23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya dari alamiah adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. (Sugiyono, 2009:14). Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif yang bersifat developmental, yaitu jenis penelitian untuk menemukan suatu model atau prototype, dan bisa digunakan untuk segala jenis bidang. Di dalam penelitian yang bersifat developmental, pengujian datanya dibandingkan dengan suatu kriteria atau standar yang sudah ditetapkan terlebih dahulu pada waktu menyusun desain penelitian. (Arikunto, 1993:210-211). Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Sugiyono (2009:93) mengatakan

BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu suatu

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya dari alamiah

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik

pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi. (Sugiyono, 2009:14).

Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini termasuk ke dalam

penelitian deskriptif yang bersifat developmental, yaitu jenis penelitian untuk

menemukan suatu model atau prototype, dan bisa digunakan untuk segala jenis

bidang. Di dalam penelitian yang bersifat developmental, pengujian datanya

dibandingkan dengan suatu kriteria atau standar yang sudah ditetapkan terlebih

dahulu pada waktu menyusun desain penelitian. (Arikunto, 1993:210-211).

Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta

tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Sugiyono (2009:93) mengatakan

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

bahwa : “Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga dalam penelitian

deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis.”

Adapun menurut Supardi (2005:24), penelitian pengembangan

(developmental research) menjelaskan bahwa:

“Penelitian pengembangan bertujuan dan berusaha untuk mengembangkan atau melengkapi pengetahuan yang sudah ada atau diketahui. Permasalahan manusia dan lingkungan alamnya selalu berkembang yang kesemuanya ini harus memperoleh jawaban yang seimbang. Hal ini berarti menuntut adanya pengembangan ilmu pengetahuan yang relevan dengan perkembangan zamannya. Dengan demikian ilmuwan/peneliti memiliki tantangan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada. Penelitian yang demikian termasuk penelitian pengembangan.”

Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk mengembangkan dan

melengkapi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Konsorsium 6 (enam)

Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yaitu Universitas Indonesia, Institut

Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, Universitas Dipenogoro, Institut

Teknologi Sepuluh November, dan Universitas Udayana pada bulan Maret 2010

lalu, dengan judul penelitian “Studi Tarif Dasar Listrik Untuk Menuju Tata Kelola

Ketenagalistrikan Nasional Yang Sehat” serta Makalah yang disusun oleh Nanang

Hariyanto dan Sudarmono Sasmono dalam Seminar IV Teknologi dan Bisnis

Ketenagalistrikan Nasional Institut Teknologi Bandung dengan judul Model

Ukuran Kesiapan Kandidat Daerah Pelaksana Tarif Listrik Regional Di Indonesia

Salah satu sub penelitian dari penelitian tersebut adalah mengenai

regionalisasi tarif dimana dengan menggunakan pendekatan teori Development

Gap dan Infrastructure Electricity Gap dihasilkan suatu model penerapan dari

tarif listrik regional secara umum di Indonesia. Wilayah Jawa Barat dan Banten

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

sendiri dipandang oleh pendekatan teori tersebut termasuk wilayah yang

direkomendasikan untuk melaksanakan kebijakan tarif listrik regional. Penulis

tertarik untuk melengkapi penelitian tersebut dengan menampilkan secara rinci

daerah-daerah mana saja di Jawa Barat dan Banten yang telah siap untuk

menerapkan kebijakan tarif listrik regional dengan melakukan analisis

kesenjangan (gap) antar daerah sehingga dihasilkan suatu model strategi

penerapan tarif listrik regional untuk daerah Jawa Barat dan Banten.

Langkah awal yang dilakukan adalah mengumpulkan data sekunder dari PT.

PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten berupa data statistik PLN tahun

2010 serta data statistik seluruh kota dan kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa

Barat dan Banten dari Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian penulis

menentukan narasumber/informan yang representatif untuk diwawancarai

sehingga diperoleh bobot dari perbandingan berpasangan antara kriteria-kriteria

yang termasuk dalam pendekatan Development Gap dan Infrastructure Electricity

Gap.

