16
60 Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam proses penelitian ini, penulis melakukan penelitian di wilayah Bandung. Lokasi yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini yaitu dilakukan di Kantor Batikta yang beralamat di Jl. Cimuncang No. 37, Kel. Pasirlayu, Kec. Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat 40282. Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: https://www.google.com/maps/@-6.9013052,107.6488517,17z) 2. Waktu Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mewawancara, mengobservasi dan lain sebagainya sehingga mengumpulkan data yang telah diperoleh dengan baik. Adapun waktu yang dilakukan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai motif batik Batak Batiktaini saat studi lapangan pada bulan Januari 2017.

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

60 Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam proses penelitian ini, penulis melakukan penelitian di wilayah Bandung.

Lokasi yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini yaitu

dilakukan di Kantor Batikta yang beralamat di Jl. Cimuncang No. 37, Kel.

Pasirlayu, Kec. Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat 40282.

Gambar 3.1

Peta Lokasi Penelitian

(Sumber: https://www.google.com/maps/@-6.9013052,107.6488517,17z)

2. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mewawancara, mengobservasi dan lain

sebagainya sehingga mengumpulkan data yang telah diperoleh dengan baik.

Adapun waktu yang dilakukan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai motif

batik Batak “Batikta” ini saat studi lapangan pada bulan Januari 2017.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

61

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber utama data dalam penelitian. Adapun

yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

dihasilkan oleh “Batikta”. “Batikta” merupakan salah satu merek (brand) batik

yang berdiri pada tahun 2011.

2. Objek Penelitian

Adapun yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah produk batik dengan

motif ulos dan gorga yang dihasilkan oleh “Batikta”.

C. Metode dan Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian skripsi tentang analisis visual motif batik Batak

pada “Batikta” di Bandung ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Pada penelitian tersebut penulis langsung berhadapan dengan

narasumber untuk mengumpulkan data-data informasi yang dibutuhkan.

Rohidi (2011, hlm. 171) mengemukakan bahwa

Metode dapat diartikan sebagai suatu cara untuk bergerak atau melakukan

sesuatu secara sistematis dan tertata, keteraturan pemikiran dan tindakan, atau

juga teknik dan susunan kerja dalam bidang atau lapangan tertentu. Metode

juga diartikan sebagai teknik dan peralatan khusus untuk menjelajah,

memperoleh dan menganalisis informasi, misalnya penentuan objek, observasi,

penggambaran, pemetaan, fotografi, video, audio, wawancara, studi kasus,

survei, model, dan sebagainya.

Arikunto (2013, hlm. 3) mendefinisikan metode deskriptif bahwa

Istilah “deskriptif” berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti

memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi,

situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud

dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang

hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Pendekatan kualitatif dapat betul-betul berkualitas apabila data yang

dikumpulkan lengkap. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder. Data

primer berupa data bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan. Data

sekunder berupa data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel,

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

62

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

catatan, notulen rapat dan lain-lain). Moleong (dalam Arikunto, 2013, hlm. 22)

mengemukakan bahwa “sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang

berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda

yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam

dokumen atau bendanya”.

Pada intinya dalam penelitian ini metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif berarti peneliti melakukan kegiatan penelitian langsung terhadap

narasumber dengan mengamati peristiwa yang ada disekitar sehingga memperoleh

hasil data yang benar dengan tidak mengubah, menambah, atau mengadakan

manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian, sehingga sumber data ini pada

akhirnya dapat dideskripsikan pada laporan dengan baik.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pengertian yang digunakan terhadap beberapa

hal yang terkait dengan variabel penelitian. Definisi operasional dibuat bertujuan

agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan

dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan,

sehingga dapat bekerja lebih terarah. Adapun definisi operasional dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Visual

Kegiatan berpikir pada saat mengkaji bagian-bagian, komponen-komponen,

atau elemen-elemen dari suatu totalitas untuk memahami ciri-ciri masing-masing

bagian. Dalam penelitian ini yang akan di bahas adalah tentang unsur-unsur dan

prinsip-prinsip visual seni rupa yang terdapat pada karya batik.

