Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
40
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji suatu perlakuan yakni pembelajaran
metode aktif-reflektif terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah, komunikasi matematis dan self-confidence maka
penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam prosesnya peneliti
mengalami keterbatasan dalam memilih subjek secara langsung untuk
dikelompokkan menjadi kelas-kelas penelitian karena dapat mengganggu
proses pembelajaran sehingga subjek yang dipilih adalah kelas-kelas yang
sudah ada. Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah quasi
experimental.
Karena menggunakan kelompok kontrol maka desain penelitian yang
dipilih adalah Control Group Pre-test post-test menurut (Arikunto, 2013).
Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai yaitu melihat pengaruh dari sebuah
perlakuan, maka mengujinya dengan cara membandingkan. Adapun desainnya
sebagai berikut.
Keterangan:
O = Tes (pretes dan postes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis)
X = Pembelajaran menggunakan metode aktif-reflektif
... = Pengambilan sampel tidak dilakukan secara random
Selanjutnya, pada aspek afektif yaitu self-confidence matematis siswa,
peneliti hanya memberikan tes angket pada akhir pembelajaran.
B. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP
Negeri 3 Lembang, yang dilaksanakan pada semester II (genap) Tahun Ajaran
2016/2017. Hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa
Eksperimen : O X O
Kontrol : O O
41
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di sekolah tersebut tidak memiliki kelas unggulan dan sebaran siswa disetiap
kelas mempunyai kemampuan yang sama dalam hal (tinggi, sedang rendah).
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika di sekolah tersebut
kemampuan siswa antar kelas tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang
berarti.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada metode penelitian, dalam
penelitian ini tidak memungkinkan peneliti untuk mengambil subjek secara
acak terhadap individu-individunya. Berdasarkan pertimbangan dan hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran matematika diketahui bahwa sebaran
siswa kelas VIII di SMP ini menyebar dan dapat dikatakan seragam sehingga
kelas manapun yang dijadikan sampel akan representative terhadap populasi.
Selanjutnya peneliti memilih sebanyak dua kelas secara purposive sampling,
dari kedua kelas tersebut secara acak ditentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan melakukan pengundian. Hasilnya diperoleh kelas VIIIH sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIIII sebagai kelas kontrol.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua variable, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode aktif reflektif yang diberikan pada kelas
eksperimen dan pembelajaran langsung diberikan pada kelas kontrol.
Sedangkan kemampuan kognitifnya yaitu kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis serta pemecahan masalah, komunikasi matematis dan
self-confidence matematis siswa sebagai variable terikat.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang
dimaksudkan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan defenisi
operasional sebagai berikut:
1. Metode aktif reflektif merupakan cara yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi dimana siswa secara aktif melakukan sesuatu dan
berfikir tentang apa yang akan dilakukan melalui perenungan dengan
42
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghubungkan materi dengan pengalaman yang ada, memikirkan dan
mencari dari berbagai sumber.
Langkah-langkah dalam pembelajaran matematika yaitu:
a. Sajikan topik matematika sebagai pengetahuan baru yang akan dibahas,
kemudian bimbing siswa mengkonstruksi pikirannya terhadap topik
yang dibahas, kemudian arahkan siswa untuk merefleksikan dan
menghubungkan pengalaman dirinya tentang pengetahuan sebelumnya
yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas;
b. Guru mendorong siswa memunculkan permasalahan baru berkaitan
dengan topik yang disajikan;
c. Arahkan siswa untuk dapat mencari berbagai informasi yang dapat
mendukung penyelesaian masalah (mengumpulkan data-data
pendukung), merumuskan letak dan batasan masalah, serta penyelesaian
masalah yang mungkin;
d. Arahkan siswa untuk belajar mencari strategi dalam menemukan sendiri
proses penyelesaian dari permasalahan yang disajikan;
e. Apabila siswa sudah dapat menemukan penyelesaian dari permasalahan
yang dihadapi, arahkan siswa untuk dapat membuktikan jawaban/
mencocokkan hasil analisis dan sintesisnya dengan konsep dasar yang
dipelajari dari penyelesaian masalah yang telah ditemukan agar mereka
dapat menarik suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan;
f. Arahkan siswa untuk dapat menerapkan hasil penyelesaian yang
diperolehnya (pengetahuan baru yang diperoleh siswa) pada situasi-
situasi yang lain;
g. Sebagai langkah terakhir di setiap pembelajaran dengan metode aktif-
reflektif, berikan jurnal kepada siswa. Jurnal siswa disusun dengan
tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang hal-hal menarik, hal-
hal yang dipahami, kesulitan yang dialami, kesan dan harapan yang
diperoleh selama pembelajaran.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa
memahami masalah (mengidentifikasi informasi yang diketahui dan
ditanyakan dari situasi atau masalah); menyusun dan menyelesaikan
43
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rencana pemecahan masalah (membuat strategi yang dapat digunakan
berupa menyusun model matematika); dan menyelesaikan model
matematika.
3. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam
menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui dialog atau saling
berinteraksi di dalam kelas dalam proses pembelajaran, di mana terjadi
pengalihan pesan dengan indikator kemampuan komunikasi matematis
yaitu: (1) menyatakan situasi matematik atau peristiwa sehari-hari ke dalam
model matematika dan menyelesaikannya; (2) menyusun pertanyaan
terhadap situasi yang diberikan disertai alasan.
