Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
42
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Wilayah
Kota Malang adalah kota terpadat kedua di Jawa Timur setalah
Surabaya,Diketahui ketinggian Kota Malang antara 440-667 meter diatas
permukaan air laut (mdpl). Selain kota terpadat kedua, Kota Malang juga
memiliki fasilitas kesehatan yang mempuni, terdapat 24 rumah sakit baik swasta
maupun milik pemerintah,55
begitupun dengan pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) yang mencapai 15 unit dan tersebar di lima kecamatan di Kota
Malang.56
Dengan menjadi kota urban, selain dikenal sebagai kota pendidikan,
Kota Malang juga merupakan barometer pelayanan kesehatan di Jawa Timur.
Salah satu rumah sakit type B yang berada di Kota Malang dan dibawah
kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur adalah Rumah Sakit Syaiful
Anwar (RSSA) yang beralamat di Jalan Agung Suprapto No 2 Klojen Kota
Malang. RSSA selalu mendapatkan rujukan dari rumah sakit type C dan D di
seluruh Jawa Timur. Saking padatnya pasien RSSA, mereka rela mengantri dari
jam satu pagi.
Selain rumah sakit dan puskesmas, praktek dokter umum yang diketahui
jumlahnya mencapai 114.57
Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang demikian
maka untuk memperoleh pelayanan kesehatan semakin mudah.
Saat ini pelayanan kesehatan di Kota Malang sudah terintegrasi dengan
BPJS Kesehatan. Semenjak tahun 2014 telah dilaksanakan keintegrasian data
55Pemerintah Kota Malang. Data Rumah Sakit Umum. https://malangkota.go.id/layanan-
publik/kesehatan/data-rumah-sakit-umum/ 56
Pemerintah Kota Malang. Puskesmas. https://malangkota.go.id/fasilitas-daerah/puskesmas/ 57
Pemerintah Kota Malang. Data Praktek Dokter Umum. https://malangkota.go.id/layanan-
publik/kesehatan/data-praktek-dokter-umum/.
43
jamkesmas dan jamkesda untuk dijadikan peserta PBI-JKN. Untuk mengem
bangkan program JKN tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh BPJS Kesehatan,
maka dapat dibantu oleh kewenangan pemerintah daerah maupun pihak swasta
(Baca; PP No 85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antara Lembaga
BPJS). Penyelenggara pemerintah yang melaksanakan program jaminan sosial
yaitu Dinas Sosial. Sebagai pelaksana fungsi dari program JKN Dinas Sosial
memiliki kewenangan dalam penetapan peserta PBI-JKN dan harus terkordinasi
dengan BPS dan juga diketahui oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan
Kementerian Kesehatan.
Dengan luas wilayah Kota Malang mencapai 110.06 Km². Pada tahun 2016
Penduduk Kota Malang mencapai 855.196 jiwa dengan total warga miskinnya
37.030 jiwa. Jumlah warga miskin adalah indikator untuk menentukan sebaran
peserta yang akan menerima akses jaminan kesehatan melalui program JKN non
mandiri. Karena permasalahan kemiskinan rentan kaitannya dengan persoalan
kesehatan, maka penting untuk mengetahui jumlah warga miskin di Kota Malang
beserta permasalahan kesehatan yang dialami.
B. Permasalahan
Temuan dari penelitian ini terdapat dua masalah, yaitu kondisi kemiskinan
dan kesehatan. oleh karena ini berikut ini akan disampaikan penyajian data
kondisi kemiskinan dan kesehatan dan analisa data.
1. Penyajian Data
Kemiskinan menjadi penting, karena hal tersebut merupakan
tanggungjawab negara (pemerintah) dalam mengayomi dan membina warga
44
negaranya, sehingga warga miskin akan menjadi objek dari penerima bantuan
sosial yang diperuntukan sebagai bentuk untuk mendapatkan kesejahteraan.
Oleh karena itu penting mengetahui jumlah warga miskin di Kota Malang.
Badan Pusat Satatistik Kota Malang menyampaikan dari tahun 2008 hingga
2016 setidaknya telah terjadi penurunan angka kemiskinan, hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini:
Tabel 3.2Jumlah Penduduk Miskin Kota Malang Tahun 2008 – 201658
Tahun Jumlah Warga
Kota Malang
Jumlah Penduduk
Miskin
(Persentase
PendudukMiskin) %
2008 792.243 57.200 7,22
2009 795.161 44.370 5,58
2010 820.338 48.400 5,90
2011 826.181 45.440 5,50
2012 836.223 43.400 5,19
2013 843.298 40.900 4,85
2014 846.666 40.640 4,80
2015 850.000 39.100 4,60
2016 855.196 37.030 4,33
Sumber: Badan Pusat Satistik Kota Malang.
