20
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan metode kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subyek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 1994: 47). Penggunaan desain dalam penelitian ini berupa “randomized control group pretest-posttest design” (Fraenkel, 1990). Penggunaan desain dilakukan dengan pertimbangan bahwa, kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan kacaunya jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah. Penelitian dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan yang setara dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok pertama diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Kelompok pertama ini merupakan kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional. Diagram dari desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Kelompok Eksperimen O X O Kelompok Kontrol O - O (Fraenkel dan Wallen, 1990: 238). Keterangan:

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitianrepository.upi.edu/9468/5/t_mat_0907752_chapter3.pdfb. Awal Maret 2011 perbaikan proposal yang telah diseminarkan, membuat

Embed Size (px)

Citation preview

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan metode kuasi eksperimen. Pada kuasi

eksperimen ini subyek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima

keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 1994: 47). Penggunaan desain dalam

penelitian ini berupa “randomized control group pretest-posttest design”

(Fraenkel, 1990). Penggunaan desain dilakukan dengan pertimbangan bahwa,

kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya sehingga tidak dilakukan lagi

pengelompokan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan

kacaunya jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah.

Penelitian dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki kemampuan

yang setara dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok pertama

diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe CIRC. Kelompok pertama ini merupakan kelompok eksperimen,

sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yang memperoleh

pembelajaran konvensional. Diagram dari desain penelitian ini digambarkan

sebagai berikut:

Kelompok Eksperimen O X O

Kelompok Kontrol O - O

(Fraenkel dan Wallen, 1990: 238).

Keterangan:

31

O : Pretes dan postes

(tes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik)

X: Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran

kooperatif tipe CIRC

B. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa MTs Negeri Tanggeung Kabupaten

Cianjur. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII, dengan

sampel penelitian terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas yang satu sebagai kelas

eksperimen dan kelas yang lainnya sebagai kelas kontrol yang dipilih secara acak

dari 7 kelas yang ada. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan

pertimbangan guru bidang studi matematika yang mengajar, yang menyatakan

bahwa penyebaran siswa tiap kelas merata ditinjau dari segi akademiknya.

Penelitian ini bertujuan mencari solusi alternatif pembelajaran yang tepat

dan sesuai dengan karakteristik siswanya yang mayoritas pendatang/bermukim di

pesantren dan memiliki jadwal kegiatan yang padat di luar sekolah.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan dari bulan Mei sampai awal Juni 2011

dengan rincian sebagai berikut:

1. Tahap persiapan, dengan kegiatan:

a. Akhir Februari 2011, seminar proposal.

b. Awal Maret 2011 perbaikan proposal yang telah diseminarkan, membuat

bahan ajar dan instrumen penelitian.

32

c. Pertengahan Maret 2011 melakukan observasi di sekolah tempat

penelitian. Wawancara dengan guru bidang studi matematika yang

mengajar pada tingkatan kelas tersebut untuk mendapatkan informasi

sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kelas sampel.

d. April 2011 pelaksanaan uji coba instrumen dan melakukan analisis dari

hasil uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah menentukan sampel kelas, selanjutnya penelitian dilakukan

dengan kegiatan sebagai berikut

a. Melakukan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Melakukan proses pembelajaran dengan dengan menggunakan model

CIRC pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas

kontrol

c. Melakukan observasi pada setiap pertemuan di kelas eksperimen

d. Melakukan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

e. Melakukan pengumpulan data melalui angket skala pendapat pada kelas

eksperimen.

D. Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan tiga macam

instrumen, yang terdiri dari tes matematika berupa tes kemampuan koneksi dan

kemampuan pemecahan masalah matematik, format observasi selama

pembelajaran matematika, dan skala pendapat terhadap pembelajaran matematika

dengan pendekatan pembelajaran kooperatif model CIRC.

33

1. Tes Matematika

Tes matematika digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi dan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Soal ini dibuat dalam dua

paket soal, yaitu soal untuk mengukur kemampuan koneksi dan untuk mengukur

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Dalam bentuk soal uraian

yang terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal, yang dilanjutkan dengan menyusun

soal-soal, membuat kunci jawabannya dan pedoman penskoran tiap butir soal.

Soal tes dikatakan baik apabila soal tes tersebut sudah dinilai validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Berdasarkan hal itu untuk

mendapatkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda maka

soal tersebut terlebih dahulu dikonsultasikan pada ahlinya (expert) dan diuji

cobakan pada kelas lain yang tingkatannya lebih tinggi.

