22
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Seting dan Karakterisitik Subjek Penelitian Pada bab ini berisi tentang waktu, tempat dan subjek penelitian yang akan dilakukan dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi peserta didik laki-laki dan perempuan, latar belakang dan siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini. 3.1.1. Seting Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02. Lokasi sekolah berada di pinggiran kota dan dekat jalan raya. Beralamatkan di Jl Mardi utomo No 16 Sidorejo kidul. Luas sekolah 3.467 m 2 memiliki halaman sekolah dan lapangan.. Berikut denah lokasi sekolah : Gambar 3.1 Denah Lokasi SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga

BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Seting dan Karakterisitik Subjek Penelitian

Pada bab ini berisi tentang waktu, tempat dan subjek penelitian yang akan

dilakukan dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi peserta

didik laki-laki dan perempuan, latar belakang dan siapa saja yang terlibat dalam

penelitian ini.

3.1.1. Seting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02. Lokasi sekolah

berada di pinggiran kota dan dekat jalan raya. Beralamatkan di Jl Mardi utomo No

16 Sidorejo kidul. Luas sekolah 3.467 m2 memiliki halaman sekolah dan lapangan..

Berikut denah lokasi sekolah :

Gambar 3.1

Denah Lokasi SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga

Page 2: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

25

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu bulan Januari sampai

bulan Mei 2015. Bulan Februari persiapan dengan membuat proposal penelitian,

bulan Maret merupakan perencanaan tindakan dalam melakukan penelitian dan

bulan April merupakan pelaksanaa penelitian siklus I, silklus siklus II. Minggu

ketiga bulan April sampai bulan Mei merupakan pengolahan data hasil penelitian,

menyusun laporan penelitian, konsultasi laporan serta persiapan ujian.

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No Keterangan

Waktu

Februari

2015

Maret

2015

April

2015

Mei

2015

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

2 Perencanaan

3 Pelaksanaan I II

4 Pelaporan

3.1.2 Karakterisitik Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga pada

tahun pelajaran 2014/2015, jumlah siswa sebanyak 33 siswa, yang terdiri dari 18

siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Sebagian besar siswa adalah anak buruh

dan petani. Banyak siswa yang kurang terpantau dalam perkembangan belajarnya.

Secara umum karakteristik taraf kognitif siswa masih rendah. Siswa yang taraf

kognitifnya tinggi dengan siswa yang taraf kognitifnya rendah terpaut jauh.

Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif yaitu bekerja sama dengan guru

kolabor. Guru kelas sebagai pelaksana pembelajaran dan guru sejawat yang

ditunjuk sebagai observer. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua sikus

selama dua minggu

Page 3: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

26

3.2. Jenis dan Desain Penelitian

Pada sub judul jenis penelitian dan desain penelitian ini akan diuraikan menjadi

dua sub judul yaitu jenis penelitian dan desain penelitian. Jenis penelitian akan

membahas mengenai jenis penelitian yang akan peneliti lakukan, sementara desain

penelitian lebih kepada model atau rancangan penelitian yang akan di jadikan acuan

oleh peneliti di dalam melaksanakan tindakan penelitian.

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research), sering disingkat dengan PTK. PTK adalah penelitian

tindakan (Action Research) yang dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki

tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas sehingga diharapkan

dapat meningkatkan mutu pembelajaran (Arikunto, 2009). Pada penelitian ini

berkolaboratif dengan guru kelas. Guru sebagai pelaksana pembelajaran dan guru

sejawat yang ditunjuk sebagai observer.

3.2.2 Desain Penelitian

Desain Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan desain penelitian

yang dikembangkan Arikunto melalui desain Kemmis dan Taggart yang

menggambarkan adanya empat langkah, meliputi: “perencanaan (planning),

pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”. Arikunto

(2009:97) melalui desain Kemmis dan Taggart menyatakan bahawa

Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakuakan.

Penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara

berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang

mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah

kolaborasi.

Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa

Page 4: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

27

dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati

apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan.

Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini

dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya

pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi,

keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan

ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi

rancangan tindakan.

Desain bagan dalam penelitian ini menurut Kemmis dan Taggart dalam

Arikunto (2009:97) sebagai berikut:

3.3. Rencana Tindakan

Kemmis dan Taggart dalam (Arikunto, 2009:97) yang menggambarkan adanya

empat langkah, meliputi: “perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”. Rencana tindakan penelitian ini

dilaksanakan pada siklus I, siklus II, dan dengan dikenai tindakan yang sama.

