Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
52
BAB III
TINJAUAN NOVEL API TAUHID
A. Sinopsis Novel Api Tauhid
Novel Api Tauhid ialah novel percintaan dan sejarah. Ditulis oleh
Habiburrahman El Shirazy ini diterbitkan Republika November 2014 dan sudah
mencapai cetakan ke-XVI Januari 2018 dengan ketebalan 587 halaman.
Keberadaan novel Api Tauhid sesuai dengan keadaan Islam saat ini yang sedang
dihadapkan persoalan radikalisme dan kaburnya orientasi peradaban.1 Menurut
Saiful Bahri, novel ini memiliki deskripsi dan visualisasi yang matang, sehingga
mengajak pembaca seolah berada pada masa Turki Utsmani yang dikepung
komplotan dan mengetahui Said Nursi sang tokoh di masa kekeruhan dalam
politik.2
Kisah ini tentang seorang santri kampung yang pintar dan hafidz serta asal
dari Lumajang, Jawa Timur yakni Fahmi. Ketika ada ulama dari Madinah
berkunjung, Pak Kiai memilih Fahmi agar menyampaikan kata sambutan
berbahasa Arab mewakili santri. Kemudian Syekh tersebut memberitahu bahwa
akan ada muqabalah di Universitas Islam Madinah di Bogor, Pak Kiai mengutus
lima orang santri untuk ikut muqabalah dan yang diterima Fahmi dan Ali.3
1Shirazy, Op. Cit., 2014, hlm. xxxiii.
2Ibid., hlm. v.
3Ibid., hlm. 28.
53
Setiap kali pulang, Bapak dan Ibu Fahmi selalu menyambut dengan tangis
bahagia dan mencium Fahmi karena sejak Fahmi kuliah di Madinah masyarakat
kampung sering membicarakan kekaguman mereka terhadap Fahmi.4 Sehingga
Pak Lurah Jubedi bersama istri dan anak-anaknya, Shonif dan Nur Jannah,
berkunjung ke rumah Fahmi dengan tujuan menjodohkan Nur Jannah bersama
Fahmi.5 Saat Fahmi belum menentukan keputusan mengenai perjodohan dengan
Nur Jannah, tokoh terkemuka di Lumajang yakni Kiai Arselan berkunjung ke
rumah Fahmi. Kiai Arselan datang bersama Bu Nyai dan dua orang gadis yakni
putrinya Nuzula dan santriwati senior. Tujuan kedatangan Kiai Arselan untuk
menjodohkan Nuzula dengan Fahmi, keluarga Fahmi tak dapat menolak lamaran
tersebut karena menurut mereka kepribadian Nuzula sudah sangat jelas
kebaikannya.6 Sebelum Fahmi kembali ke Madinah mereka menikah siri. Namun
saat tiga bulan mereka menikah, Kiai Arselan menyuruh Fahmi agar berpisah
dengan Nuzula.7
Hal itu membuat Fahmi gunda sehingga ia memutuskan untuk iktikaf di
Masjid Nabawi dengan mengkhatamkan Al-Qur’an 40 kali dengan hafalan.8
Namun pada hari ke-15 saat Ali dan Hamza menjenguk Fahmi yang sedang
iktikaf, tubuh Fahmi telah lemas dan keluar darah dari hidungnya. Kemudian Ali
dan Hamza pun langsung membawanya ke Rumah Sakit Prince Mohammed bin
4Ibid., hlm. 28-29.
5Ibid., hlm. 32-34.
6Ibid., hlm. xxii.
7Ibid., hlm. 63.
8Ibid., hlm. 68.
54
Abdulaziz.9 Setelah keadaan Fahmi membaik, Fahmi memutuskan untuk ikut
bersama Hamza dan Subki ke Turki agar bisa menenangkan pikiran dari
kenangannya bersama Nuzula.10
Saat di Turki mereka tidak hanya berlibur namun juga mentadabburi
sejarah keteladan Syekh Badiuzzaman Said Nursi.11
Syekh Said Nursi merupakan
pemuda yang terlahir dari orang tua yang taat. Sufi Mirza merupakan ayah Syekh
Said Nursi, yang menjaga diri dari barang yang haram dan selalu berzikir kepada
Allah. Bahkan sapi milik Sufi Mirza tidak diizinkan memakan rumput yang tidak
jelas halal haramnya. Sedangkan Nuriye seorang perempuan yang hafal Al-
Qur’an, selalu menjaga dirinya dalam keadaan berwudhu, dan selalu
melaksanakan shalat malam kecuali saat haid.12
Di bidang pendidikan, saat masih muda Said Nursi telah menguasi
bermacam-macam ilmu.13
Meski baru berumur sekitar 15 tahun, Said Nursi telah
disegani dan dihormati karena ketinggian dan kedalaman ilmunya. Dalam usia
yang terbilang muda, Said Nursi telah membaca, mendalami, dan menguasai 80
puluh kitab.14
Sehingga ketika Said Nursi menyampaikan hafalannya dengan
sangat baik yang disimak oleh Syekh Molla Fethullah Efendi, ulama terbesar di
9Ibid.,hlm. 5-8.
10Ibid., hlm. 70-71.
11Ibid., hlm. 122.
12Ibid., hlm. 142.
13Ibid., hlm. xxv.
14Ibid.,hlm. 197-98.
55
daerah Siirt pada masa itu, ia diberi gelar “Badiuzzaman” atau “keajaiban
zamannya”.15
Puluhan kitab-kitab induk telah dihafal Said Nursi, bahkan Al-Qur’an
dihafalnya dalam waktu 20 hari saat masih remaja.16
Tantangan berdebat dari
berbagai kalangan, baik ulama maupun ilmuwan, datang silih berganti, dan Said
Nursi selalu keluar sebagai pemenang. Said Nursi semakin dikenal di Turki,
namanya selalu datang lebih dulu dari orangnya, gelarnya “Badiuzzaman”
semakin melekat pada dirinya dan semakin dikokohkan oleh khalayak ramai.17
Saat berada di Uludag, Turki, Fahmi dan Aysel diculik, mereka dibawa dan
disekap di suatu tempat. Hingga akhirnya teman-teman Fahmi menemukan
Fahmi dan Aysel, Fahmi dalam keadaan yang sangat buruk lalu Fahmi langsung
dibawa ke ruang gawat darurat Rumah Sakit Medical Park Izmir. Keadaannya
kritis dan luka di kakinya sangat parah hingga dokter menyarankan untuk
mengamputasi kakinya disebabkan saraf-saraf di kaki kirinya sudah mati.18
Namun Fahmi tidak ingin kakinya diamputasi karena ia tidak ingin kehilangan
kakinya yang selalu digunakan untuk melangkah ke masjid, rukuk, dan sujud saat
sepertiga malam.19
Atas dasar musyawarah Fahmi dan teman-temannya, Fahmi pindah dari
rumah sakit Medical Park Izmir dengan alasan rumah sakit tersebut terlalu jauh
15
Ibid., hlm. 200-201. 16
Ibid., hlm. 480. 17
Ibid., hlm. 289. 18
Ibid., hlm. 541-545. 19
Ibid., hlm. 547.
