraton hanya berkedudukan sebagai lembaga adat yang tidak
memiliki hak kepemilikan tanah Swapraja atau bekas tanah Swapraja dan tidak diberi
kewenangan untuk mengaturnya. Tanah Soenand Ground (SG), Domain Keraton
Surakarta (DKS), Domain Reh Surakarta (DRS), tanah leluhur seperti makam makam
dan tanah OG atau tanah disewa pemerintah Belanda untuk perkebunan maupun
perkantoran semua telah berubah status menjadi tanah negara.2
1 Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 tentang Penghapusan
Daerah Istimewa/Swapraja
2 Harian Solopos, 29 agustus 2007, Koleksi Monumen Pers Nasional.
40
Tanah di Kratonan telah beralih status menjadi tanah Negara bekas swaparaja
dan bukan merupakan tanah bekas hak adat. Tanah Negara adalah tanah yang tidak
dipunyai dengan suatu hak atas tanah. Masyarakat yang awalnya magersari berubah
statusnya yaitu menempati tanah Negara. Dalam hal ini di bawah pemerintah Kota
Surakarta. Masyarakat Kratonan telah menguasai tanah secara fisik yaitu ditempati
sebagai rumah atau tempat tinggal. Seluruh tanah di Kratonan sudah berdiri bangunan
baik berupa banguan rumah maupun ruko. Jadi ketika berbicara tanah di kratonan
sekaligus membicarakan bangunan yang sudah berdiri di atasnya.
Tabel. 5
Data Tanah di RW. I Kratonan Tahun 2006
No. Rukun
Tetangga
Tanah yang sudah
bersertifikat
Tanah yang belum
bersertifikat Jumlah
1. RT 2 10 bidang tanah 28 bidang tanah 38 bidang tanah
2. RT 3 4 bidang tanah 17 bidang tanah 21 bidang tanah
3. RT 4 2 bidang tanah 38 bidang tanah 40 bidang tanah
4. RT 5 13 bidang tanah 11 bidang tanah 24 bidang tanah
5. RT 6 4 bidang tanah 20 bidang tanah 24 bidang tanah
6. RT 7 10 bidang tanah 25 bidang tanah 35 bidang tanah
Jumlah 43 bidang tanah 139 bidang tanah 182 bidang tanah
Sumber : Diolah dari wawancara dengan Sigit Danuriyanto, Aris Budiono, Sutopo,
Sis Handoko, Sumarlan dan Suradi Siworaharjo
Tabel. 5 menunjukkan bahwa sebagian besar tanah di wilayah RW. I Kratonan
belum bersertifikat. Tanah yang belum bersertifikat dari RT dua hingga tujuh
41
jumlahnya mencapai 139 bidang tanah dari total jumlah keseluruhan 182 bidang
tanah. Tanah yang sudah bersertifikat jumlahnya hanya 43 bidang tanah. Tanah yang
paling banyak belum bersertifikat terletak di wilayah RT empat dengan jumlah 39
bidang tanah. Wilayah RT empat memang merupakan daerah yang paling padat dan
bagunanannya tidak teratur. Tanah yang sudah bersertifikat di wilayah RT empat
yaitu milik Darto dan Bah Tegel, letak tanah keduanya berada di tepi Jalan Veteran.3
Wilayah RT lima sebagian besar tanah sudah bersertifikat jumlahnya tiga belas dari
total keseluruhan dua puluh empat bidang tanah. Tanah yang belum berSertifikat
jumlahnya hanya sebelas bidang tanah. Tanah-tanah yang sudah bersertifikat di RT
lima umumnya dimiliki etnis Tionghoa.
Tanah yang sudah bersertifikat di wilayah RW. I Kratonan dimiliki oleh
kalangan kelas ekonomi atas. Mereka adalah para pengusaha maupun pedangang di
sepanjang tepi Jalan Veteran dan Jalan Gatot Subroto. Tanah yang sudah bersertifikat
ini digunakan sebagai tempat usaha sekaligus rumah atau ruko. Tanah yang belum
bersertifikat berada di tengah kampung dengan jalan dan gang sempit yang tidak
teratur. Tanah yang belum bersertifikat pemiliknya adalah dari kalangan ekonomi
menengah dan kebawah. Mereka menggunakan tanah mereka untuk tempat tinggal.
B. Pendaftaran Tanah
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3 telah
mengamanatkan bahwa Bumi, Air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya,
3 Wawancara dengan Sri Murwani peserta sertifikasi, tanggal 9 Oktober 2016
42
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Dalam rangka melaksanakan amanat undang-undang tersebut pemerintah membuat
regulasi dan aturan mengenai pertanahan. Aturan pemerintah mengenai pertanahan
dibuat sedemikian rupa mulai dari Undang-undang, Keputusan Pemerintah ataupun
Keputusan Presiden, Keputusan menteri Agraria atau kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia. Aturan dibuat untuk menjamin kepastian hukum dalam
kepemilikan tanah, menghindari konflik dan yang utama untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan berasaskan pancasila.