Pada siklus I melakukan perencanaan meliputi : (a) tahap perencanaan yaitu

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menentukan Standar

Gambar 3.2

Tahapan PTK Kemmis dan Taggart

Perencanaan

Perencanaan

Pen gamatan

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Refleksi

Refleksi

Hasil

Siklus I

Siklus II

Page 5: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

28

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilakukan peneliti. Mengembangkan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam indikator. Indikator kemudian

dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Merumuskan kegiatan pembelajaran

yang akan dilakukan guru dengan model pembelajaran Children Learning In

Science (CLIS), menetapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran

yang sesuai dengan materi. Membuat lembar observasi guru dan membuat evaluasi

pembelajaran. Tahap kedua yaitu (b) tahap pelaksanaan, merupakan implementasi

kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

yang akan dilaksanakan oleh guru kelas 5. Tahap ketiga (c) tahap observasi kegiatan

pembelajaran dilakukan oleh observer. Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru

dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas,

kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran CLIS dan hasil belajar peserta didik dalam evaluasi pembelajaran.

Tahap keempat yaitu (d) tahap refleksi, dilakukan selama dan setelah tindakan

dilakukan. Semua informasi yang diperoleh dianalisis dan mengkaji hambatan,

kekurangan, kelemahan pada siklus pertama sebagai dasar penentuan dan

perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mengetahui perubahan atas

tindakan yang telah diberikan dengan membandingkan antara hasil belajar IPA

setelah diberi tindakan dengan hasil belajar IPA pada tindakan sebelumnya.

Berdasar dari hasil tersebut, diadakan tindak lanjut apabila tindakan yang telah

dilakukan tidak menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan hasil belajar

IPA. Kelebihan akan dipertahankan dan kekurangan akan diperbaiki pada tindakan

berikutnya yang didiskusikan dengan guru kelas 5.

Siklus II dirancang berdasarkan refleksi pada siklus I. Kegiatan yang

dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau

kekurangan pada siklus I.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu istilah yang tidak dapat dipisahkan di dalam sebuah

penelitian. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Page 6: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

29

tentang hal tesebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012:38) Dalam

penelitian tindakan kelas terdapat 2 variabel yang digunakan yaitu:

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel independent atau variabel bebas “merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable

dependen (terikat) (Sugiyono, 2012:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran Children Learning In Science ( CLIS ) yaitu model

pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu

masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan

berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan.

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel dependent adalah “variable yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variable bebas” (Sugiyono, 2012:39). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel terikat adalah proses belajar IPA dan hasil belajar IPA siswa

kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Trianto (2014:143) yang menyatakan

bahwa pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses

yang diukur dengan penilaian observasi selama pembelajaran. Nawawi (2007 : 39

) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan

siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Dalam

penelitian ini hasil belajar yang digunakan adalah aspek kognitif berdasarkan hasil

yang diperoleh dari skor evaluasi pada akhir setiap siklus. Hasil belajar IPA diukur

menggunakan tes formatif. Nilai keberhasilan siswa dianalisis menurut Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) dan rata-rata nilai kelas. Sehingga dapat diketahui

keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data disertai instrumennya. Teknik yang dipakai

Page 7: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

30

untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik

tes. Sedangkan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar

observasi dan butir soal tes dengan bentuk pilihan ganda.

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam PTK ini, teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan

observasi dan tes.

a) Observasi

“Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian

ketika peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian” dalam Hamzah (2011:90).

Observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan aktivitas guru dan siswa

dalam menerapkan pembelajaran IPA model Children Learning In Science (CLIS).

Observasi dilakukan dalam tim kolaborator yang terdiri dari guru sebagai pelaksana

pembelajaran dan mahasiswa sebagai observer. Penilaian pelaksanaan

pembelajaran dilakukan dalam bentuk centang atau ceklis meliputi menilai

pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, dan mengobservasi keaktifan siswa

secara berkelompok.

b) Tes

“Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada

seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan

penetapan skor angka” dalam Hamzah (2011:104). Penilaian dilakukan dengan

bentuk soal pilihan ganda pada setiap siklus untuk mengukur perkembangan hasil

belajar siswa sesudah menerapkan pembelajaran IPA model Children Learning In

Science (CLIS).