Tes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik yang akan

digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini, telah diuji cobakan kepada

siswa kelas VIII SMP Negeri. Dari hasil uji coba selanjutnya dianalisis validitas

item soal.

Pengukuran validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda

soal tes tersebut diuraikan berikut ini.

a. Analisis Validitas Butir Soal

Analisis validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan

suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal,

skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor

total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut

34

memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Perhitungan validitas butir

soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment

Pearson (Arikunto, 2001: 72), yaitu sebagai berikut:

2222 )()(

))((

YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi,

X : jumlah nilai-nilai X,

X 2 : jumlah kuadrat nilai-nilai X,

Y : jumlah nilai-nilai Y,

Y 2

: jumlah kuadrat nilai-nilai Y.

n : banyaknya sampel

Interpretasi besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto (2001: 75)

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Koefisien Validitas

Koefisien Korelasi (r) Interpretasi

0,80 < r 1,00

0,60 < r 0,80

0,40 < r 0,60

0,20 < r 0,40

r 0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

Berikut ini hasil perhitungan validasi item soal kemampuan

koneksi matematik, diperoleh nilai validitas seperti tabel berikut:

35

Tabel 3.2 Rekapitulasi validitas butir soal hasil uji coba

No.

Soal

Soal Koneksi

Korelasi Pearson Interpretasi Signifikan

1 0,21 Rendah

2a 0,81 Sangat Tinggi Signifikan

2b 0,74 Tinggi Signifikan

3a 0,69 Tinggi Signifikan

3b 0,86 Sangat Tinggi Signifikan

3c 0,75 Tinggi Signifikan

4a 0,87 Sangat Tinggi Signifikan

4b 0,74 Tinggi Signifikan

4c 0,90 Sangat Tinggi Signifikan

Soal Pemecahan Masalah

5 0,81 Sangat Tinggi Signifikan

6 0,85 Sangat Tinggi Signifikan

7 0,90 Sangat Tinggi Signifikan

8 0,39 Rendah Signifikan

Berdasarkan Tabel di atas, disimpulkan bahwa nilai korelasi

masing-masing item ke dalam kategori cukup (sebanyak 15,4%), kategori

tinggi (31%), kategori sangat tinggi (38%), dan kategori rendah (15,4%).

Perhitungan secara terperinci dapat dilihat pada lampiran C hal.181.

b. Analisis Reliabilitas Tes

Instrumen memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur itu

memiliki konsistensi yang handal pada tingkatan yang sama, walaupun

dikerjakan oleh siapapun, di manapun dan kapanpun berada. Untuk mengukur

reliabilitas soal menggunakan Rumus alpha-cronbach (Arikunto, 2001) yaitu:

36

2

2

11 11

t

i

n

nr

Dimana:

r11 : Reabilitas tes secara keseluruhan

n : Banyak soal

2

i : Variansi item

2

t : Variansi total

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan

diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut J.P. Guilford (Suherman ,

2003:139), yaitu:

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Interval Reliabilitas

r 0,20

0,20 < r 0,40

0,40 < r 0,60

0,60 < r 0,80

0,80 < r 1,00

Sangat rendah (SR)

Rendah (R)

Sedang (S)

Tinggi (T)

Sangat tinggi (ST)

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Soal aspek koneksi matematik, diperoleh nilai r11 adalah 0,86 yang

termasuk kategori reliabilitas sangat tinggi.

2. Soal aspek pemecahan masalah matematik, diperoleh nilai r11 adalah 0,74

yang termasuk kategori tinggi.

37

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka tes ini tergolong baik karena

mempunyai reliabilitas tinggi. Perhitungan yang lebih terperinci dapat

dilihat pada lampiran C hal.182.

c. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal yang membedakan

antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki

kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda atau indeks

diskriminasi tes adalah dengan membagi dua subjek, menjadi bagian 50%-

50% setelah diurutkan menurut peringkat perolehan skor hasil tes. Dalam

menentukan daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus (disesuaikan

dari Suherman, 2003:161)

IA

SSDP BA

Keterangan :

DP : daya pembeda,

SA : jumlah skor pada kelompok atas yang menjawab benar,

SB : jumlah skor pada kelompok bawah yang menjawab benar,

IA : jumlah skor ideal salah satu kelompok.

