Upload
doanphuc
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitan
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif eksperimen
dengan rancangan penelitian non-equivalent control group
design (pretest- posttest with control group). Pengambilan data
dilakukan pada kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol masing-masing kelompok dilakukan pre-
test, kemudian pada kelompok perlakuan diberikan intervensi
yaitu terapi yoga tawa, sedangkan kelompok kontrol tidak
dilakukan intervensi. Post-test dilakukan pada kedua sampel
yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol secara
serentak. Pada tipe desain ini, tidak ada randomisasi,
karakteristik kelompok sangat penting dalam mempertinggi
validitas internal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan
kelompok kontrol (Sugiyono, 2012).
3.2. Desain Penelitian Eksperimen
Kelompok yang digunakan dalam penelitian kali ini
adalah lansia dengan hipertensi di Panti Wreda Salib Putih
untuk kelompok perlakuan dan lansia dengan hipertensi di
Wisma Lansia Maria Martha Salatiga untuk kelompok kontrol.
52
Pada kedua kelompok dilakukan pre-test yaitu dengan
mengukur tekanan darah pada para partisipan, kemudian pada
kelompok perlakuan diberikan intervensi yaitu yoga tawa. Post-
test dilakukan serentak setelah dilakukan intervensi yaitu
dengan mengukur tekanan darah pada para partisipan baik pad
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Bentuk desain
penelitian eksperimen kali ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen.
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Perlakuan O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Sumber: Sugiyono, 2000
Keterangan:
O1 : Pengukuran pada kelompok perlakuan sebelum
diberikan intervensi.
O2 : Pengukuran pada kelompok perlakuan setelah
diberikan intervensi yaitu yoga tawa
X : Pemberian intervensi, yoga tawa pada lansia.
O3 : Pengukuran pada kelompok kontrol yang dilakukan
pertama kali bersamaan dengan kelompok perlakuan
pada saat pre-test.
53
O4 :Pengukuran kedua pada kelompok kontrol
bersamaan dengan kelompok perlakuan pada saat
post-test
- : Tanpa pemberian intervensi yoga tawa pada lansia.
3.3. Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian ini mencantumkan variabel
independen berupa yoga tawa, sedangkan variabel dependen
berupa tekanan darah sistole dan diastole pada lansia dengan
hipertensi. Pada penelitian ini juga terdapat variabel perancu yaitu
variabel yang mengganggu hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen, variabel perancunya adalah obat
antihipertensi. Peneliti ingin mengetahui bagaimana efektivitas
yoga tawa terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi.
54
3.4. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini memiliki konsep penelitian yang digunakan
penulis,yaitu sebagai berikut:
Variabel Independen t Variabel Dependent
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep
Kerangka konsep di atas menjelaskan bahwa ada dua
(2) variabel yang digunakan peneliti yaitu variabel
independent yang terdiri dari yoga ketawa dan obat
antihipertensi dan variabel dependent yaitu tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi. Variabel independent akan
meningkatkan hormon endorfin yang akan berpengaruh
Yoga ketawa Tekanan darah pada
lansia dengan
hipertensi
Fungsi sistem limbik
yang merupakan pusat
pengaturan emosi
Meningkatkan hormon
endorfin
Penurunan tekanan
darah pada lansia
55
pada penurunan sistem limbik yang merupakan pusat
pengaturan emosi dan hasilkan akan menurunkan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi.