Sertifikat Hak Milik dapat diperoleh setelah melakukan serangkain kegiatan
pendaftaranan tanah. Pendafataran tanah berasal dari kata Cadastre suatu istilah
teknis untuk suatu rekaman, menunjukkan kepada luas, nilai, kepemilikan terhadap
suatu bidang tanah. Cadastre menunjukkan uraian dan identifikasi bidang tanah dan
sebagai rekaman berkesinambungan dari hak atas tanah.4 Tanah merupakan objek
pendaftaran yang dipastikan letak, batas dan luasnya dalam peta. Pendaftaran tanah
menjadi kewajiban pemerintah dan pemegang hak atas tanah.
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis,
dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah
sususn, termasuk pemberian surat tanda bukti hanknya bagi bidang-bidang tanah
4 A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Bandung: Mandar
Maju, 1999), hlm. 18-19.
43
yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.5 Pendaftaran tanah wajib dilakukan di seluruh wilayah
Indonesia. Sertifikasi tanah Kratonan didaftarkan ke Kantor Agraria Kota Surakarta
yang beralamat di Jalan W. Monginsisdi 101, Kestalan, Banjarasari Kota Surakarta.
Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasar asas sederhana, aman, terjangkau,
mutahir dan terbuka. Pendaftaran tanah bertujuan memberikan jaminan kepastian
hukum, yaitu kepastian status hak yang didaftar, kepastian subjek hak dan kepastian
objek hak. Guna menjamin kepastian hukum di bidang penguasaan dan pemilikan
tanah faktor kepastian letak dan batas setiap bidang tanah tidak dapat diabaikan.
Pendaftaran tanah ini menghasilkan Sertifikat sebagai tanda bukti haknya.
Pendaftaran tanah menjadi kewajiban pemerintah dan pemegang hak atas tanah6
Orientasi pendafataran tanah di Indonesia adalah demi kepentingan rakyat.
Seseorang yang mempunyai tanah tidak berarti dia adalah orang kaya tetapi lebih
merupakan sosial status orang tersebut, dia mempunyai dan demikian dia adalah
anggota masyarakat hukumnya penuh, sehingga harus diundang dalam rembug desa.
Namun juga tidak berarti dengan mempunyai tanah dia langsung dianggap kaya dan
dapat membayar biaya balik nama tersebut. Yang jelas dia belum tentu mempunyai
5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1.
6 Urip Santoso, Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 2
44
uang, yang ada padanya hanyalah tanah sebagai salah satu resourses ekonomi yang
dia dapat hidup daripadanya.7
Pendafataran tanah di wilayah RW. I Kratonan dilakukan secara sporadik
yaitu kegiatan pendafataran tanah pertama kali mengenai satu atau beberapa objek
pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah kelurahan secara masal.8
Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang
berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas objek pendaftran tanah yang
bersangkutan atau kuasannya.9
1. Faktor pendorong masyarakat Kratonan melakukan sertifikasi tanah
Kegiatan sertifkasi tanah di Kratonan terlaksana karena adanya faktor
pendorong. Faktor pendorong tersebut berasal dari internal masyarakat maupun
dorongan dari luar. Faktor pendorong dari internal masyarakat Kratonan yaitu ,
masyarakat telah menempati tanah di Kratonan selama puluhan tahun secara turun
temurun. Masyarakat sadar manfaat sertifikasi tanah, yaitu: memberikan rasa aman
kepada pemilik tanah, dapat mengurangi kemungkinan timbulnya sengketa dengan
pihak lain, memperkuat posisi tawar menawar apabila hak atas tanah diperlukan
pihak lain untuk pembangunan, dapat mempermudah proses peralihan serta
7 Op. cit., hlm 16.
8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 11.
9 Boedi Harsono, Hukum Agraria di Indonesia Sejarah Pembentukan Undang
Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya jilid I Hukum Tanah Nasional,
( Jakarta: Djambatan, 1999), hlm 460-461.
45
pembebanan hak atas tanah, dapat digunakan sebagai hak tanggungan atau jaminan
untuk mencari kredit di Bank atau lembaga keuangan lainya.
Tanah Swapraja atau bekas Swapraja, sejak tanggal 24 September 1960
dinyatakan telah hapus haknya dan beralih pada Negara. Tanah Negara yang dapat
dimohon untuk hak milik oleh masyarakat yang memenuhi persyaratan sesuai
Undang-Undang.10
Masyarakat kelas ekonomi atas yang tinggal di Kratonan tanahnya
sudah bersertifikat. Tanah-tanah yang letaknya berada di tepi jalan sepanjang wilayah
Kelurahan Kratonan yang dimiliki oleh masyarakat yang tingkat ekonomi atas telah
memiliki Sertifikat hak milik atas tanah yang di tempati.
