35
30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula kelapa di Yogyakarta lebih dikenal sebagai gula jawa atau gula merah, dikenal dalam berbagai susastra Jawa. Pakem Tarugana yang ditulis Mas Ngabehi Prawira Sudira dan disalin oleh RM Jayengkusuma pada 1897 juga memuat resep tradisional pembuatan gula kelapa. Sebelum Perjanjian Giyanti tahun 1755 yang memecah Mataram menjadi Kasunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, gula kelapa menjadi keseharian raja dan kawula. Menurut catatan De Graaf, Kabupaten Gunung Kidul pada abad ke-16 hidup sebagai sentra industri gula kelapa. 1 Industri kecil dan kerajinan adalah usaha produktif di sektor nonpertanian, baik merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan. Dilihat dari cara dan skala kegiatan, industri kecil dan kerajinan masih belum memasuki tingkat pabrikan dan baru pada tingkat industri rumah tangga. Meskipun begitu berdasarkan rekaman tertulis dan hasil-hasil survei, industri kecil dan usaha kerajinan bersifat padat karya, sehingga melibatkan tenaga kerja dari lapisan masyarakat bawah dalam jumlah paling besar sesudah sektor pertanian. Industri gula kelapa di Desa Hargotirto merupakan sebuah industri tradisional. Usaha tersebut telah berlangsung ratusan tahun, sebuah bentuk 1 Helena Fransisca Nababan, “Dari Nira Kelapa Merebak Rasa”, Kompas, 4 Juni 2013, hlm. 6.

BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

30

BAB III

PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO

KECAMATAN KOKAP

A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa

Gula kelapa di Yogyakarta lebih dikenal sebagai gula jawa atau gula

merah, dikenal dalam berbagai susastra Jawa. Pakem Tarugana yang ditulis Mas

Ngabehi Prawira Sudira dan disalin oleh RM Jayengkusuma pada 1897 juga

memuat resep tradisional pembuatan gula kelapa. Sebelum Perjanjian Giyanti

tahun 1755 yang memecah Mataram menjadi Kasunan Surakarta dan Kasultanan

Yogyakarta, gula kelapa menjadi keseharian raja dan kawula. Menurut catatan De

Graaf, Kabupaten Gunung Kidul pada abad ke-16 hidup sebagai sentra industri

gula kelapa.1

Industri kecil dan kerajinan adalah usaha produktif di sektor nonpertanian,

baik merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan. Dilihat dari cara

dan skala kegiatan, industri kecil dan kerajinan masih belum memasuki tingkat

pabrikan dan baru pada tingkat industri rumah tangga. Meskipun begitu

berdasarkan rekaman tertulis dan hasil-hasil survei, industri kecil dan usaha

kerajinan bersifat padat karya, sehingga melibatkan tenaga kerja dari lapisan

masyarakat bawah dalam jumlah paling besar sesudah sektor pertanian.

Industri gula kelapa di Desa Hargotirto merupakan sebuah industri

tradisional. Usaha tersebut telah berlangsung ratusan tahun, sebuah bentuk

1 Helena Fransisca Nababan, “Dari Nira Kelapa Merebak Rasa”, Kompas,

4 Juni 2013, hlm. 6.

Page 2: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

31

kecakapan yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi

berikutnya dalam masyarakat Desa Hargotirto. Di kalangan perajin masih ada

anggapan bahwa bidang usaha dan dirinya satu sehingga sulit dipisahkan,

meskipun pendapatannya kecil atau bahkan tidak cukup untuk menopang

keluarga, namun kecil sekali hasrat mereka untuk pindah pekerjaan. Sikap itu

adakalanya dikaitkan dengan alasan irasional. Sikap lain yang dominan adalah

kurang melihat ke depan dan tidak kreatif. Meskipun cukup energik, tetapi kurang

memiliki antisipasi menganai berbagai kemungkinan di masa yang akan datang.

Mungkin yang demikian itu ada kaitannya dengan pandangan atau anggapan

bahwa ada hari ada nasi. Dalam usaha terdapat kecenderungan kuat untuk meniru

yang sudah dikerjakan orang lain, lebih-lebih kalau usaha itu berhasil. 2 Sikap

kurang businesslike yang terdapat pada sementara perajin mungkin sekali didasari

oleh anggapan kalah satak batii sanak (rugi uang tak apa karena tokh mempunyai

teman atau kawan). Sikap persaudaraan antara sesama perajin masih cukup tebal

dalam menjalankan usaha kerajinan, sikap yang masih senafas dengan kaidah

sosial yang berlaku di pedesaan. 3

Perluasan keterampilan dan teknologi usaha kerajinan rakyat berlangsung

setapak demi setapak melalui pendidikan informal dan hubungan antar keluarga

dan tetangga atau mereka yang memiliki hubungan sosial yang dekat.

Keterampilan itu mungkin sekali semula berasal dari luar yang dirintis oleh

seorang warga desa. Di tempat perintis mulai menangani kegiatan kerajinan

2 Soeri Soeroto, “Sejarah Kerajinan di Indonesia”, Prisma, No. 8 Agustus

1983, hlm. 20.

3 Ibid., hlm.21.

Page 3: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

32

biasanya terjadi pengalihan keterampilan yang secara berangsur-angsur akan

meluas ke sikatarnya baik itu keluarga maupun tetangga. Prosesnya biasanya

dimulai dengan turutnya seseorang saudara atau tetangga untuk membantu

perintis tersebut yang berstatus sebagai magang. Kalau kegiatan itu maju maka

magangnya bisa bertambah yang akan bekerja dalam belajar kepada perintis

kemudian magang ini telah memiliki keterampilan yang dianggap memadai yang

bisa diukur dari upahnya, maka ia akan memulai usaha sendiri sekitarnya

memiliki modal usaha. Demikian seterusnya ia akan menjadi tempat magang

perajin baru dengan demikian tumbulah kegiatan itu diantara banyak keluarga,

sehingga akan terjadi suatu cluster kegiatan kerajinan. Pertumbuhan yang

demikian itu merupakan pola yang berlaku di lingkungan usaha kerajinan yang

tumbuh dan menjadi besar. 4 Bilamana perintisan sudah terjadi jauh di masa

lampau mungkin ia akan dilupakan orang. Banyak perajin yang sudah tidak tahu

siapa dan kapan terjadi perintisan itu. Begitu pula dengan munculnya industri gula

kelapa di Desa Hargotiro, tidak diketahui secara pasti kapan sebenarnya usaha ini

pertama kali tumbuh.

Desa Hargotirto merupakan salah satu daerah sentra tanaman kelapa dan

penghasil gula kelapa yang sangat potensial di Kulonprogo. Letak geografis,

tingginya permintaan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan baku nira

adalah faktor-faktor pendorong munculnya industri gula kelapa di Desa

Hargotirto. Desa Hargotirto memiliki sumber daya tanaman kelapa mencapai

16.815 pohon dengan luas 14.713,370 ha dan berpenduduk 7.504 jiwa.

