Upload
buikien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
86
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Dengan metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
mengenai berbagai situasi, kondisi, fenomena dan realitas sosial dari objek
penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri,
karakter, sifat dan model tentang realitas tersebut (Bungin, 2008:68-69). Realitas
sosial yang dimaksud adalah keseluruhan penerapan program spiritual care yang
dilaksanakan di RSUD Al-Ihsan Baleendah, karena dalam salah satu program
tersebut terdapat layanan bimbingan rohani yang sangat potensial untuk
dikembangkan menjadi model bimbingan dan konseling islami di rumah sakit.
Realitas sosial ini akan diteliti secara mendalam mengenai konsep, kategori,
proposisi, latar belakang, pola kerja, dan penerapannya (Moleong, 2010:72-73),
sehingga ditemukan dasar-dasar teoritik untuk studi kearah pengembangan model
Bimbingan dan Konseling Islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
rawat inap di rumah sakit yang belum banyak berkembang di Indonesia hingga
saat ini.
Peneliti memiliki keyakinan penggunaan metode di atas akan relevan
karena memenuhi ciri-ciri umum penelitian deskriptif yaitu: memusatkan pada
pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang, data-data yang
dikumpulkan pertama-tama disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Selain itu
metode ini menyajikan langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan
86
87
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
informan, lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan
pola-pola nilai yang dihadapi, sehingga kenyataan-kenyataan baru yang
ditemukan di lapangan dengan berbagai kendala yang ditemukan dilapangan akan
dapat di atasi. Secara keseluruhan dengan metode deskriptif ini ditujukan untuk:
(1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
(2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang
dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang
akan datang (Rakhmat, 2005:24-25).
Sedangkan melalui pendekatan kualitatif diharapkan dapat melakukan
eksplorasi terhadap objek yang diteliti sehingga mendapat gambaran yang
mendalam terutama dapat mencari makna di balik perbuatan sehingga dapat
memahami masalah atau situasi secara lebih mendalam. Substansi dari data
kualitatif adalah makna dari setiap data yang dapat diungkapkannya, karena itu
pencarian dan pengejaran makna adalah merupakan essensi dari penelitian. Makna
dalam setiap data tersebar dari mulai yang konkrit sampai dengan yang abstrak.
Makna yang konkrit berkaitan dengan sikap dan perilaku serta tindakan individu
dan kelompok, sedangkan makna yang abstrak berkaitan dengan nilai kelompok
masyarakat hingga nilai sistem dunia. Makna yang berkaitan dengan sikap selalu
menuju abstrak, sedangkan makna yang berkaitan dengan perilaku selalu menuju
konkrit, yaitu berkaitan dengan tindakan yang harus dilakukan seseorang dalam
lingkungan sosialnya (Bungin, 2008:105).
88
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penelitian ini juga menggunakan metode kasus mengingat dalam
penelitian ini dikumpulkan bahan-bahan kasus dari pelaksanaan bimbingan
terhadap pasien yang dilakukan oleh RSUD melalui bidang keperawatan dengan
program bimbingan rohani. Dengan demikian studi kasus ini adalah kasus
kelembagaan yang ditulis sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran
yang jelas tentang proses bimbingan dan keadaan pasien berapapun jumlahnya
pada waktu penelitian untuk dijadikan dasar kajian selanjutnya. Tujuan dari
metode kasus ini untuk melaporkan data hasil proses penelitian yang obyektif
tentang masalah yang diteliti dilengkapi dengan kesimpulan secara deskriptif-
kualitatif. Ciri khas data kualitatif adalah mengeksplorasi dan menjelaskan kasus-
kasus tertentu terutama kasus yang kaya informasi (Patton, 2006:94), lebih
memungkinkan kasus mendalam dan komprehensif terutama kasus dari pasien
berkebutuhan khusus, dan kasus-kasus dalam bimbingan ibadah pokok. Data
kasus hanya berlaku untuk kasus tertentu dengan tidak bertujuan untuk
digeneralisasikan atau menguji hipotesis tertentu. (Bungin, 2008:104).
Sedangkan untuk melakukan studi ke arah pengembangan model yang dicari
dan dibutuhkan, penelitian ini juga menggunakan metode research and
development (penelitian dan pengembangan) sebagai metode bantu. Menurut
W.R. Borg dan M.D. Gall (2003:271) metode research and development adalah
sebagai: “... a process used to develop and validate educational product”.
Menurut Sugiyono (2011:297) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk
89
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Model Bimbingan dan Konseling
Islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap di rumah sakit.
Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan meliputi tahapan-
tahapan sebagai berikut : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)
desain produk, (4) validasi desain, (5) uji coba pemakaian, (6) revisi produk, (7)
uji coba produk, (8) revisi desain, (9) revisi produk, (10) produk masal
(Sugiyono,2011:298).
Dari sepuluh langkah tersebut dalam penelitian ini hanya mampu
dipergunakan sampai tahapan ke lima dan ke enam yaitu: (5) uji coba pemakaian,
(6) revisi produk, dengan uji coba tersebut bersifat uji coba model secara terbatas.
Karena itu pada tahap validasi penelitian ini dapat melakukan validasi internal
melalui expert judgement, kriteria konsep dan ekspektasi. Sedangkan pada tahap
validasi eksternal hanya mampu sampai pada tahap ujicoba model secara terbatas,
dan inilah salah satu kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini.
