Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
44
BAB III
RESPON PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PELARANGAN
EKSPOR ROKOK KRETEK KE AMERIKA SERIKAT
Setelah pada bab dua penulis menjelaskan perihal pemboikotan rokok
kretek Indonesia yang dilakukan oleh AS melalui Undang-Undang Family
Smoking Prevention and Tobacco Control Act Sec.907 (a)(1)(A), kini penulis akan
menjabarkan tentang bagaimana respon Pemerintah Indonesia terhadap
pemboikotan tersebut.
3.1. Industri Rokok di Indonesia
Industrialisasi rokok di Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam
mensejahterakan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari besaran jumlah orang yang
terlibat di dalamnya. Mulai dari petani tembakau, petani cengkeh serta tenaga
kerja yang ada di pabrik rokok terutama pabrik rokok yang memproduksi Sigaret
Kretek Tangan (SKT). Pada tahun 2011 tercatat jumlah petani tembakau dan
cengkeh mencapai 2,75 juta orang.69
Dari segi pabrikan, industri rokok juga turut serta memberdayakan kaum
perempuan agar terserap sebagai pekerja. Kecenderungan industri pengolahan
tembakau skala besar dan menengah terus mengalami peningkatan dalam
69 Suryadi Radjab, 2013, DAMPAK PENGENDALIAN TEMBAKAU Terhadap Hak-Hak Ekonomi,
Sosial Dan Budaya,Jakarta: SAKTI & CLOS, hal. 100.
45
penyerapan tenaga kerja. Belum lagi industri skala kecil bersifat padat karya yang
dipastikan memiliki pekerja jauh lebih banyak.70
Tabel 5. Jumlah Petani Tembakau dan Cengkeh Tahun 2011
No Perkebunan Jumlah Petani/Buruh
1 Tembakau 1.250.000
2 Cengkeh 1.500.000
Jumlah 2.750.000
Sumber: Jaringnews.com, Sabtu, 07 Juli 2012 | 12:02 WIB71
Tabel 6. Jumlah Pekerja Industri Rokok
Jenis Industri 2010 2011 2012 2013 Tren
Rokok Kretek 263.156 253.493 267.191 304.679 5,04%
Rokok Putih 4.398 7.466 8.848 7.394 18,87%
Cerutu dll 4.619 2.800 8.414 9.457 38,40%
Pengolahan Tembakau 56.689 37.477 36.632 37.708 -11,71%
Bumbu Rokok dll 1.015 3.007 3.529 3.695 49,73%
Sumber: diolah dari kemenperin.go.id, 20 Juni 2016 | 02:06 WIB
Sebenarnya Indonesia sudah lama menjadi pasar perusahaan rokok asing.
Pada tahun 1984 Philip Morris mempercayakan produksi dan distribusi rokok
70 Ibid. 71 Ibid.
46
Marlboro kepada Bentoel untuk pasar di Indonesia. Kemudian tahun 1998 Philip
Morris memutuskan untuk mendirikan Philip Morris Indonesia di Jakarta.
Sedangkan BAT telah mendirikan unit usahanya di Indonesia sejak tahun 1917.72
Tabel 7. Perusahaan Rokok Indonesia yang Diakuisisi Asing
No Perusahaan Keterangan Tahun Keuntungan
Pengakuisisi
Kepemilikan
Pengakuisisi
1 HM
Sampoerna
Dijual oleh
Sampoerna
kepada Philip
Morris
Indonesia
(PMI)
2005
Philip Morris
Indonesia
menguasai 29,5
persen pangsa pasar
tahun 2011
97,95 %
2 Bentoel
Indonesia
Dijual oleh
Rajawali
kepada British
American
Tobacco
(BAT) dan
kemudian
digabungkan
dengan BAT
Indonesia
2009
BAT menguasai 9
persen pangsa pasar
rokok Indonesia di
tahun 2009
99,14 %
72 Okta Pinanjaya dan Waskito Giri Sasongko, 2012, Muslihat Kapitalis Global: Selingkuh
Industri Farmasi dengan Perusahaan Rokok AS, Jakarta: Indonesia Berdikari, hal, 136.
