Upload
phungcong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
3.1.1 Setting Penelitian
Tempat penelitian ini berlokasi di SD Negeri 2 Gedongsari pada semester I tahun
pelajaran 2014/2015. SD ini terletak di Desa Gedongsari Kecamatan Jumo Kabupaten
Temanggung. Akses menuju SD Negeri 2 Gedongsari ini tergolong mudah dikarenakan
letaknya yang berada di pinggir jalan raya. Sebagian besar siswa menuju ke sekolah dengan
berjalan kaki atau diantar oleh orang tua mereka. Sedangkan guru dan staf menggunakan
kendaraan pribadi sebagai alat transportasi. Suasana di SD Negeri 2 Gedongsari sangat
tenang. Hal ini dikarenakan letaknya yang jauh dari perkotaan sehingga tidak terganggu oleh
suara bising kendaraan. Jumlah keseluruhan siswa SD Negeri Sampetan adalah 204 siswa
yang terdiri dari 18 siswa kelas 1, 17 siswa kelas 2, 15 siswa kelas 3, 29 siswa kelas 4, 49
siswa kelas 5, dan 25 siswa kelas 6. Staf pengajar SD Negeri Sampetan ini terdiri dari 9 guru,
3 guru wiyata bakti, 1 penjaga dan 1 kepala sekolah.
Terdapat berbagai fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar siswa. Fasilitas
tersebut terdiri dari sarana dan prasarana yang memadai. Prasarana yang terdapat di SD
Negeri 2 Gedongsari terdiri dari gedung sekolah yang dilengkapi dengan, lapangan sekolah
serta ruang kelas yang bersih dan terdapat beberapa wastafel. Sedangkan sarana yang terdapat
di SD ini yaitu tersedianya berbagai buku yang dapat digunakan siswa untuk belajar.
Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa hasil belajar pada
pelajaran Matematika masih rendah. Maka perlu ditingkatkan hasil belajar Matematika
dengan menggunakan metode problem based introduction pada siswa kelas VI SD Negeri 2
Gedongsari Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.
3.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 2 Gedongsari
Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 14
siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Karakteristik siswa kelas VI SD Negeri 2
33
Gedongsari dalam mengikuti kegiatan pembelajaran cenderung pasif dan pada saat guru
menjelaskan materi pelajaran banyak siswa yang ramai sendiri. Hal tersebut mengakibatkan
hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah. Tempat tinggal siswa kelas VI SD Negeri 2
Gedongsari berada di sekitar desa Gedongsari Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.
Dikarenakan lokasi sekolah yang berdekatan dengan tempat tinggal siswa, maka sebagian
besar siswa kelas VI menuju ke sekolah dalah berjalan kaki. Latar belakang siswa kelas VI
SD Negeri 2 Gedongsari berbeda-beda. Mata pencaharian orang tua siswa juga beragam.
Rata-rata pekerjaan orang tua siswa kelas VI SD Negeri 2 Gedongsari adalah petani.
Sebagian besar orang tua siswa belum menyadari arti penting pendidikan, sehingga mereka
kurang memberikan pengawasan kepada anak pada saat dirumah. Hal tersebut dapat dilihat
dari banyaknya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru. Kelas
VI SD Negeri 2 Gedongsari di wali kelasi oleh salah satu guru yang bernama Daryono.
Bapak Daryono merupakan guru kelas VI yang sudah memiliki masa kerja selama 8 tahun di
SD Negeri 2 Gedongsari.
3.1.3 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November semester I tahun ajaran
2014/2015. Pada bulan Oktober peneliti melakukan persiapan. Bulan November peneliti
mulai melakukan Penelitian tindakan kelas siklus I dan siklus II serta dilanjutkan dengan
membuat laporan hasil penelitian.
3.2 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas disebut juga dengan variabel independen, sedangkan variabel terikat disebut
juga variabel dependen. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. (Sugiyono, 2013:39) Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Pendekatan scientific melalui metode problem based introduction. Sedangkan yang menjadi
variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Untuk memberikan
arahan yang jelas mengenai definisi masing-masing variabel maka dibuatlah definisi
operasional masing-masing pada sub bab 3.2.1.