4. Self-confidence adalah pandangan atau perasaan positif seseorang terhadap
dirinya dan keyakinannya atas pengetahuan, kemampuan dan kapasitas
dirinya untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan-persoalan
hidupnya dengan hasil yang sangat baik. Persaan positif tersebut meliputi:
(1) percaya kepada kemampuan sendiri, tidak cemas, merasa bebas, dan
bertanggung jawab atas perbuatannya; (2) bertindak mandiri dalam
mengambil keputusan; (3) memiliki konsep diri yang positif, hangat dan
sopan, dapat menerima dan menghargai orang lain; (4) berani
mengungkapkan pendapat dan memiliki dorongan untuk berprestasi; (5)
mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
5. Pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada
guru yang terdiri atas lima tahap yaitu: 1) menetapkan tujuan; 2) penjelasan
dan atau demonstrasi; 3) panduan praktek; 4) umpan balik; dan 5)
perluasan praktek.
E. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis
instrumen yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen dalam bentuk
tes terdiri dari pretes dan postes untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa, sedangkan
instrumen non-tes dalam bentuk skala self-confidence matematis siswa. Angket
skala sikap terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
44
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
aktif-reflektif, lembar observasi yang memuat indikator aktivitas siswa dan
guru dalam pembelajaran, dan jurnal siswa. Hasil pada lembar observasi dan
jurnal siswa tidak dianalisis secara statistik sebagaimana instrumen yang lain,
tetapi hanya dijadikan sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam melakukan
pembahasan secara deskriptif pada Bab IV.
1. Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematis siswa
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument
pengukuran kemampuan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis siswa yang menggunakan tes. Tes kemampuan pemecahan masalah
dan komunikasi matematis siswa dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk
uraian yang diberikan pada saat tes awal (pretes) dan tes akhir (postes).
Bahan tes disusun berdasarkan pokok bahasan yang dipelajari siswa kelas
VIII SMP semester genap. Tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, baik soal-soal untuk pretes maupun postes ekuivalen/sama. Pretes
merupakan pemberian soal-soal di awal pertemuan untuk mengukur
kemampuan awal pemecahan masalah dan komunikasi matemaris siswa. Selain
itu, pretes juga digunakan sebagai tolak ukur peningkatan prestasi belajar
sebelum mendapatkan pembelajaran dengan metode yang akan diterapkan,
sedangkan postes dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar dan ada
tidaknya pengaruh yang signifikan setelah mendapatkan pembelajaran dengan
metode aktif-reflektif yang akan diterapkan.
Pemberian tes bertujuan untuk mengetahui pencapian hasil belajar
matematika antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode aktif-
reflektif dan siswa yang mendapat pembelajaran dengan pembelajaran
langsung terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi matematis. Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes
dan butir soal, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kunci jawaban dan
kriteria penilaian. Setelah pembuatan instrumen selesai, selanjutnya dilakukan
uji coba untuk mengecek keterbacaan soal dan untuk mengetahui derajat
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen.
45
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan pemecahan masalah
dan kemampuan komunikasi matematis diadaptasi dari the analytic scoring
scale yang dikemukakan oleh Charles, Lester & O’Daffer (Rosli, Goldsby &
Capraro, 2013). Adapun rubrik penskoran yang digunakan untuk soal tes
kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Rubrik Penskoran Tes dengan Indikator Mengindentifikasi Unsur yang
Diketahui, dan Ditanyakan
Skor Respon Siswa Terhadap Soal
0 Tidak ada jawaban
1 Menunjukkan unsur yang diketahui tetapi tidak menunjukkan unsur
yang ditanyakan.
2 Menunjukkan unsur yang diketahui dan ditanyakan tetapi kurang
lengkap dan benar
3 Menunjukkan unsur yang diketahui, ditanyakan dengan lengap dan
benar
Tabel 1.2
Rubrik Penskoran Tes dengan Indikator Membuat Strategi yang Dapat
Digunakan berupa Menyusun Model Matematika
Skor Respon Siswa Terhadap Soal
0 Tidak ada jawaban
1 Membuat strategi atau model matematika yang tidak dapat
dilaksanakan atau membuat strategi atau model matematika kurang
tepat.
2 Membuat sebagian kecil strategi atau model matematika benar tetapi
mengarah pada jawaban yang salah
3 Membuat sebagian besar strategi atau model matematika benar
4 Membuat strategi atau model matematika benar dan lengkap
Tabel 1.3.