Selanjutnya dilakukan analisis dari hasil pengumpulan data sekunder serta

dari hasil wawancara dan penyebaran daftar pertanyaan/kuesioner kepada para

narasumber/informan untuk mengetahui urutan prioritas daerah/regional di

regional Jawa Barat dan Banten yang telah siap untuk menerapkan tarif regional

dengan menggunakan proses segmentasi berdasarkan pendekatan teori

Development Gap dan Infrastructure Electricity Gap akan yang dilakukan dengan

menggunakan metoda Analitycal Hierarchy Process (AHP). Metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Thomas L. Saaty pada tahun 1986 (Thomas L. Saaty dalam bukunya Decision

Making for Leaders, The Analitycal Hierarchy Process for Decision in Complex

World).

AHP adalah suatu model yang luwes yang memungkinkan kita untuk

melakukan analisis dan mengambil keputusan dengan mengkombinasikan

pertimbangan dan nilai pribadi secara logis, dapat menyusun skala baru untuk

mengukur sifat-sifat yang telah terjadi. Adapun pengelompokan daerah atau

regional yang secara agregat berada dalam kelompok dengan karakteristik yang

sama dikelompokkan dengan menggunakan metode cluster analysis dan dianalisis

lebih lanjut dengan metoda descriptive analysis.

Ada 3 (tiga) prinsip dasar dalam AHP, antara lain :

1. Memecah-mecah persoalan dan menyusun secara hierarki.

Yaitu persoalan yang kompleks dipecah-pecah menjadi unsur yang

terpisah-pisah, lalu menyusun secara hierarkis.

2. Penetapan Prioritas

Elemen-elemen yang disusun secara hierarkis ditentukan prioritasnya

dengan mensintesis pertimbangan kita terhadap elemen-elemen

menurut relatif pentingnya atau yang lebih disukai. Untuk hal tersebut

kita harus melakukan perbandingan berpasangan antara elemen-

elemen tersebut dan melakukan suatu pembobotan dan penjumlahan

untuk menghasilkan satu bilangan tunggal yang menunjukkan

prioritas setiap elemen dimaksud.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

3. Konsistensi Logis

Konsistensi logis diperlukan dalam menetapkan prioritas untuk

elemen-elemen agar memperoleh hasil yang akurat dalam dunia nyata.

Prosedur AHP ini mengukur konsistensi secara menyeluruh dari

berbagai pertimbangan kita dengan Rasio Konsistensi nilainya

maksimum harus 10% atau kurang.

Konsistensi ada 2 (dua) hal penting yaitu :

1) Bahwa obyek serupa dikelompokkan secara homogenitas atau

secara relevansinya. Contoh : Jeruk dengan Mangga.

2) Didasarkan pada kriteria tertentu, yang saling membedakan

secara logis. Contoh : Tembaga dua kali lebih lunak dari pada

besi. Timah tiga kali lebih lunak dari pada tembaga, berarti

Timah enam kali lebih lunak dari pada Besi.

Salahsatu prinsip AHP adalah menyusun realitas yang kompleks ke dalam

bagian-bagian (elemen-elemen) yang lebih kecil dan seterusnya lalu disusun

kembali secara hirarki, elemen-elemen tersebut dijadikan suatu kriteria dan sub

kriteria.

Hirarki tingkat I adalah fokus yang merupakan tujuan menyeluruh dari

sistem ini, untuk Tingkat II adalah sebagai kriteria, sedangkan Tingkat III

merupakan sub kriteria dari kriteria Tingkat II, adapun tingkat IV adalah

alternatif-alternatif yang dipilih berdasarkan kriteria dan subkriteria yang telah

ditetapkan. Hirarki tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini :

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Gambar 3.1. Hirarki dalam AHP

Dalam penelitian ini, untuk memutuskan daerah mana saja di Jawa Barat

dan Banten yang telah siap dan belum siap menerapkan tarif regional maka dibuat

suatu analisis dengan menggunakan AHP yang dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 3.2. Penentuan Daerah yang Telah Siap Menerapkan Tarif Listrik Regional dengan teknik AHP

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

3.2 Narasumber/Informan

Pada penelitian ini yang menjadi narasumber/informan adalah para

pakar/pemerhati kelistrikan dan energi di Jawa Barat dan Banten yang akan

dimintai opininya mengenai penerapan tarif listrik regional serta untuk penentuan

bobot kriteria/subkriteria yang akan digunakan untuk menentukan kesiapan setiap

kota/kabupaten, dilihat dari kondisi ekonomi, potensi energi serta infratruktur

yang dimiliki, untuk melaksanakan kebijakan tarif listrik regional di Jawa Barat

dan Banten.