34
3.2.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Penerapan pembelajaran menggunakan metode problem based introduction
merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana dalam pelaksanaanya menekankan
pada pemberian masalah melalui tahapan:
a. orientasi siswa pada masalah
b. mengorganisasi siswa untuk belajar,
c. membantu investigasi kelompok,
d. mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
e. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menemukan pengalaman belajarnya baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan hasil dari aktivitas belajar. Dalam penelitian
ini hasil belajar yang akan diukur adalah hasil belajar yang menyangkut aspek
kognitif yang diperoleh dari skor tes pada akhir pembelajaran matematika.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam
Rochiati Wiriaatmadja (2005:66) dalam satu siklus penelitian tindakan kelas terdiri dari 4
tahapan yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi
(reflect). Alur dalam penelitian ini sesuai dengan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang
disajikan dalam gambar berikut.
35
Gambar 1: Bagan Metode PTK Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)
Berdasarkan metode penelitian Kemmis dan Mc Taggart maka penelitian ini akan
dilaksanakan melalui beberapa siklus sampai indikator proses belajar dan indikator hasil
belajar mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan peneliti. Sebelum melaksanakan
penelitian, peneliti menyusun perencanaan (plan). Dalam tahap ini peneliti menyusun
serangkaian persiapan penelitian yang, kemudian tahap selanjutnya adalah pelaksanaan
tindakan (act) yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah
disusun. Bersama dengan pelaksanaan tindakan dilakukan pengamatan (observe) untuk
mengamati jalannya tindakan dalam pembelajaran. Dan yang kemudian berdasarkan hasil
pengamatanpengamatan pada saat pelaksanaan tindakan dilaksanakan refleksi. Hasil dari
refleksi ini akan digunakan untuk menemukan kekurangan dari siklus I yang kemudian akan
diperbaiki pada siklus berikutnya.
3.3.1 Rencana Tindakan Siklus I
Kegiatan pembelajaran pada siklus I terdiri dari 3 pertemuan. Pada siklus I materi yang
diajarkan adalah tentang cara menghitung luas segi banyak yaitu bangun datar persegi dan
persegi panjang. Pertemuan kedua materi yang diajarkan adalah tentang cara menghitung luas
segi banyak yaitu bangun datar segitiga dan gabungan dari dua bangun datar sederhana. Pada
pertemuan ketiga membahas materi yang telah dipelajari pada pertemuan I dan II kemudian
siswa mengerjakan soal evaluasi akhir siklus I. Berdasarkan pembelajaran menggunakan
melalui metode problem based introduction pada mata pelajaran matematika maka kegiatan
siklus I dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
36
1. Tahap Perencanaan
Adapun tahap perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan SK, KD dan indikator pembelajaran Matematika berdasarkan materi
Matematika yang akan diajarkan.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode
problem based introduction
c. Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan respon siswa.
d. Menyusun lembar evaluasi yang akan diberikan pada akhir siklus I
2. Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ada yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode problem based introduction. Pelaksanaan tindakan dilakukan
bersamaan dengan observasi. Pada penelitian ini guru kelas VI berperan sebagai observer.
Observer berperan untuk melakukan pengamatan pada saat peneliti melaksanakan
implementasi dari RPP yang telah disusun. Setelah melakukan pengamatan selanjutnya
observer mencatat hasil pengamatan tentang aktivitas guru dan siswa pada lembar observasi
yang telah disusun oleh peneliti. Pelaksanaan pada siklus I terdiri dari 3 pertemuan, setiap
pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 45 menit. Adapun gambaran pelaksanaan adalah sebagai
berikut:
I. Kegiatan Awal
a. Mempersiapkan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
b. Melakukan apersepsi.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
e. Guru melakukan motivasi pembelajaran dengan mengorintasikan siswa pada masalah.
II. Kegiatan Inti
a.Guru membimbing siswa dalam kelompok merancang aktivitas belajar untuk
menyelesaikan masalah yang telah di orientasikan pada tahap awal.
b. Guru memfasilitasi siswa dalam mengumpulkan informasi yang tepat untuk mencari
penjelasan dan solusi.