Rubrik Penskoran Tes dengan Indikator Menyelesaikan model
Matematika
Skor Respon Siswa Terhadap Soal
0 Tidak ada jawaban sama sekali
1 Menggunakan sebagian kecil strategi menyelesaikan masalah yang
telah disusun dan salah dalam perhitungan
2 Menggunakan sebagian kecil strategi menyelesaikan masalah yang
telah disusun dan benar dalam perhitungan
3 Menggunakan sebagian besar strategi menyelesaikan masalah yang
telah disusun dan salah dalam perhitungan
4 Hasil dan strategi benar
46
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun rubrik penskoran yang digunakan untuk soal tes kemampuan
komunikasi matematis adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4
Rubrik Penskoran Tes dengan Indikator Menyatakan Situasi Matematik
atau Peristiwa Sehari-Hari ke dalam Model Matematika dan
Menyelesaikannya
Skor Respon Siswa Terhadap Soal
0 Tidak ada jawaban
1 Ada upaya menggunakan model matematika (gambar atau ekspresi
aljabar) untuk mengilustrasikan ide atau situasi yang diberikan namun
kurang tepat
2 Menggunakan model matematika (gambar atau ekspresi aljabar)
untuk mengilustrasikan situasi matematika yang diberikan namun
kurang tepat dan ada upaya untuk menyelesaikan masalah
3 Menggunakan model matematika (gambar atau ekspresi aljabar)
untuk mengilustrasikan situasi matematika yang diberikan (sedikit
kurang lengkap) dan dapat menyelesaikan masalah menggunakan
strategi yang benar
4 Menggunakan model matematika (gambar atau ekspresi aljabar)
untuk mengilustrasikan situasi matematika yang diberikan dengan
benar dan dapat menyelesaikan masalah menggunakan strategi
penyelesaian yang benar
Tabel 1.5
Rubrik Penskoran Tes dengan Indikator Menyusun Pertanyaan terhadap
Situasi yang Diberikan Disertai Alasan
Skor Respon Siswa Terhadap Soal
0 Tidak ada jawaban
1 Dapat menyusun pertanyaan terhadap situasi yang diberikan tetapi
kurang tepat atau penyelesaiannya salah atau tidak adanya alasan dari
pertanyaan yang disusun
2 Dapat menyusun pertanyaan terhadap situasi yang diberikan dengan
benar atau penyelesaiannya sedikit salah atau alasannya kurang tepat
3 Dapat menyusun pertanyaan terhadap situasi yang diberikan dengan
benar, penyelesaiannya juga benar dan alasannya kurang tepat
4 Dapat menyusun pertanyaan terhadap situasi yang diberikan dengan
benar, penyelesaiannya juga benar dan alasannya tepat, jelas.
1.1 Menentukan Validitas Butir Tes
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah item-item soal yang
disusun benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan
diteliti. Validitas butir tes dibedakan menjadi:
47
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.1.1 Validitas Teoritik
Validitas teoritik terdiri atas validitas isi dan validitas muka. Validitas isi
suatu alat evaluasi artinya alat evaluasi ditinjau dari segi materi yang
dievaluasinya (Suherman, 2003). Validitas isi dimaksudkan untuk
membandingkan antara isi instrumen/soal dengan indikator soal. Validitas
muka dilakukan untuk melihat tampilan kesesuaian susunan kalimat dan
kata-kata dalam soal sehingga tidak salah tafsir dan pengertiannya jelas.
Jadi, suatu instrumen dapat dikatakan memiliki validitas muka yang baik
apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya oleh siswa.
Sebelum soal tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas muka
dan validitas isi yang melibatkan guru matematika, dan dosen pembimbing.
Untuk mengukur validitas muka, pertimbangan didasarkan pada kejelasan
soal tes dari segi redaksi soal. Sedangkan, untuk mengukur validitas isi,
pertimbangan didasarkan pada kesesuaian soal dengan indikator soal dan
materi ajar penelitian.
1.1.2 Validitas Empirik
Validitas empirik butir soal adalah validitas yang ditinjau dari kriteria
tertentu. Kriteria tersebut digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya
koefisien validitas alat evaluasi. Untuk menghitung validitas butir soal
menurut Arikunto (2015) yakni menggunakan rumus koefisien korelasi
Product Moment dengan angka kasar, yaitu:
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabe Y
𝑁 = jumlah subjek
𝑋 = skor siswa suatu butir tes
𝑌 = jumlah skor total suatu butir tes
Interpretasi yang berkenaan dengan validitas butir soal dalam penelitian
ini menurut (Arikunto, 2015) sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
√(𝑁 ∑ 𝑋2
− (∑ 𝑋)2)(𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2)
48
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.6 Klasifikasi koefisien Korelasi Validitas
Nilai 𝒓𝒙𝒚 Interpretasi
0,80 < 𝑟𝑥𝑦 < 1,00 Sangat tinggi
0,60 < 𝑟𝑥𝑦 < 0,80 Tinggi
0,40 < 𝑟𝑥𝑦 < 0,60 Sedang
0,20 < 𝑟𝑥𝑦< 0,40 Rendah
0,00 < 𝑟𝑥𝑦< 0,20 Sangat rendah
Pengujian validitas tes yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
software SPSS 20. Berdasarkan perhitugan pada Lampiran B, validitas soal
uji coba instrument kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis disajikan pada table berikut:
Table 1.7
Hasil Uji Validitas Item Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis
NO. Soal Korelasi (𝒓𝒙𝒚) Kriteria Kategori
2a 0,352 Valid Rendah
2b -0,97 Tidak Valid Tidak Valid
2c 0,402 Valid Sedang
4a 0,440 Valid Sedang
4b 0,116 Valid Sangat Rendah
4c 0,422 Valid Sedang
5a 0,658 Valid Tinggi
5b 0,753 Valid Tinggi
5c 0,790 Valid Tinggi
6a 0,704 Valid Tinggi
6b 0,709 Valid Tinggi
6c 0,650 Valid Tinggi
Berdasarkan table 1.7 di atas, maka soal kemampuan pemecahan masalah
bermakna valid tetapi untuk soal no 2b tidak valid, maka soal di revisi agar
bisa digunakan.