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari lembar

observasi untuk mengukur aktivitas guru dan aktivitas siswa, dan butir soal tes

digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

a) Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas

siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Children

Learning In Science dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengisian lembar

Page 8: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

31

observasi ini dengan memberikan tanda checklist (√) sesuai hasil yang diamati

observer terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Adapun

kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa disajikan dalam tabel

3.2 dan table 3.3.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek Indikator Nomor

Item

Jumlah

Item

1. Pra

Pembelajaran

a. Mempersiapkan

perlengkapan pembelajaran

b. Membuka pembelajaran

1

2

2

2. Orientasi c. Melakukan Orientasi

berupa apersepsi.

d. Menyampaikan tujuan

pembelajaran.

3

4

2

3. Pemunculan

Gagasan

a. Memberikan pertanyaan

terbuka tentang materi.

b. Meminta siswa menyusun

gagasan atau pendapat.

c. Melakukan tanya jawab

untuk menggali gagasan

awal

5

6

7

3

Page 9: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

32

4 Penyusunan

Ulang

Gagasan

a. Membagi siswa ke dalam

kelompok belajar.

b. Meminta siswa berdiskusi

untuk memahami materi.

c. Meminta siswa

menyampaikan gagasan.

d. Meminta membandingkan

gagasannya dengan

pengertian ilmiah di buku

teks.

e. Meminta siswa melakukan

observasi atau praktikum

f. Meminta siswa melaporkan

hasil observasi atau

praktikum.

8

9

10

11

12

13

6

5 Penerapan

Gagasan

a. Meminta siswa

menganalisis fenomena

lingkungan sekitar yang

berhubungan dengan

materi

14 1

6 Pemantapan

Gagasan

a. Membimbing siswa

menyimpulkan materi yang

dipelajari.

b. Melakukan refleksi

15

16

2

7 Penutup a. Memberikan tindak lanjut

b. Menutup pelajaran dengan

salam.

17

18

2

18

Page 10: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

33

Tabel 3.3

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aspek Indikator Nomor

Item

Jumlah

Item

1. Pra

Pembelajaran

a. Menyiapkan perlengkapan

pembelajaran.

b. Membuka pembelajaran

1

2

2

2. Orientasi a. menanggapi orientasi yang

berupa apersepsi.

b. Memperhatikan secara

seksama ketika guru

menjelaskan tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai.

3

4

2

3. Pemunculan

Gagasan

a. Memperhatikan

pertanyaan terbuka yang

diberikan guru.

b. Menyusun gagasan atau

pendapatnya dalam bentuk

tulisan.

c. Menjawab pertanyaan guru

untuk menggali gagasan

awal.

5

6

7

3

Page 11: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

34

4 Penyusunan

Ulang

Gagasan

a. Membentuk

kelompok belajar.

b. Berdiskusi untuk

memahami materi.

c. Menyampaikan gagasan.

d. Membandingkan

gagasannya dengan

pengertian ilmiah di buku

teks.

e. Melakukan observasi atau

praktikum

f. Melaporkan hasil observasi

atau praktikum.

8

9

10

11

12

13

6

5 Penerapan

Gagasan

a. Menganalisis fenomena

lingkungan sekitar yang

berhubungan dengan

materi

14 1

6 Pemantapan

Gagasan

a. Menyimpulkan materi yang

dipelajari.

b. Merespon refleksi yang

diberikan guru

15

16

2

7 Penutup a. Memperhatikan tindak

lanjut yang diberikan guru

b. Menutup pelajaran

17

18

2

18

Page 12: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

35

b) Butir Soal

Instrumen butir soal tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan sebagai pembanding

peningkatan hasil belajar antar siklus. Soal tes ini berbentuk pilihan ganda yang

diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran tiap siklus. Kisi-kisi soal tes pada siklus

I dan siklus II sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan II

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator No. Item

Jumlah

Item

Siklus I

7. Memahami

perubahan

yang terjadi

di alam dan

hubungannya

dengan

penggunaan

sumber daya

alam

7.1 Mendeskrip

sikan proses

pembentuka

n tanah

karena

pelapukan

Mengidentifikasi jenis-

jenis batuan berdasarkan

proses pembentukannya

Mengidentifikasi jenis-

jenis batuan berdasarkan

ciri-cirinya

Menyebutkan manfaat

batuan dalam kehidupan

sehari-hari.