37
c. Guru memfasilitasi dan mendampingi siswa menyiapkan karya yang sesuai seperti
membuat laporan dan berbagi tugas dengan temannya.
d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan
ditanggapi kelompok lain
e. Guru bersama-sama dengan siswa membahas penyelesaian masalah, mengambil
keputusan mengenai sebuah konsep yang telah dipelajari.
III. Kegiatan penutup
a. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari.
b. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi.
c. Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran I dan II dilakukan observasi. Observasi
dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan respon siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode problem based introduction. Hasil dari observasi
akan digunakan untuk bahan perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I.
Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan dan kelebihan dari tindakan
pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil analisis terhadap kelebihan dan kelemahan pada
pelaksanaan tindakan ini akan dijadikan sebagai tindak lanjut pada siklus II kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada siklus I kemudian akan diperbaiki pada siklus II. Sedangkan
kelebihan dalam siklus I tetap dipertahankan dalam siklus II.
3.3.2 Rencana Tindakan Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II terdiri dari 3 pertemuan. Pada siklus I materi yang
diajarkan adalah tentang cara menghitung luas segi banyak yaitu bangun datar persegi dan
persegi panjang. Pertemuan kedua materi yang diajarkan adalah tentang cara menghitung luas
segi banyak yaitu bangun datar segitiga dan gabungan dari dua bangun datar
sederhana.kemudian pada pertemuan ketiga akan membahas materi pada pertemuan I dan II
siklus II secara singkat kemudian dilanjutkan tes evaluasi akhir siklus II. Berdasarkan hasil
refleksi pembelajaran menggunakan metode problem based introduction pada mata pelajaran
matematika yang telah dilaksanakan pada siklus I maka dilakukan perbaikan pada
38
pembelajaran pada siklus II. Peneliti menyusun rencana pembelajaran siklus II dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Adapun tahap perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan berdasarkan refleksi siklus I.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode
problem based introduction.
c. Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
d. Menyusun lembar evaluasi yang akan diberikan pada akhir siklus II.
2. Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi
Tahap pelaksanaan pada siklus II terdiri dari 3 pertemuan, setiap pertemuan dengan
alokasi waktu 3 x 45 menit. Adapun gambaran pelaksanaan adalah sebagai berikut:
I. Kegiatan Awal
a. Mempersiapkan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
b. Melakukan apersepsi.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
e. Guru melakukan motivasi pembelajaran dengan mengorintasikan siswa pada
masalah.
II. Kegiatan Inti
a. Guru membimbing siswa dalam kelompok merancang aktivitas belajar untuk
menyelesaikan masalah yang telah di orientasikan pada tahap awal.
b. Guru memfasilitasi siswa dalam mengumpulkan informasi yang tepat untuk mencari
penjelasan dan solusi.
c. Guru memfasilitasi dan mendampingi siswa menyiapkan karya yang sesuai seperti
membuat laporan dan berbagi tugas dengan temannya.
d. Masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya kemudian ditanggapi
kelompok lain.
e. Guru bersama-sama dengan siswa membahas penyelesaian masalah, mengambil
keputusan mengenai sebuah konsep yang telah dipelajari.
39
III. Kegiatan penutup
a. Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan materi yang telah dipelajari.
b. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi.
c. Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan observasi. Observasi
dilakukan pada pertemuan I dan II siklus II untuk mengamati aktivitas guru dan respon siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan metode problem based introduction.
3. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus II.
Pada siklus II ini, hasil yang diharapkan adalah semua tahapan pembelajarn menggunakan
metode problem based introduction sudah terlaksana dalam pembelajaran dengan baik, dan
terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Apabila hasil yang diharapkan belum nampak, maka
akan dilaksanakan siklus selanjutnya hingga hasil yang diharapkan tercapai.
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian ini, maka ditentukan teknik dan
instrumen pengumpulan data, adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Tekhnik pengumpulan data melalui metode problem based introduction dilakukan
dengan teknik non tes yaitu observasi. Teknik observasi digunakan untuk mengetahui
perkembangan aktivitas guru dan respon siswa dalam penerapkan pembelajaran matematika
menggunakan metode problem based introduction. Observer bertugas untuk melakukan
pengamatan dan penilaian melalui pengisian lembar observasi kegiatan mengajar guru pada
setiap pertemuan.
b. Tes
Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah menerapkan
pembelajaran matematika menggunakan metode problem based introduction. Tes tersebut
digunakan untuk mengukur aspek kognitif.