4 Ibid., hlm.29

Page 4: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

33

Berdasarkan data profil desa Hargotirto memiliki perkebunan rakyat seluas

3.961,865 ha dengan potensi pendukung Waduk Sermo.5

B. Perkembangan Industri Gula Kelapa tahun 1998-2013

Suatu kegiatan usaha meskipun sangat sederhana dan tradisional, apabila

diperhatikan secara lebih mendalam pasti terdapat bagian-bagian yang mengalami

peningkatan atau perkembangan. Sejalan dengan perihal diatas maka

bagaimanapun lambatnya perkembangan industri gula kelapa di desa Hargotirto

tentunya mengalami perkembangan. Peningkatan dan perkembangan tersebut

bersumber dari pengaruh dalam dan juga luar. Terlebih lagi perkembangan dan

peningkatan itu didorong oleh adanya faktor sosial ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Adanya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan, maka

dalam kehidupannya manusia menggunakan akal pikiran untuk mencapai hasil

yang diinginkan. Begitu pula yang terjadi di dalam kehidupan para perajin gula

kelapa di Desa Hargotirto dalam usahanya untuk menyesuaikan perkembangan

zaman ikut mempengaruhi pula terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan, baik itu

yang menyangkut peralatan serta hasil barang yang dibuat, masalah kualitas dan

jenis produksi yang dihasilkan, jumlah serta perluasan daerah pemasaran.

1. Perkembangan Industri Gula Jawa Tahun 1998-2007

Desa Hargotiro merupakan salah satu daerah sentra tanaman kelapa dan

penghasil gula kelapa yang sangat potensial di Kulon Progo. Industri gula kelapa

di Desa Hargotirto merupakan industi rumah tangga. Berdasarkan jumlah tenaga

5 Monografi Desa Hargotirto tahun 2013.

Page 5: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

34

kerja yang bekerja pada usaha/perusahaan, tanpa memperhatikan besarnya modal

yang ditanam dan kekuatan mesin yang digunakan sektor industri dikategorikan

menjadi empat yaitu: industri rumah tangga yaitu industri dengan jumlah tenaga

kerja 1-4 orang; industri kecil yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 5-19

orang; industri sedang yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang dan

industri besar yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.6

Tabel 11. Sektor Industri Gula Kelapa di Desa Hargotirto

(Sumber: Wawancara dengan Byartono, Roh dan

Desperindagkop Kulon Progo)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa banyaknya industri kecil gula

kelapa mengalami kenaikan lebih dari 90% di tahun 2013. Pada tahun 1998,

Indonesia mengalami krisis moneter yang berdampak lesunya ekonomi keuangan

pada sebagian besar daerah di Indonesia, namun di daerah Kecamatan Kokap

khususnya Desa Hargotirto sebagian besar tidak mengalami krisis tersebut. Hal ini

dikarenakan bahan baku untuk membuat gula kelapa yakni nira, tidak dibeli

melainkan diambil dari lahan perajin.

6

www.organisasi.org/19701970/01/pengertian-defini-macam-jenis dan

penggolongan--industri-di-indonesia.html?m=1 diakses tanggal 25 Juni 2014

pukul 20.05 WIB

Tahun

Industri

Rumah Tangga

Industri

Kecil

1998 970 2

2011 956 27

2012 450 562

2013 156 960

Page 6: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

35

Masyarakat Desa Hargotirto sebagian besar tergantung pada pekerjaan

nderes dan industri rumah tangga gula kelapa. Adapun usaha nderes pohon kelapa

sangat tergantung dengan musim. Musim yang terbaik bagi masyarakat hargotirto

untuk nderes kelapa adalah sasi mareng. Pada bulan-bulan ini hasil nira yang

didapatkan dapat dikatakan sebagian besar dapat menjadi gula merah kualitas

pertama. Hal ini disebabkan kandungan air di dalam nira tidak begitu banyak.

Berbeda pada saat musim penghujan ketika sudah berjalan kurang lebih satu

bulan, nira yang didapat sudah banyak mengandung air. Nira tersebut tidak begitu

baik untuk membuat gula kalaupun bisa dibuat gula, maka gula yang dihasilkan

adalah gula kualitas ketiga dan banyak menjadi gulali.

Tahun 1999, perajin gula jawa di Desa Hargotirto mempunyai

ketergantungan yang cukup tinggi pada pengijon, karena banyak perajin yang

meminjam modal kepada pengijon, perajin juga tergantung pada ketersediaan

tenaga kerja untuk nderes. Ketergantungan pada tenaga nderes tersebut

memunculkan sebuah cara yaitu maro atau genten, cara yang dilandaskan pada

prinsip saling menguntungkan ini biasanya berdasarkan hari dalam minggu,

dimana tenaga kerja mempunyai hak 3 hari dengan keseluruhan hasilnya.

Sedangkan pemilik pohon kelapa akan mendapatkan hak bau tenogo nderes

dengan hasil niranya sebanyak 4 hari. Hasil nira yang menjadi hak pemilik pohon

disebut tampa, artinya pemilik pohon nampa (menerima) hak nira tersebut. Sistem

maro tersebut memiliki beragam variasi, misalnya maro dadap dimana hak bau

ndiwan (pekerja nderes) mendapat jatah yang lebih banyak dalam perhitungan

pembagian hasil menurut hitungan hari. Pemilik hanya mendapat 2 hari tampa

Page 7: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

36

nira, sedangkan penderes mendapat 3 hari nderesnya, maro dadap tersebut

biasanya dilakukan oleh mereka yang memiliki kebun kelapa yang jauh dari

rumah, yang menggunakan tenaga di lokasi kebun kelapa tersebut berada.

Tahun 2001, pemasaran gula jawa mengalami perkembangan, yakni gula

jawa desa Hargotirto mulai dipasarkan ke luar kota yaitu kota Yogyakarta, Bantul

dan Purworejo oleh pedagang besar. Pedagang besar adalah pedagang yang

membeli hasil pertanian dari pedagang pengumpul dan atau dari produsen, serta

menjual kembali kepada pengecer dan pedagang lain atau kepada pembeli untuk

industri, lembaga dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang

sama pada konsumen akhir. Dalam penelitian ini terdapat satu pedagang besar

gula kelapa yang terdapat di kecamatan Kokap. Pedagang besar ini mendapatkan

gula kelapa salah satunya dari pedagang pengumpul yang berada di Hargotirto

kemudian memasarkan gula kelapa tersebut ke konsumen luar kota. Konsumen

luar kota ini merupakan pedagang pengecer yang berada di luar kota, sehingga

masih menjual lagi. Pedagang besar ini mendapatkan gula kelapa dari pedagang

pengumpul tiap harinya sekitar 200-300 kg. Setelah mendapatkan gula kelapa,

pedagang besar mengemasnya terlebih dahulu dengan plastik yang sudah ada

labelnya sebelum dijual. Pedagang besar mengemas gula kelapa 10 kg tiap

plastiknya.7 Penjualan ke luar kota ini dilakukan setiap lima hari sekali. Dalam

satu kali transaksi penjualan ke luar kota dapat mencapai penjualan sekitar 1-11/2

ton.8.