56
dari rumah Hamza dan teman-temannya yang bisa menjaga dan menjenguk
Fahmi. Lalu Fahmi dipindahkan ke Rumah Sakit Medicana International
Istanbul.20
Saat dirawat di Istanbul, Ali bersama istrinya menjenguk Fahmi.
Tanpa terduga, Nuzula pun bersama mereka. Saat itu Nuzula menceritakan
semua kejadian yang sebenarnya kepada Fahmi termasuk alasan almarhum Kiai
Arselan yang memintanya untuk menceraikan Nuzula. Ia meminta maaf kepada
Fahmi dan Fahmi memaafkannya namun Fahmi memintanya keluar dari ruangan
tersebut. Nuzula bangkit dan melangkah menuju pintu, lalu Fahmi
memanggilnya. Fahmi mengatakan bahwa Nuzula adalah istrinya, Fahmi
meminta Nuzula pergi dan Nuzula mentaatinya, namun dalam hati Fahmi masih
menganggap Nuzula sebagai istrinya.21
Dengan kekuatan doa dan kesungguhan ikhtiar Nuzula, Allah menurunkan
rahmat-Nya. Setelah sebulan, dokter menyatakan kaki kiri Fahmi tidak perlu lagi
diamputasi. Seminggu berikutnya, Fahmi sudah bisa berjalan normal. Karena
pernikahan Fahmi dan Nuzula masih berstatus siri maka mereka meresmikan
nikah secara hukum negara. Setelah akad mereka memperoleh buku nikah dan
berfoto dengan mesra. Lalu mereka berbulan madu ke Kota Van.22
B. Unsur Intrinsik Novel Api Tauhid
1. Tema
20
Ibid., hlm. 548-549. 21
Ibid., hlm. 560-571. 22
Ibid., hlm. 573-578.
57
Novel ini bertema tentang kisah keteladanan Badiuzzaman Said Nursi.
Penghayatan jejak-jejak keteladanan Badiuzzaman Said Nursi yang
dikisahkan melalui perjalanan wisata ruhani enam pemuda Fahmi, Subki,
Hamza, Aysel, Emel, dan Bilal. Dan kesucian cinta antara Fahmi dan Nuzula
yang mendambakan kesucian keluarga seperti yang dicontohkan oleh Syekh
Mirza dan Nuriye, yang tak lain adalah orang tua Badiuzzaman Said Nursi.23
2. Alur
Alur dalam novel ini merupakan alur campuran yakni cerita berjalan
secara kronologis namun terdapat beberapa adegan sorot balik atau flahback.
Awalnya Kang Abik menyajikan ceritanya secara urut kemudian pada
beberapa bagian berikutnya, Kang Abik menceritakan kembali kisah pada
masa lalu.
Pada bagian satu: Empat puluh kali khataman, menceritakan Fahmi
yang sedang iktikaf di Masjid Nabawi untuk mengkhatamkan Al-Qur’an 40
kali dengan hafalan.
“Sudah tujuh hari ia diam di Masjid Nabawi. Ia iktikaf di bagian
selatan masjid, agak jauh dari Raudhah tapi masih termasuk shaf
bagian depan. Matanya terpejam sementara mulutnya terus
menggumamkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Ia hanya menghentikan
bacaannya jika adzan dan iqamat dikumandangkan. Juga ketika shalat
didirikan. Usai shalat ia akan larut dalam dzikir, shalat sunnah, lalu
kembali lirih melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dengan
hafalan”24
23
Ibid., hlm. xviii. 24
Ibid., hlm. 1.
58
Pada bagian tiga: Kampungku adalah surga dan bagian empat: Akad
nikah, menceritakan permintaan Pak Lurah dan Kiai Arselan yang ingin
menjodohkan Fahmi dengan putri mereka sehingga setelah Fahmi istikharah,
ia memilih untuk menikahi Nuzula. Setelah pernikahan itu berjalan 3 bulan,
Kiai Arselan meminta Fahmi menceraikan Nuzula dan hal itu lah yang
menjadi sebab Fahmi mengambil keputusan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an
40 kali dengan hafalan.
“Lalu aku putuskan bahwa aku hanya akan mengadukan kesedihanku
itu kepada Allah. Aku lalu berketetapan hati untuk iktikaf di Masjid
Nabawi, sambil muraja’ah hafalan Qur’an-ku. Dan aku berketetapan
hati tidak akan membatalkan iktikafku kecuali aku sudah
mengkhatamkan Al-Qur’an empat puluh kali dengan hafalan. Dengan
itu, aku berharap melupakan Nuzula dan jika memang aku harus
melepas Nuzula, aku melepasnya dengan dada yang lega”25
Selanjutnya pada bagian tujuh: Cinta berakar kesucian hingga bagian
dua puluh lima: Bunga cinta di hati Aysel, menceritakan perjalanan Fahmi
dan teman-temannya di Turki dan kisah Badiuzzaman Said Nursi dimulai dari
kisah orang tuanya yang disampaikan Hamza dan Bilal selama di perjalanan
menyusuri Turki.
“Kedua mata Fahmi berkaca-kaca. Ia sangat terharu mendengar
sejarah bagaimana kedua orang tua Said Nursi yang bernama Mirza
dan Nuriye dipertemukan oleh Allah dalam ikatan pernikahan dan
cinta nan suci. Dalam hati, Fahmi sangat berharap, pertemuannya
dengan istrinya, Firdaus Nuzula, sesakral, sesuci, dan seindah itu”26
25
Ibid., hlm. 68. 26
Ibid., hlm. 143.
59
Terakhir pada bagian dua puluh enam: Bertahan hidup hingga bagian
dua puluh sembilan: Di tepi Danau Van, menceritakan akhir perjalanan
mereka di Turki serta Fahmi dan Nuzula yang ingin meneladani kisah Syekh
Mirza dan Nuriye yang merupakan orang tua Badiuzzaman Said Nursi.
“Ini adalah kota dimana ulama besar Badiuzzaman Said Nursi
mempersiapkan pendirian Medresetuz Zahra untuk pusat pendidikan
generasi dan penggemblengan peradaban. Aku membawamu bulan
madu di kota ini untuk memiliki yang sama. Bulan madu kita ini
adalah langkah kita menyiapkan jiwa mendidik generasi yang kuat
akalnya, luas wawasannya, dan suci hatinya”27
3. Sudut Pandang
Dalam novel ini Kang Abik menggunakan sudut pandang orang ketiga
karena Kang Abik menggunakan kata ia, dia, lalu memakai nama orang. Kang
Abik hanya menceritakan apa yang terjadi di antara tokoh-tokoh cerita yang
dikarangnya.