40
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi untuk
mengukur aktivitas guru dan respon siswa pada saat menerapkan pembelajaran matematika
menggunakan metode problem based introduction, dan butir soal tes pilihan ganda digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa.
a. Lembar Observasi
. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur aktivitas guru dan respon siswa
dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode problem based
introduction. Kegiatan pembelajaran harus mencerminkan tahap pembelajaran dengan
menggunakan metode problem based introduction mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Adapun kisi-kisi pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode problem based introduction terdapat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 3
Kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode problem based introduction
No Aspek Indikator Item
1 Melakukan
kegiatan
pendahuluan
Guru mempersiapkan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran 1
Guru melakukan apersepsi. 2
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 4
Guru melakukan motivasi pembelajaran dengan
mengorientasikan siswa pada masalah.
5
2 Melakukan
kegiatan inti
Guru membimbing siswa dalam kelompok merancang
aktivitas belajar untuk menyelesaikan masalah yang telah di
orientasikan pada tahap awal.
6
Guru memfasilitasi siswa dalam mengumpulkan informasi
yang tepat untuk mencari penjelasan dan solusi.
7
Guru memfasilitasi dan mendampingi siswa menyiapkan
karya yang sesuai seperti membuat laporan dan berbagi tugas
dengan temannya.
8
Masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya
kemudian ditanggapi kelompok lain.
9
41
Guru bersama-sama dengan siswa membahas penyelesaian
masalah, mengambil keputusan mengenai sebuah konsep yang
telah dipelajari.
10
3 Melakukan
kegiatan
penutup
Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan materi yang
telah dipelajari.
11
Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi. 12
Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran
selanjutnya.
13
Tabel 4
Kisi-kisi lembar observasi respon siswa dalam pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode problem based introduction
No Aspek Indikator Item
1 Melakukan
kegiatan
pendahuluan
Siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran 1
Siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan guru. 2
Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan
guru.
3
Siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing. 4
Siswa memperhatikan masalah yang dimunculkan guru. 5
2 Melakukan
kegiatan inti
Siswa dalam kelompok mengumpulkan informasi yang
tepat untuk mencari penjelasan dan solusi.
6
Semua siswa aktif terlibat dalam kegiatan diskusi
kelompok.
7
Siswa menyiapkan karya yang sesuai seperti membuat
laporan dan berbagi tugas dengan temannya.
8
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di
depan kelas.
9
Siswa yang tidak presentasi menanggapi hasil diskusi dari
kelompok lain yang sedang presentasi
10
Siswa dengan bimbingan guru membahas penyelesaian
masalah, mengambil keputusan mengenai sebuah konsep
yang telah dipelajari.
11
3 Melakukan
kegiatan penutup
Siswa bersama dengan guru menarik kesimpulan materi
yang telah dipelajari.
12
42
No Aspek Indikator Item
Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi 13
Siswa menyimak informasi mengenai pembelajaran
selanjutnya yang disampaikan guru.
14
b. Soal Tes
Teknik pengumpulan data untuk siklus I dan siklus II adalah tes, yaitu dengan soal
pilihan ganda. Tes dilakukan pada pertemuan ketiga masing-masing siklus untuk mengukur
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika SD Negeri 2 Gedongsari Kecamatan
Jumo Kabupaten Temanggung. Kisi – kisi tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 5
dan tabel 6.
Tabel 5
Kisi – kisi Post Test Siklus I
Standar Kompetensi Kompetensi
Dasar
Indikator No. Soal
3. Menghitung
luas segibanyak
sederhana, luas
lingkaran, dan
volume prisma
segitiga.
3.1 Menghitung
luas segi banyak
yang merupakan
gabungan dari
dua bangun datar
sederhana.
3.1.1 Menentukan
luas bangun datar
sederhana.