Tabel 1.8
Hasil Uji Validitas Item Kemampuan Komunikasi Matematis
No. Soal Koefisien Korelasi Validitas Interpretasi
1 0,925 Valid Sangat Tinggi
3a 0,938 Valid Sangat Tinggi
3b 0,702 Valid Tinggi
Berdasarkan table di atas dapat dilihat hasil uji coba dari 2 soal yang
mengukur kemampuan komunikasi matematis bahwa semua soalnya valid.
49
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Disimpulkan bahwa semua soal tes kemampuan komunikasi matematis
dapat digunakan.
1.2 Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap, maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto, 2015). Rumus yang
digunakan untuk menghitung reliabilitas tes ini adalah rumus Cronbach’s
Alpha (Arikunto, 2015).
Keterangan:
𝑟11 = Reliabilitas instrumen
∑ 2𝜎𝑖 = Jumlah varians skor suatu butir tes
𝜎𝑖2 = Varians total
𝑛 = Banyaknya butir tes
Dengan ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 1.9
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Besarnya r Tingkat Reliabilitas
0,90 < r11 1,00 Sangat tinggi
0,70 < r11 0,90 Tinggi
0,40 < r11 0,70 Sedang
0,20 < r11 0,40 Rendah
r11 0,20 Sangat rendah
Sumber: Guilford (Suherman, 2003)
Pengujian reliabilitas tes dilakukan dengan bantuan software SPSS 20.
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran B, reliabilitas hasil uji coba
soal tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa
sebagai berikut:
𝑟11 = (𝑛
𝑛−1)(1 −
∑ 2𝜎𝑖
𝜎𝑖2 )
50
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Table 1.10 Tingkat Reliabilitas Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Reliabilitas Tes Interpretasi
0,766 Tinggi
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa reliabilitas soal tes untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berada dalam
kategori tinggi yaitu dengan 𝑟11 = 0,766. Dapat disimpulkan soal-soal tes
kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini akan memberikan
hasil yang relatif sama bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun
pada waktu, tempat, dan kondisi yang berbeda.
Tabel 1.11 Tingkat Reliabilitas Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis
Reliabilitas Tes Interpretasi
0,814 Tinggi
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa soal tes kemampuan
komunikasi matematis siswa berada dalam kategori tinggi yaitu dengan
𝑟11 = 0,814. Dapat disimpulkan tes kemampuan komunikasi matematis
yang akan digunakan reliabel, sehingga tes tersebut memenuhi karakteristik
yang memadai untuk digunakan.
1.3 Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah butir soal tes adalah kemampuan butir soal itu
untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah (Suherman, 2003). Daya Pembeda
(Discriminating Power) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara jumlah
responden yang mengetahui jawaban dengan benar dengan jumlah
responden yang tidak dapat menjawab soal tersebut. Daya pembeda butir
soal dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks
diskriminasi item.
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda (Surapranata,
2009) sebagai berikut:
𝐷𝑃 =
�̅�𝐴 − �̅�𝐵
𝑆𝑚
51
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
�̅�𝐴 : Rata-rata skor pada kelompok atas
�̅�𝐵 : Rata-rata pada kelompok bawah
𝑆𝑚 : Skor maksimum pada butir soal
Ketentuan klasifikasi interpretasi daya pembeda soal sebagai berikut:
Tabel 1.12
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP) Klasifikasi
DP 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP 0,20 Jelek
0,20 < DP 0,40 Cukup
0,40 < DP 0,70 Baik
0,70 < DP 1,00 Sangat Baik
Sumber: (Suherman, 2003)
Perhitungan daya pembeda instrumen yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2010.
Berdasarkan hasil perhitungan yang tertera pada Lampiran B, daya
pembeda dari soal tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis adalah sebagai berikut:
Tabel 1.13 Daya Pembeda Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis No. Soal Daya Pembeda Interpretasi
2a 0,05 Jelek
2b -0,02 Sangat Jelek
2c 0,06 Jelek
4a 0,11 Jelek
4b 0,00 Sangat Jelek
4c 0,14 Jelek
5a 0,30 Cukup
5b 0,48 Baik
5c 0,38 Cukup
6a 0,33 Cukup
6b 0,44 Baik
6c 0,28 Cukup
52
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel. 1.14 Daya Pembeda Item
Kemampuan Komunikasi Matematis
No Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,6875 Baik
3a 0,9688 Sangat Baik
3b 0,5 Baik
Berdasarkan table di atas, dapat dilihat ketiga soal kemampuan
komunikasi matematis siswa, nomor 1 dan nomor 3b memiliki daya
pembeda dengan kategori baik sedangkan nomor 3a dengan kategori sangat
baik.