56
3.5. Definisi Oprasional Variabel
Di dalam penelitian ini, memiliki 2 macam variabel, variabel yang pertama yaitu variabel
independen yaitu yoga tawa, variabel dependen yaitu hipertensi dan variabel moderator yaitu pengonsumsian
obat antihipertensi. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing variabel:
No (1)
Variabel (2)
Definisi (3)
Alat Ukur (4)
Hasil Ukur (5)
Skala (6)
1 Variabel Independent: yoga tawa
Yoga ketawa adalah latihan yang menggabungkan tawa tanpa syarat dengan pernapasan yoga (Pranayama). Model Yoga tawa memiliki beberapa langkah, antara lain tepuk tangan dan latihan ho-ho ha- ha-ha selama yoga ke tawa,pernapasan dalam, latihan bahu, leher, dan peregangan masingmasing 5 kali,tawa sapaan, tawa singa, tawa apresiasi, apresiasi, tawa pesawat, tawa bill, tawa membuat susu, dan tawa
Prosedur yoga tawa
Perlakuan yoga tawa
Nominal
Tabel 3.2 Definisi Operasional, Variabel Penelitian, dan Skala Penelitian
57
high-tos dan di akhiri dengan tahap relaksasi. . Yoga tawa membutuhkan waktu 15-30 menit. Terapi ini akan diberikan 1 kali dalam waktu 1 hari dengan sekali terapi ± 30menit. ( Kataria, 2004)
2. Variabel dependent: Hipertensi
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Anne, 2000)
Tensimeter Analog (jarum) dan stetoskop
Hasil dari pengukuran tekanan darah ini terdiri dari tekanan sistol dan diastol, yang diamati dalam penelitian ini apakah tekanan darah naik, stabil atau turun setelah dilakukan yoga tawa setelah dberikan
Rasio
58
Sumber: Kataria, 2004.
Anne, 2000.
selama 3 kali.Pengukuran akan dilakukan di awal dan akhir intervensi.
59
3.6. Partisipan Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang
akan diteliti. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah
30 orang lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga dan 22
lansia di Wisma Lansia Maria Martha Salatiga. Peneliti
mengambil 2 panti dalam penelitian ini dengan pertimbangan
sifat lansia yang sering cemburu sosial dalam arti apabila
beberapa lansia di dalam satu panti melakukan yoga ketawa,
namun ada beberapa orang tidak disertakan maka akan
timbul kecemburuan antar lansia yang ada di Panti Wredha
tersebut.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan
obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Sampel pada penelitian kali ini adalah dari 20 lansia yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang di bagi menjadi 2
kelompok yaitu 10 lansia di Panti Wreda Salib Putih Salatiga
sebagai kelompok perlakuan dan 10 lansia di Wisma Lansia
Maria Martha Salatiga sebagai kelompok kontrol.
60
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan
sampel. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini
adalah purposive sampling. Ini termasuk teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
peneliti. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan kriteria
inklusi dan eksklusi untuk menentukan sampel.
3.7. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti
untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika
terhadap variabel-variabel yang ternyata memiliki pengaruh
terhadap variabel yang diteliti. Kriteria sampel dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
yang akan diteliti. Adapun kriteria inklusi dari penelitian
ini adalah:
a. Lansia dengan usia ≥ 60-85 tahun, mengambil
responden dengan usia ≥ 60 tahun karena menurut
WHO seseorang dikatakan lanjut usia ketika seseorang
telah berusia ≥ 60 tahun.
61
b. Lansia dengan tekanan darah ≥ 140 mmHg maksimal
190 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan atau ≥ 90
mmHg maksimal 100 mmHg untuk tekanan darah
diastolik, mengikuti standar dari Kementerian
Kesehatan RI yang mendefinisikan hipertensi yaitu
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg serta
dalam kondisi kesehatan umum lansia yang baik.
c. Mandiri atau mampu bergerak bebas, responden harus
mampu mandiri dan mampu bergerak bebas
dikarenakan pada saat perlakuan yoga ketawa, ada
beberapa gerakan yoga ketawa untuk berjalan.
d. Bersedia menjadi responden, setiap responden tidak
melakukan yoga ketawa karena keterpaksaan, namun
karena ingin mengikuti yoga ketawa, sehingga yoga
ketawa bisa efektif dilakukan.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
studi karena berbagai sebab. Adapun kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah apabila subjek menolak untuk
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini dan
62
ketika dalam waktu 3 minggu perlakuan lansia sakit dan
tidak dapat mengikuti perlakuan yoga ketawa.
3.8. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di
Wisma Lansia Maria Martha Salatiga dan Panti Wreda Salib
Putih Salatiga. Kedua lokasi ini dipilih karena memiliki
populasi lansia dengan hipertensi yang cukup tinggi.
Waktu untuk penelitian ini saat pagi hari, dan yoga
ketawa dilaksanakan sebanyak 5 kali intervensi dalam 1
minggu selama 3 minggu berturut- turut, pada penelitian ini,
peneliti memberikan intervensi yoga ketawa selama 20
menit setiap pertemuannya. Sedangkan waktu pelaksanaan
penelitian ini adalah pada tanggal 11-30 April 2016.
