Upload
dotu
View
225
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
27
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen (quasi-
experimental research). Metode kuasi eksperimen merupakan metode yang
dilakukan tanpa randomisasi, namun tetap melakukan kontrol terhadap beberapa
variabel non-eksperimental dan terdapat kelompok kontrol sebagai kelompok
pembanding untuk memahami efek perlakuan (Latipun, 2010 : 70).
Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini berupa pemberian Pelatihan
Syukur (Gratitude Training) pada kelompok eksperimen, dan setelah itu peneliti
akan melihat ada atau tidaknya peningkatan kesejahteraan subjektif pada peserta
pasca diberikan pelatihan tersebut.
Pada Bab ini akan dijelaskan hal-hal mengenai metode penelitian, yaitu
waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel, dan teknik sampling, desain
penelitian, instrumen penelitian, validitas, teknik pengumulan data, teknik
pengolahan dan analisis data.
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Mei 2015 dan bertempat di
Aula Pabrik Sarung Alimin Majalaya, Jawa Barat. Alasan digunakan lokasi
tersebut adalah untuk memudahkan peserta karena tempatnya yang
terjangkau, memiliki fasilitas yang cukup, dan dapat diawasi langsung oleh
Perusahaan, sebagai Pihak yang telah mengijinkan diadakannya pelatihan
ini.
28
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Arikunto (2006) mengatakan bahwa populasi adalah seluruh
subjek yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah buruh
Pabrik Sarung Alimin.
2. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu
seluruh populasi diambil sebagai sampel (Latipun, 2002).
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti
(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini, sampelnya dipilih sebanyak 28
orang dan dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok
berisi 14 orang peserta yang diberi perlakuan berbeda, yaitu :
a. Kelompok eksperimen : sebanyak 14 orang buruh Pabrik yang
diperintahkan untuk mengisi skala kesejahteraan subjektif dan
skala syukur, lalu diberi Pelatihan Syukur. Setelah itu, kelompok
eksperimen diperintahkan mengisi skala kembali untuk melihat
perbedaannya sebelum dan setelah perlakuan.
b. Kelompok kontrol : 14 orang buruh yang tidak diberi perlakuan
tetapi diperintahkan untuk mengisi skala kesejahteraan
subjektifdan skala syukur sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan
sesudah pemberian instruksi kepada kelompok eksperimen.
29
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat (Y) yaitu variabel
yang memberikan pengaruh dan variabel bebas (X) yaitu variabel yang
diberi pengaruh. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gratitude
training, sedangkan variabel bebasnya adalah subjective well being.
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Definisi Konseptual
a. Gratitude training
Gratitude training dalam penelitian ini merupakan
kegiatan pemberian pemahaman dan keterampilan mengenali
kebaikan-kebaikan yang telah diterima dan menyedari adanya
sumber-sumber eksternal atas kebaikan tersebut sehingga
peserta mengaplikasikannya untuk meningkatkan rasa syukur
(Emmons, 2007).
b. Subjective well being
Subjective well being (kesejahteraan subjektif) adalah
persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri
dari evaluasi kognitif dan afeksi terhadap hidup dan
merepresentasikannya dalam kesejahteraan psikologis (Diener,
1999).
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Gratitude training
Gratitude training adalah pemberian perlakuan berupa
pelatihan dan instruksi yang didasarkan pada modul yang dibuat
menurut teori dan penelitian sebelumnya oleh Emmons (2001)
yang berisi materi mengenai pemahaman rasa syukur, mengisi
30
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jurnal kebersyukuran, mengingat keburukan masa lalu, bertanya
kepada diri sendiri, melihat kedalam diri, merasakan indera, dan
berjanji untuk bersyukur.
b. Subjective well being
Subjective well being adalah evaluasi atau penilaian diri
mengenai tingkatan kebahagiaan buruh Pabrik Sarung Alimin
Majalaya secara subjektif yang meliputi tiga komponen, yaitu :
kepuasan hidup yang diukur dengan SWLS (satisfaction with
life scale), induksi afek positif dan pengurangan afek negatif
yang diukur dengan SPANE.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Menurut
Latipun (2006) metode eksperimen adalah metode yang menggunakan
manipulasi untuk mengetahui perbedaan hasil manipulasi tersebut terhadap
individu atau kelompok yang diamati. “Manipulasi yang dilakukan dapat
berupa perlakuan atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau
kelompok, dan setelah itu dilihat pengaruhnya. Eksperimen ini dilakukan
untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang
diberikan secara sengaja oleh peneliti.” (Latipun, 2006 : 5).
Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuasi eksperimen dengan
komparasi perlakuan dua kelompok yang dipilih secara purposif. Kuasi
eksperimen dipilih karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor di
luar penelitian ini. Desain penelitian yang digunakan adalah desain
eksperimen ulang (prestest-posttest control group design), yaitu melakukan
observasi awal sebelum perlakuan dan melakukan pengukuran kembali
setelah perlakuan pada kelompok eksperimen tersebut (Latipun, 2002).
Tipe desain dapat digambarkan sebagai berikut :
31
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pretest Treatment Posttest
Kelompok Eksperimen X
Kelompok Kontrol -
Keterangan :
nonR = kelompok sampel yang dipilih tidak secara random
O1 = Hasil pretestpada kelompok eksperimen
O2 = Hasil pretestpada kelompok kontrol
X = Perlakuan (instruksi gratitude training)
O2 = Hasil posttest pada kelompok eksperimen
O4 = Hasil posttest ada kelompok kontrol
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala dan
kuesioner yang mengukur tingkat rasa syukur dan kebahagiaan subjektif
buruh Pabrik Sarung Alimin. Kuisioner adalah alat pengumpul data yang
terdiri dari sejumlah pernyataan tertulis yang dapat digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden yang berkaitan dengan pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006).
1. Instrumen Subjective well being
Subjective well being menurut Diener (2009) terdiri atas tiga
komponen, yaitu kepuasan hidup, afek positif, dan afek negatif.
Kepuasan hidup akan diukur oleh skala SWLS (satisfaction with life
scale) yang dibuat oleh Diener, dkk (1985), sedangkan afek positif
dan afek negatif akan diukur oleh SPANE (Scale of Positive and
Negative Experience) yang juga dibuat oleh Diener (2009).
32
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Satisfaction With Life Scale (SWLS)
SWLS merupakan instrumen baku yang disusun oleh Diener,
Emmons, Larsen, dan Griffin pada tahun 1985. SWLS adalah
instrumen untuk mengukur penilaian kognitif individu tentang
kepuasan hidup secara keseluruhan. Skala ini tidak mengukur domain
kepuasan, seperti finansial atau kesehatan, tetapi mengizinkan subjek
untuk mengintegrasikan domain atau sumber kepuasan hidup
manapun yang mereka pilih (Diener, 2009).
Instrumen ini terdiri atas lima item pernyataan yang masing-
masing memiliki 7 skala jawaban dengan kategorisasi 1 (sangat tidak
setuju) hingga 7 (sangat setuju). SWLS merupakan instrumen dengan
jenis skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal.
Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa SWLS
memiliki koefisien reliabilitas yang sangat tinggi, yaitu antara 0,78-
0,91 (Diener, 2006).
Berikut ini akan disajikan tabel kategorisasi penilaian kepuasan
hidup beserta deskripsi dari masing-masing kategorinya berdasarkan
norma baku Satisfaction With Life Scale yang disusun oleh Diener
(2006).
Tabel 3.1
Kategorisasi Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor SWLS
Skor Kategori penilaian Deskripsi
35,00 ≥ X ≥
30,00 Sangat Puas
Responden pada kategori ini
sangat puas dan mencintai
kehidupan mereka.
kehidupannya tidak sempurna,
tetapi mereka merasa segala
sesuatu berjalan dengan baik.
Walaupun begitu, tidak berarti
mereka memiliki kepuasan
mutlak terhadap kehidupannya.
Responden pada kategori ini
sebagian besar menemukan
kepuasan dengan adanya
33
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tantangan dan kemajuan hidup
mereka. Kehidupan mereka
menyenangkan dan hampir
setiap aspek hidupnya
(pekerjaan, pendidikan,
keluarga, hoby, dll) berjalan
dengan baik.
24,00 ≥ X ≥
29,00 Puas
Responden pada kategori ini
menyukai kehidupan mereka
dan merasa kehidupannya
berjalan lancar. Kehidupan
mereka tentu saja tidak
sempurna, bahkan pada
beberapa hal mereka merasa
kurang puas, tetapi perasaan
kurang puas tersebut dapat
dikurangi dengan pemberian
motivasi.
