44
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Metode Pelaksanaan Keberhasilan dari suatu proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh metode pelaksanaan yang digunakan dilapangan. Metode pelaksanaan yang akan dipakai harus direncanakan sebaik mungkin agar pekerjaan di lapangan dapat dilakukan dengan mudah dan lancar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pelaksanaan yang akan dipakai di lapangan, antara lain jumlah alat berat yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan dilapangan, jumlah tenaga kerja yang ahli, lahan proyek, lokasi proyek, dan masih banyak faktor lainnya. Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, metode yang digunakan adalah pengamatan langsung di lapangan, peninjauan dan pengumpulan data proyek baik yang bersifat teknis maupun yang bersifat 22

BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kerja Praktek

Citation preview

Page 1: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Metode Pelaksanaan

Keberhasilan dari suatu proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh

metode pelaksanaan yang digunakan dilapangan. Metode pelaksanaan

yang akan dipakai harus direncanakan sebaik mungkin agar pekerjaan di

lapangan dapat dilakukan dengan mudah dan lancar. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pemilihan metode pelaksanaan yang akan dipakai di

lapangan, antara lain jumlah alat berat yang digunakan untuk mendukung

pelaksanaan dilapangan, jumlah tenaga kerja yang ahli, lahan proyek,

lokasi proyek, dan masih banyak faktor lainnya.

Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, metode yang digunakan adalah

pengamatan langsung di lapangan, peninjauan dan pengumpulan data

proyek baik yang bersifat teknis maupun yang bersifat administratif.

Sehubungan dengan itu untuk data-data lainnya yang diperlukan dalam

penyusunan laporan ini kami melakukan pendekatan dan wawancara

dengan berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan Proyek

Pembangunan Liquified Petroleum Gas (LPG) Terminal Makassar.

Pada penyusunan laporan kerja praktek yang kami buat, dibatasi

pada metode penimbunan dan pemadatan tanah. Adapun tahapan

pelaksanaan pekerjaan yang diamati adalah mulai dari tahap persiapan

lokasi sampai proses pemadatan tanah dengan menggunakan alat berat.

22

Page 2: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

3.2 Tinjauan Umum Konstruksi

Proses pemadatan untuk tanah timbunan merupakan proses yang

sangat penting dalam suatu konstruksi. Pada proses pemadatan ini hasil

akhir sangat menentukan kualitas konstruksi, dari sinilah umur konstruksi

bangunan ditentukan dan hasil pemadatan yang baik akan menghemat

biaya konstruksi diatasnya. Hasil pemadatan sangat ditentukan oleh

macam material yang dipakai sebagai bahan timbunan, tata cara (prosedur)

pemadatan dan alat pemadat yang digunakan

Proyek ini dilaksanakan di atas tanah bekas tambak ikan, sehingga

memiliki kadar air yang cukup tinggi. Kondisi tanah bawah permukaan,

dimana lapisan tanah permukaan sampai kedalaman 2.5 - 3.0 m adalah

lempung lunak bercampur kulit kerang dan humus, yang nilai N-SPT nya

lebih kecil dari 1. 2

Untuk menahan beban vertikal, lapisan batu pasir tersebut kuat

sekali, tetapi untuk menahan beban horizontal harus dipakai pondasi

dalam, untuk dapat mempunyai tahanan tarik yang cukup besar, selain

daya dukung tekan yang besar.

Untuk bahan material tanah yang digunakan di ambil dari lokasi

pabrik Semen Bosowa di Maros, serta harus memenuhi spesifikasi yang

diuraikan pada sub bab ini. Spesifikasi tanah merujuk pada Standar

Nasional Indonesia (SNI).

3.3 Spesifikasi Tanah Asli dan Timbunan

a) Dari hasil pengujian contoh tanah asli diketahui tanah merupakan

jenis tanah lempung berpasir dengan index dan engineering properties

2Vol. 4 Buku 1. Laporan survey topografi bathimetri dan oceonagrafi terminal LPG 23

Page 3: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

sebagai berikut :

Determination of dry density & moisture;

