Upload
reza-prasetyo
View
76
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kerja Praktek
Citation preview
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Keberhasilan dari suatu proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh
metode pelaksanaan yang digunakan dilapangan. Metode pelaksanaan
yang akan dipakai harus direncanakan sebaik mungkin agar pekerjaan di
lapangan dapat dilakukan dengan mudah dan lancar. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan metode pelaksanaan yang akan dipakai di
lapangan, antara lain jumlah alat berat yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan dilapangan, jumlah tenaga kerja yang ahli, lahan proyek,
lokasi proyek, dan masih banyak faktor lainnya.
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, metode yang digunakan adalah
pengamatan langsung di lapangan, peninjauan dan pengumpulan data
proyek baik yang bersifat teknis maupun yang bersifat administratif.
Sehubungan dengan itu untuk data-data lainnya yang diperlukan dalam
penyusunan laporan ini kami melakukan pendekatan dan wawancara
dengan berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan Proyek
Pembangunan Liquified Petroleum Gas (LPG) Terminal Makassar.
Pada penyusunan laporan kerja praktek yang kami buat, dibatasi
pada metode penimbunan dan pemadatan tanah. Adapun tahapan
pelaksanaan pekerjaan yang diamati adalah mulai dari tahap persiapan
lokasi sampai proses pemadatan tanah dengan menggunakan alat berat.
22
3.2 Tinjauan Umum Konstruksi
Proses pemadatan untuk tanah timbunan merupakan proses yang
sangat penting dalam suatu konstruksi. Pada proses pemadatan ini hasil
akhir sangat menentukan kualitas konstruksi, dari sinilah umur konstruksi
bangunan ditentukan dan hasil pemadatan yang baik akan menghemat
biaya konstruksi diatasnya. Hasil pemadatan sangat ditentukan oleh
macam material yang dipakai sebagai bahan timbunan, tata cara (prosedur)
pemadatan dan alat pemadat yang digunakan
Proyek ini dilaksanakan di atas tanah bekas tambak ikan, sehingga
memiliki kadar air yang cukup tinggi. Kondisi tanah bawah permukaan,
dimana lapisan tanah permukaan sampai kedalaman 2.5 - 3.0 m adalah
lempung lunak bercampur kulit kerang dan humus, yang nilai N-SPT nya
lebih kecil dari 1. 2
Untuk menahan beban vertikal, lapisan batu pasir tersebut kuat
sekali, tetapi untuk menahan beban horizontal harus dipakai pondasi
dalam, untuk dapat mempunyai tahanan tarik yang cukup besar, selain
daya dukung tekan yang besar.
Untuk bahan material tanah yang digunakan di ambil dari lokasi
pabrik Semen Bosowa di Maros, serta harus memenuhi spesifikasi yang
diuraikan pada sub bab ini. Spesifikasi tanah merujuk pada Standar
Nasional Indonesia (SNI).
