Upload
vandien
View
219
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-1
BAB III
METODE DAN ANALISIS INSTALASI
3.1 UMUM
Metode instalasi pipeline bawah laut telah dikembangkan dan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan pada saat proses instalasi berlangsung, ketersediaan dan biaya
penggunaan peralatan instalasi, serta bentuk dan karakteristik struktur pipeline. Setiap
metode instalasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan hanya cocok untuk
kondisi-kondisi tertentu. Metode yang umum digunakan untuk instalasi pipeline
bawah laut adalah metode S-Lay, metode Reel, dan metode Bottom-pull.
3.2 METODE INSTALASI
3.2.1 Metode S-Lay
Metode S-Lay ini merupakan metode yang paling umum digunakan dalam
proses instalasi pipeline bawah laut. Metode ini dilakukan dengan
menggunakan lay-barge. Selama proses instalasi, crane yang ditempatkan di
atas lay-barge digunakan untuk memindahkan segmen-segmen pipa, dengan
panjang sekitar 12 meter, ke bagian weld station. Di bagian ini, segmen-
segmen pipa tersebut disambungkan satu sama lain dengan pengelasan untuk
kemudian diluncurkan ke laut melalui stinger. Sebuah lay-barge dapat
memiliki 5 sampai 12 weld station bergantung pada ukuran barge dan
diameter pipa yang akan diinstal. Contoh lay-barge dan ilustrasi instalasi
metode S-Lay dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-2
Gambar 3.1 Lay-barge yang Digunakan pada Instalasi Metode
S-Lay
Gambar 3.2 Ilustrasi Instalasi Metode S-Lay
Langkah-langkah yang dilakukan pada saat proses instalasi pipeline lepas
pantai dengan metode S-Lay adalah sebagai berikut.
a. Lay-barge diposisikan sejajar dengan rute pipeline dan ditahan dengan
jangkar sebanyak 8 hingga 12 buah. Apabila dibutuhkan, posisi lay-barge
dapat dimiringkan terhadap rute pipeline dengan sudut kecil untuk
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-3
mengakomodasi efek pembelokan arah barge yang disebabkan oleh arus
laut pada saat barge berpindah tempat.
b. Jangkar-jangkar tersebut akan terus dipindahkan oleh kapal anchor-
handling selama proses instalasi berlangsung. Kapal anchor-handling ini
memindahkan jangkar dengan cara menaikkan pelampung jangkar ke atas
kapal sehingga jangkar akan terangkat dari dasar laut. Kapal tersebut
kemudian bergerak, menempatkan jangkar di lokasi baru yang telah
ditentukan, dan melepaskan kembali pelampung jangkar. Setiap
pemindahan biasanya berjarak antara 500 meter sampai dengan 600 meter.
Gambar 3.3 Sketsa Penempatan Jangkar Lay-barge
c. Pipa yang diletakkan di bagian penyimpanan (storage) di atas barge
diangkat dengan menggunakan crawler crane dan kemudian diletakkan di
atas conveyor. Conveyor tersebut kemudian mengirimkan pipa tadi ke
bagian weld station dengan posisi sejajar terhadap pipa yang telah
dikirimkan sebelumnya.
d. Clamp yang terdapat pada weld station menahan posisi pipa-pipa tersebut
untuk proses penyambungan pipa dengan pengelasan.
e. Pengelasan dilakukan di bagian weld station. Sambungan pipa yang dilas
kemudian digerinda agar permukaan pipa tersebut menjadi mulus.
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-4
Gambar 3.4 Layout Peralatan Utama pada Lay-barge
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-5
Gambar 3.5 Bagian Storage di Atas Lay-barge
Gambar 3.6 Penggerindaan Sambungan Pipa yang Telah Dilas
f. Pipa yang telah tersambung kemudian dilewatkan pada tensioner.
Tensioner ini menjepit pipa dengan lapisan karet yang terbuat dari bahan
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-6
polyurethane. Tekanan pada tensioner diatur sedemikian rupa dengan
menggunakan pompa hidrolik sehingga menghasilkan tahanan gesek yang
diperlukan agar pipa tidak merosot ke laut dan coating pada pipa tidak
hancur.
g. Pipa kemudian bergerak maju ke bagian x-ray station. Sambungan pipa
dicek dengan menggunakan sinar x-ray. Apabila ditemukan cacat pada
sambungan pipa, bagian pipa tersebut harus dipotong kembali dan
dilakukan pengelasan ulang. Untuk keperluan pemotongan ini, barge
digerakkan mundur sehingga bagian pipa yang akan disambungkan
bergerak kembali melewati tensioner dan menuju weld station.
Gambar 3.7 Tensioner Pipa pada Lay-barge
h. Pipa lalu digerakkan maju ke bagian pemasangan coating anti korosi.