“Suasana dalam Prince Mohammed bin Abdulaziz Hospital juga
tampak lengang. Di sebuah kamar tampak seorang pemuda terbaring
di ranjang, dan di sampingnya dua orang pemuda meungguinya.
Sudah hampir dua puluh jam Fahmi pingsan, dokter yang memeriksa
belum bisa memberikan keterangan pasti bahwa sebenarnya Fahmi
sakit apa”28
4. Tokoh dan Penokohan
a. Fahmi
27
Ibid., hlm. 563. 28
Ibid., hlm. 13.
60
Fahmi merupakan tokoh utama yang protagonis dalam novel Api
Tauhid. Dalam novel ini Fahmi memiliki peranan sangat penting karena
novel ini menceritakan kisah hidup yang dilalui oleh Fahmi sejak di
Madinah, Lumajang dan Turki.
Fahmi merupakan mahasiswa S2 di Universitas Islam Madinah yang
berasal dari Lumajang, Jawa Timur. Fahmi merupakan tokoh yang cerdas,
taat beragama dan berakhlak baik.
“Saat di pesantren dulu. Masih kelas dua tsanawi dia sudah hafal
Alfiyah. Hafal ngelothok Sub. Terus dia terabas Nazham Jauharul
Maknun. Belum lulus tsanawi dia juga sudah hafal semua. Saat di
Aliyah selama dua tahun, dia khatam hafal Al-Qur’an tiga puluh juz”29
“Selama ini aku selalu menjaga pandangan, berusaha mati-matian
tidak memandang kecuali ibu dan saudari kandungku. Selama ini aku
juga berusaha mati-matian menjaga hatiku agar tidak sampai jatuh
cinta kepada perempuan yang tidak halal”30
“Demikian juga Fahmi, ketika ia nyaris putus asa dan nyaris gagal
menata hatinya, ia menenggelamkan diri dalam pancaran cahaya
Ilahi. Dia memantapkan diri untuk mengkhatamkan Al-Qur’an 40 kali
di Masjid Nabawi meskipun ia akhirnya jatuh sakit”31
b. Badiuzzaman Said Nursi
Badiuzzaman Said Nursi merupakan tokoh yang tidak fiktif dalam
novel Api Tauhid. Badiuzzaman Said Nursi merupakan seorang ulama
Turki dengan hafalan yang kuat dan memiliki analisis yang tajam. Selain
29
Ibid., hlm. 16. 30
Ibid., hlm. 57. 31
Ibid., hlm. xxiii.
61
itu Badiuzzaman Said Nursi juga bersemangat dalam menimba ilmu serta
berpegang teguh dalam ajaran Islam.
“Di madrasah itu, Said Nursi juga menghafal kitab Jam’u Al-Jawami’
setebal 362 halaman dalam waktu satu pekan. Sejak itu, Molla
Fethullah Efendi sering membincangkan kecerdasan dan kekuatan
hafalan Said Nursi dalam majelis-majelis para ulama. Molla
Fethullah sering menyanjung kedalaman ilmu muridnya dari Nurs
itu”32
“Allah telah menyiapkan Said Nursi sejak kecil memiliki kekuatan
hafalan luar biasa dan kecerdasan analisis yang tajam. Puluhan kitab-
kitab induk telah di hafalnya. Al-Qur’an dihafalnya dalam waktu dua
puluh hari saja saat masih remaja”33
“Para ulama itu lalu mencoba memprediksi apa pertanyaan yang akan
disampaikan Said Nursi. Ketika tidak yakin dengan jawaban mereka,
mereka lalu sibuk membuka kitab-kitab itu mencari jawabannya.
Mustafa Pasya mengamati kejadian itu. Para ulama itu begitu sibuk,
sementara Said Nursi tertidur dengan pulas”34
“Omer Pasya lalu menanyakan pada semua anak gadisnya, mencari tahu
apakan pemuda bernama Said Nursi pernah bersikap kurang ajar,
berkata kasar, melecehkan dan lain sebagainya. Semuanya menjawab,
bahwa Said Nursi memandang mereka saja tidak mau, apalagi
menyentuh. Bahkan tidak sekalipun secara menyengaja mengajak
berbincang”35
c. Kiai Arselan
Kiai Arselan merupakan seorang kiai berkharisma mertua Fahmi.
Sosok Kiai Arselan juga tidak segan untuk meminta maaf kepada
menantunya karena merasa tidak mampu mendidik putrinya.
32
Ibid.,hlm. 301. 33
Ibid., hlm. 480. 34
Ibid., hlm. 229. 35
Ibid., hlm. 259.
62
“Jujur hatiku bahagia sekali. Bagaimana tidak bahagia Pak Kiai Arselan,
ulama cukup terkenal di Kabupaten Lumajang, pengasuh pesantren
paling besar di Yosowilangun berkenan mampir ke rumahku”36
“Inilah diriku, ulama yang mendidik ribuan santri tapi putrinya sendiri
lolos dari pengawalannya. Aku merasa gagal. Tak ada lagi yang
kuharapkan kecuali ampunan dari Allah, dan pemberian maaf dari
seluruh orang yang pernah berinteraksi denganku. Aku minta maaf
kepadamu atas segala khilafku, juga khilaf putri dan keluargaku”37
d. Firdaus Nuzula
Firdaus Nuzula merupakan putri Kiai Arselan, seorang kiyai besar di
Lumajang, dan masih berstatus sebagai mahasiswa semester 4 Program
Studi kesehatan masyarakat di UIN Jakarta. Nuzula juga berbohong
kepada ayahnya yang menyebabkan ayahnya sakit dan meminta Fahmi
untuk menceraikan Nuzula. Namun di akhir kisah, Nuzula bertaubat atas
kesalahannya dan meminta maaf pada Fahmi.
“Aku berbohong telah hamil di luar nikah dengan pacarku. Aku punya
pacar, iya, tapi aku berusaha menjaga diriku. Aku tidak sampai hamil.
Demi Allah, aku tidak hamil. Dan demi Allah, aku tidak pernah berzina.
Aku telah berbohong kepada abah, dengan tujuan agar aku bisa
membatalkan pernikahan itu dan aku bisa menikah dengan pacarku”38
“Terima kembali aku jadi istrimu, Mas Fahmi. Lalu kita pulang dan
bersimpuh berdua di pusara abah. Kini aku telah membuang segala
egoku, aku ingin memenuhi cita-cita abah agar aku menghafal Al-Qur’an.
Jadilah guruku, imamku. Aku berjanji, aku akan menjadi murid paling
berbakti kepada gurunya dan tidak akan pernah mengecewakan
gurunya”39
36
Ibid., hlm. 45. 37
Ibid., hlm. 565. 38
Ibid., hlm. 567. 39
Ibid., hlm. 569.
