18
28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah dalam mengajar serta untuk memperbaiki pengajaran secara praktis (Sukidin dkk, 2010: 82). Arikunto (2012: 12) memaparkan bahwa PTK dapat dilakukan secara kolaboratif, artinya penulis dapat berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru IPA yang mengajar kelas V SD Negeri Dukuh 3 dalam melakukan PTK. Adapun kolaborasi yang dimaksud yakni guru dan peneliti mendiskusikan permasalahan penelitian dan menentukan rencana tindakan. Penelitian juga dilakukan secara partisipatif, artinya penulis dengan dibantu rekan seangkatan secara langsung terlibat dalam penelitian. Sebelum melakukan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL), peneliti melakukan observasi terlebih dahulu terhadap kelas yang hendak menjadi subjek penelitian guna menemukan fokus masalah yang akan diangkat. Selanjutnya fokus masalah tersebut didiskusikan dengan guru kelas, dan setelah didapat masalah yang sudah sesuai maka peneliti merancang rencana tindakan dengan menerapkan model PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap fokusan masalah. Guru dan peneliti mendiskusikan permasalahan penelitian dan menentukan rencana tindakan. Adapun langkah-langkah dalam model penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1) Melakukan observasi guna melihat permasalahan yang ada. 2) Melakukan diskusi dengan guru kelas untuk memperoleh permasalahan yang jelas. 3) Memberikan treatmen atau perlakuan terhadap kelas yang dijadikan subjek penelitian yaitu melakukan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11146/3/T1_292012588_BAB... · 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN . 3.1 Jenis Penelitian Jenis

  • Upload
    buiminh

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). PTK adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru

untuk memecahkan masalah dalam mengajar serta untuk memperbaiki

pengajaran secara praktis (Sukidin dkk, 2010: 82). Arikunto (2012: 12)

memaparkan bahwa PTK dapat dilakukan secara kolaboratif, artinya penulis

dapat berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru IPA yang mengajar kelas

V SD Negeri Dukuh 3 dalam melakukan PTK. Adapun kolaborasi yang

dimaksud yakni guru dan peneliti mendiskusikan permasalahan penelitian

dan menentukan rencana tindakan. Penelitian juga dilakukan secara

partisipatif, artinya penulis dengan dibantu rekan seangkatan secara langsung

terlibat dalam penelitian. Sebelum melakukan pembelajaran dengan

menerapkan model Problem Based Learning (PBL), peneliti melakukan

observasi terlebih dahulu terhadap kelas yang hendak menjadi subjek

penelitian guna menemukan fokus masalah yang akan diangkat. Selanjutnya

fokus masalah tersebut didiskusikan dengan guru kelas, dan setelah didapat

masalah yang sudah sesuai maka peneliti merancang rencana tindakan

dengan menerapkan model PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa

terhadap fokusan masalah. Guru dan peneliti mendiskusikan permasalahan

penelitian dan menentukan rencana tindakan. Adapun langkah-langkah dalam

model penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1) Melakukan observasi guna melihat permasalahan yang ada.

2) Melakukan diskusi dengan guru kelas untuk memperoleh permasalahan

yang jelas.

3) Memberikan treatmen atau perlakuan terhadap kelas yang dijadikan subjek

penelitian yaitu melakukan pembelajaran dengan menggunakan model

Problem Based Learning (PBL).

29

4) Memberikan tes akhir guna mengetahui peningkatan hasil belajar yang

signifikan dengan standar KBM sebagai patokannya.

3.2 Setting dan Karakteristik Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri

Dukuh 3 Kota Salatiga pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Dukuh

3 sebagai kelas yang akan mengalami perlakuan. Pengambilan subjek

penelitian didasarkan atas hasil observasi yang telah dilakukan serta

diskusi dengan guru kelas. Dari hasil observasi dan diskusi dengan guru

kelas yang dilakukan maka didapatkan permasalahan terhadap

pembelajaran IPA di kelas yang menjadi subjek penelitian.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel ini merupakan variabel yang terkait dengan peserta didik,

guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan

belajar, penyelenggaraan KBM seperti interaksi belajar-mengajar,

ketrampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar peserta didik,

serta implementasi model pembelajaran di kelas dan sebagainya.