Kondisi menurunnya angka kemiskinan hingga tahun 2016
menandakan besaran warga yang akan mendapatkan bantuan sosial, termasuk
jaminan kesehatan. Indikator sebagai wilayah yang dapat dikatakan kondisi
kesehatannya baik apabila Angka Harapan Hidup (AHH) semakin tinggi dan
Angka Kematian Bayi (AKB) menurun setiap tahunnya. Hal tersebut akan
menggambarkan tingkat kesehatan menjadi penting untuk mutu pembangunan
58
Badan Pusat Satistik Kota Malang. Angka Kemiskinan Kota Malang dari Tahun 2008 – 2016.
https://malangkota.bps.go.id/statictable/2017/06/21/540/jumlah-penduduk-miskin-persentase-
penduduk-miskin-p0-garis-kemiskinan-indeks-kedalaman-kemiskinan-p1-dan-indeks-keparahan-
kemiskinan-p2-kota-malang-2008-2016.html.Diakses pada 22 Juni 2017.
45
manusia di suatu wilayah. Hal itu juga akan menjadi tolak ukur bahwa semakin
sehat kondisi masyarakat maka akan semakin mendukung proses dan dinamika
pembangunan ekonomi semakin baik. Pada akhirnya hasil dari kegiatan
perekonomian adalah tingkat produktifitas penduduk suatu wilayah dapat
diwujudkan berkaitan dengan pembangunan kesehatan, pemerintah melakukan
berbagai program kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
khususnya memberikan kemudahan akses; pelayanan publik, seperti
Puskesmas yang sasaran utamanya menurunkan angka tingkat kesakitan
masyarakat, menurunkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang serta
meningkatkan angka harapan hidup.59
Selain itu BPS menjelaskan bahwa AHH merupakan cara untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. AHH
yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan
kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,
kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Kota
Malang, tercatatat pada tahun 2010 – 2016 terjadi peningkatan AHH, hal
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini:
59
Chazali Husni Situmorang. Kebijakan Pemerintah Kaitannya dengan Kesejahteraan. http://
www.jurnalsocialsecurity.com/news/kebijakan-pemerintah-kaitannya-dengan-kesejahteraan. html.
Diakses pada 05 Juanuari 2017.
46
Tebel 3.3 Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Malang, 2010-2016
Uraian Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Angka Harapan Hidup (AHH) 72,17 72,21 72,25 72,28 72,30 72,60 72,68
Sumber: Badan Pusat Satistik Kota Malang.60
Sedangkan Angka Kematian Bayi sebagaimana yang disampaikan
oleh Dinas Kesehatan Kota Malang hanya terdapat pada tahun 2010 – 2014.
Hal tersebut dapat dilihat pada grafik 3.1 dibawah ini:
Grafik 3.1 Perkembangan Kematian Bayi di Kota Malang Tahun 2010-201461
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Malang
Pada tahun 2010 hingga tahun 2014 angka kematian bayi di Kota
Malang menurun. Sedangkan tahun 2015 dan 2016 angka kematian bayi
mencapai 16,65 (2015) dan 15,57 (2016)62
dari keseluruhan kelahiran pada
tahun tersebut.
Oleh karena itu penting untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan,
meskipun pada data yang disampaikan oleh BPS maupun Dinas Kesehatan
60
Badan Pusat Satistik Kota Malang. Angka Harapan Hidup Kota Malang dari Tahun 2010 –
2016. https:// malangkota.bps.go.id/statictable/2017/06/13/536/angka-harapan-hidup-ahh-kota-
malang-2010-2016.html. Diakses pada 14 Juni 2017 61
Dinas Kesehatan Kota Malang. 2015. Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2014.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2014/3573_Jatim_Ko
ta_Malang_2014.pdf 62
Surya Malang. Media Online. Di Kota Malang : Angka Kematian Bayi Turun, Angka Kematian
Ibu Naik. http://suryamalang.tribunnews.com/2016/12/13/di-kota-malang-angka-kematian-bayi-
turun-angka-kematian-ibu -naik. Diakses pada 13 Desember 2016
47
menyampaikan bahwa permasalahan kesehatan dan kemiskinan telah menurun,
akan tetapi untuk mengantisipasi agar tidak terjadinya kesulitan dala
mengakses pelayanan kesehatan, khusus bagi warga tidak mampu, maka
penting untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan agar mendapatkan akses
kesehatan dengan mudah.