63
e. Ali
Ali merupakan sahabat Fahmi sejak di pesantren hingga di Universitas
Islam Madinah dan sangat peduli terhadap Fahmi.
“Biar aku yang bertanggung jawab. Biar aku yang tanda tangan surat
persetujuan itu. Aku yang tanggung jawab kalau Fahmi marah. Dan aku
yang tanggung jawab kalau digugat dan masuk penjara. Biarlah masuk
penjara. Aku lebih memilih tetap memiliki Fahmi, meskipun kakinya
hilang satu dari pada kehilangan Fahmi”40
f. Hamza M. Bardakoglu
Hamza merupakan teman Fahmi di Universitas Islam Madinah yang
berasal dari Turki. Saat Fahmi sakit karena permasalahannya dengan
Nuzula, Hamza menawarkan Fahmi ikut bersamanya ke Turki agar bisa
melupakan masalah yang terjadi, sehingga selama perjalanan di Turki ia
menceritakan kisah Badiuzzaman Said Nursi yang dapat menjadi teladan.
“Dalam perjalanan Bilal meminta Hamza untuk menggantikan dirinya
menyambung sejarah keteladanan Sang Mujadding Badiuzzaman Said
Nursi. Untungnya bahwa mobil yang dikendarai adalah Volkswagen
Transporter T5 yang halus dan mewah. Suara mesin nyaris tidak
terdengar. Sehingga Hamza bisa bercerita tentang masa kecil Syekh Said
Nursi dengan tenang, dan seluruh penumpang mobil itu bisa
mendengaran dengan jelas dan nyaman”41
g. Bilal
Bilal merupakan teman Hamza di Turki yang juga Thullabun Nur
seperti Hamza dan Hamza juga menceritakan tentang Said Nursi selama
perjalanan di Turki.
40
Ibid., hlm. 559. 41
Ibid., hlm. 152.
64
“Syekh Said Nursi mulai menghafal Al-Qur’an, justru nanti saat usianya
menginjak dua puluhan tahun. Beliau menghafal saat berada di Bitlis.
Sudah menjadi sunnah para ulama, mereka mencintai Al-Qur’an dan
hafal Al-Qur’an. Seperti Imam Syafi’i, Imam Nawawi, Imam Ghazali,
Imam Suyuthi dan lain sebagainya. Demikian juga Badiuzzaman Said
Nursi. Al-Qur’an adalah santapan utamanya. Semua ilmu yang beliau
pelajari dan sebagian beliau hafal mati-matian di usia belia itu untuk
menangkap rahasia keagungan isi Al-Qur’an. Subki dan Fahmi
mengangguk-angguk mendengar penjelasan Bilal”42
h. Subki
Subki merupakan teman Fahmi yang berasal dari Wonogiri. Tokoh
Subki ini mampu mencairkan suasana saat di perjalanan.
“Saya sudah tidak sabar menunggu kelanjutan kisah Syekh Badiuzzaman
Said Nursi, kata Subki. Bersabarlah, karena sabar itu selalu manis
buahnya, jawab Bilal. Semua yang ada di ruangan itu tersenyum”43
“Menengic Kahvesi itu biasanya dibuat dan bijian kopi pilihan, dicampur
pistacio, sehingga aroma dan rasa pistacio kental terasa. Juga diberi
campuran susu, dan tentu gula. Campuran susu dan gula tergantung
selera. Jika kurang manis bisa ditambah. Karena kopi itu terasa manis
tidak pahit, ada yang menamakan itu kopi perempuan, Jelas Emel.
Waduh, kita dalam hal minum kopi jadi tergolong perempuan, Mi, sahut
Subki disambut tawa Hamza dan Bilal. Aysel dan Emel hanya
tersenyum”44
i. Aysel Celal
Aysel merupakan gadis keturunan Turki yang menetap di London,
Inggris, sekaligus sepupu sepersususan dengan Hamzah.
“Aysel hidup sendiri. Tidak ada yang kontrol. Di tempat kerjanya ia
berkenalan dengan pemuda dari Spanyol bernama Carlos. Inilah
celakanya. Mereka lalu hidup serumah tanpa ikatan pernikahan.
42
Ibid., hlm. 206-207. 43
Ibid., hlm. 184. 44
Ibid., hlm. 250-251.
65
Kemudian Aysel hamil, pemuda itu tidak mau bertanggung jawab, malah
minta menggugurkan. Keduanya lalu sepakat menggugurkan. Janin itu
pun digugurkan. Naasnya dokter yang menggugurkan janin itu tertangkap
kepolisian karena sudah lama diamati. Dokter itu ditahan. Dan, Aysel
sempat melarikan diri sebelum ditangkap polisi. Carlos membawa Aysel
ke Spanyol. Ternyata Carlos itu punya niat jahat mau menjual Aysel pada
jaringan mafia. Aysel mendengar percakapan Carlos dengan temannya.
Saat Carlos tidur, Aysel sempat membaca SMS Carlos, beruntung Aysel
bisa melarikan diri sambil membawa uang Carlos untuk beli tiket ke
Istanbul. Aysel menyampaikan ia ingin hidup yang benar. Ingin hidup
bermakna, Ia ingin ada orang yang membimbingnya. Ia tidak mau lagi
kembali ke London atau Eropa. Ia ingin hidup cara Turki yang hangat
penuh kekerabatan dan cinta”45
j. Emel
Emel merupakan adik Hamza. Emel hidup di lingkungan keluarga
agamis sehingga memiliki tata krama yang baik, telah hafal Al-Qur’an
sejak dini dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang Islam.
“Rintihan medu suara Fahmi itu sayup-sayup terdengar sampai ke dalam
kamar dimana Emel dan Aysel tidur. Emel terbangun. Ia melihat jam
tangannya. Satu jam lagi shubuh. Emel yang juga hafal AL-Qur’an
langsung tahu yang ia dengar itu surat apa dan ayat berapa”46
“Lihat. Pohon itu seperti sedang sekarat. Saat musim gugur tiba, daun-
daunnya berguguran. Dan sekarang kondisinya sangat mengenaskan,
bukan. Jika kondisi seperti ini terus berlangsung, artinya musim dingin
tidak pernah berubah jadi musim semi lalu musim panas. Maka
pepohonan itu benar-benar akan musnah. Dan tentu saja, kehidupan di
muka bumi akan musnah. Allah Yang Maha Penyayang memberi kita
karunia dalam segala musim. Dan pergantian musim itu sendiri adalah
karunia tiada ternilai harganya dari Allah Azza wa Jalla”47
45
Ibid., hlm. 121-122. 46
Ibid., hlm. 168. 47
Ibid., hlm. 146.
66
k. Nur Jannah
Nur Jannah merupakan anak bungsu Pak Lurah Jubedi yang
dijodohkan dengan Fahmi namun akhirnya menikah dengan Ali. Nur
Jannah merupakan santri yang berakhlak baik dan berbudi pekerti.