Ketidaksempurnaan dalam menerapkan langkah-langkah metode research and
development (R&D) di atas terutama karena beberapa alasan. Pertama, karena
keterbatasan waktu dan biaya penelitian yang tersedia meski peneliti juga telah
berusaha meminta perpanjangan waktu penelitian hingga awal bulan Mei tahun
2012. Kedua, Penelitian ini memang bukan murni penelitian dan pengembangan
sehingga tidak menggunakan metode R&D secara penuh, metode R&D hanya
sebagai metode bantu untuk melakukan studi ke arah pengembangan. Karena itu
penelitian ini lebih merupakan penelitian awal menemukan model dengan
melakukan studi eksplorasi terhadap sebuah program yang potensial untuk
90
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dikembangkan menjadi sebuah model,dan inilah yang dimaksud dalam anak judul
sebagai studi ke arah pengembangan model. Karena itu untuk sampai kepada
tahap pengembangan model ideal yang „power full‟ berikutnya masih diperlukan
penelitian tahap lanjutan terutama untuk melakukan uji efektifitas model secara
‘power full’. Ketiga, penegasan mengenai ketidaktunggalan metode penelitian
yang digunakan, sehingga ada mayor methode (metode deskriptif-kualitatif-studi
kasus) dan minor methode (penelitian dan pengembangan). Diharapkan dengan
dipergunakannya metode bantu ini, pendeskripsian tidak hanya berisi eksplorasi
dan pemaparan belaka melainkan mampu mendeskripsikan ke arah yang lebih
baik dalam rangka studi ke arah pengembangan model.
Adapun para ahli yang dilibatkan dalam uji validitas internal melalui expert
judgement meliputi : (1) Pakar Ilmu Dakwah dalam Bimbingan dan Konseling
Islam dan Perawatan Rohani Islam (warois), (2) Pakar Komunikasi dan
Komunikasi Konseling (3) Direktur atau Wakil Direktur RSUD Al-Ihsan, (4)
Kabag Keperawatan, (5) Kasubsi Kerohanian, (6) Penanggung Jawab Kerohanian
RSUD Al-Ihsan Baleendah.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Al-Ihsan Jl. Kiastramanggala
Baleendah Kabupaten Bandung. Dipilihnya RSUD Al-Ihsan sebagai lokasi
penelitian karena beberapa pertimbangan. Pertama: terdapat program spiritual
care, program ini pada dasarnya adalah program pemberian layanan bimbingan
kerohanian Islam kepada pasien rawat inap oleh pihak rumah sakit. Program
serupa ini di lingkungan RSUD Provinsi Jawa Barat pernah dikembangkan oleh
91
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemerintah provinsi Jawa Barat melalui program Perawatan Rohani Islam
(Warois) sejak tahun 2002 sampai tahun 2004 yang dibentuk melalui SK
Gubernur Jawa Barat tanggal 22 Juli No.451.05/Kep.755-Yansos/2002. Sejak
tahun 2004 sampai sekarang program tersebut berhenti dan tidak lagi
dikembangkan. Akan tetapi program spiritual care jika dibanding dengan
program warois memiliki beberapa perbedaan spesifik. Program warois
pelaksananya adalah murni pembimbing rohani non perawat yang di rekrut oleh
pemerintah daerah dan hanya di didik melalui pelatihan warois di provinsi selama
dua minggu. Otomatis pelaksananya tidak memiliki baik disiplin ilmu
keperawatan maupun ilmu bimbingan dan konseling, selain itu proses
pelaksanaannya dilakukan terpisah dengan asuhan keperawatan dan hanya
mengurus ibadah pasien. Program serupa juga terdapat di Rumah Sakit Al-Islam
(RSAI) Bandung dengan nama Keperawatan Spiritual yang lebih banyak kepada
pengkajian dari aspek keperawatannya. Sementara dalam program spiritual care
di RSUD Al-Ihsan selain dijalankan melalui asuhan keperawatan juga banyak
mengangkat aspek bimbingan dan konseling yang diintegrasikan kedalam
keperawatan, bahkan telah di buat Standar Pelayanan Publik Pelayanan
Bimbingan dan Konseling Kerohanian. (Lihat Lampiran 8 hal. 509-522).
Kedua: program bimbingan kerohanian dalam spiritual care di RSUD Al-
Ihsan Baleendah sangat potensial untuk dikembangkan menjadi model Bimbingan
dan Konseling Islami karena layanannya mengandung unsur dan bentuk
bimbingan dan konseling islami seperti: bimbingan tadzkirah, bimbingan ibadah,
bimbingan dzikir dan do’a, bimbingan pasien berkebutuhan khusus, konsultasi,
92
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
konseling, dan bina ruhiah. Meskipun pengampunya disampaikan oleh perawat
primer dan pembina rohani yang secara profesional tidak memiliki latar belakang
akademik bimbingan dan konseling.
Ketiga: dilihat dari perspektif model bimbingan dan konseling setting
lembaga kesehatan, dalam komponen program spiritual care di RSUD Al-Ihsan
ini, terdapat juga komponen-komponen model bimbingan dan konseling di
rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap. Komponen-
komponen model dalam program spiritual care tersebut yaitu : sejarah dan dasar
filosofis, visi, misi, tujuan dan manfaat, perawat dan pembina rohani, dan
pedoman pelayanan. Komponen-komponen ini sangat potensial untuk di kaji dan
dikembangkan menjadi model Bimbingan dan Konseling Islami yang tengah di
cari sebagai hasil penelitian. Hal-hal inilah yang menjadi dasar pemilihan lokasi
penelitian dan ketertarikan peneliti untuk mengamati dan mengungkap lebih jauh
konsep, latar belakang, pola kerja, metode dan penerapan program spiritual care
yang dilaksanakan di RSUD Al-Ihsan tersebut dari perspektif ilmu bimbingan dan
konseling.
C. Subyek penelitian
Dalam penelitian ini subyek primernya adalah para pasien rawat inap di
RSUD Al-Ihsan Baleendah Kabupaten Bandung. Banyaknya pasien tidak dapat
diprediksi, tergantung dari berapa pasien rawat inap yang tersedia, diberi layanan
spiritual care dan juga bersedia dijadikan responden. Karena itu penelitian ini
menggunakan studi kasus kelembagaan, sehingga berapapun jumlah pasien tidak
dijadikan ukuran. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa alasan mendasar.