3.1.2
Menentukan luas
segi banyak yang
merupakan
gabungan dari
dua bangun datar
sederhana
1,2,3,4,5,6,7,9,10,1
1,12,13,15,16,17,1
8,19,20,22,23,25
8,14,21,24
43
Tabel 6
Kisi – kisi Post Test Siklus II
Standar Kompetensi Kompetensi
Dasar
Indikator No. Soal
3. Menghitung
luas segibanyak
sederhana, luas
lingkaran, dan
volume prisma
segitiga.
3.1 Menghitung
luas segi banyak
yang merupakan
gabungan dari
dua bangun
datar sederhana.
3.1.1 Menentukan
luas bangun datar
sederhana.
3.1.2
Menentukan luas
segi banyak yang
merupakan
gabungan dari
dua bangun datar
sederhana
1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,
13,14,15,16,18,20
5,12,17,19
44
3.5 Uji Validitas, Uji Reliabilitas dan Analisis Kesukaran
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji tiap butir soal yang
nantinya akan digunakan sebagai soal evaluasi setelah pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode problem based introduction dilaksanakan. Instrumen yang valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sukardi,
2008:131). Untuk mengetahui tingkat validitas, instrumen terlebih dahulu diuji cobakan pada
25 siswa kelas VI SD Negeri 2 Gedongsari kecamatan Jumo kabupaten Temanggung.
Berdasarkan hasil uji coba instrumen uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 17.0
for windows dengan cara mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor
total menggunakan teknik korelasi product moment. Setelah semua korelasi untuk setiap
pertanyaan dengan skor total diperoleh selanjurnya nilai korelasi tersebut tersebut
dibandingkan dengan nilai r table. Jika nilai korelasi yang didapat lebih besar atau sama
dengan nilai r tabel, berarti korelasi bersifat signifikan, artinya instrumen tes dapat dikatakan
valid. Namun jika nilai yang didapat lebih kecil dari nilai r tabel maka soal tersebut dapat
dinyatakan tidak valid. Untuk mencari nilai korelasi tersebut dilakukan dengan program
SPSS 17.0. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh nilai
tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel, apabila nilai korelasi yang didapat lebih besar atau
sama dengan r tabel, berarti korelasi bersifat signifikan, artinya instrumen tes dapat dikatakan
valid. Namun jika nilai yang didapat lebih kecil dari nilai r tabel maka soal tersebut dapat
dinyatakan tidak valid. Nilai r tabel untuk jumlah responden 39 siswa yaitu 0,316 dengan
taraf signifikan 5%. Jika nilai korelasi ≥ 0,316 menyatakan bahwa soal tersebut valid.
Sedangkan, Jika nilai korelasi < 0,316 menyatakan bahwa soal tersebut tidak valid. Berikut
ini merupakan rekap hasil uji validitas soal pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II
.
45
Tabel 7
Rekap Hasil Uji Validitas Siklus I
No Soal r hitung Keterangan
1 0,619 Valid
2 0,431 Valid
3 0,484 Valid
4 0,449 Valid
5 0,405 Valid
6 0,395 Tidak Valid
7 0,541 Valid
8 0,487 Valid
9 0,411 Valid
10 0,384 Tidak Valid
11 0,491 Valid
12 0,541 Valid
13 0,582 Valid
14 0,424 Valid
15 0,456 Valid
16 0,491 Valid
17 0,447 Valid
18 0,447 Valid
19 0,395 Tidak Valid
20 0,541 Valid
21 0,487 Valid
22 0,484 Valid
23 0,541 Valid
24 0,491 Valid
25 0,401 Valid
46
Tabel 8
Rekap Hasil Uji Validitas Siklus II
No Soal r hitung Keterangan
1 0,655 Valid
2 0,497 Valid
3 0,431 Valid
4 0,522 Valid
5 0,464 Valid
6 0,432 Valid
7 0,461 Valid
8 0,451 Valid
9 0,451 Valid
10 0,442 Valid
11 0,442 Valid
12 0,490 Valid
13 0,546 Valid
14 0,403 Valid
15 0,482 Valid
16 0,495 Valid
17 0,432 Valid
18 0,451 Valid
19 0,410 Valid
20 0,432 Valid
Berdasarkan tabel 9, maka dapat dinyatakan bahwa dari 25 soal terdapat 22 soal yang
dinyatakan valid karena memiliki nilai r hitung > 0,396 dan 3 soal yang tidak valid karena
memiliki nilai r hitung < 0,396. Adapun butir soal yang valid adalah item butir nomor 1, 2, 3,
4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25 sedangkan yang tidak
valid adalah butir soal nomor 6, 10 dan 19. Berdasarkan analisis alokasi waktu dalam
kegiatan pembelajaran maka tidak semua soal yang valid akan digunakan untuk mengukur
hasil belajar pada akhir siklus I. Dari 25 soal yang valid kemudian ditetapkan 20 soal yang
akan digunakan adapun yang akan digunakan yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25.