“Ya saya setuju pada Fahmi. Untuk akhlak dan budi pekerti Nur Jannah,
saya dan ibu sudah tahu sejak kecil. Selesai aliyah terus ke pesantren.
Baik dan terjaga”.48
5. Latar
a. Latar Tempat
Dalam novel Api Tauhid terdapat beberapa latar tempat, yakni:
1) Masjid Nabawi
Masjid Nabawi merupakan tempat Fahmi beriktikaf sembari
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan hafalannya.
“Sudah tujuh hari ia diam di Masjid Nabawi. Siang malam ia mematri
diri, larut dalam munajat dan taqarrub kepada Ilahi. Ia iktikaf di
bagian selatan masjid, agak jauh dari Raudhah tapi masih termasuk
shaf bagian depan”49
2) Perpustakaan Universitas Islam Madinah
Universitas Islam Madinah merupakan tempat Fahmi, Hamza,
Ali, dan Subki menempuh pendidikan S2 di Universitas Islam
Madinah.
“Aku masih ingat peristiwa itu, peristiwa satu pekan setelah membaca
pesan terakhir Nuzula. Aku sedang membaca buku Al-Wasathiyyah Fi
48
Ibid., hlm. 35. 49
Ibid., hlm. 1.
67
Quranil Karim yang ditulis oleh Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi, di
perpustakaan Universitas Islam Madinah”50
3) Prince Mohammed Bin Abdulaziz Hospital
Rumah Sakit Prince Mohammed Bin Abdulaziz merupakan
tempat Fahmi di rawat saat di Madinah. Fahmi dirawat karena
kekurangan nutrisi sehingga menyebabkan tidak sadarkan diri dan
menetes darah dari hidungnya, hal ini terjadi karena kesedihannya
terhadap apa yang ia alami.
“Suasana di dalam Prince Mohammed Bin Abdulaziz Hospital juga
tampak lengang. Di sebuah kamar tampak seorang pemuda terbaring
di ranjang, dan di sampingnya dua orang pemuda menungguinya.
Sudah hampir dua puluh jam Fahmi pingsan, dokter yang memeriksa
belum bisa memberikan keterangan pasti bahwa sebenernya Fahmi
sakit apa”51
4) Desa Tegalrandu
Tegalrandu merupakan desa asal Fahmi yang tak jauh dari
pusat Kota Lumajang, Jawa Timur. Fahmi tinggal bersama kedua
orang tuanya, Kakaknya Ismi dan adinya Rahmi.
“Tegalrandu, itulah nama kampungku. Tak jauh dari pusat Kota
Lumajang. Hanya dua puluh kilometer sebelah utara. Kau bisa
mencapainya dengan naik sepeda motor, naik bis mini, bahkan kalau
kau mau masih ada dokar yang bisa kau nikmati. Pemandangan
alamnya indah. Kalau kau memandang ke timur, kau akan menjumpai
indahnya Danau Ranu Klakah dengan latar belakang Gunung
Lamongan yang gagah. Di sebelah utara, kau bisa mendapati
persawahan yang hijau, atau menguning. Di sebelah barat, kau bisa
50
Ibid., hlm. 62. 51
Ibid., hlm. 13.
68
menikmati jajaran Bromo-Tengger-Semeru. Dan di bagian selatan,
kau bisa menjumpai tanah perkebunan”52
5) Pesantren Manahilul Hidayat
Pesantren Manahilul Hidayat merupakan pondok pesantren
paling besar yang diasuh oleh Kiai Arselan dan terletak di Kabupaten
Lumajang.
“Kesibukan luar biasa terjadi di Pesantren Manahilul Hidayat,
Yosowilangun, Lumajang. Sebagian besar santri telah bangun.
Sebagian telah berada di masjid sejak adzan pertama. Ada yang telah
siap shalat tapi masih di kamar. Ada yang masih di kamar mandi. Dan
masih ada yang nekad tidur di tempat-tempat persembunyian. Dan
pengurus mengejar para santri yang belum bangun itu”53
6) Vila di Istanbul
Vila dimana tempat Fahmi dan Subki menginap saat pertama
kali sampai di Istanbul, Turki. Vila itu merupakan hadiah pernikahan
yang ke sepuluh dari ayah Aysel untuk ibunya, dan atas nama ibu
Aysel. Jadi saat ibu Aysel wafat, vila itu menjadi milik Aysel.
“Salju tipis turun perlahan. Salju itu menambah tebal salju yang telah
menghampar memutihkan kota Istanbul. Dari jendela vila berlantai
tiga itu, Fahmi menyaksikan keindahan kota kekaisaran dan
kekhalifahan yang legendaris dalam balutan salju. Vila itu terletak di
pinggir jalan di kawasan perbukitan Camlica di Uskudar. Sehingga
tampaklah panorama Istanbul yang mempesona. Jendela itu
menghadap ke barat”54
52
Ibid., hlm. 25-26. 53
Ibid., hlm. 272. 54
Ibid., hlm. 73.
69
7) Kota Kayseri
Kota Kayseri merupakan tempat tinggal Hamza. Setelah dari
Vila Aysel di Istanbul, mereka pergi ke Kota Kayseri dimana ada
teman Hamza yakni Bilal yang merupakan Thullabun Nur juga. Dari
Kota Kayseri inilah Kisah Badiuzzaman Said Nursi dimulai.
“Kota Kayseri pagi itu cerah, matahari dhuha bersinar keperakan tapi
salju masih bertebaran dimana-mana. Udara masih terasa menggigit
dinginnya. Di dalam sebuah rumah batu berbentuk kotak khas Turki,
tampak empat pemuda itu duduk melingkar di atas karpet tebal di
ruang tamu. Mereka adalah Fahmi, Subki, Hamza, dan Bilal. Kedua
mata Fahmi berkaca-kaca. Ia sangat terharu mendengar sejarah
bagaimana kedua orang tua Said Nursi yang dipertemukan oleh Allah
dalam ikatan pernikahan dan cinta nan suci. Sementara di ruang
tengah bersebelahan dengan ruang tamu yang hanya disekat kain
tebal berornamen khas Turki, Aysel dan Emel ikut juga mendengarkan
cerita itu dengan seksama”55
8) Hotel Merit Sahraman
Hotel Merit Sahraman merupakan tempat Fahmi dan Nuzula
berbulan madu. Hotel Merit Sahraman berada di pinggir Danau Van,
di pinggiran Kota Van. Selain itu Kota Van merupakan kota dimana
ulama besar Badiuzzaman Said Nursi mempersiapkan pendirian
Medresetuz Zahra untuk pusat pendidikan generasi dan
penggemblengan peradaban.
“Fahmi memilih sebuah hotel yang berada tepat di Danau Van. Itu
adalah Hotel Merit Sahraman yang berdiri megah di pinggir Danau
55
Ibid., hlm. 143.
