78
57 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis Solusi bisnis dibuat berdasarkan akar permasalahan yang terjadi di lapangan. Akar permasalahan yang terjadi dibidang rantai pasok distribusi PT.PERTAMINA (Persero) adalah sebagai berikut: pertama tidak adanya kepastian sumber pasokan suatu depot dari suatu supply point sehingga sistem distribusi menjadi tidak efektif dan efisien, dan kedua tidak adanya singkronisasi antara demand dan kapasitas tanki timbun depot (inventory management). Solusi bisnis yang ingin dicapai dalam proyek akhir ini adalah kepastian rute kapal dan freight cost, kepastian sumber pasokan depot dari suatu supply point, perubahan atau penambahan kapasitas tanki timbun depot, dan lokasi barrier disetiap envelope. Diharapkan dengan pendekatan solusi tersebut di atas distribusi BBM yang dioperasikan oleh PT PERTAMINA (Persero) akan lebih efektif dan efisien, tanpa mengurangi service level yang sudah dicapai sebelumnya. Untuk memperjelas akar permasalahan, permasalahan dan solusi bisnis yang akan dibahas dapat dilihat pada Gambar 3.1. Double Handling (ditangani lebih dari 1 supply) Meningkatnya freight cost BBM Rute distribusi tidak efisien dan efektif Tangki Timbun tdk mencukupi thruput (DOT) / demand Rancangan jalur distribusi pola envelope Rekomendasi perubahan TT di depot dan instalasi Terjadi depot kritis dan krisis PERMASALAHAN AKAR PERMASALAHAN SOLUSI BISNIS Gambar 3.1 Diagram Permasalahan, Akar Masalah dan Solusi Bisnis Sumber: Hasil Pengolahan

BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

57

BAB III

SOLUSI BISNIS

3.1. Analisis Solusi Bisnis

Solusi bisnis dibuat berdasarkan akar permasalahan yang terjadi di lapangan.

Akar permasalahan yang terjadi dibidang rantai pasok distribusi PT.PERTAMINA

(Persero) adalah sebagai berikut: pertama tidak adanya kepastian sumber pasokan suatu

depot dari suatu supply point sehingga sistem distribusi menjadi tidak efektif dan

efisien, dan kedua tidak adanya singkronisasi antara demand dan kapasitas tanki timbun

depot (inventory management). Solusi bisnis yang ingin dicapai dalam proyek akhir ini

adalah kepastian rute kapal dan freight cost, kepastian sumber pasokan depot dari suatu

supply point, perubahan atau penambahan kapasitas tanki timbun depot, dan lokasi

barrier disetiap envelope. Diharapkan dengan pendekatan solusi tersebut di atas

distribusi BBM yang dioperasikan oleh PT PERTAMINA (Persero) akan lebih efektif

dan efisien, tanpa mengurangi service level yang sudah dicapai sebelumnya. Untuk

memperjelas akar permasalahan, permasalahan dan solusi bisnis yang akan dibahas

dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Double Handling (ditangani lebih dari 1 supply)

Meningkatnya freight cost BBM

Rute distribusi tidak efisien dan

efektif

Tangki Timbun tdk mencukupi thruput (DOT) / demand

Rancangan jalur distribusi pola

envelope

Rekomendasi perubahan TT di

depot dan instalasi

Terjadi depot kritis dan krisis

PERMASALAHAN AKAR PERMASALAHAN SOLUSI BISNIS

Gambar 3.1 Diagram Permasalahan, Akar Masalah dan Solusi Bisnis

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 2: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

58

3.2. Metodologi Solusi Bisnis

Sebuah perusahaan akan mencapai competitive advantage jika perusahaan

tersebut lebih produktif, lebih efisien, dan dapat lebih memuaskan komsumen

dibandingkan pesaingnya. Salah satu alasan pengurangan cycle time adalah agar

produksi dapat berubah dari make-to-forecast menjadi make-to-order, namun syaratnya

komsumen tidak boleh menunggu terlalu lama antara waktu pemesanan dan waktu

penerimaan .

Proyek akhir ini ditujukan untuk mengefisienkan serta mengefektifkan kinerja

depot – depot dan jalur rantai pasok di Indonesia. Pada hakekatnya tujuan dari proyek

akhir ini adalah untuk:

1. Membandingkan ongkos distribusi eksisting dengan distribusi envelope.

2. Membuat alternatif solusi pola distribusi dengan berpedoman kepada konsep

envelope yang sekarang telah dijadikan master program dan akan direalisasikan

dalam waktu dekat.

3. Membuktikan bahwa dengan menggunakan distribusi pola envelope dapat

menurunkan biaya operasional distribusi dan menghasilkan kepastian rute pada

kapal-kapal yang dimiliki oleh PT PERTAMINA (Persero) .

4. Memberikan kepastian volume produk premium, kerosene dan solar (PKS) yang

diangkut oleh suatu kapal pada rute yang telah ditentukan.

5. Merekomendasikan perubahan atau penambahan volume tanki timbun depot.

6. Memberikan kepastian jumlah volume BBM yang harus diimpor dengan

berpedoman pada supply kilang dalam negeri, sehingga diharapkan akan

menghilangkan atau setidaknya mengurangi pembelian BBM impor diharga spot.

7. Memberikan alternatif solusi tempat penyimpanan atau penimbunan BBM yang

berfungsi sebagai barrier envelope untuk mengatasi depot-depot yang mengalami

kondisi kritis dengan menggunakan pendekatan landed cost di envelope masing-

masing.

8. Menghindari terjadinya penumpukan antrian kapal akibat tidak tersedianya supply

dari kilang dan penyimpanan BBM impor yang terpusat di satu tempat

Metodologi proyek akhir dibuat dengan tujuan agar proyek akhir dapat berlangsung

secara sistematis dan mampu menghasilkan solusi yang tepat dan bermanfaat bagi PT

PERTAMINA (Persero). Gambar 3.2 menunjukan diagram alir tahapan metode

pemecahan masalah yang akan dilakukan pada proyek akhir ini.

Page 3: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

59

STUDIKONDISI

PERUSAHAAN

STUDILITERATUR

PENGENALANSISTEM DITRIBUSI

IDENTIFIKASIKONSEP ENVELOPE

PENENTUANMETODE

SOLUSI MASALAH

DEMAND & SUPPLY

KAPASITAS TANGKI TIMBUN-

TRHUPUT HARIAN

JARAK DENGAN

SUPPLY POINT

KONDISI GEOGRAFIS

SEWA, DAYA ANGKUT &JENIS KAPAL

PENGUM PULA N DA T A

USULAN RUTE

COST / KL / LT

RENCANAIMPLEMENTASI

PENGOLA HA N DA T A & A NA LISA

EKSISTING

Gambar 3.2 Diagram Alir Pengerjaan Proyek Akhir Sumber: Hasil Pengolahan

Penjelasan tahapan proyek akhir pada Gambar 3.1 adalah sebagai berikut:

3.2.1 Studi Kondisi Perusahaan.

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perusahaan dimulai dari sejarah

perusahaan, lingkup usaha, uraian unit kerja, visi misi perusahaan, kebijakan umum,

struktur organisasi, budaya perusahaan, dan terutama untuk mendapatkan gambaran

secara menyeluruh mengenai sistem distribusi dan kondisi infrastruktur (depot, kilang

dan kapal) sepanjang jalur rantai pasok yang dijalankan PT PERTAMINA (Persero).

Page 4: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

60

Pengenalan kondisi perusahaan ini dilakukan selama masa internship, dengan waktu

tiga bulan dari bulan Februari 2008 sampai Mei 2008.

3.2.2 Pengenalan Sistem Distribusi Eksisting

Setelah mengenal kondisi perusahaan, tahap berikutnya adalah mengidentifikasi

jalur distribusi. Tahap identifikasi ini dilakukan terbatas pada isu bisnis dalam

pendistribusian BBM eksisting untuk produk premium, kerosene dan solar saja, hal ini

dilakukan untuk menjaga fokus penyelesaian masalah sehingga proyek akhir dapat

berlangsung efektif. Pembuatan proyek akhir ini melanjutkan tesis yang telah diteliti

sebelumnya oleh Nova Triantoso (MBA Reguler 35) dengan judul “Optimasi Rantai

Pasok Terpadu di PT PERTAMINA (Persero) “, tentang konsep envelope.

Untuk mempermudah pengenalan masalah, maka pada proyek akhir ini

dilakukan wawancara dengan para stakeholders dan peneliti sebelumnya. Wawancara

dilakukan sebatas pada kekurangan-kekurangan sistem distribusi dan evaluasi yang

sedang dan akan diperbaiki oleh perusahaan. Isu utama yang diangkat dalam proyek

akhir ini adalah identifikasi kondisi eksisting depot dan jalur rantai pasok PT

PERTAMINA (Persero) untuk produk premium, solar dan kerosen di Indonesia.

Diharapkan dengan melakukan identifikasi ini akan diperoleh gambaran secara

menyeluruh tentang karakteristik demand BBM, kondisi geografis daerah, kondisi

infrastruktur setiap elemen rantai pasok dan sistem distribusi BBM.

3.2.3 Identifikasi Konsep Envelope

Tahapan berikutnya adalah mengidentifikasikan konsep envelope yang telah

dibuat sebelumnya. Apa dasar justifikasi envelope, bagaimana sistem distribusi

envelope, bagaimana jalur perhitungannya, berapa tingkat visibilitas konsep envelope

dan kekurangan serta kelebihan konsep envelope, dilakukan dalam tahap ini. Dengan

melakukan identifikasi konsep envelope, diharapkan peneliti akan mendapatkan

kesamaan konsep, sistematika dan tujuan pembuatan konsep envelope, sehingga rute

yang dibuat menjadi lebih sempurna.

3.2.4 Studi Literatur

Tujuan dalam rantai pasok ialah memastikan material terus mengalir dari sumber

ke konsumen akhir. Bagian-bagian (parts) yang bergerak di dalam rantai pasok haruslah

berjalan secepat mungkin. Dengan tujuan mencegah terjadinya penumpukan inventori,

Page 5: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

61

maka arus material diatur sedemikian rupa agar bagian-bagian dari satu lokal dapat

bergerak dalam koordinasi yang teratur. Istilah yang sering digunakan ialah

synchronous. (Knill, 1992).

Ditinjau dari sisi inventory cost, pengurangan inventory cost akan berpengaruh

terhadap peningkatan kinerja keuangan dan operasional perusahaan, namun hal ini dapat

dilakukan selama tidak terjadi kondisi stock-out. Kesimpulannya pengurangan cycle

time dan inventory cost hanya dapat dilakukan jika tidak terjadi pengurangan kepuasan

pelanggan.

Distribusi adalah ibarat urat nadi suatu perusahaan, kecepatan dan standar

service level yang baik sangat diperlukan dalam situasi bisnis yang kompetitif. PT

PERTAMINA (Persero) sebagai pemain sumber energi yang paling lama di dalam

negeri sudah tentu memilki jaringan distribusi yang luas, dan infrastruktur yang handal,

tetapi apakah kedua hal tersebut akan terus menjamin PT PERTAMINA (Persero)

sebagai market leader di Indonesia.

Sistem distribusi yang baik adalah sistem distribusi yang fleksibel dan dinamis

sesuai dengan strategi perusahaan serta keinginan konsumen (consumer centris). Sistem

distribusi yang efektif dan efisien mencerminkan citra dan keunggulan perusahaan

dalam pengelolaan manajemen operasi perusahaan yang profesional, handal dan

berorientasi pada profit.

Studi literatur yang dilakukan pada proyek akhir ini terkait dengan optimasi dan

evaluasi eksisting yang sedang dan telah dilakukan. Studi literatur ini dilakukan untuk

mengetahui tentang kondisi ideal supply dan distribusi yang berlandaskan pada teori.

Kesenjangan antara teori dan kondisi realisasi di lapangan akan dijadikan titik tolak

dalam merumuskan kebijakan perbaikan sistem distribusi yang akan diterapkan dan

langkah implementasi apa yang harus dilakukan oleh perusahaan.

3.2.5 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam proyek akhir ini adalah berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Observasi

dilakukan sepenuhnya di kantor pusat PT PERTAMINA (Persero), Divisi Supply dan

Distribusi. Hal ini dilakukan karena seluruh kegiatan kontrol dalam pendistrbusian

BBM dilakukan dari kantor pusat. Wawancara dilakukan karena tidak tersedianya

waktu dan kondisi yang memungkinkan untuk melakukan survey lapangan secara

langsung ke fasilitas-fasilitas PT PERTAMINA (Persero) yang tersebar di seluruh

Page 6: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

62

wilayah Indonesia. Diharapkan dengan mewawancarai para stakeholders yang

berpengalaman, solusi masalah yang dihasilkan akan mendekati kondisi sebenarnya.

Wawancara dilakukan dengan beberapa key person yang terkait dengan manajemen

supply and distribution, antara lain:

1. Manajer Evaluasi dan Pendukung (Manager Support and Evaluation)

2. Manajer Perencanaan dan Operasional (Manager Planning and Operation)

3. Asisten Manajer Evaluasi dan Pendukung (Asisten Manager Support and

Evaluation)

4. Asisten Manajer Perencanaan dan Operasional (Asisten Manager Planning and

Operation)

Data sekunder diperoleh dari data-data pendukung peneliti sebelumnya ditambah

dengan data-data terbaru dalam penentuan kebijakan distribusi BBM. Selain itu untuk

mendapatkan gambaran lingkungan eksternal kondisi perusahaan yang berlandaskan

opini publik, maka ditambah dengan data-data dari internet.

3.2.6 Pengolahan dan Analisis

Selain melihat dari sisi profitabilitas perusahaan, pengolahan dan analisis

dilakukan dengan menggunakan dasar justifikasi kebutuhan produk yang bersifat

continue dan urgent (terus menerus dan harus ada). Hal ini diambil karena keputusan

yang dibuat akan sangat berpengaruh pada kehidupan hajat hidup orang banyak.

Pengolahan dan analisis pada proyek akhir ini menggunakan software yang diperoleh

dari PT PERTAMINA (Persero) maupun dari hasil pencarian peneliti sendiri. Untuk

lebih jelasnya maka dapat dilihat pada sub bab berikutnya yang menjelaskan diagram

alir proses pengolahan data.

3.2.7 Rencana Implementasi

Pada intinya konsep envelope ditujukan untuk mengatasi depot krisis dan kritis

yang sering terjadi pada saat sekarang ini. Konsep envelope merupakan salah satu

alternatif master program yang akan diterapkan oleh PT PERTAMINA (Persero) dalam

waktu dekat, maka dari itu dibutuhkan kerjakeras, ketegasan dan keberanian dari pihak

perusahaan untuk menetapkan suatu konsep distribusi yang efektif dan efisien.

Perubahan sistem distribusi baru akan mempunyai dampak sosial yang cukup besar

dalam tubuh perusahaan, terkait dengan elite politik, dominasi kekuasaan dan budaya

Page 7: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

63

perusahaan yang sudah mengakar berpuluh-puluh tahun. Rencana Implementasi secara

detail akan dijelaskan pada Bab IV.

3.3 Metoda Penelitian

Proyek akhir ini menggunakan metoda yang bersifat kuantitatif dan kualitatif

seputar distribusi dan rantai pasok BBM di PT.PERTAMINA (Persero). Adapun metoda

yang dipakai diantaranya:

3.3.1 Saving matrix Method

Saving matrix method adalah suatu metode untuk menentukan rantai pasok

terpadu dengan batasan waktu. Tahapan yang digunakan dalam analisis ini adalah:

1. Identifikasi jarak antara matrix asal dan tujuan

2. Identifikasi savings matrix, yaitu mencari jalur yang paling optimal dari

matrix asal tujuan.

3. Menentukan jenis kapal tanker yang dipakai dan rute angkutan

Tahapan pertama sampai ketiga digunakan untuk menetapkan jenis kapal tanker dan

mencari rute yang optimal untuk meminimasi jarak tempuh pengiriman BBM.

3.3.2 Identifikasi Matrix Jarak

Identifikasi matrix jarak setiap depot dan kilang yang akan dikunjungi. Jarak

digunakan sebagai pengganti dari ongkos transportasi dan distribusi antar lokasi

(Chopra and Meindl, 2004:437). Bila ongkos transportasi antara lokasi diketahui, maka

dapat digunakan sebagai pengganti variabel jarak. Jarak distribusi di notasikan dengan

Dist (A, B) di dalam grid antara lokasi A dengan titik koordinat (Xa, Ya) dan lokasi B

dengan koordinat (Xb, Yb) dapat diformulasikan sebagai berikut:

Dist (A,B) = [(Xa-Xb)2 + (Ya-Yb)2]

Saving matrix mewakili penghematan dalam penggunaan moda transportasi

untuk mendistribusikan produk kedua tempat dengan menggunakan satu moda

angkutan. Penghematan dapat dievaluasi pada variabel jarak, waktu, dan ongkos (cost).

-1/2

Jarak antar lokasi adalah tahapan selanjutnya untuk mengevaluasi saving matix.

3.3.3 Identifikasi Saving Matrix

Page 8: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

64

Rute pengiriman dapat diidentifikasi dari urutan tiap lokasi yang dikunjungi oleh moda

angkutan, sebagai contoh: rute dari DC (Depot Utama) depot penyalur x DC

(Depot Utama). Berawal dari depot utama ke depot penyalur x. Penghematan dapat

diidentifikasi dari koordinat S(x,y) jarak dapat dihemat bila rute perjalanan dari depot

utama depot penyalur x depot penyalur y depot utama yang dihasilkan dan

dikombinasikan dari satu rute perjalanan. Penghematan ini dapat diformulasikan sebagai

berikut:

S(x,y) = Dist(DC,x) + Dist (DC,y) – Dist (x,y)

3.3.4 Menentukan Jenis dan Rute Perjalanan Kapal Tanker

Pemilihan jenis dan rute kapal tanker pada umumnya disesuaikan dengan

limitasi kapasitas daya angkut kapal dan sistem kompartemen yang dimiliki masing-

masing kapal. Keputusan yang diambil pada pemilihan jenis dan rute perjalanan,

memiliki kecenderungan untuk memaksimalkan penghematan ongkos distribusi dan

pengurangan jumlah kapal tanker yang beroperasi. Pertimbangan jalur distribusi

merupakan salah satu objek dari penghematan.

Bila keadaan jalur distribusi/rantai pasok harus memenuhi dua atau lebih titik

yang terpisah, maka untuk melakukan penghematan kedua rute tersebut dapat

dikombinasikan dengan batasan sistem pengiriman. Sistem pengiriman yang dimaksud

adalah pola distribusi berurut atau lebih dikenal dengan nama multy-port yang pada

dasarnya bertujuan untuk meminimasi jarak tempuh pengiriman dan pengurangan moda

angkutan. Berikut adalah cara penentuan sistem distribusi multy-port (Chopra and

Meindl, 2004:442).

Farthest insert (sisipan terjauh)

Penentuan jalur distribusi (termasuk penentuan distribusi langsung dari DC/

Depot Utama) kepada setiap konsumen/depot penyalur. Sisipan terjauh bertujuan untuk

meminimalisasi peningkatan jarak pengiriman, cara meminimalisasi hal tersebut adalah

dengan menyisipkan demand yang potensial pada jalur distribusi dengan pertimbangan

menyisipkan demand yang terjauh untuk menghindari pembuatan rute baru. Proses

tersebut dilanjutkan sampai dengan semua demand terlayani dan masuk ke dalam jalur

distribusi.

Page 9: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

65

Nearest Insert (sisipan terdekat)

Penentuan jalur distribusi (termasuk penentuan distribusi langsung dari

DC/depot utama) kepada setiap depot penyalur. Sisipan terdekat bertujuan untuk

meminimalisasi peningkatan jarak pengiriman, cara meminimalisasi hal tersebut adalah

dengan menyisipkan demand yang potensial pada jalur distribusi, dengan pertimbangan

menyisipkan demand yang terdekat untuk menghindari pembuatan rute baru dan tidak

terlayaninya demand. Proses tersebut dilanjutkan sampai dengan semua demand

terlayani dan masuk ke dalam jalur distribusi.

Nearest Neighbor (sisipan dari tetangga terdekat)

Pada tahap ini jalur distribusi berawal dari sumber, prosedur ini

mengikutsertakan demand terdekat ke dalam jalur distribusi yang terdekat dengan

demand terakhir yang dikunjungi oleh moda angkutan sampai dengan semua demand

telah terkunjungi.

Sweep (menjalar)

Pada prosedur sweep, demand yang ada pada grid terpilih (biasanya sumber itu

sendiri) dan menjalar. Jalur distribusi dibangun oleh demand beruntun dalam proses

order (Chopra and Meindl, 2004:443).

Pola multy-port yang dipakai dalam proyek akhir ini merupakan penggabungan

beberapa teori di atas.

3.4 Pola Sistem Distribusi

Sistem distribusi yang dipakai dalam proyek akhir ini menggunakan pola

campuran antara point-to-point dan multy-port. Pola point-to-point biasanya dilakukan

pada depot yang memiliki demand yang besar, sehingga jenis kapal yang digunakannya

pun berkapasitas besar. Pola point-to-point ini banyak dilakukan di zona envelope dua

yang memiliki karakteristik demand BBM yang besar disetiap titik timbunnya. Pola

multy-port dipakai jika depot-depot di sekitar daerah sumber memiliki komposisi yang

seimbang antara kapasitas tanki timbun dengan demand yang dimilikinya, jika

karakternya sama maka dimungkinkan untuk melakukan pola multy-port, selain itu ada

pertimbangan jarak, tingkat service level, kondisi geografis atau medan yang akan

dilalui dan batasan efisiensi dalam daya angkut kapal. Hasil ini harus diuji lagi dengan

Page 10: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

66

asumsi jika pemenuhan demand depot dilakukan dengan pola point-to-point, hal ini

dilakukan untuk menguji kelayakan pola multy-port yang dibuat.

Informasi yang akurat tentang kondisi dan kapabilitas depot di lapangan sangat

multak diperlukan dalam pembuatan pola multy-port, karena jika terjadi kesalahan

dalam penjadwalan di salah satu depot saja, maka akan mengakibatkan keterlambatan di

depot tujuan berikutnya. Pola yang dipakai dalam multy-port menggunakan sistem

berantai seri (bukan pararel), sehingga dengan mempertimbangkan tingkat keakuratan

dan kedetailan informasi di lapangan, diharapkan pola multy-port yang dibuat benar-

benar optimal.

3. 5 Tahapan Perancangan Rute, Demand Rata-rata vs Supply Rata-rata

Perancangan rute distribusi BBM pada proyek akhir ini diawali dengan

melakukan identifikasi titik-titik observasi yang berupa sea depot, inland depot,

instalasi, jobber dan kilang di seluruh wilayah Indonesia secara menyeluruh. Penentuan

titik-titik observasi diambil berdasarkan kelengkapan data yang diperoleh dari

PT.PERTAMINA (Persero) seperti data demand, supply, kapasitas timbun, jadwal

pemberangkatan kapal eksisting, jenis kapal tanker yang dapat melakukan loading dan

loading di suatu depot, waktu yang dibutuhkan ketika melakukan bongkar muat dan

data kordinat depot. Dari hasil verifikasi keseluruhan data diperoleh 118 titik observasi

yang terbagi dalam 6 buah kilang utama, 4 buah instalasi, 6 buah depot utama, 7

terminal transit, 2 buah ship to ship, 2 buah tanki timbun, 78 buah sea depot, 11 buah

inland depot, dan 2 jobber. Untuk kelengkapan nama titik observasi tersebut dapat

dilihat pada BAB II tentang kondisi eksisting sistem distribusi dimasing-masing

envelope.