7 Wawancara dengan Byartono tanggal 8 Februari 2014.

8 Wawancara dengan Sunaryo tanggal 8 Februari 2014.

Page 8: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

37

Jumlah produksi gula jawa di desa Hargotirto tahun 1998-2013 sebagai

berikut:

Tabel 12. Produksi Gula Jawa tahun 1998-2008

No Tahun Produksi /kg

1 1998 38.967

2 2004 57.075

3 2008 230.000

(Sumber: Wawancara dengan Roh dan

Byartono dan Desperindagkop tahun 2008)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan jumlah produksi gula jawa di desa

Hargotirto dari tahun 1998 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan hampir 8 kali

lipat. Untuk mengetahai kondisi industri kecil gula kelapa di desa Hargotirto pada

tahun 1998-2007 sebagai berikut:

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam industri gula jawa skala rumah tangga

di desa Hargotirto adalah nira, yaitu cairan bening yang terdapat di dalam mayang

atau manggar kelapa yang pucuknya belum membuka. Mayang atau manggar

adalah bunga kelapa yang dijumpai pada pohon kelapa yang sudah berumur ± 8

tahun. Nira diperoleh dengan cara penyadapan atau penderesan.

Nira kelapa yang digunakan untuk gula harus memiliki kualitas yang baik.

Nira yang kurang baik mudah menjadi basi (lumer), aroma dan rasanya kecut dan

menghasilkan gula kelapa yang mudah lengket. Sedangkan nira kelapa yang

berkualitas baik dan masih segar mempunyai rasa manis, berbau harum,

Page 9: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

38

tidakberwarna (bening), derajat keasamaan (pH) berkisar 6-7, dan kandungan gula

reduksinya relatif rendah.

Bahan baku diperoleh perajin dari penyadapan tanaman kelapa milik

sendiri, sehingga perajin tidak perlu membeli bahan baku tersebut. Jumlah bahan

baku nira yang dimasak akan sangat berpengaruh terhadap banyak sedikitnya gula

jawa yang akan dihasilkan nantinya. Banyak sedikitnya nira yang dihasilkan

sangat dipengaruhi oleh jumlah pohon yang disadap dan jumlah bunga kelapa/

mayang yang tumbuh. Tanaman kelapa dapat disadap mulai umur 8 tahun. Setiap

satu pohon kelapa biasanya dapat menghasilkan 1-3 buah mayang untuk disadap,

dengan lama penyadapan per mayang sekitar 10-35 hari tergantung dari kondisi

pohon kelapa tersebut. Selain bahan baku utama, untuk proses pengolahan nira

masih juga dibutuhkan bahan penolong. Bahan penolong atau penunjang ini

antara lain bahan pengawet seperti air kapur yang dicampur getah manggis atau

tatal nangka. Bahan tambahan lain yang digunakan dalam proses pembuatan gula

semut adalah gula pasir dan air. Gula pasir digunakan untuk bahan katalisator

ataun itu kristal dari luar. Air digunakan untuk bahan pelarut dalam proses

pembuatan gula atau untuk mencuci peralatan selama proses pembuatan gula.

b. Permodalan

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam menjalankan suatu

usaha. Semakin besar modal yang dimiliki maka kesempatan untuk memperluas

usaha menjadi semakin besar. Begitu pun dalam industri gula kelapa. Hampir

seluruh produsen yang mengusahakan industri gula kelapa menggunakan modal

sendiri. Sedangkan sisanya memperoleh modal pinjaman dari pedagang

Page 10: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

39

pengumpul. Jadi pedagang pengumpul berfungsi sebagai pembeli gula kelapa dan

pemberi pinjaman. Dari hasil penelitian diketahui bahwa besarnya modal yang

digunakan pengusaha di tahap awal produksi rata-rata sebesar Rp 1.000.0000

sampai dengan Rp. 5.000.000,-. Banyak pengusaha yang kurang merespon adanya

modal pinjaman dari bank karena khawatir tidak dapat mengembalikannya serta

merasa beban yang harus ditanggung jika mereka meminjam uang ke bank. 9

c. Tenaga Kerja dan Sistem Upah

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi adalah salah satu elemen

penting dalam industri. Ditangan para pekerja inilah proses berjalan. Tenaga kerja

merupakan roda-roda yang menjalankan proses produksi secara langsung. Industri

hargotirto merupakan sebuah industri rakyat. Artinya industri ini adalah kegiatan

ekonomi yang diusahakan oleh masyarakat secara perseorangan atau rumah

tangga. Industri ini pada awalnya merupakan sebuah bentuk kerajinan tradisional

yang keahlian tersebut diwarisakan secara turun temurun dari penduduk desa

sebelumnya kepada generasi selanjutnya. Karakteristik sebagai industri yang

bersifat tradisional tampak dalam faktor produksi tenaga kerja, mulai dari

perekrutan hingga sistem kerja dan upah.

Tenaga kerja dalam agroindustri gula kelapa meliputi tenaga kerja luar dan

tenaga kerja dalam (keluarga). Penggunaan tenaga kerja luar pada umumnya

dalam kegiatan penderesan. Sedangkan tenaga kerja dari keluarga pada umumnya

berperan dalam melakukan kegiatan pemiliharaan, pengolahan dan pemasaran.

Penggunaan tenaga kerja keluarga untuk kegiatan pemilaharaan dalam penelitian

9 Wawancara dengan Soyem tanggal 7 Maret 2015.

Page 11: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

40

ini tidak dihitung karena kegiatan pemeliharaan tanaman secara sederhana hanya

menjelang dan pada musim hujan sehingga tidak termasuk batasan waktu

penelitian.

Terkait dengan adanya tenaga kerja adalah upah kerja atau disebut juga

gaji. Upah diartikan sebagai bentuk penghasilan yang diterima oleh pekerja, baik

berupa uang maupun barang dalam jangka waktu tertentu.10

Upah yang diberikan

disesuaikan dengan tugas dan keahlian masing-masing yang sudah tertata dengan

baik. Sistem penerimaan upah yang diperoleh perajin dari pembuatan gula semut

dalam pengerjaannya dengan berbagai cara yaitu harian dan mingguan,. Upah

harian adalah upah yang diberikan kepada pekerja dihitung perhari atau

dibayarkan sekaligus pada hari itu. Jumlah yang diberikan beragam tergantung

keahlian masing-masing. Para buruh menerima upah berkisar antara Rp.15.000,00

sampai Rp.25.000,00 per hari untuk pengolahan gula kelapa, sedangkan upah

mingguan ialah upah yang diberikan kepada pekerja dihitung setiap satu minggu

sekali dengan jumlah yang dibayarkan berkisar antara Rp.105.000,00 sampai

Rp.210.0000,00. 11

Sistem upah menampakkan cirinya industri pedesaan yakni

pembayaran upah pekerja tidak teratur dan seringkali mengalami penangguhan.

d. Peralatan Usaha

Peralatan yang digunakan dalam industri gula kelapa secara umum adalah

peralatan non mekanis yang masih sederhana bahkan peralatan tersebut ada yang

dibuat sendiri dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar.

