Upload
voninurti-septiani
View
24
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
3
BAB II
BAHAN BAKU, BAHAN PENUNJANG, DAN HASIL
PRODUKSI
Bahan baku utama pembuatan semen adalah batu kapur dan sandyclay.
Bahan pendukung meliputi gypsum, bahan additive, serta CGA (Cement Grinding
Aid) dan SIA (Strength Improvement Agent) untuk menghasilkan produk semen
sedangkan bahan korektif ditambahkan bila ada kekurangan dari bahan baku
utama maupun bahan pendukung berupa pasir silika dan pasir besi. Semen yang
dihasilkan di PT Indocement menghasilkan lima macam produk semen,
diantaranya Portland Cement, Portland Composite Cement, White Cement, Oil
Well Cement, dan White Mortar TR30.
2.1 Bahan Baku Utama
2.1.1 Batu Kapur
Batur kapur (limestone) merupakan bahan baku utama dalam
pembuatan semen. Rumus kimia batu kapur adalah CaCO3 yang merupakan
batuan sedimen dari mineral calcite (kalsium karbonat). Kebutuhan batu kapur
sebanyak 60.000 ton per hari. Batu kapur yang dibutuhkan diperoleh dari hasil
penambangan di daerah Quarry A hingga Quarry E. Tetapi untuk memenuhi
kebutuhan batu kapur, proses penambangan dilakukan di daerah Quarry D.
Penambangan di daerah Quarry A dilakukan ketika adanya kondisi darurat
(emergency). Pada saat ini, proses penambangan batu kapur akan diperluas
hingga ke Quarry E. Penambangan batu kapur dilakukan selama 24 jam.
Proses penambangan batu kapur menggunakan dynamite yang diberi tambahan
ANFO. Kebutuhan limestone di plant 7 sebesar 1,94 juta ton/tahun sedangkan
di plant 8 sebesar 2,1 juta ton/tahun.
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 4 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Berikut ini adalah spesifikasi batu kapur (limestone) :
Tabel 2.1 Spesifikasi Batu Kapur
Spesifikasi Nilai
Berat Molekul
Fase
Warna
Specific gravity
Densitas
Kadar air
LSF
Silica Modulus
Iron Modulus
Komposisi
CaO
SiO2
Al2O3
MgO
SO3
Fe2O3
Impuritas
100 g/mol
Padat
Putih kekuningan
2,4
1,3 ton/m3
6,24% H2O
96,21
1,02
3,82
49,13%
2,41%
1,87%
3,34%
0,69%
0,49%
6,60%
Sumber : Process Control Monitoring Department, 2014
Gambar 2.1. Limestone Storage
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, September 2014)
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 5 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.1.2 Sandyclay
Sandyclay merupakan material tanah yang terdiri dari 35% atau lebih
clay dan 45% atau lebih sand. Sandyclay termasuk ke dalam kelompok
siliceous argillaceous. Kebutuhan sandyclay sebanyak 6000 ton per hari yang
didapatkan di daerah perbukitan Hambalang. Kebutuhan sandyclay di plant 7
adalah 269,484.43 ton/tahun sedangkan kebutuhan sandyclay di plant 8 adalah
291,496.39 ton/tahun. Berikut ini merupakan spesifikasi sandyclay:
Tabel 2.2. Spesifikasi Sandyclay
Spesifikasi Nilai
Berat Molekul
Fase
Warna
Specific gravity
Densitas
Kadar air
Ukuran material
Silica Modulus
Iron Modulus
Komposisi
CaO
SiO2
Al2O3
MgO
SO3
Fe2O3
Impuritas
Al
101,94 g/mol
Padat
Coklat kekuningan
2,36
1,4 ton/m3
12,9% H2O
0-30 mm
3,18
3.17
1,70%
63,31%
16,00%
1,54%
0,29%
5,05%
9,03%
3,93%
Sumber : Process Control Monitoring Department, 2014
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 6 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.2 Bahan Korektif
Bahan ini digunakan jika terjadi kekurangan salah satu komponen pada
pencampuran bahan baku. Bahan yang digunakan biasanya berupa mineral-
mineral yang mempunyai kandungan salah satu unsur semen. Bahan korektif yang
digunakan memiliki kandungan tinggi seperti pasir silika yang berfungsi untuk
koreksi kekurangan SiO2 dan Pyrite Cinder atau pasir besi yang berfungsi untuk
koreksi kekurangan Fe2O3.