Tahap identifikasi titik-titik observasi dilakukan bersamaan dengan perhitungan

kebutuhan volume BBM impor baik secara nasional maupun per-envelope. Untuk

menghitung agregat volume impor yang dibutuhkan, maka data yang digunakan adalah

data rata-rata demand dan supply BBM dari bulan Oktober sampai Desember 2007.

Dengan menggunakan data rata-rata selama tiga bulan tersebut, diharapkan hasil

perhitungan kebutuhan volume BBM dan pembuatan rute di setiap depot akan

mendekati kondisi realiasasi di lapangan, selain itu solusi yang dihasilkan pun akan

memiliki jangka waktu ketahanan model yang lebih lama.

Page 11: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

67

DATA DEMAND & SUPPLY

DATA LOKASI & KOORDINAT

VOLUME IMPORT

Identifikasi Depot, Ins, Kilang dan Jobber yg masuk dlm observasi

Saving Matrix

Identifikasi Jarak

Metoda dan Rute Kapal 1. Farthest insert (Sisipan terjauh)2. Nearest Insert (Sisipan terdekat)3. Nearest Neighbor (tetangga terdekat)4. Sweep (Menjalar)

Flow of material BBM base on source of supply point

1. Kondisi Geografis2. Tanki Timbun Eksisting3. Kesesuaian demand dgn TT

Faktor pertimbangan

RUTE DISTRIBUSI BBM DGN POLA POINT-TO-POINT & MULTIPORT

JENIS KAPAL TANKER

KOMPOSISI PRODUK & VOLUME BBM

COST

1. Round Trip Days (RTD)2. Jumlah Kapal

IN – OUT Inventory Mngt

Rekomendasi perubahan TT di Depot dan Instalasi

Gambar 3.3 Diagram Alir Pengolahan Data Sumber: Hasil Pengolahan

Perhitungan volume impor akan digabungkan dengan hasil pengolahan dari

perhitungan saving matrix, identifikasi jarak antar depot dan pola rute pra-klarifikasi.

Hasil dari penggabungan ini adalah berupa flow of material yang terdiri dari produk

premium, kerosene dan solar di masing-masing envelope. Penggabungan ini dilakukan

agar kegiatan supply menjadi lebih efektif dan efisien.

Sebagai tahap awal perancangan flow of material dibuat berdasarkan kedekatan

lokasi depot dengan lokasi sumber supply, tanpa melihat besaran kapasitas tanki timbun

yang dimiliki oleh masing-masing depot. Tahap selanjutnya adalah menentukan rute

Page 12: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

68

distribusi dan jenis kapal tanker yang akan digunakan dengan mempertimbangkan

besaran kapasitas tanki timbun di masing-masing depot.

Tahapan penentuan rute distribusi dan jenis kapal tanker menghasilkan

komposisi produk BBM yang akan dibawa dan banyaknya frekuensi pemberangkatan

kapal dalam satu bulan atau satu periode. Pola rute yang buat menggunakan asumsi

bahwa satu rute alur distribusi dari lokasi sumber supply ke lokasi depot penyalur hanya

ditangani oleh kapal tanker yang sama dan tidak berubah-ubah, atau dengan kata lain

setiap kapal hanya memiliki satu rute perjalan, kecuali jika sisa utilitas atau waktu luang

kapal pada suatu rute masih cukup besar, sehingga dimungkinkan untuk melayani rute

lainnya yang berdekatan.

Faktor pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis kapal adalah medan

yang akan dilalui, kapasitas tanki timbun eksisting dan kesesuaian karakteristik demand

dengan tanki timbun di masing-masing depot. Faktor pertimbangan terakhir dipakai

ketika akan menentukan pola multy-port, pertimbangan terkahir ini diambil karena

tingkat efektivitas dan efisiensi pola multy-port dalam suatu rantai distribusi belum

tentu selalu lebih unggul, hal ini terjadi ketika tanki timbun yang dimiliki oleh suatu

depot sangat minim, jika dibandingkan dengan demand yang dimilikinya. Untuk

memperjelas cara perhitungan dan contoh kasus dapat dilihat pada penjelasan solusi rute

di envelope yang menggunakan pola campuran multy-port dan point-to-point.

Hasil akhir yang ingin dicapai dalam proyek akhir ini adalah penghematan

ongkos distribusi dan rekomendasi perubahan atau penambahan komposisi tanki

timbun, serta penentuan titik lokasi cadangan yang berfungsi sebagai buffer di masing-

masing envelope. Ongkos distribusi yang dimaksud adalah berupa freight cost atau

ongkos total per-kilo liter atau per-liter dari satu lokasi sumber supply ke lokasi depot

penyalur. Sedangkan rekomendasi penambahan tanki timbun di buat jika waktu buffer

yang miliki suatu depot kurang dari waktu tempuh yang dapat dicapai dari supply point

terdekatnya, sehingga depot tersebut rentan terhadap kondisi kritis. Walaupun demikian

jalur rute yang dibuat pada proyek tugas akhir ini sudah dapat dijalankan tanpa adanya

penambahan kapasitas tanki timbun di depot. Penentuan titik lokasi cadangan buffer

envelope dibuat untuk menangani kekurangan supply yang disebabkan oleh kilang

shutdown, ataupun masalah lain seperti kerusakan pompa dan cuaca. Besarnya kapasitas

timbun produk yang harus dimiliki oleh masing-masing depot dapat dilihat pada bagian

Lampiran A – E.

Page 13: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

69

3.6 Ongkos per KL (Freight cost)

Pemerintah bersama jajarannya meminta PT PERTAMINA (Persero) untuk

membuat kepastian ongkos di masing-masing rute, tetapi sampai sekarang freight cost

yang diinginkan tersebut sulit untuk diketahui secara pasti karena pola distribusi yang

berjalan masih bersifat acak, sehingga ongkos yang diketahui hanya berupa agregat

secara keseluruhan.

PT PERTAMINA (Persero) menggunakan firing sytem dalam mendistribusikan

BBM, atau sistem dadakan ketikan terjadi indikasi depot kekurangan supply atau kilang

bermasalah. Walaupun flow of material produk sudah dibuat, pengambilan supply BBM

untuk depot kritis seringkali dilakukan dengan mengambil persediaan dari depot lain

yang masih memiliki cadangan cukup besar, padahal kegiatan tersebut dapat

menyebabkan berubahnya arus distribusi dan sistem inventory depot yang bersangkutan,

serta berimbas pada perubahan jadwal rute kapal. Hal inilah yang menyebabkan

terjadinya pergerakan kapal tanker dari barat ke timur Indonesia yang dirasakan kurang

efektif dan efisien.

Freight cost adalah Round Trip Days (RTD) dikali dengan sewa kapal ditambah

biaya operasional dan biaya pelabuhan. Ongkos dan formula perhitungan distribusi

point-to-point dan multy-port memiliki perbedaan dalam hal cakupan depot yang akan

dilalui oleh suatu kapal tanker. Formula yang dipakai dalam perhitungan pola point-to-

point adalah sebagai berikut:

Freight Cost per-KL = (2(sea days + loading + unloading) x sewa kapal per-hari) + bungker consumption sea + bungker consumption loading + bungker consumption discharging + portcharge

Formula yang dipakai dalam perhitungan pola multy-port adalah sebagai berikut:

Freight Cost per-KL = ((sea days + loading + unloading) x sewa kapal per-hari) + bungker consumption sea + bungker consumption loading + bungker consumption discharging + portcharge) + ((sea days + unloading) x sewa kapal per-hari) + bungker consumption sea + bungker consumption discharging + portcharge) + ..... + ((sea days x sewa kapal per-hari) + bungker consumption sea)

Page 14: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

70

Komposisi produk BBM yang dibawa oleh setiap kapal tanker disesuaikan

dengan tanki timbun eksisting yang dimiliki masing-masing depot. Karena berbagai

keterbatasan data yang diperoleh dari perusahaan, maka perhitungan freight cost masih

menggunakan beberapa asumsi dalam perhitungannya. Asumsi-asumsi tersebut adalah:

1. Biaya sewa dan kecepatan kapal tanker untuk masing-masing jenis diwakili oleh

satu buah kapal yang dianggap dapat mengambarkan populasi jenis kapal

tersebut. Kecepatan kapal (knot) menggunakan kecepatan rata-rata kapal

tersebut.

2. Berat jenis produk premium, kerosene dan solar diwakili oleh produk solar yang

mempunyai berat jenis tertinggi.

3. Jarak dihitung dengan satuan mil laut.

4. Konversi mata uang rupiah memakai indeks Rp 9300,00 per 1 $ US.

5. Kekosongan data waktu loading dan unloading kapal di depot-depot atau lokasi

lainnya diasumsikan dengan menggunakan standar waktu yang telah ditetapkan

oleh PT PERTAMINA (Persero).

6. Hanya ada satu nilai freight cost untuk setiap rute baik untuk rute yang

menggunakan point-to-point maupun multy-port.

3. 7 Faktor – faktor yang Dipertimbangkan Dalam Perancangan Rute

Rute dalam distribusi merupakan hasil integrasi antara kegiatan-kegiatan yang

terjadi dalam suatu proses rantai pasok. Pembuatan suatu rute kapal memerlukan

pertimbangan dan perhitungan yang baik dan matang. Berdasarkan data distribusi tahun

2007, PT PERTAMINA (Persero) memiliki 111 depot dan 6 kilang yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia dan ditangani oleh 118 kapal tanker dengan berbagai tipe.

Dengan evaluasi dan pembuatan pola rute baru diharapakan sistem distribusi akan

menjadi lebih efektif dan efisien. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan

jalur atau routing adalah:

1. Volume demand di masing-masing depot

2. Volume ketersediaan BBM di lokasi sumber supply

3. Kapasitas tanki timbun di depot dan di sumber supply.

4. Jarak lokasi depot dengan lokasi sumber supply terdekat.

5. Jenis dan ongkos sewa kapal.

6. Kondisi geografis atau medan yang akan dilalui.

7. Volume objective thruput per-hari dari masing-masing depot.

Page 15: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

71

8. Karakteristik inventory dan demand di masing-masing depot (diperlukan

dalam menentukan pola multy-port).

3.8 Kebutuhan Impor vs Kilang

Data volume material balance pada bulan Oktober sampai Desember merupakan

masa peak season konsumsi BBM di dalam negeri, kondisi ini dijelaskan pada BAB II

tentang karakteristik demand BBM nasional. Berdasarkan alasan tersebut maka dapat

diprediksi kebutuhan BBM diawal tahun akan berada di bawah atau bergerak di sekitar

angka rata-rata demand Oktober sampai Desember. BBM impor diasumsikan

seluruhnya berasal dari Singapore.

Berdasarkan hasil perbandingan rata-rata demand dan supply data material

balance Oktober sampai Desember diperoleh bahwa volume impor BBM yang

dibutuhkan setiap bulan adalah 1.018.797 KL BBM yang terdiri dari 418.567 KL

premium, 52.496 KL kerosene, dan 547.735 KL solar. Walaupun demikian jumlah

realisasi BBM yang diimpor dari Singapore melebihi jumlah BBM impor tersebut di

atas. Menurut data Oktober sampai Desember BBM impor dari Singapore berjumlah

1.799.326 KL, terdiri dari 490.869 KL premium, 96.219 KL kerosene, dan 1.212.238

KL solar, jadi terdapat kelebihan BBM sekitar 780,529 KL atau sekitar 77% yang

mayoritas merupakan produk solar. Kelebihan impor ini mungkin diperuntukan bagi

sektor industri yang tidak tercantum dalam penelitian proyek akhir.

Tabel 3.1 Demand, Produksi Kilang dan Kebutuhan Impor BBM (dalam KL)

Premium Kerosine Solar SUM Premium Kerosine Solar SUMENVELOPE 1 329,773 156,099 555,674 1,041,546 128,637 12,369 310,885 451,890ENVELOPE 2 721,804 364,415 478,943 1,565,161 59,412 0 0 59,412ENVELOPE 3 276,908 165,986 276,371 719,265 226,720 56,409 232,318 515,447ENVELOPE 4 176,620 91,132 307,888 575,640 0 0 0 0ENVELOPE 5 26,927 18,122 72,785 117,834 0 0 0 0SUM 1,532,033 795,754 1,691,660 4,019,446 414,769 68,778 543,202 1,026,749

Premium Kerosine Solar SUMDumai 99,799 94,849 181,234 375,882 ENVELOPE 1Plaju 104,993 74,818 75,260 255,071 ENVELOPE 1Cilacap 404,814 295,825 319,961 1,020,600 ENVELOPE 2Balongan 253,923 61,745 149,142 464,810 ENVELOPE 2Balikpapan 244,224 212,742 409,425 866,391 ENVELOPE 4Kasim-Sorong 5,713 3,278 8,904 17,895 ENVELOPE 5SUM 1,113,466 743,258 1,143,926 3,000,649

KILANG Produksi BBM / bln

Demand BBM / bln Jml kebutuhan BBM ImportREGION

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 16: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

72

Jika menganalogikan pemenuhan kebutuhan BBM depot berdasarkan pada

kecukupan dan kedekatan supply point disuatu daerah maka untuk daerah Kalimantan,

Sulawesi, Irian Jaya dan Kupang, tidak memerlukan tambahan BBM dari impor, karena

produksi Kilang Balikpapan cukup besar untuk memenuhi demand keempat daerah di

atas. Untuk daerah envelope 2 dan 3 yang mendapat tambahan impor adalah daerah

pesisir utara Pulau Jawa, hal ini dilakukan karena pertimbangan jarak tempuh dan

ongkos yang lebih dekat dan murah jika pengiriman dilakukan dari Singapore. Untuk

wilayah Sumatera atau envelope 1, supply impor dilakukan pada beberapa daerah di

bagian pesisir barat Sumatera yang terbentang dari Daerah Istimewa Aceh sampai

Provinsi Lampung.

Berdasarkan perimbangan perhitungan demand dan produksi kilang, maka BBM

impor untuk produk premium di transfer ke daerah envelope 1, 2 dan 3, sedangkan

untuk produk kerosene dan solar di transfer ke daerah envelope 1 dan 3. Produk solar

merupakan produk impor terbesar. Untuk memperjelas gambaran di atas dapat dilihat

pada Gambar 3.4.

BITUNG

KRUENG RAYA

LHOK SEUMAWE

UP. I - PKL. BRANDAN

LAB. DELI

UP. II - DUMAI

SIAK

MEULABOH

SIBOLGA

G. SITOLI

TT. TLK.KABUNG

BENGKULU

JAMBI

PANJANG

UP. III - PLAJU

P. NATUNA

P. BATAM

SEMARANG

SURABAYA

CAMPLONG

MENENG

TT. TLKMANGGIS

AMPENANBIMA

BADUNGREO

ENDE

WAINGAPU

MAUMERE

L. TUKA

KALABAHI

ATAPUPU

DILI

KUPANG

SAUMLAKI

DOBOTUAL

FAK - FAK

NABIRE

MERAUKE

JAYAPURA

BIAK

SERUI

MANOKWARI

SORONG

BULA

MASOHINAMLEA

SANANA

PABUHA

UP. IVCILACAP

PONTIANAK

SINTANG

SAMPITCILIK RIWUT

PKL.BUN P. PISANG

BANJARMASIN

BALIKPAPAN

SAMARINDA

TARAKAN

TOLI - TOLI

MOUTONG

DONGGALA

PARIGI

POSO

GORONTALO

KOLONDALE

PALOPO

TAHUNA

KOTA BARU

PARE - PARE

TJ.UBAN

TT.TG. GEREM/MERAK

BONTANG

PLUMPANG

LUWUK

KENDARI

KOLEKA

RAHA

BAU -BAU

UJ. PANDANG

SUBUNG

TT.WAY AME

TOBELO

TERNATE

BANGGAI

T. SEMANGKA

SINGAPORE

P. SAMBU

STS KOTA BARU

STS KALBUT

ENVEPOPE 1

ENVEPOPE 2

ENVEPOPE 3

ENVEPOPE 4

ENVEPOPE 5

KAIMANA

Solar

59.412

128.637

12.369

310.885

226.720

56.409

232.318

ImportLokal

Import Solar

Import Kerosine

Import Premium

BITUNG

KRUENG RAYA

LHOK SEUMAWE

UP. I - PKL. BRANDAN

LAB. DELI

UP. II - DUMAI

SIAK

MEULABOH

SIBOLGA

G. SITOLI

TT. TLK.KABUNG

BENGKULU

JAMBI

PANJANG

UP. III - PLAJU

P. NATUNA

P. BATAM

SEMARANG

SURABAYA

CAMPLONG

MENENG

TT. TLKMANGGIS

AMPENANBIMA

BADUNGREO

ENDE

WAINGAPU

MAUMERE

L. TUKA

KALABAHI

ATAPUPU

DILI

KUPANG

SAUMLAKI

DOBOTUAL

FAK - FAK

NABIRE

MERAUKE

JAYAPURA

BIAK

SERUI

MANOKWARI

SORONG

BULA

MASOHINAMLEA

SANANA

PABUHA

UP. IVCILACAP

PONTIANAK

SINTANG

SAMPITCILIK RIWUT

PKL.BUN P. PISANG

BANJARMASIN

BALIKPAPAN

SAMARINDA

TARAKAN

TOLI - TOLI

MOUTONG

DONGGALA

PARIGI

POSO

GORONTALO

KOLONDALE

PALOPO

TAHUNA

KOTA BARU

PARE - PARE

TJ.UBAN

TT.TG. GEREM/MERAK

BONTANG

PLUMPANG

LUWUK

KENDARI

KOLEKA

RAHA

BAU -BAU

UJ. PANDANG

SUBUNG

TT.WAY AME

TOBELO

TERNATE

BANGGAI

T. SEMANGKA

SINGAPORE

P. SAMBU

STS KOTA BARU

STS KALBUT

ENVEPOPE 1

ENVEPOPE 2

ENVEPOPE 3

ENVEPOPE 4

ENVEPOPE 5

KAIMANA

Solar

59.412

128.637

12.369

310.885

226.720

56.409

232.318

ImportLokal

Import Solar

Import Kerosine

Import Premium

Gambar 3.4 Perbandingan Volume BBM Lokal & Impor Sumber: Hasil Pengolahan

Page 17: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

73

3.9 Rantai Pasok Supply dan Distribusi Envelope Satu

3.9.1 Demand dan Supply Envelope Satu

Demand BBM envelope satu berada diperingkat ke-dua dari 5 envelope yang ada

di Indonesia, demand BBM envelope ini memiliki prosentase sebesar 26% dari demand

BBM nasional. Jumlah total demand envelope satu adalah 1.041.546 KL per-bulan yang

terdiri dari 329.773 Kl premium (32%), kerosene 156.099 KL (15%) dan solar 555.674

KL (53%).

Sebagian besar demand envelope satu dipenuhi oleh 2 buah kilang di Sumatera,

yaitu Kilang Dumai dan Kilang Plaju, sedangkan Kilang Brandan sudah ditutup, karena

dianggap sudah tidak produktif. Kedua kilang ini memproduksi BBM sebesar 630.953

KL yang terdiri dari premium 204.792 Kl, kerosene 169.667 KL dan solar 256.494 KL.

Jumlah produksi kedua kilang yang masih produktif di atas hanya mampu menutupi

61% kebutuhan BBM di envelope satu. Kekurangan BBM berada pada produk premium

sebesar 124.981 KL (38%) dan produk solar sebesar 299.180 KL (54%), sedangkan

produk kerosene mengalami kelebihan produksi sebesar 13,568 KL.

Langkah pertama untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal dan

impor di envelope satu adalah dengan melakukan pembagian wilayah envelope satu

dalam beberapa sub area yang berdasarkan pada kedekatan lokasi depot dan kedekatan

supply point. Dari hasil pengolahan dihasilkan 3 buah sub area di envelope satu yaitu di

bagian utara Pulau Sumatera, tengah Pulau Sumatera dan selatan Pulau Sumatera.

Pembagian ketiga sub area tersebut menghasilkan pola distribusi supply utama

untuk depot utama, instalasi atau terminal transit yang berfungsi mentransfer BBM ke

depot-depot penyalur. Sub area satu terdiri dari 13 titik observasi yang terdiri dari 8

buah sea depot, 3 buah inland depot dan 2 buah instalasi. Tiga belas titik observasi

tersebut tersebar dalam 3 wilayah kecil yaitu:

1. Wilayah Kabung/Bungus terdiri dari: Depot Meulaboh, Depot Sibolga, Depot

G.Sitoli dan Terminal Transit Kabung/Bungus.

2. Wilayah Dumai terdiri dari: Depot Dumai dan Depot Siak.

3. Wilayah Medan terdiri dari: Depot Lhokseumawe, Depot Sabang, Depot

Kruengraya, Instalasi Medan, Depot Pematangsiantar dan Depot Kisaran.

Page 18: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

74

Tabel 3.2 Pembagian Sub Daerah Envelope Satu

1 Depot Lhok Seumawe 1 Depot Kertapati 1 Depot BATAM2 Depot Krueng Raya 2 Depot Pangkal Balam 2 Depot Natuna Group3 Depot Meulaboh 3 Depot Baturaja 3 TT T. Uban4 Depot Sabang 4 Depot Lahat 4 TT P. Sambu5 Inst. Medan Group 5 Depot Lubuk Linggau 5 Depot Tembilahan6 Depot Dumai 6 Tg. Pandan P (JOBER)7 Depot Sibolga 7 Depot Jambi8 Depot P. Siantar 8 Depot Pontianak9 Depot Kisaran 9 Depot Sintang

10 Depot P. Brandan11 Depot G. Sitoli12 TT Teluk Kabung13 Depot Siak

sea depot Instalasi / term transit inland depot jobber

SUB AREA 1 SUB AREA 2 SUB AREA 3

Sumber: Hasil Pengolahan

Sub area dua meliputi 9 depot yang terbagi dari 4 inland depot dan 5 sea depot

yang salah satunya merupakan jobber. Sub area tiga terdiri dari 3 depot dan 2 terminal

transit. Terminal Transit Tanjung Uban dan Pulau Sambu pada sub area tiga merupakan

terminal transit utama yang mensupply kebutuhan BBM impor ke envelope-envelope

lain, selain itu ke dua terminal transit ini berfungsi sebagai tanki timbun BBM impor

yang dipasok dari Singapore.

3.9.2 Flow of material BBM Envelope Satu

Dengan mengutamakan kecukupan supply lokal di masing-masing envelope dan

tingkat efesiensi yang berdasarkan kedekatan jarak, maka Terminal Transit Teluk

Kabung memperoleh supply premium, kerosene dan solar dari Kilang Dumai,

sedangkan untuk Instalasi Medan memperoleh kerosene dan solar dari Kilang Dumai di

tambah supply premium, kerosene dan solar dari Singapore. Demand BBM Depot

Dumai di transfer dari Kilang Dumai langsung dengan menggunakan moda pipa. Depot

Siak memperoleh premium, kerosene dan solar dari Kilang Dumai, walaupun demikian

jumlah pasokan premium dari Kilang Dumai ke Depot Siak hanya menutupi 83%

demand premium, maka dari itu diperlukan tambahan supply premium dari Terminal

Transit Tanjung Uban sebesar 9.546 KL.