2. Analisa Data
Semenjak diterapkan program JKN, warga Kota Malang yang tidak
mampu mendapatkan jaminan kesehatan melalui PBI disampaikan melalui
Keputusan Menteri Sosial No Huk 2015 Tentang Penetapan PBI JKN Tahun
2016 mencapai 129.314 jiwa. Namun dari hasil jumlah kemiskinan dengan
warga penerima bantuan iuran tidak terjadi kecocokan data dari tahun 2014
hingga tahun 2017, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3,5 dibawah ini:
Tabel 3.5 Jumlah Kemiskinan dan Penerima Bantuan Iuran
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin Penerima PBI – KIS Penerima PBI-APBD
2014 40.640 jiwa 106.902 20.190 jiwa
2015 39.100 jiwa - 24.190 jiwa
2016 37.030 jiwa 129.314 jiwa (SK
Kemensos) 24.924 Jiwa
119.854 jiwa (data PBI-
KIS)
2017 35.890 jiwa 111.768 Jiwa (SK
Kemensos)
27.956 Jiwa
(Jamkesda Okt 2017)
Penetapan warga miskin belum menjadi perioritas oleh pemerintah
Kota Malang dalam mendistribusikan bantuan sosial sebagai bentuk sinergitas
antara instansi. Hal tersebut jika diperhatikan pada tabel 3.5 jumlah warga
miskin tidak sesuai dengan jumlah penetapan PBI-JKN. Padahal dalam PP 101
Tahun 2012, penetapan pendataan warga untuk menerima PBI dilakukan setiap
48
enam bulan sekali, seharusnya terjadi kesesuaian data antara BPS, Kementrian
Sosial dan Dinas Sosial Kota Malang.
C. Pentingnya Sinergitas Dalam Program JKN
Telah disampaikan diatas dari jumlah warga miskin hingga kondisi
kesehatan yang dialami oleh warga Kota Malang. Melalui program JKN, dengan
kewenangan yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan dan Dinas Sosial, maka akan
membantu warga tidak mampu tersebut untuk mendapatkan akses kesehatan
dengan mudah. BPJS Kesehatan salah satu kewenangannya adalah menerima
iuran dari pemerintah agar warga tidak mampu mendapatkan akses kesehatan,
sedangkan Dinas Sosial memiliki kewenangan untuk mendata warga tidak mampu
untuk mendapatkan jaminan atau bantuan sosial. Sehingga dari persoalan yang
disampaikan diatas, warga sebagai penerima layanan akan merasakan kehadiran
pemerintah (negara) dalam memberikan pelayanan publik, terkhusus pada sektor
kesehatan.
Oleh karena itu, sinergitas dalam menjalankan program JKN merupakan
hal yang tepat, karena persoalan kesehatan tidak bisa ditebak. Melalui program
JKN, kondisi AKB yang disampaikan diatas dapat ditanggulangi oleh pemerintah,
sehingga AHH akan semakin meningkat, baik bayi maupun ibu, selain itu juga
persoalan kesehatan lainnya dapat diatasi (solusi).
1. Kewenangan BPJS Kesehatan dalam Melaksanakan Program JKN
BPJS Kesehatan yang merupakan amanat dari UUD 1945 tentang
jaminan sosial dan disampaikan pada pasal 28H ayat (3) dan pasal 34 ayat (2).
Penerapan dari aturan tersebut baru dilaksanakan awal tahun 2014. BPJS
49
Kesehatan memiliki kewenangan yang begitu luas, semenjak ditetapkan pada
UU No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, diperkukuh
pula dengan UU No 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelanggara Jaminan
Sosial (BPJS). Sebagai lembaga yang menjalankan program jaminan sosial,
BPJS memiliki fungsi, tugas, wewenang, hak, dan kewajiban.
I. Tugas BPJS disampaikan pada pasal 10, diantaranya:
a. melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta; b. memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja; c. menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah; d. mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta; e. mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial; f. membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
g. memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat
II. Wewenang BPJS Pasal 11:
a. menagih pembayaran Iuran; b. menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,
solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
c. melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
d. membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
e. membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan; f. mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja
yang tidak memenuhi kewajibannya;
g. melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
h. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
III. Hak BPJS Pasal 12:
50
a. memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
b. memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.