10

Nurimansyah Hasibuan, “Upah Tenaga Kerja Dan Konsentrasi Sektor

Industri”, Prisma, Nomor V 1981, hlm. 3.

11

Wawancara dengan Byartono, tanggal 8 Februari 2014

Page 12: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

41

Peralatan yang diperlukan untuk pembuatan gula kelapa dapat dibedakan menjadi

dua bagian yaitu peralatan untuk menyadap yakni Pisau sadap, Bumbung, Tali

dan peralatan untuk membuat gula jawa adalah Kenceng, Irus, Wajan, Ember,

Ancak, Tenggok, Luweng , Cetakan.

e. Proses Produksi

Proses pembuatan gula kelapa pada prinsipnya adalah proses penguapan

atau pemekatan nira. Berdasarkan keterangan dari Byartono proses produksi gula

jawa harus melewati 6 tahap meliputi:

1) Pengumpulan Nira

Bunga kelapa yang sudah disadap akan terus menurus

mengeluarkan nira selama kurang lebih satu bulan. Untuk menampung

nira tersebut penderes menggunakan bumbung dari bambu diikatkan

dengan pelepah daun kelapa. Bambu yang digunakan sebagai

bumbung dibuat dari jenis bambu wulung karena menurut penderes

nira yang ditampung dalam bambu wulung akan tetap jernih dan tidak

kotor. Nira yang ditampung dalam bumbung diturunkan setiap pagi

antara pukul 05.00-08.00 WIB dan sore antara pukul 16.00-18.00 WIB

tergantung pada banyaknya pohon kelapa dan banyaknya tenaga deres

yang digunakan. Setiap kali memanjat penderes membawa bumbung

kosong untuk mengganti bumbung yang terisi dan mengiris ujung

manggar yang disadap beberapa milimeter agar aliran nira lancar.

Page 13: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

42

Gambar 1. Penderesan.

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

Sebelum digunakan untuk menampung nira, bambung

mengalami beberapa perlakuan. Pertama, bumbung dicuci bersih

dengan air dingin dan dibilas dengan air panas. Bumbung yang kotor

akan menyebabkan nira rusak dan gula kelapa yang dihasilkan akan

rendah mutunya. Dalam tiap-tiap bumbung yang telah tersih ini

dimasukkan bambu yang terdiri dari campuran kapur, getah manggis

yang disebut laru dan air. Fungsi laru ini adalah sebagai bahan

pengawet dan penjerinih nira, agar nira tidak masam serta agar kotoran

nira bisa mengendap. Setelah diberi bahan pengawet bumbung siap

digunakan untuk menampung nira.

2) Penyaringan

Sebelum dimasak, nira disaring terlebih dahulu untuk membuang

kotoran-kotoran yang berupa bunga kelapa, lebah dan semut.

Penyaringan nira ini menggunakan kain yang bersih dan hasil saringan

langsung ditampung dalam wajan.

Page 14: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

43

b

Gambar 2. Perebusan Nira.

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

3) Pemasakan

Nira kelapa yang sudah bersih dari kotoran dimasak (direbus)

dalam wajan besar cukup untuk menampung 6 liter nira untuk sekali

masak. Nira yang dimasak lama-kelamaan akan menjadi pekat karena

terjadi penguapan air dan konsentrasi gulanya meningkat. Proses

pemasakan nira hingga menjadi pekat membutuhkan waktu kurang

lebih 2½ jam hingga 3 jam. Selama pemasakan (perebusan) harus

dilakukan pengadukan agar nira dapat masak secara merata dan tidak

menjadi gosong, terutama di bagian bawah. Perebusan nira terus

ditingkatkan hingga konsentrasi gulanya mencapai kondisi jenuh, yaitu

konsentrasi bahan kering mencapai 80%. Pada saat itu gula siap

berubah dari fase cair menjadi fase padat.

Page 15: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

44

Gambar 3. Pemasakan

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

Untuk mengetahui bahwa pemasakan telah jenuh, perlu diuji

dengan cara mengambil sedikit nira yang dimasak, kemudian

diteteskan ke dalam gelas yang berisi air bersih. Apabila terjadi

pembekuan dalam air, berarti pemasakan sudah dapat dihentikan dan

wajan diturunkan dari tungku api. Proses pemasakan ini pada

umumnya dilakukan oleh suami atau istri pada pagi dan sore hari.

4) Pencetakan

Pemasakan nira telah dianggap cukup apabila telah menjadi

pekat(kental mulai mengeras). Pada saat itu, adonan gula diangkat dari

wajan dan dituangkan ke dalam cetakan. Cetakan gula kelapa biasanya

terbuat dari tempurung kelapa. Namun, cetakan gula kelapa dapat juga

dibuat dari bumbung bambu, cetakan alumunium, atau cetakan kayu.

Bentuk cetakan gula yang dihasilkan bermacam-macam, tergantung

dari bentuk cetakannya.

Page 16: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

45

Gambar 4. Pencentakan

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

5) Pendinginan

Gula kelapa yang sudah dicetak dikeringkan dengna diangin-

anginkan. Setelah kering, gula kelapa tersubut diletakkan di tempat

yang kering. Untuk mempercepat proses pendinginan, pekatan nira

segera diaduk. Pengadukan dilakukan sampai suhunya turun menjadi

70 C. Pengadukan ini juga akan menyebabkan tekstur dan warna gula

yang dihasilkan lebih baik dan cepat kering. Nira kelapa sebanyak 1 kg

akan menghasilakan gula sebanyak 100 g (10%). Bila dijadikan gula

semut, nira sebanyak 1 kg akan menghasilkan rendemen gula semut

sebanyak 70 g (7%).

Gambar 5. Pendinginan

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

Page 17: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

46

6) Pengemasan

Gula yang telah dikeluarkan dari cetakan dibungkus untuk

selanjutnya dipasarkan. Pembungkus yang digunakan dapat berupa

daun kelapa kering, pohon pisang atau kantong plastik.

f. Pemasaran

Aktivitas pemasaran sering diartikan sebagai aktivitas menawarkan dan

menjual barang kepada konsumen, tetapi bila dilihat lebih jauh makna pemasaran

tidak sekedar menawarkan dan menjual barang saja. Tujuan dari kegiatan

pemasaran yaitu untuk memuaskan serta memenuhi kebutuhan manusia akan

barang dan jasa. Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-

kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan

kebutuhan berdasarkan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.12

Esensinya, pemasaran mengantisipasi dan mengukur pentingnya

kebutuhan dan keinginan dari kelompok konsumen tertentu dan menanggapinya

dengan aliran barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan. Untuk mencapai

tujuan ini perusahaan perlu menargetkan pasar yang paling sesuai dengan sumber

dayanya, mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan pasar sasaran lebih

baik dari produk-produk yang kompetitif, membuat produk-produk itu tersedia

dengan segera, mengembangkan kesadaran pelanggan akan kemampuan

12

Basu Swastha. DH dan Irawan., Manajemen Pemasaran. (Yogyakarta:

Liberty, 2005 ), hlm. 5

Page 18: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

47

pemecahan masalah dan lini produk perusahaan, mendapatkan umpan balik dan

pasar tentang keberhasilan produk dan produk perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diuraikan

mengenai pola saluran pemasaran gula kelapa di Kabupaten Kulon Progo. Saluran

pemasaran gula kelapa di Kabupaten Kulon Progo, produsen gula kelapa

semuanya menjual produksi gula kelapanya ke pedagang pengumpul. Produsen

gula kelapa menjual produksinya dengan membawanya langsung ke pedagang

pengumpul dengan tanpa biaya transportasi dikarenakan semua produsen dalam

menjual gula kelapanya dengan cara jalan kaki karena produsen dan pedagang

pengumpul berada dalam satu wilayah desa.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pada saluran pemasaran gula kelapa

di Kabupaten Kulon Progo terdapat tiga pola saluran pemasaran karena konsumen

gula kelapa dari Kabupaten Kulon Progo terdiri dari konsumen dalam kota dan

luar kota. Proses pendistribusian gula kelapa antara di dalam kota dan luar kota

berbeda. Jika di dalam kota, dari pedagang pengumpul langsung dijual ke

pedagang pengecer di pasar kemudian langsung dijual kepada konsumen. Jika di

luar kota, proses pendistribusian gula kelapa dari pedagang pengumpul harus

melalui pedagang besar baru dipasarkan ke luar kota. Dimana pedagang besar ini

kuat dalam modalnya sehingga lebih memilih memasarkan ke luar kota yang

dapat memperoleh keuntungan lebih besar dari penjualan di dalam kota.

g. Relasi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya membentuk

suatu komunitas yang saling berinteraksi. Kegiatan interaksi merupakan landasan

Page 19: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

48

bagi terbentuknya berbagai lembaga sosial yang ada dalam masyarakat. Lembaga

sosial tersebut berfungsi untuk menjawab tuntutan kebutuhan hidup bagi

masyarakat. Suatu relasi sosial yang sedang dijalankan oleh individu-individu atau

kelompok masyarakat tidak akan bertahan lama apabila terjadi perbedaan persepsi

serta adanya penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma berlaku.

Relasi sosial yang telah lama dijalankan dan masyarakat yang terlibat

mengangap bahwa hubungan tersebut bisa diterima, maka kelamaan relasi sosial

tersebut melembaga. Proses seperti ini juga terdapat pada masyarakat yang

sebagian besar anggotanya bekerja sebagai penderes. Masyarakat penderes sudah

sejak lama menjalin relasi sosial dengan para pengepul dalam pemasaran gula

kelapa, jalinan relasi sosial antara penderes dan pengepul sudah melembaga dalam

masyarakat dan bahkan sudah menemukan pola kerja sama yang menggunakan

sistem kontrak. Sistem kontrak ini dijalankan tanpa adanya suatu perjanjian

tertulis atau perjanjian resmi lainnya seperti dalam dunia perdagangan modern.

Relasi sosial dengan mengunakan sistem kontrak ini sifatnya personal dan

berdasarkan saling kepercayaan. Sistem ini dijalankan denagan cara pengepul

memberikan uang pelepas terlebih dahulu sebagai jaminan agar penderes terlebih

dahulu menyetorkan gula kelapa kepada pengepul yang bersangkutan, sistem

kontrak ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan antara lain bahwa

relasi yang dijalankan akan bertahan lama dibandingkan dengan sistem penjualan

biasa karena memang tidak ada sistem ikatan. Sistem kontrak ini sangat

menguntungkan pihak pengepul, karena dengan adanya uang pelepas sebagai

pengikat kontrak, pengepul dapat setoran secara teratur dan pasti. Di samping itu

Page 20: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

49

penetapan harga pembelian ditetapkan secara sepihak oleh pengepul. Penderes

sebagai pihak yang memiliki hutang berada pada posisi yang lemah yang tidak

berdaya serta menerima begitu saja harga yang ditetepkan pengepul. Sedangkan

keuntungan yang diterima para penderes, yaitu disaat harga gula kelapa sedang

jatuh para pengepul tetap menerima semua hasil produksi gula kelapa dari

penderes.

Relasi sosial antara pemilik pohon dan penderes terjadi saling

ketergantungan, karena masing-masing pihak membutuhkan bantuan pihak lain.

Pemilik pohon tidak dapat menikmati hasil tanamannya tanpa batuan penderes,

demikian pula sebaliknya pembagian hasil produksi gula kepala dapat dikatakan

sebagai suatu yang adil, karena masing-masing pihak mendapatkan separuh hasil

produksi. Pola-pola hubungan yang terjalin antara penderes dan pengepul

menimbulkan suatu kesenjangan yang mencolok. Pengepul menikmati hasil yang

lebih besar dibandingkan yang didapat para penderes yang kerjanya ekstra keras.

Hal ini membuat kondisi penderes hidup dalam kemiskinan dan tidak mengalami

perubahan taraf hidup ke arah yang lebih baik. Pola-pola relasi jual beli ini

terbukti mengarah ke sifaf ekploitatif. Pola hubungan sosial yang terjadi antara

penderes dan pengepul berbentuk patron client dalam artian pengepul menjamin

kebutuhan para penderes baik berupa uang pinjaman maupun barang kebutuhan

dasar. Sisi lain penderes akan patuh kepada pengepul dalam wujud selalu setor

hasil produksinya kepada pengepul yang bersangkutan. para penderes yang

sebagian besar hidup dalam kemiskinan sangat membutuhkan bantuan pengepul,

Page 21: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

50

agar dapat menghadapi berbagai kesulitan yang akan memberpuruk tingkat hidup

subsitensinya.

2. Perkembangan Gula Semut di Desa Hargotirto Tahun 2008-2013

Gula semut merupakan gula merah versi bubuk dan sering pula disebut

orang sebagai gula kristal. Salah satu pusat produksi gula semut di Yogyakarta

ada di kawasan Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo. Bisnis ini

berawal dari melimpahnya produksi gula jawa di Hargotirto. Lantas ada tawaran

dari sebuah perusahaan eksportir asal Bali untuk menjual gula merah dalam

bentuk bubuk ke mancangera.

Koperasi Serba Usaha (KSU) Jatirogo adalah koperasi yang menjadi

tujuan para perajin gula semut di Kulon Progo, khususnya Hargotirto. Gula kelapa

produksi KSU Jatirogo ditanam dan diolah secara organic. KSU Jatirogo

mendapat sertifikat organik dari Contrtol Union (CU) yang bertempat di Belanda,

dengan asistensi Hivos. Setiap tahun KSU Jatirogo membutuhkan biaya 150 juta

untuk memperpanjang sertifikat. Sertifikasi ini penting dilakukan sebab pasar gula

semut adalah negara-negara Barat yang peduli pada standar mutu produk. Dalam

memperoleh perpanjang sertifikat KSU Jatirogo beserta CU dan Humanistisch

Instituut voor Ontwikkelings Samenwerking (HIVOS) melakukan inpeksi ke

petani-petani kelapa. Tanah tumbuhnya pohon kelapa tidak boleh terkontaminasi

pupuk dan bahan-bahan kimia. Begitu pula tanaman tetangga di sekitar pohon

kelapa. Bumbung bambu yang digunakan untuk nderes nira kelapa tidak boleh

dicuci dengan detergen, melainkan cukup dengan air hangat.