3.3 Spesifikasi Tanah Asli dan Timbunan
a) Dari hasil pengujian contoh tanah asli diketahui tanah merupakan
jenis tanah lempung berpasir dengan index dan engineering properties
2Vol. 4 Buku 1. Laporan survey topografi bathimetri dan oceonagrafi terminal LPG 23
sebagai berikut :
Determination of dry density & moisture;
Kadar air 83.991%
Berat isi kering (γn ) 1.497 gr/cm3
Berat isi basah (γw ) 0.827 gr/cm3
Angka pori (e) 2.1545
Porositas (a) 0.676
Derajat kejenuhan (Sr) 99.15%
Specific Gravity (Gs) 2.55
Atterberg Limits
Batas cair (LL) 97.22 %
Batas plastis (PL) 30.76 %
Indeks plastis (IP) 66.46%
Grain Size
Kerikil 0 %
Pasir 13.97 %
Lempung 45%
Lanau 40.365%
Persentasi lolos saringan no.200 sebanyak 86.03 %
Triaxial Unconsolidated Undrained
Sudut geser (Ф) 3.87o
Kohesi (C) 0.0325 kg/cm2
Permeabilitas tanah 4.69 x 10-7 cm/sec
Konsolidasi tanah
24
Harga indek kompresi (Cc) 0.87
Koefisien Konsolidasi (Cv) 7.8 x 10-4
b) Spesifikasi Tanah timbunan yang digunakan :
Determination of dry density & moisture;
Kadar air 25.40%
Berat isi kering (γn ) 1.22 gr/cm3
Berat isi basah (γw ) 1.52 gr/cm3
Angka pori (e) 1.162
Porositas (a) 0.54
Derajat kejenuhan (Sr) 57.46%
Specific Gravity (Gs) 2.63
Atterberg Limits
Batas cair (LL) 48.42 %
Batas plastis (PL) 31.58 %
Indeks plastis (IP) 16.84%
Grain Size
Kerikil 0.20 %
Pasir 2.38 %
Lempung 46.31%
Lanau 51.11%
Persentasi lolos saringan no.200 sebanyak 55.11 %
Permeabilitas tanah 4.62 x 10-4 cm/sec
25
c) Geometri Lokasi Timbunan
Gambar 3.1 Site Plan Terminal LPG Bosowa
Luas areal timbunan sebesar 16 Ha dengan elevasi +5.00
dari permukaan air laut. Lokasi timbunan terbagi atas dua yakni
sperichal area dan building area. Sperichal area merupakan lokasi
pembangunan tangki LPG yang merupakan tempat penyimpanan Liquid
gas yang dipompa dari kapal tangker. Tangki tersebut di konstruksi
dengan pondasi tiang pancang sehingga kepadatan dari timbunan
diperhitungkan cukup untuk menahan alat-alat berat yang bekerja di
atasnya. Berbeda dengan Building area yang merupakan lokasi untuk
konstruksi gedung perkantoran dan metering truck loading, sehingga
diperlukan pemadatan tanah yang optimal.
3.4 Pekerjaan Tanah Timbunan
26
3.4.1 Uraian Umum
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengakutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, serta segala yang diperlukan untuk membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis kelandaian dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam seksi ini harus dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan
timbunan pilihan di atas tanah rawa
Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi
daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan
dengan cara yang diatur dalam spesfikasi ini.
3.4.2 Toleransi Dimensi
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih
tinggi atau rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.3
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata
dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10
cm dari garus profil yang ditentukan.
d) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat
lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10
cm. 3
3Rencana Kerja dan Syarat Pemadatan Tanah 27
3.4.3 Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
a) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir
Tanah Dengan Alat Hidrometer
b) SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas cair dengan Alat
Casagrande.
c) SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis
d) SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan
Untuk Tanah
e) SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk
Tanah
f) SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan
Dengan Alat Konus Pasir
g) SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.
AASHTO:
a) AASHTO T 145-73 : Classification of Soil and Soil Aggregate
Mixtures for Higway Construction Purpose.
b) AASHTO T258-78 : Determining Expansive Soils and Remedial
Actions
3.4.4 Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan seksi dari
spesifikasi ini, Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan di
bawah ini kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk
memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi Pekerjaan:
28
i. Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan
permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan
timbunana;
ii. Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa
pemadatan pada permukaan yang telah disiapkan untuk
timbunan yang akan dihampar cukup memadai.
b) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi
Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:
i. Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu
contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan
selama periode kontrak;
ii. Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang
diusulkan untuk bahan timbunan, bersama-sana dengan hasil
pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat
bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
c) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis
kepada Direksi Pekerjaan segara setelah selesainya setiap ruas
pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan,
tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan
timbunan sebelumnya:
i. Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan
29
ii. Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang
menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan
dipenuhi.
3.4.5 Kondisi Tempat Kerja
a) Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan,
dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang
yang cukup.
b) Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan
pemadatan.