2. Motif

Motif adalah pokok dasar sebuah pola gambar atau sebuah corak. Pada batik

akan ditemukan berbagai macam motif yang akan memperindah batik tersebut

melalui tahap stilasi atau perubahan motif utama.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

63

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Batik Batak

Batik Batak yang dimaksud adalah batik yang corak atau motifnya diambil dari

berbagai suku Batak yang ada di Sumatera Utara. Motif yang digunakan pada batik

“Batikta” ini adalah motif yang terinspirasi dari suku Batak yaitu ragam hias ukiran

atau gorga dan motif kain tenun ulos.

4. “Batikta”

“Batikta” adalah suatu merek atau brand yang terletak di Bandung.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Arikunto (2013, hlm. 173) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Pendapat

lain mengenai populasi adalah menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008, hlm. 151)

yaitu “populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang

dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,

sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data

penelitian”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan

dari objek penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah batik

yang bermotifkan gorga dan ulos.

2. Sampel

Arikunto (2013, hlm. 174) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti”. Arikunto (2013, hlm. 174) juga menyatakan bahwa

“Jika hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut

penelitian sampel. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel”. Adapun pendapat lain menurut

Masyhuri dan Zainuddin (2008, hlm. 153) mengungkapkan bahwa

Sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian disebabkan karena: (1)

peneliti ingin mereduksi (memotong) obyek yang akan diteliti. Peneliti tidak

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

64

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan penyelidikannya pada semua obyek atau gejala atau kejadian atau

peristiwa tetapi hanya sebagian saja. Sebagian inilah disebut dengan sampel:

dan (2) peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil penelitiannya, artinya

mengenakan kesimpulannya kepada obyek, kejadian, gejala, atau peristiwa

yang lebih luas.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebuah obyek

atau gejala atau kejadian atau peristiwa yang diteliti hanya sebagian dari populasi

saja.

a. Teknik Pengambilan Sampel

Nursiyono (2014, hlm. 13) menyatakan bahwa “teknik pengambilan sampel

pada dasarnya merupakan tata cara mengambil sebagian anggota suatu populasi.

Dalam pengambilan sampel sebagai wakil dari populasi, berbagai macam teknik

pengambilan sampel telah dikembangkan secara ilmiah oleh para ahli statistik”.

b. Jenis Pengambilan Sampel

Nursiyono (2014, hlm. 24) menyatakan bahwa “dalam praktiknya, teknik

dalam pengambilan sampel secara garis besar dikelompokkan dalam dua jenis

pengambilan sampel yaitu Sampel Tidak Berpeluang (STB) dan Sampel

Berpeluang (SB)”.

Sampel Tidak Berpeluang (STB) adalah cara pengambilan sampel tanpa

menggunakan kaidah-kaidah peluang. Metode pengambilan sampel ini adalah

metode yang paling mudah namun memerlukan aspek kebijakan dan pengalaman

dalam melakukannya. Beberapa metode pengambilan STB diuraikan sebagai

berikut.

1) Convenience sampling, yaitu pengambilan sampel yang hanya

mempertimbangkan kemudahan, oleh karena itu pengambilan sampel

dengan cara ini tidak mewakili populasi dan hanya cocok untuk penelitian

yang sifatnya eksploratif atau untuk pilot study.

2) Purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang hanya menurut

kriteria, pemikiran atau pengetahuan pengambil sampel. Sampel yang

terpilih secara otomatis dipengaruhi oleh pemahaman pengambil sampel

terhadap populasi.

3) Quota sampling, yaitu pengambilan sampel dengan menentukan jumlah

sampel terlebih dahulu dan tanpa kerangka sampel. Pengambilan sampel

semacam ini sering digunakan dalam survei opini publik.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

65

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Snowball sampling, yaitu pengambilan sampel yang dipakai ketika peneliti

kurang mengerti tentang kondisi populasi yang menjadi target

penelitiannya. Sehingga dari beberapa sampel yang diambil dan

diketahuinya, ia mengambil sampel lain dengan penjelasan dari sampel

yang dikenalnya.

Sampel Berpeluang (SB) adalah metode pengambilan sampel dengan

menggunakan kaidah-kaidah peluang. Keuntungan dari metode SB ini adalah

kemudahan untuk menghitung besarnya bias serta kesalahan pengambilan sampel.

Menurut penjelasan tersebut, adapun teknik pengambilan sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Di bawah ini

adalah sampel penelitian yang dipilih dan ditentukan berdasarkan kriteria tertentu

yang telah ditentukan oleh penulis sesuai pemahaman pengambilan sampel

terhadap populasi.