Coating yang digunakan biasanya berupa gelang yang terbuat dari zinc-
alumunium atau anoda lainnya. Gelang anti korosi ini kemudian dilindungi
dengan lapisan beton. Lapisan beton yang masih baru tersebut dibungkus
lagi dengan menggunakan lembaran logam.
i. Bagian pipa yang telah disambungkan sempurna ini kemudian digerakkan
maju melewati ramp dan menuju buritan pada bagian belakang barge.
Pada tahap ini, pipa tersebut melengkung ke arah bawah akibat pengaruh
dari beban beratnya sendiri. Bagian pipa yang melengkung ke arah bawah
ini disebut overbend.
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-7
Gambar 3.8 Pemasangan Coating Anti korosi pada Sambungan Pipa
Gambar 3.9 Pemasangan Lapisan Aspal pada Sambungan Pipa
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-8
j. Bagian pipa tersebut terus meluncur hingga bagian touchdown point
(lokasi pertemuan pipa dengan dasar laut) dengan menumpu pada stinger
yang dihubungkan pada barge. Stinger ini memiliki pelampung yang
memungkinkan stinger bergerak mengikuti naik turunnya permukaan air
laut. Kurvatur dan proses ballasting stinger ditentukan melalui analisis
sehingga didapatkan konfigurasi stinger dengan kemampuan penyanggaan
pipa yang optimum.
k. Di kedalaman tertentu, bagian pipa akan melengkung ke arah sebaliknya
sebelumnya akhirnya menyentuh dasar laut. Bagian pipa yang melengkung
ke atas ini disebut sagbend. Pada lengkungan ini, pipa mengalami tekanan
maksimum yang diakibatkan oleh kombinasi dari tegangan aksial,
lengkungan vertikal, dan tekanan hidrostatis.
l. Setelah berada di dasar laut, integritas pipa dicek oleh penyelam maupun
video atau ROV.
3.2.2 Metode Reel
Metode Reel ini merupakan salah satu metode instalasi pipeline yang awalnya
ditujukan untuk menginstal pipeline dengan diameter pipa yang kecil. Namun
saat ini, metode ini telah dikembangkan untuk menginstal pipeline dengan
diameter mencapai 300 mm (12 inci) dan 400 mm (16 in). Konsep metode ini
adalah menggulung pipa yang sangat panjang pada reel (gulungan) yang
berukuran besar dan kemudian menginstal pipa tersebut ke dasar laut seperti
memasang kabel bawah laut.
Barge yang digunakan untuk menginstal pipeline dengan metode ini memiliki
reel yang dipasang secara horizontal pada bagian buritan barge. Pada buritan
bagian belakang dipasang juga chute yaitu struktur yang digunakan sebagai
landasan pipa pada saat diturunkan ke laut. Chute ini berfungsi untuk menjaga
pipa agar tidak tertekuk.
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-9
Gambar 3.10 Reel Barge yang Digunakan pada Metode Reel
Gambar 3.11 Struktur Chute
Pipeline yang didesain untuk metode reel tidak boleh memiliki coating beton
tetapi harus memiliki ketebalan pipa yang cukup untuk menenggelamkan pipa
walaupun dalam keadaan kosong. Hal ini relatif ekonomis untuk pipeline
dengan diameter pipa yang kecil. Baja yang digunakan harus mampu menahan
tekukan yang terjadi pada saat pipa digulung dan diluruskan kembali. Selain
itu, coating pipa harus dapat ditekuk tanpa mengalami retak dan tidak
kehilangan sifat adhesinya. Saat ini, sudah dikembangkan coating jenis epoxy
yang dapat ditekuk tanpa mengalami kerusakan.
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-10
Pipa yang akan diinstal dibuat terlebih dahulu di darat dengan panjang sesuai
desain. Pipa tersebut kemudian ditarik ke atas reel barge dan digulung pada
reel. Pada saat penggulungan, kurvatur pipa diatur sedemikian rupa agar pipa
tidak mengalami buckling dan ovalisasi yang signifikan. Selain itu, tekukan
yang terjadi pada pipa harus lebih kecil dari batas yield pipa tersebut.
Setelah penggulungan selesai, reel barge kemudian bergerak menuju lokasi.
Pada umumnya, instalasi pipa dimulai di lokasi platform. Di lokasi ini, pipa
ditarik dari reel melewati chute untuk dihubungkan dengan riser pada bagian
dasar platform.
Reel barge kemudian bergerak maju menyusuri rute pipeline yang telah
ditentukan. Setelah semua pipa terpasang, ujung pipa kemudian diberi
pelampung untuk disambungkan dengan gulungan pipa pada reel barge
berikutnya. Akan tetapi, pada umumnya reel barge memiliki kapasitas yang
cukup untuk menginstal keseluruhan pipeline dalam satu kali penggulungan.