Dengan mempertimbangkan terbatasnya jumlah dari para pakar kelistrikan

dan ekonomi energi di Jawa Barat dan Banten, maka penulis akan menyampaikan

daftar pertanyaan/kuesioner dan melakukan wawancara mendalam dengan para

pakar kelistrikan dan ekonomi energi dari Institut Teknologi Bandung dan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang jumlahnya akan diketahui

setelah narasumber mencapai jenuh, atau dengan kata lain para narasumber yang

telah diwawancarai memiliki kecenderungan jawaban yang sama untuk setiap

pertanyaan yang diberikan sehingga penulis dapat menarik suatu kesimpulan.

3.3 Daftar Pertanyaan/Kuesioner

Daftar pertanyaan/kuesioner disusun berupa pertanyaan perbandingan

berpasangan antara dimensi-dimensi dan indikator-indikator yang dalam model

AHP disebut sebagai kriteria. Perbandingan berpasangan dilakukan secara

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

bertingkat. Pada tingkat pertama, perbandingan berpasangan dilakukan antara

kriteria development gap dan infrastructure electricity gap. Selanjutnya akan

dilakukan perbandingan berpasangan tingkat kedua yaitu antara kriteria-kriteria

yang termasuk dalam Development Gap dan kriteria-kriteria yang termasuk ke

dalam pendekatan Infrastructure Electricity Gap.

Menurut Kusumadewi dkk dalam bukunya Fuzzy Multi Attribute Decision Making

(2006:94) :

Misalkan Oi dan Oj adalah tujuan. Tingkat kepentingan relatif tujuan ini dapat

dinilai dalam 9 poin, seperti pada Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.1. Tingkat Kepentingan Relatif Tujuan-Tujuan

Contoh, angka 8 menunjukkan Oi delapan kali lebih penting daripada Oj atau Oi

terletak antara sangat kuat dan mutlak lebih penting daripada Oj.

Kuesioner akan disebar kepada 7 orang narasumber/informan dalam

bentuk pertanyaan perbandingan berpasangan dengan 9 (sembilan) pilihan

jawaban sebagai berikut :

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Tabel 3.2. Pertanyaan Perbandingan Berpasangan

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan adalah:

1. Data primer. Merupakan data-data yang diperoleh langsung dari lapangan

oleh peneliti. Data primer diperoleh dari studi lapangan melalui penyebaran

daftar pertanyaan/kuesioner dan wawancara langsung dari narasumber,

diskusi, serta seminar-seminar. Informasi yang diperoleh akan diolah untuk

menjadi objek analisa tertutama dalam menginterpretasikan atau

menjelaskan makna dari data-data yang diperoleh.

2. Data sekunder. Merupakan data-data tertulis yang bukan diperoleh dari

lapangan secara langsung. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan jalan membaca,

mempelajari dan menganalisis sumber literatur yang ada hubungannya

dengan objek penelitian, dalam hal ini tentang kondisi kelistrikan baik itu di

Indonesia ataupun wilayah Jawa Barat dan Banten, serta penerapan tarif

listrik regional baik yang sudah dilaksanakan (di Batam dan Tarakan)

maupun yang masih dalam rencana. Bentuknya dapat berupa buku teks,

hasil penelitian, laporan kerja, aturan hukum, terbitan ilmiah seperti jurnal,

artikel ilmiah dan sebagainya.