20,00 ≥ X ≥
24,00 Cukup puas
Responden yang berada pada
kategori ini secara umum
merasa puas dengan
kehidupannya, tetapi ada
beberapa aspek kehidupan
yang dianggap tidak
memuaskan dan sangat
memerlukan perbaikan.
Kategori ini kebanyakan diisi
oleh responden yang berasal
dari negara-negara
berkembang.
15,00 ≥ X ≥
19,00 Kurang puas
Responden pada kategori ini
rata-rata memiliki banyak
masalah-masalah kecil pada
beberapa aspek kehidupannya,
atau memiliki masalah besar
pada satu aspek kehidupan.
10,00 ≥ X ≥
14,00 Tidak puas
Responden pada kategori ini
umumnya merasa tidak puas
dengan kehidupannya dan
beberapa aspek kehidupannya
tidak berjalan lancar.
Responden pada kelompok ini
34
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dianjurkan sering berbincang
dengan konselor agar dapat
berubah ke arah yang lebih
baik.
5,00 ≥ X ≥ 9,00 Sangat tidak puas
Responden yang berada pada
kategori ini umunya merasa
sangat tidak puas dengan
kehidupannya karena mereka
merasa seluruh aspek
kehidupannya berjalan dengan
tidak lancar atau buruk.
Responden pada kelompok ini
bahkan dapat dikatakan
memiliki gangguan fungsi
kehidupan, sehingga mereka
dianjurkan untuk berkonsultasi
dengan Psikolog atau Psikiater.
b. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)
SPANE adalah instrumen yang dibuat oleh Diener (2009). Skala
ini terdiri atas 12 item pernyataan, yaitu enam item mengenai
pengalaman positif, dan enam item mengenai pengalaman negatif.
Masing-masing item dinilai menggunakan nilai 1-5, dengan kategori 1
(sangat jarang atau hampir tidak pernah) sampai dengan 5 (sangat
sering atau selalu). Skala ini telah diujicobakan kepada 689 subjek
dari enam tempat berbeda dan memiliki nilai validitas yang tinggi dan
konsisten, yaitu lebih dari 0,8 (Diener, 2009).
Berikut ini disajikan kategori penilaian mengenai mood dan
emosi berdasarkan norma baku Scale of Positive and Negative
Experience (SPANE) yang disusun oleh Diener (2009) :
35
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Kategorisasi Penilaian Mood dan Emosi
Berdasarkan Skor SPANE
Skor Kategori Keterangan
X ≤ -9 Kurang seimbang
Responden lebih sering
merasakan atau
mengalami emosi negatif
daripada positif, atau
merasakan salah satu
emosi negatif yang
sangat kuat.
-8 ≤ X ≤ 8 Seimbang
Responden merasakan
atau mengalami emosi
negatif dan positif secara
seimbang.
X ≥ 9 Sangat seimbang
Responden lebih sering
mengalami emosi positif
daripada negatif, tetapi
masih dapat disebut
seimbang.
c. Kategorisasi Skala Subjective well being
Kategorisasi bertujuan untuk menempatkan sampel
penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara
berjenjang berdasarkan suatu atribut yang diukur (Azwar, 2007).
Kategorisasi skala SWB yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen
yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 2007).
Secara umum, responden dalam penelitian ini akan dibagi
kedalam tiga kategori, yaitu kategori SWB tinggi, sedang, dan
36
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rendah. Pengukuran SWB ini menggunakan dua skala yang
berbeda, yaitu SWLS dan SPANE untuk mengetahui skor SWB.