3.2.3 Metode Bottom Pull
Metode bottom-pull telah dikembangkan dan dipergunakan secara luas untuk
proses instalasi pipeline yang melewati daerah pantai yang tersambung dengan
terminal loading di daerah perairan dalam. Saat ini, metode tersebut
dikembangkan lebih lanjut dan dijadikan sebagai metode utama dalam proses
instalasi pipeline yang relatif panjang di daerah perairan dalam. Secara umum,
tahapan instalasi pipeline dengan metode bottom-pull adalah sebagai berikut.
a. Pipeline yang akan diinstal dirakit di darat dan diletakkan secara paralel
dalam bentuk segmen-segmen dengan panjang sekitar 200 meter sampai
dengan 300 meter.
b. Sebuah launching ramp dengan roller pendukung dibangun dari daerah
pantai menuju surf zone.
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-11
Gambar 3.12 Segmen Pipa yang Diletakkan di Atas Launching Ramp
c. Di area surf zone, jalur untuk pipeline (trench) dapat dilindungi dengan
struktur sheet pile sehingga jalur tersebut tetap terbuka.
d. Segmen pertama pipa diletakkan di atas launching ramp. Bagian ujung
pipa yang berada di darat ditahan oleh winch penahan untuk menghindari
pergerakan longitudinal. Sedangkan bagian ujung pipa yang berada di laut
dipasangi nose sebagai tempat penyimpanan pig, tangki pelampung, dan
swivel untuk mencegah terjadinya twisting pada kabel dan pipeline.
Sebuah katrol dipasang di depan swivel dan dilengkapi dengan tangki
pelampung agar tidak terbalik pada saat penarikan pipa.
Gambar 3.13 Pemasangan Penahan pada Bagian Ujung Pipa
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-12
Gambar 3.14 Susunan Nose pada Bagian Ujung Pipa
e. Sebuah barge untuk menarik pipa dijangkar di daerah lepas pantai dengan
jarak 1000 meter atau lebih. Barge ini diposisikan tepat di jalur pipeline
yang telah direncanakan.
f. Sebuah winch berukuran sangat besar dengan satu atau dua buah drum
berkapasitas tarik sangat besar pula dipasang di atas barge. Winch ini
dihubungkan dengan katrol pengatur oleh tali yang melingkar pada katrol
tersebut.
Gambar 3.15 Winch yang Dipasang di atas Barge
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-13
Gambar 3.16 Winch yang Dihubungkan dengan Katrol Pengatur
g. Kabel winch kemudian dihubungkan dengan nose di bagian ujung pipa.
Kabel dilingkarkan ke bagian katrol yang terpasang pada nose tersebut.
Pada bagian ujung barge, dipasangkan landasan kabel untuk mencegah
terjadinya gesekan dan pengausan.
h. Setelah semua persiapan selesai dan cuaca memungkinkan, segmen
pertama pipa tadi ditarik ke arah surf zone. Saat ujung pipa yang di bagian
darat mendekati garis pantai, penarikan dihentikan. Segmen pipa
berikutnya diletakkan di belakang segmen pipa pertama. Bagian
sambungan pipa kemudian dilas dan diberi coating. Setelah selesai,
dilakukan penarikan berikutnya.
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-14
Gambar 3.17 Penarikan Segmen Pipa Pertama
i. Barge kemudian bergerak maju dan posisi jangkar-jangkar diatur ulang.
Segmen pipa berikutnya diletakkan di atas launching ramp, dilas, diberi
coating, dan ditarik lagi.
3.3 ANALISIS INSTALASI METODE S-LAY
Pada umumnya, pipeline diinstal dalam keadaaan kosong sehingga pipeline tersebut
harus didesain untuk dapat menahan tekanan hidrostatis yang tinggi serta
kemungkinan terjadinya bending di sepanjang pipeline. Selain itu, pada saat
diluncurkan dari barge, pipa mengalami tegangan aksial. Oleh karena itu, kejadian
tekuk akibat kombinasi beban pada pipa menjadi pertimbangan utama pada saat
proses desain pipeline.
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-15
Gambar 3.18 Gaya-gaya yang Terjadi pada Pipeline Saat Instalasi
Pada metode instalasi S-Lay, terdapat dua daerah yang muncul pada pipa saat pipa
tersebut diturunkan dari lay-barge yaitu daerah overbend dan daerah sagbend.
Overbend adalah daerah pipa yang berada pada tensioner hingga bagian ujung dari
stinger. Sedangkan sagbend adalah daerah pipa mulai dari titik balik lengkungan pipa
(inflection point) sampai dengan titik sentuh pipa dengan dasar laut (touchdown
point).
Gambar 3.19 Daerah Overbend dan Sagbend
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-16
Kurvatur pipa pada daerah overbend dikontrol dengan pengaturan posisi ramp
penyangga dan pengontrolan kurvatur stinger. Secara umum, radius kurvatur
overbend harus didesain agar kombinasi tegangan maksimum yang terjadi pada pipa
tidak melebihi 85% dari specified minimum yield stress (SMYS).