Pelaksanaan dilakukan pada tanggal tersebut karena
peneliti harus mengikuti pelatihan yoga ketawa bersertifikat
dan persiapan teori sebelum melakukan penelitian yoga
tawa.
3.9. Teknik Pengumpulan Data
1. Alat Penelitian
Penelitian yang menggunakan metode kuantitatif
eksperimental ini, kualitas pengumpulan datanya sangat
ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpulan
data yang digunakan. Instrumen yang berkualitas dapat
63
dipertanggungjawabkan jika sudah terbukti validitas dan
reliabilitasnya. Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah tensimeter analog atau jarum dan stetoskop.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk
mengukur tekanan darah adalah tensimeter atau
sygnomanometer analog merek ABN dengan spesifikasi
rentang tekanan 0-300 mmHg, dengan batas ketelitian 2
mmHg dan stetoskop merek ABN. Pengukuran dilakukan
oleh peneliti sendiri. Sebelum pengukuran, responden di
jelaskan terlebih dahulu tentang prosedur pengukuran
tekanan darah agar mengurangi kecemasan. Pengukuran di
ulang sebanyak dua kali pada setiap kali pengukuran untuk
memastikan ketepatan pengukuran yang dilakukan.
Sedangkan cara pengukurannya adalah Anne (2000):
a. Atur posisi duduk responden dengan lengan diangkat
setinggi jantung.
b. Pajankan lengan atas responden.
c. Palpasi arteri brakialis dan pusatkan anak panah
manset pada 2,5 cm diatas arteri brakialis.
d. Pasang manset yang telah mengempis sempurna
pada lengan responden.
e. Pastikan manometer terletak setinggi titik pandang
mata pengukur.
64
f. Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset 30
mmHg diatas titik nadi tak teraba lagi.
g. Kempiskan manset pelan-pelan sambil
memperhatikan titik nadi teraba lagi.
h. Pasang stetoskop pada nadi brakialis dan telinga
pengukur.
i. Pompa manset dan kempiskan pelan-pelan,
perhatikan titik nadi terdengar jelas pertama dan titik
nadi redup atau redam menghilang.
j. Kempiskan manset secara total dan rapikan pasien.
Instrumen untuk mengukur tekanan darah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang
sebelumnya sudah dilakukan uji validitas. Uji validitas
dilakukan dengan cara mengkalibrasi alat ini.
Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah,
peneliti terlebih dahulu melakukan yoga tawa yang
dilakukan selama 15-20 menit. Berikut langkah-langkah
yang digunakan saat melakukan yoga ketawa (Kataria,
2004):
1. Pemanasan/Peregangan
Pemanasan yang dimaksud lansia posisi duduk lalu
menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, menundukkan
kepala dan ke atas, lalu kaki dan tangan di gerakkan.
65
2. Tepuk tangan
Tepuk tangan sambil mengucapkan HoHo-Ha-Ha-Ha
dengan durasi waktu ± 1 menit dan setelah selesai
mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
setinggi bahu.
3. Senam ketawa
a). Tawa sapaan: Tertawa dengan mengatupkan kedua
telapak tangan dan menyapa holywood kepada teman
di samping kiri dan kanan. Setelah selesai
mengucapkan “very good, very good yee “ dan diakhiri
dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
b). Tawa singa: Julurkan lidah sepenuhnya dengan mata
terbuka lebar dan tangan teracung seperti cakar singa
dan tertawa. Setelah selesai mengucapkan “very
good, very good yee “ dan diakhiri dengan nafas
dalam sebanyak 3 kali.
c). Tawa ponsel: Berpura-puralah memegang sebuah
ponsel dan coba untuk tertawa sambil membuat
berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling
dan berjabat tangan dengan orang yang berbeda.
Setelah selesai mengucapkan “very good, very good
yee “ dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3
kali.
66
d). Tawa Apresiasi : Berkeliling (jika bisa berdiri) sambil
mengacungkan dua jempol sambil tertawa untuk
menyampaikan penghargaan kepada peserta lainya.