Kadar air 83.991%

Berat isi kering (γn ) 1.497 gr/cm3

Berat isi basah (γw ) 0.827 gr/cm3

Angka pori (e) 2.1545

Porositas (a) 0.676

Derajat kejenuhan (Sr) 99.15%

Specific Gravity (Gs) 2.55

Atterberg Limits

Batas cair (LL) 97.22 %

Batas plastis (PL) 30.76 %

Indeks plastis (IP) 66.46%

Grain Size

Kerikil 0 %

Pasir 13.97 %

Lempung 45%

Lanau 40.365%

Persentasi lolos saringan no.200 sebanyak 86.03 %

Triaxial Unconsolidated Undrained

Sudut geser (Ф) 3.87o

Kohesi (C) 0.0325 kg/cm2

Permeabilitas tanah 4.69 x 10-7 cm/sec

Konsolidasi tanah

24

Page 4: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Harga indek kompresi (Cc) 0.87

Koefisien Konsolidasi (Cv) 7.8 x 10-4

b) Spesifikasi Tanah timbunan yang digunakan :

Determination of dry density & moisture;

Kadar air 25.40%

Berat isi kering (γn ) 1.22 gr/cm3

Berat isi basah (γw ) 1.52 gr/cm3

Angka pori (e) 1.162

Porositas (a) 0.54

Derajat kejenuhan (Sr) 57.46%

Specific Gravity (Gs) 2.63

Atterberg Limits

Batas cair (LL) 48.42 %

Batas plastis (PL) 31.58 %

Indeks plastis (IP) 16.84%

Grain Size

Kerikil 0.20 %

Pasir 2.38 %

Lempung 46.31%

Lanau 51.11%

Persentasi lolos saringan no.200 sebanyak 55.11 %

Permeabilitas tanah 4.62 x 10-4 cm/sec

25

Page 5: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

c) Geometri Lokasi Timbunan

Gambar 3.1 Site Plan Terminal LPG Bosowa

Luas areal timbunan sebesar 16 Ha dengan elevasi +5.00

dari permukaan air laut. Lokasi timbunan terbagi atas dua yakni

sperichal area dan building area. Sperichal area merupakan lokasi

pembangunan tangki LPG yang merupakan tempat penyimpanan Liquid

gas yang dipompa dari kapal tangker. Tangki tersebut di konstruksi

dengan pondasi tiang pancang sehingga kepadatan dari timbunan

diperhitungkan cukup untuk menahan alat-alat berat yang bekerja di

atasnya. Berbeda dengan Building area yang merupakan lokasi untuk

konstruksi gedung perkantoran dan metering truck loading, sehingga

diperlukan pemadatan tanah yang optimal.

3.4 Pekerjaan Tanah Timbunan

26

Page 6: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

3.4.1 Uraian Umum

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengakutan, penghamparan dan

pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan

timbunan, serta segala yang diperlukan untuk membentuk dimensi

timbunan sesuai dengan garis kelandaian dan elevasi penampang

melintang yang disyaratkan atau disetujui.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam seksi ini harus dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan

timbunan pilihan di atas tanah rawa

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi

daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut

pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan

dengan cara yang diatur dalam spesfikasi ini.

3.4.2 Toleransi Dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih

tinggi atau rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.3

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata

dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air

permukaan yang bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10

cm dari garus profil yang ditentukan.

d) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat

lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10

cm. 3

3Rencana Kerja dan Syarat Pemadatan Tanah 27

Page 7: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

3.4.3 Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

a) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir

Tanah Dengan Alat Hidrometer

b) SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas cair dengan Alat

Casagrande.

c) SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis

d) SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan

Untuk Tanah

e) SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk

Tanah

f) SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan

Dengan Alat Konus Pasir

g) SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.

AASHTO:

a) AASHTO T 145-73 : Classification of Soil and Soil Aggregate

Mixtures for Higway Construction Purpose.

b) AASHTO T258-78 : Determining Expansive Soils and Remedial

Actions

3.4.4 Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan seksi dari

spesifikasi ini, Kontraktor harus menyerahkan pengajuan kesiapan di

bawah ini kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk

memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi Pekerjaan:

28

Page 8: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

i. Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan

permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan

timbunana;

ii. Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa

pemadatan pada permukaan yang telah disiapkan untuk

timbunan yang akan dihampar cukup memadai.

b) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi

Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk

penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:

i. Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu

contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan

selama periode kontrak;

ii. Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang

diusulkan untuk bahan timbunan, bersama-sana dengan hasil

pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat

bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

c) Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis

kepada Direksi Pekerjaan segara setelah selesainya setiap ruas

pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan,

tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan

timbunan sebelumnya:

i. Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan

29

Page 9: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

ii. Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang

menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan

dipenuhi.

