27
25 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajak Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berbagai pengertian pajak yang dikemukan oleh berbagai pakar antara lain sebagai berikut: 1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksi sehingga berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan. Kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum (Siti Resmi, 2014:1). 3. Dr. N. J. Feldmann Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

25

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Umum Pajak

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang

perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi

pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berbagai pengertian pajak

yang dikemukan oleh berbagai pakar antara lain sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra

prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksi

sehingga berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari

pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan

surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama

untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1).

2. S. I. Djajadiningrat

Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas

negara yang disebabkan suatu keadaan. Kejadian, dan perbuatan yang

memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak

ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara

kesejahteraan secara umum (Siti Resmi, 2014:1).

3. Dr. N. J. Feldmann

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa

Page 2: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

26

adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum (Siti Resmi, 2014:2).

3.1.1 Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak menurut Waluyo dalam buku “ Perpajakan

Indonesia” (2007:6) yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeteir)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi

pembiyaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai conroh

yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam

negri.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan dibidang social dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu

dikenakannya pajak yang lebih tiggi terhadap minuman keras, dapat

ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

3.1.2 Tarif Pajak

Menurut Waluyo (2007:12) Struktur tarif yang berhubungan dengan

pola presentase tarif pajak dikenal 4 (empat) macam tarif, yaitu:

1. Tarif pajak proposional / sebanding

Tarif pajak proposional yaitu tarif pajak berupa presentase teap

terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.

Contoh dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas penyerahan

Barang Kena Pajak.

2. Tarif pajak Progresif

Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi

lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya

semakin besar. Sebagai contoh, Tarif Pajak Pengahasilan yang

berlaku di Indonesia untuk Wajib Pajak Badan yaitu:

a. Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 tarifnya 10%

Page 3: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

27

b. Diatas Rp 50.000.000,00 sampai dengan 100.000.000,00 tarifnya

15%

c. Diatas Rp 100.000.000,00 tarifnya 30%

Memerhatikan kenaikan tarifnya, tarif progresif dapat dibagi

menjadi:

a) Tarif Progresif Progresif

Dalam hal ini kenaikan tarif persentase pajaknya semakin besar.

b) Tarif Progresif Tetap

Kenaikan persentasenya tetap.

c) Tarif Progresif Degresif

Kenaikan persentasenya semakin kecil.

3. Tarif Pajak Degresif

Tarif Pajak Degresif adalah presentase tarif pajak yang semakin

menurun apabila jumlah yang yang menjadi dasar pengenaan pajak

menjadi semakin besar.

4. Tarif Pajak Tetap

Dalam tarif pajak tetap ini adalah tarif berupa jumlah yang sama

tetap (sama besar) terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar

pengenaanpajak. Oleh karena itu, besarnya pajak yang terutang tetap.

Sebagaimana contoh Tarif Bea Materai.

3.1.3 Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan

perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak Penghasilan

adalah jenis pajak pusat. Pajak Penghasilan dihitung dan disetor sendiri

oleh wajib pajak. Pajak Penghasilan ada pajak final dan pajak tidak

final. Pajak final adalah pajak yang dikenakan satu kali saja dan tidak

diperhjitungkan pada saat pengisian SPT akhir tahun. Pajak penghasilan

final diantaranya PPh Pasal 4 ayat (2). Pajak tidak final adalah pajak

penghasilan yang tidak langsung dikenakan saat menerima

penghasilan,pajak penghasilannya bisa diakumulasikan selama 1 tahun

Page 4: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

28

pajak dan dihitung secara berlapis. Pajak penghasilan tidak final

diantaranya adalah PPh Pasal 21,PPh Pasal 22,PPh Pasal 22 atas

impor,PPh Pasal 23.

3.1.4 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22

Pajak Penghasilan Pasal 22, selanjutnya disingkat menjadi PPh Pasal

22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah,

baik Pemerintah Pusat maupun Pmerintah Daerah, instansi atau

lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lain, berkenaan

dengan pembayaran atas penerahan barang, dan badan-badan tertentu

baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di

bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

Pajak Penghasilan Pasal 22 dibayar dalam tahun berjalan melalui

pemotongan atau pemungutan oleh pihak-pihak tertentu. ( Siti Resmi,

2014:297 )

3.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 22

1. UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

2. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 154/PMK.03/2010 tentang

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 sehubungan dengan Pembayaran

atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan

Usaha di Bidang Lain sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.10/2015.

3. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2015 tentang perubahan ketiga

atas peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010 tentang

Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di

Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

3.2.1 Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22

Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana

Page 5: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

29

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 adalah:

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor

barang;

2. Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah

Pusat/Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang;

3. BUMN/D, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang

dari belanja negara dan/atau belanja daerah;

4. Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri

rokok, industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang

ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil

produksinya di dalam negeri;

5. Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak di

bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas, atas penjualan hasil

produksinya;

6. Badan Urusan Logistik (Bulog), atas penyerahan gula pasir dan

tepung terigu.

3.2.2 Kegiatan yang Dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 22

Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 22 (selanjutnya disebut Objek

PPh Pasal 22) sesuai dengan Pasal 23 UU No. 36 Tahun 2008, yaitu:

1. Impor barang;

2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Bendahara

Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai

pemunggut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga Negara

laainnya.

3. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan

mekanisme uang persediaan (UP) oleh bendahara pengeluaran;

4. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang

dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) yang

Page 6: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

30

dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat

penerbit Surat Perintah Membayar yang diberikan delegasi oleh

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

5. Pembayaran atas pembelian barang dan/ atau bahan-bahan untuk

keperluan kegiatan usahanya Badan Usaha Milik Negara meliputi

PT Pertamina ( Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),

PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk., PT Telekomunikasi

Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia ( Persero) Tbk., PT

Pembangnan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (

Persero) Tbk., PT Adhi Karya ( Persero) Tbk., PT Hutama Karya

(Persero) Tbk., PT Krakatau Steel ( Persero) Tbk., dan Bank-bank

Badan Umum Milik Negara ;

6. Penjualan hasil industri yang bergerak di bidang usaha industri

semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri

farmasi kepada distributor di dalam negeri.

7. Penjualan kendaraan bermotor didalam negeri oleh Agen Tunggal

Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek ( ATM), dan

importir umum kendaraan bermotor.

8. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh

produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan

pelumas.

9. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan

industrinya atau ekspornya oleh industri dan eksportir yang

bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,

peternakan, dan perikanan.

10. Penjualan barang yang tergolong mewah oleh Wajib Pajak Badan.

3.2.3 Kegiatan yang Tidak Dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 22

Berikut ini adalah daftar pengecualian terhadap pemungutan PPh Pasal

22:

Page 7: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

31

1. Impor barang-barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh.

Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan

Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk:

a. Yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea

masuk hingga barang tersebut dikeluarkan untuk impor, ekspor

atau re-impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor

(EPTE), yaitu tempat penimbunan barang dagangan karena

pengimpornya tidak membayar bea masuk sebagaimana mestinya;

b. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6

Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor sebagaimana diubah

dan ditambah terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1973;

c. Berupa kiriman hadiah;

d. Untuk tujuan keilmuan.

3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada

belanja negara/daerah yang meliputi jumlah kurang dari Rp

2.000.000,- (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah).

4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air

minum/PDAM, benda-benda pos, dan telepon.

3.2.4 Penerima Pajak Penghasilan PPh 22

PPh Pasal 22 pada dasarnya adalah cicilan PPh pada tahun berjalan.

Artinya pada akhir tahun, cicilan ini akan diperhitungkan sebagai kredit

pajak PPh badan atau PPh orang pribadi. PPh Pasal 22 yang dikreditkan

di SPT Tahunan ada dua bentuk:

1. Surat Setoran Pajak (SSP),

2. Bukti Pungut.

PPh Pasal 22 yang berbentuk SSP artinya PPh Pasal 22 tersebut

dibayar langsung ke bank persepsi oleh wajib pajak yang bersangkutan

Page 8: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

32

pada saat transaksi. Transaksi yang wajib dibayar langsung oleh yang

bersangkutan (artinya di SSP ditulis NPWP yang dapat mengkreditkan)

adalah transaksi yang terkait dengan impor dan bendahara. Sedangkan

selain impor oleh DJBC dan pembelian oleh bendahara, maka BUMN

dan badan-badan tertentu dari swasta sebagai pemungut PPh Pasal 22.

Dia wajib memungut PPh Pasal 22 orang lain dan wajib membuat Bukti

Pungut. Kewajiban membuat Bukti Pungut tertulis dalam Pasal 6 ayat

(2) Peraturan Menteri nomor 107/PMK.010/2015. Pemungut PPh Pasal

22 selain wajib membuat Bukti Pungut juga wajib menyetor PPh yang

dipungut dengan kode pajak 411122-100 ke bank persepsi, kemudian

melaporkan ke KPP terdaftar dalam SPT Masa PPh Pasal 22.