2.2.1 Pasir Silika
Pasir silika atau silica sand merupakan sumber SiO2 yang diperlukan
untuk pembentukan senyawa-senyawa semen seperti C2S, C3S,dan C3A pada
reaksi pembakaran di dalam kiln. Kebutuhan pasir silika disesuaikan dengan
kandungan SiO2 di dalam bahan baku semen. Berikut ini merupakan spesifikasi
pasir silika :
Tabel 2.3. Spesifikasi Pasir Silika
Spesifikasi Nilai
Bulk density
Fasa
Warna
Specific gravity
Kadar air
1,45 ton/m3
Padat
Abu-abu
2,37
10-25% H2O
Gambar 2.2 Sandyclay Storage
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, September 2014)
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 7 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
(sambungan)
Sumber : DIII-Teknik Kimia FTI-ITS, 2014
2.2.2 Pyrite Cinder (Pasir Besi)
Pyrite cinder memiliki kandungan Fe2O3 yang cukup tinggi, berfungsi
untuk meningkatkan kandungan oksida besi yang ada sehingga diperoleh
komposisi sesuai dengan yang diinginkan. Kebutuhan pyrite cinder sebanyak
90.000 ton per hari, diperoleh dari PT Aneka Tambang, Cilacap. Kebutuhan
pyrite cinder untuk plant 7 sebesar 16,605.04 ton/tahun sedangkan pada plant 8
kebutuhannya sebesar 24.670,852 ton/tahun. Berikut ini adalah spesifikasi dari
pyrite cinder :
Spesifikasi Nilai
Komposisi
SiO2
Al2O3
MgCO3
Fe2O3
H2O
CaCO3
90-95%
2-4%
1,27%
6,07%
12,21%
1,90%
Gambar 2.3 Silica Sand Storage
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, September 2014)
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 8 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.4. Spesifikasi Pyrite Cinder
Spesifikasi Nilai
Fase
Warna
Specific gravity
Densitas
Ukuran material
Silica Modulus
Iron Modulus
Komposisi
H2O
Fe2O3
SiO2
Al2O3
CaO
MgO
TiO2
SO3
K2O
N2O
Mn2O3
Padat
Hitam
4,3
1,8 ton/m3
0-10 mm
0,12
0,11
14,98%
65,12%
9,03%
7,33%
0,56%
1,25%
0,09%
0,06%
0,06%
0,01%
1,52%
Sumber : Process Control Monitoring Department, 2014
Gambar 2.4 Pyrite Cinder Storage
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, September 2014)
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 9 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.3 Bahan Pendukung
2.3.1 Additive
Bahan additive adalah bahan yang ditambahkan untuk mendapatkan
sifat-sifat yang diinginkan. Additive yang digunakan adalah limestone dan
trass namun saat ini telah digantikan oleh copper slag. Limestone yang
digunakan sebagai bahan additive ini tidak jauh berbeda dengan limestone
yang digunakan sebagai bahan mentah pada proses di raw mill.
2.3.1.1 Limestone Additive
Limestone additive adalah bahan yang memiliki kandungan
CaO yang tinggi untuk menyuplai CaO bebas atau CaO free lime agar
semen yang dihasilkan memenuhi standar. Limestone additive ini
diperoleh dari hasil penambangan batu kapur di daerah Quarry D dan
Hambalang. Kebutuhan limestone additive di plant 7 sebesar
101,270.203 ton/tahun sedangkan pada plant 8A sebesar 69,480.851
ton/tahun dan pada plant 8B sebesar 53,641.559 ton/tahun. Berikut ini
adalah spesifikasi dari limestone additive:
a) Fase : Padat
b) Calsium oxide (CaO) : 49 % min.
c) Magnesium oxide (MgO) : 4.5 % max.
d) Silicone dioxide (SiO) : 2.5 % max.
Sumber : Process Control Monitoring Department,2014
Gambar 2.5 Limestone Additive Storage
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, September 2014)
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 10 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.3.1.2 Copper Slag
Copper slag (Fe.SiO3) adalah limbah industri peleburan
tembaga yang berbentuk butiran runcing (tajam) dan sebagian besar
mengandung oksida besi (FeO) dan silikat (SiO2) serta memiliki sifat
kimia yang stabil dan sifat fisiknya hampir sama dengan pasir alami.