Dalam hal ini unsur-unsur tersebut merupakan variabel bebas,

yakni variabel yang mengikat muculnya unsur lain. Unsur-unsur tersebut

akan mempengaruhi ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar peserta

didik. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini yakni

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebas,

atau unsur yang diikat oleh adanya variabel bebas.Adapun yang menjadi

variabel terikat dalam penelitian ini merupakan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA. Unsur-unsur dalam variabel terikat ini akan mengalami

perubahan baik meningkat ataupun tidak setelah dilakukan perlakuan

khusus terhadap peserta didik. Dalam hal ini yang menjadi fokus

30

peningkatan adalah hasil belajar peserta didik. Unsur-unsur lain yang

termasuk dalam variabel ini akan mengikuti perubahan bila hasil belajar

peserta didik berubah.

3.4 Prosedur Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis yang

dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart (Arikunto,

Suhardjono, Supardi: 2007). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam

beberapa siklus.Setiap siklusnya meliputi beberapa tahapan yang meliputi

perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan

refleksi (reflection) dalam suatu spiral yang saling terkait. Adapun model

penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart dapat terlihat pada

gambar berikut ini :

Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) oleh Kemmis dan Taggart

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem siklus, yang terdiri

dari tiga tahap yaitu:

1) Perencanaan (planning)

2) Pelaksanaan dan pengamatan (acting and observasing)

3) Refleksi (reflecting)

31

Pemberian perlakuan dimulai dengan merancang rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) kemudian tahap pelaksanaannya hingga tahap relfeksi

sebagai tahap evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun

langkah-langkah dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

meliputi pemahaman khusus terhadap karakteristik pesertsa didik,

menyesuaikan materi dengan permasalahan yang diangkat dan kesesuaiannya

dengan pendekatan yang dijadikan sebagai sarana penyampaian materi.

Selanjutnya membuat alat peraga atau memanfaatkan media belajar yang

diperlukan dengan memperhatikan peserta didik, setelah itu masuk ke dalam

tahap penyususnan rancana kegitan belajar mengajar dan kemudian RPP yang

telah disusun sedemikian rupa diaplikasikan dengan memperhatikan

kesesuaian antara peserta didik, materi, sarana dan prasarana serta alokasi

waktu saat mengajar.

Proses memberikan perlakuan dengan melakukan proses kegiatan

belajar mengajar tidak hanya dilakukan satu atau dua kali, akan tetapi

tahapan ini akan sampai pada tahap kurang lebih 6 kali mengajar. Dimana

tahap pertama akan melihat adakah perubahan atau peningkatan sampai

masuk ke tahap dimana peningkatan dapat terlihat dan diukur secara

signifikan. Setiap pembelajaran telah selesai dilaksanakan maka akan dibuat

adanya evaluasi, untuk mengukur perubahan yang terjadi, apakah ada

peningkatan atau tidak. Evaluasi yang dilakukan diterapkan secara berkala,

yakni adanya kesinambungan antara evaluasi yang pertama dengan yang

selanjutnya agardapat dijadikan perbandingan. Hal ini dilakukan untuk

melihat perubahan yang terjadi sekaligus sebagai bukti dari pembelajaran

yang dilakukan telah memberikan perubahan kepada peserta didik baik

berupa hasil belajar, minat dan daya kreatifitas, dan lain-lain. Bila telah

dilakukan evaluasi dan penerapan pembelajaran telah selesai dilaksanakan

maka data yang diperoleh akan dianalisis agar peningkatan yang

dimaksudkan dapat terlihat.

3.4.1 Rencana Tindakan Siklus 1

a. Perencanaan

32

Perencanaan pada siklus I meliputi:

1) Persiapan dengan meminta ijin dari sekolah yang hendak dijadikan

tempat untuk melakukan observasi, wawancara dengan anggota

sekolah, dan mengidentifikasi masalah.

2) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Menyiapkan alat peraga dan media yang mendukung dengan materi

ajar dan kesesuain dengan pendekatan yang digunakan.

4) Pembuatan lembar soal.

5) Pembuatan lembar observasi.

b. Tindakan

Tindakan

1) Menggunakan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

2) Siswa membentuk kelompok

3) Guru memberikan masalah (problem) kepada setiap kelompok

terkait materi ajar

4) Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah yang sudah

dipersiapkan oleh guru.

5) Siswa menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang

diajukan

6) Siswa melakukan evaluasi terhadap hasil kerja kelompok dengan

bimbingan dari guru

7) Guru melakukan penilian terhadap laporan kerja kelompok siswa

bergantian.

8) Guru dan siswa menyusun kesimpulan terhadap pelajaran yang

sudah dipelajari.