93
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pertama: peneliti tidak dapat menentukan apalagi meminta berapa pasien yang
dapat dijadikan subyek penelitian. Kedua: tidak semua pasien rawat inap otomatis
masuk program spiritual care, karena porgram spiritual care belum diberikan
secara merata di semua bangsal dan ruang perawatan. Ketiga: meskipun pasien
berstatus rawat inap dan mendapat layanan program spiritual care, jika pasien
tidak bersedia dijadikan responden, keluarga tidak mengizinkan, dan dokter yang
menangani pasien juga tidak memberi izin kepada peneliti untuk dijadikan
responden, maka pasien tersebut tidak dapat dijadikan sebagai subyek penelitian.
Meskipun begitu untuk pasien rawat inap sebagai responden di rumah sakit
diharapkan mereka adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Beragama Islam.
2. Berstatus sebagai pasien rawat inap di rumah sakit minimal dua hari
sampai maksimal dua minggu atau lebih rentang waktu perawatan, atau
sesuai ketentuan yang diberikan oleh rumah sakit.
3. Berusia dewasa, dewasa lanjut, hingga lansia dan tidak pikun.
4. Memiliki kesadaran secara fisik dan dianggap membutuhkan layanan
spiritual.
5. Bertempat di ruangan yang diberi layanan spiritual care.
6. Bersedia menerima layanan kerohanian.
7. Mendapat izin dari dokter, keluarga, dan pasien sendiri untuk menghindari
kontra indikasi ketika dilakukan layanan dan dapat dijadikan responden.
Dari keseluruhan pasien yang dapat dijaring dengan kriteria di atas subyek
penelitian dari unsur pasien hanya berjumlah 8 orang. Subyek yang lain adalah
94
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keluarga pasien 7 orang, pembimbing rohani 3 orang, para perawat primer yang
telah mendapatkan pelatihan khusus Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 6
orang, direktur atau wakil direktur rumah sakit 1 orang, kepala bagian
keperawatan 1 orang , dan kasubsi kerohanian 1 orang .
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Definisi Operasional
a. Model Bimbingan dan Konseling Islami untuk Memenuhi Kebutuhan
Spiritual Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Model Bimbingan dan Konseling Islami disini adalah gambaran
kerangka kerja konseptual Bimbingan dan Konseling Islami yang
mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan layanan bimbingan dan konseling, khusus untuk
pasien rawat inap di rumah sakit untuk mencapai tujuan tertentu, tujuan
tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien rawat inap
muslim. Model ini berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling bagi pasien rawat
inap di rumah sakit. Model Bimbingan dan Konseling Islami ini adalah
model konseling yang dicari sebagai hasil akhir dalam penelitian ini.
Model Bimbingan dan Konseling Islami untuk Memenuhi Kebutuhan
Spiritual Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit ini adalah model yang akan
dihasilkan melalui dua kajian, yaitu kajian studi eksplorasi terhadap
program bimbingan rohani di lapangan yang menghasilkan model
eksisting, dan kajian pengembangan melalui perumusan model ideal
95
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
teoretis untuk mengkaji model eksisting agar menghasilkan model yang
layak untuk diterapkan. Perumusan model ideal teoretis didasarkan
kepada konsep Bimbingan dan Konseling Islami yang sudah ada dalam
ranah Ilmu Dakwah karena ilmu bimbingan dan konseling islami
merupakan sub disiplin Ilmu Dakwah.
Adapun penggunaan istilah Islami dalam Bimbingan dan Konseling
Islami di atas karena peneliti memandang model yang akan dihasilkan
sebagai sebuah disiplin keilmuan yang bersifat terbuka, akar
epistemologinya memiliki berbagai metodologi yang memang
memungkinkan untuk bersifat hybrid science sehingga dapat menerima
dan menyerap berbagai teori-teori mutakhir yang ada. Sehingga
penggunaan kata islami mencerminkan sifat dan tingkat disiplin ilmu
yang dihasilkan dari thurûq al-istidlãl dengan menggunakan metode
iqtibãs dan istiqrõ, yaitu dengan tidak menurunkan langsung teori-
teorinya dari ayat al-Qur’an, melainkan mengembangkan dasar teori yang
ada kemudian diperkuat dengan meminjam dari teori-teori yang sudah
mapan sejauh tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadits.
b. Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap
Adalah kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim meliputi: (a)
berbagai kebutuhan akan layanan bimbingan keagamaan, (b) kebutuhan
akan layanan konsultasi kerohanian dan konseling kerohanian (c)
kebutuhan akan layanan pembinaan kerohanian umumnya sesuai dengan
kebutuhan spiritual dilingkungan RSUD Al-Ihsan.
96
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen penelitian dirumuskan berdasarkan teori-teori yang
terkait dengan masalah kebutuhan spiritual pasien rawat inap di rumah sakit
untuk menemukan variabel-variabel atau sub variabel penelitian. Dari sini
dikembangkan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman
wawancara, panduan observasi, dan panduan menemukan dokumentasi yang
terkait dengan data penelitian yang di butuhkan. Bentuk kisi-kisi instrumen
penelitian dapat dilihat di bawah ini:
No Variabel Indikator Metode Sumber Data
1. Bimbingan
dan
Konseling
Islami
a. Bimbingan
1. Tadzkirah
2. Ibadah
3. Dzikir dan Doa
4. Pasien
berkebutuhan
khusus
a. Sakaratul
maut
b. Berkebutuhan
khusus lainnya
5. Pemulasaran
jenazah
b. Konsultasi dan
Konseling Keruhanian
c. Bina Ruhiah
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumenta
si
a. Pendiri
b. Pembina
Ruhani
c. Perawat
primer
d. Pasien
e. Keluarga
pasien
2. Kebutuhan
Spiritual
Pasien Rawat
Inap Muslim
a. Bentuk kebutuhan
spiritual
1. Bimbingan
2. Konsultasi dan
Konseling
3. Bina Ruhaniah
b. Pemenuhan kebutuhan
spiritual
c. Hasil bimbingan dan
konseling untuk
memenuhi kebutuhan
spiritual
1. Pasien
2. Keluarga pasien
a. Observasi
b. Wawancara
a. Pasien
b. Keluarga
pasien
c. Perawat dan
Pembimbing
Rohani
97
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Perawat dan
Pembina Rohani
(Dasar perumusan kisi-kisi instrumen penelitian selanjutnya dapat dilihat dalam
lampiran 1 hal.265-270).
3. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena peneliti
merupakan pengamat penuh dan berperan serta dalam dalam penelitian.
Posisi peneliti dalam penelitian kualitatif memang rumit, karena selain
sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisi dan penafsir
data, hingga akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Karena itu posisi
sentral peneliti sebagai instrumen utama penelitian sangat sulit digantikan.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi observasi, wawancara, dan penggunaan bahan dokumen.
a. Observasi
Penelitian ini menggunakan observasi partisipasi (Bungin,
2008:116), dipilihnya model observasi ini karena peneliti dapat
mengamati dan terlibat langsung dalam aktifitas kehidupan obyek
pengamatan yaitu keseluruhan proses layanan bimbingan kerohanian
Islam dalam program spiritual care di RSUD Al-Ihsan. Selain itu alasan
observasi partisipasi di pilih karena observasi ini : (1) mengutamakan
pengamatan dan pengalaman langsung, dimana pengalaman langsung
merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran, (2)
memungkinkan peneliti melihat, mengamati dan merasakan sendiri
98
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemudian mencacat perilaku dan kejadiannya sendiri sebagaimana yang
terjadi dengan keadaan yang sebenarnya sehingga memperkecil
terjadinya data-data yang keliru (bias), (3) memberi kesempatan kepada
peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan
pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh
dari data, (4) melalui teknik ini memungkinkan peneliti mampu
memahami situasi-situasi yang rumit yang dapat terjadi karena peneliti
ingin juga memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus, (5) dengan
teknik ini dapat menjadi alat yang ampuh untuk masuk dan memahami
situasi-situasi rumit dan untuk perilaku-perilaku khusus yang komplek
dari obyek penelitian, (6) dengan teknik ini diharap dapat
mengoptimalkan kemampuan peneliti dari sisi motif, kepercayaan,
perhatian, perilaku tak sadar dan kebiasaan serta melihat dunia
sebagaimana yang dilihat oleh subyek penelitian, (7) memungkinkan
peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga
memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data dalam membangun
pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihak
peneliti maupun dari pihak subyek (Moleong, 2010: 175).
Meskipun begitu terdapat beberapa kelemahan dari teknik
observasi partisipasi yang dipergunakan ini yaitu : (1) terdapat
keterbatasan peneliti dalam melakukan pengamatan karena persoalan
kedudukan dalam kelompok yang diamati dan hubungan dengan dengan
anggota atau subyek penelitian, (2) sering terjadi kesulitan memisahkan
99
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diri walaupun hanya sesaat untuk membuat catatan hasil pengamatan, (3)
hasil observasi dapat berupa sejumlah besar data yang tidak mudah dan
memerlukan waktu untuk menganalisanya, (4) dalam situasi-situasi
tertentu cenderung melakukan pengamatan yang tidak sistematis.
Untuk mengatasi berbagai kesulitan-kesulitan tersebut peneliti
berusaha mengatasinya dengan beberapa langkah yaitu : (1) berusaha
melakukan pendekatan-pendekatan informal dan melakukan komunikasi
dengan kelompok dan para anggota termasuk dengan pasien yang akan
diobservasi sehingga terjalin keakraban, diharapkan dengan cara ini
memperkecil jarak dan ruang antara peneliti dengan subyek penelitian,
(2) kesulitan membuat catatan pada saat-saat penting kiranya dapat
dikurangi dengan bantuan alat alat-alat bantu perekam suara (recorder)
yang fleksibel, simple dan tidak mengganggu seperti digital voice
recorder yang dapat dipasang dengan mudah dimana-mana atau kamera
digital tanpa mengganggu proses pengamatan, (3) untuk mengurangi
beban analisis data yang tertumpuk peneliti bekerja keras untuk tidak
menyimpan dan membiarkan data dalam jumlah yang banyak dan dalam
waktu yang lama, artinya data yang didapat saat itu diusahakan dapat
dianalisis segera, (4) untuk mengamati kejadian pengamatan yang tidak
sistematis peneliti berusaha melakukan recovery chronology kejadian
segera setelah pengamatan selesai. Dengan teknik ini diharapkan
berbagai peristiwa atau kejadian tersebut masih segar tersimpan dalam
memori sehingga masih mudah untuk diingat.
100
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penggunaan teknik observasi pastisipasi ini terutama untuk
memperoleh data mengenai proses pelaksanaan bimbingan kerohanian
sebagai unit analisis yaitu kegiatan: bimbingan tadzkirah, bimbingan
ibadah, bimbingan dzikir dan do’a, bimbingan pasien berkebutuhan
khusus, konsultasi, konseling, dan bina ruhiah. Observasi dilakukan
secara berulang dengan cara mengikuti kegiatan layanan bimbingan
kerohanian yang diberikan tiga kali dalam seminggu terhadap pasien
rawat inap. Data-data yang diperoleh ini kemudian dianalisis dengan cara
induktif melalui kegiatan unitising dan categorising.