Copper slag berperan untuk mengurangi energi dalam proses
pembuatan semen dan mengurangi polusi yang disebabkan oleh proses
produksi semen. Copper slag ini diperoleh dari PT. Krakatau Posco.
Penggunaan copper slag ini disesuaikan dengan kebutuhan pabrik
sehingga dapat diganti oleh trass. Berikut ini merupakan spesifikasi
dari copper slag:
Tabel 2.5. Spesifikasi Copper Slag
Spesifikasi Nilai
Fase
Warna
Hardness
Specific gravity
Electric conductivity
Chloride content
Granule shape
Particle size
solubility
Komposisi
Fe2O3
CaO
SiO2
MgO
Al2O3
Cu
TiO2
Potassium Oxide
Padat
Hitam
7 (Mohs Scale)
3.83
4,8 mS/m
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 11 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.3.2 Gypsum
Gypsum berfungsi sebagai retarder yaitu bahan yang untuk
memperlambat waktu pengerasan atau setting time semen. Gypsum diperoleh
dari PT Petrokimia Gresik. Kebutuhan gypsum sebanyak 120.000 ton per hari.
Pada plant 7, kebutuhan gypsum sebesar 27,585.704 ton/tahun sedangkan pada
plant 8A, gypsum yang dibutuhkan sebesar 37,408.851 ton/tahun dan untuk
plant 8B sebesar 33,450.638 ton/tahun. Berikut ini merupakan spesifikasi dari
gypsum :
Tabel 2.6. Spesifikasi Gypsum
Spesifikasi Nilai
Berat Molekul
Fase
Warna
Specific gravity
Densitas
Komposisi
H2O
Al2O3
Fe2O3
CaO
SiO2
MgO
SO3
Impuritas
172.17 g/mol
Padat
Putih keabuan
2,8
1,4 ton/m3
20,8%
0,21%
0,63%
32,19%
0,08%
0,00%
45,76%
0,83%
Sumber : Process Control Monitoring Department,2014
Gambar 2.6 Copper Slag
(Sumber : http://www.gritex-abrasives.com/product.html, 2014 )
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 12 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.3.3 CGA (Cement Grinding Aid) dan SIA (Strength Improvement Agent)
CGA atau Cement Grinding Aid adalah senyawa kimia yang
ditambahkan ke dalam klinker pada cement grinding. Senyawa kimia yang
biasanya digunakan sebagai CGA adalah senyawa-senyawa fenol, glikol, dan
amine. Penambahan CGA berfungsi untuk menghilangkan ball coating dan
mendispersikan material sehingga penggunaan steel ball dalam proses finish
mill akan lebih optimal. Jenis CGA yang digunakan di plant 7-8 adalah penta
30, penta 212, propicol GX, dan propicol G (regular). Selain penambahan
CGA, untuk produk semen tipe PCC, ditambahkan pula SIA yang berfungsi
untuk meningkatkan kekuatan semen, karena penggunaan klinker yang lebih
sedikit dibandingkan semen tipe OPC. Dosis CGA dan SIA disesuaikan
dengan jumlah feeding.
2.3.4 Alternatif Material
Alternatif material yang digunakan seperti bottom ash, WWT (waste
water treatment), fly ash, iron concentrate, HWSM, contaminated soil,
grinding sludge, dan paper sludge. Alternatif material yang digunakan di plant
8 adalah fly ash karena mengandung SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Untuk
menunjang kebutuhan proses produksi maka fly ash dicampurkan ke dalam
sandyclay. Kebutuhan fly ash ini hanya 0,57% dari total feeding yang masuk
ke raw mill.