70
Van, di pinggiran Kota Van, dengan panorama alam Anatolia Timur
yang menakjubkan”56
b. Latar Waktu
Latar waktu ini berhubungan dengan kapan peristiwa itu terjadi.
Berikut kejadian yang menunjukkan latar waktu
1) Shubuh
“Selesai shalat shubuh berjamaah, aku muraja’ah dua juz. Lau
berolahraga, lari pagi. Setelah mendapatkan keringat, seperti biasa
aku melatih jurus-jurus pencak silat yang dulu pernah kupelajari di
pesantren agar tidak lupa”57
“Usai shalat shubuh berjamaah ketiganya berbincang di kamar
Fahmi. Hamza menyiapkan teh panas dan membawa sisa roti borek”58
“Tatkala shubuh menjelang, burung-burung riuh bercericit dan
berkicau di dahan-dahan pohon itu. Suara burung-burung itu
bersulam nada dengan suara tangis doa Said Nursi”59
2) Malam
“Malam itu, usai shalat Isya aku duduk di pinggir Danau Ranu Klakah
menikmati pemandangan malam. Bulan yang terang bundar di langit,
membayang indah di danau. Bulan itu seperti ada dua”60
“Aku pulang hampir jam sembilan malam. Dan ibu sudah membuat
rendang daging sapi, opor ayam, sambal hati, oseng-oseng kikil.
Semua sudah siap. Ibu juga sedang membuat kue nogosari dan puding
pisang”61
56
Ibid., hlm. 576. 57
Ibid., hlm. 43. 58
Ibid., hlm. 116. 59
Ibid., hlm. 479. 60
Ibid., hlm. 36. 61
Ibid., hlm. 46.
71
“Sementara itu, beberapa waktu setelah Fahmi tertidur pulas, Aysel
terbangun. Aysel menyalakan lampu ruang tamu. Juga lampu di
beranda vila. Perutnya terasa lapar sekali. Ia melihat jam tangannya.
Sudah jam setengah sembilan malam”62
3) Siang
“Siang itu, tubuh Fahmi menggigil. Bukan karena kedinginan. Justru
karena panas. Bilal dan Hamza memanggil dokter. Panas tubuh
Fahmi diatas empat puluh derajat celcius. Fahmi kejang lalu tak
sadarkan diri”63
4) Musim Salju
“Salju tipis turun perlahan. Salju itu menambah tebal salju yang telah
menghampar memutihkan kota Istanbul. Dari jendela vila berlantai
tiga itu, Fahmi menyaksikan keindahan kota kekaisaran dan
kekhalifahan yang legendaris dalam balutan salju”64
“Ibrahim Hoca dan Zubeyir melambaikan tangan, saat mobil van itu
bergerak meninggalkan halaman rumah itu. Dimana-mana hamparan
salju tempak memutih. Seorang wanita setengah baya tampak tertatih
di pinggir menenteng plastik berisi roti”65
C. Unsur Ekstrinsik Novel Api Tauhid
1. Biografi Habiburrahman El Shirazy
Penulis novel Api Tauhid ini bernama Habiburrahman El Shirazy dan
akrab disapa dengan panggilan Kang Abik. Ia lahir di Semarang, Jawa
Tengah, pada hari Kamis, 30 September 1976. Ketika lahir Kang Abik diberi
nama Muhammad Habibulwahid yang memiliki arti orang terpuji yang
62
Ibid., hlm. 109. 63
Ibid., hlm. 557. 64
Ibid., hlm. 73. 65
Ibid., hlm. 187.
72
menjadi kekasih Dia Yang Esa, dengan nama itu orang tuanya berharap
kelak Kang Abik bisa menjadi kekasih Allah Yang Maha Esa.66
Namun
karena Bapak Kang Abik pernah bernazar saat masa aliyah, maka nama
Kang Abik diganti menjadi Habiburrahman, dengan nama itu orang tuanya
berharap agar kelak Kang Abik bisa meniru Nabiyullah Muhammad
shallallahu’alaihiwassalam sehingga bisa menjadi kekasih Allah seperti
Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwassalam.67
Dan nama Shirazy diambil
dari nama seorang ulama besar dari Kota Shiraz, yaitu Abu Ishaq Ash
Shirazy yang menulis kitab Al Muhadzdzab (kitab fiqih madzhab Imam
Syafi’i).68
Kang Abik mulai tertarik di dunia tulis sejak Madrasah Aliyah, karena
menurutnya dengan menulis bisa memperjuangkan nilai-nilai Islam yang
universal. Selain itu saat di Cairo para ulamanya begitu intens memberikan
keteladanan berkarya untuk memperjuangkan nilai-nilai Islami yang
rahmatan lil ‘alamin.69
Saat awal tiba di Cairo, Kang Abik pernah belajar menulis pada Dr.
Daud Rasyid. Dalam melukiskan suasana hati dan memilih bahasa yang
indah, secara tidak langsung Kang Abik belajar melalui karya-karya Dr.
Muhammad Said Ramadhan Al Bouthi, terutama novel Mamo Zein dan
66
Anif Sirsaeba El Shirazy, Fenomena Ayat-Ayat Cinta, cet. 2, (Jakarta: Republika, 2007), hlm.
50-51. 67
Ibid., hlm. 56. 68
Ibid., hlm. 312. 69
Ibid., 313.
73
Fiqhus Sirah. Dalam memilih kalimat yang sederhana, lugas, dan mudah
dipahami, ia belajar melalui karya-karya Dr. Yusuf Al Qardhawi diantaranya
ash-Shahwah al-Islamiyyah Bainal Jumud Wat Tatharruf dan Al-‘Alim wath
Thahiyyah. Dan belajar dari Pak Ahmadun Yosi Herfanda cara menuliskan
misi dengan tidak menggurui.70
Menurut Kang Abik, tindakan yang paling tepat adalah beramal,
berbuat sesuatu dengan karya bermutu yang pantas untuk dilihat dan
dinimati oleh siapapun sepanjang sejarah. Umat Islam harus mampu
menunjukkannya, menunjukkan dengan apapun kemampuannya. Jika bisa
menulis, maka menulislah demi Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman. Jika bisa berderma, maka berdermalah demi Allah, rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman. Jangan menyia-nyiakan yang kecil, bisa jadi
yang kecil akan menjadi besar dengan niat baik. Dan jangan terlalu
membanggakan yang besar, bisa jadi yang besar itu menjadi kerdil karena
niat yang buruk.71
2. Kondisi Lingkungan Sosial Budaya
Habiburrahman El Shirazy dan kelima saudaranya hidup dalam
keluarga dengan tradisi santri yang ketat. Ayahnya bernama Saerozi Noor
akrab dipanggil K.H. Saerozi Noor, karena ayahnya dikenal sebagai seorang
mubaligh. Ayahnya tamatan Madrasah Aliyah dan sejak kecil beliau menjadi
70
Ibid., hlm. 319. 71
Ibid.,hlm. 225.