Oleh karena itu, kategorisasi skala dalam penelitian ini diperoleh
dengan langkah menurut (Santoso, 2003) sebagai berikut :
1) Menentukan skor ideal atau skor maksimal dan skor
minimal dengan cara berikut :
Skor ideal = skor maksimal SWLS + skor maksimal SPANE =
35 + 24 = 59
Skor minimal = skor minimal SWLS + skor minimal SPANE =
5 + (-24) = -19
2) Menentukan rentang kategori skor dengan cara berikut :
Rentang kategori =
=
[59- (-19)]/5= 78/ 5 = 15,6
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka
diperoleh kategorisasi skala sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kategorisasi Penilaian Subjective well being
Skor Kategori
59 ≥ X ≥ 43,4 Subjective well being sangat tinggi
43,4 ≥ X ≥ 27,8 Subjective well being tinggi
27,8 ≤ X ≤ 12,2 Subjective well being sedang
12,2 ≤ X ≤ -3,4 Subjective well being rendah
-3,4 ≤ X ≤ -19 Subjective well being sangat
rendah
37
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Instrumen Rasa Syukur
Instrumen rasa syukur dalam penelitian ini diadaptasi dari
Gratitude Quesionnaire-six item form (GQ-6) yang disusun oleh
Emmons, McCullough, dan Tsang (2001). Instrumen ini memiliki
enam item yang masing-masing mengukur tentang rasa syukur secara
umum.
Tabel 3.4
Kategorisasi Penilaian Rasa Syukur Berdasarkan Skor GQ
Skor Kategori
32 ≥ X ≥ 40 Gratitude sangat tinggi
24 ≥ X ≥ 32 Gratitude tinggi
16 ≤ X ≤ 24 Gratitude sedang
8 ≤ X ≤ 16 Gratitude rendah
0 ≤ X ≤ 8 Gratitude sangat rendah
3. Uji validitas dan reliabilitas
Validitas dan realibilitas sangat penting dalam penelitian, untuk itu
peneliti terlebih dahulu melakukan try out atau uji instrumen kepada
100 orang pekerja dari berbagai kalangan, agar validitas dan
realibilitas dalam penelitian ini dapat terjamin.
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
kemampuan skala psikologi untuk menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2010). Uji
validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
statistik Pearson Product Moment menggunakan aplikasi SPSS.
38
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suatu item dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi item-total
(rix) ≥ rtabel (Azwar, 2010). Harga koefisien tabel untuk jumlah
responden (N) 100 dengan standar error 5% adalah 0,195.
Sehingga item-item yang memiliki nilai koefisien korelasi item-
total (rix) < 0,195 tidak valid dan harus dihilangkan. Hasil uji
validitas instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan koefisien
korelasi item terendah pada SWLS adalah 0,650. Hal itu berarti
seluruh item pada instrumen SWLS memiliki nilai koefisien
yang lebih besar daripada 0,195, sehingga dapat disimpulkan
bahwa seluruh item valid.
Instrumen SPANE memiliki nilai koefisien korelasi
terendah 0,321 yang masih lebih besar daripada 0,195, sehingga
seluruh item pada instrument SPANE dapat dikatakan valid.
Pada hasil perhitungan koefisien korelasi antar item GQ
yang dapat dilihat pada lampiran, nilai terendahnya adalah
0,399. Hal ini berarti bahwa seluruh item pada instrumen GQ
valid.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas memiliki pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Suatu
instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat
dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama
dengan hasil pengukuran yang relatif konstan (Arikunto, 2006).
Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan
rumus Alpha Cronbach yang dihitung dengan menggunakan
bantuan software SPSS versi 20,0.
39
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5
Kategorisasi Koefisien Realibilitas Alpha Cronbach
(Arikunto, 2006)
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel >0,900
Reliabel 0,700-0,900
Cukup Reliabel 0,400-0,700
Kurang Reliabel 0,200-0,400
Tidak reliabel <0,200
1) Uji reliabilitas instrumen SWLS
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas dengan
menggunakan bantuan software SPSS 20,0 yang telah
dilakukan terhadap skala SWLS diperoleh indeks
reliabilitas sebagai berikut:
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,740 5
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas, nilai
koefisien reliabilitas SWLS adalah 0,740. Jika melihat
klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas diatas, maka
skala ini memiliki derajat reliabilitas yang tinggi atau
reliabel.
40
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Uji reliabilitas instrumen Gratitude
Perhitungan nilai reliabilitas pada instrumen GQ-6 dengan
menggunakan SPSS 20,0 menghasilkan data sebagai
berikut :
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,118 6
Tabel 3.6
Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach Item GQ
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
a 23,97 7,141 ,324 -,090a
b 24,00 7,232 ,285 -,067a
c 28,37 9,852 -,299 ,461
d 24,32 6,583 ,334 -,148a
e 24,24 6,467 ,362 -,174a
f 27,25 8,008 -,173 ,401
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This
violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Nilai reliabilitas Alfa Cronbach instrumen GQ adalah 0,118.