Pihak yang terpungut mendapat Bukti Pungut dan dapat dikreditkan

pada akhir tahun di SPT Tahunan. Dari transaksi tersebut, ada

pengenaan PPh yang bersifat final yaitu penjualan bahan bakan minyak

dan bahan bakar gas ke agen atau penyalur. Artinya, jika wajib pajak

semata-mata hanya usaha tersebut, maka kewajiban PPh-nya tinggal

pelaporan SPT Tahunan yang dilampiri Bukti Potong.

3.2.5 Saat Terutang dan Pelunasan PPh Pasal 22

Saat terutangnya PPh Pasal 22, dibedakan sebagai berikut:

1. PPh Pasal 22 atas impor terutang dan dilunasi bersamaan dengan

saat pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk

ditunda atau dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi

pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Untuk

Dipakai (PIUD).

2. PPh Pasal 22 atas pembelian barang oleh Direktorat Jenderal

Anggaran, Bendaharawan Pemerintah Pusat/ Daerah, BUMN/D,

yang dibayar dari belanja negara dan/atau belanja daerah, terutang

dan dipungut pada setiap dilakukan pembayaran.

3. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi di dalam negeri oleh

badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri rokok,

Page 9: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

33

industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk

oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dipungut pada saat penjualan.

4. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi oleh Pertamina dan badan

usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak

jenis premix dan gas harus dilunasi sendiri oleh penyalur, agen, atau

pembeli lainnya sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang

(Delivery Order) ditebus;

5. PPh Pasal 22 atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh

Bulog harus dilunasi sendiri oleh penyalur, grosir,sebelum Surat

Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus.

3.2.6 Prosedur Pemungutan Penyetoran Dan Pelaporan PPh Pasal 22

Pemungutan, penyetoran ddan pellaporan PPh Pasal 22 dilakukan oleh

dan dengan cara tertentu berdasarkan transaksi atau kegiatan sebagai

berikut:

1. Atas Impor

a. Impor dilengkapi dengan LKP PPh Pasal 22 disetor oleh importir

ke Bank Devisa dengan menggunakan formulir Surat Setoran

Pajak yang berlaku sebagai bukti pungutan pajak;

b. Impor tidak dilengkapi dengan LKP PPh Pasal 22 dipungut dan

disetor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai wajib menerbitkan Bukti

Pemungutan PPh Pasal 22 dalam rangkap 3 yaitu :

a) Lembar pertama untuk pembeli;

b) Lembar kedua untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal

Pajak sebagai lampiran laporan bulanan;

c) Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menyetorkan pemungutan

PPh Pasal 22 atas impor dalam jangka waktu sehari setelah

pemungutan pajak dilakukan ke Kantor Pos dan Giro atau bank-bank

persepsi, dan harus melaporkan hasil pemungutannya tersebut ke

Page 10: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

34

Kantor Pelayanan Pajak secara mingguan selambat-lambatnya tujuh

hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.

2. Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah

Pusat/Daerah, BUMN/D, harus memungut dan menyetorkan

pemungutan PPh Pasal 22 ke Kantor Pos dan Giro atau bank-bank

persepsi, pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran,

dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah

diisi oleh dan atas nama rekanan serta ditandatangani oleh

Bendaharawan. SSP berlaku sebagai bukti pungutan pajak.

Pelaporan harus disampaikan selambat-lambatnya empat belas hari

setelah Masa Pajak berakhir.

3. Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas,

baja dan otomotif yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak

harus memungut PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksinya di

dalam negeri dan wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal

22 dalam rangkap tiga, yaitu :

a. Lembar pertama untuk pembeli;

b. Lembar kedua untuk disampaikan kepada Direktorat Jenderal

Pajak sebagai lampiran laporan bulanan;

c. Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan.

Badan usaha tersebut harus menyetorkan secara kolektif

pemungutan PPh Pasal 22 selambat-lambatnya tanggal lima belas

bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pelaporan

dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa selambat-

lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.