Page 22: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

51

Tahun 2008, produksi gula kelapa tidak hanya terbatas pada gula kelapa

cetak, tetapi sudah mulai berkembang dalam bentuk gula kelapa kristal. Produk

gula kelapa kristal mempunyai beberapa keunggulan dibanding gula kelapa cetak,

yaitu lebih mudah larut karena berbentuk kristal, daya simpan yang lebih lama,

bentuknya lebih menarik, harga lebih mahal dibandingkan gula kelapa cetak,

pengemasan dan pengangkutan lebih mudah, rasa dan aroma lebih khas, mudah

diperkaya dengan bahan lain yaitu iodium, vitamin A atau mineral. Gula kelapa

kristal memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan gula (bahan pemanis)

nasional yang selama ini sebagian besar masih impor.

Tahun 2009, perajin gula semut mulai melakukan variasi produksi, dengan

menambahkan perasa dalam produksi untuk meningkatkan daya saing. Beberapa

variannya adalah gula semut rasa jahe, kencur dan vanila.

Tahun 2010, industri gula semut di Hargotirto semakin berkembang.

Industri gula semut yang pada awalnya adalah industri rumah tangga berkembang

menjadi industri kecil. Seiiring dengan perkembangan dalam pemasaran gula

semut, permintaan akan gula semut semakin meningkat. Hal ini mendorong para

pelaku usaha gula semut untuk memproduksi lebih banyak gula semut dengan

cara mengolah gula kelapa atau gula merah menjadi gula semut. Hal inilah yang

melatarbelakangi terbentuknya industri gula semut menjadi industri kecil.

Di KSU Jatirogo dilakukan pengemasan agar produk gula semut lebih

menarik untuk dipasarkan, baik di pasar nasional ataupun mancanegara. Jumlah

produsen gula kelapa yang terorganisir Internal Control System (ICS) KSU

Jatirogo yaitu tahun 2008; 1.260 orang, tahun 2009; 1.596 orang, tahun 2010;

Page 23: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

52

1.620 orang, tahun 2011; 1.620 orang, tahun 2012; 1.554 orang dan tahun 2013:

2.024 orang.13

Berikut Jumlah penjualan gula semut organik di KSU Jatirogo:

Tabel 13. Jumlah Penjualan Produk Organik

No Tahun Penjualan/kg

1 2009 108.113

2 2010 90.324

3 2011 97.252

4 2012 304.146,4

5 2013 565.550

(Sumber: Arsip KSU Jatirogo tahun 2009-2013)

Perkembangan gula semut berbeda dengan perkembangan gula jawa,

perbedaan itu dapat dilihat dari bahan baku, modal, proses produksi dan

pemasaran. Untuk mengetahui kondisi industri gula semut di desa Hargotirto pada

tahun 2008-2013 sebagai berikut:

a. Bahan Baku

Bahan baku untuk pembuatan gula semut adalah hasil gula kelapa buatan

sendiri atau para pedagang gula kelapa. Pada dasarnya pembuatan gula semut

adalah mengubah senyawa gula yang terlarut menjadi gula padat dalam bentuk

kristal atau serbuk.

b. Permodalan

Perkembangan industri gula semut di Hargotirto itu tidak lepas juga dari

bantuan pemerintah dengan pemberian modal pada operasional KSU Jatirogo.

13

Arsip KSU Jatirogo tahun 2009-2013.

Page 24: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

53

Para perajin skala rumah tangga menjual hasil gula semutnya ke pengepul, dari

pengepul ini kemudian dijual ke KSU Jatirogo. Pada tahun 2013 KSU Jatirogo

dapat pinjaman dari Pemerintah daerah sebesar 800 juta. Setelah itu juga dari

kredit rakyat dari BRI sebesar 100 juta. 14

c. Peralatan Usaha

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan gula semut adalah peralatan

non mekanis yang masih sederhana bahkan peralatan tersebut ada yang dibuat

sendiri dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar. Peralatan yang

diperlukan untuk pembuatan gula semut yaitu ancak, tenggok, luweng, guser,

centhong, sisrik, oven ,tampah, ayakan dan irus.

d. Proses Produksi

Pembuatan gula kelapa secara tradisional umumnya hanya sampai pada

pencetakan saja. Sedangkan pembuatan gula semut merupakan proses lanjut dari

pembuatan gula kelapa tradisional menjadi gula kelapa yang berbentuk kristal

(butiran-butiran kecil). Berdasarkan keterangan dari Byartono proses produksi

gula semut harus melewati 6 tahap meliputi:

1) Persiapan bahan

Gula kelapa yang akan dibuat menjadi gula semut harus memiliki

kualitas yang baik. Artinya, gula kelapa tersebut murni terbuat dari nira

kelapa murni tanpa campuran bahan lain seperti ketela dan lain-lainnya.

Gula kelapa tersebut dipotong-dipotong kecil, kemudian dilarutkan ke

dalam air dengan perbandingan 2:1 (misalnya 2 kg gula dicampur

14

Wawancara dengan Theresia tanggal 10 Mei 2015

Page 25: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

54

dengan 1 liter air). Larutan gula kelapa yang diperoleh disaring dengan

kain saring sehingga dipeoleh larutan gula kelapa yang bersih. Larutan

gula yang telah bersih tersebut ditambah gula pasir sebanyak 15 %,

kemudian dipanaskan pada suhu 110 C. Sambil diaduk-aduk agar

merata. Karena terjadi penguapan air, maka larutan gula tersebut akan

menjadi pekat dan konsentrasi gulanya meningkat. Pemanasan

ditingkatkan sampai konsentrasi gula mencapai kondisi jenuh, yaitu saat

konsentrasi larutan gula berubah dari fase cair ke fase padat.

2) Kristalisasi

Pemasakan larutan telah mencapai titik jenuh, wajan

diturunkan dari tungku api dambil diaduk kuat-kuat. Selanjutnya,

dilakukan kristalisasi dengan cara diberi inti kristal dari luar. Inti

kristal dapat diperoleh dengan cara mengosok-gosok pinggir wajan

memakai pengaduk kayu hingga dihasilkan gula padat berbentuk

kristal. Kristal-kristal gula yang dihasilkan melalui pengadukan

tersebut tentu belum sempurna. Untuk menyempurnakan kristal gula

tersebut, masih perlu dilakukan “penguseran” dengan alat guser yang

terbuat dari tempurung kelapa bersih (telah dikerok). Pengguseran

dilakukan sampai menghasilkan kristal gula yang sempurna.

Page 26: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

55

Gambar 6. Penguseran

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

3) Penyaringan

Gula kelapa yang telah berbentuk kristal dipindahkan dalam

nampan dan dibiarkan samapai dingin. Setelah kristal gula kelapa

tersebut dingin, selanjutnya dilakukan penyaringan atau pengayakan

sehingga diperoleh kristal-kristal gula kelapa yang besarmya sama.