Terminal Transit Teluk Kabung selain melayani kebutuhan lokal, melayani juga

kebutuhan depot-depot sekitarnya seperti Depot Sibolga, Depot G.Sitoli dan Depot

Meulaboh. Jumlah BBM yang dibutuhkan oleh Terminal Transit Teluk Kabung

Page 19: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

75

ditambah dengan demand depot penyalur di sekitarnya adalah 135.694 KL BBM yang

terdiri dari 53.601 KL premium, 22.681 KL kerosene dan 59.411 KL solar.

Gambar 3.5 Flow of Material BBM untuk Depot Utama dan Instalasi

Sumber: Hasil Pengolahan

Instalasi Medan menangani inland Depot Kisaran dan Depot Pematangsiantar

dengan moda RTW (Rail Tank Wagon). Selain melayani kedua inland depot di selatan

Kota Medan, Instalasi Medan melayani kebutuhan BBM sea depot di Daerah Istimewa

Aceh yaitu Depot Sabang, Depot Kruengraya dan Depot Lhokseumawe. Total demand

Instalasi Medan ditambah dengan demand depot-depot penyalur di sekitarnya berjumlah

264.657 KL BBM, terbagi dari 99.494 KL premium, 57.131 Kl kerosene dan 108.031

KL solar. Produksi Kilang Dumai hanya mampu memasok 56.835 KL kerosene dan

15.444 KL solar untuk menutupi kebutuhan Instalasi Medan, sisa kebutuhan premium,

kerosene dan solar didatangkan dari Terminal Transit Tanjung Uban yang berasal dari

sumber impor.

SNG

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

Lahat Baturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

Premium Solar Kerosine PKS

Page 20: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

76

Gambar 3.6 Flow of Material BBM untuk Depot-Depot Penyalur

Sumber: Hasil Pengolahan

Sub area tiga yaitu Terminal Transit Pulau Sambu, Depot Tembilahan, Depot

Batam dan Depot Natuna memperoleh pasokan BBM dari Terminal Transit Tanjung

Uban berupa premium, kerosene dan solar. Jumlah demand sub area tiga adalah 138.817

KL yang terdiri dari 19.596 KL premium, 12.073 KL kerosene dan 107.148 KL solar.

Seluruh produk BBM di TT Tanjung Uban berasal dari Singapore.

Sub area dua meliputi Depot Kertapati, Depot Pangkalan Balam, Depot

Baturaja, Depot Lahat, Depot Lubuklinggau, Depot Jambi, Depot Pontianak, Depot

Sintang dan Jobber Tanjung Pandan. Demand total BBM yang dibutuhkan sub area dua

adalah 324.924 KL yang terdiri dari: 101.338 KL premium, 48.882 KL kerosene dan

174.705 KL solar. Depot Kertapati merupakan tanki timbun Kilang Plaju yang dikelola

oleh Unit Pengolahan III. Produksi Kilang Plaju sebesar 255.071 KL BBM yang terbagi

dari 104.993 KL premium, 74.818 KL kerosene dan 174.705 KL solar. Jika melihat

perbandingan antar demand sub area dua dan produksi yang dihasilkan Kilang Plaju,

maka terlihat terjadinya kelebihan stock untuk produk premium dan kerosene,

sedangkan untuk produk solar mengalami kekurangan yang cukup besar yaitu 99.445

KL. Kekurangan produk solar ini di penuhi dengan tambahan supply dari Terminal

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Baturaja

Natuna

Lahat Baturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

TJ PRIOK

Premium Solar Kerosine PKS

Page 21: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

77

Transit Tanjung Uban ke beberapa sea depot yang berada pada sub area dua, sedangkan

kelebihan produk premium dan kerosene di transfer ke Depot Plumpang yang masuk

dalam wilayah envelope dua.

Pontianak

Dumai

Sibolga

Batam/Kijang

Sie Siak

Sabang

G.Sitoli

Kruengraya

Kisaran

Siantar

Meulaboh

L.Seumawe

Natuna

Tembilahan

SintangUP III KILANG PLAJU

IMPORT

UP II KILANG DUMAI

T.T Tj Uban

T.T P Sambu

T.T Kabung

Ins Medan

Kertapati

Jambi

Tjg. Pandan

Pkl. Balam

Baturaja

Lahat

Lubuklinggau

PREMIUM

SOLAR

KEROSINE

PKSKILANG

TERM TRANSIT, DEP UTAMA, INSTALASI

STS

SEA DEPOT

RTWPIPA

JOBBER

Gambar 3.7 Flow of Material BBM Envelope Satu Sumber: Hasil Pengolahan

Depot Kertapati memasok kebutuhan BBM inland depot yang berada di selatan

Pulau Sumatera yaitu Depot Baturaja, Depot Lahat dan Depot Lubuklinggau. Jumlah

demand inland depot yang ada di sub area dua berjumlah 124.939 KL yang terdiri dari

45.525 KL premium, 21.469 KL kerosene dan 57.945 KL solar. Walaupun produk solar

di Depot Utama Kertapati merupakan produk utama, produk premium di tiga inland

depot penyalur sekitarnya mempunyai jumlah demand terbesar. Kebutuhan BBM

keempat inland depot ini dipenuhi seluruhnya oleh produksi Kilang Plaju.

Sea depot yang berada di sub area dua adalah Depot Pangkalan Balam, Depot

Jambi, Depot Pontianak, Depot Sintang dan Jobber Tanjung Pandan. Jumlah kebutuhan

Page 22: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

78

BBM sea depot yang berda pada sub area dua berjumlah 199,985 KL yang terdiri dari

55.813 KL premium, 27,413 KL kerosene dan 116.759 KL solar. Hampir 60% demand

BBM pada sea depot sub area dua merupakan produk solar. Produk premium dan

kerosene untuk Depot Jambi, Depot Pangkalan Balam, Depot Pontianak dan Depot

Sintang diperoleh dari Kilang Plaju, sedangkan produk solar sepenuhnya di supply dari

TT Tanjung Uban. Demand BBM Jobber Tanjung Pandan di supply seluruhnya dari

Kilang Plaju. Depot Pontianak merupakan depot utama yang mensupply kebutuhan

BBM untuk Depot Sintang.

3.9.3 Rute Distribusi Envelope Satu

Rute kapal tanker dibuat berdasarkan flow of material BBM envelope satu yang

telah dibuat sebelumnya. Pembuatan rute ini dibatasi oleh kapasitas tanki timbun di

masing-masing depot, jenis kapal tanker dan kondisi geografis yang akan dilalui.

Berdasarkan hasil pegolahan data envelope satu dihasilkan 22 buah rute yang sebagian

besar merupakan pola distribusi point-to-point, sedangkan rute yang menggunakan pola

multy-port hanya berjumlah 2 buah.

Pola distribusi multy-port digunakan untuk mensupply Depot Sibolga dan Depot

G Sitoli yang dipasok dari Terminal Transit Teluk Kabung dengan RTD 6.25 hari.

Depot Lhokseumawe dan Depot Kruengraya dipasok dari Instalasi Medan dengan RTD

8.66 hari. Kedua pola multy-port ini menggunakan jenis kapal tipe SMALL 2 dengan

besar freight cost masing-masing $ 5,67 dan $ 7,35 per-kilo liter atau Rp 43,- dan Rp

56,- per-liter

Kapal tipe besar seperti GP dan MR digunakan untuk mentransfer produk BBM

dari Kilang atau refenery sampai Depot Utama atau Instalasi. Hal ini memungkinkan

untuk dilakukan karena besarnya kapasitas demand dan tanki timbun di tempat tujuan.

Kapal besar ini digunakan untuk mentransfer BBM ke Terminal Transit Teluk Kabung

dan Instalasi Medan.

Berdasarkan data eksisiting tanki timbun Terminal Transit Kabung maka suppy

BBM menggunakan 2 buah kapal yang terdiri dari 1 buah kapal jenis MR dan 1 buah

kapal jenis GP, dengan frekuensi 2 kali untuk masing-masing kapal. Round Trip Days

(RTD) dari Kilang Dumai menuju TT Kabung sebesar 10,44 hari. Kapal jenis Medium

Range (MR) membawa 40.454 KL BBM yang terdiri dari 16.322 KL premium, 7.095

KL kerosene, dan 17.037 Kl solar, sedangkan kapal GP membawa 20.227 KL BBM

yang terdiri dari 8.161 KL premium, 3,547 KL kerosene, 8.519 Kl solar. Freight cost

Page 23: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

79

kapal jenis MR adalah $ 4,58 per-kilo liter dan $ 6,02 per-kilo liter untuk kapal jenis GP

atau Rp 43,- dan Rp 56,- per-liter.

Kapal tanker tipe kecil seperti SMALL 2, SMALL 1 dan LIGHTER digunakan

untuk mendistribusikan prodok BBM ke depot-depot penyalur. Untuk mendistribusikan

BBM ke Depot Jambi, Depot Tembilahan dan Depot Sintang harus melalui medan

sungai, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan tipe kapal tanker yang besar

dan sistem distribusi yang digunakan adalah sistem point-to-point. Rute nomor 8 yaitu

Depot Meulaboh – Depot Sabang – Depot Meulaboh merupakan rute termahal yang ada

di envelope satu, dengan ongkos $15,86 per–KL atau Rp 120,- per liter.

Instalasi Medan mendapat pasokan kerosene sebesar 18.945 KL dan solar

sebesar 5.148 KL dari Kilang Dumai dengan menggunakan kapal jenis GP. Sisa demand

Instalasi Medan ditutupi oleh TT Tanjung Uban menggunakan 1 kapal jenis SMALL 2

dengan frekuensi 4 kali dan 1 kapal jenis GP dengan frekuensi 3 kali dari Singapore.

Kapal GP mengangkut 3 jenis BBM dengan jumlah 44.694 KL yang terdiri dari 21.500

KL premium, 1.694 KL kerosene dan 21.500 KL solar, sedangkan kapal jenis SMALL

2 mengangkut premium 3.626 KL dan solar 2.977 KL.

SNG

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

1

5

6

4

2

TJ PRIOK

SBY + KALBUT

TJ GEREM TSEMARANG

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

SNG

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

1

5

6

4

2

TJ PRIOK

SBY + KALBUT

TJ GEREM TSEMARANG

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

Gambar 3.8 Rute Supply dan Distribusi BBM Depot Utama Envelope Satu

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 24: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

80

Tabel 3.3 Rute Supply dan Distribusi Envelope Satu

NO P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS1 DUMAI Teluk Kabung DUMAI 16,322 7,095 17,037 40,454 90% MR 10.44 2 20.88 4.58 35 20.882 DUMAI Teluk Kabung DUMAI 8,161 3,547 8,519 20,227 81% GP 10.44 2 20.88 6.02 46 20.883 Teluk Kabung G. Sitoli Sibolga Teluk Kabung 2,098 1,446 2,795 6,340 98% SMALL 2 6.25 5 31.26 5.67 43 31.264 DUMAI Inst. Medan DUMAI 18,945 5,148 24,093 96% GP 5.72 3 17.15 2.53 19 17.155 T. Uban Inst. Medan T. Uban 21,500 1,694 21,500 44,694 99% MR 7.14 4 28.56 2.76 21 28.566 T. Uban Inst. Medan T. Uban 3,626 2,977 5,587 86% SMALL 2 5.54 5 27.69 5.61 42 27.697 Inst. Medan Lhokseumawe Kruengraya Inst. Medan 2,444 1,174 2,485 6,103 94% (2) SMALL 2 7.44 8 59.52 7.35 56 29.768 Sabang Meulaboh Sabang 662 200 1,186 2,047 58% SMALL 1 5.00 6 30.00 15.86 120 30.009 T. Uban Siak T. Uban 3,182 3,182 91% SMALL 1 4.07 3 12.20 5.26 40 12.20

10 DUMAI Siak DUMAI 823 542 1,869 3,234 92% (3) SMALL 1 3.53 17 60.07 4.48 34 18.7311 T. Uban Natuna Group T. Uban 393 376 1,238 2,007 57% SMALL 1 4.18 1 4.18 8.69 6612 T. Uban BATAM T. Uban 1,387 416 1,433 3,236 92% SMALL 1 2.41 8 19.27 4.54 34 19.2713 T. Uban Tembilahan T. Uban 336 1,140 1,421 2,896 83% SMALL 1 3.49 4 13.97 5.03 38 18.0014 PLAJU Jambi PLAJU 2,600 970 3,570 102% SMALL 1 4.11 7 28.76 4.86 37 28.7615 T. Uban Jambi T. Uban 2,370 2,370 68% (2) SMALL 1 4.09 12 49.10 7.37 56 24.5516 PLAJU Pangkal Balam PLAJU 1,889 419 2,308 66% SMALL 1 3.82 6 22.90 6.81 51 22.9017 T. Uban Pangkal Balam T. Uban 6,083 6,083 94% SMALL 2 4.33 4 17.30 3.92 30 17.3018 PLAJU Tg. Pandan PLAJU 868 294 1,870 3,032 87% SMALL 1 4.53 3 13.60 8.27 62 13.6019 PLAJU Pontianak PLAJU 3,945 2,871 6,816 105% SMALL 2 5.02 6 30.09 4.96 38 30.0920 T. Uban Pontianak T. Uban 5,837 5,837 90% (2) SMALL 2 4.98 10 49.77 4.83 36 24.8921 Pontianak Sintang Pontianak 318 234 641 1,193 95% (2) LIGTER 4.67 12 56.00 1.38 10 28.0022 Inst. Medan Sabang Inst. Medan 817 253 1,498 2,568 73% SMALL 1 4.31 6 25.85 7.01 53 25.85

71,372 41,615 85,909 197,879 115 134 639 128 96686% 5 6 29 6 44 77%

P Premium RTD Round Trip DaysK Kerosene OC Occupacy Kapal = daya angkut standar / volume BBM yang diangkutS Solar UTILITAS Utilitas = RTD X frekuensi per-kapal

Menggunakan kapal yg sama

ROUTE

TOTALRATA-RATA

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 25: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

81

Envelope satu menggunakan 27 buah kapal untuk melayani 22 buah rute. Dua

puluh tujuh kapal tersebut terdiri dari 2 buah kapal tipe MR, 2 buah kapal tipe GP, 8

buah kapal tipe SMALL 2, 13 buah kapal tipe SMALL 1 dan 2 buah kapal tipe

LIGHTER. Dari data di atas terlihat bahwa sebagian besar rute envelope satu

menggunakan jenis kapal kecil seperti SMALL 1 dan SMALL 2. Kapal yang dapat

digunakan pada jalur Depot Pontianak – Depot Sintang hanya tipe LIGHTER, karena

terbatas pada kondisi geografis yang harus melalui sungai. Kapal tipe kecil biasanya

digunakan dengan 3 alasan, alasan pertama digunakan untuk depot-depot dengan

demand yang tidak terlalu besar, alasan kedua karena diakibatkan kondisi geografis

yang tidak memungkinkan dan yang ketiga terbatas pada kapasitas tanki timbun depot

tujuan. 11 rute dari 22 buah rute yang berada pada envelope satu menggunakan kapal

jenis SMALL 1.

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

BatamUban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

7

8

910

18

1312

11

3

17

16

15

1419

20

21

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

22

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

BatamUban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

7

8

910

18

1312

11

3

17

16

15

1419

20

21

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

22

Gambar 3.9 Rute Distribusi BBM Envelope Satu

Sumber: Hasil Pengolahan

Pola distribusi baru menggunakan kapal tanker lebih sedikit dibandingkan

dengan pola distribusi lama atau eksisting yang menggunakan 49 buah kapal dengan

komposisi 3 buah kapal jenis MR, 6 buah kapal jenis GP, 8 buah kapal jenis SMALL2,

24 buah kapal jenis SMALL I dan 8 buah kapal jenis LIGHTER. Penghematan kapal

Page 26: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

82

berjumlah 22 buah kapal yang terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 4 buah kapal jenis GP,

11 buah kapal jenis SMALL I dan 6 buah kapal jenis LIGHTER. Penghematan jumlah

kapal akan berdampak pada pengurangan ongkos sewa kapal. Berkurangnya ongkos

sewa kapal mengurangi biaya distribusi. Biaya total sewa kapal pola distribusi lama

dalam envelope satu sekitar $ 8.140.768 sedangkan pola distribusi baru $ 4.625.642,

jadi didapat penghematan sebesar $ 3.515.126 atau Rp 32.690.667.389.00 per-bulan

atau sebesar 43%.

Depot Meulaboh berdasarkan flow of material mendapat pasokan dari Terminal

Transit Teluk Kabung, tetapi karena tanki timbun yang dimiliki depot ini sangat kecil,

maka pendistribusian BBM di Depot Meulaboh dialihkan ke Depot Sabang. Jika

membandingkan demand BBM Depot Meulaboh yang berjumlah 14.331 KL dan

kapasitas tanki timbun yang berjumlah 3.423 KL, maka Depot Meulaboh hanya mampu

menampung 24% demand, sedangkan kapasitas tanki timbun Depot Sabang jauh lebih

besar daripada demand yang dimilikinya atau sebesar 360%, sehingga bisa dikatakan

tanki timbun Depot Sabang mampu menampung demand lokal hanya dengan 1 kali

pengiriman saja. Sisa kapasitas tanki timbun Depot Sabang bisa digunakan sebagai tanki

timbun bayangan untuk menampung demand Depot Meulaboh, keputusan ini cukup

tepat dilakukan karena jarak atara kedua depot tidak terlalu jauh, dibandingkan jika

menggunakan Terminal Transit Teluk Kabung atau depot-depot lain di sekitarnya.

Round Trip Days pola distribusi baru di envelope satu berjumlah 649 hari

dengan utilitas kapal tanker sebesar 78%. Prosentase ini menggambarkan bahwa rata-

rata kapal di wilayah ini mempunyai waktu instirahat selama 7 hari. Sisa waktu tersebut

bisa dipakai untuk distribusi produk avtur, distribusi minyak industri, atau barrier jika

terjadi perubahan jalur akibat terganggunya arus distribusi produk di supply point.

Tingkat occupacy kapal di envelope satu mencapai 86%, prosentase ini cukup baik

mengingat masih berada di atas batasan yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 45%.

3.9.4 Perubahan Tanki Timbun Envelope Satu

Berdasarkan hasil analisis terdapat 6 lokasi penambahan tanki timbun dan 3

lokasi perubahan tanki timbun. Keenam lokasi penambahan tanki timbun tersebut

adalah: Depot Meulaboh, Depot Sabang, Ins Medan, Depot Siak, Depot Jambi dan

Jobber Tanjung Pandan. Sedangkan ketiga lokasi yang mengalami perubahan komposisi

tanki timbun adalah: Depot Sibolga, T.T Kabung, dan TT Tanjung Uban.

Page 27: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

83

Depot Meulaboh adalah prioritas utama penambahan tanki timbun, karena depot

ini mempunyai kapasitas tanki timbun yang tidak memadai dengan demand yang

dimiliki daerah tersebut. Kapasitas timbun Depot Meulaboh jauh berbeda dengan ketiga

depot lainnya yang terdapat di Daerah Istimewa Aceh yang rata-rata memiliki kapasitas

timbun cukup besar untuk menutupi demand di areal pemasarannya. Berdasarkan flow

of material seharusnya Depot Meulaboh mendapat supply dari TT Kabung/ Bungus,

tetapi dikarenakan kapasitas timbun yang tidak memadai tadi, maka titik supply di

pindahkan ke Depot Sabang yang mempunyai sisa kapasitas timbun cukup besar.

Dengan penambahan tanki timbun di Depot Meulaboh diharapkan titik supply akan

kembali ke TT Kabung dan penambahan kapasitas timbun untuk Depot Sabang tidak

harus dilakukan.

Instalasi Belawan Medan adalah supply point untuk Daerah Istimewa Aceh dan

dua inland depot di selatan Medan. Instalasi ini membutuhkan penambahan kapasitas

timbun BBM sebagai berikut: premium sekitar 41000 KL atau lebih besar 3300 KL,

kerosene sekitar 31400 KL atau lebih besar 600 KL dan solar sekitar 47700 KL atau

lebih besar 1100 KL. Jumlah penambahan ini harus dikonfirmasi ulang dengan arus

pergerakan produk BBM yang dilakukan dengan menggunakan Rail Tank Wagon,

karena dengan mengetahui percepatan arus produk BBM moda ini akan diperoleh besar

volume penambahan tanki timbun yang baik dan akurat.

Depot Jambi direkomendasikan untuk melakukan penambahan kapasitas timbun

pada produk premium, sedangkan Depot Siak dan Jobber Tanjung Pandan

direkomendasikan melakukan penambahan pada produk premium dan solar. Untuk

memperjelas volume penambahan dan perubahan tanki timbun dimasing-masing depot

dalam envelope satu dapat dilihat pada Lampiran A yang terdapat pada bagian akhir

laporan.

3.9.5 Inventory Management Envelope Satu

Pengaturan inventory management yang dimulai dari kilang (1st tier), depot

utama/terminal transit/instalasi (2nd tier) sampai dengan depot penyalur (3rd

tier)

merupakan kunci utama penentuan besarnya high inventory yang harus dimilki suatu

depot. Nilai high inventory ini akan menentukan volume safe capacitiy yang layak

dimiliki oleh depot untuk menampung dan mendistribusikan BBM. Berikut ini dapat

dilihat salah satu model pengaturan inventory manajemen di Terminal Transit Kabung.

Page 28: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

84

T.T Teluk Kabung Premium

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30Days

Volu

me

Premium Buffer Stock High Inventory

T.T Teluk Kabung Kerosine

-

5,000

10,000

15,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30Days

Volu

me

Kerosine Buffer Stock High Inventory

T.T Teluk Kabung Solar

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Days

Volu

me

Solar Buffer Stock High Inventory

Gambar 3.10 Grafik Inventory BBM Terminal Transit Teluk Kabung

Sumber: Hasil Pengolahan

Terminal Transit Kabung/Bungus mempunyai own demand premium sebesar

38.475 KL, jika ditambah dengan 2 depot penyalurnya yaitu Depot Sibolga dan Depot

G Sitoli maka demand premium menjadi 48.967 KL. Berdasarkan rute nomor 1 dan rute

no 2, produk premium ini ditransfer dari Kilang Dumai dengan menggunakan 2 buah

kapal tanker yang berlainan jenis, yaitu kapal jenis MR dan kapal jenis GP dengan

Page 29: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

85

masing-masing volume angkut 16.322 KL untuk kapal jenis MR dan 8.161 untuk kapal

jenis GP. Frekuensi kedua kapal ini sebanyak 2 kali pengiriman per bulan dan Round

Trip Days dari Kilang Dumai sampai TT Kabung membutuhkan waktu 10,44 hari.