47
3
Trisakti
Purwosari
Makmur
Dijual kepada
KT&G Corp 2011
KT&G penetrasi
pada rokok kretek
dan nilai penjualan
Rp 5 miliar, sekitar
0,3 persen dari
penjualan rokok di
Indonesia tahun
2010
60,00 %
Sumber: Buku Dampak Pengendalian Tembakau Terhadap Hak-Hak Ekonomi,
Sosial Dan Budaya73
Dengan berkurangnya pemain lokal dalam industri kretek, tentu akan
menjadi prospek yang sangat menjanjikan bagi perusahaan asing dengan sumber
daya yang lebih kuat. Hasilnya, pada tahun 2009 tercatat sebesar 37 persen pangsa
pasar rokok di Indonesia dikuasai perusahaan multinasional.
Tabel 8. Pangsa Pasar Rokok di Indonesia Tahun 2009
Peringkat Produsen Pangsa Pasar
1 HM Sampoerna 24,3%
2 Gudang Garam 21,1%
3 Djarum 19,4%
4 Nojorono 6,7%
5 Bentoel 6%
6 Philip Morris Indonesia 4,7%
73 Suryadi Radjab, Op. Cit., hal. 120
48
7 BAT Indonesia 2%
8 Lain-lain 15,8%
Sumber: finance.detik.com (Bursa Efek Jakarta pada 25 Mei 2009)
Ketertarikan perusahaan tembakau asing akan pasar Indonesia tak dapat
dihindarkan melihat besaran konsumsi rokok yang ada di Indonesia. Dari data
Survei Sosial Ekonomi Nasional menyebutkan bahwa jumlah perokok di
Indonesia mencapai 65 juta orang atau sekitar 28 persen dari total populasi.74
Indonesia menempati posisi ke tiga dunia setelah China dan India. Angka ini tentu
sangat potensial bagi investasi perusahaan multinasional rokok asing.
Tabel 9. Peringkat Negara dengan Jumlah Konsumen Rokok
Peringkat Negara Jumlah Persentase (populasi)
1 China 390 juta 29%
2 India 144 juta 12,5%
3 Indonesia 65 juta 29%
4 Rusia 61 juta 43%
5 Amerika 58 juta 19%
6 Jepang 49 juta 38%
7 Brasil 24 juta 12,5%
8 Bangladesh 23,3 juta 23,5%
9 Jerman 22,3 juta 27%
74 Suryadi Radjab, Op. Cit., hal. 137
49
10 Turki 21,5 juta 30,5%
Sumber: Laporan WHO tahun 2008
3.2. Jumlah Ekspor Rokok Indonesia
Jumlah rokok kretek (clove cigarettes) yang diimpor AS dari Indonesia
pada tahun 2007 diperkirakan sebanyak 470 juta batang, 430 juta batang pada
2008 dan 220 juta batang pada 2009. Nilai penjualannya sekitar USD 16.2 juta
pada tahun 2007, USD 14.8 juta di tahun 2008 dan USD 7.5 juta pada tahun 2009.
Sedangkan di tahun 2010 setelah pemberlakuan Undang-Undang FSPTCA, ekspor
rokok kretek Indonesia ke AS menjadi nihil. 75 Adapun untuk total ekspor produk
rokok Indonesia ke AS periode 2005-2009 sebagai berikut:
Tabel 10. Ekspor Rokok Indonesia ke AS
Tahun Nilai Penjualan
2005 USD 7,28 juta
2006 USD 6,65 juta
2007 USD 11,17 juta
2008 USD 9,70 juta
2009 USD 8,34 juta
Sumber: www.kemendag.go.id76
75 Siaran Pers Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, RI Sengketakan Larangan
Perdagangan Rokok Kretek di Amerika Serikat Ke DSB - WTO, dalam
http://www.kemendag.go.id/id/news/2012/11/24/ri-sengketakan-larangan-perdagangan-rokok-
kretek-di-amerika-serikat-ke-dsb-wto, diakses pada (26/10/2016, 13:49 WIB) 76 Ibid.