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan

diinterpretasikan mengikuti interpretasi yang dikemukakan Suherman

(2003:161) seperti pada tabel 3.3 berikut:

38

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi Soal

0,00 – 0,20

0,21 – 0,40

0,41 – 0,70

0,71 – 1,00

Kurang baik

Cukup

Baik

Sangat baik

Berdasarkan hasil perhitungan, daya pembeda hasil uji coba diperoleh

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Daya Pembeda

Koneksi Matematik

No. Daya Pembeda

Soal Nilai Interpretasi

1 0,03 Kurang Baik

2a 0,37 Cukup

2b 0,40 Cukup

3a 0,33 Cukup

3b 0,53 Baik

3c 0,37 Cukup

4a 0,31 Cukup

4b 0,33 Cukup

4c 0,43 Baik

Pemecahan Masalah Matematik

5 0,31 Cukup

6 0,39 Cukup

7 0,37 Cukup

8 0,06 Kurang Baik

39

d. Analisis Tingkat Kesukaran

Menganalisis tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung

berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Skor hasil tes yang

diperoleh siswa diklasifikasikan atas benar dan salah seperti pada analisis daya

pembeda. Sedangkan rumus yang digunakan digunakan adalah :

r

r

I

STK , (Suherman, 2003:170)

Keterangan:

TK : Tingkat kesukaran.

Sr : Jumlah skor siswa yang menjawab soal dengan benar.

Ir : Jumlah skor ideal

Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kategori Soal

0,00 – 0,30

0,31 – 0,70

0,71 – 1,00

Sukar

Sedang

Mudah

Berdasarkan perhitungan, tingkat kesukaran soal hasil uji coba

diperoleh seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran

Koneksi Matematik

No. Tingkat Kesukaran

Soal Nilai Interpretasi

1 0,19 Sukar

2a 0,65 Sedang

2b 0,55 Sedang

40

3a 0,77 Mudah

3b 0,67 Sedang

3c 0,78 Mudah

4a 0,60 Sedang

4b 0,57 Sedang

4c 0,70 Sedang

Pemecahan Masalah Matematik

5 0,55 Sedang

6 0,56 Sedang

7 0,55 Sedang

8 0,26 Sukar

Berdasarkan analisis hasil uji coba soal, baik validitas, reliabilitas

tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal, peneliti mengambil

kesimpulan soal nomor 1 dan nomor 8 tidak dipakai sebagai soal instrumen

penelitian (dibuang). Rekapitulasi keseluruhan analisis hasil uji coba soal

instrumen, disajikan dalam lampiran C hal. 185.

2. Format Observasi

Format observasi digunakan untuk mengukur kegiatan siswa selama

proses pembelajaran dan pada waktu tes individu diberikan. Aktivitas siswa

diamamati oleh peneliti yang berperan sebagai guru, aktivitas siswa yang diamati

mencakup:

a. Pada waktu pembelajaran, kegiatan siswa yang diamati mempelajari tugas

pada Lembar Kerja Siswa, diskusi, memperhatikan penjelasan teman, dan

menulis yang sesuai.

41

b. Pada waktu tes individu aktifitas yang diamati ketekunan/ keseriusan

kemandirian, dan keuletan siswa dalam mengerjakan soal tes.

3. Skala Pendapat Siswa

Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap

pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe CIRC

yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup,

tentang pendapat siswa.

Model Skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap Likert. Tes

skala sikap diberikan kepada siswa pada kelompok eksperimen setelah semua

kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah postes. Skala sikap pada penelitian

ini terdiri atas 25 butir pertanyaan dengan empat pilihan jawaban, yaitu sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Empat pilihan

ini, berguna untuk menghindari sikap ragu-ragu atau rasa aman untuk tidak

memihak pada suatu pernyataan yang diajukan.

Respon siswa pada angket dianalisis menggunakan dua jenis skor respon

yang dibandingkan yaitu, skor respon siswa yang diberikan melalui angket dan

skor respon netral. Jika skor subjek lebih besar dari pada jumlah skor netral, maka

subyek tersebut mempunyai sikap positif. Sebaliknya jika skor subjek kurang dari

jumlah skor netral maka subjek tersebut memiliki sikap negatif.