Kristal-kristal gula kelapa yang besar-besar dan tidak akan masuk

dalam saringan harus dihancurkan dengan cara digerus memakai alat

dari kayu atau tempurung kelapa dan kemudian disaring dan diayak.

Gambar7. Gula Semut

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

Page 27: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

56

4) Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk memperoleh gula semut yang

berkualitas tinggi. Pengeringan dilakukan dengan dijemur pada panas

matahari hingga diperoleh kristal yang sunguh-sunguh kering.

Pengeringan dengan pencemuran cukup dilakukan selama satu hari

bila matahari bersinar penuh. Pengeringan dapat juga dilakukan

dengan oven bila tidak ada sinar matahari, khususnya pada musim

penghujan.

Gambar 8. Pengeringan

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

5) Labelisasi kemasan

Gula kelapa yang telah kering siap untuk dikemas dan

dipasarkan melalui warung, toko atau supermarket. Kemasan yang

digunakan untuk mengemas gula semut dapat berupa kantong plastik

atau kantong kertas yang kuat. Kantong kemasan tersebut sebelum

dipakai untuk mengemas harus diberi label terlebih dahulu.

Keterangan yang harus ada pada label tersebut meliputi: nama produk,

Page 28: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

57

komposisi, volume atau isi netto, nama dan alamat perusahaan, nomor

sertifikasi penyuluhan dan kode produksi.

6) Pengemasan

Produk gula semut yang telah dikemas siap dipasarkan melalui

toko atau supermarket. Pengemasan sangat perlu karena disamping

untuk melindungi produk itu sendiri juga untuk memudahkan

distribusi dan menjaga kebersihan (higienitas) hasil produksi. Untuk

memperluas jangkauan pasar, misalnya untuk permintaan konsumen

luar negeri, produk dan kemasannya harus memenuhi standar mutu.

Gambar 9. Kemasan Gula Semut

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2014)

Pengemasan harus memperhatikan sifat bahan yang akan

dikemas, baik sifat fisik maupun sifat kimianya, agar tidak

mempengaruhi aroma dan umur simpannya lebih lama. Hal lain yang

harus diperhatikan dalam pengemasan adalah desain kemasan dan

wujud kemasan. Desain kemasan harus menarik, kuat, mudah dibawa,

mudah disimpan, mudah dibuka dan mudah diambil isinya.

Page 29: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

58

e. Pemasaran

Pemasaran gula semut di Hargotirto hampir sama dengan gula jawa,

semuanya dipasarkan melalui pengepul. Pengepul ini memasarkan lagi produk

gula semutnya melalui KSU Jatirogo. Pihak KSU Jatirogo selanjutnya

memasarkan gula semut ke para eksportir untuk dikirim ke luar negeri diantaranya

Belanda, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Orientasi pemasaran dari gula

semut ini memang pasar ekspor. Hal ini dikarenakan pasar nasional belum

menjanjikan, belum banyak masyarakat dalam negeri yang mengetahui tentang

gula semut dan sangat sedikit sekali permintaan akan gula semut dari pasar dalam

negeri. Umumnya di Indonesia gula semut di jual di supermarket dan outlet-outlet

kesehatan.15

f. Relasi sosial

Perkembangan gula semut di Desa Hargotirto berpengaruh terhadap

perubahan relasi social yang terjadi antara penderes dengan pengepul. Penderes

sebagai pihak yang memiliki hutang berada pada posisi yang lemah yang tidak

berdaya serta menerima begitu saja harga yang ditetepkan pengepul harga gula

jawa sering di monopoli oleh pengepul. Pada tahun 2008, perajin mulai beralih

memproduksi gula semut dikarenakan harga yang cukup stabil. Hal ini tidak

terlepas dari kehadiran KSU Jatirogo.

KSU Jatirogo sejak awal memastikan kesepakatan harga beli, yang

kesepakatannya diperbaharui secara berkala. Kesepakatan pada tahun 2013 harga

beli dari KSU adalah RP. 18.000/kg. Harga beli KSU yang stabil dan tinggi

15

Wawancara Theresia tanggal 14 Desember 2014

Page 30: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

59

membuat banyak perajin tenang. Menurut Suradi dan Tukijan, harga KSU bukan

monopoli, justru sangat membantu dan tidak menyusahkan perajin. Ini

berkebalikan dengan kondisi jual beli ijon tengkulak dengan harga yang tidak

sesuai dengan biaya produksi.16

C. Faktor Pendorong dan Penghambat Perkembangan Industri Gula

Kelapa di Desa Hargotirto.

Suatu kegiatan industri pasti ada faktor-faktor yang mendorong dan

menghambat perkembangannya. Semakin kuat faktor pendorongnya maka

semakin cepat perkembangan tersebut sebaliknya jika semakin kuat faktor

penghambatnya maka perkembangan tersebuat menjadi statis. Faktor pendorong

yang menyebabkan industri gula kelapa di desa Hargotirto berkembang pesat

adalah sebagai berikut:

1. Peranan Pemerintah

Proses untuk meningkatkan kualitas dan membantu kelancaran usaha

gula kelapa di Desa Hargotirto juga dibantu oleh pemerintah dengan cara

melakukan usaha pembinaan dan bantuan antara lain:

a. Keterampilan Usaha

Faktor lain yang berperan dalam meningkatkan kualitas hasil produksi

industri gula kelapa adalah pembenahan Sumber Daya Manusia (SDM) baik

pengusaha maupun pekerja industri. Program pemerintah tersebut dilaksanakan

melalui Departemen Perindustrian Kabupaten Kulon Progo berupa pelatihan, baik

yang dilakukan oleh Disperindag atau bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain

16

Wawancara Suradi dan Tukijan tanggal 14 Desember 2014.

Page 31: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

60

yang terkait dengan pengembangan industri kecil. Disperindag dapat bekerjasama

dengan TP PKK Kabupaten Kulon Progo untuk melakukan pelatihan terhadap

perajin tentang penggunaan peralatan mesin.17

Program Departemen Perindustrian bertujuan memberikan bantuan pada

industri-industri gula kelapa. Bantuan tersebut berupa PPIK (Pusat Pengembangan

Industri Kecil) yang berfungsi membantu memperbaiki manajemen dan

meningkatkan keterampilan perajin seperti dalam hal teknis penggunaan mesin,

alat-alat bantu, pelatihan untuk para pengusaha.18

Program tersebut diharapkan

mampu membawa dampak terhadap peningkatan sumber daya manusia perajin

Desa Hargotirto. Perbaikan Sumber Daya Manusia bertujuan untuk meningkatkan

kualitas produksi untuk dapat bersaing dengan hasil produksi gula kelapa dari

daerah lain.

b. Pendirian KSU Jatirogo

KSU Jatirogo adalah koperasi produsen produk perkebunan organik yang

didirikan pada 26 November 2008 dengan maksud dan tujuan mensertifikatkan

kebun organik dan memasarkan bersama produk-produk perkebunan organik dan

hasil pengolahannya, terutama gula kelapa organik untuk meningkatkan

kesejahteraan petani gula kelapa di wilayah Kulon Progo. Modal pertama kali

diperoleh dari pinjaman lembaga pendamping HIVOS sebesar 60 juta. Setelah itu

17

Wawancara dengan Mangun Diharjo, Perajin Gula Kelapa, Tanggal 14

Desember 2014

. 18

Wawancara dengan Supardi, Kepala Desa Hargotirto, Tanggal 8

Februari Desember 2014.