Mendiskripsikan proses

pelapukan fisika

Mendiskripsikan proses

pelapukan biologi

Mendiskripsikan proses

pelapukan kimia

Menyebutkan contoh

pelapukan batuan di

lingkungan sekitar.

1,2,3,4,5,6,7,

16,17,18

9,13,14,15

8,10,11,12,19

21,27

23,24,30

20,22

25,26,28,29

30

Page 13: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

36

Siklus II

7.2 Mengidentif

ikasi jenis-

jenis tanah

Mengidentifikasi unsur-

unsur pembentuk tanah.

Mendiskripsikan

komposisi lapisan

penyusun tanah.

Mengidentifikasi jenis-

jenis tanah.

Menyebutkan fungsi

tanah dalam kehidupan

sehari-hari.

1,2,3,4,28

5,6,7,8,9,10,

11,12

13,14,15,16,

17,18,20,22,

23,25,29,30

19,21,24,26,

27

30

3.6. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum dilaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menguji instrumen

soal yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan sebelumnya harus diuji

validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukarannya. Uji validitas dan reabilitas ini di

ujikan kepada siswa kelas 5 SD N Tingkir Tengah 01 Salatiga yang berjumlah 28

siswa.

3.6.1 Uji Validitas

Sebelum dilakukan tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan

menyelasaikan sola maka dilakukan uji validitas sehingga nantinya akan

didapatkan butir soal yang valid. “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur”

(Sugiyono, 2012:121). Uji validitas dihitung dengan cara mengkorelasikan antara

nilai yang diperoleh dari setiap item instrumen dengan nilai keseluruhan yang

diperoleh. Besar rtabel sangat bergantung kepada jumlah peserta (N) dan taraf

kesalahannya (a) pada N yang lebih besar maka kemungkinan kesalahan

kesimpulan yang dibuat mengenai hubungan X dan Y lebih kecil sehingga semakin

kecil rtabel yang diperlukan. Sebaliknya bila N lebih kecil maka diperlukan rtabel

yang lebih besar (Purwanto, 2013:116).

Page 14: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

37

Uji validitas dilakukan menggunakan acuan toleransi kesalahan sebesar 5%

atau taraf kepercayaan sebesar 95%. Pelaksanaan uji validitas instrumen

dilakukan di kelas 5 SD N Tingkir Tengah 01 dengan jumlah peserta tes adalah 28

siswa, dengan jumlah responden (N) = 28, maka nilai rtabel = 0,374 dengan taraf

signifikansi 5% (Sugiyono, 2012:333). Nilai rxy ditentukan dengan menghitung

nilai corrected item to total correlation menggunakan aplikasi Statistical Package

For the Social Science (SPSS) versi 22. Sebelum tindakan jumlah soal dibuat

sebanyak 30 butir soal pilihan ganda untuk tiap siklus. Hasil uji validitas siklus I

dan II dapat dilihat pada tabel 3.5 dan table 3.6 berikut ini :

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus 1

Analisis Data

Soal Evaluasi Hasil Belajar Siklus I

Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid

Analisis I

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12 14, 15, 16, 17, 18, 20,

21, 22, 24, 25, 26, 27, 30

13, 19, 23 ,28, dan 29

Analisis II

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12 14, 15, 16, 17, 18, 20,

21, 22, 24, 25, 26, 27, 30

-

Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal terdapat 5 item soal yang tidak

valid yaitu item soal nomor 13, 19, 23, 28, dan 29. Sedangkan 25 soal yang lainnya

terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 22 for Windows. Soal yang

valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus I. Output

data statistik hasil uji validtitas intrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Page 15: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

38

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II

Analisis Data

No. Item Soal Evaluasi Hasil Belajar Siklus II

Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid

Analisis I

2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

23, 24, 27, 28, 29

1, 8, 10, 22, 25, 26, dan

30

Analisis II

2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

23, 24, 27, 28, 29

-

Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal terdapat 7 item soal yang tidak

valid yaitu item soal nomor 1, 8, 10, 22, 25, 26, dan 30. Sedangkan 23 soal yang

lainnya terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 22 for Windows. Soal

yang valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus II.