Menurut Sumarmo (dalam Putri, 2006) butir skala sikap yang diambil

untuk dianalisis, diseleksi dengan menggunakan seleksi butir skala sikap dengan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan skor tiap subjek

42

2) Menentukan kelompok tinggi dan kelompok rendah (sekitar 25% atau

30%)

3) Menentukan mean skor kelompok tinggi ( Tx ) dan kelompok rendah ( Rx )

4) Tentukan variansi sT2 dsan sR

2

5) Hitung satatistik t dengan rumus:

)1(

)()( 2

nn

xxxx

xxt

RRTT

RT

Keterangan:

Tx = rata-rata kelompok atas

Rx = rata-rata kelompok bawah

n = banyaknya siswa kelompok atas atau kelompok bawah

Selanjutnya validitas butir diestimasi dengan membandingkan nilai thitung

dengan nilai ttabel . Jika thitung > ttabel maka butir skala sikap tersebut mempunyai

validitas isi yang baik sehingga dapat digunakan

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan, yaitu data kuantitatif berupa hasil tes

kemampuan koneksi dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan

data kualitatif berupa hasil observasi dan skala pendapat siswa.

1. Data kuantitatif

Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya

peningkatan kemampuan koneksi dan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa. Sehingga, data primer hasil tes siswa sebelum dan setelah

43

perlakuan penerapan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif

model CIRC, dianalisa dengan cara membandingkan skor pretes dan postes.

Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis 1 :

H0 : Peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa yang memperoleh

pembelajaran Kooperatif model CIRC dan siswa yang memperoleh

pembelajaran matematika secara konvensional sama.

H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang

memperoleh pembelajaran Kooperatif model CIRC lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika

secara konvensional.

Hipotesis 2 :

H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang

memperoleh pembelajaran Kooperatif model CIRC dan siswa yang

memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional sama.

H1 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang

memperoleh pembelajaran Kooperatif model CIRC lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika

secara konvensional.

44

Hipotesis 3 :

H0 : Tidak terdapat keterkaitan antara kemampuan koneksi dan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

H1 : Terdapat kaitan yang signifikan antara kemampuan koneksi dan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan uji perbedaaan dua

rata-rata (uji-t) dengan taraf signifikan = 0,05 dan derajat kebebasan dk= (ne +

nk – 2), dengan kriteria uji H0 diterima jika thitung < ttabel (Ruseffendi,1998:278)

dan dalam keadaan lain H0 ditolak.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan rata-

rata, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung rata-rata skor hasil pretes dan postes menggunakan rumus

sebagai berikut:

n

x

x

k

i

i 1

b. Menghitung deviasi standar pretest dan postest menggunakan rumus:

k

i

i

n

xxs

1

2

1

)(, Ruseffendi (1998: 123)

c. Menghitung indek gain (g) ternormalisasi dengan rumus:

< g > = preideal

prepos

ss

ss

, (Meltzer,2002)

, Ruseffendi (1998: 76)

45

Keterangan :

< g > : Gain Ternormalisasi

Spos : Skor postes

Spre : Skor Pretes

Sideal : Skor Ideal

Adapun kriteria indeks gain adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Interpretasi

g < 0,3

0,3 g < 0,7

g 0,7

Rendah

Sedang

Tinggi

d. Menguji normalitas data skor pretes, postes dan gain dengan menggunakan

SPSS 17.0 uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov). (Uyanto, 2009:

37).

e. Menguji homogenitas varians dengan (Levene Statistic).(Uyanto, 2009:40)

f. Perbedaan peningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah

diketahui dengan melakukan uji perbedaan rata-rata atau uji-t, rumusnya

adalah sebagai berikut:

)11

(2

yx

yx

ke

nns

xxt

dengan df = nx + ny –2, dan

varians 2

)1()1( 22

2

yx

yyxx

yxnn

nsnss , (Ruseffendi, 1998)

46

Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, dengan kriteria

pengujian H0 diterima bila nilai signifikan > 𝛼, sedangkan dalam keadaan

lainnya tolak H0, pada taraf signifikan (𝛼=0,05) (Uyanto, 2009: 88). Jika

sebaran data normal dan homogen, dilakukan dengan uji-t (Independent

Samples t-Test) dan jika sebaran data tidak normal, dilakukan dengan uji uji

non-parametrik U. Mann Whitney (2-independent Samples). Perhitungan

lengkap disajikan pada lampiran D hal.197

g. Hubungan yang signifikan antara kemampuan koneksi dan pemecahan

masalah matematik siswa, diketahui dengan melakukan Uji Korelasi. Jika

sebaran data berdistribusi normal, dilakukan dengan uji korelasi Product

Moment Pearson

Diagram 3.1

Langkah-langkah uji perbedaan rata-rata

Data

Tidak normal

Deviasi Standar Rata-rata

Uji Normalitas

Indeks Gain

Uji Mann-Whitney

Uji Non Parametrik

(Uji t’)

Uji Mann-Whitney

Uji Parametrik

( Uji t)

Uji Homogenitas Tidak homogen

normal

homogen

47

Pengujian hipotesis ke-3 digunakan uji korelasi. Jika data sebaran normal

maka perhitungan dilakukan dengan uji korelasi Product Moment Pearson,

sedangkan jika sebaran data tidak normal maka perhitungan menggunakan uji

statistik non parametrik. Karena data yang diperoleh berdistribusi normal dan

homogen, maka pengujiannya tidak menggunakan uji non parametrik pengganti

uji-t yaitu uji Mann-Whitney atau uji Wilcoxon.