Kapal jenis MR merapat atau melakukan unloading di TT Kabung pada hari ke-

1 dan 16, sedangkan kapal tipe GP pada hari ke-8 dan 24. Terminal Transit Kabung

mempunyai daily objective thruput sebesar 1725 KL per hari. Rute nomor 3 dengan

pola multy-port membawa premium sebanyak 2.098 KL dari TT Kabung ke Depot

Sibolga dan Depot G Sitoli dengan frekuensi 5 kali pengiriman per-bulan, sehingga

pemberangkatan dari TT Kabung terjadwal pada hari ke-1, 7,13, 19, dan 25. Dari hasil

fluktuatif volume tanki timbun premium di TT Kabung, maka diperoleh buffer stock

ideal sebesar 11.285 KL dan high inventory ideal sebesar 25.882 KL. Jika melihat tanki

timbun eksisiting yang hanya mempunyai safe capacity sebesar 24.769 KL maka

kapasitas eksisting ini tidak akan memenuhi arus keluar masuk barang yang seharusnya

berada di atas high inventory, kecuali jika buffer stock diturunkan yang semula mampu

menahan demand selama 7 hari menjadi 5 hari saja. Solusi terbaik adalah dengan cara

mengganti salah satu tangki kerosene yang berjumlah 2 buah menjadi 1 buah, sehingga

kapasitas timbun premium menjadi bertambah sebesar 14.270 KL atau menjadi 39.039

KL. Walaupun demikian jumlah penurunan tanki timbun kerosene masih tetap mampu

menampung demand kerosene dengan baik. Mekanisme arus keluar – masuk produk

kerosene dan solar mengikuti arus premium di atas.

3.10 Rantai Pasok Supply dan Distribusi Envelope Dua

3.10.1 Demand dan Supply Envelope Dua

Demand BBM envelope dua berada diperingkat pertama dari 5 envelope yang

ada di Indonesia, demand BBM envelope ini memiliki prosentase sebesar 39% dari

demand BBM nasional. Jumlah total demand envelope dua adalah 1.565.161 KL per

bulan yang terdiri dari 721.804 KL premium (46%), kerosene 364,415 KL (23%) dan

solar 478,943 KL (31%).

Demand yang sangat tinggi dalam envelope dua dipasok oleh 2 buah kilang yang

berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah, yaitu Kilang Balongan dan Kilang Cilacap.

Kedua kilang ini memproduksi 1.485.410 KL BBM yang terdiri dari 658.737 Kl

premium (44%), 357.570 KL kerosene (24%) dan 469.103 KL solar (32%). Jumlah

produksi kedua kilang mampu menutupi 95% kebutuhan BBM di envelope dua.

Kekurangan BBM berada pada produk premium sebesar 63.067 KL, kerosene 6.844 KL

Page 30: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

86

dan solar 9.840 KL. Jadi jumlah total tambahan supply yang harus diperoleh dari impor

atau sumber lain sebesar 79.751 KL, dimana sebagian besar adalah produk premium.

Untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal dan impor di wilayah

envelope dua, maka dilakukan 2 pembagian sub area di dalam envelope dua yang

berdasarkan kedekatan lokasi depot dan kedekatan supply point. Kedua sub area

tersebut terbagi di utara Pulau Jawa dan di selatan Pulau Jawa.

Tabel 3.4 Pembagian Sub Daerah Envelope Dua

1 Depot Panjang 1 Inst. TG. PRIOK 2 Depot Pulau Baai 2 INST. Semarang3 TT. TG.Gerem4 Depot Padalarang5 Depot Ujung Berung6 Depot Tasikmalaya7 Depot Rewulu8 Depot Maos9 Depot Tegal

10 Depot Solo11 Depot Cepu12 Depot Madiun13 TT. Lomanis

sea depot Instalasi / term transit Rail Tank Wagon Pipa

SUB AREA 1 SUB AREA 2

Sumber: Hasil Pengolahan

Sub area satu terdiri dari 13 titik observasi yang terbagi dari 2 buah terminal

transit, 2 buah sea depot, 4 buah inland depot dengan moda RTW (Rail Tank Wagon)

dan 5 buah inland depot dengan moda pipa. Seluruh produk BBM sub region satu

diperoleh atau di supply dari Kilang Cilacap. Kilang Cilacap yang dikelola oleh Unit

Pengolahan IV merupakan kilang yang memproduksi BBM (premium, kerosene, solar)

terbanyak dari 6 kilang yang dimilki oleh PT PERTAMINA (Persero), kilang ini

mampu memproduksi BBM sebanyak 1.020.600 KL per-bulan.

Sub area dua terdiri dari 1 buah sea depot yaitu Depot Plumpang dan 1 buah

instalasi yaitu Instalasi Semarang. Kilang Balongan yang dikelola oleh Unit Pengolahan

VI mampu memproduksi 464.810 KL BBM yang terdiri dari 252.923 Kl premium,

61.745 KL kerosene dan 149.142 KL solar. Jumlah produksi Kilang Balongan

seluruhnya ditransfer ke Depot Plumpang. Hal ini dilakukan karena demand Depot

Plumpang sangat besar, bahkan setelah mendapatkan transfer dari Kilang Balongan

masih terjadi kekurangan pasokan BBM pada produk premium sebesar 53.244 Kl,

Page 31: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

87

kerosene 55.376 Kl dan solar 58.807, sehingga dibutuhkan pasokan dari sumber lain

seperti Kilang Cilacap dan Kilang Plaju.

3.10.2 Flow of material BBM Envelope Dua

Dengan mengutamakan kecukupan supply lokal di masing-masing envelope dan

tingkat efesiensi yang berdasarkan kedekatan jarak, maka Depot Pulau Baai/Bengkulu,

Depot Panjang dan Terminal Transit Tanjung Gerem memperoleh supply BBM dari

Kilang Cilacap, jumlah produk premium, kerosene, dan solar (PKS) yang diterima oleh

ketiga sea depot ini sebesar 206.012 Kl per-bulan. Jika di gabungkan dengan demand

inland depot dengan moda RTW dan pipa maka jumlah BBM yang dibutuhkan adalah

sebesar 803.240 KL yang terdiri dari 357.629 Kl premium, 212.802 KL kerosene dan

232.808 KL solar. Semua demand di sub area satu disupply dari Kilang Cilacap yang

memproduksi 1.020.600 KL BBM yang terdiri dari 404.814 KL premium, 295.825 KL

kerosene dan 319.961 KL solar. Jadi terdapat sisa produksi sebesar 47.185 KL

premium, 83.023 KL kerosene dan 87.153 KL solar. Sisa produksi BBM ini akan

ditransfer ke Depot Plumpang dan Instalasi Semarang.

Gambar 3.11 Flow of Material BBM untuk Depot-Depot Penyalur

Sumber : Hasil Pengolahan

TJ.GERE

Rewul

Mao

Ujung

Padalaran

Sol

Tega

TJ

Semaran Cep

Madiu

Panjan

Tasikmalay

Bengkul

PLAJU Premiu Sola

Kerosin PK

TJ UBAN

Page 32: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

88

Pasokan premium dari TT Tanjung Gerem ke Depot Bengkulu dilakukan karena

keterbatasan tanki timbun produk premium yang dimiliki Depot Bengkulu, sehingga

dibutuhkan tanki timbun bayangan di TT Gerem untuk mensupply kebutuhan premium

ke depot ini. Terminal Transit Tanjung Gerem selain berfungsi sebagai tanki timbun

bayangan Depot Bengkulu, juga berfungsi sebagai barrier BBM untuk Depot Plumpang

yang volume demandnya sangat besar. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika

terjadi gangguan dalam arus pendistribusian BBM ke depot tersebut, selain itu jarak

yang ditempuh tidak terlalu jauh, jika dibandingkan harus mendatangkan pasokan dari

titik-titik timbun di sekitarnya.

Depot Plumpang mendapat pasokan BBM dari 4 lokasi sumber yang berbeda,

sumber pertama di peroleh dari Kilang Balongan yang mentransfer seluruh produksinya

atau 464.810 KL BBM, sumber kedua adalah sisa produksi Kilang Plaju sebesar 41.296

KL BBM yang berupa 3.655 KL premium, 25.936 KL kerosene dan 11.704 KL solar,

sumber ketiga dari Kilang Cilacap sebesar 47.185 KL premium, 29.439 KL kerosene

dan 47.103 KL solar, sumber keempat dari TT Gerem dengan 2.404 KL premium.

Padalarang

U. Berung

Tasikmalaya

Madiun

PLUMPANG

UP IV KILANG CILACAP

UP VI KILANG BALONGAN

UP III KILANG PLAJU

IMPORT

T.T LOMANIS

Ins Semarang

T.T Tj Gerem

Cilacap

Maos

Cepu

Rewulu

Tegal

Solo

Panjang

Bengkulu

TT Balongan

PREMIUM

SOLAR

KEROSINE

PKSKILANG

TERM TRANSIT, DEP UTAMA, INSTALASI

STS

SEA DEPOT

RTWPIPA

JOBBER

Gambar 3.12 Flow of Material BBM Envelope Dua

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 33: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

89

Sisa produk kerosene dan solar dari Kilang Cilacap setelah didistribusikan ke

seluruh inland dan sea depot envelope dua di transfer ke Instalasi Semarang, sedangkan

kebutuhan premium di instalasi ini diperoleh dari TT Tanjung Uban.

3.10.3 Rute Distribusi Envelope Dua

Rute kapal tanker dibuat berdasarkan flow of material BBM envelope dua yang

telah dibuat sebelumnya. Pembuatan rute ini dibatasi oleh kapasitas tanki timbun di

masing-masing depot, jenis kapal tanker dan kondisi geografis yang akan dilalui.

Berdasarkan hasil pegolahan data envelope dua, maka dihasilkan 10 buah rute yang

seluruhnya menggunakan pola distribusi point-to-point. Pola ini cocok dipakai untuk

depot yang memiliki demand dan kapasitas timbun yang besar.

Kapal tipe besar seperti GP dan MR banyak digunakan dalam distribusi di dalam

envelope dua. Rute yang menggunakan kapal jenis Medium Range (MR) adalah rute

nomor 6 dengan jurusan Kilang Cilacap - Depot Plumpang/Tj Priok - Kilang Cilacap

yang mengangkut 41.242 KL PKS dengan Round Trip Days (RTD) 7 hari dan frekuensi

3 kali per-bulan. Ongkos distribusi rute ini adalah $ 2,88 per KL atau Rp 22,- per liter.

Kapal jenis General Purpose (GP) yang berdaya angkut < 25.000 digunakan

pada rute nomor 1 (Kilang Cilacap - TT Gerem - Kilang Cilacap), rute nomor 2 (Kilang

Cilacap - Depot Panjang - Kilang Cilacap), rute nomor 3 (Kilang Cilacap - Depot

Baai/Bengkulu - Kilang Cilacap), rute nomor 5 (Kilang Plaju - Depot Plumpang -

Kilang Plaju), rute nomor 8 (TT Uban - Ins Semarang - TT Uban), dan rute nomor 9

(Kilang Cilacap - Ins Semarang - Kilang Cilacap).

Rute nomor 1 dan nomor 3 menggunakan satu kapal yang sama, hal ini

diputuskan berdasarkan pertimbangan data demand dan tanki timbun Depot Bengkulu

yang memungkinkan pemenuhan demand hanya dalam 1 kali pengiriman, sehingga

dapat menggunakan kapal lain yang mempunyai waktu off time cukup besar. Walaupun

demikian jika dihitung ongkos per rute, maka rute nomor 3 adalah jalur termahal yang

menggunakan kapal jenis GP dengan $ 5,40 per KL atau Rp 41,- per liter. Besarnya

ongkos ini diakibatkan oleh tingkat occupacy kapal tanker yang rendah sebesar 57%,

sehingga terdapat sisa kapasitas tampung yang besar. Walaupun demikian pemilihan

keputusan ini masih lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan 2 buah kapal

dengan kapasitas yang lebih kecil. Rute nomor 9 yaitu Kilang Cilacap - Instalasi

Semarang - Kilang Cilacap menggunakan jalur timur melewati Pulau Bali dan Jawa

Timur dengan alasan kedekatan jarak.

Page 34: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

90

Tabel 3.5 Rute Supply dan Distribusi Envelope Dua

NO P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS1 CILACAP TG.Gerem CILACAP 8,152 4,371 11,760 24,283 97% GP 5.76 3 17.27 2.60 20 23.032 CILACAP Panjang CILACAP 8,225 3,957 9,933 22,116 88% GP 5.65 5 28.23 2.80 21 28.233 CILACAP Pulau Baai CILACAP 3,000 3,346 8,000 14,346 57% GP 6.76 1 6.76 5.40 414 TG.Gerem Pulau Baai TG.Gerem 2,407 339 2,746 78% SMALL 1 4.75 2 9.50 7.29 55 14.255 PLAJU InstTGPRIOK PLAJU 1,828 12,968 5,852 20,648 83% GP 6.12 2 12.24 3.19 24 12.246 CILACAP InstTGPRIOK CILACAP 15,728 9,813 15,701 41,242 92% MR 6.92 3 20.77 2.88 22 20.777 TG.Gerem InstTGPRIOK TG.Gerem 2,404 2,404 69% SMALL 1 2.77 1 2.77 4.48 348 UBAN INSTSemarang UBAN 19,003 19,003 76% GP 8.09 3 24.27 4.84 37 24.279 CILACAP INSTSemarang CILACAP 13,396 10,012 23,408 94% GP 7.53 4 30.11 3.64 27 30.11

10 UBAN TG.Gerem UBAN 3,208 339 3,547 101% SMALL 1 6.33 3 18.98 8.84 67 18.9863,954 47,852 61,937 173,743 61 27 171 46 348

84% 6 3 17 5 35 71%

P Premium RTD Round Trip DaysK Kerosene OC Occupacy Kapal = daya angkut standar / volume BBM yang diangkutS Solar UTILITAS Utilitas = RTD X frekuensi per-kapal

Menggunakan kapal yg sama

ROUTE

TOTALRATA-RATA

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 35: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

91

Kapal tanker tipe kecil seperti SMALL 1 digunakan pada rute nomor 4 (TT

Gerem - Depot Bengkulu - TT Gerem), rute nomor 7 (TT Gerem - Depot Plumpang -

TT Gerem) dan rute nomor 10 (TT Gerem - TT Tanjung Uban - TT Gerem). Untuk rute

nomor 4 yaitu TT Gerem - Depot Bengkulu - TT Gerem dan rute nomor 7 yaitu TT

Gerem - Depot Plumpang - TT Gerem menggunakan 1 kapal yang sama.

TJ.GEREM

RewuluMaos

Ujung Berung

Padalarang

Solo

TegalSemarang Cepu

Madiun

Panjang

Tasikmalaya

Bengkulu

PLAJU

1

3

2

4

5

6

7

9

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

8

TJ UBAN

10

TJ.GEREM

RewuluMaos

Ujung Berung

Padalarang

Solo

TegalSemarang Cepu

Madiun

Panjang

Tasikmalaya

Bengkulu

PLAJU

1

3

2

4

5

6

7

9

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

8

TJ UBAN

10

Gambar 3.13 Rute Distribusi BBM Envelope Dua

Sumber: Hasil Pengolahan

Envelope dua menggunakan 8 buah kapal untuk melayani 10 rute perjalanan.

Delapan kapal tersebut terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 5 buah kapal jenis GP dan 2

buah kapal jenis SMALL 1, jumlah kapal ini lebih sedikit dibandingkan dengan pola

distribusi lama atau eksisiting yang menggunakan 10 buah kapal dengan komposisi 1

buah kapal jenis MR, 6 buah kapal jenis GP dan 2 buah kapal jenis SMALL 1 dan 1

buah kapal jenis LIGHTER. Jadi penghematan kapal berjumlah 2 buah kapal yang

masing-masing berjenis GP dan LIGHTER. Penghematan jumlah kapal akan berdampak

pada pengurangan ongkos sewa kapal, berkurangnya ongkos sewa kapal mengurangi

biaya distribusi. Biaya total sewa kapal pola distribusi lama dalam envelope dua sekitar

Page 36: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

92

$ 2.712.316, sedangkan pola distribusi baru $ 2.322.308, jadi didapat penghematan

sebesar $ 390.008 atau Rp 3,627,073,259,- per-bulan atau sebesar 14%.

Round Trip Days pola distribusi baru di envelope dua berjumlah 171 hari dengan

utilitas kapal sebesar 71%. Prosentase ini menggambarkan bahwa rata-rata kapal di

wilayah ini mempunyai waktu istirahat selama 9 hari. Sisa waktu tersebut dipakai untuk

mendistribusikan produk avtur, minyak industri, atau berfungsi sebagai barrier jika

terjadi perubahan jalur akibat terganggunya arus distribusi produk di supply point.

Tingkat occupacy kapal di envelope satu mencapai 84%, prosentase ini cukup baik

mengingat angka tersebut masih berada di atas batasan yang ditetapkan oleh perusahaan

yaitu sebesar 45%.

3.10.4 Perubahan Tanki Timbun Envelope Dua

Berdasarkan hasil analisis terdapat 1 lokasi penambahan tanki timbun dan 2

lokasi perubahan tanki timbun. Lokasi penambahan tanki timbun direkomendasikan

pada Depot P.Baai /Bengkulu. Sedangkan kedua lokasi yang mengalami perubahan

komposisi tanki timbun adalah: Depot Panjang dan Instalasi Semarang.

Depot P.Baai/Bengkulu adalah prioritas utama penambahan tanki timbun di

envelope dua, karena depot ini mempunyai kapasitas tanki timbun yang tidak memadai

jika dibandingkan dengan demand yang dimilikinya. Dengan penambahan tanki timbun

di Depot P.Baai/Bengkulu diharapkan pengiriman distribusi BBM hanya berlangsung

satu kali dan berasal dari Kilang Cilacap saja, tidak memerlukan tambahan dari TT

Tanjung Gerem, sehingga jumlah kapal yang dipakai pada envelope ini akan berkurang..

Depot Panjang dan Instalasi Semarang direkomendasikan untuk melakukan

penambahan kapasitas pada produk premium dengan cara mengurangi jumlah tanki

timbun solar yang berlebih. Besar tambahan kapasitas timbun yang dibutuhkan oleh

Depot Panjang adalah 8.406 KL, sedangkan Instalasi Semarang membutuhkan

tambahan sebesar 6.438 KL. Untuk memperjelas volume penambahan dan perubahan

tanki timbun di masing-masing depot dapat dilihat pada Lampiran B yang terdapat pada

bagian akhir laporan ini.

3.10.5 Inventory Management Envelope Dua

Pengaturan inventory management yang dimulai dari kilang (1st tier), depot

utama/terminal transit/instalasi (2nd tier) sampai dengan depot penyalur (3rd tier)

merupakan kunci utama penentuan besarnya high inventory yang harus dimilki suatu

Page 37: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

93

depot. Berdasarkan hasil penentuan nilai high inventory ini akan didapatkan volume

safe capacitiy yang layak dimiliki oleh suatu depot untuk menampung dan

mendistribusikan BBM. Berikut ini dapat dilihat salah satu model pengaturan inventory

manajemen di TT Tanjung Gerem.

Terminal Transit Tanjung Gerem Premium

-

5,000

10,000

15,000

20,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30Days

Volu

me

Premium Buffer Stock High Inventory

Terminal Transit Tanjung Gerem Kerosine

-

5,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Days

Volu

me

Kerosine Buffer Stock High Inventory

Terminal Transit Tanjung Gerem Solar

-

5,000

10,000

15,000

20,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30Days

Volu

me

Solar Buffer Stock High Inventory

Gambar 3.14 Grafik Inventory BBM Terminal Transit Tanjung Gerem

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 38: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

94

Terminal Transit Tanjung Gerem mempunyai own demand premium sebesar

24.455 KL, jika ditambah dengan supply premium untuk 2 depot penyalurnya yaitu

Depot Bengkulu dan Depot Plumpang maka demand premium menjadi 34.079 KL.

Berdasarkan rute nomor 1 dan nomor 10, produk premium ini ditransfer dari produk

lokal Kilang Cilacap dan produk impor Singapore melalui TT Tanjung Uban dengan

menggunakan 2 buah kapal tanker yang berlainan jenis, yaitu kapal jenis GP dari Kilang

Cilacap dan kapal jenis SMALL 1 dari TT Tanjung Uban dengan volume angkut

masing-masing 8.152 KL dan 3208 KL. Frekuensi kedua kapal ini sebanyak 3 kali

pengiriman per-bulan, sedangkan waktu Round Trip Days masing-masing jalur adalah

5,76 hari untuk kapal GP dari Kilang Cilacap dan 6,33 hari untuk kapal SMALL 1 dari

TT Tanjung Uban.

Kapal jenis GP merapat atau melakukan unloading di TT Tanjung Gerem pada

hari ke-2, 11 dan 20, sedangkan kapal tipe SMALL 1 pada hari ke-1, 7 dan 16. Terminal

Transit Tanjung Gerem mempunyai daily objective thruput sebesar 1097 KL per-hari.

Rute nomor 4 (TT Tj Gerem – Depot Bengkulu - TT Tj Gerem) membawa premium

sebanyak 2.407 KL dengan frekuensi 3 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-3, 11

dan 17. Rute nomor 7 (TT Tj Gerem – Depot Plumpang - TT Tj Gerem) membawa

premium sebanyak 2.404 KL dengan frekuensi 1 kali pengiriman yang dilakukan pada

hari ke-22. Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun premium di TT Tanjung Gerem

maka diperoleh buffer stock ideal sebesar 4.500 KL dan high inventory ideal sebesar

15.000 KL.

Terminal Transit Tanjung Gerem tidak melakukan distribusi produk kerosene ke

luar lokasi sehingga pola inventory yang terjadi untuk produk ini lebih stabil, jika

dibandingkan produk premium. Demand kerosene TT Tanjung Gerem berjumlah 13.114

KL dengan daily objective thruput sebesar 588 KL. Produk solar di TT Tanjung Gerem

pada dasarnya menyerupai arus inventory pada produk premium, hanya saja pengiriman

ke luar lokasi hanya dilakukan pada rute nomor 4 (TT Tj Gerem – Depot Bengkulu - TT

Tj Gerem).

3.11 Rantai Pasok Supply dan Distribusi Envelope Tiga

3.11.1 Demand dan Supply Envelope Tiga

Jumlah total demand BBM envelope tiga berada diperingkat ke-tiga dari 5

envelope yang ada di Indonesia, demand BBM di envelope ini memiliki proporsi

sebesar 18% dari demand BBM nasional. Jumlah total demand envelope tiga adalah

Page 39: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

95

sebesar 719,265 KL yang terdiri dari 276.908 KL premium (38%), kerosene 165,986

KL (23%) dan solar 276,371 KL (38%). Envelope tiga tidak memiliki kilang sebagai

sumber supply BBM, maka produk PKS yang didistribusikan di wilayah ini berasal dari

Kilang Balikpapan atau impor dari Singapore. Kebutuhan produk solar dan premium

mempunyai jumlah yang hampir sama di envelope ini, sedangkan produk kerosene

mempunyai perbandingan prosentase yang cukup besar jika melihat karakteristik

komposisi produk PKS envelope lain. Konsentrasi demand BBM di envelope tiga lebih

berpusat di daerah barat yaitu sekitar Jawa Timur dan Bali.

Berdasarkan konsep envelope yang telah dibuat oleh penulis sebelumnya, Depot

Bima dan Depot Reo masuk dalam areal envelope tiga, tetapi setelah dipertimbangkan

berdasarkan kedekatan jarak dengan sumber supply antara Terminal Transit Manggis

dan Instalasi Makassar, maka lebih baik jika ke dua depot ini masuk dalam areal

distribusi Instalasi Makassar di envelope empat. Envelope tiga merupakan envelope

yang sering mengalami kondisi krisis dan kritis, kondisi ini terjadi akibat: pertama tidak

adanya sumber supply utama yang diperuntukan untuk envelope tiga, kedua kegiatan

supply BBM impor yang diperoleh dari Singapore atau Terminal Transit Tanjung Uban

memerlukan waktu yang cukup lama, ketiga kurangnya kapasitas timbun produk

premium dan kerosene di sekitar daerah barat envelope.