Masyarakat Kratonan meski belum memiliki Sertifikat oleh Pemerintah sudah
diwajibkan untuk membayar PBB dan iuran Pembangunan. Di samping itu Keraton
Kasunanan juga belum rela melepaskan wilayah Kratonan. Pada tahun 1984 Keraton
Kasunanan meminta masyarakat untuk membayar sewa tanah yang mereka tempati
kepada Keraton. Karena belum ada status yang jelas masyarakat mengikuti saja apa
yang menjadi kemauan Pemerintah Kota Surakarta dan Keraton.11
Perintah dari Walikota Joko Widodo untuk mengajukan permohonan
Sertifikat tanah ke BPN. Pada awal tahun 2006 Walikota Surakarta Joko Widodo
melaksanakan kegiatan Mider Projo di Wilayah Kratonan. Jokowi menayakan
permasalah apa saja yang ada di wilayah Kratonan khusunya RW. I. Masyarakat
10
Surat Menteri dalam Negeri tanggal 26 Mei 1985 yang ditujukan kepada
gubernur tingkat I Jawa Tengah perihal Pengurusan tanah Sunan Grond/ Domein
Kraton Surakarta (DKS) yang ditempati rakyat.
11
Wawancara dengan Sri Murwani peserta sertifikasi, tanggal 9 Oktober 2016
46
menyampaikan bahwa permasalahan di RW. I antara lain Pendidikan dan masalah
tanah. Masalah pendidikan yaitu ada anggota masyarakat yang tidak mampu secara
ekonomi sehingga putus sekolah. Permasalahan tanah di Kratonan yaitu belum jelas
status tanah yang ditempati masyarakat RW. I Kratonan. Masyarakat mempunyai
keinginan untuk memperjelas status tanah yang mereka tempati di Kratonan. Joko
Widodo mengatakan silahkan mengajukan sertifikat ke BPN dan berjanji akan
menyelesaikan permasalahan tersebut.12
Faktor faktor tersebut mendorong
masyarakat Kratonan untuk melaksanakan sertifikasi tanah.
2. Faktor penghambat masyarakat Kratonan melakukan sertifikasi tanah
Awal Proses sertifikasi tanah di Kratonan mengalami hambatan. Hambatan ini
berasal dari internal masyarakat Kratonan. Pola pikir masyarakat Kratonan yang
masih kolot. Masyarakat Kratonan ada yang masih menjadi abdi dalem Keraton
Kasunanan Surakarta. Menurut mereka tanah di Kratonan tidak mungkin bisa
disertifikat karena tanah di Kratonan adalah milik Keraton Kasunanan.
Keraguan masyarakat akan berhasilnya proses sertifikasi tanah. Ada sebagian
masyarakat yang mengajukan sertifikat sejak jaman Walikota Hartomo, Imam Sutopo
dan Slamet Suryanto selalu mengalami kegagalan. Padahal sudah melaksanakan
pengukuran tanah namun Sertifikat tidak dapat keluar.13
Menurut masyarakat proses
12
Wawancara dengan Indradi mantan Kepala Kelurahan Kratonan, tanggal 19
agustus 2016
13
Wawancara dengan Aris Budiono Ketua RT lima, tanggal 1 september
2016
47
sertifikasi merupakan hal yang sulit. Masyarakat tidak memahami tata cara untuk
pengajuan sertifikat, ditambah dengan birokrasi yang berbelit. Mengurus sertifikat
juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan prosesnya yang lama.
C. Pelaksanaan Sertifikasi
Sebelum proses sertifikasi tanah kratonan dimulai BPN melaksanakan
sosialisasi kepada masyarakat Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta. BPN
menjelaskan mengenai status tanah di Kratonan. Secara hukum tanah di Kratonan
statusnya adalah tanah Negara bekas Swapraja yang masuk dalam DKS. BPN
menjelaskan aturan dan dasar hukum mengenai sertifikasi. Selain itu juga dijelaskan
mengenai tatacara pengajuan sertifikasi tanah.
Sosialisasi dilakukan di kediaman Riwindo yang dihadiri oleh pihak
kelurahan, pemerintah Kota Surakarta, BPN dan masyarakat Kratonan. Setelah
berdiaolog antara BPN dengan masyarakat Kratonan dan mengetahui realita di
lapangan. BPN meminta masyarakat untuk membentuk panitia dan menyipakan
syarat -syarat sertifikasi.
1. Pembentukan Panitia Sertifikasi
Wilayah Kratonan belum ditetapkan dalam obyek pelaksanaan sertifikasi
secara sistematis, sehingga pendaftaran hak atas tanah harus dilakukan secara
48
sporadik yaitu dengan mengajukan permohonan atas tanah kehendak sendiri.
Permohonan pendaftaran atas tanah secara sporadik dilakukan secara masal.14
Masyarakat yang akan mengajukan sertifikasi terdiri dari masyarakat RT dua,
RT tiga, RT empat, RT lima, RT enam dan RT tujuh yang masuk dalam wilayah RW.
I Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Surakarta. Masyarakat mengajukan
sertifikasi seluruhnya digunakan atau diperuntukan untuk tempat tinggal.
Banyaknya masyarakat yang mengajukan sertifikasi dan realita yang ada di
masyrakat maka dibentuklah panitia sertifikasi tanah Kratonan. Hal ini juga sesuai
intruksi BPN saat sosialisasi. Masyarakat membentuk panitia untuk mengurusi
administrasi sertifikasi dan menjembatani antara masyarakat peserta sertifikat dengan
BPN. Adapun susunan panitia sertifikasi adalah sebagai berikut
Susunan Panitia Sertifikasi Tanah Kratonan15
Ketua : Soemadi (Ketua RW. I)
Wakil Ketua : Sumarlan (Ketua RT 06)
Sekertaris : Haryanto (Sekertaris RW. I)
Bendahara I : Sis Handoko (Ketua RT 03)
Sigit Danuriyanto (Ketua RT04)
14
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 khususnya mengatur mengenai pendaftaran tanah secara
sporadic
15
Wawancara dengan Sigit Danuriyanto mantan Ketua RT empat, tanggal 26
Agustus 2016
49
Selain panitia di atas kemudian dibentuk lagi panitia panitia kecil di tingkat
RT masing-masing.Panitia tingkat RT diisi oleh pengurus RT masing-masing.
Gambar. 4
Panitia Sertifikasi Tanah Kratonan
dari kanan Sumarlan, Haryanto, Soemadi, Wiryodiprojo, Suradi Siworaharjo, Kris
Sunarno, Riwindo
Bawah dari kanan Sutopo, Aris Budiono, Sis Handoko dan Sigit Danuriyanto
(Sumber : Dokumen Aris Budiono)
Panitia sertifikasi membuat posko di rumah Soemadi selaku ketua RW.
sekaligus ketua panitia. Posko digunakan panitia untuk bekerja, mengumpulkan
berkas-berkas dari masyarakat, mengisi blangko ataupun formulir, melengkapi
50
administrasi dan lain-lain.16
Panitia menjadi penghubung antara masyarakat dan BPN.
Panitia melakukan sharing informasi dari berbagai pihak baik antarmasyarakat, BPN,
DPR, Pemerintah Kota Surakarta, Kelurahan Kratonan, dan Kecamtan Serengan.
Panitia memiliki peran besar dalam pelaksanaan sertifikasi. Mereka bekerja keras,
wira-wiri agar sertifikasi dapat berhasil.17
Guna melengkapi syarat berupa blangko
maupun surat-surat yang harus dibuat beberapa rangkap masyarakat peserta serifikasi
ditarik iuran Rp 5.000. Iuran tersebut digunakan panitia untuk biaya operasional
panitia untuk foto copy, print dan membeli map dan lain sebagainya.18
2. Pengumpulan Berkas
Persyaratan yang harus terpenuhi untuk mengajukan Sertifikat Tanah, yaitu :
a. Surat permohonan
b. Surat keputusan pemberian Hak dari pejabat yang berwenang (lurah)
c. Bukti pelunasan BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan)
d. Surat keterangan Kewarganegaraan.
e. Surat identitas diri pemohon.19
16
Wawancara dengan Soemadi mantan Ketua RW. I, tanggal 7 September
2016
17
Wawancara dengan Indradi mantan Kepala Kelurahan Kratonan tanggal 19
agustus 2016
18
Wawancara dengan Sigit Danuriyanto mantan Ketua RT empat, tanggal 26
Agustus 2016
19
Intruksi Menteri Negara Agraria/Kepala badan Pertanahan Nomor 3 Tahun
1998 dan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Kantor Pertanahan
51
Guna memenuhi persyaratan di atas masyarakat Kartonan menyerahakan data
pemohon yang berisi nama, KTP, KK, SPPT PBB. Masyarakat juga menyertakan
bukti riwAyat kepemilikan tanah yaitu :
Palilah Griya / Pasiten merupakan surat yang diterbitkan oleh Kraton Kasunan
Surakarta Hadiningrat yang bertujuan untuk mendata kembali asset-aset keraton yang
masih tersisa, karena status tanahnya masih magersari dan hanggaduh. Status
magersari menjadikan masyarakat tetap bisa menempati tanah tetapi tetap mengakui
jika tanah tersebut milik Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Hanggaduh yaitu
masyarakat boleh menempati tanah keraton secara turun temurun namun tidak boleh
menjual tanah tersebut.
Surat Keterangan Warisan yaitu surat yang dibuat oleh atau di hadapan
pejabat yang beRW.enang, yang isinya menjelaskan tentang siapa saja ahli waris dari
seseorang yang sudah meninggal dunia. Berdasarkan surat keterangan warisan maka
ahli waris dapat memperoleh hak-haknya terutama terhadap harta peninggalan
pewaris, dalam pembahasan kali ini berupa tanah dan bangunan.