1.4 Indeks Kesukaran
Tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung berdasarkan proporsi
skor yang dicapai siswa kelompok atas dan bawah terhadap skor idealnya,
kemudian dinyatakan dengan kriteria mudah, sedang, dan sukar. Rumus
yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai
berikut: (Suherman, 2003)
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran
�̅� : Rata-rata jawaban siswa
SMI : Skor maksimal ideal
Klasifikasi tingkat kesukaran pada tabel berikut:
Tabel 1.15
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Besarnya IK Interpretasi
IK = 0,00 Soal Sangat Sukar
0,00 IK 0,30 Soal Sukar
0,30 IK ≤ 0,70 Soal Sedang
0,70 IK 1,00 Soal Mudah
IK = 1,00 Soal Sangat Mudah
Perhitungan tingkat kesukaran yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2010. Berdasarkan hasil
𝐼𝐾 =�̅�
𝑆𝑀𝐼
53
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perhitungan yang tertera pada Lampiran B, indeks kesukaran dari soal tes
kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.16 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
2a 0,90 Mudah
2b 0,63 Sedang
2c 0,59 Sedang
4a 0,80 Mudah
4b 0,53 Sedang
4c 0,39 Sedang
5a 0,57 Sedang
5b 0,46 Sedang
5c 0,28 Sukar
6a 0,62 Sedang
6b 0,57 Sedang
6c 0,41 Sedang
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran table di atas, dapat dilihat soal
tes nomor 2a, dan 4a termasuk dalam kategori mudah. Soal no 2a dan 4a ini
bisa digunakan dengan revisi terlebih dahulu. Soal tes nomor 5c termasuk
dalam kategori sukar, sedangkan soal nomor 2b, 2c, 4b, 4c, 5a, 5b, 6a, 6b,
6c termasuk dalam kategori sedang.
Tabel. 1.17 Indeks Kesukaran Item
Kemampuan Komunikasi Matematis
No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,66 Sedang
3a 0,48 Sedang
3b 0,25 Sukar
Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil uji coba tes
kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis secara lengkap
disajikan pada tabel berikut.
54
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.18 Rekapituasi Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis
No.
Soal
Klasifikasi
Validasi
Kalsifikasi
Reliabilitas
Klasifikasi
Daya Pembeda
Klasifikasi
Indeks
Kesukaran
1 Sangat Tinggi
Tinggi
Baik Sedang
2a Rendah Jelek Mudah
2b Tidak Valid Sangat Jelek Sedang
2c Sedang Jelek Sedang
3a Sangat Tinggi Sangat Baik Sedang
3b Tinggi Baik Sukar
3c Sedang Sangat Baik Sedang
4a Sedang Jelek Mudah
4b Sangat Rendah Sangat Jelek Sedang
4c Sedang Jelek Sedang
5a Tinggi Cukup Sedang
5b Tinggi Baik Sedang
5c Tinggi Cukup Sukar
6a Tinggi Cukup Sedang
6b Tinggi Baik Sedang
6c Tinggi Cukup Sedang
Dari hasil analisis berdasarkan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan
indeks kesukaran maka disimpulkan ada beberapa soal yang akan
digunakan yakni, berdasarkan table 1.7 dapat dilihat dari keempat soal yang
diujikan ada satu yang tidak valid yaitu no 2b. Artinya soal no 2b bisa
digunakan untuk instrument penelitian ini dengan syarat soal harus direvisi.
Untuk interpretasi dari nilai koefisien korelasi/validasi pada kemampuan
pemecahan masalah berbeda-beda. Soal no 2a memiliki validitas yang
rendah, soal no 4b memiliki validitas yang sangat rendah, dan soal no 2c,
4a, 4c, 5a, 5b, 5c, 6a, 6b, 6c memiliki validitas tinggi. Artinya semua soal
yang telah diujicobakan ini dapat digunakan.
Reliabilitas soal tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa berada dalam kategori tinggi yaitu dengan 𝑟11 = 0,766.
Dapat disimpulkan soal-soal tes kemampuan pemecahan masalah dalam
penelitian ini akan memberikan hasil yang hampir sama jika diujikan
kembali kepada siswa. Soal tes kemampuan komunikasi matematis siswa
berada dalam kategori tinggi yaitu dengan 𝑟11 = 0,814. Dapat disimpulkan
tes kemampuan komunikasi matematis yang akan digunakan reliabel,
55
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga tes tersebut memenuhi karakteristik yang memadai untuk
digunakan.
Soal pemecahan masalah matematis nomor 2b, 4b termasuk dalam
kategori sangat jelek, nomor 2a, 2c, 4a, dan 4c termasuk dalam kategori
jelek, nomor 5a, 5c, 6a, dan 6c termasuk dalam kategori cukup, sedangkan
nomor 5b, dan 6b termasuk dalam kategori baik. Sehingga dilakukan revisi
pada soal nomor 2 dan no 4 ini dengan bantuan ahli. Untuk soal
kemampuan komunikasi matematis siswa, nomor 1 dan nomor 3b memiliki
daya pembeda dengan kategori baik sedangkan nomor 3a dengan kategori
sangat baik.
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran soal tes nomor 2a, dan 4a
termasuk dalam kategori mudah maka harus direvisi agar bisa digunakan.