Tabel 3.1

Sumber Data Purposive Sampling

No Nama Jenis Motif

1

Gorga

1. Gorga Boraspati

2. Gorga Simarogung-Ogung

3. Gorga Simeol-Eol Masialoan

4. Gorga Ipon-Ipon

5. Gorga Pinar Mombang

6. Gorga Pinar Jombut Uwou

7. Gorga Pinar Hail Putor

8. Gorga A

9. Gorga B

10. Gorga C

2 Ulos

1. Ulos Sadum

2. Ulos Bintang Maratur

Sumber: Dokumen Peneliti (2017)

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

66

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Sampel Penelitian

No Nama Jenis Motif

1 Gorga

1. Gorga Simarogung-Ogung

2. Gorga Simeol-Eol Masialoan

3. Gorga Pinar Mombang

4. Gorga Pinar Hail Putor

5. Gorga A

6. Gorga B

7. Gorga C

2 Ulos 1. Ulos Sadum

Sumber: Dokumen Peneliti (2017)

Peneliti menggunakan data sumber yang terkumpul dari “Batikta” untuk

dijadikan sampel penelitian yaitu gorga simarogung-ogung, gorga simeol-eol

masialoan, gorga pinar mombang, gorga pinar hail putor, gorga a, gorga b, gorga

c dan ulos sadum.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis harus memiliki cara atau teknik dalam

pengumpulan data agar kebenaran informasi yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan. Teknik yang diperlukan dalam penelitian kualitatif ini

diantaranya meliputi tahap-tahap berikut:

1. Wawancara

“Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi

semacam percakapan, yang bertujuan memperoleh informasi” (Nasution, 1987,

hlm. 149). Subagyo (1991, hlm. 65) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa

wawancara adalah untuk mendapatkan informasi. Beliau menyatakan bahwa

“wawancara yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara

langsung dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.

Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interviewer dengan responden,

dan kegiatannya dilakukan secara lisan”.

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

67

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Sering

interview dilakukan antara dua orang tetapi dapat juga sekaligus di interview dua

orang atau lebih. Namun wawancara yang dilakukan terhadap satu orang responden

akan mendapatkan informasi yang lebih bersifat obyektif bila dibandingkan dengan

responden lebih dari dua orang atau kelompok. Hubungan antara peng-interview

dan yang di interview bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam jangka waktu

tertentu dan kemudian diakhiri. Hubungan dalam interview biasanya seperti antara

dua orang asing yang tak berkenalan, namun pewawancara harus mampu mendekati

responden dengan menciptakan suasana keakraban, sehingga ia rela memberikan

keterangan yang diinginkan.

Pada umumnya dapat dibedakan dua macam interview yakni yang berstruktur

dan tak berstruktur. Wawancara berstruktur dilakukan berdasarkan daftar

pertanyaan dengan maksud dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi

wawancara itu antara lain pertanyaan yang diajukan telah ditentukan bahkan

kadang-kadang juga jawabannya, demikian pula lingkup masalah, sehingga benar-

benar dibatasi. Dalam wawancara pertanyaan telah dirumuskan biasanya secara

tertulis. Jawaban atas pertanyaan itu dapat juga ditentukan lebih dahulu. Dengan

pertanyaan serta jawaban yang telah ditentukan itu, pengelolahan data yang

diperoleh lebih mudah dilakukan bila dibandingkan dengan wawancara yang tidak

berstruktur. Wawancara struktur itu terikat, baik mengenai pertanyaan maupun

jawaban. Itu sebabnya syarat untuk wawancara berstruktur ialah penguasaan yang

mendalam mengenai masalah yang diselidiki.

Nasution (1987, hlm. 154) menyatakan bahwa

Wawancara berstruktur mempunyai sejumlah keuntungan antara lain (1) tujuan

wawancara lebih jelas dan terpusat pada hal-hal yang telah ditentukan lebih

dahulu sehingga tidak ada bahaya bahwa percakapan menyeleweng dan

menyimpang dari tujuan (2) jawaban-jawaban mudah dicatat dan diberikan

kode, dan karena itu (3) data itu lebih mudah diolah dan saling dibandingkan.

Wawancara tak berstruktur atau bebas ini tidak dipersiapkan daftar pertanyaan

sebelumnya. Pewawancara hanya menghadapi suatu masalah secara umum. Ia

boleh menanyakan apa saja yang dianggapnya perlu dalam situasi wawancara itu.