Jika dilihat dari klasifikasi nilai reliabilitas, maka skala ini
dinyatakan tidak reliabel, sehingga harus ada item yang
dikurangi agar skala ini menjadi reliabel. Oleh karena itu,
peneliti harus menghapus dua item, yaitu item c dan f agar
instrument ini menjadi reliabel.
41
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil reliabilitas setelah item c dan f dihapus adalah sebagai
berikut :
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,866 4
Tabel 3.7
Nilai Reliabilitas Alpha-Cronbach GQ Setelah Item Dikurangi
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
a 18,73 5,734 ,777 ,809
b 18,76 5,821 ,721 ,828
d 19,08 5,105 ,764 ,809
e 19,00 5,596 ,626 ,869
Nilai reliabilitas instrumen setelah item dikurangi menjadi 0,866
yang berarti instrumen ini tergolong memiliki nilai reliabilitas
yang sangat tinggi, atau sangat reliabel.
G. Prosedur dan Rencana Pelaksanaan Eksperimen
Penelitian eksperimen ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
pemberian pretestberupa kuisioner (SWLS, SPANE, dan GQ-6) kepada 28
orang buruh, 14 orang dari para buruh tersebut merupakan kelompok
kontrol. Setelah pretest, 14 orang kelompok eksperimen tersebut akan diberi
pelatihan syukur (gratitude training) dan selanjutnya, kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol akan diberi posttest.
42
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Materi Pelatihan
1. Manfaat Bersyukur
Materi mengenai manfaat bersyukur diberikan agar peserta
dapat mengerti dan memahami manfaat dan pentingnya memiliki rasa
syukur.
2. Mengisi Jurnal Kebersyukuran
Jurnal kebersyukuran adalah catatan mengenai setiap kejadian
menyenangkan yang terjadi setiap hari kepada para peserta. Peserta
harus mengisi jurnal kebersyukuran untuk mengingat kejadian
menyenangkan, sehingga akan menimbulkan rasa syukur.
3. Mengingat hal buruk (Remember the Bad)
Mengingat hal-hal terburuk dalam hidup akan membuat kita
menyadari bahwa semua kesulitan, perjuangan, dan penderitaan itu
telah kita lewati. Hal itu akan memacu kita untuk lebih bersyukur lagi,
karena diberi kekuatan hingga berhasil keluar dari keadaan terburuk
itu (Emmons, 2007).
4. Ask Yourself 3 Questions
Tiga pertanyaan yang harus ditanyakan kepada diri sendiri dan
direnungkan adalah :
a. Apa yang telah saya terima dari orang lain?
b. Apa yang telah saya berikan kepada orang lain?
c. Kesulitan yang telah saya sebabkan?
Pertanyaan ini dapat membuat kita lebih memahami kualitas
hubungan timbal balik antara diri kita dengan lingkungan dan orang-
orang sekitar kita. Dengan mengingat setiap hal yang telah kita terima
dari orang lain, senyuman, sapaan, dan pandangan ramah akan
menimbulkan perasaan terimakasih yang mendalam. Sedangkan
43
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan mengingat apa yang telah kita lakukan pada orang lain, kita
akan dapat menilai apakah yang telah kita lakukan telah sebanding
dengan apa yang telah kita terima. Terakhir, menanyakan apa saja
masalah yang telah kita lakukan akan menimbulkan rasa tanggung
jawab terhadap lingkungan (Emmons, 2007).
5. Merasakan setiap indera (Come to Your Senses)
Hampir 80% partisipan pada penelitian yang dilakukan Emmons
(2007) menyebutkan bahwa kesadaran akan keadaan fisik adalah hal
utama yang dapat memicu perasaan syukur.
6. Membayangkan Ingatan Visual
Membayangkan setiap ingatan hingga menghasilkan gambaran
visual akan membuat kita mengingat setiap hal maupun benda-benda
yang kita miliki dan sukai, itu akan membuat kita bersyukur
(Emmons, 2007).