Output data statistik hasil uji validtitas intrumen selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Arikunto (2009:178) menyatakan bahwa “ apabila data benar-benar sesuai

dengan kenyataannya, maka beberapa kali pun diambil tetap akan sama. Reliabilitas

menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi

dapat diandalkan“. Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS 22. Kriteria

untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang

dikemukakan oleh George dan Marley dalam Wardani, N. S. (2010:35) pada table

3.7 sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Reliabilitas

No Indeks Interprestasi

1 α ≤ 0,7 tidak dapat diterima

2 0,7 ≤ α ≤ 0,8 dapat diterima

3 0,8 ≤ α ≤ 0,9 reliabilitas bagus

4 α > 0,9 reliabilitas memuaskan

Page 16: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

39

Hasil perhitungan uji reliabilitas pada siklus I dan II dapat dilihat pada

tabel 3.8 dan tabel 3.9 sebagai berikut :

Cronbach's Alpha N of Items

,912 25

Cronbach's Alpha N of Items

,910 23

Tabel 3.8 menunjukan bahwa pada siklus I dari 25 butir soal yang valid

memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0,912 Hal ini menunjukan bahwa

reliabilitasnya memuaskan , sehingga soal yang valid dan reliabel sebanyak 25 butir

soal dapat digunakan sebagai intrumen dalam penelitian. Tabel 3.9 menunjukan

bahwa pada siklus II dari 23 butir soal yang valid memiliki nilai cronbach’s alpha

sebesar 0,910. Hal ini menunjukan bahwa reliabilitasnya bagus, sehingga 23 butir

soal tersebut dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian.

3.7. Uji Taraf Kesukaran Instrumen

Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas

dan reabilitas juga harus mempertimbangkan dari tingkat kesulitan soal tersebut.

Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam

menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang

penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi

dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Menurut Sudjana

(2014:137) cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal

adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I

Page 17: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

40

Keterangan :

I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal;

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal;

N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan.

Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin

sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah

soaal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai tersebut:

a. 0,0 – 0,30 = soal kategori sukar;

b. 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang;

c. 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah.

Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal siklus I dan II dapat dilihat

hasil indeks kesukaran intrumen pada table 3.10 sebagai beriku :

Tabel 3.10

Hasil Aalisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I

Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah

0,0 – 0,30 Sukar 4, 8, 14, 20, 21, 22, 27 7

0,31 – 0,70 Sedang 2, 3, 6, 10, 12, 15, 16, 17, 18, 24, 26, 30 12

0,71 – 1,00 Mudah 1, 5, 7, 9, 11, 25 6

Total 25

Dari data tabel 3.10 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat

diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah

soal sebanyak 25 soal terdapat 7 soal dengan kategori sukar, 12 soal dengan kategori

sedang, dan 6 soal dengan kategori mudah.

Selanjutnya untuk data hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus II

hasilnya sebagai berikut:

I= 𝐵

𝑁

Page 18: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

41

Tabel 3.11

Hasil Aalisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus II

Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah

0,0 – 0,30 Sukar 5, 14, 18, 19, 21, 27 6

0,31 – 0,70 Sedang 2, 4, 6, 9, 12, 13, 16, 17, 20, 28 11

0,71 – 1,00 Mudah 3, 7, 11, 15, 23, 24, 6

Total 23

Dari data tabel 3.11 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat

diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah

soal sebanyak 23 soal terdapat 6 soal dengan kategori sukar, 11 soal dengan kategori

sedang, dan 6 soal dengan kategori mudah.

Mendasakan dari hasil uji validitas, reliabilitas dan kesukaran instrumen

maka pada penelitian ini ditetapkan 20 butir soal pada siklus I dan 20 butir soal

pada siklus II yang digunakan sebagai instrument penelitian.

3.8. Teknik Analisis Data

Data kualitatif yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis

analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dan

refleksi dari tiap-tiap siklus, sedangkan data kuantitatif menggunakan deskriptif

komparatif yaitu membandingkan kondisi sebelum tindakan, nilai tes setelah siklus

I, nilai tes setelah siklus II.

3.8.1 Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. “Langkah

pertama dalam proses pengolahan hasil belajar adalan pengskoran dari data mentah

berdasarkan hasil belajar siswa (Arifin, 2009:221)”. Selanjutnya angka-angka hasil

penilaian diubah menjadi nilai-nilai untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai

hasil belajar siswa.

Cara pemberian skor terhadap tes hasil belajar pada penelitian ini dengan

memberikan skor pada soal bentuk pilihan ganda.