Persamaan untuk menghitung radius kurvatur minimum pada daerah overbend dapat
diperoleh dari analisis deformasi segmen balok. Perhatikan segmen balok yang
mengalami deformasi pada Gambar 3.20.
Gambar 3.20 Deformasi pada Segmen Balok
Titik O adalah titik berat kelengkungan dan ρ adalah jari-jari kelengkungan. Tegangan
(stress) pada lokasi sejauh y dari garis netral dapat dihitung dengan menarik garis l
yang sejajar garis m sehingga didapat segitiga BCD yang sebangun dengan segitiga
ABC.
ABCDy :: =ρ (3.1)
ρy
ABCD = (3.2)
ABCD=ε (3.3)
ρε y= (3.4)
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-17
Dengan CD adalah perpanjangan dari AB akibat balok melengkung dan εx adalah
tegangan (strain).
Menurut hukum Hooke, pada suatu batang lurus yang dibebani gaya normal sentris P
dengan luas penampang A, perubahan panjang ∆L yang tergantung pada sifat kenyal
batang atau modulus elastisitas E dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
EALPL⋅⋅=∆ (3.5)
AP=σ (3.6)
ELL σ=∆ (3.7)
Eσε = (3.8)
Substitusi persamaan (3.4) ke persamaan (3.8) menghasilkan persamaan untuk
menghitung tegangan (stress) σ sebagai berikut.
Ey⋅=
ρσ (3.9)
Sehingga apabila tinjauan dalam sebuah silinder, nilai y sama dengan besar r yaitu
jari-jari dari silinder tersebut, maka persamaan di atas berubah menjadi
Er⋅=
ρσ (3.10)
ER
D⋅=
2σ (3.11)
Substitusi persamaan 3.8 ke persamaan 3.11 menghasilkan persamaan untuk
menghitung radius kurvatur minimum R sebagai berikut.
DFEDR
02σ= (3.12)
Dimana :
E = Modulus elastisitas, 3 x 107 psi
D = Diameter luar pipa, inci
0σ = Specified minimum yield stress (SMYS), psi
DF = Faktor desain, 85%
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-18
Pada daerah sagbend, analisis tegangan (stress analysis) dilakukan untuk menentukan
tegangan (tension) dan panjang stinger yang dibutuhkan untuk mengerjakan instalasi
pipeline dengan aman. Pada umumnya, semakin besar tegangan yang dibutuhkan
maka semakin pendek stinger yang digunakan. Pada daereh sagbend, tegangan
maksimum yang diijinkan adalah lebih kecil dari 72% SMYS.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan analisis tegangan
pada daerah sagbend yaitu metode linier beam, catenary, stiffened catenary, non-
linear beam, dan metode finite element. Tiap metode dapat memberikan hasil
perhitungan yang akurat pada kondisi tertentu. Tabel 3.1 menunjukkan perbandingan
dari tiap metode analisis di atas.
Tabel 3.1 Perbandingan Metode Analisis Stress pada Daerah Sagbend
Metode Pengaplikasian Syarat batas Validitas Linear-beam Perairan dangkal Mencukupi Defleksi kecil Non linear-beam Semua perairan Mencukupi Umum
Catenary Peraiaran dalam Tidak mencukupi Jauh dari ujung, kekakuan kecil
Stiffened catenary Perairan dalam Mencukupi Kekakuan kecil Finite element Semua perairan Mencukupi Umum
Pada metode linear beam, bentang pipa pada daerah sagbend dimodelkan sebagai
segmen balok seperti terlihat pada Gambar 3.21. Defleksi yang terjadi diasumsikan
sangat kecil.
1<<dxdy
Persamaan pengatur untuk metode ini adalah
2
2
04
4
dxydT
dxydEIq −=− (3.13)
Dimana :
q = Berat pipa dalam air per satuan panjang, lb/ft
EI = Pipe bending stiffness, lb-ft2
T0 = Tegangan efektif pipa bagian bawah, lb
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
Tugas Akhir – Desain dan Analisis Instalasi Struktur Pipa Bawah Laut III-19
Gambar 3.21 Pemodelan Daerah Sagbend
Syarat batas yang digunakan pada metode ini adalah
( ) 00 =y (3.14)
( ) Θ=0dxdy (kemiringan dasar laut) (3.15)
( ) 002
2
=dx
yd (3.16)
( ) HLy = (3.17)
( ) MLdx
ydEI =2
2
(M=0 pada inflection point) (3.18)
qHTT += 0 (3.19)
Metode linear beam ini dapat digunakan sebagai metode analisis tegangan pada
daerah sagbend apabila defleksi yang terjadi sangat kecil.