Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
60 Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam proses penelitian ini, penulis melakukan penelitian di wilayah Bandung.
Lokasi yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini yaitu
dilakukan di Kantor Batikta yang beralamat di Jl. Cimuncang No. 37, Kel.
Pasirlayu, Kec. Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat 40282.
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian
(Sumber: https://www.google.com/maps/@-6.9013052,107.6488517,17z)
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mewawancara, mengobservasi dan lain
sebagainya sehingga mengumpulkan data yang telah diperoleh dengan baik.
Adapun waktu yang dilakukan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai motif
batik Batak “Batikta” ini saat studi lapangan pada bulan Januari 2017.
61
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber utama data dalam penelitian. Adapun
yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini adalah motif batik Batak yang
dihasilkan oleh “Batikta”. “Batikta” merupakan salah satu merek (brand) batik
yang berdiri pada tahun 2011.
2. Objek Penelitian
Adapun yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah produk batik dengan
motif ulos dan gorga yang dihasilkan oleh “Batikta”.
C. Metode dan Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian skripsi tentang analisis visual motif batik Batak
pada “Batikta” di Bandung ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Pada penelitian tersebut penulis langsung berhadapan dengan
narasumber untuk mengumpulkan data-data informasi yang dibutuhkan.
Rohidi (2011, hlm. 171) mengemukakan bahwa
Metode dapat diartikan sebagai suatu cara untuk bergerak atau melakukan
sesuatu secara sistematis dan tertata, keteraturan pemikiran dan tindakan, atau
juga teknik dan susunan kerja dalam bidang atau lapangan tertentu. Metode
juga diartikan sebagai teknik dan peralatan khusus untuk menjelajah,
memperoleh dan menganalisis informasi, misalnya penentuan objek, observasi,
penggambaran, pemetaan, fotografi, video, audio, wawancara, studi kasus,
survei, model, dan sebagainya.
Arikunto (2013, hlm. 3) mendefinisikan metode deskriptif bahwa
Istilah “deskriptif” berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti
memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi,
situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud
dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Pendekatan kualitatif dapat betul-betul berkualitas apabila data yang
dikumpulkan lengkap. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder. Data
primer berupa data bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan. Data
sekunder berupa data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel,
62
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
catatan, notulen rapat dan lain-lain). Moleong (dalam Arikunto, 2013, hlm. 22)
mengemukakan bahwa “sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang
berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda
yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam
dokumen atau bendanya”.
Pada intinya dalam penelitian ini metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif berarti peneliti melakukan kegiatan penelitian langsung terhadap
narasumber dengan mengamati peristiwa yang ada disekitar sehingga memperoleh
hasil data yang benar dengan tidak mengubah, menambah, atau mengadakan
manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian, sehingga sumber data ini pada
akhirnya dapat dideskripsikan pada laporan dengan baik.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan pengertian yang digunakan terhadap beberapa
hal yang terkait dengan variabel penelitian. Definisi operasional dibuat bertujuan
agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan
dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan,
sehingga dapat bekerja lebih terarah. Adapun definisi operasional dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Visual
Kegiatan berpikir pada saat mengkaji bagian-bagian, komponen-komponen,
atau elemen-elemen dari suatu totalitas untuk memahami ciri-ciri masing-masing
bagian. Dalam penelitian ini yang akan di bahas adalah tentang unsur-unsur dan
prinsip-prinsip visual seni rupa yang terdapat pada karya batik.
2. Motif
Motif adalah pokok dasar sebuah pola gambar atau sebuah corak. Pada batik
akan ditemukan berbagai macam motif yang akan memperindah batik tersebut
melalui tahap stilasi atau perubahan motif utama.
63
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Batik Batak
Batik Batak yang dimaksud adalah batik yang corak atau motifnya diambil dari
berbagai suku Batak yang ada di Sumatera Utara. Motif yang digunakan pada batik
“Batikta” ini adalah motif yang terinspirasi dari suku Batak yaitu ragam hias ukiran
atau gorga dan motif kain tenun ulos.
4. “Batikta”
“Batikta” adalah suatu merek atau brand yang terletak di Bandung.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Arikunto (2013, hlm. 173) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Pendapat
lain mengenai populasi adalah menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008, hlm. 151)
yaitu “populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa,
sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data
penelitian”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan
dari objek penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah batik
yang bermotifkan gorga dan ulos.