4. PPh Pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina atas hasil produksinya,

dari penyerahan bahan bakar minyak dan gas oleh badan usaha

selain Pertamina, dan dari penyerahan gula pasir dan tepung terigu

oleh Bulog, dipungut dengan cara dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak

ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum Surat Perintah

Page 11: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

35

Pengeluaran Barang (Delivery Order) ditebus, dengan menggunakan

SSP yang juga merupakan bukti pungutan pajak.

Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa

selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.

3.3 Pemungutan Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas

Pengadaan Barang BUMN

3.3.1 Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Pengadaan Barang BUMN

PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang adalah bentuk pemotongan

atau pemungutan pajak yang dilakukan pihak BUMN terhadap Wajib

Pajak dan berkaitan dengan pembayaran atas pengadaan barang dan/

atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha Badan Usaha Milik

Negara selain yang dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor PER-31/PJ/2015.

Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pengadaan barang BUMN tertentu

terutang dan dipungut pada saat pembayaran. Pungutan PPh Pasal 22

atas pembelian barang BUMN tertentu bersifat tidak final. Pajak

Penghasilan Pasal 22 atas pengadaan barang tidak berlaku untuk

kegiatan pengadaan barang yang tidak terutang pajak sesuai peraturan

dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan menunjukan

Surat Ketetapan Bebas Pajak penghasilan pasal 22 atas pengadaan

barang yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

3.3.2 Dasar Hukum PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang BUMN

Pada Tahun 2015 Mentrian Keuangan menerbitkan peraturan terbaru

yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.10/2015.

Perubahan tersebut diusulkan oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementrian

Keuangan dan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2015 tentang

perubahan ketiga atas peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-

57/PJ/2010 tentang Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak

Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan

Page 12: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

36

Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang

Lain.

3.3.3 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas

Pengadaan Barang BUMN

1. 1,5% (satu koma lima persen) dari harga pembelian tidak termasuk

Pajak Pertambahan Nilai (Ber-NPWP)

2. 3% ( tiga persen ) dari harga pembelian tidak termasuk Pajak

Pertambahan Nilai ( tidak ber-NPWP) Besarnya Pajak terutang

dihitung dengan mengalikan tarif pajak pasal 22 atas pembayaran

pembelian barang dengan DPP PPN.

3.3.4 Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Pengadaan

Barang BUMN

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Pengadaan barang

BUMN dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh Pemungut Pajak

yang bersangkutan melalui Kantor Pos, bank Devisa atau yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan dengan cara menyetorkan Surat Setoran Pajak

(SSP) yang telah diisi atas nama rekanan serta ditandatangani oleh

pemungut pajak rangkap tiga ( lembar pertama untuk wajib pajak,

lembar kedua untuk KPP sebagai lampiran SPT, lembar ketiga sebagai

arsip pemungut yang bersangkutan ). Dalam hal ini pemungut pajak

adalah Badan Usaha Milik Negara tertentu yang telah ditunjuk oleh

Menteri Keuangan.

3.3.5 Prosedur Penyetoran PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang

Wajib disetor oleh pemungut ke Kas Negara melalui Kantor Pos,

bank Devisa, atau bank yang ditunjk oleh Menteri Keuangan dengan

menggunakan surat setoran pajak. Pemungut pajak wajib menerbitkan

bukti pemungutan rangkap tiga (lembar pertama untuk wajib pajak,

lembar kedua untuk KPP, lembar ketiga sebagai arsip pemungut yang

Page 13: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

37

bersangkutan). Batas waktu penyetoran dalam satu (1) masa pajak harus

disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah

masa pajak berakhir. Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan

dengan hari libur, pelaporan dapat dilakukan paling lambat pada hari

kerja berikutnya (Pasal 2 PMK-242/PMK.03/2014).

3.3.6 Pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang BUMN

Pemungut PPh Pasal 22 wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap,

dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,

angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta

menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib

Pajak (WP) terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan

oleh Direktur Jenderal Pajak.

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh WP digunakan

untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek

pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. SPT

digunakan oleh Pemungut PPh Pasal 22 untuk melaporkan pembayaran

atas pemungutan PPh Pasal 22 yang menjadi kewajibannya adalah SPT

Masa PPh Pasal 22.