74
santri di Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, langsung di bawah
asuhan mendiang Hadratus Syekh K.H. Muslih bin Abdurrahman bin
Qasidhil Haq Al-Maraqy. Syekh Muslih bin Abdurrahman merupakan ulama
paling kharismatik dan paling disegani di Jawa Tengah pada saat itu karena
kedalaman ilmu agama dan ketawadhuannya. Selain itu Syekh Muslih bin
Abdurrahman merupakan murid dan sahabat dekat Al Alamah Syekh
Muhammad Yasin Al Fadany, seorang ulama kharismatik dari Padang yang
sudah menetap dan menjadi ulama di Makkah dengan gelar Musniduddunya
‘alal ithlaq (Sang Pemilik Sanad di Dunia dengan mutlak).72
Ibu Kang Abik bernama Hj. Siti Rodhiyah, menempuh pendidikan
hingga tamat Madrasah Tsanawiyah dan ikut program menjadi santri khusus
pada bulan Ramadhan seperti di beberapa pesantren di Kaliwungu Kendal
dan di Pesantren Al-Muayyad, Mangkuyudan, Solo.73
Selain itu Kang Abik juga dibesarkan dilingkungan yang memegang
tradisi budaya Jawa, seperti tradisi selamatan ulang tahun. Tradisi ini
dilakukan dengan membuat bubur merah atau makanan lengkap dengan
lauk-pauk yang diletakkan di atas tampah (wadah seperti nampan besar yang
terbuat dari bambu) yang telah dialasi dengan daun pisang dan di bawah
daun pisang diletakkan uang recehan yang banyak. Namun tidak lupa
72
Ibid., hlm. 47. 73
Ibid., hlm. 50.
75
disisipkan nilai Islam seperti Ibu Kang Abik tidak lupa untuk membaca
basmalah bersama sebelum makan.74
3. Kondisi Lingkungan Pendidikan
Sejak kecil Bapak dan Umi Kang Abik mewajibkan anak-anaknya
belajar agama, hal ini tidak bisa ditawar dan dibantah. Menurut Bapak Kang
Abik, anak yang tahu agama itu lebih gampang diatur, lebih bisa berbakti
pada orangtua, lebih bisa mikul duwur mendem jero, dan lebih bisa menjaga
dirinya. Selain itu menurutnya sejelek-jeleknya orang yang tahu agama,
besok ia akan tetap dipakai orang lain. Ia tak mungkin tidak digunakan di
masyarakat. Paling tidak ya diminta memimpin doa dan mengajar ngaji.75
Selain itu Ibu Kang Abik juga mendidik anak-anaknya dengan nilai
islam diantaranya saat masih kecil Ibunya selalu menceritakan cerita-cerita
pembangun moral dan penguat tauhid sebagai pengantar tidur. Dari lisan
Ibunya, Kang Abik dan kelima saudaranya pertama kali mendengar kisah-
kisah para nabi dan cerita-cerita Islam klasik seperti kisah mukjizat Nabi
Muhammad membelah bulan, kisah mukjizat Nabi Musa membelah lautan,
kisah Masyitah, kisah masuk Islamnya orang Majusi, Qishatul Anbiya,
Khulashah Nuruul Yaqiin, Nasaaihul ‘Ibaad, Durratun Naasihiin,
Mau’idhatul Mu’miniin, dan lain sebagainya.76
74
Ibid., hlm. 74. 75
Ibid., hlm. 109-110. 76
Ibid., hlm. 76-77.
76
Setelah Kang Abik lulus dari SD sebagai salah satu murid terbaik se-
Semarang, ia tidak dimasukkan ke SMP Negeri meski banyak SMP Negeri
favorit yang meminta agar Kang Abik dimasukkan ke sekolah mereka.
Bahkan kelima saudaranya pun nyantri dulu sebelum masuk ke Perguruan
Tinggi.77
Kang Abik mulai belajar di pondok pesantren selepas SD, Kang
Abik melanjutkan pendidikan di MTs Futuhiyah I Mranggen sambil belajar
di kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak. Kang
Abik sering mendapatkan peringkat atas di kelasnya, maka selepas MTs ia
melanjutkan ke Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Solo pada tahun
1992. Saat MAPK di MAPK ini Kang Abik tinggal di asrama yang
disediakan sekolah dan sejak di asrama Kang Abik mulai belajar berbahasa
Arab hingga fasih.78
Setelah menyelesaikan pendidikannya di MAPK tahun 1995, Kang
Abik berangkat ke Cairo, Mesir bersama beberapa temannya dari MAPK
untuk melanjutkan pendidikannya. Kang Abik diterima di Fakultas
Ushuluddin, jurusan Hadis di Universitas Al Azhar.79
Setelah itu Kang Abik
melanjutkan pendidikan Postgraduate Diploma (Pg.D) S.2. di Institute for
Islamic Studies Cairo, Mesir yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri. Di
program pascasarjana Kang Abik tak sempat menulis tesis karena situasi
yang sulit. Namun ia telah menyelesaikan semua ujian materi kuliah dan
77
Ibid., hlm. 110-111. 78
Ibid., hlm. 332. 79
Ibid.
77
memperoleh predikat Jayyid Jiddan, berdasarkan catatan pihak institute
Kang Abik merupakan mahasiswa Indonesia yang pertama kali memperoleh
predikat itu. Dengan predikat itu Kang Abik memperoleh gelar Pg.D
(Postgraduate Diploma) bukan M.A (Master of Art).80
4. Karya-Karya Dan Penghargaan Habiburrahman El Shirazy
Selama di Kairo, Kang Abik telah menghasilkan beberapa naskah
drama dan menyutradarainya, diantaranya:81
a. Wa Islama pada tahun 1999
b. Sang Kiai dan Sang Durjana gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi
yang berjudul ‘Alim Wa Thagniyyah pada tahun 2000
c. Darah Syuhada pada tahun 2000
d. Tulisan yang berjudul Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku
Wacana Islam Universal diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI
Kairo pada tahun 1998
Beberapa karya terjemahan yang telah Kang Abik hasilkan,
diantaranya:82
a. Ar-Rasul diterbitkan Gema Insani Press pada tahun 2001
b. Biografi Umar bin Abdul Aziz diterbitkan Gema Insani Press pada
tahun 2002
c. Menyucikan Jiwa diterbitkan Gema Insani Press pada tahun 2005
80
Ibid., hlm. 165. 81
Shirazy, Op. Cit., 2014, hlm. 585. 82
Ibid.