Gambar 2.7 Gypsum Storage
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, September 2014)
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 13 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.4 Produk yang Dihasilkan
2.4.1 Semen Portland (Portland Cement)
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan clinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis bersama bahan tambahan (gypsum). Berikut ini adalah komposisi limit
portland cement :
Tabel 2.7. Komposisi Limit Portland Cement
Oksida Komposisi %berat
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
Na2O+K2O
SO3
60-67
17-25
3-8
0,5-0,6
0,1-5,5
0,5-1,3
1-3
Sumber : Diktat Kurs ESL IV Pabrik I, 2014
Kandungan senyawa semen Portland adalah C3S (55-65%), C2S (10-
25%), C3A(7-12%), dan C4AF (5-12%). Semen Portland yang diproduksi oleh
PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk memiliki beberapa tipe yaitu:
a. Ordinary Portland Cement (Tipe I)
Semen jenis ini dipakai untuk semua macam konstruksi apabila tidak
diperlukan sifatsifat khusus seperti ketahanan terhadap sulfat, panas hidrasi
dan kekuatan awal yang tinggi. Semen ini cocok dipakai pada tanah dan air
yang mengandung sulfat antara 0-0,1%. Ordinary Portland Cement
mengandung C3S 56,54%, C2S 16,84%, C3A 8,18%, dan C4AF 9,64%.
Kegunaan semen tipe ini untuk gedung, jembatan, jalan raya, dan rumah
pemukiman. Berdasarkan standar ASTM C 150-95a komposisi dari semen
Portland adalah :
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 14 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.8. Komposisi Semen Portland Tipe I
Deskripsi Standard Requirement
Komposisi Kimia
MgO
SO3 ketika C3A
8%
Total alkali
Loss on ignition
Insoluble residu
Chlor
Sifat Fisika
Fineness durability
Compressive strength dalam
28 hari
Time of setting
Inisial
Final Set
Soundness expension
Maks. 6%
Maks. 3%
Maks. 3,5%
0,6%
3%
3%
-
Min 280 m2/kg
Maks. 0,8%
Min 285,6 kg/cm2
Min 45 menit
Maks 375 menit
- Sumber : Diktat Kurs ESL IV Pabrik I, 2014
b. Moderate Sulfate Resistance Cement (Tipe II)
Semen jenis ini banyak mengandung C2S dan sedikit mengandung
C3A. Semen ini digunakan untuk konstruksi dengan syarat ketahanan
terhadap sulfat pada tingkat sedang yaitu dengan kandungan sulfat pada air
tanah atau tanah 0,08 %-0,17 % dan mengandung 125 ppm SO3 serta pH
tidak kurang dari 6. Selain itu juga memiliki ketahanan terhadap panas
hidrasi sedang (lokasi dengan suhu tinggi). Jenis ini umumnya digunakan
untuk pembuatan jalan, bendungan, pelabuhan, bangunan di tanah berawa,
bergambut, dan tepi pantai. Berdasarkan standar ASTM C 150-95 a
komposisi dari semen Portland adalah :
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 15 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.9. Komposisi Semen Portland Tipe II
Deskripsi Standard requirement
Komposisi Kimia
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
SO3
Loss on ignition
Isoluble residue
C3A
Total Alkaly
Chlor
Sifat Fisika
Fineness
Durability
Compressive strength
28 hari
Time of setting
Final
Inisial
Soundness expension
Heat of hydration
Min 20%
Maks 6%
Maks 6%
-
Maks 6%
Maks 3%
Maks 3%
Maks 0,75%
Maks 8%
Maks 0,6%
-
Min 280 m2/kg
Maks 0,8%
Min 285,6 kg/cm2
Maks 375 menit
Min 45 menit
-
Maks 70 kal/gram
Sumber : Diktat Kurs ESL IV Pabrik I, 2014
c. High Sulfate Resistance Cement (Tipe V)
Semen ini mempunyai ketahanan terhadap sulfat yang tinggi dan
memiliki panas hidrasi yang rendah. Semen ini memiliki kuat tekan awal
pada 28 hari yang lebih rendah dari OPC. Semen ini dipakai untuk semua
jenis konstruksi, apabila kadar sulfat pada air tanah atau tanah masing-
masing 0,17%-1,67% dan SO3 125-1250 ppm. Sulfat Resistance Portland
cement mempunyai kandungan C3A 5%, C3S 59,42%, C2S 16,87%, dan
C4AF 12,7%. Semen ini banyak digunakan untuk konstruksi pada saluran
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 16 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
air buangan atau konstruksi dibawah tanah seperti terowongan, selokan
dan bangunan tepi laut. Kapasitas produksi untuk produk semen ini
sebesar 5,5 juta ton/tahun. Menurut Walter H.Duda, 1985 komposisi limit
semen Portland tipe V sebagai berikut :
Tabel 2.10. Komposisi Limit Semen Portland V
Oksida Komposisi (%berat)
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
SO3
60-67
17-25
3-8
0,5-6
6
2,3
Sumber : Walter H.Duda, 1985
Contoh gambar portland cement yang bisa dilihat pada Gambar 2.6 di
bawah ini:
Gambar 2.8 Ordinary Portland Cement (OPC)
(Sumber: Wicaksana, 2013 )
2.4.2 Oil Well Cement (OWC)
OWC adalah semen Portland yang dicampur dengan bahan retarder
khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hydroxide acid.