Soal tes nomor 5c termasuk dalam kategori sukar, sedangkan soal nomor
2b, 2c, 4b, 4c, 5a, 5b, 6a, 6b, 6c termasuk dalam kategori sedang. Untuk
soal kemampuan komunikasi matematis, soal tes nomor 3b termasuk dalam
kategori sukar dan soal tes nomor 1 dan 3a termasuk dalam kategori
sedang, untuk itu peneliti melakukan revisi soal tes dengan bantuan ahli.
2. Instrumen Non-tes
2.1 Skala Self-Confidence
Skala self-confidence digunakan untuk mengukur keyakinan siswa
atas kapasitasnya dalam menjalankan suatu tugas baik dalam
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis maupun dalam hal yang terkait dengan
pembelajaran. Model skala yang digunakan mengacu pada model skala
yang digunakan oleh Sumarmo (2015) yang terdiri dari empat respon skala
interval 1-4.
Skala self-confidence ini memuat pertanyaan-pertanyaan menyangkut
segala perasaan, sikap, minat dan pandangan siswa terhadap pembelajaran.
Isi pernyataan dapat berupa pertanyaan Sering Sekali (SS), Sering (Sr),
jarang (J), dan Jarang sekali (Js). Jika pertanyaan dalam angket adalah
pertanyaan positif, maka siswa yang memberikan pernyataan SS diberi
nilai 4, Sr diberi nilai 3, J diberi nilai 2 dan JS diberi nilai 1. Jika
56
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pernyataan dalam angket adalah pernyataan negatif, maka siswa yang
memberikan pernyataan SS diberi nilai 1, S diberi nilai 2, TS diberi nilai 3
dan STS diberi nilai 4.
Skala self-confidence diberikan kepada siswa kelas proses berfikir
reflektif dan kelas langsung setelah kegiatan penelitian dilaksanakan.
Langkah pertama dalam membuat skala self-confidence adalah membuat
kisi-kisi skala self-confidence terlebih dahulu. Kemudian dikonsultasikan
kepada penimbang untuk dilakukan uji validitas isi butir skala self-
confidence matematis. Sebelum skala self-confidence digunakan,
dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui validitas butir dan
realibilitas.
a. Validitas
Uji validitas self-confidence dilakukan dengan program SPSS 20.
Tabel 2.1 Hasil Uji Validasi Angket Self Confidence Perny
ataan
Koefisien
Korelasi
Kategori Interpretasi Kesimpulan
1 0,309 Valid/rendah Diterima Digunakan
2 0,734 Valid/tinggi Diterima Digunakan
3 0,489 Valid/sedang Diterima Digunakan
4 0,477 Valid/rendah Diterima Digunakan
5 0,642 Valid/sedang Diterima Digunakan
6 0,628 Valid/sedang Diterima Digunakan
7 0,378 Valid/rendah Diterima Digunakan
8 0,286 Valid/rendah Diterima Digunakan
9 0,565 Valid/sedang Diterima Digunakan
10 0,424 Valid/sedang Diterima Digunakan
11 0,356 Valid/rendah Diterima Digunakan
12 0,359 Valid/rendah Diterima Digunakan
13 0,249 Valid/rendah Diterima Digunakan
14 0,314 Valid/rendah Diterima Digunakan
15 0,435 Valid/sedang Diterima Digunakan
16 0,429 Valid/sedang Diterima Digunakan
17 0,509 Valid/sedang Diterima Digunakan
18 0,060
Valid/sangat
rendah Diterima Digunakan
19 0,225 Valid/rendah Diterima Digunakan
20 0,355 Valid/rendah Diterima Digunakan
21 0,333 Valid/rendah Diterima Digunakan
22 0,433 Valid/sedang Diterima Digunakan
23 0,573 Valid/sedang Diterima Digunakan
24 0,348 Valid/rendah Diterima Digunakan
25 0,336 Valid/rendah Diterima Digunakan
26 0,611 Valid/tinggi Diterima Digunakan
57
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
27 0,367 Valid/rendah Diterima Digunakan
28 0,358 Valid/rendah Diterima Digunakan
29 0,319 Valid/rendah Diterima Digunakan
30 0,345 Valid/rendah Diterima Digunakan
b. Reliabilitas
Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak,
maka dilakukan pengujian reliabilitas Alpha-Cronbach. Pengujian
reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan untuk mengetahui apakah sutau
alat ukur akan memberikan hasil yang tetap sama. Hasil perhitungan
reliabilitas angket self-confidence disajikan pada tabel di bawah berikut:
Tabel 2.2 Reliabilitas Skala Self-Confidence
Cronbach’s Alpha N of Item Keterangan
0,718 31 cukup
Hasil uji coba reliabilitas angket self-confidence diperoleh nilai
reliabel sebesar 0,718 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa angket self-
confidence berada pada kriteria cukup dengan jumlah item 30 pernyataan.
2.2 Lembar Observasi
Lembar observasi disusun berdasarkan langkah pembelajaran
matematika dengan metode aktif-reflektif. Lembar observasi ini digunakan
untuk melihat aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses
pembelajaran. Aktivitas guru yang diamati adalah kegiatan guru dalam
menerapkan pembelajaran matematika dengan metode aktif-reflektif
tujuannya untuk melihat kesesuaian antara pembelajaran dengan rancangan
pembelajaran yang telah disusun. Pengamatan tentang kesesuaian antara
pembelajaran dengan rancangan pembelajaran dilakukan untuk menjaga
validitas eksternal dalam penelitian. Pada lembar observasi terdapat empat
kategori penilaiannya yaitu: 1 = tidak baik, 2 = cukup baik, 3 = baik, dan
4= sangat baik. Hasil dari lembar observasi ini tidak dianalisis secara
statistik, tetapi untuk pembahasan hasil secara deskriptif.