9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang

telah dilakukan.

10) Siswa mengerjakan soal evaluasi.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan saat proses belajar mengajar

berlangsung. Pada tahap ini hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai

33

pelaksanaan tindakan kelas yang telah disiapkan. Penelitian tindakan kelas

yang berkolaborasi dengan guru kelas memberikan ruang yang cukup bagi

peneliti untuk melakukan observasi.Observasi yang dilakukan peneliti

tidak lepas dari bantuan guru kelas, karena penelitian yang dilakukan

berkolaborasi dengan guru kelas. Hal itu dimaksudkan agar siswa nyaman

terhadap pembelajaran yang basisnya menggunakan model Problem Based

Learning (PBL). Data dari observasi selanjutnya dimasukan dalam lembar

observasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi ditujukan untuk mengevaluasi hasil kegiatan

pembelajaran dari siklus I. Pada tahap ini dilakukan analisis dari hasil

proses belajar mengajar yang telah dilakukan pada siklus I yang

selanjutnya akan dipergunakan sebagai acuan dalam pengembangan

penelitian berikutnya. Hasil yang diperoleh dalam siklus I apabila masih

terdapat kekurangan akan diperbaiki pada siklus II dan hasil yang

menunjukkan tingkat perkembangan akan dipertahankan dan

dikembangkan lebih lanjut untuk pedoman dalam menuju materi

berikutnya.

3.4.2 Rencana Tindakan Siklus 2

a. Perencanaan yaitu:

1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus 1 yang belum teratasi dan

penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Merancang dan merencanakan pembelajaran dengan menyusun RPP.

3) Menentukan lamanya waktu dalam kegiatan pembelajaran.

4) Menyusun strategi pembelajaran dengan menggunakan model PBL.

5) Menyiapkan alat yang akan mendukung pembelajaran.

6) Kesimpulan dan evaluasi.

7) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

8) Pengembangan program tindakan 2.

b. Tindakan

34

Pelaksanaan program tindakan 2 yang mengacu pada identifikasi

masalah yang muncul pada siklus 1, sesuai dengan alternatif pemecahan

masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

1) Siswa membentuk kelompok

2) Guru memberikan masalah (problem) kepada setiap kelompok terkait

materi ajar

3) Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah yang sudah

dipersiapkan oleh guru

4) Siswa menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang

diajukan

5) Siswa melakukan evaluasi terhadap hasil kerja kelompok dengan

bimbingan dari guru

6) Guru melakukan penilian terhadap laporan kerja kelompok siswa

bergantian.

7) Siswa dan guru menyimpulkan pelajaran yang sudah dipelajari

8) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan selama proses belajar mengajar

berlangsung. Tahap ini hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai

kecocokan model pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.

Kegiatan ini meliputi kegiatan pengamatan sebelum, selama dan setelah

proses kegiatan belajar mengajar dilakukan. Observasi pelaksanaan

pembelajaran dilakukan oleh guru lain sebagai guru observer II dan

peneliti sebagai observer I.

d. Refleksi

Jika hasil pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan khasil

belajar terhadap pembelajaran IPA, maka pembelajaran dapat dikatakan

berhasil.

3.5 Intrumen Penelitian

Berikut uraian mengenai instrumen pembelajaran:

a. Lembar observasi kegiatan pembelajaran

35

Lembar observasi berupa catatan penting yang digunakan untuk

mengobservasi hal-hal yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Lembar

observasi ini juga digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, aktivitas guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based

Learning (PBL), kendala-kendala yang dihadapi selama melaksanakan

proses kegiatan belajara mengajar, serta kejadian-kejadian spesifik lainnya

dalam kegiatan pembelajaran. Hasil observasi ini juga difungsikan sebagai

sarana untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran.

Mengacu pada modifikasi RPP yang didesain mengaacu pada

PERMENDIKNAS No 41 tahun 2007, dikolaborasikan dengan PBL

substansi materi IPA kelas V, kemudian dirancang pembuatan RPP dengan

PBL, maka acuan lembar observasi yang dilakukanpun berdasarkan RPP

modifikasi yang dibuat tersebut. Adapun lembar observasi dapat dilihat

pada kisi-kisi lembar observasi berikut:

36

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Lembar Observasi Kinerja Guru

Tahapan

Kegiatan

Aspek yang

Diamati Indikator

No Item

Kegiatan

Awal

Membuka

Pelajaran

a. Memberikan salam.

b. Memberikan apersepsi.

c. Penyampaian tujuan

pembelajaran.

d. Pemberian motivasi

1, 2, 3, 4

Kegiatan

inti

Penyampaian

Materi dan

Strategi

Pembelajaran

a. Menyiapkan alat dan bahan

belajar

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran

atau kompetensi dasar yang perlu

dicapai.

c. Menyampaikan cakupan materi

dan penjelasan uruaian kegiatan

sesuai silabus.