3.4.5 Kondisi Tempat Kerja

a) Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering

segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan,

dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang

yang cukup.

b) Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk

pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan

pemadatan.

3.4.6 Perbaikan Terhadap Timbunan Yang Tidak Stabil

a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang

disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan

harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan

membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan

dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.

b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas

kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi

Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru tersebut, dilanjutkan

dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya

dengan menggunakan ”motor grader” atau peralatan lain yang

disetujui.

30

Page 10: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan

dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang

diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru

bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya

secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama

penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan

yang memadai tidak dapat dengan menggaru dan membiarkan bahan

gembur tersebut, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan

tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering

yang lebih cocok.

d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang

disyaratkan dalam spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau

banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlikan pekerjaan

perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih

memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.

e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan

sifat-sifat bahan dari spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan

oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan,

penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan

pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.

f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi

lembek setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh

Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari spesifikasi

ini.

31

Page 11: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

3.4.7 Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang ditimbul akibat pengujian

kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor

dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang

disyaratkan oleh spesifikasi ini.

3.4.8 Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu

hujan dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan bilamana

kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.

3.5 SYARAT BAHAN

3.5.1 Sumber Bahan

Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui dengan

”Bahan dan Penyimpanan” dari spesifikasi ini.

3.5.2 Timbunan Biasa

a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari

bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi

Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam spesifikasi ini.

b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas

tinggi, yang diklasifikasin sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau

sebagai CH menurut ”Unified atau Casagrande Soil Classification

System”. Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi dapat

dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari

timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya

32

Page 12: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Sebagai tambahan, timbunan

untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki

CBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan

100% kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh

SNI 03-1742-1989.

c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1.25,

atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258

sebagai ”very high” atau ”extra high”, tidak boleh digunakan sebagai

bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas /

PI – (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-

1994).

3.5.2 Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau

bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6%

3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

3.6.1 Penyiapan Tempat Kerja

a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang

tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan.

b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan

harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau

33

Page 13: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

pembahasan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar

pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang

ditempatkan diatasnya.

c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan

di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus

dipotong bertangga dengan latar yang cukup sehingga memungkinkan

peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti

timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

3.6.2 Penghamparan Timbunan

a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan

disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi

toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar

lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata

sehingga sama tebalnya.

b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke

permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.

Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak

diperkenankan, terutama selama musim hujan.

3.6.3 Pemadatan Timbunan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis

harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui

Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.

b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air

berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% di atas

34

Page 14: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar

air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah

dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

c) Seluruh timbunan batu harus di tutup dengan satu lapisan atau lebih

setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu

yang lebih besar 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada

bagian atas timbunan batu tersebut. Lapisan penutup ini harus

dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah.

d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang

disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan

sebelum lapisan berikutnya dihampar.

e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke

arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas jalan akan

menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan,

lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan

dan lajur yang dilewati harus dilewati harus terus menerus divariasi agar

dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

3.7 Jaminan Mutu

3.7.1 Pengendalian Mutu Bahan

a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan

awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi

bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan

dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang

35

Page 15: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin

terdapat pada sumber bahan.

b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut

pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar

perubahan bahan sumber atau sumber bahannya dapat diamati.

c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus

dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke

lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang

diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu

pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan.

3.7.2 Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah

a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar

harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering maksimum yang

ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih

dari 10% bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering

maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran

lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan.

b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar

harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum

yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989.

c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang

dipadatkan sesuai SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian

36

Page 16: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor

harus memeperbaiki pekerjaan sesuai Pasal 3.2.1.(8) dari seksi ini.

Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang

diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang

lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada

galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu

pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai

dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit harus dilaksanakan satu

pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai

dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan

yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan

timbunan yang dihampar.

3.7.3 Percobaan Pemadatan

Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan

untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor

tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan

berikut ini harus diikuti :

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan

peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan

tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan

lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah

lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan

berikutnya.