2.3 Jurnal Siswa
Jurnal siswa disusun dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan
siswa tentang hal-hal menarik, hal-hal yang dipahami, kesulitan yang
dialami, kesan dan harapan yang diperoleh selama pembelajaran
58
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan metode aktif-reflektif pada setiap pertemuan. Hasil dari
jurnal siswa ini tidak dianalisis secara statistik, tetapi untuk pembahasan
hasil secara deskriptif.
F. Perangkat Pembelajaran
Bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran matematika dengan aktivitas sesuai dengan metode aktif-reflektif
dan pembelajaran langsung. Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini
berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar dan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun peneliti dan dikonsultasikan pada
pembimbing serta guru bidang studi matematika. Bahan ajar yang diperlukan
dalam penelitian ini disusun dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS).
Selanjutnya dilakukan uji coba kepada beberapa siswa untuk melihat tingkat
pemahaman siswa terhadap petunjuk-petunjuk yang dihadapkan pada LKS
tersebut, keterbacaan LKS, pemahaman gambar serta kesesuaian waktu yang
dialokasikan.
Bahan ajar yang digunakan untuk kelas eksperimen terdiri dari 8
pertemuan. RPP dan LKS terdiri dari RPP dan LKS kelas kontrol dan
eksperimen, yang masing-masingnya terdiri dari 10 kali pertemuan serta
dilengkapi dengan soal-soal latihan mengenai materi-materi yang telah
disampaikan. LKS memuat materi kelas VIII semester genap pada pokok
bahasan lingkaran.
a) Silabus
Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi
dasar, yang bertujuan agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam
melaksanakan penelitian dan tes yang diberikan disusun sesuai dengan prinsip
yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Pada silabus mata pelajaran
matematika memuat identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, (meliputi jenis tes,
bentuk tes, dan contoh instrumen), alokasi waktu dan sumber belajar.
59
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam
mengarahkan jalannya pembelajaran agar terlaksana dengan baik sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. RPP disusun secara sistematis yang memuat standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, bahan atau sumber dan
penilaian pembelajaran.
RPP yang disusun memuat indikator yang mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan yaitu lingkaran. Metode dan langkah-langkah
pembelajaran disesuaikan dengan pembelajaran yang digunakan pada kelas
eksperimen dengan metode aktif reflektif, sedangkan pada kelas kontrol
pembelajaran langsung. Sementara itu, materi, sumber belajar dan penilaian hasil
belajar untuk kedua kelas diberi perlakuan yang sama.
c) Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan selama penelitian berlangsung terdiri dari dua
macam, yaitu bahan ajar menggunakan metode aktif reflektif pada kelas
eksperimen dan bahan ajar tanpa model untuk kelas kontrol. Bahan ajar yang
dibuat mengacu pada Kurikulum Nasional, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, komunikasi matematis
dan self-confidence matematis siswa. Bahan ajar ini disajikan dalam bentuk LKS
yang dirancang, disusun, dan dikembangkan dalam penelitian ini disesuaikan
dengan indikator dan tujuan pembelajaran, serta melalui pertimbangan dari dosen
pembimbing, beberapa ahli dan guru bidang studi matematika dan bahasa
Indonesia. Bahan ajar dirancang berdasarkan prinsip pengembangan bahan ajar
menurut Kurikulum Nasional.
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien
maka perlu dirancang suatu prosedur pelaksanaan penelitian yang terencana.
Penelitian kuasi eksperimen ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan dan alur
kerja, tahapan-tahapan tersebut:
60
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tahap Persiapan
Pelaksanaan penelitian diawali dengan mempersiapkan terlebih dahulu
segala persyaratan penelitian, seperti:
a) Pembuatan proposal dengan mengidentifikasi masalah, potensi dan peluang
yang terkait dengan pembelajaran matematika;
b) Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah rencana lokasi penelitian;
c) Seminar proposal untuk memperoleh koreksi dan masukan dari pembimbing
tesis;
d) Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian;
e) Membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan bahan ajar
penelitian;
f) Penyusunan instrumen penelitian dan rancangan pembelajaran;
g) Mengujicobakan perangkat instrumen terhadap kelas yang memiliki kriteria
yang sama dengan kelas yang akan diteliti;
h) Menganalisis validasi, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari
perangkat tes tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan semua persyaratan sebelum penelitian, maka peneliti
memulai pelaksanaan penelitian yaitu dngan:
a. Menentukan subjek penelitian, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
b. Memberikan pretes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk
mengetahui kondisi awal masing-masing kelas dengan soal yang diberikan
memiliki kriteria yang sama.
c. Melakukan penelitian dengan memberikan perlakuan pada masing-masing
kelas, kelas eksperimen belajar dengan metode aktif-reflektif dan kelas kontrol
melaksanakan pembelajaran langsung.
d. Meminta observer untuk mengisis lembar observasi pada setiap pertemuan.
e. Memberikan postes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis, serta pengisian skala self-confidence pada kedua kelas sampel.