Pertanyaan tidak diajukan dalam urutan yang sama, bahkan pertanyaan pun tak

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

68

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selalu sama. Namun ada baiknya pewawancara sebagai pegangan mencatat pokok-

pokok penting yang akan dibicarakan sesuai dengan tujuan wawancara. Responden

boleh menjawab secara bebas menurut isi hati atau pikirannya. Lama interview juga

tidak ditentukan dan diakhiri menurut pewawancara. Keuntungan interview tanpa

terstruktur ini ialah kebebasan yang menjiwainya, sehingga responden secara

spontan dapat mengeluarkan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya. Dengan

demikian pewawancara memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah itu

karena setiap resonden bebas meninjau berbagai aspek menurut pendirian dan

pikiran masing-masing dan dengan demikian dapat memperkaya pandangan

peneliti.

Sehubungan dengan penelitian ini, peneliti cenderung menggunakan bentuk

wawancara berstruktur. Dimana pedoman wawancara dalam penelitian ini disusun

secara rinci untuk memperoleh informasi yang akurat dalam rangka mengangkat

permasalah mengenai inspirasi motif yang terdapat pada batik Batak “Batikta”.

Informasi yang diperoleh dalam wawancara ini direkam dan dicatat dalam garis

besar atau global. Data yang diperoleh lalu di olah sehingga sesuai dengan

klasifikasi masalah sehingga data yang tertuai dapat terperinci, sistematis dan jelas.

Pedoman wawancara tersebut hanya berfungsi sebagai acuan wawancara dan

menjadi daftar pengecekan apakah aspek-aspek yang disiapkan tersebut sudah

dibahas atau ditanyakan.

Tabel 3.3

Narasumber Wawancara

No Nama Jenis

kelamin Usia Pekerjaan

1 Trisnayanti Pardede Perempuan 31 Tahun Pendiri Batikta

2 Lorestoni Pardede Laki-Laki 28 Tahun Direktur Operasional Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)

2. Observasi

Bentuk alat pengumpulan data yang lain dilakukan dengan cara observasi atau

pengamatan. “Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian

dilakukan pencatatan” (Subagyo, 1991, hlm. 63). Pendapat serupa juga

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

69

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikemukakan oleh Arikunto (2013, hlm. 265) tentang metode observasi yaitu

pengamatan data yang dilakukan secara sistematis. Beliau mengatakan bahwa

“suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis,

dengan prosedur yang terstandar”. Observasi sebagai alat pengumpul data dapat

dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan

sebelumnya. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan

manusia seperti terjadinya dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh

gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan

metode lain. Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan dimiliki

tentang masalah yang kita selidiki.

Dalam penelitian ini penggunaan teknik observasi dapat memperoleh data

mengenai inspirasi dari motif suku Batak yang terdapat pada gorga dan kain ulos

yang diterapkan pada batik “Batikta” sebagai motif. Hal yang peneliti lakukan

berupa kegiatan pemotretan serta pencatatan-pencatatan hasil kegiatan pengamatan

pada batik “Batikta” tersebut.

3. Studi Dokumentasi

“Metode dokumentasi yaitu metode yang mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda, dan sebagainya” (Arikunto, 2013, hlm. 274). Dibandingkan

dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada

kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan dokumen berupa foto-foto yang

berasal dari karya-karya batik “Batikta” dan gambar-gambar motif yang di dapat

dari internet dan sebagainya adalah hasil dari pendokumentasian sendiri dari lokasi

penelitian. Mulai dari pendokumentasian lokasi penelitian, karya batik yang

dihasilkan dan motif-motif yang dijadikan inspirasi motif bagi batik “Batikta”.

Dalam proses pendokumentasian ini, peneliti menggunakan alat bantu seperti

media fotografi dimana peneliti memotret karya dan gambar motif batik yang

berada di “Batikta”. Proses pemotretan dilakukan ketika melakukan observasi

untuk melanjutkan penelitian tentang batik “Batikta”. Hal ini membatu peneliti

dalam proses pengamatan dan pendeskripsian penelitian pada batik “Batikta”.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

70

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Perekaman

“Teknik audio adalah teknologi perekaman suara atau bunyi yang digunakan

untuk merekam informasi yang merefleksikan tindakan dalam pikiran-pikiran yang

diungkapkan secara spontan” (Rohidi, 2011, hlm. 202). Teknik audio digunakan

selain untuk membantu observasi dalam merekam tindakan secara alamiah, baik

dalam bentuk ungkapan verbal biasa maupun ungkapan yang spontan, juga dapat

melengkapi catatan-catatan wawancara. Dengan menggunakan teknik audio visual

peneliti dapat melengkapi jawaban yang tidak sempat ditulis, yaitu dengan cara

memutar kembali hasil rekaman yang telah dilakukan. Perekaman dalam penelitian

ini dilakukan untuk merekam percakapan saat wawancara berlangsung dengan

narasumber agar tidak ada jawaban yang terlewatkan.

5. Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data melalui sumber yang

akurat berupa buku, artikel, majalah, karya tulis lainnya, untuk dijadikan referensi

dalam sebuah penelitian. Dengan studi literatur dari berbagai sumber tersebut

penulis memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk penelitian mengenai analisis

motif batik batak “Batikta”. Dalam studi literatur ini, penulis memperoleh data dari

perpustakaan kampus UPI, ISBI, ITB serta melakukan browsing di internet untuk

mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi.

G. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini terbagi atas tiga tahapan

yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan Pra-Lapangan

Pada tahapan ini, peneliti melakukan persiapan berupa memilih masalah,

merumuskan masalah, dan sumber data kemudian peneliti membuat dua judul

proposal yang berbeda sesuai kemampuan penulis untuk diajukan kepada dewan

skripsi Departemen Pendidikan Seni Rupa untuk ditindaklanjuti mana judul yang

cocok untuk diteliti. Setelah salah satu judul proposal disetujui lalu tahap

selanjutnya adalah melakukan revisi, kemudian melakukan tahap bimbingan

dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh dewan skripsi untuk membimbing

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

71

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selama proses pembuatan skripsi. Proposal yang sudah disahkan lalu mendapatkan

surat keputusan pengesahan judul. Kemudian peneliti mengajukan pembuatan surat

izin penelitian kepada jurusan yang nantinya diajukan ke lokasi yang akan menjadi

tujuan penelitian.

2. Tahapan Kegiatan Lapangan

Pada tahapan ini, peneliti sebelumnya melakukan pra-observasi untuk

mendapatkan informasi mengenai data yang relevan serta memohon izin untuk

melakukan penelitian. Selanjutnya observasi awal memberikan surat izin dan

melakukan pendekatan dan memberikan surat izin. Tahapan selanjutnya, peneliti

mulai melakukan wawancara dan observasi terhadap narasumber pada “Batikta”.

3. Tahapan Analisis Data

Pada tahapan analisis data ini, meliputi identifikasi data untuk memastikan

kebenaran data serta dapat dipercaya sehingga penelitian ini dapat dituangkan pada

karya ilmiah.

H. Teknik Analisis Data

Analisis merupakan sebuah proses yang sistematis, yang mempersyaratkan

kedisiplinan serta keuletan. Analisis senantiasa berjalan seiring dengan

pengumpulan dan penelusuran data untuk memperhatikan, merekam, mencatat,

mengelompokkan, dan memilah-milah data dengan teliti. Miles dan Huberman

(dalam Rohidi, 2013, hlm. 233) mengemukakan bahwa “telah menggambarkan tiga

aliran utama dalam analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi”.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

72

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2

Komponen-Komponen Analisis Data: Model Alir

(Sumber: Rohidi, 2011, hlm. 234)

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah struktur atau peralatan yang memungkinkan untuk

memilah, memilih, memusatkan perhatian, mengatur, dan menyederhanakan data,

pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di batik “Batikta”. Reduksi data ini dilakukan secara terus-menerus selama

penelitian kualitatif dilaksanakan. Selama pengumpulan data berjalan, akan

berlangsung tahapan-tahapan reduksi data berikutnya seperti membuat ringkasan,

mengkoding, menelusuri tema, membuat gugus, membuat partisi dan menulis

memo. Reduksi data atau proses transformasi ini berlangsung secara terus-menerus

sesudah penelitian di batik “Batikta”, sehingga laporan akhir dapat tersusun secara

lengkap. Kata lain dari reduksi data adalah suatu struktur penyaringan data. Dalam

penelitian ini, penulis menentukan hal pokok yaitu inspirasi motif batik Batak

“Batikta” Bandung dan analisis visual motif batik Batak “Batikta” Bandung.