3.4.6 Perbaikan Terhadap Timbunan Yang Tidak Stabil
a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan
harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan
membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan
dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas
kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru tersebut, dilanjutkan
dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya
dengan menggunakan ”motor grader” atau peralatan lain yang
disetujui.
30
c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan
dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya
secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama
penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan
yang memadai tidak dapat dengan menggaru dan membiarkan bahan
gembur tersebut, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan
tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering
yang lebih cocok.
d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau
banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlikan pekerjaan
perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih
memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan
sifat-sifat bahan dari spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan,
penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan
pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi
lembek setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari spesifikasi
ini.
31
3.4.7 Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang ditimbul akibat pengujian
kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor
dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang
disyaratkan oleh spesifikasi ini.
3.4.8 Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu
hujan dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan bilamana
kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.
3.5 SYARAT BAHAN
3.5.1 Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui dengan
”Bahan dan Penyimpanan” dari spesifikasi ini.
3.5.2 Timbunan Biasa
a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam spesifikasi ini.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasin sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau
sebagai CH menurut ”Unified atau Casagrande Soil Classification
System”. Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi dapat
dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari
timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya
32
dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Sebagai tambahan, timbunan
untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki
CBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan
100% kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh
SNI 03-1742-1989.
c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1.25,
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258
sebagai ”very high” atau ”extra high”, tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas /
PI – (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-
1994).
3.5.2 Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau
bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6%
3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN
3.6.1 Penyiapan Tempat Kerja
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang
tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan
harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau
33
pembahasan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar
pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang
ditempatkan diatasnya.
c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan
di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus
dipotong bertangga dengan latar yang cukup sehingga memungkinkan
peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti
timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.
3.6.2 Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan
disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar
lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata
sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.
3.6.3 Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis
harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui
Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% di atas
34
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar
air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus di tutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu
yang lebih besar 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada
bagian atas timbunan batu tersebut. Lapisan penutup ini harus
dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas jalan akan
menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan,
lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan
dan lajur yang dilewati harus dilewati harus terus menerus divariasi agar
dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
3.7 Jaminan Mutu
3.7.1 Pengendalian Mutu Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan
awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi
bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan
dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang
35
diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin
terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar
perubahan bahan sumber atau sumber bahannya dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke
lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang
diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu
pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan.
3.7.2 Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah
a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih
dari 10% bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering
maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran
lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian
36
menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor
harus memeperbaiki pekerjaan sesuai Pasal 3.2.1.(8) dari seksi ini.
Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang
lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada
galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu
pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai
dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit harus dilaksanakan satu
pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai
dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan
yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan
timbunan yang dihampar.
3.7.3 Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan
untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor
tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan
berikut ini harus diikuti :
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan
peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan
tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan
lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah
lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan
berikutnya.
37
3.8 PENGUKURAN TIMBUNAN
a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan
yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur
harus berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang
disetujui atau garis profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan
sesuai dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang
disyaratkan dan diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah
metode luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang
pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m.
b) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan,
atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk
menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran
timbunan.
3.9 ALAT – ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN
3.9.1 Bulldozer
Bulldozer adalah merupakan traktor yang dipasangkan pisau atau
blade dibagian depannya. Jenis pekerjaan yang biasanya menggunakan
bulldozer adalah:
1. Mengupas top soil dan pembersihan lahan dari pepohonan.
2. Pembukaan lahan baru
3. Memindahkan material pada jarak pendek sampai dengan 100 m.
4. Menyebarkan material
5. Membersihkan quarry.
38
3.9.2 Excavator
Excavator termasuk dalam alat penggali hidrolis memiliki bucket
yang dipasangkan di depannya. Alat penggeraknya traktor dengan roda
ban atau crawler. Excavator bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke
arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan alat. Excavator
digunakan pada pekerjaan penggalian material di bawah permukaan serta
penggalian material keras.