5, 6, 7,

8, 9

Penggunaan

Model

Pembelajaran

dan

Pemanfaatan

Sumber

Belajar

a. Guru menjelaskan materi ajar

b. Guru memberikan beberapa

contoh soal untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap

materi yang telah dijelaskan.

c. Guru membagi kelas menjadi

beberapa kelompok.

d. Guru mengkondisikan kelas ke

dalam kegiatan PBL.

e. Guru memberikan masalah ke

masing-masing kelompok

f. Guru membimbing siswa dalam

mengerjakan tugasnya.

10, 11,

12, 13,

14, 15,

Penilaian

Hasil Belajar

a. Mengevaluasi hasil belajar

b. Memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengajukan

pertanyaan.

c. Pemberian penghargaan atas hasil

yang dicapai siswa.

16, 17,

18

Kegiatan

Akhir

Mengakhiri

Pelajaran

a. Pemberian penguatan terhadap

materi ajar.

b. Melakukan bimbingan dalam

penarikan kesimpulan.

c. Pemberian motivasi

d. Pemberian tindak lanjut

19, 20,

21

37

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa

38

b. Lembar Soal Tes Evaluasi

Tahapan

Kegiatan

Aspek yang

Diamati Indikator

No Item

Kegiatan

Awal

Membuka

Pelajaran

a. Siswa siap menerima

pelajaran.

b. Siswa dapat menjawab

pertanyaan apersepsi.

c. Siswa memahami tujuan

pembelajaran.

1, 2, 3, 4,

5,

Kegiatan

inti

Penyampaian

Materi dan

Strategi

Pembelajaran

a. Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

b. Siswa aktif bertanya tentang

materi ajar yang dijelaskan.

c. Siswa mengerti instruksi

tentang langkah-langkah

pembelajaran dengan

menggunakan PBL.

6, 7, 8, 9,

10, 11

Penggunaan

PBL

a. Siswa merancang solusi

terhadap permasalahan yang

diberikan guru.

b. Siswa menyusun laporan

dengan mengembangkan

rancangan yang tekah dibuat

sebelumnya dalam kegiatan

kelompok.

c. Siswa bekerja sama dan

saling membantu anggota

kelompok dalam

menyelesaikan tugas yang

diperoleh.

d. Siswa melakukan evaluasi

terhadap proyek yang telah

dibuat.

12, 13,

14, 15

Penilaian

Hasil Belajar

a. Siswa mampu menjawab

dengan benar pertanyaan yang

diajukan guru

b. Siswa mendapatkan reward

dari perolahan skor dalam

pembelajaran yang telah

dilakukan.

16, 17,

18,

Kegiatan

Akhir

Mengakhiri

Pelajaran

a. Siswa mampu menjawab soal

yang diberikan secara lisan.

b. Siswa mampu menyimpulkan

hasil pembelajaran.

19, 20

39

Lembar soal-soal tes yang akan diberikan kepada siswa sebagai tes

evaluasi atau tes formatif hasil setelah dilakukan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang

diberikan di akhir siklus.

3.6 Data dan Cara Pengumpulannya

Untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan

dalam penelitian ini, maka penulis menentukan teknik dan alat pengumpulan

data yang sesuai dengan penelitian ini. Instrumen yang diperlukan dalam

penelitian tindakan kelas haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah-

langkah dalam PTK. Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis

menggunakan cara pengumpulan data dengan teknik tes, dokumentasi, dan

observasi.

a. Teknik Tes

Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pengetahuan peserta

didik teknik yang paling tepat digunakan adalah teknis tes. Tes awal pada

pra siklus yang dilakukan oleh guru adalah intrumen yang tepat sebagai

cara pengumpulan data, karena melalui hasil tes awal ini maka akan dapat

dilihat sejauh mana perkembangan peserta didik dalam hal intelektualnya.