2. Sampel
Arikunto (2013, hlm. 174) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Arikunto (2013, hlm. 174) juga menyatakan bahwa
“Jika hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut
penelitian sampel. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel”. Adapun pendapat lain menurut
Masyhuri dan Zainuddin (2008, hlm. 153) mengungkapkan bahwa
Sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian disebabkan karena: (1)
peneliti ingin mereduksi (memotong) obyek yang akan diteliti. Peneliti tidak
64
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan penyelidikannya pada semua obyek atau gejala atau kejadian atau
peristiwa tetapi hanya sebagian saja. Sebagian inilah disebut dengan sampel:
dan (2) peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil penelitiannya, artinya
mengenakan kesimpulannya kepada obyek, kejadian, gejala, atau peristiwa
yang lebih luas.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebuah obyek
atau gejala atau kejadian atau peristiwa yang diteliti hanya sebagian dari populasi
saja.
a. Teknik Pengambilan Sampel
Nursiyono (2014, hlm. 13) menyatakan bahwa “teknik pengambilan sampel
pada dasarnya merupakan tata cara mengambil sebagian anggota suatu populasi.
Dalam pengambilan sampel sebagai wakil dari populasi, berbagai macam teknik
pengambilan sampel telah dikembangkan secara ilmiah oleh para ahli statistik”.
b. Jenis Pengambilan Sampel
Nursiyono (2014, hlm. 24) menyatakan bahwa “dalam praktiknya, teknik
dalam pengambilan sampel secara garis besar dikelompokkan dalam dua jenis
pengambilan sampel yaitu Sampel Tidak Berpeluang (STB) dan Sampel
Berpeluang (SB)”.
Sampel Tidak Berpeluang (STB) adalah cara pengambilan sampel tanpa
menggunakan kaidah-kaidah peluang. Metode pengambilan sampel ini adalah
metode yang paling mudah namun memerlukan aspek kebijakan dan pengalaman
dalam melakukannya. Beberapa metode pengambilan STB diuraikan sebagai
berikut.
1) Convenience sampling, yaitu pengambilan sampel yang hanya
mempertimbangkan kemudahan, oleh karena itu pengambilan sampel
dengan cara ini tidak mewakili populasi dan hanya cocok untuk penelitian
yang sifatnya eksploratif atau untuk pilot study.
2) Purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang hanya menurut
kriteria, pemikiran atau pengetahuan pengambil sampel. Sampel yang
terpilih secara otomatis dipengaruhi oleh pemahaman pengambil sampel
terhadap populasi.
3) Quota sampling, yaitu pengambilan sampel dengan menentukan jumlah
sampel terlebih dahulu dan tanpa kerangka sampel. Pengambilan sampel
semacam ini sering digunakan dalam survei opini publik.
65
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Snowball sampling, yaitu pengambilan sampel yang dipakai ketika peneliti
kurang mengerti tentang kondisi populasi yang menjadi target
penelitiannya. Sehingga dari beberapa sampel yang diambil dan
diketahuinya, ia mengambil sampel lain dengan penjelasan dari sampel
yang dikenalnya.
Sampel Berpeluang (SB) adalah metode pengambilan sampel dengan
menggunakan kaidah-kaidah peluang. Keuntungan dari metode SB ini adalah
kemudahan untuk menghitung besarnya bias serta kesalahan pengambilan sampel.
Menurut penjelasan tersebut, adapun teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Di bawah ini
adalah sampel penelitian yang dipilih dan ditentukan berdasarkan kriteria tertentu
yang telah ditentukan oleh penulis sesuai pemahaman pengambilan sampel
terhadap populasi.