Page 32: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

61

juga dari kredit rakyat dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 100 juta. Pada

tahun 2013 dapat pinjaman dari Pemerintah daerah sebesar 800 juta. 19

2 . Etos Kerja

Etos menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti sifat, nilai,

dan adat istiadat khas yang memberi watak kepada suatu golongan sosial dalam

masyarakat.20

Etos adalah hal yang abstrak pada diri manusia yang berwujud non

materi, karena merupakan sikap mendasar pada diri manusia atau bisa disebut

watak kebudayaan milik masyarakat, sehingga etos bisa dicerminkan keluar dalam

kehidupan.21

Masyarakat yang ada di Desa Hargotirto memiliki etos kerja yang tinggi

dalam mengembangkan industri gula kelapa. Semangat kerja yang tinggi

tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka, yaitu sikap rajin, telaten, sabar,

pantang menyerah, berani mengambil keputusan dan kerja keras. Orang yang

memiliki semangat kerja tinggi akan mampu melihat dan memanfaatkan setiap

peluang yang akan muncul sehingga dapat membawa keuntungan bagi pribadinya.

Etos kerja yang tinggi bisa dilihat dalam kegiatan sehari-harinya, jam kerja

mereka yang tinggi serta minimnya waktu beristirahat. Berdasarkan sebagaimana

penuturan Abdul Mutillib seorang perajin gula kelapa yang memulai aktifitasnya

pukul 05.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Menurut Abdul Mutollib faktor yang

19

Wawancara dengan Theresia tanggal 10 Mei 2015.

20

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Penyusunan Kamus

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989),

hlm. 237.

21

Taufik Abdullah., Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi,

(Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 2.

Page 33: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

62

paling dominan untuk berhasil menjadi perajin gula kelapa adalah faktor

pemasaran, produk olahan gula kelapa yang memiliki cita rasa lebih akan disukai

oleh konsumen sehingga mereka akan mendapat pelanggan tetap.

Semangat kerja tinggi yang dimiliki oleh perajin gula kelapa didasarkan

atas agama Islam karena mayoritas perajin gula kelapa di Desa Hargotirto

beragama Islam dalam kehidupan sehari-hari agama menjadi pedoman hidup

masyarakat dalam bekerja, karena mereka menganggap bahwa bekerja mencukupi

kebutuhan keluarga agar memperoleh kehidupan yang lebih layak juga termasuk

ibadah. Hal ini sesuai dalam Al-Quran Surat Ar-Rad ayat 11 Allah berfirman"

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka

dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah

tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada

pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap

sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada

pelindung bagi mereka selain Dia” (Ar-Rad: 11). Firman dari Allah tersebut

dijadikan mengubah kehidupan mereka agar lebih baik, dengan adanya benteng

agama dalam diri mereka sehingga mereka tidak menghalalkan segala cara untuk

memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya.

Kerja merupakan perbuatan manusia yang ditujukan pada orang lain dan

sebagai ganti balas jasanya diberikan upah.22

Etos kerja memiliki arti semangat

kerja yang menjadi ciri khas keyakinan seseorang atau golongan dalam suatu

masyarakat. Semangat yang tinggi merupakan pendorong bagi seseorang atau

22

Manuel Kaisepo, 1981, “Mitos Kerja”, Prisma No. 5 Mei, hlm. 3.

Page 34: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

63

kelompok dalam bekerja. Keberhasilan yang telah diraih oleh para perajin gula

kelapa di Desa Hargotirto diyakini merupakan kerja keras dan usaha ulet yang

selama ini dilakukan. Agama Islam menyatakan bahwa usaha ulet dan kerja keras

merupakan tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Oleh sebab itu kesadaran

beragama juga mempunyai potensi sebagai pendorong yang sedikit banyak

menyangkut kenyataan sosial ekonomis.23

Kendala yang dihadapi dalam industri gula kelapa meliputi musim, harga

dan hama:

1. Musim

Kondisi musim sangat berpengaruh pada pertumbuhan perakaran kelapa

yang mempengaruhi produksi nira kelapa. Pada musim hujan akar tanaman kelapa

tumbuh dengan pesat, hal ini mengakibatkan nira yang dihasilkan banyak tetapi

bermutu rendah karena rendeman turun. Sedangkan pada musim kemarau

produksi nira turun bahkan bisa berhenti sama sekali karena tanaman kekurangan

air. Hal ini menyebabkan produksi gula kelapa pada musim kemarau jauh lebih

sedikit dibanding pada musim hujan.

Menurut produsen dengan 35 pohon kelapa deres yang pada musim

penghujan bisa memperoleh 9-10 kg kelapa hanya bisa memperoleh 4-6 kg setiap

harinya, hal ini sangat berpengaruh pada pendapatan petani.24

2. Harga

23

Taufik Abdullah., op.cit., hlm. 14.

24

Wawancara dengan Byartono, Soyem dan Abdul Mutolib tanggal 14

Desember 2014.

Page 35: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI … · 30 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA KELAPA DI HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP A. Latar Belakang Munculnya Industri Gula Kelapa Gula

64

Harga gula kelapa senantiasa berfluktuasi dari waktu ke waktu sehingga

produsen harus sering menerima harga yang rendah terutama produsen yang

memperoleh modal dengan meminjam dari pengepul tetapi produsen tidak biasa

berbuat apa-apa karena sudah terikat perjanjian dengan pedagang pengepul untuk

menyetorkan hasil produksinya. Menurut tuturan Soyem dan Abdul Mutolib,

sebelum tahun 2008 harga gula merah yang dibeli pengepul pernah cuma Rp

3.500/kg. Pendapatan tidak sebanding dengan biaya produksi yang mencapai Rp.

10.000/hari.25

Hal ini menyebabkan beberapa perajin sering mendapatkan

keuntungan yang kecil.

3. Hama

Hama yang sering mengangu perajin gula kelapa adalah tikus dan lebah

madu. Tikus mengangu dengan menggangu bumbung yang dipakai untuk

menampung nira sehingga selain merusak bumbung yang menurunkan produksi

nira karena banyak nira yang tumpah terbuang. Petani biasanya menggunakan

racun tikus untuk memberantas hama tikus. Racun tikus digunakan dengan cara

dioleskan dengan kuas pada sekeliling pelepah tanaman, bagian bawah atau

dengan memasang ajir atau kayu kecil pada kiri atau kanan tanaman lalu ajir

dipoles dengan racun tikus. Sedangkan lebah madu biasanya mengangkut nira

yang sudah ada di bumbung ke sarangnya dengan mengotori nira yang ada di

bumbung dan menyebabkan kualitas gula turun.

25

Wawancara dengan Soyem dan Abdul Mutolib tanggal 14 Desember

2014.