Envelope tiga memiliki kapal tipe VLCC yang berfungsi sebagai tanki timbun

laut dengan kapasitas 250.000 DWT. Menurut data yang diperoleh dari bulan Oktober

sampai Desember, kapal besar ini hanya menimbun jenis produk solar saja. Lokasi

kapal ini bisa berubah-ubah atau bergerak sesuai dengan ketersedian sumber dan titik-

titik distribusinya.

Untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal dan impor di dalam

willayah envelope tiga, maka dilakukan 3 pembagian sub area dengan berdasarkan

kedekatan lokasi depot dan jarak dengan supply point. Ketiga sub area tersebut terbagi

di Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

3.6.

Page 40: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

96

Tabel 3.6 Pembagian Sub Daerah Envelope Tiga

1 Depot Maumere 1 TT. Manggis 1 Inst. Surabaya2 Depot Waingapu 2 Depot Tanjung Wangi 2 Depot Camplong3 Depot Ende 3 Depot Benoa/Sanggaran 3 Depot Kediri4 Depot Kupang 4 Depot Ampenan 4 Depot Malang5 Depot Atapupu 5 Depot Badas6 Depot Dilli7 Depot Kalabahi8 Depot Larantuka

sea depot Instalasi / term transit inland depot

SUB AREA 1 SUB AREA 2 SUB AREA 3

Sumber: Hasil Pengolahan

Sub area satu yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara terdiri dari 8 titik

observasi yang terdiri dari 1 buah depot utama (Depot Kupang) dan 7 buah sea depot

yaitu Depot Maumere, Depot Waingapu, Depot Ende, Depot Atapupu, Depot Dilli,

Depot Kalabahi, dan Depot Larantuka. Seluruh produk BBM sub region satu diperoleh

dari Kilang Balikpapan. Sub area satu membutuhkan 36.273 KL BBM yang terdiri dari

12.214 KL premium, 6.618 Kl kerosene dan 17.441 KL solar.

Daerah Pulau Bali – Pulau Lombok atau sub area dua terdiri dari 1 terminal

transit (TT Manggis) dan 4 sea depot yaitu Depot Tanjung Wangi, Depot Benoa, Depot

Ampenan dan Depot Badas. Sub area dua membutuhkan 180.432 KL BBM yang terdiri

dari 61.435 KL premium, 41.645 Kl kerosene dan 77.352 KL solar. Sumber supply PKS

sebagian besar atau sekitar 53% diperoleh dari Kilang Balikpapan, ditambah dengan

produk solar dari STS Kalbut sebanyak 57.137 KL dan produk premium sebanyak

27.259 KL dari Instalasi Surabaya.

Sub are tiga di Jawa Timur terdiri dari 1 buah instalasi (Ins Surabaya), 1 sea

depot (Depot Camplong) di Pulau Madura dan 2 buah inland depot yaitu Depot Kediri

dan Depot Malang. Sub area tiga membutuhkan 427.663 KL BBM yang terdiri dari

175.840 KL premium, 116.448 Kl kerosene dan 135.375 KL solar. Pasokan kerosene

diperoleh dari Kilang Balikpapan sebesar 60.039 KL ditambah 56.409 Kl dari impor.

Pasokan premium diperoleh seluruhnya dari impor sebanyak 175.840 KL. Produk solar

diperoleh seluruhnya dari STS Kalbut sebanyak 135.375 KL. Demand terbesar di sub

area tiga adalah produk premium, yang sebagian besar banyak dikonsumsi oleh Ins

Surabaya dan inland depot yang berada di Jawa Timur. Inland depot di daerah Jawa

Timur menggunakan moda RTW (Rail Tank Wagon) dalam pendistribusiannya.

Page 41: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

97

3.11.2 Flow of material BBM Envelope Tiga

Berdasarkan ketersediaan sumber pasokan lokal dan tingkat efesiensi kedekatan

jarak, maka supply utama untuk envelope tiga dapat digambarkan sebagai berikut:

Depot Kupang dan TT Manggis memperoleh produk PKS dari Kilang Balikpapan. TT

Manggis mendapat pasokan tambahan solar dari STS Kalbut dan premium dari Ins

Surabaya. Instalasi Surabaya mendapat pasokan premium dan kerosene dari impot

ditambah pasokan solar dari STS Kalbut. STS Kalbut yang memasok solar ke Instalasi

Surabaya memperoleh produk solar dari Singapore atau TT Tanjung Uban. Jika tanki

timbun produk solar di Ins Surabaya cukup besar maka lebih baik demand solar dikirim

bersamaan dengan kedua produk BBM lainnya, tetapi karena kapasitas timbun instalasi

ini tidak mencukupi maka diperlukan tanki timbun bayangan di STS Kalbut.

Gambar 3.15 Flow of Material BBM untuk Depot-Depot Utama, dan Instalasi

Sumber: Hasil Pengolahan

SNG

BALIKPAPAN

Ampenan

Badas Bima Reo Maumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

Dilli

Camplong

Tj.Wangi

STS KALBUT SBY

Waingapu

SNG / UBAN SNG / UBAN

Ende

Premium Solar Kerosine PKS

Page 42: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

98

Gambar 3.16 Flow of Material BBM untuk Depot-Depot Penyalur

Sumber: Hasil Pengolahan

Kegiatan supply dan distribusi depot-depot penyalur di envelope tiga dirancang

berdasarkan pembagian sub daerah yang telah dibuat sebelumnya. Gambaran kegiatan

tersebut adalah sebagai berikut: Depot-depot penyalur di sub area tiga yaitu Depot

Atapupu, Depot Dilli, Depot Kalabahi, Depot Larantuka, Depot Maumere, Depot Ende

dan Depot Waingapu memperoleh produk premium, kerosene dan solar (PKS) dari

Depot Kupang. Depot Benoa, Depot Sanggaran dan Depot Badas yang berada di

wilayah sub area dua memperoleh pasokan premium, kerosene dan solar dari TT

Manggis. Depot Tanjung Wangi mendapat pasokan premium dari Ins Surabaya, solar

dari STS Kalbut dan kerosene dari TT Manggis. Inland depot dan Depot Camplong

yang masuk dalam sub regioan satu memperoleh pasokan PKS dari Instalasi Surabaya.

SNG / UBAN

BALIKPAPAN

Ampenan

Badas Bima Reo Maumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

Dilli

Camplong

Tj.Wangi

STS KALBUT SBY

Waingapu

Page 43: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

99

Camplong

Sanggaran

Ampenan

WaingapuEnde

Malang

Kediri

Badas

Tg . Wangi

Maumere

Dili

Larantuka

Kalabahi

Atapupu

TT Manggis

STS Kalbut

Ins Surabaya

UP V KILANG BALIKPAPAN

Depot Kupang

IMPORT

PREMIUM

SOLAR

KEROSINE

PKSKILANG

TERM TRANSIT, DEP UTAMA, INSTALASI

STS

SEA DEPOT

RTWPIPA

JOBBER

Gambar 3.17 Flow of Material BBM Envelope Tiga Sumber: Hasil Pengolahan

3.11.3 Rute Distribusi Envelope Tiga

Rute kapal tanker dibuat berdasarkan flow of material BBM envelope tiga yang

telah dibuat sebelumnya. Pembuatan rute ini dibatasi oleh kapasitas tanki timbun di

masing-masing depot dan jenis kapal tanker yang digunakan. Berdasarkan hasil

pegolahan data pada envelope tiga, maka dihasilkan 18 buah rute yang mayoritas

menggunakan pola distribusi point-to-point sebanyak 15 rute, sedangkan rute yang

menggunakan pola distribusi multy-port hanya berjumlah 3 buah.

Kapal tipe besar seperti GP dan MR banyak digunakan untuk mendistribusikan

BBM ke daerah-daerah supply utama seperti TT Manggis, Ins Surabaya, STS Kalbut

dan Depot Kupang. RTD terjauh sebesar 8,95 hari dimiliki oleh rute nomor 15 yaitu

Singapore - Ins Surabaya - Singapore dan rute nomor 18 yaitu Singapore - STS Kalbut -

Singapore. Posisi ke-dua dengan RTD 8,53 hari diperoleh oleh rute nomor 1 yaitu

Kilang Balikpapan - Depot Kupang - Kilang Balikpapan. Freight cost untuk kapal-kapal

besar di dalam envelope tiga tidak lebih dari $ 5 per KL.

Page 44: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

100

Gambar 3.18 Rute Supply dan Distribusi BBM Depot Utama Envelope Tiga

Sumber: Hasil Pengolahan

Kapal jenis kecil seperti SMALL 1, SMALL 2 dan LIGHTER banyak digunakan

untuk mensuppy BBM ke depot-depot penyalur dengan demand kecil. Pola distribusi

multy-port dengan kapal jenis SMALL 1 dipakai pada rute nomor 3 yaitu Depot Kupang

- Depot Waingapu - Depot Ende - Depot Larantuka - Depot Kupang, dengan membawa

3.518 KL BBM, RTD 6.95 hari dan frekuensi 3 kali per-bulan. Pola distribusi multy-

port dengan kapal jenis SMALL 2 dipakai pada rute nomor 13 yaitu TT Manggis -

Depot Benoa - Depot Badas - TT Manggis, dengan membawa 4.916 KL BBM, RTD

4.60 hari dan frekuensi 4 kali per-bulan. Kapal tipe LIGHTER hanya digunakan pada

rute nomor 5 yaitu Depot Kupang - Depot Atapupu - Depot Kupang.

Freight cost termahal dari seluruh rute yang ada di envelope tiga adalah rute

nomor 3 yang menggunakan sistem multy-port di atas, dengan $ 10,69 per KL atau Rp

81,- per liter. Besarnya freight cost ini diakibatkan oleh faktor biaya pelabuhan atau

portcharge ketika kapal merapat di dermaga. Walaupun demikian ongkos ini lebih

murah jika dibandingkan menggunakan pola distribusi point-to-point, karena jumlah

kapal yang digunakan akan semakin banyak dan akan berdampak pada peningkatan

ongkos distribusi.

SNG / UBAN

BALIKPAPAN

Ampenan

Badas Bima Reo Maumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

Dilli

Manggis

Tj.Wangi

STS KALBUT SBY

Waingapu

Ende

1

6

14 15

18

MR GP SMALL 2 SMALL 1 LIGHTER

16

Page 45: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

101

Tabel 3.7 Rute Supply dan Distribusi Envelope Tiga

NO P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS1 Balikpapan Kupang Balikpapan 6,107 3,309 8,720 18,136 73% GP 8.53 2 17.06 5.40 41 17.062 Kupang Maumere Kupang 1,092 715 1,374 3,181 91% SMALL 1 4.71 1 4.71 6.40 483 Kupang Waingapu Ende Larantuka Kupang 1,137 722 1,659 3,518 101% SMALL 1 6.95 3 20.86 10.69 81 20.864 Kupang Dilli Kalabahi Kupang 1,313 367 1,707 3,387 97% SMALL 1 5.05 1 5.05 7.56 57 10.105 Kupang Atapupu Kupang 379 352 514 1,245 100% LIGHTER 3.20 3 9.60 7.28 55 9.606 Balikpapan TT. Manggis Balikpapan 8,544 10,411 5,054 24,009 96% GP 6.60 4 26.39 3.07 23 26.397 STS KALBUT TT. Manggis STS KALBUT 19,046 19,046 76% GP 4.50 3 13.50 2.49 19 13.508 Inst. Surabaya TT. Manggis Inst. Surabaya 5,452 5,452 84% SMALL 2 4.67 5 23.33 4.80 36 23.339 TT. Manggis TJ Wangi TT. Manggis 2,961 2,961 85% SMALL 1 3.14 6 18.85 4.31 33 18.85

10 Inst. Surabaya TJ Wangi Inst. Surabaya 5,905 5,905 91% SMALL 2 3.98 4 15.91 3.56 27 15.9111 STS KALBUT TJ Wangi STS KALBUT 5,687 5,687 87% SMALL 2 3.63 7 25.40 3.14 24 25.4012 TT. Manggis Ampenan TT. Manggis 2,300 1,602 2,488 6,390 98% SMALL 2 2.62 6 15.70 2.05 15 15.7013 TT. Manggis Benoa/Sangga Badas TT. Manggis 940 768 3,209 4,916 76% SMALL 2 4.60 4 18.42 5.00 38 18.4214 Balikpapan Inst. Surabaya Balikpapan 20,013 20,013 80% GP 7.18 3 21.54 4.00 30 21.5415 SINGAPORE Inst. Surabaya SINGAPORE 29,307 9,402 38,708 86% (2) MR 8.95 6 53.71 4.14 31 26.8516 STS KALBUT Inst. Surabaya STS KALBUT 22,563 22,563 90% GP 3.65 6 21.88 1.63 12 21.8817 Inst. Surabaya Camplong Inst. Surabaya 1,177 733 605 2,515 72% SMALL 1 2.43 10 24.25 3.66 28 24.2518 SINGAPORE STS KALBUT SINGAPORE 32,314 32,314 72% MR 8.95 3 26.85 4.91 37 26.85

63,653 51,353 104,939 219,945 93 77 363 84 63686% 5 4 20 5 35 65%

P Premium RTD Round Trip DaysK Kerosene OC Occupacy Kapal = daya angkut standar / volume BBM yang diangkutS Solar UTILITAS Utilitas = RTD X frekuensi per-kapal

Menggunakan kapal yg sama

ROUTE

TOTALRATA-RATA

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 46: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

102

Rute nomor 2 yaitu Depot Kupang - Depot Maumere - Depot Kupang dan rute

nomor 4 yaitu Depot Kupang – Depot Dilli – Depot Kalabahi menggunakan 1 kapal

yang sama, hal ini dilakukan karena rute nomor 2 hanya memerlukan 1 kali pengiriman,

sehingga dapat menggunakan kapal lain di sub region tiga yang mempunyai waktu off

time cukup besar.

Envelope tiga menggunakan 18 kapal untuk melayani 18 rute perjalanan.

Delapan kapal tersebut terdiri dari 3 buah kapal jenis MR, 5 buah kapal jenis GP, 5

buah kapal jenis SMALL 2, 4 buah kapal jenis SMALL 1, dan 1 buah kapal jenis

LIGHTER. Jumlah kapal yang dipakai pada pola distribusi baru ini lebih banyak jika

dibandingkan pola distribusi lama atau eksisiting. Hal ini bisa terjadi karena ada

beberapa jalur distribusi BBM ke titik-titik supply utama, seperti Singapore - Ins

Surabaya - Singapore, Singapore - TT Manggis - Singapore dan Singapore - STS Kalbut

- Singapore yang tidak tercatat dalam data bulan Oktober sampai Desember 2007. Rute

yang tidak tercatat tersebut biasanya menggunakan kapal sewa dari luar negri atau kapal

miliki PT PERTAMINA (Persero) yang memiliki waktu instirahat cukup besar.

SNG / UBAN

BALIKPAPAN

Ampenan

Badas Bima ReoMaumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

DilliTj.Wangi

STS KALBUTSBY

Waingapu

Ende

2

3

4

5

7

8 9

10

11

12

13

17

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

SNG / UBAN

BALIKPAPAN

Ampenan

Badas Bima ReoMaumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

DilliTj.Wangi

STS KALBUTSBY

Waingapu

Ende

2

3

4

5

7

8 9

10

11

12

13

17

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

Gambar 3.19 Rute Distribusi BBM Envelope Tiga

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 47: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

103

Dari data yang tercatat, terdapat 11 buah kapal yang beroperasi di wilayah

envelope tiga dengan komposisi 2 buah kapal jenis MR, 3 buah kapal jenis GP, 3 buah

kapal jenis SMALL 2 dan 3 buah kapal jenis SMALL 1. Pola distribusi baru

memerlukan biaya $ 4.465.148 untuk menyewa 18 buah kapal tanker yang akan

beroperasi di wilayah ini.

Round Trip Days pola distribusi baru di envelope tiga berjumlah 363 hari

dengan utilitas kapal tanker sebesar 65%. Prosentase ini menggambarkan bahwa rata-

rata kapal di wilayah ini mempunyai waktu instirahat selama 11 hari. Sisa waktu

tersebut dipakai untuk mendistribusikan produk avtur, minyak industri, atau barrier

jika terjadi perubahan jalur akibat terganggunya arus distribusi produk di supply point.

Tingkat occupacy kapal di envelope tiga mencapai 86%, prosentase ini cukup baik

mengingat masih berada di atas batasan yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar

45%.

3.11.4 Perubahan Tanki Timbun Envelope Tiga

Berdasarkan hasil analisis terdapat 4 lokasi yang direkomendasikan untuk

melakukan penambahan tanki timbun. Keempat lokasi penambahan tanki timbun

tersebut adalah: Depot Maumere, Depot Kupang, Ins Surabaya, dan Depot Kalabahi.

Depot Kupang adalah prioritas utama penambahan tanki timbun, karena depot

ini berfungsi sebagai supply point untuk depot penyalur di sekitarnya, dan lokasi sub

area Depot Kupang jauh dari titik sumber supply yang berasal dari Kilang Balikpapan.

Depot Kupang memerlukan kapasitas tambahan pada tanki timbun produk premium

sebanyak 3000 KL dan tanki timbun produk solar sebanyak 1700 KL Dengan

penambahan tanki timbun di Depot Kupang diharapkan jumlah kapasitas buffer di depot

ini akan mampu menahan kebutuhan BBM di wilayah NTT dan sekitarnya tanpa

tambahan pasokan dari supply point di envelope tiga seperti TT Manggis dan STS

Kalbut.

Instalasi Surabaya adalah supply point untuk daerah Pulau Madura dan dua

inland depot di Jawa Timur. Instalasi ini membutuhkan penambahan kapasitas timbun

BBM sebagai berikut: premium sekitar 62.000 KL atau 6.202 KL lebih besar dan

kerosene sekitar 56.000 KL atau 8.587 KL lebih besar. Jumlah penambahan ini harus

dikonfirmasi ulang dengan arus pergerakan produk BBM yang dilakukan dengan

menggunakan Rail Tank Wagon ke inland Depot Malang dan Depot Kediri, karena

dengan mengetahui percepatan arus produk BBM di kedua inland depot ini akan

Page 48: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

104

diperoleh penambahan tanki timbun yang baik dan akurat. Tanki timbun solar tidak

memerlukan penambahan kapasitas tanki timbun karena Instalasi Surabaya mendapat

pasokan solar dari STS Kalbut yang letaknya tidak jauh, bukan dari Singapore seperti

produk kerosene dan premium, sehingga buffer stock solar yang dibutuhkan dalam tanki

timbun di Instalasi Surabaya jumlahnya relatif lebih kecil dibandingkan kedua produk

BBM lainnya.

Depot Maumere dan Depot Kalabahi direkomendasikan untuk melakukan

penambahan kapasitas tanki timbun pada produk premium sebesar 109 KL dan 168 KL.

Untuk memperjelas volume penambahan dan perubahan kapasitas tanki timbun

dimasing-masing depot dapat dilihat pada Lampiran C yang terdapat pada bagian akhir

laporan ini.

3.11.5 Inventory Management Envelope Tiga

Pengaturan inventory management yang dimulai dari kilang (1st tier), depot

utama/terminal transit/instalasi (2nd tier) sampai dengan depot penyalur (3rd

Terminal Transit Manggis Premium

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Days

Volu

me

Premium Buffer Stock High Inventory

tier)

merupakan kunci utama penentuan besarnya high inventory yang harus dimilki suatu

depot. Berdasarkan hasil penentuan nilai high inventory ini akan didapatkan volume

safe capacity yang layak dimilki oleh depot. Berikut ini dapat dilihat salah satu model

pengaturan inventory manajemen di TT Manggis dan Depot Kupang.

Gambar 3.20 Grafik Inventory Premium Terminal Transit Manggis

Sumber: Hasil Pengolahan

Terminal Transit Manggis mempunyai own demand premium sebesar 43.871

KL, jika ditambah dengan 3 depot penyalurnya yaitu Depot Benoa, Depot Ampenan dan

Depot Badas maka demand premium yang harus ditanggung terminal transit ini menjadi

Page 49: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

105

61.435 KL. Berdasarkan rute nomor 6 (Kilang Balikpapan – TT Manggis - Kilang

Balikpapan) dan rute nomor 8 (Instalasi Surabaya – TT Manggis – Ins Surabaya),

produk premium ini ditransfer dari Kilang Balikpapan dan Instalasi Surabaya dengan

menggunakan 2 buah kapal tanker yang berlainan jenis, yaitu kapal jenis GP untuk rute

Kilang Balikpapan dan kapal jenis SMALL 2 untuk rute Ins Surabaya dengan masing-

masing volume angkut premium sebesar 8.544 KL untuk kapal jenis GP dan 5452 KL

untuk kapal jenis SMALL 2. Frekuensi kapal GP adalah sebanyak 4 kali per-bulan dan

5 kali per-bulan untuk kapal jenis SMALL 2, sedangkan waktu Round Trip Days rute

nomor 6 dari Kilang Balikpapan sebesar 6,60 hari dan rute nomor 8 dari Instalasi

Surabaya sebesar 4,67 hari.

Kapal jenis GP dari Kilang Balikpapan merapat atau melakukan unloading di

TT Manggis pada hari ke-1, 8, 15 dan 22, sedangkan kapal tipe SMALL 2 pada hari ke-

2, 7, 12, 17 dan 22 Terminal Transit Manggis mempunyai daily objective thruput

premium sebesar 1967 KL per-hari. Rute nomor 13 dengan pola multy-port yaitu TT

Manggis - Depot Benoa - Depot Badas - TT Manggis membawa premium dari TT

Manggis sebanyak 940 KL dengan frekuensi 4 kali pengiriman per-bulan.

Pemberangkatan rute nomor 13 dari TT Manggis terjadi pada hari ke-4, 11,18, dan 25.

Rute nomor 12 dengan pola point-to-point yaitu TT Manggis - Depot Ampenan - TT

Manggis membawa premium sebanyak 2300 KL dengan frekuensi 6 kali pengiriman

per-bulan dan RTD 3,14 hari. Pemberangkatan rute nomor 12 dari TT Manggis terjadi

pada hari ke-3, 7, 11, 15, 19 dan 23. Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun premium

di TT Manggis maka diperoleh buffer stock ideal sebesar 10.140 KL dan high inventory

ideal sebesar 25.800 KL.

Terminal Transit Manggis Kerosine

-

5,000

10,000

15,000

20,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Days

Volu

me

Kerosine Buffer Stock High Inventory

Gambar 3.21 Grafik Inventory Kerosene Terminal Transit Manggis

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 50: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

106

Terminal Transit Manggis mempunyai own demand kerosene sebesar 11.200

KL, jika ditambah dengan 4 depot penyalurnya yaitu Depot Tanjungwangi, Depot

Benoa, Depot Ampenan dan Depot Badas maka demand kerosene yang harus

ditanggung terminal transit ini menjadi 41,645 KL. Berdasarkan rute nomor 6 (Kilang

Balikpapan – TT Manggis - Kilang Balikpapan), produk kerosene ini ditransfer dari

Kilang Balikpapan menggunakan kapal jenis GP dengan volume angkut produk

kerosene sebanyak 10.411KL.