Adapun sumber data yang dapat dijaring dengan observasi
partisipasi dalam penelitian ini berasal dari tiga bagian penting yaitu : (1)
Place, yaitu tempat dimana layanan Bimbingan dan Konseling Islam
untuk pasien rawat inap berlangsung, (2) Actor, yaitu pelaku atau orang-
orang yang terlibat dalam aktifitas layanan sebagai sumber data, (3)
Activity, yaitu kegiatan layanan yang dilakukan oleh sumber data.
1) Place (tempat).
Adalah tempat yang peneliti amati langsung dimana terjadi layanan
bimbingan kerohanian untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
rawat inap di RSUD Al-Ihsan. Tempat-tempat tersebut adalah:
a) Ruang rawat inap VIP.
b) Ruang Asal Zumar.
c) Ruang Zaitun.
d) Ruang IGD.
101
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
e) Ruang ICU.
2) Actor (pelaku)
a) Petugas bimbingan rohani.
b) Para perawat primer.
c) Pasien rawat Inap.
d) Keluarga Pasien.
e) Pengunjung.
3) Activity (Kegiatan)
a) Bimbingan, meliputi :
(1) Bimbingan Tadzkirah.
(2) Bimbingan Ibadah.
(3) Bimbingan Dzikir dan Do’a.
(4) Bimbingan Pasien Berkebutuhan Khusus.
(5) Layanan Pemulasaraan Jenazah.
b) Layanan Konsultasi dan Konseling Rohani.
c) Bina Ruhiah.
(Panduan Observasi dan hasil dilihat dalam Lampiran 2 hal. 271-293).
b. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam (in-depth interview), wawancara terstruktur, dan
wawancara tidak terstruktur. Digunakannya wawancara ini karena
peneliti ingin memperoleh keterangan-keterangan yang dibutuhkan
dalam penelitian secara langsung dengan cara tanya jawab sambil
102
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara terlibat
dalam kehidupan sosial informan, bersama-sama dengan informan di
lokasi penelitian (Bungin, 2008:108). Selain itu alasan di gunakannya
teknik wawancara ini terutama untuk menjaring dan mendapat
informasi mendalam (in-depth information) yang tidak terjaring dengan
observasi.
Adapun pendekatan yang digunakan meliputi tiga jenis yaitu : (1)
pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara secara tertulis, (2)
wawancara baku terbuka dan (3) teknik pembicaraan informal dalam
berbagai kesempatan yang memungkinkan suasana biasa, wajar dengan
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban berjalan seperti pembicaraan biasa.
(Moleong, 2010:187).
Keseluruhan wawancara dilakukan dilingkungan RSUD Al-Ihsan
Baleendah, data-data yang diperoleh dari hasil wawancara yaitu berupa:
gambaran umum RSUD Al-Ihsan, sejarah dan latar belakang program
pelayanan bimbingan rohani, konsep dan program kerja, jenis layanan
yang diberikan kepada pasien rawat inap, metode dan teknik yang
digunakan dalam layanan bimbingan rohani, pandangan perawat
mengenai bimbingan dan konseling terhadap pasien, gambaran umum
mengenai kondisi kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim,
hambatan yang dihadapi dalam memberikan layanan bimbingan rohani,
dan hasil yang dicapai dalam layanan bimbingan rohani. Subyek yang
103
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diwawancarai sebagai sumber data meliputi: direktur/wakil direktur
rumah sakit, kepala bagian keperawatan, kasubag kerohanian, perawat
primer, petugas bimbingan rohani, pasien, dan keluarga pasien.
Salah satu kelemahan data yang diperoleh melalui teknik
wawancara adalah adanya kemungkinan ketidak jujuran responden dalam
memberikan jawaban. Karena itu sebagai cara untuk mengatasi
kelemahan ini peneliti berusaha melakukan triangulasi dengan
melakukan cross check informasi bersama teknik lainnya yaitu observasi
dan mengecek ulang informasi yang disampaikan baik kembali kepada
responden maupun sumber pembanding lainnya.
(Pedoman Wawancara selanjutnya dapat dilihat dalam Lampiran 3 hal.
294-296).
c. Dokumentasi
Bahan dokumen dalam penelitian ini bukanlah literatur yang
dipublikasikan melainkan bahan yang didokumentasikan di RSUD Al-
Ihsan yang terkait dengan layanan bimbingan rohani. Bahan dokumen
ini terdiri dari kumpulan dokumentasi mengenai layanan bimbingan
rohani, Prosedur Tetap (Protap) dalam layanan bimbingan kerohanian,
berbagai dokumen Pelatihan Perawatan Rohani bagi para perawat,
daftar rekam kegiatan layanan bimbingan rohani oleh perawat, dan
catatan pribadi dari para petugas layanan bimbingan rohani. Bahan
dokumen ini bersifat terbuka tetapi terbatas dan tidak untuk umum,
karena itu penggunaannya haruslah mendapat izin dari institusi atau
pribadi yang memiliki bahan tersebut.
104
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Digunakannya bahan dokumen karena akan bermanfaat bagi
analisis data yang membutuhkan dukungan informasi dari bahan
dokumen di masa lalu sehingga dapat menjelaskan keterkaitan obyek-
obyek yang di analisis satu dengan lainnya. Adapun kriteria
penggunaan bahan dokumen dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa hal yaitu : (1) kualitas bahan dokumen, yaitu apakah dokumen
tersebut mengandung informasi yang jujur atau tidak, menjelaskan
kaitan-kaitan masa lalu atau adakah mengandung manfaat bagi analisis
data lain, (2) bahan dokumen membantu kategorisasi dokumen yang
dibutuhkan peneliti, sehingga memudahkan perlakuan analisis dan
pembahasan, (3) dokumen merupakan sumber yang jelas dan akurat
serta original. (Panduan Dokumentasi lihat lampiran 8 hal. 386)
E. Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga aspek
yaitu: (1) uji credibility, untuk menguji validitas internal atau aspek nilai
kebenaran (2) uji dependability, untuk reliabilitas atau konsistensi, dan uji (3)
uji confirmability untuk obyektifitas.