Pemungut melaporkan PPh Pasal 22 yang dipungut dengan

menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 22 paling lambat tanggal 20 (dua

puluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir (Pasal 10 dan

11 PMK-243/PMK.03/2014).

3.3.7 Sanksi Pajak

1. Sanksi Administrasi

Sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak

berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketetapan Umum dan

Tata Cara Perpajakan diuraikan sebagai berikut:

a. Berkaitan dengan denda

Page 14: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

38

Dijelaskan dalam pasal 7 ayat (1) berkaitan dengan SPT Masa

lainnya tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan

maka akan dikenai sanksi berupa denda Rp 100.000,00 (seratus

ribu rupiah)

b. Berkaitan dengan bunga

Pasal 9 ayat (2) tentang keterlambatan pembayaran pajak masa,

dikenai sanksi berupa bunga 2% (dua persen) per bulan dari

jumlah pajak terutang, dihitung mulai tanggal jatuh tempo

pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran.

3.4 Penerapan Pemungutan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22 Atas

Pengadaan Barang BUMN Pada PT KAI (Persero) DAOP 4 Semarang

3.4.1 Tahapan Pengajuan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang

Mekanisme pengajuan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang di PT KAI

(Persero) DAOP 4 Semarang:

1. Tahap 1: Penerimaan dokumen tagihan dari rekanan PT KAI.

Penerimaan dokumen penagihan dari bagian keuangan kepada

bagian pajak. Dokumen penagihan berupa :

a. Surat Kontrak

b. Surat Perintah Kerja

c. Berita acara tentang bang yang diserahkan

d. Invoice Tagihan

e. Faktur Pajak

Rekanan dari PT KAI wajib membuat Faktur Pajak dan SSP

Pajak ketika terjadi penyerahan barang kena pajak. Dalam

pengisian faktur pajak rekanan harus mengisi kode transaksi „03‟

karena digunakan untuk penyerahan BKP dan atau/ JKP kepada

Pemungut Pajak Lainnya (selain Bendaharawan Pemerintah) yang

pajaknya di pungut oleh pemungut pajak.

2. Tahap 2: Dokumen dari bagian keuangan dicek, terdapat pajak

terutang atau tidak. Bagian pajak melakukan sortir faktur pajak,

Page 15: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

39

dengan melihat nominal yang tertera . Pengadaan barang dengan

nominal lebih dari Rp 10.000.000 selain yang dikecualikan sesuai

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2015, maka termasuk

PPh Pasal 22 atas pengadaan barang.

Bagian pajak juga melakukan pemeriksaan terhadap kode

transaksi faktur pajak faktur pajak, untuk memeriksa kemungkinan

kesalahan penulisan kode transaksi atas pengenaan PPh Pasal 22

karena dalam pelaksanaannya masih terdapat rekanan PT KAI yang

melakukan kesalahan dalam penulisan kode tranaksi, yang

seharusnya diisi dengan kode 03 tetapi rekanan menulisnya dengan

01. Selain memeriksa nominal yang terdapat pada faktur rekanan

PT KAI juga melakukan pemeriksaan terhadap identitas rekanan.

3. Tahap 3: Verifikasi dokumen tagihan, selanjutnya bagian keuangan

membubuhkan tanda tangan pada dokumen tersebut, lalu mencetak

dokumen A13 dan Surat Perintah Pembayaran.

4. Tahap 4: Memposting dan menjurnal faktur pajak yang dilakukan

oleh bagian keuangan

5. Tahap 5: Mencetak dokumen A9 (Surat Perintah Pembayaran).

Dokumen A9 berfungsi sebagai surat perintah pembayaran.

6. Tahap 6: Proses pembayaran oleh bagian keuangan melalui transfer

lewat Bank sesuai dengan bank yang digunakan oleh rekanan.

7. Tahap 7: Bagian Keuangan melakukan input data ke SAP (System

Analysis and Program Development) dalam melakukan rekonsiliasi

PT KAI, bagian pajak melakukan pencocokan antara fisik faktur

dengan DPP.

3.4.2 Penyetoran PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang

PT KAI paling lambat melakukan penyetoran PPH Pasal 22 Atas

Pembelian Barang pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah

Masa Pajak berikutnya setelah Masa Pajak berakhir, dalam hal batas

akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur, pelaporan dapat dilakukan