Pasti/Mutlak Lebih Penting

Sangat Jelas Lebih Penting

Jelas Lebih Penting

Sedikit Lebih Penting

Sama Penting Sedikit Lebih Penting

Jelas Lebih Penting

Sangat Jelas Lebih Penting

Pasti/Mutlak Lebih Penting

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

NO Kriteria/Kondisi

PENILAIANKriteria/Kondisi

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara:

1. Daftar Pertanyaan/Kuisioner, yaitu pengumpulan data dan informasi

terhadap narasumber yang dilakukan dengan lembar wawancara

tertulis untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dari responden

terkait objek penelitian.

2. Wawancara, merupakan teknik tanya jawab dengan pihak-pihak

terkait penelitian guna menjaring data yang tidak diperoleh dari

daftar pertanyaan/kuesioner dan data sekunder yang dilakukan

dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dalam penelitian, yaitu para pakar ketenagalistrikan

dan ekonomi energi berdasarkan pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara semiterstruktur

(Semistructure Interview), yaitu wawancara yang termasuk ke dalam

kategori in-depth interview, yang bertujuan untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana narasumber/informan

yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Selama

melakukan wawancara, peneliti mendengarkan secara teliti dan

mencatat dan merekam apa yang dikemukakan oleh

narasumber/informan

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

3. Studi Lapangan (Observasi), merupakan suatu kegiatan untuk dapat

memasuki wilayah penelitian dengan maksud agar dapat diperoleh

data primer yang dapat dicermati dan dicatat langsung oleh peneliti.

Langkah observasi dilakukan dengan mengikuti pertemuan-

pertemuan, seminar-seminar yang terkait erat dengan pelaksanaan

tarif listrik regional di Indonesia.

3.5 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:59), dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti

sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap

melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.

Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang

yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara

akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti itu

sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode

kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti serta

kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

3.6 Metoda Analisis Data

3.6.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) Setelah dilakukan pengumpulan data sekunder dan penyebaran

kuesioner kepada responden maka hasilnya akan dianalisis dengan

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses

Hirarki Analitik, yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun

1986.

Metoda ini akan membantu penulis untuk menentukan urutan

prioritas daerah/regional di regional Jawa Barat dan Banten yang telah siap

untuk menerapkan tarif regional dengan menggunakan proses segmentasi

berdasarkan pendekatan teori Development Gap dan Infrastructure

Electricity Gap akan yang dilakukan dengan menggunakan metoda

Analitycal Hierarchy Process (AHP).

Penyebaran kuesioner kepada responden dimaksudkan untuk

mengetahui bobot setiap indikator dari variabel segmentasi tarif yang telah

ditetapkan penulis untuk kemudian diolah menggunakan AHP.

Penentuan bobot tiap indikator digambarkan dalam bentuk flow chart pada

gambar 3.3 berikut :

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

START

PENENTUAN MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN

NORMALISASI MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN

UJI KONSISTENSI MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN

KONSISTEN

VEKTOR BOBOT KRITERIA DITERIMA

YA

TIDAK

Gambar 3.3. Flow chart penentuan bobot kriteria

Penjelasan setiap elemen flow chart adalah sebagai berikut :

a) Penentuan matriks berpasangan

Misalkan O1, O2, ... , On ; n ≥ 2 adalah tujuan. Matriks perbandingan berpasangan

adalah matriks berukuran n x n dengan elemen aij, merupakan nilai relatif tujuan

ke-i terhadap tujuan ke-j.

Matriks perbandingan berpasangan dapat dibangun hanya dengan (n-1)

perbandingan, yaitu :

njn

ij1

j

aO

aOO

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Matriks perbandingan berpasangan dikatakan konsisten jika dan hanya jika untuk

setiap i,j, k ≠ i ∈ {1,...,n} ;

aij = 1 ;

aij = jia

1 ;

aik = (aij) (ajk) ; (3.1)

Vektor bobot dapat ditentukan dengan langkah-langkah berikut :

matriks berpasangan dituliskan dalam bentuk matriks berikut :

n

n

2

n

n

n

2

2

n

1

2

1

1

1

ww

ww

ww

ww

ww

ww

ww

dimana wi > 0, i = 1,...,n adalah bobot tujuan ke – i.