37

Page 17: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

3.8 PENGUKURAN TIMBUNAN

a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan

yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur

harus berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang

disetujui atau garis profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan

sesuai dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang

disyaratkan dan diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah

metode luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang

pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m.

b) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan,

atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk

menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran

timbunan.

3.9 ALAT – ALAT BERAT YANG DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN

3.9.1 Bulldozer

Bulldozer adalah merupakan traktor yang dipasangkan pisau atau

blade dibagian depannya. Jenis pekerjaan yang biasanya menggunakan

bulldozer adalah:

1. Mengupas top soil dan pembersihan lahan dari pepohonan.

2. Pembukaan lahan baru

3. Memindahkan material pada jarak pendek sampai dengan 100 m.

4. Menyebarkan material

5. Membersihkan quarry.

38

Page 18: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

3.9.2 Excavator

Excavator termasuk dalam alat penggali hidrolis memiliki bucket

yang dipasangkan di depannya. Alat penggeraknya traktor dengan roda

ban atau crawler. Excavator bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke

arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan alat. Excavator

digunakan pada pekerjaan penggalian material di bawah permukaan serta

penggalian material keras.

Gambar 3.2 Bulldozer

39

Page 19: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

3.9.3 Vibro Roller

Dengan alat ini, jenis material seperti tanah, pasir, dan kerikil dapat

dipadatkan dengan lebih baik karena alat ini memberikan tekanan dan

getaran terhadap material di bawahnya. Dengan adanya getaran maka

partikel yang lebih kecil mengisi rongga di antara partikel-partikel yang

lebih besar. Alat mempunyai roda depan besi dan roda belakang karet

digunakan untuk pemadatan tanah.

Gambar 3.3 Excavator

Gambar 3.4 Vibro Roller

40

Page 20: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Penghamparan timbunan

Pemadatan Timbunan

Site Preparation

Finish

Quality Control

Pengukuran Volume Timbunan

3.10 KEGIATAN YANG DIIKUTI SELAMA KERJA PRAKTEK

3.10.1 Flow Chart

3.10.2 Pekerjaan Persiapan (Site Preparation)

Kegiatan yang dilakukan meliputi pengadaan tenaga kerja, persiapan

alat-alat bantu yang diperlukan untuk melaksanakan perkerjaan ini,

sehingga tercapai hasil pekerjaan yang berkualitas baik dan sempurna.

Start

Gambar 3.5 Persiapaan Para Pekerja.

41

Page 21: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Untuk menjaga keamanan proyek perlu digunakan safety tool dengan

mengacu pada K3. Selain itu perlu dilakukan recovery jalanan proyek

yang kurang bagus untuk mempermudah akses Dump Truck menuju lokasi

timbunan. Kontraktor juga diwajibkan untuk membuat Papan Nama

Proyek di lokasi kegiatan dan dipasang di tempat yang mudah dilihat

umum.

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi

pekerjaan dari semua tumbuhan. Pembersihan terdiri dari penebangan

pohon-pohon perdu, semak belukar dan pembabatan lumpur liar. Selain itu

lokasi harus dipasang pagar untuk menjaga agar orang yang tidak

berkepentingan keluar masuk lokasi proyek secara bebas.

Gambar 3.6 Papan Petunjuk K3

42

Page 22: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

3.10.3 Penghamparan Timbunan

Kondisi lokasi proyek sebelum di tangani oleh Tim teknis dari

Unhas telah ditimbun di beberapa titik terutama di building area. Selain itu

tanah timbunan tidak dipadatkan sebagaimana mestinya yakni dengan

metode pemadatan layer by layer.

Penghamparan timbunan memiliki beberapa tahapan, diantaranya

adalah proses pemilihan bahan timbunan yang sesuai dengan kriteria. Ada

3 (tiga) lokasi yang dijadikan sebagai quarry, dari beberapa lokasi tersebut

di ambil satu lokasi yang memiliki karakteristik tanah yang cukup bagus

yakni Quarry Tipe A. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap

tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang. Lokasi tanah

yang belum dipadatkan secara layer by layer di stripping terlebih dahulu.

Tanah timbunan yang diambil dari quarry, dibawa dengan Dump Truck,

ditumpahkan di lokasi tempat timbunan yang telah dipersiapkan.

Gambar 2.3 Pemasangan pagar pembatas

Gambar 3.7 Pemasangan Daerah Pembatas.