Page 16: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

40

paling lambat pada hari kerja berikutnya (Pasal 2 PMK-

242/PMK.03/2014). Dalam pengisian SSP menggunakan kode Pajak

411122-100 ke bank persepsi. Setelah melakukan pembayaran,

Pemungut akan mendapatkan bukti penyetoran PPh Pasal 22, dimana

dalam setiap bukti pembayaran terdapat Nomor Transaksi Penerimaan

Negara (NTPN), NTPN merupakan bukti sah dan diakuinya penerimaan

negara pada saat uang masuk ke rekening kas negara sesuai dengan

tanggal NTPN. NTPN atau Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang

diterbitkan oleh sistem modul penerimaan negara secara terpusat (pada

server Direktorat Jendral Pajak) sebagai bukti bahwa setoran telah

tercatat sebagai penerimaan dan diserahkan kepada wajib pajak/ wajib

bayar/ bendahara melalui bank presepsi pada saat melakukan

penyetoran. Setelah proses penyetoran selesai dilakukan oleh PT KAI,

para rekanan akan mendapatkan bukti pungut.

3.4.3 Pemungutan dan Pelaporan PPh Pasal 22 PT KAI (Persero) DAOP

4 Semarang

PPh Pasal 22 dalam pelaksanaan pemungutan pajak yang terutang

melibatkan pihak ketiga atau yang dikenal dengan istilah “With

Holding Sistem” (Mardiasmo,2008). PT. KAI (Persero) merupakan

salah satu Pemungut yang ditunjuk oleh Pemerintah dalam pelaksanaan

pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi pengadaan barang kepada

rekanan. Dengan tarif yang dipungut sebesar 1,5% dari harga

pembelian, apabila rekanan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) maka rekanan tersebut akan dikenakan tarif lebih tinggi yaitu

3% dari harga pembelian.

Dokumen yang digunakan dalam pemungutan Pajak Penghasilan

Pasal 22 pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4

Semarang adalah

1. Faktur Pajak

Page 17: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

41

Faktur pajak harus disertakan pada saat rekanan memasukan

tagihan ke keuangan.

2. Surat Setoran Pajak (SSP)

Merupakan bukti bahwa pajak telah disetorkan, didalamnya

terdapat NTPN yang berisi Noomor Transaksi Penerimaan Negara.

3. Bukti Penerimaan Negara

Dokumen yang diterbitkan oleh Bank Persepsi/Bank Devisa

Persepsi/Pos Persepsi atas transaksi penerimaan negara dengan

teraan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor

Transaksi Bank (NTB).

4. Surat Pemberitahuan

Surat Pemberitahuan berisi laporan Pajak Penghasilan Pasal 22 PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang pada

masa yang bersangkutan.

5. Bukti Penerimaan Surat

Dokumen ini digunakan sebagai bukti bahwa PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang telah melakukan

pelaporan atas PPh Pasal 22 kepada KPP setempat.

6. Bukti Pemungutan

Bukti Pemungutan digunakan sebagai dokumen yang mencatat

terperinci setiap transaksi PPh Pasal 22 atas pengadaan barang

selain yang dikecualikan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Daerah Operasi 4 Semarang.

7. Daftar Bukti Pemungutan

Daftar Bukti Pemungutan digunakan sebagai dokumen yang

mencatat seluruh transaksi dalam Bukti Pemungutan PPh Pasal 22

atas pengadaan barang pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Daerah Operasi 4 Semarang.

Bagian keuangan pusat kemudian melakukan pembayaran melalui e-

billing dan selanjutnya akan diperoleh SSP dan NTPN yang dikirimkan

via email dari bank.

Page 18: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

42

Prosedur pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian pada PT. KAI

(Persero) berawal dari pengadaan barang, kemudian melakukan

pemungutan PPh Pasal 22, membuat faktur pajak standar, faktur pajak

dibuat rangkap 3 (tiga). Lembar 1 untuk Pemungut, Lembar 2 untuk

arsip rekanan, Lembar 3 untuk KPP melalui Pemungut. Pada setiap

lembar Faktur Pajak wajib dibubuhi cap “Disetor Tanggal:.........” dan

ditandatangani oleh pengesah pembayaran.

Bagian Pajak kemudian membuat SPT Masa PPh Pasal 22, Bukti

Pemungutan, Datar Bukti Pemungutan (masing-masing dibuat 2

lembar). Kemudian SPT Induk PPh Pasal 22, Bukti Pemungutan, Daftar

Bukti Pemungutan, dan SSP lembar ke 3 dilaporkan ke Kantor

Pelayanan Pajak. Pelaporan tidak hanya dalam bentuk hardopy, tapi

juga dalam bentuk softcopy.