61
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan dan analisis skor data
dengan uji statistik dengan bantuan program Anates V4, microsoft exel 2010, dan
softwere IBM SPSS 20, menginterpretasi skor data, dan penghitungan persentase
dari kategorisasi skala likert kemudian kesimpulan dan penyusunan laporan secara
lengkap.
H. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis data
dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pretes dan postes. Pretes diberikan
kepada kedua kelas sampel sebelum diberi perlakuan, sedangkan postes diberikan
kepada kedua kelas setelah diberi perlakuan. Selanjutnya, data yang berkaitan
dengan self-confidence siswa dikumpulkan melalui skala self-confidence siswa.
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif berupa hasil tes kemampuan pemecahan masalah, komunikasi
matematis. Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrument
diolah dengan Software Anates V.4 untuk memperoleh tingkat kesukaran dan daya
beda pada kemampuan komunikasi matematis, untuk perhitungan validitas dan
reliabilitas menggunakan IBM SPSS Statistic 20. Sedangkan untuk kemampuan
pemecahan masalah matematis untuk memperoleh validitas, reliabilitas
menggunakan IBM SPSS Statistic 20, untuk perhitungan daya pembeda dan
tingkat kesukaran menggunakan bantuan Microsoft Excel 2013. Data hasil angket
diolah menggunakan IBM SPSS Statistic 20. Sedangkan data pretes, postes, gain
dan skala self-confidence siswa diolah dengan bantuan Software Microsoft Excel
2013 dan IBM SPSS Statistic 20 dengan 𝛼 = 5%.
1. Data Kemampuan pemecahan masalah dan Komunikasi matematis
Hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis
digunakan untuk menelaah pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran
62
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode aktif reflektif. Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan matematis
tersebut diolah melalui tahapan sebagai berikut:
a) Menentukan skor peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis siswa dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi
(Meltzer, 2002), yaitu:
b) Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Besarnya Gain Klasifikasi
𝑔 ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ 𝑔 < 0,70 Sedang
𝑔 < 0,30 Rendah
c) Melakukan uji normalitas data hasil tes awal (pretes), tes akhir (postes) dan N-
gain kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data
yang menadi syarat untuk menentukan jenis statistic yang digunakan dalam
analisis selanjutnya apakah statistic parametric atau statistic non-parametrik.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
𝐻0 : Data yang berasal dari populasi berdistribusi normal
𝐻1 : Data yang berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Statistik uji yang digunakan adalah tes Kolmogorov Smirnov.
Dengan kriteri uji sebagai berikut:
Jika nilai Sig. (p-value) ≥ 𝛼(𝛼 = 0,05), maka 𝐻0 diterima
Jika nilai Sig. (p-value) < 𝛼(𝛼 = 0,05), maka 𝐻0 ditolak
d) Menguji homogenitas varians antara dua kelompok data dilakukan untuk
mengetahui apakah varians kedua kelompok homogen atau tidak homogen.
Apabila variansi homogeny, maka pengujian dilakukan dengan uji-t.
sebaliknya jika variansi tidak homogeny, maka pengujian dilakukan dengan
uji t’. Adapun hipotesis statistika yang akan diuji adalah:
𝐻0: 𝜎𝑥2 = 𝜎𝑦
2
𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖(< 𝑔 >) =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
63
Nelfitri Yeni, 2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA DENGAN PEMBELAJARAN METODE AKTIF-REFLEKTIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
𝐻1: 𝜎𝑥2 ≠ 𝜎𝑦
2
Keterangan:
𝜎𝑥2: varians nilai tes matematika pada kelompok eksperimen
𝜎𝑦2: varians nilai tes matematika pada kelompok kontrol
Uji statistiknya menggunakan uji Levene.
Adapun rumusan hipotesisnya adalah:
𝐻0 : data kedua kelas bervariansi homogen
𝐻1 : data kedua kelas bervariansi tidak homogen
Dengan kriteri uji sebagai berikut:
Jika Sig. (p) ≥ α(α = 0,05), maka 𝐻0 diterima
Jika Sig. (p) < α(α = 0,05), maka 𝐻0 ditolak
e) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji
kesamaan rataan skor pretes, postes dan N-gain menggunakan uji-t yaitu
Independent Sample T-test. Apabila data berdistribusi normal tetapi tidak
homogen maka digunakan uji-t’. Apabila data berdistribusi tidak normal maka
digunakan uji non parametric yaitu uji Mann-Whitney U.
f) Pengambilan kesimpulan.
2. Data Skala Self confidence siswa
Hipotesis selanjutnya yang harus diuji adalah perbandingan Self
confidence karna data Self confidence siswa ordinal maka menurut menurut
(Sugiyono, 2015) digunakan uji Mann-whitney U. Uji Mann-whitney U
dilakukan dengan bantuan software SPSS.
J. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian disajikan pada table 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Pembuatan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Menyusun Instrumen
Penelitian dan Bahan ajar
4. Pelaksanaan Pembelajaran
di kelas
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan Data
7. Penyelesaian Tesis