IV. Kewajiban BPJS Pasal 13:
a. memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta; b. mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk
sebesar-besarnya kepentingan Peserta;
c. memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya;
d. memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
e. memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku;
f. memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya;
g. memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
h. memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;
i. membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;
j. melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan
k. melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan
tembusan kepada DJSN.
Sebagai fungsi BPJS Kesehatan adalah memberikan jaminan
kesehatan kepada masyarakat. Dalam hal tugas yang disampaikan, bahwa
BPJS Kesehatan menerima bantuan iuran dari pemerintah, yang dikhususkan
bagi masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan akses pelayanan
kesehatan, dimana aturan tersebut disampaikan pada PP 101 Tahun 2012
Tentang Penerima Bantuan Iuran.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui struktur organisasi BPJS
Kesehatan, karena dibeberapa bagian akan diketahui pelaksana tugas BPJS
51
Kesehatan yang berhubungan dengan instasi lainnya, seperti Dinas Sosial.
Adapun struktur organisasi BPJS Kesehatan dapat dilihat pada bagan 3.1
dibawah ini:
Bagan 3.1 Struktur Organisasi BPJS Kesehatan63
Dari struktur BPJS Kesehatan untuk mengetahui sejauh mana
kinerja antara BPJS Kesehatan dengan instansi lainnya, serta bagaimana
proses evaluasi yang dilakukan untuk tetap mengembangkan sistem jaminan
sosial. Direktur Kepatuhan Hukum dan Hubungan Antar Lembaga yang
memiliki kewenangan pada pelaksana kegiatan tersebut. Dari Direktur
63
Struktur Organisasi BPJS Kesehatan. https://bpjs kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/
2010/3_. Diakses pada 19 Februari 2018.
52
Kepatuhan Hukum dan Hubungan Antar Lembaga memiliki dua deputi
dengan kewenangan, antara lain; Deputi Direksi Bidang Kepatuhan dan
Pelayanan Hukum, Deputi Direksi Bidang Hubungan Antar Lembaga dan
Regulasi. Selain itu juga agar setiap warga negara dapat menjadi peserta
jaminan kesehatan terdapat pada bagian Direktur Perluasan dan Pelayanan
Peserta yang memiliki tiga deputi, diantaranya; Deputi Direksi Bidang
Perluasan Kepesertaan, Deputi Direksi Bidang Kepesertaan dan Deputi
Pelayanan Peserta. yang dimaksud, baik peserta yang membiayai sendiri
maupun yang dibiayai oleh pemerintah.
Ketika masyarakat tersebut sudah didata dan didaftarkan oleh
pemerintah, juga BPJS sebagai kewenangannya dalam melaksanakan
program JKN adalah perluasan peserta, baik yang dibiayai oleh pemerintah
maupun masyarakat yang membiayai sendiri. Dari hal ini perlu difokuskan
untuk melaksakan kerjasama dengan Dinas Sosial (sinergitas), agar
pendataan yang dilakukan dapat mencangkup seluruh masyarakat tidak
mampu di Kota Malang.
2. Kewenangan Dinas Sosial dalam Melaksanakan Program JKN
Dalam hal kewenangan, Dinas Sosial merupakan pelaksana
pemerintah pada bidang sosial yang melaksanakan perlindungan sosial.
Perlindungan sosial adalah bentuk kehadiran pemerintah untuk memberikan
bantuan sosial sehingga masyarakat akan mendapatkan jaminan atas hak
hidupnya.
Semenjak dilakasanakan program JKN awal tahun 2014, Dinas
Sosial telah memiliki peran penting dalam hal pendataan. Pelaksanaan PP 101
53
Tahun 2012 telah dilaksanakan semenjak program Jamkemas dan Jamkesda.
Program Jamkesmas dan Jamkesda telah masuk dalam pelaksanaan BPJS
Kesehatan yang menjadi motor pelaksana dari program JKN.64
Dinas Sosial Kota Malang memiliki peran penting dan sangat
strategis sebagai pembantu pelaksana pemerintah dibidang sosial (Perwali
Malang No 29 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial). Salah satu tugas dan fungsi Dinas
Sosial adalah melaksanakan jaminan sosial (Pasal 3 Perwali Malang No 29
Tahun 2016).