Surat Pelimpahan berisi mengenai pelimpahan atas tanah yang akan diajukan
dalam proses sertifikasi
Surat Keterangan Jual Beli yaitu surat perjanjian sebagai fakta dalam proses
perjanjian jual beli sebagai pembuktian atau akta tentang pembuatan, kenyataan atau
kondisi dalam kesepakatan antara dua belah pihak yang berkaitan dalam jual beli
tanah.
52
Surat pernyataan pembagian hak bersama berisi mengenai kesepakatan
bersama anggota keluarga dalam pengajuan proses sertifikasi.
Surat Keterangan dari Indradi Kepala Kelurahan Kratonan yang mengutakan
status tanah masyarakat Kratonan sesuai dengan riwAyat kepemilikan tanah dan tidak
dalam sengketa.
Kepala Kelurahan Kratonan Indradi sangat cermat dan berhati-hati dalam
pelaksanaan sertifikasi, karena tanggung jawab besar menyangkut aturan Hukum
dikemudian hari. Surat rekomendasi dari BPN yang dirasa Inradi sebagai lurah
memberatkan dirinya. Idradi kemudian berkomunikasi dengan BPN. Jalan keluarnya
adalah dengan mengganti redaksional surat. Lurah harus mengganti surat dalam
jumlah banyak karena mencakup puluhan berkas. Biaya penggantian surat tersebut
ditanggung pribadi oleh indradi selaku lurah ia tidak meminta ganti rugi.20
Surat pernyataan permohonan pensertifikatan tanah yang berisi nama, umur,
pekerjaan dan alamat pemohon dan kesanggupan untuk mengikuti peraturan yang
berlaku. Surat tersebut dibuat di bawah tangan bermaterai.
Surat surat di atas digunakan sebagai acuan atas riwayat kepemilikan tanah
yang dimiliki masyarakat. Berkas-berkas diatas oleh masyarakat diserahkan kepada
panitia sertifikasi. Panitia mengecek kembali berkas-berkas yang ada, apakah sudah
sesuai atau belum.Panitia menyeleksi kelengkapan berkas-berkas yang ada. Dari surat
dan berkas di atas dapat diketahui riwayat kepemilikan tanah dan kejelasan mengenai
20
Wawancara dengan Sis Handoko Ketua RT tiga tanggal 11 Agustus 2016
53
sertifikat hak milik yang akan diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang tidak
mampu melengkapi berkas atau syarat di atas maka tidak bisa diajukan sertifikasi ke
BPN.21
Pemberkasan surat selesai pada tanggal 22 November 2016 dengan jumlah
total 140 pemohon pemohon sertifikat. Panitia sertifikasi kemudian menyerahkan
semua berkas kepada BPN.
Banyaknya masyarakat yang mengajukan sertifikasi dalam pelaksannan
timbul beberapa masalah diantaranya
a. Pemahaman masyarakat peserta sertifikasi yang kurang dalam melengkapi
adminisrtasi maupun berkas-berkas yang dibutuhkan.
b. Jumlah peserta sertifikat yang cukup banyak yaitu 140 KK sehingga
membutuhkan waktu yang lama.
c. Pengisian formulir atau blangko yang diisi oleh masyarakat yang tidak sesuai
ketentuan.
d. KTP yang digunakan oleh pengaju sertifikat tidak berlaku lagi atau menggunakan
KTP orang lain.
Permasalahan ada solusinya sehingga proses sertifikasi dapat terus berlanjut.
Adapun solusinya yaitu
a. Badan Petanahan Nasional Surakarta mengadakan sosialisasi dan pemantauan
secara terus menerus pada proses sertifikasi
21
Wawancara dengan Sumarlan mantan Ketua RT enam, tanggal 20 agustus
2016
54
b. Panitia menerangkan kepada masyarakat mengenai syarat syarat yang harus
dilengkapi untuk sertifikasi tanah
c. Fomulir atau blangko diisikan oleh panitia sertifikasi agar tidak terjadi kesalahan
d. Masyarakat yang masa berlaku KTP habis harsu mengurus perpanjangan KTP
terlebih dahulu
Selain permasalahan di atas yang dapat ditemukan solusinya. Ada
permasalahan yang fatal, sehingga masayarakat tidak dapat melanjutkan proses
sertifikasi. Permasalahan yaitu adanya permasalahan internal keluarga mengenai atas
nama siapa tanah tersebut akan disertifikasi. Di wilayah RT tujuh wawan dan Bu
Prapto berselisih mengenai kepemilikan dan batas tanah yang ditempati.22
Di
wilayah RT tiga Bu Larso silsilah keluarga rumit dan yang bersangkutan tidak
berdomisili di Solo. Permasalah di atas membuat panitia enggan untuk mengurus
proses sertifikasi karena belum adanya kejelasan atas riwayat kepemilikan tanah dan
tanah masih dalam proses sengketa.
3. Pengukuran Tanah
Proses Sertifikasi setelah pegumpulan berkas yaitu pengukuran tanah.
Pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran diikatkan dengan titik titik dasar
nasional sebagai kerangka dasar. BPN melaksanakan pengukuran tanah pada tanggal
22
Wawancara dengan Suradi Siworaharjo peserta sertifikasi, tanggal 21
Agustus 2016
55
18 Januari 2006 dan 22 Januari 2007.23
Pelaksanaan pengukuran tanah dilakukan
BPN didampingi oleh panitia sertifikasi. Pelaksanaan sertifikasi batas-batas tanah
seharusnya diberi Ika, Namun karena daerah yang disertifikasi sangat padat maka hal
itu diurungkan. Apabila dipasang ika sangat menyulitkan karena harus membongkar
bangunan. Masyarakat sepakat tanah yang disertifikasi yaitu bangunan atau tembok
tembok terluar. Setiap sudut tembok yang digunakan sebagai batas sertifikasi diberi
tanda cat merah.Sertifikasi tanah di Kratonan tidak ada batas minimal luas tanah yang
disertifikasi. Semua tanah yang diatasnya sudah ada bangunan untuk tempat tinggal
dapat dajukan sertifikasi asalkan dapat membuktikan kepemilikan tanah dan tidak ada
orang lain yang keberatan. 24
BPN memetakan tanah atau bangunan yang akan disertifikasi. Pengukuran
dilakukan baik luas tanah bangunan dan juga batas batas tanah bangunan. Setelah
pengukuran dan pemetaan selesai dan sudah sesuai berkas yang diajukan pemohon,
aturan dan fakta di lapangan, BPN mengeluarkan surat ukur tertanggal 8 mei 2007.
Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk
peta dan uraian. Terbitnya surat ini berarti menguatkan kembali bahwa tanah dan
bangunan yang diajukan proses sertifikasi tidak dalam keadaan sengketa baik
penguasaan, penggunaan maupun batas batasnya. Selesainya tahap pengukuran
kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu sidang tanah
23
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta Nomor 24-37-
520.1-33-72-2007 tentang pemberian hak milik tanah kepada Masyarakat Kratonan
24
Wawancara dengan Sis Handoko Ketua RT tiga, tanggal 11 Agustus 2016
56
4. Sidang Tanah
Sidang tanah dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2007 di rumah Riwindo RT
dua RW. I Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Surakarta. Sidang tanah dihadiri
oleh BPN, Panitia Sertifikasi, masyarakat peserta sertifikasi dan perangkat kelurahan
Kratonan. Proses sidang tanah berkas berkas yang diajukan oleh masyarakat
dicocokan dengan hasil pengukuran atau pemetaan. Terutama mengenai batas tanah
apakah sudah sesuai dan pemilik tanah dan bangunan yang digunakan sebagai batas
sudah setuju dan tidak keberatan dengan tanah yang akan disertifikasi.
Gambar. 5
Proses Sidang Tanah di Rumah Riwindo Tanggal 10 Mei 2007
(Sumber : Dokumen Aris Budiono)
57
Sebelum proses sidang tanah masyarakat sudah bekonsolidasi. Masyarakat
sudah saling berkompromi akan tanah yang diajukan sertifiksasi. Masyarakat bersedia
untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainya dan sebaliknya. Masyarakat
berkomitmen tidak akan saling memberatkan, sehingga proses sertifikasi dapat
berjalan lancar dan cepat selesai.25
Masyarakat Kratonan menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang
sama yaitu memperoleh sertifikat tanah sehingga mereka saling bekerjasama. Pada
saat yang bersamaan masyarakat mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan dalam rangka proses sertifikasi
tanah.26
Tanggal 29 Mei 2007 terbit Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota
Surakarta tentang pemberian hak milik kepada 140 orang pemohon atas tanah yang
luasnya 7200 m2 yang terletak di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota
Surakarta. BPN telah membaca surat pemohon sertifikat dan sudah
mempertimbangkan hasil pengukuran atau pemetaan tanah dan sidang tanah.
Pengajuan sertifikasi tanah Kratonan sesuai rencana umum tata ruang kota tanahnya
telah sesuai peruntukannya sesuai ketentuan serta garis-garis besar kebijaksanaan
25
Wawancara dengan Sigit Danuriyanto mantan Ketua RT empat, tanggal 26
Agustus 2016
26
C.H. Cooley, Sociological Theory and Social Research, (New York: Henry
Holt and Company, 1930), hlm 176.
58
pemerintah berdasarkan pemeriksaan, maka permohonan masyarakat dapat
dikabulkan.27
Hal ini mengingat peraturan yang ada yaitu :
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Bangunan
Dan Hak Pakai Atas Tanah.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan
Nasional.
f. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan
Nasional.
g. Keputusan Presiden Nomor 173 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 Tentang Kedudukan, Tugas,
Fumsi Kewenangan Susunanorganisasi Dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintahan Non Departemen Republik Indonesia.