Tabel 3.1
Sumber Data Purposive Sampling
No Nama Jenis Motif
1
Gorga
1. Gorga Boraspati
2. Gorga Simarogung-Ogung
3. Gorga Simeol-Eol Masialoan
4. Gorga Ipon-Ipon
5. Gorga Pinar Mombang
6. Gorga Pinar Jombut Uwou
7. Gorga Pinar Hail Putor
8. Gorga A
9. Gorga B
10. Gorga C
2 Ulos
1. Ulos Sadum
2. Ulos Bintang Maratur
Sumber: Dokumen Peneliti (2017)
66
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No Nama Jenis Motif
1 Gorga
1. Gorga Simarogung-Ogung
2. Gorga Simeol-Eol Masialoan
3. Gorga Pinar Mombang
4. Gorga Pinar Hail Putor
5. Gorga A
6. Gorga B
7. Gorga C
2 Ulos 1. Ulos Sadum
Sumber: Dokumen Peneliti (2017)
Peneliti menggunakan data sumber yang terkumpul dari “Batikta” untuk
dijadikan sampel penelitian yaitu gorga simarogung-ogung, gorga simeol-eol
masialoan, gorga pinar mombang, gorga pinar hail putor, gorga a, gorga b, gorga
c dan ulos sadum.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis harus memiliki cara atau teknik dalam
pengumpulan data agar kebenaran informasi yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan. Teknik yang diperlukan dalam penelitian kualitatif ini
diantaranya meliputi tahap-tahap berikut:
1. Wawancara
“Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi
semacam percakapan, yang bertujuan memperoleh informasi” (Nasution, 1987,
hlm. 149). Subagyo (1991, hlm. 65) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi. Beliau menyatakan bahwa
“wawancara yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.
Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interviewer dengan responden,
dan kegiatannya dilakukan secara lisan”.
67
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Sering
interview dilakukan antara dua orang tetapi dapat juga sekaligus di interview dua
orang atau lebih. Namun wawancara yang dilakukan terhadap satu orang responden
akan mendapatkan informasi yang lebih bersifat obyektif bila dibandingkan dengan
responden lebih dari dua orang atau kelompok. Hubungan antara peng-interview
dan yang di interview bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam jangka waktu
tertentu dan kemudian diakhiri. Hubungan dalam interview biasanya seperti antara
dua orang asing yang tak berkenalan, namun pewawancara harus mampu mendekati
responden dengan menciptakan suasana keakraban, sehingga ia rela memberikan
keterangan yang diinginkan.
Pada umumnya dapat dibedakan dua macam interview yakni yang berstruktur
dan tak berstruktur. Wawancara berstruktur dilakukan berdasarkan daftar
pertanyaan dengan maksud dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi
wawancara itu antara lain pertanyaan yang diajukan telah ditentukan bahkan
kadang-kadang juga jawabannya, demikian pula lingkup masalah, sehingga benar-
benar dibatasi. Dalam wawancara pertanyaan telah dirumuskan biasanya secara
tertulis. Jawaban atas pertanyaan itu dapat juga ditentukan lebih dahulu. Dengan
pertanyaan serta jawaban yang telah ditentukan itu, pengelolahan data yang
diperoleh lebih mudah dilakukan bila dibandingkan dengan wawancara yang tidak
berstruktur. Wawancara struktur itu terikat, baik mengenai pertanyaan maupun
jawaban. Itu sebabnya syarat untuk wawancara berstruktur ialah penguasaan yang
mendalam mengenai masalah yang diselidiki.
Nasution (1987, hlm. 154) menyatakan bahwa
Wawancara berstruktur mempunyai sejumlah keuntungan antara lain (1) tujuan
wawancara lebih jelas dan terpusat pada hal-hal yang telah ditentukan lebih
dahulu sehingga tidak ada bahaya bahwa percakapan menyeleweng dan
menyimpang dari tujuan (2) jawaban-jawaban mudah dicatat dan diberikan
kode, dan karena itu (3) data itu lebih mudah diolah dan saling dibandingkan.
Wawancara tak berstruktur atau bebas ini tidak dipersiapkan daftar pertanyaan
sebelumnya. Pewawancara hanya menghadapi suatu masalah secara umum. Ia
boleh menanyakan apa saja yang dianggapnya perlu dalam situasi wawancara itu.