50
Tabel 11. Perkembangan Ekspor Rokok Indonesia Tahun 2008-2011
2008 2009 2010 2011
Uraian Rokok Nilai (ribu
US$)
Nilai (ribu
US$)
Nilai (ribu
US$)
Nilai (ribu
US$)
Cigars, Cheroots
and Cigarillos,
containing
tobacco
22.003 27.824 30.674 36.356
Cigarettes
tobacco
94.083 77.528 91.537 89.063
Other cigarettes
containg tobacco
223.000 286.099 333.411 418.538
Sumber: Pusdatin77
Tabel 12. Ekspor Rokok Indonesia Selain Kretek Tahun 2007
Negara Jumlah (ribu batang) Nilai (US$)
Kamboja 21.499.614 79.355.145
Thailand 6.578.739 24.407.566
Turki 3.182.804 12.428.790
Malaysia 2.934.734 24.918.773
Singapura 2.063.321 30.394.853
Vietnam 525.386 6.866.082
Jordania 373.464 1.428.840
77 Suryadi Radjab, Op. Cit., hal, 117.
51
Filipina 195.564 2.912.350
Uni Emirat Arab 146.584 555.888
Jepang 90.271 2.231.756
Lainnya 167.003 946.968
Sumber: BPS. 2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor dan Statistik
Perdagangan Luar Negeri Impor 200778
3.3. Efek Pemboikotan Rokok Kretek di Amerika Serikat Terhadap
Indonesia
Konsumsi rokok di AS cukup signifikan jika dilihat dari persentase sekitar
20 sampai 26 persen orang dewasa adalah perokok dan untuk kalangan pemuda
adalah sekitar 12 sampai 19 persen.79 Dari data yang diperoleh Panel WTO
mendapati bahwa mayoritas pendukduk AS hanya menggunakan dua macam
rokok, yaitu rokok reguler (hanya menggunakan tembakau) dan rokok mentol.
Sekitar seperempat dari populasi perokok mengkonsumsi rokok mentol,
sedangkan untuk rokok kretek hanya memiliki pangsa pasar sekitar 0,1 persen dari
tahun 2000 sampai 2009.80
78 Suryadi Radjab, Op. Cit., hal, 116. 79 WTO WT/DS406/R, Op Cit., hal. 7. 80 First Written Submission of the United States of America, dalam
https://ustr.gov/sites/default/files/DS406.US_.Sub1_.Public_0.pdf ,hal. 3, diakses pada
(06/16/2016, 02:28 WIB)
52
Gambar 3. Statistik Ekspor Rokok Indonesia ke AS
Sumber: ustr.gov81
AS menyatakan bahwa pemberlakuan Undang-Undang FSPTCA tidak
memberi efek negatif bagi ekspor rokok Indonesia. Meskipun Indonesia tak bisa
mengekspor rokok kreteknya, Indonesia masih bisa mengekspor produk cigars
dan cigarillos yang justru sejak pemberlakuan Undang-Undang FSPTCA terus
mengalami kenaikan.82 Adapun produk cerutu asal Indonesia antara lain ada
Cigarillos dan Don Roberto buatan PT Djarum Kudus, Wismilak Premium buatan
PT Wismilak Surabaya, Bali Djanger, Bali Legong, Bali Kecak, serta MD
Panatella buatan PTPN X Jember83 dan ada juga PD. Taru Martani Jogja dengan
14 produknya yaitu: Cigarillos, Treasure, Extra Cigarillos, Senoritas, Panatella,