Terminal Transit Manggis mempunyai daily objective thruput kerosene sebesar

502 KL per-hari. Rute nomor 13 yaitu TT Manggis - Depot Benoa - Depot Badas - TT

Manggis membawa kerosene dari TT Manggis sebanyak 768 KL. Rute nomor 12 yaitu

TT Manggis - Depot Ampenan - TT Manggis membawa kerosene sebanyak 1.602 KL.

Rute nomor 9 yaitu TT Manggis - Depot Tanjungwangi - TT Manggis membawa

kerosene sebanyak 2.961 KL. Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun kerosene di TT

Manggis maka diperoleh buffer stock ideal sebesar 7.160 KL dan high inventory ideal

sebesar 17.100 KL.

Terminal Transit Manggis Solar

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31Days

Volu

me

Solar Buffer Stock High Inventory

Gambar 3.22 Grafik Inventory Solar Terminal Transit Manggis

Sumber: Hasil Pengolahan

Terminal Transit Manggis mempunyai own demand solar sebesar 49.590 KL,

jika ditambah dengan 3 depot penyalurnya yaitu Depot Benoa, Depot Ampenan dan

Depot Badas maka demand solar yang harus ditanggung terminal transit ini menjadi

77.352 KL. Berdasarkan rute nomor 6 (Kilang Balikpapan – TT Manggis - Kilang

Balikpapan), produk solar ini ditransfer dari Kilang Balikpapan menggunakan kapal

jenis GP dengan volume angkut produk solar sebanyak 5.054 KL. Pasokan solar ini

Page 51: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

107

ditambah dengan rute nomor 7 yaitu STS Kalbut – TT Manggis - STS Kalbut dengan

menggunakan kapal jenis GP sebanyak 19.046 KL, frekuensi 3 kali dan RTD 4,50 hari.

Terminal Transit Manggis mempunyai daily objective thruput solar sebesar

2.224 KL per-hari. Rute nomor 13 yaitu TT Manggis - Depot Benoa - Depot Badas - TT

Manggis membawa solar dari TT Manggis sebanyak 3.209 KL. Rute nomor 12 yaitu TT

Manggis - Depot Ampenan - TT Manggis membawa solar sebanyak 2.488 KL. Dari

hasil fluktuatif volume tanki timbun solar di TT Manggis maka diperoleh buffer stock

ideal sebesar 12.740 KL dan high inventory ideal sebesar 39.800 KL.

Depot Kupang Premium

-

5,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Days

Volu

me

Premium Buffer Stock High Inventory

Depot Kupang Kerosine

-

5,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Days

Volu

me

Kerosine Buffer Stock High Inventory

Page 52: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

108

Depot Kupang Solar

-

5,000

10,000

15,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31Days

Volu

me

Solar Buffer Stock High Inventory

Gambar 3.23 Grafik Inventory BBM Depot Kupang

Sumber: Hasil Pengolahan

Depot Kupang mempunyai own demand premium sebesar 5.261 KL, jika

ditambah dengan 7 depot penyalurnya yaitu Depot Maumere, Depot Waingapu, Depot

Ende, Depot Larantuka, Depot Atapupu, Depot Dilli dan Depot Kalbahi maka demand

premium menjadi 12.214 KL. Berdasarkan rute nomor 1 yaitu Kilang Balikpapan -

Depot Kupang - Kilang Balikpapan, produk premium ini ditransfer menggunakan kapal

jenis GP dengan daya angkut premium sebesar 6.107 KL, frekuensi 2 kali pengiriman

per-bulan dan Round Trip Days 8.53 hari.

Kapal jenis GP ini merapat atau melakukan unloading di Depot Kupang pada

hari ke-1 dan hari ke-10. Depot ini mempunyai daily objective thruput premium sebesar

236 KL per-hari. Rute nomor 2 membawa premium sebanyak 1.092 KL, frekuensi 1

kali per-bulan, dengan jadwal pemberangkatan dari Depot Kupang pada hari ke-2. Rute

nomor 4 membawa premium sebanyak 1313 KL, frekuensi 1 kali per-bulan, dengan

jadwal pemberangkatan dari Depot Kupang pada hari ke-7. Rute nomor 4 dan nomor 2

menggunakan kapal yang sama.

Selain kedua rute di atas rute nomor 3 dan nomor 4 juga merupakan rute yang

berbasis dari depot Kupang. Rute multy-port nomor 3 yaitu Depot Kupang – Depot

Waingapu - Depot ende - Depot Larantuka - Depot Kupang membawa premium

sebanyak 1137 KL dengan frekuensi 3 kali per-bulan, dan RTD 6.95 hari. Jadwal

pemberangkatan dari Depot Kupang pada rute nomor 3 yaitu pada hari ke-4, 11 dan 19.

Rute point-to-point nomor 5 yaitu Depot Kupang – Depot Atapupu membawa premium

sebanyak 379 KL dengan frekuensi 3 kali per-bulan. Jadwal pemberangkatan dari Depot

Kupang pada rute nomor 5 yaitu pada hari ke-8, 15 dan 22. Dari hasil fluktuatif volume

Page 53: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

109

tanki timbun premium di Depot Kupang diperoleh buffer stock ideal sebesar 2,430 KL

dan high inventory ideal sebesar 8.900 KL premium. Jika melihat tanki timbun

eksisiting yang hanya mempunyai safe capacity sebesar 6.098 KL maka besar kapasitas

ini tidak akan memenuhi arus keluar masuk barang yang seharusnya berada di atas high

inventory, kecuali jika buffer stock diturunkan yang semula mampu menahan 6 hari

menjadi 1 hari saja dan ditambah dengan sisa tanki timbun kerosene. Solusi terbaik

adalah dengan menambah kapasitas tanki timbun premium menjadi 9.000 KL.

Mekanisme arus keluar – masuk produk kerosene dan solar mengikuti arus premium di

atas.

3.12. Rantai Pasok Supply dan Distribusi Envelope Empat

3.12.1 Demand dan Supply Envelope Empat

Demand BBM envelope empat berada diperingkat ke-empat dari 5 envelope

yang ada di Indonesia. Demand BBM envelope empat memiliki proporsi prosentase

sebesar 14% dari demand BBM nasional. Jumlah total demand envelope empat adalah

sebesar 575,640 KL terdiri dari 176.620 KL premium (31%), kerosene 91,132 KL

(16%) dan solar 307,888 KL (53%). Melihat karakteristik demand yang dibutuhkan oleh

envelope empat maka dapat disimpulkan bahwa produk solar merupakan produk utama

yang dikonsumsi. Kebutuhan solar yang besar menunjukan pertumbuhan industri yang

terus meningkat, terutama dalam industri tambang dan eksplorasi.

Demand BBM envelope empat seluruhnya di pasok dari Kilang Balikpapan yang

dikelola oleh Unit Pengolahan V (UP V). Kilang Balikapapan memproduksi BBM

sebanyak 866,391 KL BBM per-bulan yang terdiri dari premium 244,224 KL, kerosene

212,742 KL dan solar 409,425 Kl, jumlah ini jauh mencukupi kebutuhan envelope

empat. Selain memasok kebutuhan envelope empat produksi Kilang Balikpapan dipakai

juga untuk memasok kebutuhan BBM di envelope lima dan envelope tiga.

Berdasarkan konsep envelope yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya, Depot

Bima dan Depot Reo masuk dalam areal envelope tiga, tetapi setelah dipertimbangkan

berdasarkan kedekatan jarak dengan sumber supply antara TT Manggis dan Ins

Makassar, maka lebih baik jika ke dua depot ini masuk dalam areal distribusi Instalasi

Makassar di envelope empat. Hal ini serupa dengan Depot Ternate, Depot Tobelo dan

Depot Labuha yang semula masuk dalam wilayah envelope lima berubah menjadi areal

distribusi envelope empat, karena distribusi BBM dari Depot Bitung ke ketiga depot

tersebut lebih dekat jika dibandingkan dari Terminal Transit Wayame.

Page 54: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

110

Envelope empat merupakan envelope dengan jumlah titik observasi terbanyak.

Jumlah ini setara dengan jumlah titik observasi yang berada di envelope satu, walaupun

demikian karena faktor geografis Pulau Kalimantan bagian selatan yang mengharuskan

pendistribusian untuk melalui sungai menyebabkan jumlah kapal yang dibutuhkan

envelope empat lebih banyak dari pada jumlah kapal yang dipakai di envelope satu,

khususnya kapal tanker tipe kecil.

Depot Bitung dan Ins Makassar adalah supply point untuk daerah utara dan

selatan Pulau Sulawesi. Depot Bitung menangani 12 depot penyalur sedangkan Instalasi

Makassar melayani 8 depot penyalur. Melihat besarnya cakupan pelayanan depot yang

cukup banyak seharusnya kedua supply point ini memiliki jumlah tanki timbun yang

setara dengan kebutuhan demand, akan tetapi pada kondisi eksisiting kedua depot ini

hanya memiliki kapasitas tampung di bawah 50% dari jumlah total demand.

Envelope empat memiliki ship to ship transfer (STS) di sekitar Kotabaru. STS

Kotabaru ini setara dengan kapal tipe Long Range (LR), dengan kapasitas angkut

sekitar 80.000 DWT. Menurut data yang diperoleh dari bulan Oktober sampai

Desember 2007, kapal ini hanya menimbun jenis produk solar saja. Lokasi kapal ini

bisa berubah-ubah atau bergerak sesuai dengan ketersedian sumber dan titik-titik

distribusinya.

Untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal dalam wilayah envelope

empat dilakukan 4 pembagian sub area dengan berdasarkan kedekatan lokasi depot dan

jarak dengan supply point. Keempat sub area tersebut tersebar di Kalimatan Selatan,

Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk memperjelas gambaran

sub area yang dimaksud di atas dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Sub area satu yang tersebar di wilayah utara Pulau Sulawesi terdiri dari 13 titik

observasi yang terdiri dari 1 buah depot utama (Depot Bitung) dan 12 buah sea depot

penyalur. Depot-depot penyalur tersebut yaitu Depot Gorontalo, Depot Moutong, Depot

Parigi, Depot Poso, Depot Ampana, Depot Luwuk, Depot Banggai, Depot Kolonedale,

Depot Tahuna, Depot Ternate, Depot Tobelo dan Depot Labuha. Seluruh produk BBM

sub region satu diperoleh dari Kilang Balikpapan. Sub area satu membutuhkan 103.718

KL BBM yang terdiri dari 32.510 KL premium, 19.876 Kl kerosene dan 51.332 KL

solar.

Page 55: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

111

Tabel 3.8 Pembagian Sub Daerah Envelope Empat

1 Depot Bitung 1 Inst. Makassar 1 Depot Balikpapan 1 Depot Banjarmasin2 Depot Gorontalo 2 Depot Palopo 2 Depot Samarinda 2 Depot Kotabaru3 Depot Moutong 3 Depot Kendari 3 Depot Tarakan 3 Depot Pulang Pisau4 Depot Parigi 4 Depot Baubau 4 Depot Toli-Toli 4 Depot Pkl Bun5 Depot Poso 5 Depot Raha 5 Depot Donggala 5 Depot Sampit6 Depot Ampana 6 Depot Kolaka 6 Depot Pare-Pare7 Depot Luwuk 7 Depot Bima8 Depot Banggai 8 Depot Reo9 Depot Kolonedale

10 Depot Tahuna11 Depot Ternate12 Depot Tobelo13 Depot Labuha

sea depot Instalasi / term transit Pipa

SUB AREA 4SUB AREA 1 SUB AREA 2 SUB AREA 3

Sumber: Hasil Pengolahan

Sub area yang tersebar di selatan Pulau Sulawesi terdiri dari 1 instalasi (Ins

Makassar) dan 7 sea depot penyalur. Depot-depot penyalur tersebut yaitu Depot Palopo,

Depot Kendari, Depot Bau-bau, Depot Raha, Depot Kolaka, Depot Bima dan Depot

Reo. Depot Pare-pare seharusnya masuk dalam sub area dua yang dipasok dari Instalasi

Makassar, tetapi mengingat jumlah demand yang cukup besar di Depot Pare-pare dan

kapasitas tampung yang tidak memadai di Ins Makssar maka supply point Depot Pare-

pare dialihkan pendistribusiannya ke Kilang Balikpapan, sehingga yang semula masuk

dalam sub area dua beralih menjadi sub area tiga. Sub area dua membutuhkan 137.105

KL BBM yang terdiri dari 52.408 KL premium, 25.597 Kl kerosene dan 59.100 KL

solar. Supply BBM di sub region dua diperoleh dari Kilang Balikpapan.

Sub are tiga tersebar di sekitar timur sampai timur laut Pulau Kalimantan terdiri

dari 1 inland depot penyalur (Depot Balikpapan) dan 5 sea depot penyalur. Lima depot

penyalur tersebut yaitu Depot Pare-pare, Depot Samarinda, Depot Tarakan, Depot Toli-

toli, dan Depot Donggala. Sub area tiga membutuhkan 206.430 KL BBM yang terdiri

dari 58.550 KL premium, 25.526 Kl kerosene dan 122.353 KL solar. Depot Balikpapan

di transfer dengan menggunakan moda distribusi pipa dari Kilang Balikpapan,

sedangkan depot lainnya ditransfer dengan menggunakan kapal tanker.

Sub area empat tersebar di selatan Pulau Sulawesi terdiri dari 5 sea depot

penyalur. Depot-depot penyalur tersebut yaitu Depot Kotabaru, Depot Banjarmasin,

Depot Pangkalan Bun, Depot Pulau Pisau, dan Depot Sampit. Karena medan yang

dilalui berupa sungai, maka sub area ini banyak menggunakan kapal tipe LIGHTER,

sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan tipe kapal yang lebih besar. Sub

Page 56: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

112

area empat membutuhkan 158.601 KL BBM yang terdiri dari 40.784 KL premium,

26.183 Kl kerosene dan 91.633 KL solar. Supply BBM di sub region empat diperoleh

dari Kilang Balikpapan. STS Kotabaru digunakan untuk memudahkan pendistribusian

BBM , terutama produk solar di wilayah ini.

3.12.2 Flow of material BBM Envelope Empat

Berdasarkan ketersediaan sumber pasokan lokal, tingkat efesiensi kedekatan

jarak dan keterbatasan tanki timbun, maka supply utama untuk envelope empat dapat

dijabarkan sebagai berikut: Depot Bitung, Instalasi Makassar dan Depot Kotabaru

mendapat supply premium, kerosene dan solar dari Kilang Balikpapan. Selain

mentransfer produk PKS ketiga supply utama di atas, kilang ini juga memasok solar

untuk STS Kotabaru. Hampir semua depot penyalur yang terdapat dalam envelope

empat, kecuali daerah sub area empat mendapat pasokan produk premium, kerosene dan

solar dari supply point terdekatnya.

Gambar 3.24 Flow of Material BBM untuk Depot-Depot Penyalur

Sumber: Hasil Pengolahan

Pkl.Bun P. Pisau Kotabaru

Tarakan Tahuna

Bitung

Moutong

Parigi

Banggai

Luwuk Ampana

Poso

Bau Bau Raha

Kolaka

Palopo

Sampit

Samarinda Donggala

Pare-pare

Makassar

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Bima Reo

STS KOTABARU

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

Gorontalo

Banjarmasin

Premium Solar Kerosine PKS

Page 57: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

113

Depot Banjarmasin mendapat pasokan premium dan kerosene dari Kilang

Balikpapan, sedangkan pasokan solar diperoleh dari STS Kotabaru. Premium dan

kerosene dari depot ini seharusnya di supply dari Depot Kotabaru yang merupakan

supply point sub area empat, tetapi karena keterbatasan tanki timbun yang dimiliki

Depot Kotabaru, maka supply premium dan solar dialihkan ke Kilang Balikpapan.

Depot Pulau Pisau, Depot Pangkalan Bun dan Depot Sampit memperoleh pasokan

premium dan kerosene dari Depot Kotabaru, sedangkan pasokan solar didatangkan dari

STS Kotabaru.

UP V KILANG BALIKPAPAN

Samarinda

Sampit

P. Pisau

Banjarmasin

Balikpapan

Pkl. Bun

Tarakan Toli - Toli Donggala

Dep Kotabaru

STS Kotabaru

Ins Makasar

Depot Bitung

PREMIUM

SOLAR

KEROSINE

PKSKILANG

TERM TRANSIT, DEP UTAMA, INSTALASI

STS

SEA DEPOT

RTWPIPA

JOBBER

Gambar 3.25 Flow of Material BBM Kilang Balikpapan

Sumber: Hasil Pengolahan

Kilang Balikpapan merupakan kilang yang mempunyai lalulintas terpadat di

Indonesia. Daerah distribusi Kilang Balikpapan sangat luas, bahkan hampir 50% depot-

depot yang ada di Indonesia dipasok dari kilang yang di kelola oleh Unit Pengolahan V

ini. Kilang Balikpapan mentransfer produk premium, kerosene dan solar ke Terminal

Transit Wayame di envelope lima dan Depot Kupang serta TT Manggis di envelope

tiga. Selain itu Kilang Balikpapan mentransfer kerosene ke Instalasi Surabaya.

Page 58: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

114

Raha

Reo

Kendari

Kolaka

Bau Bau

Palopo

Bima

Moutong Poso

Tahuna

Ternate

Luwuk

Gorontalo

Parigi

Banggai

Ampana

Kolonedale

UP V KILANG BALIKPAPAN

Tobelo

Ins Makasar

Depot Bitung Labuha

PREMIUM

SOLAR

KEROSINE

PKSKILANG

TERM TRANSIT, DEP UTAMA, INSTALASI

STS

SEA DEPOT

RTWPIPA

JOBBER

Gambar 3.26 Flow of Material BBM Depot Bitung dan Depot Makassar

Sumber: Hasil Pengolahan

3.12.3 Rute Distribusi Envelope Empat

Rute kapal tanker dibuat berdasarkan flow of material BBM envelope empat

yang telah dibuat. Pembuatan rute ini dibatasi oleh kapasitas tanki timbun di masing-

masing depot dan jenis kapal tanker yang digunakan. Berdasarkan hasil pegolahan data

pada envelope empat, maka dihasilkan 24 buah rute yang mayoritas menggunakan pola

distribusi point-to-point sebanyak 17 rute, sedangkan rute yang menggunakan pola

distribusi multy-port berjumlah 7 buah.

Kapal tipe besar seperti GP dan MR banyak digunakan untuk mendistribusikan

BBM ke daerah-daerah supply utama seperti Depot Bitung, Ins Makassar, Depot

Kotabaru dan STS Kotabaru. Satu-satunya rute yang menggunakan pola multy-port dan

memakai kapal jenis GP di dalam envelope empat adalah rute nomor 14 yaitu Kilang

Balikpapan – Depot Tarakan – Depot Toli-toli – Depot Donggala - Kilang Balikpapan.

Rute dengan pola multy-port ini mempunyai RTD sebesar 8,85 hari dengan frekuensi 3

kali per-bulan. Freight cost untuk kapal-kapal besar di dalam envelope empat tidak

lebih dari $ 4 per KL, kecuali rute multy-port yang menggunakan kapal GP mempunyai

ongkos $ 5.79 per KL.

Page 59: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

115

Pkl.Bun P. Pisau

Kotabaru

Tarakan Tahuna

Bitung

Moutong

Parigi

Banggai

LuwukAmpana

Poso

Bau Bau

Raha

Kolaka

Palopo

Sampit

Samarinda

Pare-pare

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Reo

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

Gorontalo

1

8

7

17

WAYAME

TJG MANGGIS

KUPANG

Bima

Makassar

Kotabaru

STS KOTABARU

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

24

Pkl.Bun P. Pisau

Kotabaru

Tarakan Tahuna

Bitung

Moutong

Parigi

Banggai

LuwukAmpana

Poso

Bau Bau

Raha

Kolaka

Palopo

Sampit

Samarinda

Pare-pare

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Reo

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

Gorontalo

1

8

7

17

WAYAME

TJG MANGGIS

KUPANG

Bima

Makassar

Kotabaru

STS KOTABARU

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

24

Gambar 3.27 Rute Supply dan Distribusi BBM Depot Utama di Envelope Empat

Sumber: Hasil Pengolahan

Kapal jenis kecil seperti SMALL 1, SMALL 2 dan LIGHTER banyak digunakan

untuk mensuppy BBM ke depot-depot penyalur. Pola distribusi multy-port dengan kapal

jenis SMALL 1 dipakai pada rute nomor 5 yaitu Depot Bitung - Depot Tahuna - Depot

Tobelo - Depot Labuha - Depot Bitung yang membawa 3.357 KL BBM dengan RTD

7,64 hari dan rute nomor 12 yaitu Ins Makassar - Depot Bima - Depot Reo - Ins

Makassar yang membawa 3.251 KL BBM dengan RTD 6.47 hari.

Pola distribusi multy-port dengan kapal jenis SMALL 2 digunakan di sub area

satu dan dua dengan jumlah 2 buah rute di masing-masing sub area. Rute nomor 3 yang

memiliki RTD 9,08 hari (Depot Bitung - Depot Moutong - Depot Parigi - Depot Poso -

Depot Ampana - Depot Bitung) dan rute nomor 4 yang memiliki RTD 7,88 hari (Depot

Bitung - Depot Luwuk - Depot Banggai - Depot Kolonedale - Depot Bitung), berada di

sub area satu. Rute nomor 10 yang memiliki RTD 6,07 hari (Ins Makassar - Depot

Palopo - Depot Kolaka - Ins Makassar) dan rute nomor 11 yang memiliki RTD 7,62 (Ins

Makassar - Depot Kendari - Depot Baubau - Depot Raha - Ins Makassar ),berada di sub

region dua.