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
dalam penelitian ini antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, menggunakan bahan
referensi, melakukan membercheck.
105
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Perpanjangan Pengamatan.
Perpanjangan pengamatan dalam mengungkap apa yang telah peneliti
dapatkan di RSUD Al-Ihsan Bandung dilakukan karena dalam
pelaksanakannya peneliti mendapatkan perkembangan terbaru diluar
asumsi-asumsi dasar yang telah dibangun sebelumnya. Kondisi ini
membutuhkan waktu untuk mengetahui lebih jauh baik terhadap data
yang telah didapat maupun terhadap hal-hal baru yang muncul
dilapangan untuk menemukan keadaan yang sebenarnya. Perpanjangan
pengamatan dilakukan baik dari segi durasi pengamatan maupun dari
lamanya pengamatan. Dari lamanya pengamatan peneliti meminta
perpanjangan pengamatan dan penelitian hingga akhir bulan Mei 2012
yang kemudian segera diakhiri karena masa studi peneliti sudah habis.
Sedangkan dari segi durasi dalam setiap pengamatan terhadap subyek
dan proses layanan peneliti meminta perpanjangan waktu mengamati
setiap layanan dan sesudah layanan meskipun pada aspek ini terdapat
kendala. Kendala tersebut terutama menyangkut kedalaman dan tingkat
kelengkapan data yang sangat sulit di dapat dari pasien rawat inap yang
tinggal hanya dalam waktu relatif singkat apalagi tidak mudah untuk di
observasi, di ambil gambar baik foto maupun video, termasuk di
wawancarai secara mendalam karena terikat oleh berbagai kode etik
dan protokol medis.
106
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Meningkatkan Ketekunan.
Meningkatkan ketekunan dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti melakukan
pengecekan kembali apakah data yang ditemukan dalam observasi dan
wawancara selama penelitian di RSUD Al-Ihsan itu salah atau benar,
apakah kronologinya sudah tepat dan memberikan deskripsi data
dengan akurat. Dengan cara ini peneliti menemukan kepastian dan
urutan peristiwa dapat diketahui secara sistematis.
c. Triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dalam tiga
cara yaitu: (1) triangulasi sumber, (2) triangulasi teknik, dan (3)
triangulasi waktu. Triangulasi sumber untuk mendapatkan pemahaman
yang utuh tentang data-data pelaksanaan berbagai layanan bimbingan,
konsultasi dan konseling serta bina ruhiah terhadap seluruh komponen
kegiatan dalam program spiritual care di RSUD Al-Ihsan. Triangulasi
sumber terutama dilakukan kepada pembina ruhani, perawat primer,
pasien dan keluarga, dan bidang keperawatan sebagai sumber-sumber
data utama penelitian. Triangulasi teknik juga digunakan juga terutama
kepada sumber data yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda.
Sedangkan triangulasi waktu juga menjadi hal penting bagi peneliti
untuk menjadikan data ini lebih valid dengan mengikuti aktifitas
107
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
layanan bimbingan kerohanian untuk memenuhi kebutuhan spiritual
pasien rawat inap pada waktu-waktu yang berbeda.
d. Menggunakan Bahan Referensi.
Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah data-data
pendukung lain yang dapat menunjang data yang telah ditemukan oleh
peneliti. Misalnya, rekaman kegiatan salah satu layanan yang didapat
didukung oleh foto-foto. Kegiatan wawancara di didukung oleh
rekaman audio, dan lain-lain bahan sebagai daya dukung untuk
otentisitas data layanan kegiatan bimbingan kerohanian di RSUD Al-
Ihsan Bandung.
e. Mengadakan Member Check
Mengadakan member check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data dan informasi. Tujuannya
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data dan informasi yang telah
ditemukan susuai dengan apa yang diberikan kemudian disepakati oleh
para pemberi data. Jika dua hal ini terpenuhi berarti datanya valid
sehingga dapat dipercaya. Dengan demikian apapun data yang didapat
baik dengan observasi, wawancara, maupun dokumentasi selama
penelitian lalu peneliti mendeskripsikannya ke dalam tulisan, peneliti
diskusikan untuk mendapatkan masukan dari pemberi data sebenarnya
sesuai dengan kehendak pelaku yang menjadi informan di RSUD Al-
Ihsan Bandung.
108
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Pengujian Dependability.
Pengujian dependability adalah untuk reliabilitas atau konsistensi
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Audit sebaiknya dilakukan oleh auditor yang independen
atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam
melakukan penelitian. Aspek-aspek penting audit ini dilakukan dari
mulai peneliti menentukan masalah, fokus penelitian, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data,
melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus
dapat ditunjukan oleh peneliti. Proses audit ini telah mendapat perhatian
khusus terutama dari promotor dan pembimbing yang dengan intens
terus melihat perkembangan penelitian ini. Berdasarkan masukan dan
diskusi yang panjang tersebut menjadikan peneliti yakin bahwa
bimbingan dan konseling Islam untuk memenuhi kebutuhan spiritual
pasien rawat inap di RSUD Al-Ihsan Bandung kelak di kemudian hari
bisa menjadi model dan acuan dalam memberikan bentuk dan layanan
terhadap para pasien rawat inap tersebut.
3. Pengujian Confirmability.
Pengujian confirmability terutama untuk menentukan obyektifitas
penelitian. Penelitian mengenai model bimbingan dan konseling Islam
untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap di RSUD Al-
Ihsan dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak
orang. Dalam penelitian ini, uji konfirmability mirip dengan uji
109
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersama.