Pertanyaan tidak diajukan dalam urutan yang sama, bahkan pertanyaan pun tak
68
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selalu sama. Namun ada baiknya pewawancara sebagai pegangan mencatat pokok-
pokok penting yang akan dibicarakan sesuai dengan tujuan wawancara. Responden
boleh menjawab secara bebas menurut isi hati atau pikirannya. Lama interview juga
tidak ditentukan dan diakhiri menurut pewawancara. Keuntungan interview tanpa
terstruktur ini ialah kebebasan yang menjiwainya, sehingga responden secara
spontan dapat mengeluarkan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya. Dengan
demikian pewawancara memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah itu
karena setiap resonden bebas meninjau berbagai aspek menurut pendirian dan
pikiran masing-masing dan dengan demikian dapat memperkaya pandangan
peneliti.
Sehubungan dengan penelitian ini, peneliti cenderung menggunakan bentuk
wawancara berstruktur. Dimana pedoman wawancara dalam penelitian ini disusun
secara rinci untuk memperoleh informasi yang akurat dalam rangka mengangkat
permasalah mengenai inspirasi motif yang terdapat pada batik Batak “Batikta”.
Informasi yang diperoleh dalam wawancara ini direkam dan dicatat dalam garis
besar atau global. Data yang diperoleh lalu di olah sehingga sesuai dengan
klasifikasi masalah sehingga data yang tertuai dapat terperinci, sistematis dan jelas.
Pedoman wawancara tersebut hanya berfungsi sebagai acuan wawancara dan
menjadi daftar pengecekan apakah aspek-aspek yang disiapkan tersebut sudah
dibahas atau ditanyakan.
Tabel 3.3
Narasumber Wawancara
No Nama Jenis
kelamin Usia Pekerjaan
1 Trisnayanti Pardede Perempuan 31 Tahun Pendiri Batikta
2 Lorestoni Pardede Laki-Laki 28 Tahun Direktur Operasional Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)
2. Observasi
Bentuk alat pengumpulan data yang lain dilakukan dengan cara observasi atau
pengamatan. “Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan” (Subagyo, 1991, hlm. 63). Pendapat serupa juga
69
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikemukakan oleh Arikunto (2013, hlm. 265) tentang metode observasi yaitu
pengamatan data yang dilakukan secara sistematis. Beliau mengatakan bahwa
“suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis,
dengan prosedur yang terstandar”. Observasi sebagai alat pengumpul data dapat
dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan
sebelumnya. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan
manusia seperti terjadinya dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh
gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan
metode lain. Observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan dimiliki
tentang masalah yang kita selidiki.
Dalam penelitian ini penggunaan teknik observasi dapat memperoleh data
mengenai inspirasi dari motif suku Batak yang terdapat pada gorga dan kain ulos
yang diterapkan pada batik “Batikta” sebagai motif. Hal yang peneliti lakukan
berupa kegiatan pemotretan serta pencatatan-pencatatan hasil kegiatan pengamatan
pada batik “Batikta” tersebut.
3. Studi Dokumentasi
“Metode dokumentasi yaitu metode yang mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya” (Arikunto, 2013, hlm. 274). Dibandingkan
dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada
kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan dokumen berupa foto-foto yang
berasal dari karya-karya batik “Batikta” dan gambar-gambar motif yang di dapat
dari internet dan sebagainya adalah hasil dari pendokumentasian sendiri dari lokasi
penelitian. Mulai dari pendokumentasian lokasi penelitian, karya batik yang
dihasilkan dan motif-motif yang dijadikan inspirasi motif bagi batik “Batikta”.
Dalam proses pendokumentasian ini, peneliti menggunakan alat bantu seperti
media fotografi dimana peneliti memotret karya dan gambar motif batik yang
berada di “Batikta”. Proses pemotretan dilakukan ketika melakukan observasi
untuk melanjutkan penelitian tentang batik “Batikta”. Hal ini membatu peneliti
dalam proses pengamatan dan pendeskripsian penelitian pada batik “Batikta”.
70
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Perekaman
“Teknik audio adalah teknologi perekaman suara atau bunyi yang digunakan
untuk merekam informasi yang merefleksikan tindakan dalam pikiran-pikiran yang
diungkapkan secara spontan” (Rohidi, 2011, hlm. 202). Teknik audio digunakan
selain untuk membantu observasi dalam merekam tindakan secara alamiah, baik
dalam bentuk ungkapan verbal biasa maupun ungkapan yang spontan, juga dapat
melengkapi catatan-catatan wawancara. Dengan menggunakan teknik audio visual
peneliti dapat melengkapi jawaban yang tidak sempat ditulis, yaitu dengan cara
memutar kembali hasil rekaman yang telah dilakukan. Perekaman dalam penelitian
ini dilakukan untuk merekam percakapan saat wawancara berlangsung dengan
narasumber agar tidak ada jawaban yang terlewatkan.