78
d. Rihlah Ilahiyah diterbikan Era Intermedia pada tahun 2014, dan lain-
lain
Beberapa karya Kang Abik dalam bentuk cerpen dimuat dalam
antologi, diantaranya:83
a. Ketika Duka Tersenyum diterbitkan FBA Press pada tahun 2001
b. Bayi-Bayi Tertawa diterbitkan Annida pada tahun 2001
c. Seratus Peluru untuk Amru diterbitkan Annida pada tahun 2001
d. Merah di Jenin diterbitkan FBA Press pada tahun 2002
e. Ketika Cinta Menemukanmu diterbitkan Gema Insani Press pada tahun
2004, dan lain-lain
Beberapa karya populer yang telah terbit, diantaranya:84
a. Ketika Cinta Berbuah Surga diterbitkan MQS Publishing pada tahun
2005
b. Pudarnya Pesona Cleopatra diterbitkan Republika pada tahun 2005
c. Ayat-Ayat Cinta diterbitkan Republika-Basmala pada tahun 2004 dan
telah difilmkan pada tahun 2008
d. Ayat-Ayat Cinta 2 diterbitkan Republika pada tahun 2015 dan telah
difilmkan pada tahun 2017
e. Di Atas Sajadah Cinta diterbitkan Republik-Basmala pada tahun 2006
telah disinetronkan di Trans TV pada tahun 2006
83
Ibid. 84
Ibid., hlm. 585-86.
79
f. Ketika Cinta Bertasbih diterbitkan Republika-Basmala pada tahun 2007
dan telah difilmkan pada tahun 2009
g. Ketika Cinta Bertasbih 2 diterbitkan Republika-Basmala pada tahun
2007 dan telah difilmkan pada tahun 2009
h. Dalam Mihrab Cinta diterbitkan Republika-Basmala pada tahun 2007
i. Bumi Cinta diterbitkan pada Author Publishing tahun 2010
j. The Romance diterbitkan Ihwah pada tahun 2010
k. Bidadari Bermata Bening diterbitkan Republika pada tahun 2017
l. Cinta Suci Zahrana diterbitkan Ikhwah Publishing House pada tahun
2011 dan difilmkan pada tahun 2012
Dengan karya-karya yang fenomenal Kang Abik diganjar banyak
penghargaan bergengsi, diantaranya:85
a. Meraih Juara II lomba menulis artikel se-MAN 1 Surakarta pada tahun
1994
b. Menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-
Jawa Tengah yang diadakan oleh panitia Book Fair dan ICMI Orwil
Jawa Tengah di Semarang pada tahun 1994
c. Menjadi pemenang I dalam lomba pidato tingkat remaja se-eks
Karesidenan Surakarta yang diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda,
UNS pada tahun 1994
85
Ibid., hlm. 570-573.
80
d. Menjadi pemenang I dalam lomba pidato Bahasa Arab se-Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta yang diadakan oleh UMS Surakarta pada tahun 1994
e. Meraih Juara I lomba baca puisi Arab Tingkat Nasional yang diadakan
oleh IMABA UGM Yogyakarta pada tahun 1994
f. Menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-
Jawa Tengah yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jawa Tengah pada
tahun 1995 dengan judul tulisan Analisis Dampak Film Laga Terhadap
Kepribadian Remaja
g. Peraih Pena Award pada tahun 2005 sebagai Novel Terpuji Nasional
dari Forum Lingkar Pena
h. Peraih The Most Favorite Book pada tahun 2005 versi Majalah
Muslimah
i. Peraih IBF Award pada tahun 2006 sebagai Buku Fiksi Dewasa Terbaik
Nasional
j. Ditahbiskan oleh Republika Award sebagai Tokoh Perubahan Indonesia
pada tahun 2007
k. Peraih Adab Award pada tahun 2008 dalam bidang novel Islami
diberikan oleh Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
l. Peraih UNDIP Award pada tahun 2008 sebagai Novelis No. 1 Indonesia
yang diberikan oleh Insani UNDIP
81
m. Peraih Penghargaan Sastra Indonesia pada tahun 2008 sebagai sastrawan
kreatif yang mampu menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh
Pusat Bahasa dalam Sidang Majelis Sastra Asia Tenggara
n. Peraih Paramadina Award pada tahun 2009 for Oustanding Contribution
to the Advanchement of Literatures and Arts in Indonesia
o. Peraih Anugerah Tokoh Persuratan Dan Kesenian Islam Nusantara pada
tahun 2012 yang diberikan oleh Ketua Menteri Sabah, Malaysia
p. Peraih UNDIP Award pada tahun 2013 dari Rektor UNDIP dalam
bidang Seni dan Budaya
5. Karier Habibiburrahman El Shirazy
Kang Abik memiliki perjalanan karier yang cukup panjang,
diantaranya:86
a. Pernah mengudara di Radio JPI Surakarta selama satu tahun yakni pada
tahun 1994-1995
b. Memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudens
dan Kajian Pengetahuan Islam) di Kairo pada tahun 1996-1997
c. Menjadi duta Indonesia untuk mengikuti Perkemahan Pemuda Islam
Internasional Kedua yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly
of Moslem Youth) selama sepuluh hari di Kota Ismailia, Mesir pada
bulan Juli tahun 1996. Dalam perkemahan itu, Kang Abik
berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam
86
Ibid., hlm. 582-584.
82
Fil ‘Alam Bil Islam (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia
dengan Islam).
d. Aktif di Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Kairo pada tahun
1998-2000
e. Koordinator Islam ICMI Orsat Kairo selama dua periode yakni pada
tahun 1998-2000 dan 2000-2002
f. Dipercaya untuk duduk dalam Dewan Asatidz Pesantren Virtual
Nahdhatul Ulama yang berpusat di Kairo
g. Memprakarsai berdirinya FLP (Forum Lingkar Pena) dan KSI
(Komunitas Sastra Indonesia) di Kairo
h. Ikut mentashih Kamus Populer Bahasa Arab-Indonesia yang disusun
oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh DIVA Pustaka, Jakarta pada
bulan Juni tahun 2013
i. Kontributor penyusunan Ensiklopedia Intelektualisme Pesantren: Potret
Tokoh dan Pemikirannya, terdiri atas tiga jilid diterbitkan oleh DIVA
Pustaka, Jakarta pada tahun 2003
j. Mendedikasikan ilmunya di MAN 1 Yogyakarta antara tahun 2003-
2004
k. Menjadi dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar
Ash Shiddip UMS Surakarta pada tahun 2004 hingga 2006
83
l. Menjadi pembicara di University Petronas Malaysia, di Masjid Camii
Tokyo dalam Syiar Islam Golden Week pada tahun 2010, di Grand
Auditorium Griffith University Brisbane, Australia
m. Menjadi pembicara dalam Seminar Asia-Pacific di University of New
South Wales at ADFA, Camberra
n. Menjadi pembicara di Amerika Serikat dan Kanada dan mengisi
pengajian di New York, Washington DC, Boston, Pittsburgh,
Bloomington, St. Louis, Urbana-Illions, Atlanta, New Orleans, Houston,
San Francisco, Las Vegas, Los Angeles, dan Toronto.