Dalam proses ini peneliti meminta beberapa pakar untuk memberikan
komentar agar masukan dan sarannya dapat mempertajam hasil
penelitian ini. Peneliti dalam hal ini mengajukan kepada tiga komponen
terkait untuk memberikan kesepakatan tersebut. Pertama adalah
promotor, ko-promotor, dan anggota sebagai bagian terpenting dalam
proses penelitian ini, dan dalam proses ini peneliti mendapatkan
masukan yang sangat mengayakan hasil penelitian tersebut. Hal ini
dapat dibuktikan dengan keseriusan mereka dalam memberikan arahan
yang terus menerus sehingga menemukan polanya yang utuh. Kedua,
ahli dibidang kajian tersebut. Peneliti selama ini tekun berkonsultasi
kepada Dr.K.H. Syukriadi Sambas, M.Si pakar Ilmu Dakwah dalam
Bimbingan dan Konseling Islam dan Keperawatan Rohani Islam
Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati
(SGD) Bandung untuk memberikan masukan terhadap disertasi yang
ditulis peneliti. Banyak masukan berharga yang diberikan kepada
penulis tentang penelitian ini. Ketiga, teman sejawat. Penulis
melakukan cek ulang secara terus-menerus dengan melakukan diskusi
yang panjang setiap saat bersama para perawat, dan staf kerohanian di
RSUD Al-Ihsan. Hasil ini dalam penelitian kualitatif disebut dengan
debriefing atau meminta komentar secara intens untuk mendapatkan
masukan dari sana-sini. (Contoh masukan dan kritikan tersebut dapat
dilihat dalam Lampiran 8 hal. 520-522).
110
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
F. Tahapan Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan yaitu:
(1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap penemuan model eksisting, (3) studi ke
arah pengembangan model, (4) perumusan hasil penelitian. Uraian ke empat
tahapan penelitian tersebut seperti di bawah ini:
1. Tahap studi pendahuluan.
Tahap ini meliputi studi literatur atau pra lapangan dan studi
pendahuluan di lapangan. Studi literatur ini terutama mengenai isu
problematika pemenuhan kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim di
rumah sakit dan mencari bagaimana proses pemenuhannya oleh pihak
rumah sakit dilanjutkan dengan penyusunan rancangan penelitian. Pada
tahap ini peneliti mulai menyusun proposal penelitian kemudian diajukan
kepada Program Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling untuk dapat
diseminarkan. Setelah dinyatakan layak dan disetujui oleh Prodi dengan
dilengkapi berbagai perbaikan dan masukan, kemudian diajukan kepada
bagian akademik untuk diteruskan kepada Direktur Program Studi Pasca
Sarjana. Selanjutnya ditetapkanlah Promotor, Ko-Promotor, dan Anggota
sebagai pembimbing yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Nomor:2854/H40.7/PL/2009 tanggal 22 Oktober 2009. Langkah selanjutnya
peneliti memohon kepada Direktur Pasca Sarjana untuk memberikan Surat
Izin Penelitian yang ditujukan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Al-Ihsan Baleendah. Setelah mendapatkan jawaban dan izin dari
111
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pihak rumah sakit barulah peneliti terjun ke lapangan di mulai sejak bulan
Maret 2010 melakukan tahapan-tahapan awal penelitian dengan melakukan
orientasi dan pengenalan lapangan, memastikan adanya program pemenuhan
kebutuhan spiritual bagi pasien, memilih dan menetapkan sumber informasi,
mempersiapkan berbagai instrumen yang dibutuhkan, dan memahami etika
yang berkembang dilapangan penelitian. Selanjutnya peneliti
mempersiapkan segala kebutuhan baik secara fisik maupun non fisik untuk
memasuki tahapan studi pendahuluan di lapangan.
2. Tahap penemuan dan perumusan model eksisting.
Tahapan ini adalah tahapan memulai pekerjaan lapangan. Pada tahap ini
peneliti berusaha untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai berbagai
situasi, kondisi, fenomena dan realitas sosial dari objek penelitian yaitu
keseluruhan penerapan program spiritual care yang dilaksanakan di RSUD
Al-Ihsan Baleendah. Dalam program tersebut terdapat layanan bimbingan
rohani Islam yang sangat potensial untuk dieksplorasi dan dikembangkan
menjadi model bimbingan dan konseling islami di rumah sakit. Potensialitas
ini terutama dapat dilihat dari segi konsep, latar belakang, pola kerja,
metode dan teknik dalam layanan. Jika dilihat dari perspektif model, dalam
layanan bimbingan rohani Islam pada program spiritual care di RSUD Al-
Ihsan Baleendah ini juga terdapat beberapa unsur model. Unsur-unsur
model tersebut diantaranya yaitu dasar filosofis, visi misi dan tujuan,
pedoman pelayanan, bentuk layanan, dan lain-lain.
112
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Karena itu dalam perspektif peneliti layanan bimbingan rohani Islam ini
ibarat sebuah model eksisting yaitu sebuah model layanan Bimbingan dan
Konseling Islami yang ada dan tengah berlangsung saat ini dimana
komponen-komponen sebuah model Bimbingan dan Konseling Islami
terdapat di dalamnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya sehingga
menarik untuk di gali dan diteliti dan sangat potensial untuk dikembangkan.
Selanjutnya model eksisting ini akan di kaji secara kritis teoretis dan
mendalam dari berbagai perspektif. Secara keseluruhan target dari tahap ke
dua ini adalah dapat merumuskan dan menemukan model eksisting
mengenai layanan Bimbingan dan Konseling Islami untuk memenuhi
kebutuhan spiritual pasien rawat inap muslim di RSUD Al-Ihsan. Tahap ini
memerlukan waktu yang sangat lama karena program spiritual care sendiri
baru efektif diterapkan awal 2010 sehingga peneliti harus mengikuti
penerapannya hingga awal tahun 2012.