Page 60: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

116

Tabel 3.9 Rute Supply dan Distribusi Envelope Empat

NO P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS1 Balikpapan Bitung Balikpapan 10,837 6,625 17,111 34,573 77% MR 7.40 2 14.79 3.74 28 22.192 Bitung Gorontalo Bitung 1,718 841 2,406 4,966 76% SMALL 2 3.73 0.00 4.14 31 11.203 Bitung Moutong Parigi Poso Ampana Bitung 2,131 964 2,511 5,606 86% SMALL 2 9.08 3 27.25 9.27 70 18.174 Bitung Luwuk Banggai Kolonedale Bitung 1,388 972 2,008 4,368 67% SMALL 2 7.88 2 15.76 8.04 61 15.765 Bitung Tahuna Tobelo Labuha Bitung 1,020 809 1,528 3,357 96% SMALL 1 7.64 2 15.28 10.32 78 15.286 Bitung Ternate Bitung 1,214 1,138 3,988 6,341 98% SMALL 2 3.31 2 6.62 2.80 21 6.627 Balikpapan Makasar Balikpapan 9,382 4,019 10,720 24,121 96% GP 5.29 5 26.46 2.37 18 26.468 Balikpapan Makasar Balikpapan 1,100 1,100 1,100 3,300 94% SMALL 1 4.65 5 23.25 5.93 45 23.259 Balikpapan Pare-Pare Balikpapan 2,874 1,164 1,891 5,928 91% SMALL 2 4.21 5 21.05 3.95 30 21.05

10 Makasar Palopo Kolaka Makasar 2,289 1,105 2,715 6,109 94% SMALL 2 6.07 4 24.27 6.02 45 24.2711 Makasar Kendari Baubau Raha Makasar 1,984 1,223 2,632 5,839 90% SMALL 2 7.62 4 30.49 7.66 58 30.4912 Makasar Bima Reo Makasar 949 703 1,599 3,251 93% SMALL 1 6.47 4 25.87 8.63 65 25.8713 Balikpapan Samarinda Balikpapan 930 414 1,921 3,265 50% (2) SMALL 1 2.88 10 28.83 3.47 26 28.8314 Balikpapan Tarakan Toli-Toli Donggala Balikpapan 4,783 2,282 11,777 18,843 75% GP 8.85 3 26.56 5.79 44 26.5615 Balikpapan Banjarmasin Balikpapan 2,940 1,527 3,298 94% (2) SMALL 1 5.23 4.5 23.51 6.84 52 23.5116 STS Kt Baru Banjarmasin STS Kt Baru 3,022 3,022 86% (2) SMALL 1 4.32 6 23.74 5.54 42 23.7417 Balikpapan Kotabaru Balikpapan 4,774 4,145 8,106 17,025 68% GP 4.08 3 12.25 2.48 19 12.2518 Kotabaru P Pisau Kotabaru 994 990 2,889 83% SMALL 1 4.59 5 22.96 5.93 45 22.9619 STS Kt Baru P Pisau STS Kt Baru 1,286 1,286 103% LIGHTER 4.59 6 27.55 11.19 85 27.5520 Kotabaru Pkl Bun Kotabaru 216 157 1,111 89% (3) LIGHT 5.87 4 25.23 14.77 112 25.2321 STS Kt Baru Pkl Bun STS Kt Baru 1,199 1,199 96% (2) LIGHT 5.87 4 23.47 14.77 112 23.4722 Kotabaru Sampit Kotabaru 293 216 0 1,101 88% (3) LIGHT 5.13 4 22.07 12.71 96 22.0723 STS Kt Baru Sampit STS Kt Baru 962 962 77% (2) LIGHT 5.13 4 20.53 12.71 96 20.5324 Balikpapan STS Kt Baru Balikpapan 22,439 22,439 90% GP 4.08 3 12.25 2.30 17 12.25

51,817 30,397 100,920 184,199 134 95 500 171 1,29586% 6 4 21 7 54 70%

P Premium RTD Round Trip DaysK Kerosene OC Occupacy Kapal = daya angkut standar / volume BBM yang diangkutS Solar UTILITAS Utilitas = RTD X frekuensi per-kapal

Menggunakan kapal yg sama

ROUTE

TOTALRATA-RATA

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 61: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

117

Kebutuhan PKS Depot Gorontalo dan Depot Ternate yang termasuk dalam sub

areal satu dipasok dari Depot Bitung dengan menggunakan pola distribusi point-to-

point. Kebijakan ini diambil karena kedua depot tersebut mempunyai demand yang

lebih besar dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan depot-depot penyalur di

sekitarnya, sehingga lebih efektif dan efisien jika kedua depot ini terpisah dari depot

penyalur lainya.

Pkl.Bun

P. Pisau

Tarakan Tahuna

Bitung

Moutong

Parigi

Banggai

Luwuk

Poso

Bau Bau

Raha

Kolaka

Palopo

Sampit

Samarinda

Pare-pare

Makassar

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Bima Reo

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

Gorontalo

2

3

4

5

6

9

10

11

12

13

14

15

1618

20

22

19, 21, 23

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

Pkl.Bun

P. Pisau

Tarakan Tahuna

Bitung

Moutong

Parigi

Banggai

Luwuk

Poso

Bau Bau

Raha

Kolaka

Palopo

Sampit

Samarinda

Pare-pare

Makassar

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Bima Reo

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

Gorontalo

2

3

4

5

6

9

10

11

12

13

14

15

1618

20

22

19, 21, 23

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

Gambar 3.28 Rute Distribusi BBM Envelope Empat

Sumber: Hasil Pengolahan

Produk solar yang distribusikan dari STS Kotabaru ke Depot Pangkalan Bun,

Depot Pulau Pisau dan Depot Sampit menggunakan kapal tipe LIGHTER dengan pola

distribusi point-to-point. Pola distribusi dan jenis kapal yang sama digunakan juga pada

produk premium dan kerosene yang di transfer dari Depot Kotabaru, kecuali untuk rute

nomor 18 yaitu Depot Kotabaru - Depot Pulau Pisau - Depot Kotabaru menggunakan

tipe kapal SMALL 1.

Freight cost tertinggi yang ada di envelope empat adalah rute point-to-point

nomor 20 (Depot Kotabaru - Depot Pangkalan Bun - Depot Kotabaru) dan rute point-to-

point nomor 21 (STS Kotabaru - Depot Pankalan Bun - STS Kotabaru) dengan

menggunakan kapal tipe LIGHTER sebesar $ 14,77 per KL atau Rp 112,- per liter.

Page 62: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

118

Besarnya biaya ini diakibatkan oleh faktor jarak yang cukup jauh dan menggunakan

moda kapal tanker yang kecil. Besarnya kapasitas kapal berbanding terbalik dengan

ongkos distribusi.

Envelope empat menggunakan 32 buah kapal untuk melayani 24 rute perjalanan.

Tiga puluh dua kapal tersebut terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 3 buah kapal jenis

GP, 7 buah kapal jenis SMALL 2, 10 buah kapal jenis SMALL 1, dan 11 buah kapal

jenis LIGHTER. Jumlah kapal yang dipakai pada pola distribusi baru lebih sedikit jika

dibandingkan pola distribusi lama atau eksisiting yang menggunakan 38 kapal dengan

komposisi 5 buah kapal jenis GP, 6 buah kapal jenis SMALL 2, 14 buah kapal jenis

SMALL 1, dan 13 buah kapal jenis LIGHTER.

Pengurangan kapal terjadi pada kapal jenis GP sebanyak 2 buah, kapal jenis

SMALL 1 sebanyak 4 buah dan kapal jenis LIGHTER sebanyak 2 buah. Penambahan

kapal terjadi pada kapal jenis MR sebanyak 1 buah dan kapal jenis SMALL 2 sebanyak

1 buah. Walaupun terjadi pengurangan dan penambahan jumlah armada kapal di dalam

envelope empat, jika dihitung berdasarkan ongkos sewa kapal yang beroperasi di

envelope empat maka terjadi penghematan sebesar $ 576.232. Sebelum menggunakan

pola baru atau kondisi eksisting biaya yang diperlukan adalah sebesar $ 5.165.452,

sedangkan dengan pola baru biaya yang dibutuhkan adalah $ 4.589.220.

Round Trip Days pola distribusi baru di envelope empat berjumlah 508 hari

dengan utilitas kapal tanker sebesar 71%. Prosentase ini menggambarkan bahwa rata-

rata kapal di wilayah ini mempunyai waktu instirahat selama 9 hari. Sisa waktu tersebut

dipakai untuk mendistribusikan produk avtur, minyak industri, atau barrier jika terjadi

perubahan jalur akibat terganggunya arus distribusi produk di supply point.

Tingkat occupacy kapal di envelope empat mencapai 86%, lebih tinggi dari batasan

yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 45%.

3.12.4 Perubahan Tanki Timbun Envelope Empat

Berdasarkan hasil analisis di envelope empat terdapat 4 lokasi penambahan tanki

timbun dan 8 lokasi perubahan tanki timbun. Keempat lokasi penambahan tanki timbun

tersebut adalah: Depot Banjarmasin, Depot Depot Pangkalan Bun, Ins Makassar, dan

Depot Bitung. Kedelapan lokasi yang mengalami perubahan komposisi tanki timbun

adalah: Depot Tarakan, Depot Bitung, Depot Toli-toli, Depot Donggala, Depot Parigi,

Depot Kolonedale, Depot Tobelo, dan Depot Bima.

Page 63: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

119

Depot Bitung dan Instalasi Makassar adalah prioritas utama penambahan tanki

timbun di envelope empat, karena kedua lokasi ini merupakan supply point yang

bertugas menyalurkan BBM ke depot-depot penyalur yang ada di sekitarnya. Depot

Bitung mensupply kebutuhan BBM di wilayah Sulawesi Utara, sedangkan Instalasi

Makassar mensupply kebutuhan BBM di wilayah Sulawesi Selatan. Selain itu kedua

lokasi ini direkomendasikan untuk dijadikan lokasi penempatan buffer atau barrier

untuk envelope empat. Dengan penambahan kapasitas tanki timbun di Depot Bitung dan

Instalasi Makassar diharapkan kedua lokasi ini akan berfungsi sebagai titik supply dan

lokasi buffer demand envelope empat.

Depot Bitung direkomendasikan melakukan penambahan tanki timbun produk

solar sebesar 28.000 KL atau 7.300 KL lebih besar dari kondisi semula, sedangkan

komposisi tanki timbun kerosene dan premium di rubah yang semula tanki timbun

kerosene berjumlah 5 buah menjadi 4 buah sehingga kapasitas timbun menjadi 12.722

KL, sedangkan premium yang semula berjumlah 6 tanki menjadi 7 tanki dengan total

kapasitas tampung 19.000 KL.

Intalasi Makssar direkomedasikan umtuk melakukan penambahan kapasitas

tanki timbun pada produk premium dan solar. Produk premium membutuhkan tambahan

kapasitas timbun sebesar 5.400 KL, sedangkan produk solar membutuhkan tambahan

kapasitas timbun sebesar 1.200 KL.

Depot Pangkalan Bun direkomendasikan melakukan penambahan kapsitas tanki

timbun produk premium dan solar, sedangkan Depot Banjarmasin pada tanki timbun

produk premium. Untuk memperjelas besar volume penambahan dan perubahan tanki

timbun dimasing-masing depot dalam envelope empat dapat dilihat pada Lampiran D

yang terdapat pada bagian akhir laporan ini.

3.12.5 Inventory Management Envelope Empat

Pengaturan inventory management yang dimulai dari kilang (1st tier), depot

utama/terminal transit/instalasi (2nd tier) sampai dengan depot penyalur (3rd

tier)

merupakan kunci utama penentuan besarnya high inventory yang harus dimilki suatu

depot. Berdasarkan hasil penentuan nilai high inventory ini akan didapatkan volume

safe capacitiy yang layak dimilki oleh depot untuk menampung dan mendistribusikan

BBM. Berikut ini dapat dilihat salah satu model pengaturan inventory manajemen di

Instalasi Makassar dan Depot Bitung.

Page 64: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

120

Instalasi Makassar Premium

-

5,000

10,000

15,000

20,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31Days

Volu

me

Premium Buffer Stock High Inventory

Instalasi Makassar Kerosine

-

5,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31Days

Volu

me

Kerosine Buffer Stock High Inventory

Instalasi Makassar Solar

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Days

Volu

me

Solar Buffer Stock High Inventory

Gambar 3.29 Grafik Inventory BBM Instalasi Makassar

Sumber: Hasil Pengolahan

Instalasi Makassar mempunyai own demand premium sebesar 31.516 KL, jika

ditambah dengan 7 depot penyalurnya yaitu Depot Palopo, Depot Kendari, Depot Bau-

bau, Depot Raha, Depot Kolaka, Depot Bima dan Depot Reo, maka demand premium

yang harus ditanggung oleh instalasi ini menjadi 52.408 KL. Berdasarkan rute nomor 7

dan rute nomor 8, produk premium ini ditransfer dari Kilang Balikpapan dengan

Page 65: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

121

menggunakan 2 buah kapal tanker yang berlainan jenis, yaitu kapal jenis GP dan kapal

jenis SMALL 1 dengan masing-masing volume angkut 9.382 KL untuk kapal jenis GP

dan 1.100 KL untuk kapal jenis SMALL 1. Frekuensi kedua kapal ini sebanyak 5 kali

per-bulan, sedangkan waktu Round Trip Days Kilang Balikpapan sampai Instalasi

Makassar membutuhkan 5,29 hari untuk kapal jenis GP dan 4,65 hari untuk kapal jenis

SMALL 1.

Kapal jenis GP melakukan unloading di Ins Makassar pada hari ke-1, 7, 13, 19

dan 25, sedangkan kapal tipe SMALL 1 pada hari ke-2, 7, 12, 17 dan 22. Depot ini

mempunyai daily objective thruput premium sebesar 1413 KL per-hari. Rute nomor 10

membawa premium sebanyak 2.289 KL dengan frekuensi 4 kali per-bulan, sehingga

pemberangkatan dari Ins Makassar terjadwal pada hari ke-6, 12,18, 19, dan 25. Rute

nomor 11 membawa premium sebanyak 1.984 KL dengan frekuensi 4 kali per-bulan,

sehingga pemberangkatan dari Ins Makassar terjadwal pada hari ke-2, 9, 16, dan 23.

Rute nomor 12 membawa premium sebanyak 949 KL dengan frekuensi 4 kali per-

bulan, sehingga pemberangkatan dari Ins Makassar terjadwal pada hari ke-3, 10, 16, dan

23. Rute nomor 10, 11 dan 12 menggunakan pola distribusi multy-port .

Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun premium di Instalasi Makassar maka

diperoleh buffer stock ideal sebesar 6.932 KL dan high inventory ideal sebesar 18.500

KL premium. Mekanisme arus keluar masuk produk kerosene dan solar mengikuti arus

premium di atas.

Depot Bitung Premium

-

5,000

10,000

15,000

20,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Days

Volu

me

Premium Buffer Stock High Inventory

Page 66: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

122

Depot Bitung Kerosine

-

5,000

10,000

15,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Days

Volu

me

Kerosine Buffer Stock High Inventory

Depot Bitung Solar

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Days

Volu

me

Solar Buffer Stock High Inventory Gambar 3.30 Grafik Inventory BBM Depot Bitung

Sumber: Hasil Pengolahan

Depot Bitung mempunyai own demand premium sebesar 15.848 KL, jika

ditambah dengan 12 depot penyalurnya yaitu Depot Gorontalo, Depot Moutong, Depot

Parigi, Depot Poso, Depot Ampana, Depot Luwuk, Depot Banggai, Depot Kolonedale,

Depot Tahuna, Depot Ternate, Depot Tobelo dan Depot Labuha, maka demand

premium menjadi 32.510 KL. Berdasarkan rute nomor 1, produk premium di depot ini

ini ditransfer dari Kilang Balikpapan dengan kapal jenis MR. Volume produk premium

yang di angkut oleh kapal jenis MR ini berjumlah 10.837 KL dengan frekuensi 3 kali

per-bulan dan waktu Round Trip Days 7,40 hari.

Kapal jenis MR yang berasal dari Kilang Balikpapan ini melakukan unloading

produk premium di Depot Bitung pada hari ke-1, 8 dan 16. Depot ini mempunyai daily

objective thruput premium sebesar 711 KL per-hari. Rute nomor 2 membawa premium

dari Depot Biutng sebanyak 1.718 KL dengan frekuensi 3 kali per-bulan, sehingga

pemberangkatan dari Depot Bitung terjadwal pada hari ke-1, 9, dan 19. Rute nomor 6

Page 67: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

123

membawa premium sebanyak 1.214 KL dengan frekuensi 2 kali per-bulan, sehingga

pemberangkatan dari Ins Makassar terjadwal pada hari ke-8 dan 15. Rute nomor 2 dan

rute nomor 6 menggunakan pola point-to-point.

Rute nomor 3 membawa premium sebanyak 2131 KL dengan frekuensi 2 kali

per-bulan dan RTD 9,08 hari, sehingga pemberangkatan dari Depot Bitung terjadwal

pada hari ke-3 dan 18. Rute nomor 4 membawa premium sebanyak 1388 KL dengan

frekuensi 2 kali per-bulan dan RTD 7,88 hari, sehingga pemberangkatan dari Depot

Bitung terjadwal pada hari ke-5 dan 14. Rute nomor 5 membawa premium sebanyak

1020 KL dengan frekuensi 2 kali per-bulan dan RTD 7,64 hari, sehingga

pemberangkatan dari Depot Bitung terjadwal pada hari ke-7 dan 17. Rute nomor 2, 3

dan 4 menggunakan pola distribusi multy-port .

Dari hasil fluktuatif volume tanki timbun premium di Depot Bitung maka

diperoleh buffer stock ideal sebesar 6.456 KL dan high inventory ideal sebesar 18.648

KL premium. Mekanisme arus keluar masuk produk kerosene dan solar mengikuti arus

premium di atas.

3.13 Rantai Pasok Supply dan Distribusi Envelope Lima

3.13.1 Demand dan Supply Envelope Lima

Demand BBM envelope lima berada diperingkat ke-lima dari 5 envelope yang

ada di Indonesia, demand BBM di envelope ini memiliki proporsi sebesar 3% dari

demand BBM nasional. Jumlah total demand envelope lima adalah sebesar 117,834 KL

yang terdiri dari 26,927 premium (23%), kerosene 18,122 KL (15%) dan solar 72,785

KL (62%). Dari perbandingan prosentase tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

produk solar merupakan produk utama yang dikonsumsi oleh envelope ini.

Demand BBM di envelope lima hampir seluruhnya dipasok dari Kilang

Balikpapan melalui Terminal Transit Wayame. Kilang Kasim-Sorong yang dikelola

oleh Unit Pengolahan VII (UPVII) memproduksi BBM sebanyak 17,895 KL perbulan

yang terdiri dari premium 5,713 KL, kerosene 3,278 KL dan solar 8,904 Kl. Produksi

Kilang Kasim-Sorong ini hanya mencukupi 15% kebutuhan envelope lima.

Untuk mempermudah penempatan produk BBM lokal, maka dilakukan 3

pembagian sub area di dalam envelope lima. Pembagian ini dibuat berdasarkan

kedekatan lokasi depot dan jarak dengan supply point. Ketiga sub area tersebut terbagi

di sub area Jayapura, sub area Sorong dan sub area Maluku -Irian Jaya Selatan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Page 68: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

124

Tabel 3.10 Pembagian Sub Daerah Envelope Lima

1 Depot Jayapura 1 Depot Sorong 1 T.T. Wayame2 Depot Biak 2 Depot Manokwari 2 Depot Merauke3 Depot Serui 3 Depot Nabire 3 Depot Tual

4 Depot Masohi5 Depot Saumlaki6 Depot Bula7 Depot Sanana8 Depot Dobo9 Depot Namlea

10 Depot Fak-Fak11 Depot Kaimana12 Jobber Timika

sea depot Instalasi / term transit jobber

SUB AREA 1 SUB AREA 2 SUB AREA 3

Sumber: Hasil Pengolahan

Sub area satu atau sub area Jayapura terdiri dari 3 buah sea depot, yaitu Depot

Jayapura, Depot Biak, dan Depot Serui. Seluruh produk BBM sub region satu diperoleh

dari TT Wayame. Sub area satu membutuhkan 23.232 KL BBM yang terdiri dari 7.636

KL premium, 3.292 Kl kerosene dan 12.304 KL solar.

Sub area dua atau sub area Sorong terdiri dari 3 buah sea depot yaitu Depot

Sorong, Depot Nabire, dan Depot Manokwari. Sub area dua membutuhkan 24.339 KL

BBM yang terdiri dari 5.507 KL premium, 2.954 Kl kerosene dan 15.878 KL solar.

Sumber pasokan PKS untuk Depot Nabire, dan Depot Manokwari dipasok seluruhnya

dari Kilang Kasim-Sorong. Depot Sorong memperoleh produk premium dan kerosene

dari Kilang Kasim-Sorong, sedangkan produk solar diperoleh dari TT Wayame.

Sub are tiga di Maluku dan Irian Jaya Selatan terdiri dari 1 buah terminal transit

(TT Wayame), 10 buah sea depot dan 1 buah jober (Jobber Timika). Sepuluh sea depot

tersebut adalah Depot Merauke, Depot Tual, Depot Tual, Depot Masohi, Depot

Saumlaki, Depot Bula, Depot Sanana, Depot Dobo, Depot Namlea, Depot Fak-fak dan

Depot Kaimana. Sub area tiga membutuhkan 52.970 KL BBM yang terdiri dari 10.004

KL premium, 8.588 Kl kerosene dan 34.378 KL solar. Demand depot penyalur dalam

sub area tiga seluruhnya di pasok dari TT Wayame.

3.13.2 Flow of material BBM Envelope Lima

Berdasarkan ketersediaan sumber pasokan lokal dan tingkat efesiensi kedekatan

jarak, maka supply utama produk premium, kerosene dan solar untuk TT Wayame

Page 69: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

125

diperoleh seluruhnya dari Kilang Balikpapan. Sebagian besar depot-depot penyalur

yang berada di envelope lima dipasok dari terminal transit yang terletak di Ambon ini.

Gambar 3.31 Flow of Material BBM untuk Depot-Depot Penyalur

Sumber: Hasil Pengolahan

Transfer produk solar ke Depot Sorong dilakukan karena kurangnya produksi

Kilang Kasim-Sorong, sehingga depot ini memerlukan tambahan pasokan solar dari

daerah lain. Kapasitas tanki timbun di Depot Jayapura dan Depot Dobo sangat terbatas,

sehingga dibutuhkan tanki timbun bayangan yang dapat mensupply kebutuhan BBM

daerah ini. Depot Biak adalah depot bayangan untuk Depot Jayapura, sedangkan Depot

Tual merupakan tanki timbun bayangan untuk Depot Dobo. Produk yang ditransfer dari

Depot Biak ke Depot Jayapura adalah produk premium, kerosene dan solar. Produk

yang ditransfer dari Depot Tual ke Depot Dobo hanya produk kerosene dan solar.

Bula Masohi

Namlea

Sanana

Labuha

Ternate

Tobelo

Dobo Tual

Saumlaki

Sorong Manokwari

Nabire

Biak

Kaimana

Meraukei

Fak-fak Serui

Jayapura

BALIKPAPAN

Jobber Timikai

Premium Solar Kerosine PKS

Page 70: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

126

UP VII KILANG KASIM

Merauke

Tual

Fak-Fak

Saumlaki

Masohi

Dobo

Sanana

Jayapura

Sorong

Bula

Kaimana

Namlea

Biak

T.T Wayame

NabireManokwari

Serui

UP V KILANG BALIKPAPAN

Timika

PREMIUM

SOLAR

KEROSINE

PKSKILANG

TERM TRANSIT, DEP UTAMA, INSTALASI

STS

SEA DEPOT

RTWPIPA

JOBBER

Gambar 3.32 Flow of Material BBM Envelope Lima

Sumber: Hasil Pengolahan

3.13.3 Rute Distribusi Envelope Lima

Rute kapal tanker dibuat berdasarkan flow of material BBM envelope lima yang

telah dibuat. Pembuatan rute ini dibatasi oleh kapasitas tanki timbun di masing-masing

depot dan jenis kapal tanker yang akan dipakai. Berdasarkan hasil pegolahan data pada

envelope lima, maka dihasilkan 12 buah rute yang terdiri dari 6 rute point-to-point dan

6 rute mulitport

Kapal tipe MR digunakan untuk mengangkut produk dari Kilang Balikpapan

menuju TT Wayame dengan RTD 9 dan frekuensi 2 kali dalam sebulan, sedangkan

kapal besar tipe GP dipakai dalam rute nomor 2 yaitu TT Wayame - Depot Jayapura -

Depot Serui - Depot Biak - TT Wayame dan rute nomor 8 yaitu TT Wayame - Depot

Tual - Depot Dobo - Depot Saumlaki - TT Wayame dengan jumlah RTD masing-

masing 13,06 hari dan 10,51 hari. Kedua rute multy-port ini menggunakan kapal jenis

MR yang sama.