Gambar 3.2 Bulldozer
39
3.9.3 Vibro Roller
Dengan alat ini, jenis material seperti tanah, pasir, dan kerikil dapat
dipadatkan dengan lebih baik karena alat ini memberikan tekanan dan
getaran terhadap material di bawahnya. Dengan adanya getaran maka
partikel yang lebih kecil mengisi rongga di antara partikel-partikel yang
lebih besar. Alat mempunyai roda depan besi dan roda belakang karet
digunakan untuk pemadatan tanah.
Gambar 3.3 Excavator
Gambar 3.4 Vibro Roller
40
Penghamparan timbunan
Pemadatan Timbunan
Site Preparation
Finish
Quality Control
Pengukuran Volume Timbunan
3.10 KEGIATAN YANG DIIKUTI SELAMA KERJA PRAKTEK
3.10.1 Flow Chart
3.10.2 Pekerjaan Persiapan (Site Preparation)
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengadaan tenaga kerja, persiapan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk melaksanakan perkerjaan ini,
sehingga tercapai hasil pekerjaan yang berkualitas baik dan sempurna.
Start
Gambar 3.5 Persiapaan Para Pekerja.
41
Untuk menjaga keamanan proyek perlu digunakan safety tool dengan
mengacu pada K3. Selain itu perlu dilakukan recovery jalanan proyek
yang kurang bagus untuk mempermudah akses Dump Truck menuju lokasi
timbunan. Kontraktor juga diwajibkan untuk membuat Papan Nama
Proyek di lokasi kegiatan dan dipasang di tempat yang mudah dilihat
umum.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi
pekerjaan dari semua tumbuhan. Pembersihan terdiri dari penebangan
pohon-pohon perdu, semak belukar dan pembabatan lumpur liar. Selain itu
lokasi harus dipasang pagar untuk menjaga agar orang yang tidak
berkepentingan keluar masuk lokasi proyek secara bebas.
Gambar 3.6 Papan Petunjuk K3
42
3.10.3 Penghamparan Timbunan
Kondisi lokasi proyek sebelum di tangani oleh Tim teknis dari
Unhas telah ditimbun di beberapa titik terutama di building area. Selain itu
tanah timbunan tidak dipadatkan sebagaimana mestinya yakni dengan
metode pemadatan layer by layer.
Penghamparan timbunan memiliki beberapa tahapan, diantaranya
adalah proses pemilihan bahan timbunan yang sesuai dengan kriteria. Ada
3 (tiga) lokasi yang dijadikan sebagai quarry, dari beberapa lokasi tersebut
di ambil satu lokasi yang memiliki karakteristik tanah yang cukup bagus
yakni Quarry Tipe A. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap
tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang. Lokasi tanah
yang belum dipadatkan secara layer by layer di stripping terlebih dahulu.
Tanah timbunan yang diambil dari quarry, dibawa dengan Dump Truck,
ditumpahkan di lokasi tempat timbunan yang telah dipersiapkan.
Gambar 2.3 Pemasangan pagar pembatas
Gambar 3.7 Pemasangan Daerah Pembatas.
43
Tanah timbunan harus ditempatkan ke permukaan tanah yang
cukup padat dan sedekat mungkin dengan area yang akan ditimbun. Hal
ini dilakukan untuk mengefisiensikan waktu dan bahan bakar. Jarak
tumpukan di atur sedemikian sehingga bila dihampar seluruh permukaan
dapat tertimbun.
Kemudian Bulldozer menghamparkan tumpukan tanah tersebut
dengan tebal 20-30 cm sesuai dengan data tanah yang di ambil dari
quarry. Perhatikan kadar airnya secara visual. Bila hujan cukup deras,
pekerjaan dihentikan.