Secara umum vektor bobot w = { w1, w2, ..., wn } untuk n tujuan

dapat diakomodasi matriks A dengan mencari solusi (non-trivial) dari himpunan b

persamaan dengan n variabel yang tidak diketahui sebagai berikut :

(A) (wT) = (v) (wT) (3.2)

Jika A konsisten, maka v= n memberikan suatu solusi non trivial yang unik.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

(A) (wT) = (n) (wT) (3.3)

jumlah semua bobot sama dengan satu

sehingga jika A adalah matriks perbandingan berpasangan berukuran n x n yang

konsisten, maka :

(A) (wT) =

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

+

+

++

+

n1

n2

1

21

1

n

nn

12

2

11

1

1

wwww

www

ww

wwww

www

ww

=

( )( )( )( )

( )( )

n

2

1

wn

wnwn

= (n)

( )( )( )( )

4

3

2

1

wwww

= (n) (wT) (3.4)

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

b) Normalisasi matriks berpasangan

Jika A adalah matriks perbandingan berpasangan yang didapatkan dan tidak

konsisten, maka vektor bobot yang berbentuk (A) (wT) = (n) (wT) dapat didekati

dengan cara :

i. Menormalkan setiap kolom j dalam matriks A, sedemikian

sehingga : ∑ =i

ij 1a , matriks yang baru ini disebut sebagai A’.

ii. Untuk setiap baris i dalam A’, nilai rata-ratanya dapat dihitung

menggunakan persamaan wi = ∑j

'ija

n1 , dengan wi adalah bobot tujuan ke-i dari

vektor bobot.

c) Uji konsistensi matriks berpasangan

Misalkan A adalah matriks perbandingan berpasangan dan w adalah vektor bobot,

maka konsistensi dari vektor bobot w dapat diuji dengan prosedur berikut :

Hitung (A) (wT) (3.5)

Hitung t = ∑=

−n

1iT

T

w_pada_ike_elemen)w)(A_(pada_ike_elemen

n1 (3.6)

Hitung indeks konsisten, CI (consistency index) menggunakan

persamaan

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

CI = 1nnt−− (3.7)

Jika CI = 0 maka matriks A konsisten

Jika 1,0RICI

n

≤ maka matriks A cukup konsisten

Jika 1,0RICI

n

> maka matriks A sangat tidak konsisten

RIn, indeks random adalah nilai rata-rata CI yang dipilih secara acak pada matriks

A. Tabel beberapa nilai RIn diberikan pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.3. Indeks Random pada beberapa nilai n

Penentuan matriks perbandingan berpasangan pada penentuan regional tarif

dilakukan oleh para ahli kelistrikan. Untuk memudahkan pengolahan data serta

memperoleh hasil yang akurat maka peneliti akan dibantu oleh software Expert

Choice 11.

3.6.2 Pembuatan matriks nilai objektif setiap alternatif kota/kabupaten

Matriks nilai objektif setiap alternatif kota/kabupaten untuk setiap kriteria

pengambilan keputusan dibentuk dari data-data input setiap kriteria. Misalkan

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

data input untuk kriteria i = 1 sampai n disebut ij, dimana j = 1 sampai n, maka

matriks data-data input untuk propinsi ke-i sampai n berbentuk :

⎣⎢⎢⎢⎢⎢⎡𝑖11 𝑖12 … 𝑖1𝑛

𝑖21 𝑖22 … 𝑖2𝑛

… … … …

𝑖𝑛1 𝑖𝑛2 … 𝑖𝑛𝑛⎦⎥⎥⎥⎥⎥⎤

Matriks nilai objektif yang telah ternormalisasi untuk kota/kabupaten ke-i

sampai n akan berbentuk :

⎣⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎡

𝑖11∑ 𝑖𝑖1𝑛𝑖=1

𝑖12∑ 𝑖𝑖2𝑛𝑖=1

…𝑖1𝑛

∑ 𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖=1

𝑖21∑ 𝑖𝑖1𝑛𝑖=1

𝑖22∑ 𝑖𝑖2𝑛𝑖=1

…𝑖1𝑛

∑ 𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖=1

… … … …

𝑖𝑛1∑ 𝑖𝑖1𝑛𝑖=1

𝑖𝑛2∑ 𝑖𝑖2𝑛𝑖=1

…𝑖𝑛𝑛

∑ 𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖=1 ⎦

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎤

3.6.3 Perhitungan skor setiap alternatif kota/kabupaten untuk setiap kriteria.

Skor setiap alternatif kota/kabupaten untuk setiap kriteria ditentukan

berdasarkan persamaan 3.8.