81 Ibid. 82 Ibid. 83 Nurbaiti, BUMN Perkebunan:: PTPN X Ekspor634.30 Ton Tembakau Cerutu Rp97,27 Miliar,
dalam http://industri.bisnis.com/read/20130726/99/153307/bumn-perkebunan-ptpn-x-ekspor-
63430-ton-tembakau-cerutu-rp9729-miliar, diakses pada (08/01/2017, 17:58 WIB)
53
Slim Panatella, Corona, Half Corona, Super Corona, Boheme, Royal, Perfecto,
Rothschild dan Churchill.84
Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan meyakini bahwa larangan
impor rokok kretek yang dilakukan oleh AS tidak berdampak signifikan bagi
Indonesia.85 Rusman Heriawan menyatakan bahwa yang menghisap rokok kretek
di AS umumnya adalah orang Indonesia juga yang artinya uangnya juga kembali
ke Indonesia, sedangkan orang AS sendiri menghisap rokok putih atau rokok
mentol. Meski tak ada data secara detail, Rusman Heriawan berasumsi bahwa
kemungkinan besar konsumen rokok kretek yang asli penduduk AS jumlahnya
sangat sedikit. “Saya belum tahu, tapi saya kira pengaruhnya ada tapi kecil
sekali.”86
3.4. Pengajuan Sengketa Rokok Kretek Ke WTO Oleh Indonesia
Pemerintah Indonesia secara resmi mengajukan pembentukan Panel pada
Sidang Badan Penyelesaian Sengketa/Dispute Sattlement Body (DSB) WTO pada
9 Juni 2010. Permintaan pembentukan Panel tersebut diajukan pihak Indonesia
setelah upaya penyelesaian sengketa dagang WTO lewat konsultasi dengan pihak
AS pada pertengahan Mei 2010 tak membuahkan hasil.87 Dirjen Kerjasama
Perdagangan Internasional, Gusmardi Bustami menyampaikan:
84 DPPKA, PT. Tarumartani, dalam http://dppka.jogjaprov.go.id/pt-tarumartani.html, diakses pada
(08/01/2017, 17:36 WIB) 85 VIVA, BPS: Kecil, Dampak Boikot Rokok Kretek AS, dalam
http://www.viva.co.id/haji/read/161659-rusman--dampak-boikot-rokok-kretek-kecil, diakses
pada (10/01/2017, 11:14 WIB) 86 Ibid. 87 Siaran Pers Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, RI Sengketakan Larangan
Perdagangan Rokok Kretek di Amerika Serikat Ke DSB – WTO, diakses pada (26/10/2016,
13:49 WIB)
54
“Tindakan Pemerintah RI membawa AS ke DSB WTO
merupakan langkah terakhir setelah berbagai upaya
dilakukan sejak mulai masih dalam bentuk Rancangan UU
dan dibahas di Kongres sampai diundangkan. Indonesia
telah menyampaikan kepentingannya dalam berbagai
forum bilateral di tingkat senior official sampai di tingkat
Menteri baik formal maupun informal selama lebih dari 4
tahun, namun tidak membuahkan hasil. Sebagai Anggota
WTO, AS seharusnya melaksanakan kewajiban
internasionalnya sebagaimana terdapat dalam Agreement
on Technical Barriers to Trade dan GATT 1994, untuk
tidak melakukan diskriminasi perdagangan.