Page 71: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

127

Tabel 3.11 Rute Supply dan Distribusi Envelope Lima

NO P K S TOTAL OC Type RTD frek TOTAL $/KL Rp/Lt UTILITAS1 Balikpapan Wayame Balikpapan 8,820 5,940 26,828 41,588 92% MR 9.81 2 19.61 6.09 46 19.612 Wayame Jayapura Serui Biak Wayame 7,636 3,292 12,304 23,232 93% GP 13.06 1 13.06 11.02 83 26.133 Biak Jayapura Biak 462 172 1,008 2,824 81% SMALL 1 4.86 6 29.16 7.24 55 29.164 Kasim Manokwari Nabire Kasim 927 385 1,158 2,470 71% SMALL 1 6.38 3 19.13 9.78 74 19.135 Kasim Sorong Kasim 890 616 4,165 5,671 87% SMALL 2 2.40 2 4.80 2.10 166 Wayame Sorong Wayame 3,533 3,533 54% SMALL 2 4.72 2 9.44 7.64 58 18.887 Wayame Kaimana Timika Merauke Wayame 1,672 846 3,811 6,328 97% SMALL2 11.51 2 23.01 13.40 101 23.018 Wayame Tual Dobo Saumlaki Wayame 1,041 1,485 7,624 10,150 41% GP 10.51 1 10.51 8.63 659 Tual Dobo Tual 55 654 709 57% LIGHTER 3.16 3 9.48 7.16 54 9.48

10 Wayame Fak-fak Bula Wayame 644 692 889 2,225 64% SMALL 1 6.00 1 6.00 9.12 6911 Wayame Namlea Sanana Wayame 752 687 931 2,370 68% SMALL 1 4.91 1 4.91 7.34 5512 Wayame Masohi Wayame 310 459 357 1,125 32% SMALL 1 3.08 2 6.17 10.19 77 12.33

23,209 14,573 63,262 102,225 80 26 155 100 75470% 7 2 13 8 63 65%

P Premium RTD Round Trip DaysK Kerosene OC Occupacy Kapal = daya angkut standar / volume BBM yang diangkutS Solar UTILITAS Utilitas = RTD X frekuensi per-kapal

Menggunakan kapal yg sama

ROUTE

TOTALRATA-RATA

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 72: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

128

Depot Biak yang berfunsi ganda sebagai tanki timbun bayangan menggunakan

kapal jenis SMALL 1 untuk memasok PKS ke Depot Jayapura, sedangkan Depot Tual

menggunakan kapal tipe LIGHTER untuk memasok produk premium dan solar ke

Depot Dobo.

Kapal jenis kecil seperti SMALL 1, SMALL 2 dan LIGHTER efektif dan efisien

digunakan dalam envelope lima, karena demand yang dimiliki masing-masing depot

tidak terlalu besar. Multy-port dengan menggunakan kapal jenis SMALL 2 dilakukan

pada rute nomor 7 yaitu TT Wayame - Depot Kaimana - Jobber Timika - Depot

Merauke - TT Wayame, freight cost rute multy-port ini merupakan rute yang termahal

dari seluruh rute yang ada di envelope lima sebesar $ 13.40 per Kl atau sebesar Rp 101,-

per liter. Besarnya biaya ini diakibatkan oleh banyaknya biaya pelabuhan atau

portcharge ketika kapal merapat di dermaga. Walaupun demikian freight cost yang

dihasilkan pola multy-port ini masih lebih murah jika dibandingkan pola distribusi

point-to-point, karena dengan menggunakan pola distribusi point-to-point jumlah kapal

akan bertambah. Penambahan armada kapal akan memperbesar biaya operasional.

BulaMasohi

Namlea

Sanana

Labuha

Ternate

Tobelo

DoboTual

Saumlaki

Sorong

Manokwari

Nabire

Biak

Kaimana

Meraukei

Fak-fak Serui

Jayapura

BALIKPAPAN

Jobber Timikai

1

54

32

7

6

8

9

1012

11

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

BulaMasohi

Namlea

Sanana

Labuha

Ternate

Tobelo

DoboTual

Saumlaki

Sorong

Manokwari

Nabire

Biak

Kaimana

Meraukei

Fak-fak Serui

Jayapura

BALIKPAPAN

Jobber Timikai

1

54

32

7

6

8

9

1012

11

MRGPSMALL 2SMALL 1LIGHTER

Gambar 3.33 Rute Distribusi BBM Envelope Lima

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 73: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

129

Envelope lima menggunakan 8 buah kapal untuk melayani 12 rute perjalanan.

Dalam envelope lima terdapat 7 buah rute yang menggunakan kapal yang sama. Rute

kapal tersebut adalah rute nomor 2 dan 6 menggunakan kapal GP, rute nomor 5 dan 6

menggunakan kapal SMALL 2 dan rute nomor 10, 11 dan 12 menggunakan kapal

SMALL 1. Delapan kapal tersebut terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 1 buah kapal

jenis GP, 2 buah kapal jenis SMALL 2, 3 buah kapal jenis SMALL 1, dan 1 buah kapal

jenis LIGHTER. Jumlah kapal yang dipakai pada pola distribusi baru ini lebih sedikit

jika dibandingkan pola distribusi lama atau eksisiting yang tercatat di bulan Oktober

sampai Desember 2007. Pola distribusi lama menggunakan 14 kapal yang terdiri dari 2

buah kapal jenis MR, 2 buah kapal jenis GP, 2 buah kapal jenis SMALL 2, 6 buah kapal

jenis SMALL 1, dan 2 buah kapal jenis LIGHTER

Melihat perbandingan jumlah kapal diatas terlihat terjadinya penghematan

sebanyak 6 buah kapal yang terdiri dari 1 buah kapal jenis MR, 1 buah kapal jenis GP, 3

buah kapal jenis SMALL 1, dan 1 buah kapal jenis LIGHTER. Jika dihitung biaya sewa

maka penghematan ini menghemat biaya sebesar $ 1.254.846 atau Rp 11.670.069.096,-.

Pola lama membutuhkan biaya sebesar $ 2.833.002, sedangkan pola baru memerlukan

dana sebesar $1.578.156.

Round Trip Days pola distribusi baru berjumlah 155 hari dan utilitas kapal

tanker yang beroperasi di envelope tiga adalah sebesar 65%. Prosentase ini

menggambarkan bahwa rata-rata kapal di wilayah ini mempunyai waktu instirahat

selama 10 hari. Sisa waktu tersebut dipakai untuk mendistribusikan produk avtur,

minyak industri, atau barrier jika terjadi perubahan jalur akibat terganggunya arus

distribusi produk di supply point.

Tingkat occupacy kapal di envelope tiga mencapai 70%, prosentase ini cukup baik

mengingat berada di atas batasan yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 45%.

3.13.4 Perubahan Tanki Timbun Envelope Lima

Berdasarkan hasil analisis inventory depot-depot dalam envelope lima, maka

direkomendasikan 2 lokasi penambahan tanki timbun dan 5 lokasi perubahan tanki

timbun. Dua lokasi yang memerlukan tambahan tanki timbun tersebut adalah: Depot

Jayapura dan Depot Dobo, sedangkan lima lokasi yang memerlukan perubahan

komposisi tanki timbun adalah: Depot Biak, Depot Nabire, Depot Tual, Depot Saumlaki

dan Depot Fak-fak.

Page 74: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

130

Depot Jayapura dan Depot Dobo adalah prioritas utama depot yang

direkomendasikan untuk melakukan penambahan tanki timbun, karena depot ini

mempunyai jumlah tanki timbun yang tidak memadai dengan demand yang terjadi di

areal pemasarannya. Berdasarkan flow of material seharusnya kedua depot ini mendapat

supply seluruh produk BBM langsung dari TT Wayame, tetapi dikarenakan kapasitas

timbun yang tidak memadai tadi maka dilakukan peembuatan tanki timbun bayangan di

Depot Biak untuk mengatasi kebutuhan BBM Depot Jayapura dan Depot Tual untuk

mengatasi kebutuhan BBM Depot Dobo. Penentuan kedua depot bayangan ini

dilakukan berdasarkan kedekatan jarak dan sisa kapasitas timbun yang cukup besar di

kedua depot. Dengan penambahan tanki timbun di Depot Jayapura dan Depot Dobo

diharapkan perubahan kapasitas timbun untuk Depot Biak dan Depot Tual tidak harus

dilakukan dan akan mengurangi jumlah kapal tanker yang beroperasi di envelope lima.

Untuk memperjelas volume penambahan dan perubahan tanki timbun dimasing-masing

depot dapat dilihat pada Lampiran E yang terdapat pada bagian akhir laporan ini.

3.13.5 Inventory Management Envelope Lima

Pengaturan inventory management yang dimulai dari kilang (1st tier), depot

utama/terminal transit/instalasi (2nd tier) sampai dengan depot penyalur (3rd

Terminal Transit Wayame Premium

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Days

Volu

me

Premium Buffer Stock High Inventory

tier)

merupakan kunci utama penentuan besarnya high inventory yang harus dimilki suatu

depot. Berdasarkan hasil penentuan nilai high inventory ini akan didapatkan volume

safe capacitiy yang layak dimilki oleh depot untuk menampung dan mendistribusikan

BBM. Berikut ini dapat dilihat salah satu model pengaturan inventory manajemen di TT

Wayame.

Page 75: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

131

Terminal Transit Wayame Kerosine

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Days

Volu

me

Kerosine Buffer Stock High Inventory

Terminal Transit Wayame Solar

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Days

Volu

me

Solar Buffer Stock High Inventory Gambar 3.34 Grafik Inventory BBM Terminal Transit Wayame

Sumber: Hasil Pengolahan

Terminal Transit Wayame merupakan supply point utama envelope lima.

Pasokan BBM yang diperoleh TT Wayame seluruhnya berasal dari Kilang Balikpapan

yang dikelola oleh Unit Pengolahan V. Terminal transit ini mempunyai own demand

premium sebesar 3.604 KL, jika ditambah dengan 11 depot penyalurnya yaitu Depot

Merauke, Depot Tual, Depot Masohi, Depot Saumlaki, Depot Bula, Depot Sanana,

Depot Dobo, Depot Namlea, Depot Fak-fak, Depot Kaimana dan Jobber Timika, maka

demand premium menjadi 10.004 KL. Berdasarkan rute nomor 1 produk premium di TT

Wayame ditransfer dari Kilang Balikppan dengan menggunakan kapal tanker jenis MR

yang mengangkut 8.820 KL premium. Frekuensi 2 kali per-bulan dan waktu Round Trip

Days 9,81 hari.

Kapal tanker yang berasal dari Kilang Balikpapan ini melakukan unloading di

TT Wayame pada hari ke-1 dan hari ke-11. Depot ini mempunyai daily objective

Page 76: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

132

thruput premium sebesar 162 KL per-hari. Rute nomor 2 membawa premium sebanyak

7.636 KL dengan 1 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-1. Rute nomor 8 membawa

premium sebanyak 1041 KL dengan 1 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-14. Rute

nomor 2 dan nomor 8 menggunakan kapal jenis GP yang sama. Rute nomor 7

membawa premium sebanyak 1672 KL dengan 2 kali pengiriman per-bulan pada hari

ke-2 dan 12. Rute nomor 10 membawa premium sebanyak 644 KL dengan 1 kali

pengiriman per-bulan pada hari ke-3. Rute nomor 11 membawa premium sebanyak 752

KL dengan 1 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-13. Rute nomor 12 membawa

premium sebanyak 310 KL dengan 2 kali pengiriman per-bulan pada hari ke-9 dan 18.

Rute nomor 10, 11 dan 12 menggunakan kapal jenis SMALL 1 yang sama Dari hasil

fluktuatif volume tanki timbun premium di TT Wayame maka diperoleh buffer stock

ideal sebesar 3.432 KL dan high inventory ideal sebesar 15.432 KL. Mekanisme arus

keluar masuk produk kerosene dan solar mengikuti arus premium di atas.

3.14 Perbandingan Jumlah Kapal Distribusi Eksisting dan Envelope

Berdasarkan data dari bulan Oktober sampai Desember 2007 tercatat 118 kapal

yang beroperasi di Indonesia dengan perincian sebagai berikut: envelope satu dengan

pemakaian kapal terbanyak berjumlah 49 kapal, posisi kedua di tempati oleh envelope

empat dengan pemakaian 34 kapal, posisi ketiga di tempati oleh envelope lima dengan

14 kapal dan envelope tiga dan dua dengan masing-masing 11 dan 10 kapal.

Berdasarkan jenis kapal tanker, kapal yang paling banyak digunakan adalah jenis kapal

SMALL 1 dengan 50 buah kapal, selanjutnya adalah jenis kapal GP dan SMALL 2

dengan jumlah 22 kapal.

Dengan menggunakan konsep envelope diperlukan 93 kapal tanker, jumlah ini

lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kapal yang beroperasi pada kondisi

eksisiting. Perincian sembilan puluh tiga kapal tersebut adalah sebagai berikut: envelope

satu membutuhkan 27 kapal, envelope empat membutuhkan 32 kapal, envelope lima

membutuhkan 8 kapal dan envelope tiga dan dua dengan masing-masing 18 dan 8 kapal.

Berdasarkan jenis kapal tanker, kapal yang paling banyak digunakan dengan pola

envelope adalah jenis kapal SMALL 1 dengan 32 buah kapal, selanjutnya adalah jenis

kapal SMALL 2 dengan jumlah 22 kapal, lalu kapal jenis GP dengan 16 kapal,

sedangkan kapal jenis LIGHTER dan MR dengan jumlah masing-masing 15 dan 8

kapal.

Page 77: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

133

Tabel 3.12 Perbandingan Jumlah Kapal Distribusi Eksisting dan Envelope

MR GP SMALL 2 SMALL 1 LIGHTER SUM Cost Sewa Kapal / bln Envelope 1 3 6 8 24 8 49 75,709,140,582Rp Envelope 2 1 6 0 2 1 10 25,224,540,096Rp Envelope 3 2 3 3 3 0 11 26,105,579,176Rp Envelope 4 0 5 9 15 5 34 48,061,324,793Rp Envelope 5 2 2 2 6 2 14 26,346,921,193Rp SUM 8 22 22 50 16 118 201,447,505,839Rp

MR GP SMALL 2 SMALL 1 LIGHTER SUM Cost Sewa Kapal / bln Envelope 1 2 2 8 13 2 27 43,018,473,193Rp Envelope 2 1 5 0 2 0 8 21,597,466,838Rp Envelope 3 3 5 5 4 1 18 41,525,873,272Rp Envelope 4 1 3 7 10 11 32 42,679,745,182Rp Envelope 5 1 1 2 3 1 8 14,676,852,096Rp SUM 8 16 22 32 15 93 163,498,410,581Rp

SEBELUM ENVELOPE (EKSISTING)

SESUDAH ENVELOPE

Sumber: Hasil Pengolahan

Penghematan kapal berjumlah 25 kapal tanker atau sekitar 21% dari kondisi

semula. Jumlah penghematan dan prosentase ini belum ditambah dengan beberapa rute

eksisting yang tidak tercatat pada envelope tiga. Dua puluh lima kapal tersebut terdiri

dari 6 buah kapal jenis GP, 18 buah kapal jenis SMALL 1 dan 1 buah kapal jenis

LIGHTER. Jika menggunakan asumsi standar sewa kapal per-jenis yang diperoleh dari

PT.PERTAMINA (Persero), maka didapat penghematan sebesar $ 4.080.548 atau Rp

37.949.095.259.- per-bulan. Jika mengasumsikan distribusi pola envelope berjalan

selama 1 tahun, maka didapat penghematan sebesar Rp 455.389.143.102.-.

3.15 Lokasi Barrier atau Buffer Envelope di Indonesia

Lokasi buffer envelope diperlukan sebagai langkah pencegahan atau mitigasi

jika flow of material yang telah ditetapkan tidak dapat berjalan dengan baik akibat

beberapa faktor, misalnya: terganggunya persediaan di supply point, produksi BBM di

kilang yang jauh di bawah perkiraan, permasalahan pada saat loading dan unloading,

kerusakan kapal tanker, keterlambatan akibat faktor cuaca dan lain-lain. Dengan adanya

buffer di masing-masing envelope diharapkan tidak terjadi perpindahan arus produk

antar envelope, sehingga tidak menggangu flow of material envelope masing-masing.

Selain itu jarak yang ditempuh untuk mengambil produk tidak terlalu jauh dibandingkan

mengambil produk dari envelope lain, seperti yang sering terjadi pada pendistribusian

BBM saat ini. Jumlah besaran kapasitas tanki per-produk yang dibutuhkan masing-

masing titik buffer memerlukan penelitian tersendiri yang lebih akurat.

Page 78: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1. Analisis Solusi Bisnis yang sekarang telah dijadikan master program danakan ... ta analisis dilakukan dengan menggunakan dasar ... akhir ini menggunakan

134

BITUNG

SABANG

KRUENG RAYA

LHOK SEUMAWE

UP. I - PKL. BRANDAN

LAB. DELI

UP. II - DUMAI

SIAK

MEULABOH

SIBOLGA

G. SITOLI

TT. TLK.KABUNG

BENGKULU

JAMBI

PANJANG

UP. III - PLAJU

P. NATUNA

P. BATAM

SEMARANG

SURABAYA

CAMPLONG

MENENG

TT. TLK

MANGGIS

AMPENANBIMA

BADUNG REO

ENDE

WAINGAPU

MAUMERE

L. TUKA

KALABAHI

ATAPUPU

DILI

KUPANG

SAUMLAKI

DOBOTUAL

FAK - FAKNABIRE

MERAUKE

JAYAPURA

BIAK

SERUIMANOKWARI

SORONG

BULA

MASOHINAMLEA

SANANA

PABUHA

UP. IVCILACAP

PONTIANAK

SINTANG

SAMPITCILIK RIWUT

PKL.BUN P. PISANG

BANJARMASIN

BALIKPAPAN

SAMARINDA

TARAKAN

TOLI - TOLI

MOUTONG

DONGGALA

PARIGI

POSO

GORONTALO

KOLONDALE

PALOPO

TAHUNA

KOTA BARU

PARE - PARE

TJ.UBAN

TT.TG. GEREM/MERAK

BONTANG

PLUMPANG

LUWUK

KENDARI

KOLEKA

RAHA

BAU -BAUUJ.

PANDANG

SUBUNG

TT.WAY AME

TOBELOTERNATE

BANGGAI

T. SEMANGKA

SINGAPORE

P. SAMBU

STS KOTA BARU

STS KALBUT

2

6

3 45

8

1. Depot Sabang2. TT.Tanjung Uban3. TT.Tanjung Gerem4. TTU Balongan5. STS Kalbut6. TT. Manggis7. Ins Makassar8. Depot Bitung9. TT. Wayame

Rencana lokasi buffer stock

1

7

9

BITUNG

SABANG

KRUENG RAYA

LHOK SEUMAWE

UP. I - PKL. BRANDAN

LAB. DELI

UP. II - DUMAI

SIAK

MEULABOH

SIBOLGA

G. SITOLI

TT. TLK.KABUNG

BENGKULU

JAMBI

PANJANG

UP. III - PLAJU

P. NATUNA

P. BATAM

SEMARANG

SURABAYA

CAMPLONG

MENENG

TT. TLK

MANGGIS

AMPENANBIMA

BADUNG REO

ENDE

WAINGAPU

MAUMERE

L. TUKA

KALABAHI

ATAPUPU

DILI

KUPANG

SAUMLAKI

DOBOTUAL

FAK - FAKNABIRE

MERAUKE

JAYAPURA

BIAK

SERUIMANOKWARI

SORONG

BULA

MASOHINAMLEA

SANANA

PABUHA

UP. IVCILACAP

PONTIANAK

SINTANG

SAMPITCILIK RIWUT

PKL.BUN P. PISANG

BANJARMASIN

BALIKPAPAN

SAMARINDA

TARAKAN

TOLI - TOLI

MOUTONG

DONGGALA

PARIGI

POSO

GORONTALO

KOLONDALE

PALOPO

TAHUNA

KOTA BARU

PARE - PARE

TJ.UBAN

TT.TG. GEREM/MERAK

BONTANG

PLUMPANG

LUWUK

KENDARI

KOLEKA

RAHA

BAU -BAUUJ.

PANDANG

SUBUNG

TT.WAY AME

TOBELOTERNATE

BANGGAI

T. SEMANGKA

SINGAPORE

P. SAMBU

STS KOTA BARU

STS KALBUT

BITUNG

SABANG

KRUENG RAYA

LHOK SEUMAWE

UP. I - PKL. BRANDAN

LAB. DELI

UP. II - DUMAI

SIAK

MEULABOH

SIBOLGA

G. SITOLI

TT. TLK.KABUNG

BENGKULU

JAMBI

PANJANG

UP. III - PLAJU

P. NATUNA

P. BATAM

SEMARANG

SURABAYA

CAMPLONG

MENENG

TT. TLK

MANGGIS

AMPENANBIMA

BADUNG REO

ENDE

WAINGAPU

MAUMERE

L. TUKA

KALABAHI

ATAPUPU

DILI

KUPANG

SAUMLAKI

DOBOTUAL

FAK - FAKNABIRE

MERAUKE

JAYAPURA

BIAK

SERUIMANOKWARI

SORONG

BULA

MASOHINAMLEA

SANANA

PABUHA

UP. IVCILACAP

PONTIANAK

SINTANG

SAMPITCILIK RIWUT

PKL.BUN P. PISANG

BANJARMASIN

BALIKPAPAN

SAMARINDA

TARAKAN

TOLI - TOLI

MOUTONG

DONGGALA

PARIGI

POSO

GORONTALO

KOLONDALE

PALOPO

TAHUNA

KOTA BARU

PARE - PARE

TJ.UBAN

TT.TG. GEREM/MERAK

BONTANG

PLUMPANG

LUWUK

KENDARI

KOLEKA

RAHA

BAU -BAUUJ.

PANDANG

SUBUNG

TT.WAY AME

TOBELOTERNATE

BANGGAI

T. SEMANGKA

SINGAPORE

P. SAMBU

STS KOTA BARU

STS KALBUT

2

6

3 45

8

1. Depot Sabang2. TT.Tanjung Uban3. TT.Tanjung Gerem4. TTU Balongan5. STS Kalbut6. TT. Manggis7. Ins Makassar8. Depot Bitung9. TT. Wayame

Rencana lokasi buffer stock

1

7

9

Gambar 3.35 Rekomendasi Penambahan dan Perubahan Komposisi Tanki Timbun Sumber: Hasil Pengolahan

Rekomendasi titik buffer ang direkomendasikan berjumlah 9 titik dengan rata-

rata 2 lokasi di tiap envelope, kecuali envelope 5 yang jumlah kebutuhan BBM nya

tidak terlalu besar. Sembilan titik buffer yang direkomendasikan tersebut adalah: Depot

Sabang dan Tanjung Uban/Pulau Sambu unutk envelope satu, TT Tanjung Gerem dan

TTU Balongan untuk envelope dua, STS Kalbut dan Terminal Transit Manggis untuk

envelope tiga, Depot Bitung dan Instalasi Makassar untuk envelope empat, dan terkahir

adalah Terminal Transit Wayame untuk envelope lima.