27
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta Nomor 24-37-
520.1-33-72-2007 Tentang Pemberian Hak Milik Tanah Kepada Masyarakat
Kratonan
59
h. Keputusan Presiden Nomor 178 Tahun 2000 Tentang Susunan Organisasi
Dan Tugas Lembaga Pemerintahan Non Departemen.
i. Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintahan Non Departemen Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah
Terahir Dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2002.
j. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional Di
Bidang Pertanahan.
k. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
2 Tahun 1999 Tentang Izin Lokasi.
l. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Dan Pembatalan
Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.
m. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Dan Pembatalan Atas Tanah Negara Dan
Hak Pengelolaan.
n. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Repulik Indonesia Nomor 3
Tahun 2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia.
60
o. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Repulik Indonesia Nomor 4
Tahun 2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasioanl Dan Kantor Pertanahan.
Mengingat aturan di atas BPN memberikan Hak Milik kepada masyarakat
Kratonan dengan ketentuan penerima hak milik bertanggung jawab atas segala biaya
akibat pemberian hak milik, Bidang tanah harus diberi tanda batas sesuai ketentuan
perundang-undangan. Masyarakat yang mendapat hak milik diwajibkan membayar
lunas uang pemasukan Negara melalui bendahara khusus. Tanah harus digunakan
untuk tempat tinggal sesuai tujuan pemberian hak. Masyarakat mendaftarakan
tanahnya kepada Kantor Pertanahan Kota Surakarta dengan menyerahkan bukti
pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Banguan. Hal tersebut digunakan
untuk penerbitan Sertifikat.
Masyarakat wajib membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Banguan
yang nominalnya berbeda beda. Biaya Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Atau
Bangunan dihitung dengan rumus
NPOPKP=NPOP – NPOPTKP
BPHTB = 5% x (NPOPKP)
Keterangan rumus
NPOPKP : Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak
NPOP : Nilai Perolehan Objek Pajak
NPOPTKP : Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak,
BPHTB : Bea Perolehan Atas Hak Tanah Dan Bangunan
5% : Prosentasi BPHTB Berdasarkan Kebijakan Pemerintah Sebagai
Penarik Pajak
61
Sebagai sampel Peserta sertifikasi atas nama Sri MuRW.ani yang beralamat
di RT 4 RW. I Kelurahan Kratonan memiliki
Luas tanah72 m2 dikalikan NJOP PBB/ m
2 Rp335.000 hasilnya Rp 24.12000.
Luas Bangunan 64 m2 dikalikan NJOP PBB/m
2 Rp 310.000 hasilnya Rp 19.840.000.
NPOP : Rp 24.120.000 + Rp 19.840.000 = Rp 43.960.000
NPOPTKP : Rp 20.000.000
NPOPKP : Rp 43.960.000 – Rp 20.000.000 = Rp 23.960.000
BPHTB : 5% x Rp 23.960.000 = Rp 1.198.000
Jadi Sri MuRW.ani membayar BPHTB sebesar Rp 1.198.000
Masyarakat peserta sertifikasi yang telah dikabulkan hak miliknya dan telah
membayar BPHTB kemudian mendaftarkan hak miliknya di Kantor Pertanahan Kota
Surakarta dengan membayar biaya Rp 85.000.
D. Penerbitan Sertifikat Hak Milik
Tanggal 6 Agustus 2006 Sertifikat Hak Milik Tanah masyarakat Kratonan
Kecamatan Serengan Surakarta berhasil terbit. Sertifikat yaitu surat tanda bukti Hak,
yang terdiri dari salinan buku tanah yang memuat data yuridis dan surat ukur yang
memuat data fisik hak yang bersangkutan, yang dijilid menjadi satu dalam suatu
sampul dokumen.Sertifikat merupakan pembuktian yang kuat baik subyek dan obyek
dari hak atas tanah. Hak milik menurut pasa 20 UUPA yaitu hak turun temurun,
terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah.
62
Masyarakat yang memperoleh sertifikat RT dua, RT tiga, RT empat, RT lima,
RT enam dan RT tujuh masuk dalam RW. I yang secara adminitratif masuk ke dalam
wilayah Kelurahan Kratonan, Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Jumlah tanah
yang memperoleh Sertifikat Hak Milik adalah 140 yang tebagi dalam enam RT
dengan rincian sebagai berikut
Tabel. 6
Jumlah Bidang Tanah dan Luas Tanah yang Berhasil Disertifikasi
No. Rukun
Tetangga
Jumlah bidang tanah yang
berhasil disertifikasi
Luas tanah yang
disertifikasi (m2)
1. RT 2 27 bidang tanah 1012 m2
2. RT 3 20 bidang tanah 1107 m2
3. RT 4 37 bidang tanah 2154 m2
4. RT 5 11 bidang tanah 585 m2
5. RT 6 20 bidang tanah 1131 m2
6. RT 7 25 bidang tanah 1211 m2
Jumlah 140 bidang tanah 7200 m2
Sumber : Resume Data peserta Sertifikasi Tanah Kratonan
Berdasarkan Tabel. 6 diketahui bahwa jumlah tanah yang disertifkasi total
berjumlah 7200 m2. Jumlah tanah yang disertifikasi paling luas berada diwilayah RT
empat yaitu 2154 m2 dengan jumlah 37 bidang tanah. Jumlah tanah yang disertifikasi
paling sempit di RT lima yaitu 258 m2 dengan 11 bidang tanah. Wilayah RT lima
sebagian besar berada di tepi jalan raya berupa ruko ruko untuk kegiatan ekonomi dan
stusnya sudah bersertifikat.