Ini merupakan masalah prinsip, karena telah terjadi
diskriminasi dimana pengecualian terhadap menthol yg
juga adalah rokok beraroma (flavoroured) di dalam UU
sementara kretek yang beraroma cengkeh dilarang. Oleh
karena itu, demi kepentingan nasional, Indonesia
membawa masalah ini ke DSB WTO."88
Pemerintah Indonesia telah menyampaikan dasar hukum pembentukan
Panel kepada DSB WTO pada 22 Juni 2010 di Jenewa. Indonesia meminta agar
Panel memeriksa pelanggaran yang dilakukan oleh AS terhadap ketentuan Pasal
III GATT 1994, penggunaan Article XX GATT 1994 tanpa disertai bukti ilmiah
serta tidak terpenuhinya persyaratan yang diatur oleh sejumlah pasal dalam TBT
dan Sanitary and Phythosanitary (SPS).89
Menanggapi sengketa dagang kretek yang diakibatkan oleh Undang-
Undang FSPTCA, Indonesia pun mengajukannya ke WTO dengan dalih bahwa
AS telah melakukan diskriminasi dalam perdagangan internasional. Akhirnya
pada 2 September 2011, Panel Sidang WTO memberikan laporannya dalam
Report of The Panel.90 Adapun gugatan Indonesia yang dikabulkan oleh Panel
88 Ibid. 89 Ibid. 90 WTO WT/DS406/R, Op Cit, hal, 171.
55
WTO adalah Perjanjian TBT dalam Article 2.1 tentang national treatment yang
mengharuskan perlakuan sama terhadap produk yang sejenis, Article 2.9.2 tentang
tidak adanya notifikasi kepada semua anggota melalui sekretariat WTO dan
Article 2.12 tentang tidak adanya jangka waktu yang wajar dalam penerapan
Sec.907 (a)(1)(A). Untuk itu DSB WTO merekomendasikan AS untuk segera
merubah regulasi teknis UU FSPTCA Sec.907 (a)(1)(A) agar sesuai dengan
Perjanjian TBT yang telah disepakati bersama oleh anggota WTO dalam
perdagangan bebas dunia.
Sampai pada batas akhir 24 Juli 2013 AS tak kunjung melaksanakan
rekomendasi DSB WTO. AS menyatakan bahwa pemerintah telah melaksanakan
rekomendasi DSB dengan melakukan kampanye bahaya rokok mentol.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan
Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menyatakan kekecewaan
terhadap Pemerintah AS melaui siaran pers sehari setelah batas akhir penerapan
rekomendasi DSB yang tak juga diterapkan oleh AS pada 25 Juli 2013 sebagai
berikut:
“Indonesia sangat kecewa atas sikap Pemerintah AS yang
menyatakan bahwa langkah tersebut sesuai dengan
rekomendasi Panel Sengketa. Padahal, tetap terjadi
perlakuan diskriminatif karena rokok kretek tetap dilarang,
sementara rokok mentol tetap beredar dan
diperjualbelikan.”91
91 Siaran Pers Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Indonesia Kecewa atas
Ketidakpatuhan AS dalam Kasus Larangan Rokok Kretek, dalam
http://www.kemendag.go.id/id/news/2013/07/25/indonesia-kecewa-atas-ketidakpatuhan-as-
dalam-kasus-larangan-rokok-kretek, diakses pada (06/15/2016, 12:44 WIB)
56
Melalui putusan Panel tahun 2012 lalu, telah terbukti bahwa AS
melakukan diskriminasi pada rokok kretek yang sudah dikonfirmasi oleh pihak
panel bahwa rokok kretek dan rokok mentol adalah like products. Mendapatkan
putusan bersalah dari Panel tak serta merta membuat AS merubah regulasi teknis
Sec.907 (a)(1)(A). AS justru malah mengajukan banding untuk mengkaji ulang
keputusan Panel. Setelah Appellete Body (AB) atau Badan Banding melakukan
kajian pada putusan Panel, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa AS tetap
dinyatakan bersalah karena telah melarang produk impor (kretek) beredar, akan
tetapi tidak pada produk domestik (mentol) yang mana hal tersebut bertentangan
dengan perjanjian WTO yang tertuang dalam prinsip National Treatment. Iman
Pambagyo menyatakan:
“Indonesia menang baik ditingkat panel maupun banding,
ini merupakan keberhasilan diplomasi perdagangan kita.