Dalam melaksanakan jaminan sosial, Dinas Sosial secara otomatis
memberikan perlindungan sosial, dimana perlindungan sosial merupakan
elemen penting dalam merumuskan kebijakan terkait dengan permasalahan
kemiskinan dan kesenjangan.65
Jaminan sosial pada bidang kesehatan
merupakan salah satu bentuk dan strategi perlindungan sosial dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.66
Berhubung permasalahan
kesehatan merupakan hak dasar manusia, sebagaimana yang disampaikan
pada Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia Pasal 25. Karena pentingnya
pelaksanaan pelayanan kesehatan, sehingga di Indonesia dijadikan sebagai
jaminan yang diberikan kepada seluruh warga negara, sejatinya pelaksanaan
jaminan sosial telah dituangkan pada UUD 1945 Pasal 28 H ayat (3).
Disampaikan terkait pentingnya untuk melaksanakan jaminan sosial
agar pendataan yang menjadi kewengan dari Dinas Sosial tepat sasaran,
64
Thabrany, Hasbullah. 2015. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta. RajaGrafindo. Cet Ke II 65
Abu Huraerah. Desember 2015. Perlindungan Sosial Bidang Kesehatan bagi Masyarakat
Miskin. Bandung: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Volume 14, Nomor 2: 70-78.
https://jurnal.usu.ac.id/ index.php/jurnalpember dayaan/article/view/15791/6658. 66
Hasbullah Thabrany. 2015. Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta. RajaGrafindo. Cet Ke II
54
sehingga masyarakat tidak mampu mendapatkan akses kesehatan melalui
program JKN.
Selain Dinas Sosial, permasalahan kesehatan memang domain dari
pelaskanaan tugas Dinas Kesehatan. Dari hal tersebut penting kiranya
sinergitas antara lembaga yang melaksanakan program JKN untuk terus
berdampingan agar pelayanan kesehatan diperoleh untuk semua warga
negara, sebagaimana yang disampaikan pada UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1).
Penyataan pada Pasal 28 UUD 1945, tidak ada pembeda dalam
mendapatkan jaminan kesehatan, karena hal tersebut merupakan hak hidup
masyarakat. Peran penting pemerintah dalam memberikan jaminan
kesehatan adalah salahsatunya. Sebagai kewenangan dari pemerintah daerah
yang disampaikan pada UU 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
terkait dengan Pembagian urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah
Pusatdan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, bahwa kewenangan
dari pemerintah daerah pada pelaksanaan perlindungan sosial terdapat dua
poin, pertama sebagai pemelihara anak-anak terlantar, kedua sebagai
pendata dan pengelola data fakir miskin cakupan daerah kabupaten/kota.
Dalam hal pengelola data fakir miskin ini terdapat kewenangan yang
dilaksanakan oleh Dinas Sosial untuk memberikan bantuan sosial,
salahsatunya adalah jaminan kesehatan. Adapun bidang yang melaksanakan
pendataan terdapat pada Bidang Bantuan dan Perlindungan Sosial, pada
bidang ini terdapat tiga kasi (kepala seksi), diantaranya; Kasi Bantuan Sosial
dan Korban Bencana, Kasi Bantuan Advokasi Perlindungan Sosial dan Kasi
55
Pengelola Sumber Dana Sosial dan Jaminan Sosial – struktur organisasi
dapat dilihat pada bagan 2.2 dibawah ini:
Terdapat juga Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang diatur dalam
Permensos No 1 Tahun 2012 Tentang PSM. PSM memiliki peran untuk
memberikan kesejahteraan sosial kepada masyarakat yang berkedudukan di
desa atau kelurahan. Karena PSM langsung berdekatan dengan kehidupan
warga, maka PSM dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan warga
yang membutuhkan kesejahteraan sosial, salahsatunya adalah jaminan
kesehatan. PSM bertanggungjawab pada dinas sosial hingga kementrian
sosial, karena wilayah kerjanya mencangkup dari desa/kelurahan,
kecamatan, kebupaten/kota, provinsi, hingga nasional.
56
D. Pelayanan Kesehatan bagi Warga Tidak Mampu selain PBI-JKN di
Kota Malang
Selain program PBI-JKN, di Kota Malang terdapat pelayanan kesehatan
dalam memudahkan masyarakat tidak mampu. Perwali No 11 Tahun2013 Tetang
Tata Cara Penerbitan Surat Pernyataan Miskin adalah akses bagi masyarakat tidak
mampu untuk mendapatkan kemudahan dalam pelayanan kesehatan. Pelaksanaan
Surat Pernyataan Miskin (SPM) telah diberlakukan sebelum program JKN
diterapkan, dimana awalnya adalah untuk memberikan perlindungan kesehatan
bagi masyarakat yang tidak tercantum dalam Jamkesmas (jaminan kesehatan
masyarakat) dan jamkesda (jaminan kesehatan daerah).