7. Hati-Hati Dalam Berkata
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Emmons (2007), enam
puluh dua wanita berusia 40 tahun diwawancarai. Secara keseluruhan,
kebanyakan wanita menyebutkan “beruntung” dan “diberkati” dalam
menggambarkan diri mereka. Kemampuan untuk menemukan
keberuntungan dalam hidup merupakan hal yang signifikan dalam
menciptakan efek positif dalam diri. Studi lain yang dilakukan
Emmons menunjukkan bahwa perkataan negatif, seperti “Aku
Pecundang”, dan sebagainya dapat mengubah suasana hati menjadi
tidak menyenangkan.
44
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8. Membuat Janji Untuk Bersyukur
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang berjanji
dalam hati untuk melakukan sesuatu cenderung untuk lebih
berkomitmen melakukan janjinya tersebut. Berjanji untuk bersyukur
akan meningkatkan perilaku bersyukur kita (Emmons, 2007).
I. Persiapan Pelatihan Syukur
1. Tahapan Penelitian Gratitude Training
Tabel 3.8
Tahapan Pelatihan Syukur
No Tahapan Pelatihan
1 Mensosialisasikan penelitian kepada para subjek
2 Melakukan pretestpada seluruh populasi, yaitu
semua buruh Pabrik Sarung Alimin.
3 Melakukan randomisasi untuk memilih kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
4
Memberikan perlakuan pada kelompok
eksperimen. Pelatihan ini dilakukan oleh trainer
yang telah dipilih.
5 Observasi dan wawancara sebelum dan selama
penelitian.
6
Memberikan post-tes dengan GQ-6, satisfaction
with life scale (SWLS), dan SPANE pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
7 Evaluasi dan analisis untuk mengetahui efektifitas
gratitude training terhadap subjective well being
8
Evaluasi lanjutan untuk mengetahui apakah
perubahan perilaku masih menetap setelah dua
minggu.
45
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Blue Print Jadwal Pelatihan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah merancang jadwal
dan materi pelatihan syukur ini. Jadwal dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.9
Jadwal Gratitude Training
No Agenda Tujuan Bahasan Metode Waktu Jadwal
1 Briefing dan
Kontrak
Belajar
Peserta mengetahui penjelasan
program , memahami tujuan dan
manfaat yang ingin dicapai melalui
pelatihan, aturan main dan
perkenalan sehingga terbangun
suasana keakraban yang
melancarkan komunikasi antar
peserta dan tim pelaksana
Ceramah dan
diskusi
singkat
30
menit
08.00-08.30
2 Pra Tes Mengetahui tingkat kesejahteraan
subjektif sebelum program
Gratitude Training dan pra tes
pengetahuan menganai Rasa
Syukur
30
menit
08.30-09.00
SUB MODUL 1: KEEP A GRATITUDE JOURNAL
3 Ice Breaking
Mengakrabkan dan mencairkan
suasana
15
menit
09.00-09.15
4 1. Kebahagiaan
dan Rasa
Syukur
1. Peserta dapat mengungkapkan
apa itu kebahagiaan menurut
versinya
2. Peserta memahami pengertian
rasa syukur
Ceramah,
Multimedia
Presentation
60
menit
09.15-10.15
5 2. Pentingnya 1. Peserta mengetahui bagaimana Ceramah, 30 10.15-10.45
46
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rasa syukur pentingnya rasa syukur
2. Peserta dapat menunjukan
motivasi diri untuk bersyukur
dan hidup lebih baik
Diskusi dan
tanya jawab
menit
6 A. Keep a
Gratitude
Journal
Peserta dapat mengisi hal-hal baik
yang diingatnya sesuai dengan
instruksi
Mengisi
gratitude
journal
45
menit
10.45-11.30
SUB MODUL 2 : REMEBER THE BAD
7 B. Remember
the bad
C. (menanamk
an rasa
bersyukur
karena telah
berhasil
melalui
kejadian
buruk)
1. Peserta dapat mengambil
hikmah dari tiap kejadian buruk
yang dialaminya
2. Peserta menyadari bahwa
kejadian buruk tersebut telah
berlalu
3. Peserta berterimakasih kepada
orang yang telah menolongnya
keluar dari kesulitan
4. Peserta menyadari bahwa
setiap orang memiliki masalah
Ceramah,
diskusi
kelompok,
curah
pendapat
45
menit
11.30-12.15
ISTIRAHAT
8 D. Istirahat Para peserta diberi waktu untuk
istirahat, shalat, dan makan siang
60
menit
12.15-13.15
SUB MODUL 3 : ASK YOURSELF 3 QUESTION
9 1. Ask yourself
3 Question
2. (Team
Building &
Problem
Solving)
1. Peserta dapat menjawab tiga
buah pertanyaan renungan
kepada diri sendiri, yaitu :
a. Apa yang telah saya terima
dari orang lain?
b. Apa yang telah saya berikan
kepada orang lain?
c. Apa masalah dan kesulitan
Ceramah,
diskusi grup,
dan diakhiri
dengan
mengisi
lembar kerja
60
menit
13.15-14.15
47
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang telah saya sebabkan?