Setelah selesai mengucapkan “very good, very good
yee “ dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak 3
kali.
e). Tawa Pesawat: rentangkan lengan seperti sebuah
pesawat terbang dan terbanglah berkeliling sambil
tertawa (dilakukan apabila lansia bisa berdiri dan
bejalan). Setelah selesai mengucapkan “very good,
very good yee “ dan diakhiri dengan nafas dalam
sebanyak 3 kali.
f). Tawa bill : pura-pura membuka tagihan kartu kredit
yang besarnya diluar dugaan. Lihat dan kemudian
tertawalah secara histeris. tunjukkan kepada orang
lain tagihan itu dan tertawalah bersama membuang
stres. Setelah selesai mengucapkan “very good, very
good yee “ dan diakhiri dengan nafas dalam sebanyak
3 kali.
g). Tawa membuat susu: berpura puralah memegang dua
gelas susu dan sesuai aba-aba leader tuangkan susu
dari satu gelas ke gelas lain sambil mengucap
“aeeee…” dan kemudian tuangan kembali ke dalam
67
gelas pertama sambil mengucap “aeeee…” setelah itu
tertawa dan meminum susu itu. Setelah selesai
mengucapkan “very good, very good yee “ dan diakhiri
dengan nafas dalam sebanyak 3 kali.
h). Tawa high-ten: tos dengan kedua belah tangan dan
tertawa. Setelah selesai mengucapkan “very good,
very good yee “ dan diakhiri dengan nafas dalam
sebanyak 3 kali.
4. Relaksasi
a). Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan
menurunkan tangan sambil mengucap “hooo..”.
b). Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan
menurunkan tangan sambil mengucap “haaa..”.
c). Mengambil nafas dalam dengan mengangkat tangan
sebatas bahu, dan nafas di keluarkan dengan
menurunkan tangan sambil mengucap “hmm..”.
68
3.10. Analisis Data
Adapun proses analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Teknik Pengolahan Data (Setiadi, 2007)
a. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi
data untuk melihat kebenaran pengisian dan
kelengkapan informed consent dari responden juga
data tekanan darah pre test dan post test pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Data
yang diperlukan telah lengkap.
b. Coding
Peneliti melakukan pemberian kode pada
data untuk mempermudah mengolah data. Semua
variabel akan diubah menjadi kode. Coding adalah
kegiatan merubah bentuk data yang lebih ringkas
dengan menggunakan kode-kode tertentu. Pada
penelitian ini yang di ubah menjadi kode adalah jenis
kelamin yaitu 2 untuk perempuan dan 1 untuk laki-
laki.
69
c. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan memasukkan
data hasil penelitian ke dalam tabel kemudian diolah
dengan bantuan komputer.
d. Entering
Entering merupakan suatu proses
memasukkan data ke dalam komputer yang
selanjutnya dilakukan analisis data dengan
menggunakan program komputer.
e. Cleaning
Cleaning adalah memastikan bahwa
seluruh data yang dimasukkan ke dalam mesin
pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya.
2. Analisis data
Langkah-langkah analisis yang digunakan
untuk pendekatan kuantitatif, antara lain:
a. Analisis Deskriptif (Univariat)
Tujuan dari analisis ini adalah untuk
menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti. Data numerik
digunakan nilai rata-rata (mean). Analisis univariat ini
pada dasarnya merupakan proses pengujian
generalisasi hasil penelitian yang didapatkan yaitu
70
data tekanan darah pada lansia sebelum dan setelah
intervensi (Sugiyono, 2012).
b. Analisis Analitik (Bivariat)
Analisis bivariat berfungsi untuk mengetahui
hubungan dua variabel tersebut biasanya digunakan
pengujian statistik. Analisis bivariat pada penelitian
ini adalah perbedaan tekanan darah pada lansia
antara sebelum dan sesudah mengikuti yoga ketawa
pada kelompok perlakuan dan juga perbedaan
tekanan darah sebelum dan sesudah pada kelompok
kontrol yang diukur serentak dengan kelompok
perlakuan. Sebelum dilakukan uji statistik, peneliti
melakukan uji normalitas data dengan menggunakan
Shapiro-Wilk karena jumlah responden masing-
masing kelompok kurang dari 50. Setelah dilakukan
perlakuan, ternyata data yang di dapat tidak
terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji beda
Wilcoxon Smith.
Pada penelitian ini, uji beda dilakukan pula
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
pada hasil pretest dan postest dengan menggunakan
uji statistik Mann-Whitney. Sedangkan signifikansi
yang digunakan adalah 95 % atau (ɑ) 0,05. Hasil