Selanjutnya berdasarkan hasil rekap uji validitas siklus II yang disajikan dalam tabel
10 maka, dapat diketahui bahwa dari 20 soal yang telah diujikan semua soal dinyatakan valid
karena memiliki nilai r hitung > 0,396.
47
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. suatu instrumen penelitian
dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil
yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2008:127). Uji reliabilitas
dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0 for windows menggunakan Cronbacah Alpha. Kriteria
untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang dikemukakan oleh
George dan Mallery sebagai berikut:
≤ 0,7 :Tidak dapat diterima
0,7 < a ≤ 0,8 : Dapat diterima
0,8 < a ≤ 0,9 : Reliabilitas bagus
> 0,9 : Reliabilitas memuaskan
Hasil uji reliabilitas instrumen siklus I dan siklus II akan disajikan pada tabel 9 dan tabel 10.
Tabel 9
Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus I
Cronbach's
Alphaa N of Items
.778 22
Tabel 10
Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus II
Cronbach's
Alpha N of Items
.810 20
Berdasarkan tabel hasil perhitungan reliabilitas soal evaluasi yang akan digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa SD Negeri Sampetan menunjukan nilai Cronbacah Alpha
pada instrumen siklus I adalah 0,789 dan nilai Cronbacah Alpha pada instrumen siklus II
48
adalah 0,810. Sehingga dari hasil uji reliabilitas instrumen soal, baik siklus I maupun siklus II
termasuk dalam tingkat reliabilitas bagus.
3.5.3 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks (Naniek S dkk.
2013:338). Semakin besar tingkat kesukaran soal berarti soal tersebut semakin mudah.
Demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat kesukaran soal berarti soal tersebut
semakin sukar.
Penghitungan taraf kesukaran butir soal yang akan digunakan pada siklus I dan siklus
II dilakukan dengan cara menghitung proporsi siswa yang menjawab benar, yaitu jumlah
peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah
peserta tes keseluruhannya (Sumarna Surapranata 2004:12). Persamaan yang digunakan
untuk menelaah tingkat kesukaran dengan proporsi yang menjawab benar adalah sebagai
berikut:
∑
Keterangan:
= tingkat kesukaran
m = banyaknya peserta tes yang menjawab benar
N = jumlah peserta
Tingkat kesukaran dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu sukar,
sedang, dan mudah. Adapun kategori tersebut disajikan pada tabel 11 berikut ini:
Tabel 11
Kriteria Indeks Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Kategori Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
Berdasarkan tabel 11, suatu soal dikategorikan sukar jika hasil uji tingkat
kesukaran antara 0,00 sampai 0,30. Soal dikategorikan sedang jika hasil uji tingkat
49
kesukaran antara 0,31 sampai 0,70. Sedangkan soal dikategorikan mudah jika hasil uji
tingkat kesukaran antara 0,71 sampai 1,00.
Berdasarkan respon siswa terhadap soal uraian yang telah di uji validitas dan
akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siklus I dan II dimana masing-masing
soal memiliki skor maksimum bervariasi antara 3 sampai dengan 5 maka klasifikasi
item soal yang termasuk dalam kategori mudah, sedang, dan sukar dapat disajikan
pada tabel 12 dan tabel 13.