43

Page 23: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Tanah timbunan harus ditempatkan ke permukaan tanah yang

cukup padat dan sedekat mungkin dengan area yang akan ditimbun. Hal

ini dilakukan untuk mengefisiensikan waktu dan bahan bakar. Jarak

tumpukan di atur sedemikian sehingga bila dihampar seluruh permukaan

dapat tertimbun.

Kemudian Bulldozer menghamparkan tumpukan tanah tersebut

dengan tebal 20-30 cm sesuai dengan data tanah yang di ambil dari

quarry. Perhatikan kadar airnya secara visual. Bila hujan cukup deras,

pekerjaan dihentikan.

Pada bulan maret terjadi hujan dengan frekuensi yang cukup

banyak, hal ini mengakibatkan pekerjaan penghamparan timbunan tidak

berjalan efektif. Sedangkan target waktu penimbunan mendekati deathline.

Gambar 3.8 Tanah dari Lokasi Quarry

Gambar 3.9 Dump Truk sedang membongkar muatan

44

Page 24: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Untuk mengatasinya tim teknis Unhas melakukan perubahan pola kerja.

Alat berat di arahkan untuk melebarkan tanah timbunan yang ada ke

seluruh stock pile. Sehingga elevasi rencana dari +5.00 berubah menjadi

+2.5 meter.

3.10.4 Pemadatan Timbunan

Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi dalam dan bergerak

menuju tepi luar hingga tiap ruas akan menerima jumlah pemadatan yang

sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi di lewatkan

di atas pekerjaan timbunan. Jumlah lintasan dari Vibro Roller ditentukan

dari hasil trial compaction test. Biasanya jumlah lintasan yang paling

ekonomis adalah 10x lintasan.

Gambar 3.10 Bulldozer menghamparkan tanah timbunan

45

Page 25: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Khusus untuk building area diharapkan pemadatan yang maksimum,

sehingga konsep pemadatan pada lokasi ini digunakan sistem layer by

layer. Selain itu, lumpur yang berada pada tepi luar timbunan harus di

buang atau di geser. Menggeser lumpur bisa dilakukan dengan

menggunakan Excavator atau Bulldoser.

Jika kondisi tanah masih dalam keadaan membal setelah dilintasi

oleh vibro sebanyak yang telah ditentukan, hal ini menunjukkan lapisan

tanah dibawahnya belum padat. Untuk kondisi membal ini maka lapisan

yang sedang dipadatkan harus dikupas dulu dan lapisan dibawahnya

dipadatkan sampai padat sesuai yang disyaratkan oleh spesifikasi.

Gambar 3.11 Vibro roller memadatkan tanah

Gambar 3.12 Pemadatan tanah dengan system layer by layer

46

Page 26: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Apabila lapisan yang menyebabkan membal itu kadar airnya terlalu

tinggi, maka tanah harus digaruk dan dijemur dulu sampai kadar airnya

sesuai dengan kadar air optimum laboratorium.

3.9.5 Pengukuran Volume Timbunan

Untuk mengetahui progres pekerjaan perlu dilakukan survei

dengan menggunakan alat ukur tanah berupa theodolite. Area timbunan

yang diukur meliputi area yang telah dipadatkan. Timbunan yang

digunakan dimana saja di luar batas kontrak pekerjaan, atau mengubur

bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan,

tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran.

3.9.6 Pengendalian Mutu

Dalam melakukan uji kepadatan dilakukan dengan metode Dynamic

Cone Penetration (DCP). Maksud dari test ini yaitu untuk mengetahui

Gambar 3.13 Surveyor sedang mengukur elevasi tanah

47

Page 27: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

nilai CBR terkecil dan terbesar dari sub base perkerasan pada kedalaman

tertentu. Adapun langkah-langkah dalam melakukan test ini adalah:

1. Penetrometer yang telah ditarik diletakkan di atas permukaan

tanah/sirtu yang akan diperiksa

2. Alat ini diletakkan sedemikian rupa sehingga berada dalam posisi

vertikal, penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesadahan

pengukuran yang relatif besar.

3. Posisi awal penunjukkan mistar dibaca dalam satuan terdekat

4. Palu penumbuk di angkat sampai menyentuh pemegang, lalu

dilepaskan sehingga menumbuk landasan penumbuk. Tumbukan ini

menyebabkan konus menembus tanah/lapisan di bawahnya.