2. Penyajian Data

Penyajian data merujuk pada suatu penyajian sekelompok informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Pada masa lampau penyajian yang digunakan pada data kualitatif ini

berupa teks naratif. Akan tetapi teks tersebut terpencar-pencar, bagian demi bagian

dan tidak tersusun dengan baik. Manusia pun tidak cukup mampu menjadi

pemroses informasi yang besar jumlahnya; kecenderungan kognitifnya adalah

menyederhanakan informasi yang rumit ke dalam kesatuan bentuk (Gestalt) yang

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

73

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disederhanakan dan selektif atau konfiguratif yang mudah dipahami. Dengan

demikian, dalam melakukan analisis dalam penyajian data yang baik disusun secara

sistematis dan kokoh, serta bertindak dengan sikap yang penuh daya cipta,

kesadaran diri yang kuat dan pandangan yan terus berkembang dalam

pengembangan dan penggunaannya. Dalam penelitian ini, peneliti juga

menambahkan berbagai macam pendapat dari informan yang fungsinya

mempertegas kebenaran dalam penelitian.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Dalam menarik kesimpulan ini, penganalisis seni mulai mencari makna karya,

dengan mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi,

hubungan sebab-akibat dan proporsi-proporsi yang mungkin muncul. Melalui

proses waktu, kesimpulan yang awalnya belum begitu jelas sedikit demi sedikit

akan meningkat ke arah yang lebih terinci dan mengakar dengan kokoh. Menurut

pendapat Miles dan Huberman (1994) dapat dijelaskan bahwa “penarikan

kesimpulan, sesungguhnya, hanya merupakan sebagian dari suatu kegiatan

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga ditentusahkan selama

penelitian berlangsung”. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan deskripsi

mengenai batik yang bermotifkan suku Batak pada “Batikta” yang telah diselidiki

dari inspirasi motifnya yang berasal dari suku Batak hingga analisis visual motif

yang terdapat pada batik “Batikta”.

I. Instrumen Penelitian

Arikunto (2013, hlm. 203) menyatakan bahwa “instrumen penelitian adalah

alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Pada penelitian ini, yang menjadi

instrumen utama dalam penelitian kualitatif ini adalah hasil penelitian sendiri.

Peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih responden sebagi sumber

data, mengumpulkan data, menganalisis data dan menyimpulkan hasil penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi, pedoman

wawancara dan studi dokumentasi data dalam pengumpulan data.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

74

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan

instrumen yang dikenal dengan istilah kisi-kisi. Arikunto (2013, hlm. 205)

menyatakan bahwa “kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan

antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam

kolom”.

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Aspek Indikator

Teknik

Pengumpulan

Data

1 Inspirasi Motif Batik

Batak “Batikta”

Bandung

a. Ide/inspirasi motif batik

Batak “Batikta” Bandung

b. Sumber data motif batik

Batak “Batikta” Bandung.

c. Latar belakang terciptanya

batik Batak “Batikta”

Bandung

d. Tujuan didirikannya batik

Batak “Batikta” Bandung

e. Teknik dan proses

pembuatan batik Batak

‘Batikta” Bandung.

f. Bahan baku yang digunakan

dalam pembuatan batik

Batak ‘Batikta” Bandung.

g. Pusat pembuatan batik

Batak ‘Batikta” Bandung.

h. Cara mengenalkan batik

Batak “Batikta” Bandung.

Wawancara

dan Observasi

2 Analisis Visual Motif

Batik Batak ”Batikta”

Bandung

a. Unsur garis yang muncul

pada motif batik Batak

“Batikta” Bandung.

b. Unsur bidang yang muncul

pada motif batik Batak

“Batikta” Bandung.

c. Unsur Warna yang muncul

pada motif batik Batak

“Batikta” Bandung.

d. Unsur tekstur yang muncul

pada motif batik Batak

“Batikta” Bandung.

Observasi dan

Kajian

Dokumentasi

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitianrepository.upi.edu/48494/7/S_SRP_1206447_Chapter3.pdfyang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang

75

Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Penerapan prinsip

komposisi pada batik Batak

“Batikta” Bandung.

f. Penerapan prinsip irama

pada batik Batak “Batikta”

Bandung.

g. Penerapan prinsip

keseimbangan pada batik

Batak “Batikta” Bandung.

h. Penerapan prinsip kesatuan

pada batik Batak “Batikta”

Bandung.

i. Penerapan prinsip proporsi

pada batik Batak “Batikta”

Bandung. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)