Kantor Pelayanan Pajak kemudian meneliti dokumen-dokumen yang

dilaporkan. Setelah diteliti Kantor Pelayanan Pajak kemudian

mengeluarkan Bukti Penerimaan Surat. Bukti Penerimaan Surat beserta

SSP lembar 1 dan Bukti Pembayaran Pajak, dan lembar 2 ke SPT Masa

PPh Pasal 22, Bukti Pemungutan, Daftar Bukti Pemungutan diarsip di

Bagian Pajak. PT KAI menyampaikan SPT sebelum batas waktu

penyampaian (tanggal 20 Februari 2017) yaitu pada tanggal 07 Februari

2017 maka tidak ada sanksi karena PT KAI telah melaksanakan

kewajiban perpajakan sesuai ketentuan peraturan perpajakannya.

3.5 Input SPT Pajak Penghasilan Pasal 22 PT. KAI pada Aplikasi e-SPT

Pajak Penghasilan Masa Pasal 22

PT. KAI yang dalam hal ini ditetapkan sebagai pemungut, maka PT. KAI

memiliki kewajiban untuk menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 22. SPT

Masa PPh Pasal 22 berfungsi sebagai sarana bagi PT. KAI untuk melaporkan

PPh Pasal 22 yang dipunggut atas penyerahan barang kena pajak dari pihak

rekanan.

Page 19: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

43

Dalam pengisian SPT PPh Pasal 22, PT. KAI menginput data melalui

aplikasi e-SPT PPh Pasal 22. Aplikasi ini dapat diunduh melalui web

http://www.pajak.go.id dan dapat di instal di komputer masing-masing.

Berikut tahapan dalam penginputan SPT PPh Pasal 22 melalui aplikasi e-SPT

PPh Pasal 22:

1. Tahap 1: Pengisian user name dan password pada aplikasi e-SPT PPh

Pasal 22. PT KAI. Menggunakan user name administrator dan password

123 pada form login User name dan password ini merupakan user name

dan password standar dari aplikasi yang dapat diganti.

Gambar 3.5.1 Pengisian User Name dan Password

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

2. Tahap 2: Pemilihan e-Program untuk menentukan input SPT baru

Page 20: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

44

Gambar 3.5.2 Pemilihan e-Progam

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

3. Tahap 3: Pengaturan Masa, Tahun Pajak SPT PPh Pasal 22 yang akan

dibuat dan Pembetulan apabila sebelumnya telah membuat SPT

Gambar 3.5.3 Setting SPT PPh Pasal 22

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

a. Masa Pajak = bulan Januari karena SPT dibuat atas transaksi

bulan Januari

Page 21: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

45

b. Tahun Pajak = 2017

c. Pembetulan = 0 karena SPT ini SPT baru

4. Tahap 4: Input Bukti Pungut PPh Pasal 22

Gambar 3.5.4 Input Bukti Pungut PPh Pasal 22

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

5. Tahp 5: SPT PPh Pasal 22, berisi tentang:

Gambar 3.5.5 Input data SPT PPh Pasal 22

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

Page 22: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

46

SPT PPh Pasal 22 akan otomatis terisi setelah melakukan input di SPT

Induk.

6. Tahap 6: Input SSP dan NTPN

Gambar 3.5.6 Input SSP dan NTPN

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

7. Tahap 7: Cetak SPT Induk yang akan digunakan untuk lapor ke KPP

Gambar 3.5.7 Cetak SPT

Page 23: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

47

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

8. Tahap 8:Print hasil dari cetak SPT yang telah dilakukan

Setelah melakukan tahap 7, kemudian klik cetak maka akan muncul SPT

Induk yang nantinya akan dilaporkan ke KPP.

Gambar 3.5.8 Print SPT

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

9. Tahap 9: Cetak Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22

Gambar 3.5.9 Cetak Daftar Bukti Pemungutan

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

Page 24: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

48

c. Buka Halaman Utama SPT induk

d. Klil pada icon SPT PPh

e. Klik Daftar Bukti Pemungutan PPh Pasal 22

f. Cetak

10. Tahap 10: Pelaporan SPT melalui SPT Tools

Gambar 3.5.10 Pelaporan SPT

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

11. Tahap 11: Input Data Pelaporan SPT PPh Pasal 22, sebagai berikut:

Gamabar 3.7.11 Input Data Pelaporan

Sumber: PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

Page 25: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

49

a. Masa Pajak = Januari.

b. Tahun Pajak = 2017.

c. Lokasi File = Klik pada e-SPT PPh 22 ( Tempat menyimpanan e-SPT)

d. Setelah di klik pada lokasi e-SPT data akan muncul.