63
Gambar. 6 Denah Tanah Kratonan yang di Sertifikasi Tahun 2007
(Sumber : Dokumen Pribadi Sigit Danuriyanto)
64
Terdapat fakta-fakta menarik dalam sertifikasi Tanah Masyarakat Kratonan
Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Jumlah peserta sertifikasi jumlahnya cukup
banyak yaitu 140 KK yang tersebar dalam enam RT. Tidak ada batasan minimal luas
tanah yang disertifikasi. Semua tanah yang di atasnya sudah ada bangunan tempat
tinggal dan tanahnya tidak dalam keadaan sengketa baik penguasaan, penggunaan,
riwAyat maupun batas batasnya dapat disertifikasi. Luas tanah yang memperoleh
Sertifikat hak milik paling sempit yaitu Sandiman yang beralamat di RT dua RW. I
Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Surakarta dengan Luas Tanah enam meter
persegi. Luas tanah yang memperoleh sertifikat hak milik paling luas yaitu
PuRW.anto PuRW.o Sukarano dengan Luas Tanah 190m2. Mayoritas masyarakat
Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta yang memperoleh Sertifikat Hak
Milik luas tanahnya tidak lebih dari 100m2. Sertifikat Hak Milik yang diperoleh
masyarakat Kratonan ada yang di atas namakan beberapa orang bahkan hingga di atas
namakan 11 orang yaitu tanah milik keluarga Sri Sujiati. Keterangan yang digunakan
masyarakat untuk menjelaskan riwAyat tanah yang dimiliki mayoritas menggunkan
Surat Palilah Pasiten.
Masyarakat Kratonan Kecamatan Serengan Surakarta bergembira atas
terbitnya Sertifikat Hak Milik atas tanah yang mereka tempati puluhan tahun. Rasa
syukur masyarakat diwujudkan dalam prosesi gunungan yang diarak keliling
kampung Kratonan. Kirab dilaksanakan tanggal 25 Agustus 2007 dimulai dari Kantor
Kelurahan Kratonan kemudian menuju selatan ke Jalan Veteran, kemudian belok ke
arah Jalan Yos Sudarso dan masuk ke Jalan Widoro Kandang. Keluarnya Sertifikat
65
Hak Milik di bulan Agustus bertepatan hegemoni Kemerdekaan. Rombongan kirab
terdiri atas pembawa bendera berjumlah tujuh belas orang, delapan orang prajurit
kraton dan empat puluh lima orang yang mengarak Gunungan, melambangkan Hari
Kemerdekaan Indonesia.
Gambar. 7
Masyarakat Kratonan Mengarak Gunungan sebagai Wujud Rasa Syukur Atas
Berhasilnya Proses Sertifikasi Tanggal 25 Agustus 2007
(Sumber : Dokumen Aris Budiono)
Pada malam harinya mayarakat Kratonan mengadakan Panggung Hiburan
untuk memperingati Kemerdekaan sekaligus luapan kegembiraan atas terbitnya
sertifikat Hak Milik. Acara berlangsung di Eks Pasar Gemblegan dihadiri masyarakat
Kratonan, jajaran Kelurahan Kratonan, Walikota Joko Widodo dan istrinya serta
66
Wakil Walikota FX Hadirudiatmo. Acara disi dengan berbagai pentas seni dari
masyarakat Kratonan.Walikota Surakarta Joko Widodo secara simbolis menyerahkan
Sertifikat Hak Milik tanah kepada peRW.akilan masyarakat Kratonan. Acara pada
malam tersebut ditutup dengan pertunjukan wayang kulit.28
Gambar. 6
Walikota Surakarta Joko Widodo secara Simbolis Menyerahkan Sertifikat Tanah
Kepada PeRW.akilan Masyarakat Kratonan Tanggal 25 Agustus 2007
(Sumber : Dokumen Aris Budiono)
Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum
dalam dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemgang hak atau pihak lain
28
Harian Solopos, 15 Agustus 2007, Koleksi Monumen Pers Nasional.
67
yang dikuasakan olehnya. Pengambilan Sertifikat di Kantor Badan Pertanahan Kota
Surakarta pada tanggal 4 September 2007 diambil oleh panitia sertifikasi dengan
menggunakan Surat Kuasa. Panitia sertifikasi kemudian menyerahkan Sertifikat
kepada masyarakat Kratonan sesuai nama yang tercantum dalam buku tanah.