Kemenangan ini penting tidak hanya bagi Indonesia, tetapi
semua negara dalam hal menghargai hasil keputusan
WTO.”92
Pemerintah AS tidak puas terhadap putusan Panel yang dikeluarkan pada 2
September 2011 dan melakukan banding ke WTO pada 5 Januari 2012.93 Adapun
hasil dari sidang yang dikeluarkan oleh AB menegaskan kembali bahwa
keputusan Panel sebelumnya adalah benar. Pihak Indonesia menyatakan,
“…Pemerintah Indonesia bersedia untuk bekerjasama dengan AS dalam
melakukan implementasi atas laporan AB tersebut...”94
92 Siaran Pers Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, WTO Kembali Menangkan Kasus
Rokok Kretek Indonesia, dalam http://www.kemendag.go.id/id/news/2012/11/24/jakarta-wto-
kembali-menangkan-kasus-rokok-kretek-indonesia, diakses pada (26/10/2016, 15:13 WIB) 93 Ibid. 94 Ibid.
57
Pemerintah Indonesia menekankan bahwa tujuan mengajukan kasus rokok
kretek ke WTO bukan hanya untuk meningkatkan ekspor produk rokok ke pasar
AS, tetapi juga untuk mengamankan akses pasar rokok kretek Indonesia di AS
serta untuk mencegah negara lain meniru aturan yang diterapkan oleh AS. Iman
Pambagyo menyatakan:
“Indonesia sangat mendukung prinsip perdagangan yang
adil dengan turut menjaga komitmen internasional yang
telah disepakati bersama dalam WTO khususnya TBT
Agreement. Semua negara harus menghormati, dan dengan
keputusan ini diharapkan negara anggota lainnya tidak
mengikuti kebijakan AS tersebut,”95
Setelah menerima laporan dan rekomendasi dari Badan Banding, AS
menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan rekomendasi DSB WTO dengan
mengkampanyekan tentang bahaya rokok mentol. Menanggapi sikap AS tersebut,
Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasioanal Kementerian Perdagangan Iman
Pambagyo menyatakan:
“Indonesia sangat kecewa atas sikap Pemerintah AS yang
menyatakan bahwa langkah tersebut sesuai dengan
rekomendasi Panel Sengketa. Padahal, tetap terjadi
perlakuan diskriminatif karena rokok kretek tetap dilarang,
sementara rokok menthol tetap beredar dan
diperjualbelikan.”96
Ketidakpatuhan AS terhadap rekomendasi Panel WTO merupakan contoh
yang buruk. Indonesia sebagai negara berkembang telah bekerja keras untuk
menciptakan perekonomian berbasis aturan yang sesuai dengan komitmen
internasional. Akan tetapi AS yang merupakan negara perekonomian maju, justru
95 Ibid. 96 Siaran Pers Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Indonesia Kecewa atas
Ketidakpatuhan AS dalam Kasus Larangan Rokok Kretek, Loc, Cit.
58
tidak mengindahkan peraturan yang telah diratifikasi oleh dunia internasional.
Iman Pambagyo menyatakan:
“Cukup mengherankan bahwa AS yang selalu menuntut
negara lain agar patuh pada disiplin dan perjanjian-
perjanjian WTO kini tidak melakukan tindakan koreksi atas
kebijakannya yang jelas-jelas melanggar ketentuan WTO.
Kita tidak mempersalahkan bukti bahwa merokok itu tidak
sehat bahkan berbahaya bagi kesehatan. Poin yang
dipermasalahkan adalah dilarangnya rokok kretek,
sementara rokok mentol dibebaskan. Hal ini mengesankan
bahwa rokok kretek berbahaya bagi kesehatan, sedangkan
rokok mentol tidak berbahaya bagi kesehatan.”97
97 Siaran Pers Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Indonesia Kecewa atas
Ketidakpatuhan AS dalam Kasus Larangan Rokok Kretek, Loc, Cit.