Pada bulan maret terjadi hujan dengan frekuensi yang cukup
banyak, hal ini mengakibatkan pekerjaan penghamparan timbunan tidak
berjalan efektif. Sedangkan target waktu penimbunan mendekati deathline.
Gambar 3.8 Tanah dari Lokasi Quarry
Gambar 3.9 Dump Truk sedang membongkar muatan
44
Untuk mengatasinya tim teknis Unhas melakukan perubahan pola kerja.
Alat berat di arahkan untuk melebarkan tanah timbunan yang ada ke
seluruh stock pile. Sehingga elevasi rencana dari +5.00 berubah menjadi
+2.5 meter.
3.10.4 Pemadatan Timbunan
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi dalam dan bergerak
menuju tepi luar hingga tiap ruas akan menerima jumlah pemadatan yang
sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi di lewatkan
di atas pekerjaan timbunan. Jumlah lintasan dari Vibro Roller ditentukan
dari hasil trial compaction test. Biasanya jumlah lintasan yang paling
ekonomis adalah 10x lintasan.
Gambar 3.10 Bulldozer menghamparkan tanah timbunan
45
Khusus untuk building area diharapkan pemadatan yang maksimum,
sehingga konsep pemadatan pada lokasi ini digunakan sistem layer by
layer. Selain itu, lumpur yang berada pada tepi luar timbunan harus di
buang atau di geser. Menggeser lumpur bisa dilakukan dengan
menggunakan Excavator atau Bulldoser.
Jika kondisi tanah masih dalam keadaan membal setelah dilintasi
oleh vibro sebanyak yang telah ditentukan, hal ini menunjukkan lapisan
tanah dibawahnya belum padat. Untuk kondisi membal ini maka lapisan
yang sedang dipadatkan harus dikupas dulu dan lapisan dibawahnya
dipadatkan sampai padat sesuai yang disyaratkan oleh spesifikasi.
Gambar 3.11 Vibro roller memadatkan tanah
Gambar 3.12 Pemadatan tanah dengan system layer by layer
46
Apabila lapisan yang menyebabkan membal itu kadar airnya terlalu
tinggi, maka tanah harus digaruk dan dijemur dulu sampai kadar airnya
sesuai dengan kadar air optimum laboratorium.
3.9.5 Pengukuran Volume Timbunan
Untuk mengetahui progres pekerjaan perlu dilakukan survei
dengan menggunakan alat ukur tanah berupa theodolite. Area timbunan
yang diukur meliputi area yang telah dipadatkan. Timbunan yang
digunakan dimana saja di luar batas kontrak pekerjaan, atau mengubur
bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan,
tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran.
3.9.6 Pengendalian Mutu
Dalam melakukan uji kepadatan dilakukan dengan metode Dynamic
Cone Penetration (DCP). Maksud dari test ini yaitu untuk mengetahui
Gambar 3.13 Surveyor sedang mengukur elevasi tanah
47
nilai CBR terkecil dan terbesar dari sub base perkerasan pada kedalaman
tertentu. Adapun langkah-langkah dalam melakukan test ini adalah:
1. Penetrometer yang telah ditarik diletakkan di atas permukaan
tanah/sirtu yang akan diperiksa
2. Alat ini diletakkan sedemikian rupa sehingga berada dalam posisi
vertikal, penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesadahan
pengukuran yang relatif besar.
3. Posisi awal penunjukkan mistar dibaca dalam satuan terdekat
4. Palu penumbuk di angkat sampai menyentuh pemegang, lalu
dilepaskan sehingga menumbuk landasan penumbuk. Tumbukan ini
menyebabkan konus menembus tanah/lapisan di bawahnya.
