Upload
truongnhu
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1 Alat
Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
• Tungku Pengarangan
Tungku Pengarangan di gunakan sebagai tempat pengarangan kulit biji
jarak dan kulit singkong sebelum di lakukan penumbukan.
Gambar 3.1 Tungku Pengarangan
• Blender
Blender digunakan sebagai alat untuk proses penghalusan bioarang
kulit biji jarak dan bioarang kulit singkong agar menjadi serbuk yang
akan digunakan untuk membuat biobriket.
18
Gambar 3.2 Blender
• Ayakan
Ayakan digunakan untuk mengayak serbuk bioarang agar
mendapatkan ukuran yang seragam dan sesuai dengan yang diinginkan
(lolos ukuran 30 dan 40 mesh).
Gambar 3.3 Ayakan
• Kompor Gas
Kompor gas digunakan untuk membuat adonan bahan perekat
biobriket yang terbuat dari tepung tapioka.
19
Gambar 3.4 Kompor Gas
• Baskom
Baskom digunakan sebagai tempat untuk mencampur adonan bioarang
dan bahan perekat.
Gambar 3.5 Baskom
• Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk menimbang berat bahan-bahan
yang akan digunakan dalam pembuatan biobriket.
20
Gambar 3.6 Timbangan Digital
• Cetakan Briket
Cetakan biobriket digunakan untuk mencetak adonan briket agar
mendapatkan bentuk yang seragam.
Gambar 3.7 Cetakan Briket
• Alat Kuat Tekan
Alat kuat tekan digunakan untuk memadatkan bioarang yang telah di
cetak agar briket tidak mudah pecah.
Gambar 3.8 Alat Kuat Tekan
21
• Oven Listrik
Oven listrik digunakan untuk proses pengeringan biobriket yang telah
dicetak agar mudah menyala pada saat proses pembakaran.
Gambar 3.9 Oven Listrik
• Bomb Calorimeter
Bomb calorimeter digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai kalor
yang dihasilkan.
Gambar 3.10 Bomb Calorimeter
22
• Stopwatch
Stopwatch digunakan sebagai alat untuk mengetahui lama waktu
pembakaran dari briket.
Gambar 3.11 Stopwatch
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kulit biji jarak
2. Kulit singkong
3. Bahan perekat (tepung tapioka)
4. Air
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan agustus 2018. Bertempat di laboratorium
sebagai berikut :
1. Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang untuk
melakukan pengujian lama nyala briket.
2. Laboratorium Teknologi Beton Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Malang untuk pengepresan dan pengovenan briket.
3. Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang untuk melakukan
uji nilai kalor.
23
3.3 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Persiapan bahan baku
Kulit biji jarak Dan
Kulit singkong
Proses Karbonisasi
Kulit Biji Jarak
Proses Karbonisasi
Kulit Singkong
Pengeringan Bahan
Penghalusan Penghalusan
Pengayakan
Ukuran 30 mesh
Pengayakan
Ukuran 40 mesh
Pengayakan
Ukuran 30 mesh
Pengayakan
Ukuran 40 mesh
Pencampuran Adonan Briket
Pencetakan
Perekat
Tapioka
Pengeringan Briket
(Oven+Panas Matahari)
Analisa Data
Pengujian
Selesai
24
Pembuatan biobriket dari kulit biji jarak dan kulit singkong ini terdapat
beberapa tahapan pekerjaan yang menggambarkan proses pembuatan briket.
Berikut tahapan-tahapan eksperimen dalam pembuatan briket dari kulit biji jarak
dan kulit singkong:
3.3.1 Persiapan bahan baku
Bahan baku yang disiapkan dalam penelitian ini adalah kulit biji jarak dan kulit
singkong bagian luar yang berwarna putih dan coklat. Kemudian bahan tersebut
dibersihkan dari material-material tidak berguna dan di potong kecil-kecil guna
untuk mempercepat proses pengeringan.
3.3.2 Pengeringan Bahan
Bahan baku yang telah tersedia terlebih dahulu dikeringkan dibawah sinar
matahari selama 2 hari, karena pada saat penelitian cuaca cukup terik sehinnga
tidak butuh waktu lama untuk mengeringkan bahan. Pengeringan ini bertujuan
untuk mempermudah pada saat proses karbonisasi / pengarangan.
3.3.3 Proses Karbonisasi / Pengarangan
Proses karbonisasi adalah proses pembakaran bahan baku menjadi arang. Hasil
penelitian oleh Sudrajat (1983) mengatakan bahwa karbonisasi bertujuan untuk
menguraikan kadar zat terbang penyebab asap dan meningkatkan nilai kalor
pembakaran. Bahan baku yang sudah dikeringkan tersebut lalu di bakar di dalam
kaleng secara terpisah pada masing-masing bahan. Kaleng diberi lubang kecil
pada bagian atas agar tetap ada udara yang masuk kedalam drum dan asap yang
keluar dari dalam drum dapat terlihat, untuk mempermudah proses pembakaran
digunakan minyak tanah untuk memancing timbulnya api, apabila kedua bahan
baku telah menjadi arang, kemudian didinginkan dengan cara mengeluarkan
arang dari kaleng.
3.3.4 Penghalusan
Kulit biji jarak dan kulit singkong yang sudah menjadi arang selanjutnya
dihaluskan dengan cara di blender.