Page 19: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

42

a. Penskoran soal bentuk pilihan ganda

Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda menurut Zaenal Arifin (2009:229) ada

tiga macam yaitu “penskoran tanpa koreksi, penskoran ada koreksi, dan pengskoran

dengan butir beda bobot”. Peneliti menggunakan teknik penskoran tanpa koreksi

yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai

satu (tergantung pada bobot butir soal). Skor peserta didik diperoleh dengan cara

menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar dengan menggunakan rumus:

(Arifin, 2009:229)

Keterangan :

B = jumlah jawaban benar

N = jumlah soal

Skala = 0-100

b. Menghitung rata-rata hasil belajar menggunakan rumus:

(Sudjana, 2014)

keterangan :

X = rata-rata (mean).

∑X = jumlah seluruh skor.

N = banyaknya subjek.

Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa dalam

pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning In Science dapat

digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria ketuntasan belajar secara klasikal

adalah sebagai berikut:

Skor = 𝐵

𝑁 X

100

X = ∑𝑋

𝑁

Page 20: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

43

Tabel 3.12

Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal

(%) Kualifikasi

90% - 100% Sangat baik

80% - 89% Baik

70% - 79% Cukup

60% - 69% Kurang

<59% Kurang sekali

c. Menentukan batas minimal ketuntasan belajar

Dalam penelitian ini setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi

jawaban benar siswa ≥ 65.

3.8.2 Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran. Pengolahan data hasil observasi aktivitas guru

dan aktivitas siswa selama pelaksanaan siklus I dan II. Observasi aktivitas guru dan

aktivitas siswa digunakan untuk mengukur apakah guru dan siswa sudah baik dalam

menerapkan pembelajaran IPA model Children Learning In Science (CLIS).

Lembar observasi aktivitas guru terdiri dari 15 penyataan yang terbagi dalam

kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir dan

lembar aktivitas siswa terdiri dari 15 pernyataan yang terbagi dalam kegiatan pra

pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Observer mengamati

aktivitas guru selama 2 siklus. Observer mengisi lembar observasi aktivitas guru

dan aktivitas siswa dengan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2012:93) yaitu

dengan memberikan tanda centang pada kolom skor 1 (jika pernyataan dilakukan

guru dalam kategori sangat tidak baik), 2 (jika pernyataan dilakukan guru dalam

kategori tidak baik), 3 (jika pernyataan dilakukan guru dengan kategori baik), dan

4 (jika pernyataan dilakukan guru dengan kategori sangat baik). Setelah itu skor

yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus:

Page 21: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

44

(Purwanto, 2013)

Keterangan :

S = skor yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh

N = skor maksimum-ideal dari tes yang bersangkutan

SM = Standard Mark (besarnya skala penilaian yang dikehendaki) 1-100 (%)

Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, maka kriteria hasil observasi

aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran

Children Learning In Science dapat digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria

hasil observasi secara klasikal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12

Kriteria Hasil Observasi Klasikal Aktivitas Guru dan Siswa

(%) Kualifikasi

90% - 100% Sangat baik

80% - 89% Baik

70% - 79% Cukup

60% - 69% Kurang

<59% Kurang sekali

3.9. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD

N Sidorejo Kidul 02 Salatiga melalui model pembelajaran Children Learning in

Sciense pada pembelajaran IPA meliputi indikator proses dan hasil. Indikator proses

dan hasil dijabarkan sebagai berikut:

S = 𝑅

𝑁 x SM

Page 22: BAB III METODE PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/T1_292011087_BAB III.pdf · mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi

45

3.9.1 Indikator Proses

Indikator proses merupakan indikator keberhasilan dari proses pelaksanaan

tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa melalui penerapan

model pembelajaran Children Learning in Sciense. Pada penelitian ini aktivitas

guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran

Children Learning in Sciense dapat dikatakan berhasil apabila mengalami

peningkatan secara signifikan minimal 10%.

3.9.2 Indikator Hasil

Indikator hasil dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPA, penerapan model

pembelajaran Children Learning in Sciense dikatakan dapat meningkatkan hasil

belajar IPA apabila siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga secara signifikan

mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 65 dan

mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar

IPA meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 65 yang ditentukan oleh sekolah atau

ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 90 % dari 33 siswa (kriteria sangat baik)

dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning in

Scienses