Selanjutnya setelah hasil tersebut diketahui, maka penulis dapat memulai

memberikan perlakuan yang sesuai setelah melakukan observasi

sebelumnya. Perlakuan yang diberikan harus disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik serta diselaraskan dengan model pembelajaran

yang digunakan guna menunjang proses pembelajaran.

b. Dokumentasi

Pada instrumen ini, diberlakukan upaya untuk mencari sumber

sebanyak-banyaknya yang difungsikan sebagai penunjang dari penelitian.

Dokumentasi digunakan sebagai alat ukur dalam perkembangan penelitian

selanjutnya.Bermula dari bagaimana keadaan peserta didik, situasi belajar,

sarana dan prasarananya sampai keadaan lingkungan di sekitar sekolah

tersebut.

40

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk menilai jalannya pembelajaran sehingga

hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

menyimpulkan hasil pembelajaran tersebut (Arikunto, 2010:

272).Sugiyono (2010: 203) juga berpendapat bahwa observasi dilakukan

guna memberikan penilaian yang berkenaan dengan tingkah laku manusia,

proses kerja, dan gejala-gejala alam, namun Sugiyono menambahkan

observasi ini dapat dilakukan bila responden yang diamati tidak terlalu

besar.Dalam hal ini, observasi dapat dilakukan pada SD Negeri

Ngrambitan karena jumlah responden tidaklah terlalu besar sesuai dengan

pendapat yang telah dipaparkan oleh Sugiyono. Adapun penilaian yang

diberikan dalam observasi yang akan digunakan yakni dengan skala Likert.

Sugiyono (2010: 134) memaparkan bahwa skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang terhadap keadaan

tertentu. Keadaan ini dapat diartikan dengan proses pembelajaran, jadi

penilaian yang diberikan berfokus pada aspek dalam pembelajaran.

Aspek dalam pembelajaran ini dijabarkan ke dalam pengamatan

yang dilakukan terhadap siswa untuk menggambarkan keseuaian model

pembelajaran dengan karakteristik siswa dan guru untuk menggambarkan

model pembelajaran dapat digunakan dengan mudah sehingga dapat

membantu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sugiyono (2010: 134-

135) juga menambahkan dengan skala Likert, maka variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian instrumen

tersebut dijadikan titik tolak dalam menyusun item-item instrumen. Item-

item tersebut dapat berupa pernyataan ataupun pertanyaan. Untuk

keperluan analisis kuantitatif, maka tiap butir jawaban dapat diberi skor,

misalnya:

Tabel 3.4. Skala Likert

Kriteria Skor

Sangat Baik 4

Baik 3

Cukup Baik 2

41

Baik 1

3.7 Validitas dan Reliabilitas

3.7.1 Validitas Instrumen

Validitas suatu tes atau instrumen adalah instrumen yang dapat digunakan

untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Sugiyono (2010:23). Dalam penelitian

ini, instrument yang akan divalidasi yakni instrument soal tes. Uji validitas

instrumen soal digunakan untuk mengetahui validitas soal yang nantinya akan

digunakan sebagai tes individual setelah proses pembelajaran berlangsung. Suatu

tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Tes

memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah

ditentukan. Uji validitas soal tersebut dihitung dengan menggunakan bantuan

Software SPSS 16.0 for windows.

Uji validitas ini menggunakan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item

atau pertanyaan dengan nilai total tes. Bila korelasinya rendah berarti pertanyaan

ini tidak validdan tidak digunakan. Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00

sampai +1,00. Teknik korelasi yang dipakai adalah Corrected Item-Total

Correlation dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0. Menurut Arikunto (2013:89)

interpretasi besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument Suatu tes atau instrument yang valid adalah instrumen

yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Taraf validitas

empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas (Sugiyono,

2010).Validitas instrumen tes dapat dihitung menggunakan bantuan Software

SPSS 16.0 for windows yaitu dengan cara Analyze – Correlate –

Bevariatekemudian untuk melihat hasilnya apakah item soal valid atau tidak,

42

dapat dilihat pada output hasil penghitungan, apabila nilai koefisien kurang dari

nilai koefisien pada tabel r product moment maka item soal tersebut tidak valid

dan tidak dapat digunakan. Setelah dilakukan uji validitas butir soal siklus I, dari

30 butir soal, diketahui bahwa ada 25butir soal yang dinyatakan valid dan 5 butir

soal yang dinyatakan tidak valid. Adapun soal yang valid ditunujukkan pada tabel

berikut.