5. Studi Literatur
Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data melalui sumber yang
akurat berupa buku, artikel, majalah, karya tulis lainnya, untuk dijadikan referensi
dalam sebuah penelitian. Dengan studi literatur dari berbagai sumber tersebut
penulis memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk penelitian mengenai analisis
motif batik batak “Batikta”. Dalam studi literatur ini, penulis memperoleh data dari
perpustakaan kampus UPI, ISBI, ITB serta melakukan browsing di internet untuk
mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi.
G. Tahapan-Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini terbagi atas tiga tahapan
yaitu sebagai berikut:
1. Tahapan Pra-Lapangan
Pada tahapan ini, peneliti melakukan persiapan berupa memilih masalah,
merumuskan masalah, dan sumber data kemudian peneliti membuat dua judul
proposal yang berbeda sesuai kemampuan penulis untuk diajukan kepada dewan
skripsi Departemen Pendidikan Seni Rupa untuk ditindaklanjuti mana judul yang
cocok untuk diteliti. Setelah salah satu judul proposal disetujui lalu tahap
selanjutnya adalah melakukan revisi, kemudian melakukan tahap bimbingan
dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh dewan skripsi untuk membimbing
71
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selama proses pembuatan skripsi. Proposal yang sudah disahkan lalu mendapatkan
surat keputusan pengesahan judul. Kemudian peneliti mengajukan pembuatan surat
izin penelitian kepada jurusan yang nantinya diajukan ke lokasi yang akan menjadi
tujuan penelitian.
2. Tahapan Kegiatan Lapangan
Pada tahapan ini, peneliti sebelumnya melakukan pra-observasi untuk
mendapatkan informasi mengenai data yang relevan serta memohon izin untuk
melakukan penelitian. Selanjutnya observasi awal memberikan surat izin dan
melakukan pendekatan dan memberikan surat izin. Tahapan selanjutnya, peneliti
mulai melakukan wawancara dan observasi terhadap narasumber pada “Batikta”.
3. Tahapan Analisis Data
Pada tahapan analisis data ini, meliputi identifikasi data untuk memastikan
kebenaran data serta dapat dipercaya sehingga penelitian ini dapat dituangkan pada
karya ilmiah.
H. Teknik Analisis Data
Analisis merupakan sebuah proses yang sistematis, yang mempersyaratkan
kedisiplinan serta keuletan. Analisis senantiasa berjalan seiring dengan
pengumpulan dan penelusuran data untuk memperhatikan, merekam, mencatat,
mengelompokkan, dan memilah-milah data dengan teliti. Miles dan Huberman
(dalam Rohidi, 2013, hlm. 233) mengemukakan bahwa “telah menggambarkan tiga
aliran utama dalam analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi”.
72
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2
Komponen-Komponen Analisis Data: Model Alir
(Sumber: Rohidi, 2011, hlm. 234)
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah struktur atau peralatan yang memungkinkan untuk
memilah, memilih, memusatkan perhatian, mengatur, dan menyederhanakan data,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di batik “Batikta”. Reduksi data ini dilakukan secara terus-menerus selama
penelitian kualitatif dilaksanakan. Selama pengumpulan data berjalan, akan
berlangsung tahapan-tahapan reduksi data berikutnya seperti membuat ringkasan,
mengkoding, menelusuri tema, membuat gugus, membuat partisi dan menulis
memo. Reduksi data atau proses transformasi ini berlangsung secara terus-menerus
sesudah penelitian di batik “Batikta”, sehingga laporan akhir dapat tersusun secara
lengkap. Kata lain dari reduksi data adalah suatu struktur penyaringan data. Dalam
penelitian ini, penulis menentukan hal pokok yaitu inspirasi motif batik Batak
“Batikta” Bandung dan analisis visual motif batik Batak “Batikta” Bandung.
