Upload
melawidyaningrum
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
14
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan
kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang
di sebelah barat dan utara, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi di sebelah timur,
serta Kabupaten Cianjur di sebelah barat dan timur. Secara spasial disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Peta Batas Administrasi Kabupaten Bandung Barat (sumber : Bappeda Kabupaten Bandung Barat 2009)
Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat, meliputi 15 kecamatan yang
terdiri dari: Kecamatan Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat,
Cisarua, Batujajar, Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang,
Sindangkerta, Cihampelas dan Rongga. Pengolahan data dilakukan di Studio
Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Februari sampai Agustus 2010.
15
3.2 Jenis Data, Sumber Data dan Alat Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi terkait. Data primer seperti data
Citra Landsat 1998 dan 2008 diperoleh dari biotrop. Data sekunder berupa Peta
Administrasi, Peta Jenis Tanah, Peta Curah Hujan, Peta Lereng, Peta Tekstur, Peta
Jalan, dan informasi terkait dengan Kabupaten Bandung Barat. Data Kabupaten
Dalam Angka tahun 1998 dan 2008 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Data Potensi Desa diperoleh dari Studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah komputer dengan software
Arcview 3.3, SPSS 16, Microsoft office, dan GPS (Global Positioning System).
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini terbagi atas tiga tahapan, yaitu : (1) tahap persiapan dan
pengumpulan data (2) tahap pengecekan lapang (3) tahap analisis data. Adapun
diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 2.
16
Gambar 2. Aliran Kerangka Penelitian
Jumlah Penduduk 1998 dan
2008 A C B
Tabulasi
Laju
Pertambahan
Penduduk
Laju
perubahan
Lahan
Pola Perubahan Penggunaan
Lahan
Analisis Statistik
Faktor yang Mempengaruhi
Podes 2003 Podes 2008
Analisis Hirarki
Join Data
Peta Hirarki 2003
Peta Hirarki 2008
Digitasi
Overlay
Peta Kelas Kemampuan
Lahan
Peta Desa
D
Peta Jenis Tanah
Peta Curah
Hujan
Peta K
emiringan
Peta Tekstur
B Overlay
A
Kelas Kemapuan lahan per kecamatan Tabulasi
Perubahan Penggunaan Lahan per Kecamatan
Luas Perubahan Penggunaan Lahan pada
Berbagai Kelas Kemampuan Lahan
Pengecekan Lapang
Peta Perubahan Penggunaan
Lahan 1998 dan
Overlay
A
Overlay
Digitasi
Interpretasi
Peta Penggunaan Lahan 1998
Peta Penggunaan Lahan 2008
Peta A
dministrasi
Koreksi Geometri
Citra Landsat 1998
Citra Landsat 2008
Peta Sebaran Penggunaan Lahan pada Berbagai Kelas Kemampuan Lahan
Centroid
Jarak Jalan tol dan
Kabupaten
Luas poligonC
16
17
3.3.1 Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data Penelitian
Tahap ini merupakan tahap persiapan studi literatur dan pengumpulan data.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Landsat 1998 dan
2008, Peta Administrasi, Peta Jalan, Peta Curah Hujan, Peta Jenis Tanah, Peta
Lereng, dan Peta Tekstur. Proses selanjutnya adalah koreksi geometri dari
masing-masing peta sehingga mempunyai koordinat yang sama. Proses pertama
untuk Citra Landsat tahun 1998 dan 2008 adalah penyatuan 7 band yang
kemudian dikoreksi geometri. Setelah itu, pemotongan daerah penelitian dengan
melakukan subset dengan Peta Administrasi yang kemudian siap untuk didigitasi.