25
3.3.5 Pengayakan
Setelah dihaluskan, untuk mendapatkan ukuran yang seragam kedua bahan di
ayak menggunakan ayakan 30 dan 40 mesh. Permukaan yang seragam akan
memudahkan bahan baku menempel dan berikatan satu sama lainnya. Menurut
Nurhayati (1983), ukuran serbuk arang yang halus untuk bahan baku briket arang
akan mempengaruhi keteguhan tekan dan kerapatan briket arang. Semakin halus
maka kerapatannya akan semakin meningkat. Makin halus ukuran partikel,
makin baik briket yang dihasilkan. Ukuran partikel yang terlalu besar akan sukar
pada waktu dilakukan perekatan, sehingga mengurangi keteguhan tekan briket
yang dihasilkan. Sebaiknya partikel mempunyai ukuran 40-60 mesh (Mikrova,
1985).
3.3.6 Pencampuran
Proses pencampuran dari kedua bahan yang sudah menjadi serbuk akan dicampur
dengan perekat tepung tapioka. Pencampuran ini bertujuan untuk menyatukan
bahan arang serbuk dan perekat tepung tapioka untuk menjadi adonan briket.
Dimana berat total dari satu briket adalah 80 gram. Serta menggunakan perekat
tepung tapioka sebanyak 4 gram atau 5% dari berat total. Beberapa variasi
perbandingan komposisi bahan dan ukuran mesh yaitu seperti di tunjukkan pada
tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Spesifikasi komposisi bahan dan ukuran mesh
No
Kode
Sampel
Komposisi
Ukuran
Mesh
Perekat
(%)
Massa
(gr) Kulit Biji
Jarak (%)
Kulit
Singkong (%)
1 A1 100 0
30
5 80
2 A2 75 25 5 80
3 A3 50 50 5 80
4 A4 25 75 5 80
5 A5 0 100 5 80
6 B1 100 0
40
5 80
7 B2 75 25 5 80
8 B3 50 50 5 80
9 B4 25 75 5 80
10 B5 0 100 5 80
26
3.3.7 Pencetakan
Untuk pencetakan briket berbentuk tablet dan digunakan alat cetakan berupa pipa
besi berdiameter 6.4cm dan ditekan menggunakan besi padat berdiameter 6.3cm
dengan diberi tekanan pengepresan 2 KN / 203,9 kg untuk memadatkan partikel.
3.3.8 Pengeringan Briket
Briket yang sudah selesai dicetak lalu dikeringkan menggunakan oven dengan
suhu 90oC selama 5 jam dan kemudian dibantu dengan cara dijemur dibawah
sinar matahari selama 1 hari, tujuannya untuk menurunkan kandungan air pada
briket, sehingga briket cepat menyala dan tidak berasap.
3.4 Variabel Bebas Dan Variabel Terikat
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menyebabkan
berubahnya variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
• Variasi komposisi bahan
Tabel 3.2 Perbandingan komposisi bahan
Kulit Biji Jarak Kulit Singkong
100% 0%
75% 25%
50% 50%
25% 75%
0% 100%
• Ukuran mesh yang di gunakan 30
• Ukuran mesh yang digunakan 40
27
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi titik pusat penelitian. Variabel
terikat merupakan variabel yang tidak dapat diubah keberadaannya. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah nilai kalor dan lama waktu nyala dari
briket.
3.5 Pengujian
3.5.1 Kerapatan
Briket dengan kerapatan tertinggi dapat meningkatkan nilai kalor
bakarnya. Besar kecilnya kerapatan dapat dipengaruhi oleh ukuran dan
keseragaman partikel penyusun briket tersebut. Semakin tinggi ukuran
keseragaman ukuran partikel, maka kerapatan briket akan semakin tinggi pula
(Nurhayati, 1983). Kerapatan briket dapat dihitung menggunakan persamaan
3.1.1 :
ρ = 𝑀𝑘
𝑉 …………………………………………. (3.1.1)
Keterangan: ρ = Densitas suatu bahan (gr/cm3)
Mk = Massa kering bahan (gr)
V = Volume bahan (cm3)
3.5.2 Kadar Air
Pengujian kadar air merupakan suatu cara untuk mengukur banyaknya
air yang terdapat didalam briket. Sebelum briket dimasukkan ke dalam oven,
briket ditimbang menggunakan timbangan digital terlebih dahulu untuk
mengetahui massa briket. Setelah mengalami proses pengeringan di dalam
oven dengan suhu tertentu, briket didinginkan dan ditimbang kembali. Selisih
massa briket sebelum dan setelah dimasukkan ke dalam oven merupakan
kandungan air yang terkandung dalam briket (Marzan, 2016). Kadar air dapat
dihitung menggunakan persamaan 3.1.2 :
28
Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖 𝑂𝑣𝑒𝑛
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙𝑥 100% …… (3.1.2)
3.5.3 Kadar Abu
Pengujian kadar abu bertujuan untuk mengetahui limbah abu yang
dihasilkan. Kadar abu dapat dihitung menggunakan persamaan 3.1.3 :
Kadar Abu = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100% …… (3.1.3)
3.5.4 Nilai kalor
Nilai kalor sangat penting bagi biobriket arang sebagai bahan bakar
untuk menentukan kualitasnya. Semakin tinggi nilai kalor bakar biobriket
arang, maka akan semakin baik pula kualitas yang dihasilkan. Nilai kalor pada
biobriket dapat dihitung menggunakan persamaan 3.1.4 :
Hbb = ∆𝑡 (𝑁𝑎−𝑚𝑎)
𝑚𝑏𝑏 …………………………………………. (3.1.4)
Keterangan : Hbb = Nilai kalor (kal/gram)
Na = Nilai ekivalen air
𝑚𝑏𝑏 = massa bahan bakar (gram)
𝑚𝑎 = massa air dalam bejana (gam)
∆𝑡 = Kenaikan suhu pada bejana dalam (oC)
3.5.5 Lama Waktu Pembakaran
Lama waktu pembakaran briket di hitung dengan cara waktu
pembakaran awal sampai briket menjadi abu dengan menggunakan stopwatch.