2. peserta menyadari hubungan
timbal balik antara diri dan
lingkungan.
SUB MODUL 4 : COME TO YOUR SENSE
10 3. Come To
Your Sense
4. (membangki
tkan
kepekaan
hati)
1. Peserta dapat merasakan setiap
indera, merasakan jantung yang
berdetak, nafas yang mengalir,
dan anggota tubuh yang dapat
bergerak
2. menimbulkan kesadaran akan
keadaan fisik yang akan
memicu rasa syukur.
Refleksi diri
dengan
memutar
musik
30
menit
14.15-14.45
SUB MODUL 5 : MEMBAYANGKAN INGATAN VISUAL
11 5. Membayang
kan ingatan
visual
1. Peserta dapat memahami
semua hal-hal kecil yang
menyenangkan yang terkadang
tidak disadari, namun sangat
patut untuk disyukuri.
2. Peserta memahami peran
dirinya yang dia anggap sepele
dalam kehidupan namun
berarti bagi orang lain
3. Peserta secara tidak sadar
memahami tentang korelasi
antara ingatan dan rasa syukur
dalam kehidupan
Ceramah,
renungan,
dan
Mengisi
lembar kerja
15
menit
14.45-15.00
SUB MODUL 6 : HATI-HATI DALAM BERKATA
12 E. Kata-kata
positif
1. Peserta dapat berkata dengan
kata-kata positif
2. Peserta mampu mensugesti
Grup diskusi,
mengisi
lembar kerja
15
menit
15.00-15.15
48
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rekanan untuk berkata kata-
kata positif
SUB MODUL 7 : MEMBUAT JANJI UNTUK BERSYUKUR
13 1. Janji untuk
Bersyukur
1. Peserta berjanji dalam hati
untuk selalu bersyukur
2. Peserta memahami rasa syukur
dan berkomitmen untuk
melaksanakannya
3. Peserta melakukan rasa syukur
dengan tidak mengeluh tentang
pelatihan yang sedang
dijalankan ini
Mengisi
lembar kerja
15
menit
15.15-15.30
PENUTUPAN
14 4. Diskusi
mengenai
hasil
A. Para peserta dapat merasakan
manfaat setelah mengikuti
Gratitude Training
B. Peserta dapat dengan mudah
merasakan perasaan yang lebih
baik dari sebelum pelatihan
Diskusi dan
Cross
experience
30
menit
15.30-16.00
16 1. Penutupan -. 5
menit
16.00-16.05
J. Analisis Data
Setelah penelitian selesai, maka dilakukan analisis data. Analisis data
yang dilakukan oleh peneliti yaitu berupa analisis data kuantitatif, dengan
menggunakan metode statistik, dan analisis data kualitatif. Teknik analisis
statistik yang dipilih tergantung dari normalitas dan homogenitas data yang
didapatkan. Jika data yang diperoleh memiliki distribusi yang normal dan
homogen, maka analisis statistik yang digunakan adalah Anakova (analisis
kovarians). Anakova ini banyak dipilih pada penelitian eksperimen karena
peneliti dapat mengontrol berbagai efek interaksi potensial setelah melakukan
49
Shafira Hanawati Kusumah, 2015
EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
eksperimen (Dempsey, 2002). Jika distribusi data tidak normal dan homogen,
maka harus menggunakan statistik nonparametrik. Teknik analisis
nonparametrik yang digunakan adalah U-tes atau Mann Whitney, sebagai
alternatif pengolahan data komparatif. Sedangkan untuk mengolah data
kualitatif, peneliti menggunakan metode analisis konten, yaitu teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru, dan shahih
data dengan memperhatikan konteksnya (Rafian, 2010).