3.3.1.1 Interpretasi Citra
Citra Landsat yang telah melalui tahap pertama dapat langsung didigitasi
dengan menggunakan band layer 5,4,2. Digitasi dilakukan dengan menggunakan
software Arc View 3.3 dengan teknik on screen digitizing. Demikian juga hal
yang sama dilakukan dengan peta-peta yang didigitasi lainnya seperti Peta Curah
Hujan, Peta Jenis Tanah, Peta Lereng, dan Peta Tekstur. Namun, untuk
interpretasi Citra Landsat setiap jenis penggunaan lahan dianalisis secara visual
berdasarkan unsur-unsur interpretasi citra seperti rona, pola, tekstur, ukuran,
bayangan, site, situasi, dan asosiasi. Karakteristik setiap kelas penggunaan lahan
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik setiap Jenis Penggunaan Lahan pada Citra Landsat No. Penggunaan Lahan Karakteristik 1 Badan air (kolam,
waduk, dan danau.) Berwarna gelap, bentuk berkelok-kelok (sungai), memiliki batas-batas yang jelas
2 Hutan Warna hijau kegelap-gelapan 3 Lahan terbangun Berwarna magenta tua, pola memanjang
sepanjang jalan atau tidak teratur, membentuk poligon, berbentuk kotak-kotak kecil
4 Tanaman pertanian lahan basah (TPLB)
• fase air : tektur halus, warna biru tua • fase vegetatif : tektur halus, berwarna hijau • fase generatif :tektur halus, berwarna
kuning • sawah bera : tektur halus, berwarna magenta
5 Tanaman pertanian lahan kering (TPLK)
Tektur kasar, pola tidak teratur, berwarna cokelat kehijauan
Sumber : Putri, (2009).
18
3.3.1.2 Tumpang Tindih (Overlay)
Peta-peta yang telah melalui tahapan digitasi kemudian di Overlay, seperti
pembuatan Peta Kelas Kemampuan Lahan yang merupakan hasil overlay dari
peta-peta fisik, sedangkan untuk Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1998
dan 2008 dilakukan proses Overlay kedua peta hasil digitasi. Peta Perubahan
penggunaan lahan pada berbagai kelas kemampuan lahan dihasilkan dari overlay
dua peta, yaitu Peta Kelas Kemampuan Lahan dan Peta Perubahan Penggunaan
Lahan.
3.3.2 Tahap Pengecekan Lapang
Pengecekan lapang dilakukan pada setiap kecamatan, untuk mengambil
data-data penggunaan lahan aktual dan memverifikasi ulang jenis tanah dengan
kelas kemampuan lahannya. Pengecekan lapang dilakukan untuk memperkuat
hasil analisis dan interpretasi terutama dalam kaitannya dengan pengoreksian peta
penggunaan lahan seperti jenis penggunaan lahan, topografi, lereng, dan tekstur.
Data lapang yang diperoleh dicocokkan dengan data hasil analisis. Pengecekkan
lapangan berjumlah 70 titik lokasi yang titik lokasinya dapat dilihat pada Gambar
3.
19
Gambar 3. Peta Lokasi Pengecekan Lapang di Kabupaten Bandung Barat
3.3.3 Tahap Analisis
Tahap analisis terbagi atas dua tahapan, yakni analisis skalogram dan teknik
pendugaan laju perubahan lahan.
3.3.3.1 Identifikasi Tingkat Perkembangan Wilayah
Perkembangan wilayah dianalisis dengan menggunakan metode skalogram.
Penetapan hirarki di suatu wilayah didasarkan pada jumlah dan jenis fasilitas,
serta jarak ke fasilitas tersebut. Dalam penelitian ini dibagi berdasarkan fasilitas
ekonomi, sosial dan pendidikan, serta jarak ke fasilitas. Pada Tabel 3 disajikan
variabel data yang digunakan dalam analisis skalogram.