Untuk memperoleh SPM setidaknya dapat dilakukan sebagaimana yang
disampaikan pada Perwali No 11 Tahun2013 Tetang Tata Cara Penerbitan Surat
Pernyataan Miskin:
1. Ketentuan SPM adalah
a) Setiap penduduk Kota Malang yang termasuk dalam kelompok masyarakat miskin yang tidak memiliki Jamkesmas dan Jam kesda
berhak mendapatkan SPM;
b) Kelompok masyarakat miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah keluarga yang berdasarkan penghitungan indikator yang
tercantum dalam formulir SPM memiliki jumlah skor paling sedikit 30
(tiga puluh);
c) SPM diberikan setelah masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengajukan permohonan dan melengkapi persyaratan secara
lengkap dan benar;
d) Rumah Sakit yang ditetapkan wajib memberikan pelayanan kesehatan lanjutan kepada masyarakat pemegang SPM sesuai standar pelayanan
yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah
Daerah dengan Rumah Sakit tersebut;
e) Dalam kondisi gawat darurat dan SPM masih dalam proses penerbitan sedangkan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
mendapatkan pelayanan kesehatan dari rumah sakit, maka dapat
diberikan Surat Pengantar yang dikeluarkan oleh Ketua RT yang
57
didasarkan pada hasil penghitungan indikator yang tercantum dalam
formulir SPM;
f) Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi : a. Rumah Sakit Tentara Dr. Soepraoen Malang sebagai sarana rujukan
sekunder; dan
b. Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang sebagai sarana rujukan tersier.
g) Pelayanan kesehatan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi RJTL dan RITL;
h) Seluruh biaya pelayanan kesehatan yang timbul atas pelayanan terhadap masyarakat pemegang SPM ditanggung oleh Pemerintah Daerah;
2. Tata Cara Penerbitan SPM, dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Pemrosesan penerbitan SPM dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan; b) Pengajuan permohonan SPM dilakukan oleh pasien atau anggota
keluarga pasien yang tercantum dalam KK yang sama dengan pasien;
c) Apabila pasien tidak memiliki keluarga, pengajuan permohonan SPM dilakukan oleh Ketua RT diwilayah pasien berkedudukan sebagaimana
tercantum dalam KTP pasien;
d) Tata cara penerbitan SPM meliputi persyaratan administrasi, mekanisme pelayanan dan waktu pemrosesan sebagaimana tercantum dalam
lampiran I Peraturan Walikota ini;
e) Bentuk Formulir SPM dan Surat Pengantar dari Ketua RT yang dipersyaratkan dalam pengajuan permohonan SPM sebagaimana
tercantum dalam lampiran II Peraturan Walikota ini;
f) Bentuk SPM yang diterbitkan oleh Kepa la Dinas Kesehatan sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Walikota ini;
g) Terhadap pelayanan penerbitan SPM tidak dikenakan biaya apapun kepada Pemohon;
h) Masa berlaku SPM adalah selama 3 (tiga) bulan sejak tanggal ditandatangani;
3. Tim Pengelola Jaminan Kesehatan
a) Tim Pengelola Jaminan Kesehatan bertugas melakukan verifikasi terhadap kelengkapan berkas persyaratan permohonan SPM.
b) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi bahan pertimbangan bagi Kepala Dinas Kesehatan dalam penerbitan SPM.
c) Tim Pengelola Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.
d) Sekretariat Tim Pengelola Jaminan Kesehatan bertempat di Bidang Pelayanan Kesehatan.
Pelaksanaan SPM ini hanya berlangsung selama tiga bulan, apabila
pasien yang dimaksud masih membutuhkan perawatan dan jangka waktu
58
penggunaan SPM telah selesai, maka dapat diperpanjang melalui surat pengantar
dari RT yang akan disampaikan kembali kepada Dinas Kesehatan.
Pada tahun 2018 ini, pemerintah Kota Malang telah mengembangkan
sistem online SPM. Mekanisme tersebut warga cukup datang ke kantor kelurahan
dan mengisi formulir secara online.67
Apabila persayatan yang disampaikan diatas
sesuai dengan aturan SPM, maka akan langsung mendapatkan akses kesehatan.
67
Pemerintah Kota Malang. Dinas Kominfo Gelar Bimtek Operasional Aplikasi e-SPM. https://
malangkota.go.id/2017/12/05/kominfo-gelar-bimtek-operator-e-spm/. Diakses pada 05 Desember
2017.