3.11. ANALISA PRODUKTIVITAS KINERJA ALAT BERAT

Manajemen alat berat adalah merencakan, mengatur dan mengendalikan

alat-alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan

Gambar 3.14 Pengujian Dynamic Cone Penetration

48

Page 28: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

pembangunan suatu struktur supaya dapat bekerja se efektif dan seefisien

mungkin sehingga proyek dapat berjalan dengan lancar

a. Perhitungan Produktivitas Dozer

Perhitungan produktivitas ditentukan dari ukuran blade, kemampuan traktor

dan jarak tempuh

Kapasitas Blade

Rumus dari kapasitas blade adalah

Vl = W.H.L W =1.5 H 2

= (1.5*0.65)*0.65*3.8 2

= 1.204 m3

Waktu Siklus

Waktu tiap siklus = 83.935

detik = 0.023

Produktivitas

Prod = Vl x efisiensi efisiensi (45/60)

Waktu tiap siklus = 1.204 x 0.83 0.023= 43.623 m3/Jam

b. Perhitungan Produktivitas Excavator

Produksi kerja Excavator adalah berapa meter kubik material yang dapat

digali/dipindahkan dalam satu jam kerja.

Waktu (Detik)Waktu Gusur 51.84Waktu Kembali 35.16Waktu start 10Waktu Gusur 42.69Waktu Kembali 32.67Waktu start 10Waktu Gusur 40.86Waktu Kembali 31.59Waktu start 10

ELEMEN KERJA

Sikl

us 1

Sikl

us 2

Sikl

us 3

Waktu (Detik)Waktu Gusur 39.11Waktu Kembali 39.6Waktu start 10Waktu Gusur 28.52Waktu Kembali 30.34Waktu start 10Total 503.61Rata2 tiap siklus 83.935

Sikl

us 5

Sikl

us 6

ELEMEN KERJA

49

Page 29: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Kapasitas Bucket

Kapasitas bucket backhoe (q) tipe 219 LC = 0.8 m3

Waktu Siklus

Waktu Siklus (Cm) = 22.025 detik = 0.367 menit

Produktivitas

Q = q x 60 x efisiensiCm

= 0.92 x 60 x 30/60 0.367= 61.31 m3/Jam

c. Perhitungan Produktivitas Vibro Roller

Kecepatan rata-rata 6 km/jam, ketebalan pemadatan (L) 15 cm, lebar

pemadatan (W) 3 m, efisiensi (E) 50/60 dan jumlah lintasan (P) adalah 8.

50

PERHITUNGAN WAKTU SIKLUS EXCAVATOR

ELEMEN KERJA Waktu (Detik)

Sikl

us 1

Waktu Gali 7.56

Waktu Putar 6.97Waktu Buang 2.75Waktu Putar 7.02

Sikl

us 2

Waktu Gali 6.66Waktu Putar 5.35

Waktu Buang 4.5Waktu Putar 6.66

Sikl

us 3

Waktu Gali 7.74Waktu Putar 5.04Waktu Buang 3.06Waktu Putar 6.03

Sikl

us 4

Waktu Gali 5.44Waktu Putar 5.27Waktu Buang 3.1Waktu Putar 4.95

Jumlah 88.1Rata-Rata 22.025

Page 30: BAB III: Pelaksanaan Kerja Praktek

Produktivitas = 10 x W x S x L x E P = 10 x 3 x 6 x 15 x ( 50 / 60)

8 = 112.5 ccm/jam

d. Analisa produktivitas alat berat terhadap jumlah timbunan yang masuk

Jumlah jam kerja efektif dalam sehari adalah 18 jam

Jumlah tanah timbunan yang masuk rata-rata perhari adalah 1400 m3

Tabel. Perhitungan Kinerja Alat Berat dan Jumlah Tanah timbunan yang tersedia

Alat Berat Produktivitas (m3/Hari)

Tot. Produktivitas

(m3/Hari)

Tanah Timbunan (m3/Hari) Ket

(a) (b)Excavator 367.86

1624.2024 1120 MemenuhiDozer 1 785.214Dozer 2 471.1284

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah alat berat yang tersedia sudah

mencukupi. Namun mengingat waktu penyelesaian timbunan + 120 Hari lagi

maka jumlah timbunan yang masuk harus ditingkatkan lagi agar dapat

memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.

51