Tabel 12
Klasifikasi Kesukaran Soal Pilihan Ganda Siklus I
Soal Kesukaran Klasifikasi
Mudah Sedang Sukar
1 0,8 √
2 0,88 √
3 0,88 √
4 0,8 √
5 0,88 √
6 0,64
√
7 0,84 √
8 0,72 √
9 0,72 √
10 0,8 √
11 0,8 √
12 0,84 √
13 0,72 √
14 0,84 √
15 0,76 √
16 0,8 √
17 0,84 √
18 0,68
√
19 0,64
√
20 0,84 √
21 0,72 √
22 0,88 √
23 0,84 √
24 0,8 √
25 0,84 √
Jumlah 22 3
50
Tabel 13
Klasifikasi Kesukaran Soal Pilihan Ganda Siklus II
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran pada tabel 10 dan 11 maka dapat
diketahui bahwa dari 25 soal siklus I terdapat 3 soal yang termasuk kategori soal sedang,
yaitu soal nomor 6, 18, dan 19. 22 soal yang termasuk kategori soal mudah, yaitu soal nomor
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 24, 25. Sedangkan pada
siklus II dapat diketahui bahwa dari 20 soal terdapat 3 soal yang termasuk kategori soal
sedang, yaitu soal nomor 6, 18, dan 19. 18 soal yang termasuk kategori soal mudah, yaitu
soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20.
3.6 Indikator Kinerja
Indikator kinerja pembelajaran matematika menggunakan metode problem based
introduction pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Gedongsari kecamatan Jumo kabupaten
Temanggung meliputi indikator proses dan indikator hasil.
No Soal
Kesukaran
Klasifikasi
Mudah Sedang Sukar
1 0,8 √
2 0,88 √
3 0,88 √
4 0,8 √
5 0,88 √
6 0,64
√
7 0,84 √
8 0,72 √
9 0,72 √
10 0,8 √
11 0,8 √
12 0,84 √
13 0,72 √
14 0,84 √
15 0,76 √
16 0,8 √
17 0,84 √
18 0,68
√
19 0,64
√
20 0,84 √
Jumlah 17 3
51
3.6.1 Indikator Proses
Indikator proses dalam penelitian ini adalah indikator keberhasilan dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam penerapan pembelajaran matematika
menggunakan metode problem based introduction. Penerapan pembelajaran matematika
menggunakan metode problem based introduction dikatakan berhasil jika semua langkah-
langkah dalam proses pembelajaran itu sudah terlaksana terlaksana dengan baik.
3.6.2 Indikator Hasil
Indikator hasil dalam penelitian adalah hasil belajar matematika. Penerapan metode
problem based introduction dinyatakan meningkatkkan hasil belajar matematika siswa kelas
VI SD Negeri 2 Gedongsari jika hasil belajar Matematika mencapai minimal 60% dari
jumlah keseluruhan siswa dengan memperoleh nilai ≥70.
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh hasil
tes dan data yang diperoleh dari hasil observasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan
untuk menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut:
3.7.1. Analisis Data Hasil Tes
Data yang diperoleh dari hasil tes atau data kuantitatif dianalisis menggunakan
deskriptif komparatif dengan cara membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa pada
kondisi awal, nilai setelah siklus I dan nilai setelah siklus II. Untuk dapat membandingkan
hasil belajar siswa yang perlu dilakukan adalah dengan mengolah jawaban soal tes menjadi
nilai akhir.Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan nilai akhir adalah sebagai
berikut:
Nilai akhir
x 100
Nilai akhir yang diperoleh kemudian dianalisis presentase ketuntasannya berdasarkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk siswa SD Negeri 2 Gedongsari
pada mata pelajaran Matematika yang disajikan dalam tabel 12.
52
Tabel 14
Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar SD Negeri 2 Gedongsari
KKM Kualifikasi
≥ 70 Tuntas
< 70 Tidak Tuntas
x 100 %
3.7.2. Analisis Data Hasil Observasi
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Analisis data hasil observasi dilakukan dengan menggunakan analisis diskriptif
kualitatif dengan cara mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan
sesuai sintaks, dilihat dari keterlaksanaan setiap aspek yang diamati berdasarkan hasil
observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.