Tabel 3.5 Hasil Uji validitas Soal Evaluasi Siklus I

No. Soal Jumlah Item Keterangan

7, 10, 12, 13, 21 5 Tidak Valid

1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18,

19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

25 Valid

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas menjelaskan bahwa jumlah soal yang tidak

valid sebanyak 5 soal sedangkan 25 soal lainnya dinyatakan valid. Selanjutnya,

untuk soal evaluasi siklus I dipilih sebanyak 20 soal dari soal-soal yang sudah

dinyatakan valid. Hasil pengujiannya dilampirkan pada halaman lampiran

penulisan ini.

Soal evaluasi siklus II diperoleh jumlah soal yang valid setelah dilakukan uji

validitas. Hasil uji validitas pada siklus II ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.6 Hasil Uji validitas Soal Evaluasi Siklus II

No. Soal Jumlah Item Keterangan

3, 15, 19, 22 4 Tidak Valid

1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25,26, 27, 28,

29, 30

26 Valid

Berdasarkan Tabel 3.6 menunjukkan jumlah soal yang valid dan tidak valid.

Pada tabel tersebut, dapat diketahui ada 4 soal yang tidak valid dan 26 soal yang

valid. Selanjutnya untuk soal evaluasi siklus II dipilih 20 soal dari soal yang sudah

valid. Adapun hasil uji validitas dilampirkan pada halaman lampiran.

3.7.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Uji

reabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk menguji instrumen soal

yang nantinya akan digunakan dalam tes evaluasi setelah pembelajaran

43

dilaksanakan. Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu

menunjukkan konsistensi hasil pengukuranya yang diperlihatkan dalam taraf

ketepatan dan ketelitian hasil. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu

koefisien yang disebut koefisien reliabilitas (rtt). Untuk menentukan tingkat

reliabilitas dengan rtt = α yaitu menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas

No Koefisien Reliabilitas Kategori

1 ≤ 0, 7 Reliabilitas Rendah

2 0,7 << 0,8 Reliabilitas Sedang

3 0,8 < α ≤ 0,9 Reliabilitas bagus

4 α > 0,9 Reliabilitas memuaskan

Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,7. Reliabilitas

suatu instrumen dapat dihitung menggunakan bantuan Software SPSS 16.0 yaitu

dengan cara Analyze – Scale – Reliability Analysis ataukemudian untuk melihat

hasilnya apakah instrument reliabel atau tidak, dapat dilihat pada output hasil

penghitungan, apabila nilai alpha () kurang dari 0,7 maka instrumen tersebut

tidak reliabel. Adapun hasil reliabilitas pada soal evaluasi siklus I dan II

ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.8

Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus I

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.914 25

Tabel 3.9

Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus II

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.931 26

Berdasarkan tabel 3.7 katogeri koefisien reliabilitas di atas, maka reliabilitas

instrumen pada Tabel 3.8 Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus I dan Tabel 3.9

Hasil Reliabilitas instrument Siklus II berada pada kategori reliabilitas

44

memuaskan. Hal ini dilihat dengan hasil alpha yaitu 0.914 pada siklu I

sedangkan pada siklus II alpha sebesar 0,931. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa soal evaluasi yang akan digunakan sudah reliabel.

3.8 Indikator Kinerja

Tingkat keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan

adanya perubahan ke arah perbaikan hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran. Indikator tersebut adalah: Hasil belajar siswa dikatakan

berhasil apabila 85% dari 14 siswa telah berhasil mencapai standar Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 65.

3.9 Teknik dan Analisa Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan deskriptif

komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi

awal, nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes setelah siklus 2. Sedangkan

untuk data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif

berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap–tiap siklus. Analisis data

terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Menghitung ketuntasan belajar individu

Ketuntasan belajar siswa secara individual diperoleh setelah siswa

mengerjakan soal test evaluasi di mana siswa telah menerima

pembelajaran dengan menggunakan model PBL. Ketuntasan hasil

belajar siswa secara individual akan dianalisis secara deskriptif

prosentase yang dihitung dengan cara sebagai berikut.

Ketuntasan individual =

x100

2. Menghitung Ketuntasan belajar klasikal

Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dapat dilihat dari

seberapa banyak siswa yang tuntas dalam arti nilainya mencapai

KKM.Ketuntasan belajar klasikal siswa akan dipaparkan secara

deskriptif prosentase. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa

secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut.

Ketuntasan klasikal=

x100

45

Ketuntasan klasikal dilihat dari jumlah siswa yang mampu

menyelesaikan atau mencapai minimal dari nilai KKM yang ditetapkan

oleh sekolah yaitu 65, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang

ada di kelas tersebut.