2. Data kualitatif

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah data hasil observasi dan

skala sikap. Data hasil observasi yang dianalisa adalah aktifitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung dan pada waktu tes individu diberikan.

Sedangkan, hasil skala pendapat penganalisaannya difokuskan pada respons siswa

terhadap model pembelajaran yang diberikan, yaitu pembelajaran model CIRC.

Data dianalisa dengan menggunakan pemberian skor butir skala sikap

model Likert. Penskoran respon pada tiap pernyataan dinyatakan secara tidak

seragam, yaitu dengan berdasarkan sebaran respon siswa pada suatu butir

pernyatan (Anwar, 2003). Pemberian skor pada item skala sikap dilakukan seperti

pada pernyataan 1 dalam Tabel 3.13. berikut:

Tabel 3.9 Pemberian Skor Item Skala Sikap

Pernyataan 1

No. Nilai Jenis Respon

SS S TS STS

1. Frekuensi (f) 18 12 6 0

2. Proporsi (p) 0,50 0,33 0,17 0,00

3. Kumulatif p 1,00 0,50 0,17 0,00

4. Titik Tengah kumulatif p 0,75 0,33 0,08 0,00

48

5. Nilai Z daftar 0,67 -0,43 -1,38 -3,49

6. Nilai Z daftar + 4,49 5,16 4,06 3,11 1,00

7. Pembulatan Z 5 4 3 1

8. Skor 5 4 3 1

Berdasar Tabel 3.9 untuk pernyataan 1, proporsi kumulatif (pk) adalah

proporsi dalam suatu kategori (=0,50) ditambah dengan proporsi kategori

disebelah kanannya (=0,33), titiik tengah kumulatif atau pktengah = ½ p + pkb ,

dengan pkb adalah proporsi kumulatif dalam kategori di sebelah kirinya. Jadi

pktengah = ½ (0,50) + 0,50 = 0,75 dst. Nilai deviasi z merupakan harga z untuk

masing-masing pktengah.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dari tiga tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap

pelaksanaan; dan 3) tahap analisis data. Uraian ketiga tahap tersebut adalah:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai setelah proposal diterima dalam seminar untuk

ditindaklanjuti dalam penelitian. Kemudian, menghubungi MTs Negeri

Tanggeung Kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat yang akan dijadikan tempat

penelitian. Selanjutnya, menyusun kisi-kisi dan instrumen tes serta merancang

pengembangan bahan ajar yang validasi isinya dilakukan oleh kedua dosen

pembimbing. Berikutnya, dilakukan revisi, diujicobakan di luar subjek penelitian,

dan dianalisis hasilnya.

Perangkat lain yang disusun adalah kisi-kisi dan angket pendapat siswa,

serta lembar pengamatan aktivitas kegiatan belajar siswa yang dikonsultasikan ke

dosen pembimbing.

49

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan diawali dengan memberikan pretes di kelas eksperimen

dan kelas kontrol masing-masing selama 120 menit. Selanjutnya, pembelajaran

dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan. Banyaknya jam pelajaran matematika

adalah 4 40 menit per minggu yang dibagi dalam 2 pertemuan. Saat

pembelajaran berlangsung peneliti berperan sebagai guru matematika dengan

pertimbangan agar tidak terjadi pembiasan dalam perlakuan terhadap masing-

masing kelompok yang diteliti. Dengan demikian, pengamatan kegiatan siswa

dilakukan langsung oleh peneliti dan guru matematika. Setelah pembelajaran

selesai, dilakukan postes di kedua kelas dengan soal-soal yang diujikan sama

dengan soal-soal pretes serta pengisian angket pendapat siswa di kelas

eksperimen. Selanjutnya, semua data yang terkumpul dianalisis dan dilakukan

penarikan kesimpulan.

3. Tahap Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil tes baik pretes maupun postes serta angket

pendapat siswa dianalisis secara statistik. Sedangkan hasil pengamatan aktivitas

pembelajaran siswa dan angket pendapat guru dianalisis secara deskriptif.