Fungsi retarder untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen sehingga
luluhan semen dapat dipompakan ke dasar sumur minyak atau gas. Semen ini
khusus dipakai untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam dengan
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 17 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
konstruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan bumi. OWC yang
diproduksi adalah class G-HSE yang disebut juga sebagai basic OWC karena
dengan menambahkan additive dapat digunakan untuk berbagai tingkat
kedalaman dan temperatur.
Kegunaan semen OWC adalah untuk melindungi ruangan antara oil
well casing dengan karang atau tanah, menyangga oil casing sehingga
mengurangi tegangan dalam pipa baja, melindungi oil well casing dari
penyerangan air yang korosif dan penyumbat aliran air yang masuk ke dalam
sumur minyak. Semen sumur minyak mempunyai kandungan C3S 48-65%,
C3A 3%, dan C4AF+2C3A 24%. Semen ini diproduksi sebanyak 2,8 juta ton
per tahunnya, untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Berikut ini
adalah komposisi dari Oil Well Cement berdasarkan Standar API Spec 10 A :
Tabel 2.11. Komposisi Oil Well Cement
Deskripsi Standard Requirement
Komposisi Kimia
MgO
SO3
Loss on ignition
Insoluble residue
Total Alkaly
Tri calcium silikat
Tri calcium aluminat
Twice tri calcium aluminat
Sifat Fisika
Fineness
Durability
Compressive strength (100oF)
Compressive strength
(140oF)
Thickening time
Maks 6%
Maks 3%
Maks 3%
Maks 0,75%
Maks 0,75%
Min 48% Maks 65%
Maks 3%
Maks 24%
Maks 5,9%
-
Min 300 psi
Min 1500 psl
Min 90 menit maks 120 menit
Sumber : Diktat Kurs ESL IV Pabrik, 2014
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 18 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar 2.7 di bawah ini merupakan contoh semen OWC:
Gambar 2.9 Oil Well Cement (OWC)
(Sumber: Wicaksana, 2013 )
2.4.3 White Cement (WC)
Bahan baku pembuatan semen ini mengandung Fe2O3 dan MgO yang
sangat rendah kurang dari 1%, serta batu kapur yang telah mengalami proses
pencucian terlebih dahulu sehingga kadarnya tidak mencapai 0,3%. Hal paling
utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan semen putih adalah
pencegahan terhadap masuknya komponen Fe2O3. Hal ini karena pembakaran
Fe menyebabkan warna gelap sehingga merusak warna semen putih.
Kandungan semen putih adalah C3A 11,47%, C3S 56,41%, dan C2S 21,88%.
Semen jenis ini banyak digunakan untuk benda-benda estetika baik interior
maupun eksterior. Semen putih dipergunakan untuk luluhan traso, bangunan
arsitektur dan dekorasi. Kapasitas produksi pada semen ini sebanyak 3,7 juta
ton per tahun. Menurut Rudi Pringadi, 1995, komposisi limit semen putih
sebagai berikut :
Oksida Komposisi (%)
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
65,8
24,2
4,2
0,39
Tabel 2.12. Komposisi Limit Semen Putih
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 19 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
(sambungan)
Oksida Komposisi (%)
MgO
Mn2O3
1,1
0,02
Sumber : Rudi Pringadi, 1995
Gambar 2.8 di bawah ini merupakan contoh semen WC:
Gambar 2.10 White Cement (WC)
(Sumber: Wicaksana, 2013 )
2.4.4 Portland Composite Cement (PCC)
Portland Composite Cement (PCC) adalah semen hidrolik yang
digunakan sebagai adukan konstruksi mansonry. Semen jenis ini mengandung
satu atau lebih bahan-bahan seperti portland cement, portland blast furnace
slag cement, dan semen alam atau kapur hidrolis. Bahan campuran semen ini
mengandung 40-85% portland cement. Sifat dari semen PCC adalah memiliki
penyerapan air yang baik, daya plastisitas yang tinggi, dan kuat tekan rendah.