Klik Create File jika data telah sesuai untuk penyelesaian pelaporan e-

SPT PPh Pasal 22.

Penginputan SPT Masa PPh Pasal 22 selesai, kemudian PT. KAI akan

melaporkan ke KKP Madya Kota Semarang. Adapun data yang

dilaporkan berupa:

a) Daftar Surat Setoran Pajak PPh Pasal 22

b) SSP 1 (satu) lembar

Serta membawa softfile data. Setelah lapor PT KAI akan mendapatkan

Bukti Lapor.

3.6 Hambatan yang Dihadapi dan Pemecahan Masalah di PT. Kereta Api

DAOP 4 Semarang

3.6.1 Hambatan yang dihadapi

PT KAI. merupakan salah satu BUMN yang bergerak dalam jasa

angkutan barang dan jasa. Dengan ditunjuknya PT. KAI sebagai

Pemungut PPh Pasal 22 maka PT. KAI mempunyai kewajiban untuk

melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan atas transaksi yang

terjadi. Penyetoran PPh Pasal 22 yang telah dipungut sendiri paling

lambat disetor oleh PT. KAI tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya,

sedangkan untuk pelaporan PPh Pasal 22 paling lambat dilaporkan 20

(dua puluh) hari setelah akhir masa pajak. Sanksi yang dikenakan

apabila PT. KAI sebagai Pemungut terlambat melakukan pembayaran

berupa denda sebesar 2% (dua persen) perbulan dari jumlah pajak

terutang, dihitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran sampai

dengan tanggal pembayaran. Sedangkan untuk keterlambatan pelaporan

akan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 100.000,00

Page 26: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

50

(seratus ribu rupiah). Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa

hambatan yang dihadapi PT. KAI (Persero) DAOP 4 Semarang ketika

proses melakukan kewajiban perpajakannya sebagai Pemungut PPh

Pasal 22, yaitu:

1. Tidak adanya Asisten Manager Pajak di bagian unit keuangan yang

salah satu tugasnya bertanggung jawab penuh atas semua pekerjaan

yang dilakukan staf bagian pajak.

2. Minimnya Sumber Daya Manusia dibagian Pajak PT. KAI (Persero)

DAOP 4 Semarang. Hanya terdapat dua orang yang mengerjakan

semua pekerjaan tentang pajak PT. KAI, satu orang fokus dalam

validasi pajak, menghitung, dan mengoreksi sedangkan satu orang

yang lain membantu dalam proses penyetoran, dan pelaporan pajak.

3. Dalam tahap awal pekerjaan yaitu penerimaan pegawai baru pada

PT. KAI tidak ditempatkan pada bagian/unit yang sesuai dengan

ijazah jurusan yang ditempuh.

4. Peralatan yang digunakan untuk menunjang pekerjaan perunit seperti

printer, scaner dan kursi kurang memadahi.

3.6.2Pemecahan Masalah

PT. KAI dengan berbagai hambatan dalam melakukan kewajiban

perpajakannya dapat melakukan pengoptimalan kinerja dengan cara:

1. Orientasi Peningkatan Sumber Daya Manusia

Orientasi adalah suatu kegiatan pemberian pengarahan yang

bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme di bidang perpajakan

dan meningkatkan pengetahuan manajemen pendapatan perusahaan.

2. Evaluasi Hasil

Evaluasi Hasil adalah kegiatan penilaian dan pengukuran sejauh

mana keberhasilan dari pelaksanaan kewajiban perpajakan yang

dilakukan oleh PT. KAI (Persero) DAOP 4 Semarang.

3. Peningkatan Seleksi Penerimaan Pegawai

Page 27: BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajakeprints.undip.ac.id/59174/3/07_BAB_III.pdf · untuk membiayai public investment (Siti Resmi, 2014:1). 2. S. I. Djajadiningrat ... penerbit

51

Peningkatan seleksi ini dimaksudkan agar PT. KAI mendapatkan

calon pekerja potensial, pegawai yang benar-benar paham dan

mengerti kewajiban yang nantinya akan dibebankan kepadanya.

4. Pembelian Peralatan Kantor Baru

Peralatan Kantor yang memadahi akan sangat membantu

pengoptimalan kinerja para pegawai.