3.11. ANALISA PRODUKTIVITAS KINERJA ALAT BERAT
Manajemen alat berat adalah merencakan, mengatur dan mengendalikan
alat-alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
Gambar 3.14 Pengujian Dynamic Cone Penetration
48
pembangunan suatu struktur supaya dapat bekerja se efektif dan seefisien
mungkin sehingga proyek dapat berjalan dengan lancar
a. Perhitungan Produktivitas Dozer
Perhitungan produktivitas ditentukan dari ukuran blade, kemampuan traktor
dan jarak tempuh
Kapasitas Blade
Rumus dari kapasitas blade adalah
Vl = W.H.L W =1.5 H 2
= (1.5*0.65)*0.65*3.8 2
= 1.204 m3
Waktu Siklus
Waktu tiap siklus = 83.935
detik = 0.023
Produktivitas
Prod = Vl x efisiensi efisiensi (45/60)
Waktu tiap siklus = 1.204 x 0.83 0.023= 43.623 m3/Jam
b. Perhitungan Produktivitas Excavator
Produksi kerja Excavator adalah berapa meter kubik material yang dapat
digali/dipindahkan dalam satu jam kerja.
Waktu (Detik)Waktu Gusur 51.84Waktu Kembali 35.16Waktu start 10Waktu Gusur 42.69Waktu Kembali 32.67Waktu start 10Waktu Gusur 40.86Waktu Kembali 31.59Waktu start 10
ELEMEN KERJA
Sikl
us 1
Sikl
us 2
Sikl
us 3
Waktu (Detik)Waktu Gusur 39.11Waktu Kembali 39.6Waktu start 10Waktu Gusur 28.52Waktu Kembali 30.34Waktu start 10Total 503.61Rata2 tiap siklus 83.935
Sikl
us 5
Sikl
us 6
ELEMEN KERJA
49
Kapasitas Bucket
Kapasitas bucket backhoe (q) tipe 219 LC = 0.8 m3
Waktu Siklus
Waktu Siklus (Cm) = 22.025 detik = 0.367 menit
Produktivitas
Q = q x 60 x efisiensiCm
= 0.92 x 60 x 30/60 0.367= 61.31 m3/Jam
c. Perhitungan Produktivitas Vibro Roller
Kecepatan rata-rata 6 km/jam, ketebalan pemadatan (L) 15 cm, lebar
pemadatan (W) 3 m, efisiensi (E) 50/60 dan jumlah lintasan (P) adalah 8.
50
PERHITUNGAN WAKTU SIKLUS EXCAVATOR
ELEMEN KERJA Waktu (Detik)
Sikl
us 1
Waktu Gali 7.56
Waktu Putar 6.97Waktu Buang 2.75Waktu Putar 7.02
Sikl
us 2
Waktu Gali 6.66Waktu Putar 5.35
Waktu Buang 4.5Waktu Putar 6.66
Sikl
us 3
Waktu Gali 7.74Waktu Putar 5.04Waktu Buang 3.06Waktu Putar 6.03
Sikl
us 4
Waktu Gali 5.44Waktu Putar 5.27Waktu Buang 3.1Waktu Putar 4.95
Jumlah 88.1Rata-Rata 22.025
Produktivitas = 10 x W x S x L x E P = 10 x 3 x 6 x 15 x ( 50 / 60)
8 = 112.5 ccm/jam
d. Analisa produktivitas alat berat terhadap jumlah timbunan yang masuk
Jumlah jam kerja efektif dalam sehari adalah 18 jam
Jumlah tanah timbunan yang masuk rata-rata perhari adalah 1400 m3
Tabel. Perhitungan Kinerja Alat Berat dan Jumlah Tanah timbunan yang tersedia
Alat Berat Produktivitas (m3/Hari)
Tot. Produktivitas
(m3/Hari)
Tanah Timbunan (m3/Hari) Ket
(a) (b)Excavator 367.86
1624.2024 1120 MemenuhiDozer 1 785.214Dozer 2 471.1284
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah alat berat yang tersedia sudah
mencukupi. Namun mengingat waktu penyelesaian timbunan + 120 Hari lagi
maka jumlah timbunan yang masuk harus ditingkatkan lagi agar dapat
memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.
51