20
Tabel 3. Variabel Fasilitas yang Digunakan dalam Analisis Skalogram Kelompok Indeks Perkembangan
Wilayah Variabel yang Digunakan
Fasilitas Pendidikan
• Jumlah TK negeri dan swasta • Jumlah SD negeri dan swasta • Jumlah SLTP negeri dan swasta • Jumlah SLTA negeri dan swasta • Jumlah Perguruan Tinggi • Jumlah Madrasah
Fasilitas Sosial
• Jumlah Mesjid • Jumlah Surau • Jumlah Gereja • Jumlah Wihara
Fasilitas Ekonomi
• Jumlah Industri besar • Jumlah Industri kecil • Jumlah pasar dan pertokoan • Jumlah Koperasi
Aksesibilitas Pendidikan • Jarak ke TK terdekat • Jarak ke SD terdekat • Jarak ke SLTA terdekat
Aksesibilitas Ekonomi • Jarak pertokoan terdekat • Jarak pasar terdekat
Adapun kriteria pengelompokkan hirarki, adalah :
• Hirarki I : Jika nilai Indeks Perkembangan Kecamatan lebih besar dari
nilai Stdev dan Rata-rata (IPK>(Stdev+Average)).
• Hiraki II : Jika nilai Indeks Perkembangan Kecamatan lebih besar sama
dengan rata-rata (IPK>=Average).
• Hirarki III : Jika nilai Indeks Perkembangan Kecamatan lebih kecil dari
rata-rata (IPK<Average).
3.3.3.2 Teknik Pendugaan Laju Perubahan Penggunaan Lahan
Teknik pendugaan perubahan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan
seiring dengan waktu, ukuran, atau jarak. Rumus matematik dari teknik
pendugaan perubahan adalah:
∆
Keterangan :
t0 = tahun awal t1 = tahun akhir ∆t= selang waktu
21
Variabel yang digunakan dalam model pertumbuhan ini dapat berupa luas
tiap penggunaan lahan, kepadatan penduduk tiap tahun, penduduk menurut
lapangan usaha dan PDRB menurut lapangan usaha. Dalam penelitian ini
perhitungan menggunakan jumlah penduduk dan luasan penggunaan lahan yang
terdapat dalam suatu wilayah penelitian.
3.3.3.3 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan
Analisis statistik yang digunakan adalah Logistic Regression Analysis.
Logistic Regression merupakan pendekatan pemodelan matematik yang dapat
digunakan untuk mendeskripsikan hubungan dari beberapa variabel penduga (X1,
X2,…, Xk ) dengan variabel tujuan. Berikut ini merupakan persamaan dari model
logistik :
∑
Keterangan :
Y = Variabel binomial β = Konstanta
X = Variabel penduga βj = Koefisien variabel
Variabel penduga (Y) merupakan variabel yang berdasarkan prinsip
statistik dengan sebaran binomial. Misalnya dalam penelitian ini variabel penduga
adalah jenis penggunaan dengan lahan terbangun diberi kode 1 (satu), selain itu
diberi kode 0 (nol). Analisis tersebut dapat menunjukkan peluang (kemungkinan)
terjadinya perubahan penggunaan lahan (Kleinbaum, et al., 2008).
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah Logistic Regression
Analysis dengan prinsip Forward Stepwise yang terdiri dari satu variabel tujuan
yaitu perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun, sedangkan variabel
penduga terdiri dari 13 variabel. Tabel 4 menyajikan variabel-variabel yang
digunakan dalam analisis tersebut.
22
Tabel 4. Variabel-variabel dalam Logistic Regression Analysis Variabel Tujuan (Y) Variabel Penduga (X)
Variabel Perubahan penggunaan lahan 1. Jenis tanah (0 = tidak berubah; 1= berubah) 2. Kemiringan lereng
3. Curah hujan 4. Tekstur 5. Luas tiap penggunaan lahan 6. Pertambahan jumlah penduduk 7. Pertambahan fasilitas pendidikan 8. Pertambahan fasilitas ekonomi 9. Pertambahan fasilitas sosial 10. Jarak ke jalan tol
11. Jarak ke kabupaten 12. Jumlah penduduk 13. Kepadatan penduduk
Dalam proses analisis data-data penduduk dan data sosial ekonomi berbasis
wilayah administratif, sedangkan data penggunaan lahan dan sebaran karakteristik
untuk membangun kemampuan lahan berbasis poligon. Untuk melakukan
matching data basis administratif dan data basis poligon tersebut digunakan
asumsi bahwa penduduk dan segala aktifitas sosial ekonomi tersebar proporsional
sesuai luasan setiap poligon penggunaan lahan terbangun.