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Qij = 𝑖𝑛1∑ 𝑖𝑖1𝑛𝑖=1

.𝑤𝑗 (3.8)

Qij = bobot propinsi i untuk kriteria j

Wj = bobot kriteria j

3.6.4 Perhitungan skor agregat setiap alternatif kota/kabupaten untuk seluruh kriteria.

Skor agregat setiap alternatif propinsi untuk seluruh kriteria ditentukan

berdasarkan persamaan :

𝑄𝑖 = ∑ 𝑖𝑛1∑ 𝑖𝑖1𝑛𝑖=1

.𝑤𝑗𝑛𝑗=1 (3.9)

3.6.5 Cluster analysis

Penentuan kelompok regional tarif dilakukan dengan menggunakan metode

cluster analysis (analisis kelompok). Untuk memudahkan pengelompokan region,

penulis menggunakan proses pembandingan/benchmarking dengan wilayah yang

telah melaksanakan kebijakan tarif listrik regional dan secara empirik telah

terbukti sebagai wilayah yang dianggap berhasil menerapkan kebijakan Tarif

Listrik Regional. Adapun region tarif di Wilayah Jawa Barat dan Banten

dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu :

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

1. Region yang sangat direkomendasikan (highly recommended) adalah

wilayah yang dapat menerapkan tarif listrik pada nilai

keekonomiannya saat ini. Wilayah yang termasuk ke dalam region ini

adalah kota atau kabupaten dengan tingkat kemampuan ekonomi

masyakarat yang tinggi, kemampuan pemerintah yang tinggi serta

keandalan dan ketersediaan infrastruktur kelistrikan yang tinggi pula.

Region ini mempunyai score hasil pengolahan AHP yang sama atau

lebih besar dari wilayah yang dijadikan benchmark.

2. Region yang masih direkomendasikan (recommended) adalah region

yang tidak mempunyai keandalan listrik dan ketersediaan infrastruktur

kelistrikan yang cukup memadai namun dianggap dapat menerapkan

tarif listrik pada nilai keekonomiannya karena didukung oleh

kemampuan ekonomi masyarakat dan pemerintahnya yang tinggi.

Region ini mempunyai score hasil pengolahan AHP yang lebih kecil

dibandingkan score dari wilayah yang dijadikan benchmark, namun

masih lebih tinggi dari rata-rata score keseluruhan region.

3. Region yang tidak direkomendasikan (not recommended) adalah

region yang tidak dapat/tidak siap untuk menerapkan tarif listrik pada

nilai keekonomiannya. Region ini mempunyai score hasil pengolahan

AHP yang lebih kecil dibandingkan score dari wilayah yang dijadikan

benchmark dan juga dibawah rata-rata score keseluruhan region. Pada

region ini, listrik tetap pada fungsi dasarnya yaitu infrastruktur yang

menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakannya.

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Selanjutnya hasil dari pengolahan data primer dan sekunder melalui

metode AHP dan Clustering akan dianalisis lebih lanjut secara deskriptif

berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari hasil wawancara langsung

dengan para narasumber.

3.7 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian perlu disusun agar penelitian yang dilakukan dapat terarah

dan terencana dengan baik. Berikut tabel jadwal penelitian ini:

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh
Page 23: BAB III METODE PENELITIAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/170620/2008/170720080004_3_7270.pdf · Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik, dikembangkan oleh

Tabel 3.4. Jadwal Penelitian

2013

April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari

1. Persiapan Penelitian

2. Pra Penelitian dan Bimbingan UP

3. Seminar UP

4. Revisi UP

5. Penelitian Lapangan

6. Konsultasi

7. Ujian Tesis

8. Revisi Tesis

No Kegiatan2012