Semen ini cocok digunakan untuk konstruksi ringan pembuatan bahan
bangunan dan untuk pemasangan keramik. Portland Composite Cement (PCC)
mempunyai komposisi yang berbeda dengan OPC yaitu pada jumlah
pemakaian klinker dan bahan aditifnya. Untuk PCC menggunakan bahan aditif
berupa trass (saat ini sudah diganti dengan copper slag) dan limestone.
Kapasitas produksi untuk produk semen ini sebesar 5,5 juta ton per tahun.
Berikut ini adalah komposisi dari Portland Composite Cement berdasarkan
ASTM C 91 030 :
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 20 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel 2.13. Komposisi Portland Composite Cement
Deskripsi Standard requirement
Sifat Fisika
Fineness Sieve residu on 45 mikron
Durability Compressive strength (28
hari)
Time of setting
Final
Inisial
Water retensi
Air content of mortar
Maks 24%
Mas 1%Min 2900 psi
1440 menit
Min 90 menit
Min 70%
Min 8% maks 19%
Sumber : Diktat Kurs ESL IV Pabrik I,2014
Gambar 2.9 di bawah ini merupakan contoh semen PCC:
Gambar 2.11 Portland Composite Cement (PCC)
(Sumber: Wicaksana, 2013 )
2.4.5 White Mortar TR30
Merupakan produk terbaru Tiga Roda yang sangat sesuai untuk acian,
pelamir, dan nat. Keuntungan penggunaan White Mortar TR30 antara lain:
a) menghasilkan permukaan acian yang lebih halus,
b) mengurangi retak dan terkelupasnya permukaan karena mempunyai
sifat plastis dengan daya rekat tinggi,
c) cepat dan mudah dalam pengerjaan,
d) hemat dalam pemakaian material, dan
e) dapat digunakan pada permukaan beton dengan menambah lem putih.
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 21 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Kapasitas produksi semen ini sebanyak 930 ribu ton per tahun. Gambar
2.10 merupakan contoh dari semen White Mortar TR30 :
Gambar 2.10 White Mortar TR30
(Sumber: Wicaksana, 2013 )
2.5 Mineral-Mineral Kristal dalam Semen
Mineral-mineral kristal yang terkandung di dalam semen antara lain:
a. Tricalsium Silicate (C3S)
C3S merupakan komponen utama dalam semen yang terbentuk pada
suhu 1250oC sampai 1450
oC berfungsi untuk memberi kekuatan awal
semen setelah 7 hari atau 8 hari dan dapat mempengaruhi kekuatan akhir.
Panas hidrasi C3S sebesar 500 J/g. Kandungan C3S pada semen Portland
bervariasi antara 55-65% dan rata-rata 60%.
b. Dicalsium silicate (C2S)
C2S merupakan komponen utama dalam semen yang terbentuk pada
suhu 810-900oC yang berfungsi memberikan kekuatan penyokong pada
semen selama 1 hari. Dicalsium silicate mempunyai sifat panas hidrasi
250 J/g. Kandungan C2S pada semen Portland bervariasi antara 10-25%
dan rata-rata 15%. C2S bersama dengan C3S memberikan kekuatan akhir
pada semen setalah 1 tahun.
LAPORAN MAGANG INDUSTRI 22 PROGRAM STUDI D4-TKPB JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
c. Tricalsium Aluminate (C3A)
C3A terbentuk pada suhu 900-1200oC dan memberikan pengaruh
terhadap kecepatan pengerasan semen. Tricalsium aluminate jika bereaksi
dengan air akan menimbulkan panas hidrasi yang tinggi yaitu 850 J/g.
Kandungan tricalsium aluminate pada semen Portland bervariasi antara
7-12% dan rata-rata 8%.
d. Tetracalsium Alumina Ferrite (C4AF)
C4AF terbentuk pada suhu 1200-1300oC. Tetracalsium Alumina
Ferrite dan air akan bereaksi cepat membentuk slurry dengan panas
hidrasi 420 J/g. Tetracalsium Alumina Ferrite mempunyai pengaruh
terhadap warna semen, sehingga semakin tinggi kadarnya maka warna
semen akan semakin gelap. Kandungan tetracalsium alumina ferrite pada
semen Portland antara 5-12% dan rata-rata 8%.