3. Tahap studi ke arah pengembangan model.
Pada tahap ini peneliti mulai menerapkan bagian tahapan dari metode
research and development yaitu tahapan: (1) menemukan potensi masalah,
(2) mengumpulkan data, (3) mendesain produk, (4) validasi desain, (5) uji
coba pemakaian, (6) revisi produk.
Tahap pertama menemukan potensi masalah, yaitu ditemukannya
potensi masalah pada model eksisting. Pada model eksisting ini terdapat
berbagai layanan bimbingan dan konseling islami untuk pasien rawat inap
akan tetapi disampaikan melalui layanan asuhan keperawatan spiritual
113
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan profesional pengampunya pun bukan konselor yang menurut peneliti
dianggap kurang tepat. Sebab kebutuhan spiritual adalah merupakan
kebutuhan yang khas dan mandiri yang tidak akan terpenuhi hanya melalui
asuhan keperawatan biasa, melainkan harus disampaikan melalui layanan
bimbingan dan konseling yang holistik-komprehensif, terfokus, berorientasi
kepada pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yaitu melalui layanan
Bimbingan dan konseling Islami.
Tahap ke dua adalah bagaimana mengumpulkan data untuk merumuskan
komponen-komponen model ideal teoretis bimbingan dan konseling islami
sebagai dasar rujukan untuk mengkaji model eksisting. Upaya ini dilakukan
dengan dua langkah yaitu: pertama, merumuskan dasar konseptual model
bimbingan dan konseling islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
di rumah sakit melalui kajian kritis teoretis multiperspektif yaitu perpsektif
bimbingan dan konseling islami berbasis Ilmu Dakwah, perspektif
bimbingan dan konseling di rumah sakit, serta kajian kritis dari disiplin ilmu
terkait yaitu Ilmu Ushul fiqh dan Ilmu Fiqh terutama Fiqh li Al-Maridh
(fiqh bagi orang sakit). Target dari tahap ini adalah terumuskannya acuan
model ideal teoretis bimbingan dan konseling Islami. Disebut model ideal
teoritis karena model ini berfungsi sebagai kerangka acuan ideal teoretis
untuk mengkritisi model eksisting yang telah ditemukan pada tahapan
sebelumnya. Kedua mengkaji secara kritis model eksisting oleh model ideal
teoretis untuk melihat kelebihan dan kekurangannya sehingga menghasilkan
desain awal produk penelitian.
114
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahapan ketiga, adalah menghasilkan desain produk model bimbingan
dan konseling islami untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien rawat inap
untuk dikaji dan divalidasi. Desain produk ini adalah desain model
Bimbingan dan Konseling Islami yang dihasilkan dari kajian kritis terhadap
model eksisting oleh model ideal teoretis sebagai kerangka acuan
pengkajian.
Tahap ke empat, validasi desain model bimbingan dan konseling islami
dan merupakan validasi internal dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) expert
judgement, (b) kriteria konsep dan ekspektasi. Pada tahap expert judgement
ahli yang dilibatkan meliputi : (1) Pakar Ilmu Dakwah dalam Bimbingan
dan Konseling Islam dan Perawatan Rohani Islam (warois), (2) Pakar
Komunikasi dan Komunikasi Konseling (3) Wakil Direktur RSUD Al-
Ihsan, (4) Kabag Keperawatan, (5) Kasubsi Kerohanian, (5) Penanggung
Jawab Kerohanian RSUD Al-Ihsan Baleendah. Sedangkan kriteria konsep
dan ekspektasi adalah validasi model dengan merujuk kepada konsep pokok
yaitu konsep bimbingan dan konseling dan mengukur ekspektasi model.
Tahap ke lima, adalah tahap uji coba pemakaian secara terbatas
sebagai uji validasi eksternal. Dalam uji coba pemakaian terbatas ini hanya
dapat diterapkan dua model yaitu model Bimbingan ibadah meliputi : (a)
bimbingan tayamum, (b) bimbingan shalat, (c) bimbingan tadzkirah, (d)
bimbingan doa, (e) bimbingan dan konseling talqin. (2) Bimbingan bina
ruhiah untuk keluarga pasien.
115
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahap ke enam, adalah tahap revisi produk dilakukan setelah melihat
berbagai masukan dari hasil uji coba pemakaian secara terbatas.
4. Tahapan terakhir dari keseluruhan penelitian ini adalah perumusan hasil
yaitu tahapan merumuskan feasible model, sebagai model yang layak dan
dapat diterapkan produk dari penelitian yang kemudian dituangkan dalam
laporan penelitian. Sebagai gambaran dari tahapan penelitian di atas dapat
dilihat di bawah ini:
116
Isep Zaenal Arifin, 2013 Model Bimbingan Dan Konseling Islami Untuk Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.1: Skema Alur dan Tahapan Penelitian
Tahap I Tahap II Tahap III
Studi
Pendahuluan:
a. Studi
Literatur
b. Studi
Pendahuluan
di Lapangan
Penemuan dan
Perumusan
Model Eksisting
Studi Ke Arah
Pengembangan
Model:
Tahap R&D:
1. Penemuan Potensi
Masalah
2. Pengumpulan
Data
a. Pengumpulan
Data Untuk
Merumusan
Model Ideal-
Teoretis
b. Pengkajian
Kritis Model
Eksisting oleh
Model Ideal
Teoretis
3. Menghasilkan
Desain Produk
4. Validasi Produk
a. Expert
Judgement
b. Kriteria
konsep dan
Ekspektasi.
5. Uji Coba Produk
secara terbatas.
6. Revisi Produk.
Perumusan Hasil Penelitian:
1. Perumusan Feasible Model sebagai hasil
penelitian.
2. Penulisan Laporan Penelitian
Tahap IV