2. Penyajian Data
Penyajian data merujuk pada suatu penyajian sekelompok informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Pada masa lampau penyajian yang digunakan pada data kualitatif ini
berupa teks naratif. Akan tetapi teks tersebut terpencar-pencar, bagian demi bagian
dan tidak tersusun dengan baik. Manusia pun tidak cukup mampu menjadi
pemroses informasi yang besar jumlahnya; kecenderungan kognitifnya adalah
menyederhanakan informasi yang rumit ke dalam kesatuan bentuk (Gestalt) yang
73
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disederhanakan dan selektif atau konfiguratif yang mudah dipahami. Dengan
demikian, dalam melakukan analisis dalam penyajian data yang baik disusun secara
sistematis dan kokoh, serta bertindak dengan sikap yang penuh daya cipta,
kesadaran diri yang kuat dan pandangan yan terus berkembang dalam
pengembangan dan penggunaannya. Dalam penelitian ini, peneliti juga
menambahkan berbagai macam pendapat dari informan yang fungsinya
mempertegas kebenaran dalam penelitian.
3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Dalam menarik kesimpulan ini, penganalisis seni mulai mencari makna karya,
dengan mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi,
hubungan sebab-akibat dan proporsi-proporsi yang mungkin muncul. Melalui
proses waktu, kesimpulan yang awalnya belum begitu jelas sedikit demi sedikit
akan meningkat ke arah yang lebih terinci dan mengakar dengan kokoh. Menurut
pendapat Miles dan Huberman (1994) dapat dijelaskan bahwa “penarikan
kesimpulan, sesungguhnya, hanya merupakan sebagian dari suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga ditentusahkan selama
penelitian berlangsung”. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan deskripsi
mengenai batik yang bermotifkan suku Batak pada “Batikta” yang telah diselidiki
dari inspirasi motifnya yang berasal dari suku Batak hingga analisis visual motif
yang terdapat pada batik “Batikta”.
I. Instrumen Penelitian
Arikunto (2013, hlm. 203) menyatakan bahwa “instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Pada penelitian ini, yang menjadi
instrumen utama dalam penelitian kualitatif ini adalah hasil penelitian sendiri.
Peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih responden sebagi sumber
data, mengumpulkan data, menganalisis data dan menyimpulkan hasil penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi, pedoman
wawancara dan studi dokumentasi data dalam pengumpulan data.
74
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan
instrumen yang dikenal dengan istilah kisi-kisi. Arikunto (2013, hlm. 205)
menyatakan bahwa “kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan
antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam
kolom”.
Adapun kisi-kisi instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No Aspek Indikator
Teknik
Pengumpulan
Data
1 Inspirasi Motif Batik
Batak “Batikta”
Bandung
a. Ide/inspirasi motif batik
Batak “Batikta” Bandung
b. Sumber data motif batik
Batak “Batikta” Bandung.
c. Latar belakang terciptanya
batik Batak “Batikta”
Bandung
d. Tujuan didirikannya batik
Batak “Batikta” Bandung
e. Teknik dan proses
pembuatan batik Batak
‘Batikta” Bandung.
f. Bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan batik
Batak ‘Batikta” Bandung.
g. Pusat pembuatan batik
Batak ‘Batikta” Bandung.
h. Cara mengenalkan batik
Batak “Batikta” Bandung.
Wawancara
dan Observasi
2 Analisis Visual Motif
Batik Batak ”Batikta”
Bandung
a. Unsur garis yang muncul
pada motif batik Batak
“Batikta” Bandung.
b. Unsur bidang yang muncul
pada motif batik Batak
“Batikta” Bandung.
c. Unsur Warna yang muncul
pada motif batik Batak
“Batikta” Bandung.
d. Unsur tekstur yang muncul
pada motif batik Batak
“Batikta” Bandung.
Observasi dan
Kajian
Dokumentasi
75
Angel Limbong, 2019 ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK BATAK “BATIKTA” BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Penerapan prinsip
komposisi pada batik Batak
“Batikta” Bandung.
f. Penerapan prinsip irama
pada batik Batak “Batikta”
Bandung.
g. Penerapan prinsip
keseimbangan pada batik
Batak “Batikta” Bandung.
h. Penerapan prinsip kesatuan
pada batik Batak “Batikta”
Bandung.
i. Penerapan prinsip proporsi
pada batik Batak “Batikta”
Bandung. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2017)