Upload
de-joe
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1 | P a g e T i n e a K r u r i s
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatofitosis (Tinea, ringworn, kurap teigne, herpes sirsinata) adalah
penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. 1,2,3
Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Menurut
RIPPON (1974) selain sifat keratofilik masih banyak sifat yang sama diantara
dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan
untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit.1,3,4
Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genu,
yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton (EMMONS, 1934).1,3,4
Genus Tricophyton dan Microsporum menimbulkan kelainan pada kulit, rambut
dan kuku. Genus Epidermophyton manimbulkan kelainan pada kulit dan kuku.4
Hingga kini dikenal 41 spesies dermatofita, masing-masing 2 spesies
Epidermophyton, 17 spesies Microsporum, dan 21 spesies trichophyton.1
Masing-masing spesies jamur mempunyai pilihan (afinitas) terhadap
hosper tertentu. Jamur zoofilik terutama menghinggapi binatang dan kadang
menginfeksi manusia, misalnya M.canis pada anjing, kucing, dan T.verrucosum
pada sapi. Jamur antropofilik terutama menghinggapi manusia, misalnya
M.audouini dan T.rubrum. Sedangkan jamur geofilik adalah jamur yang hidup di
tanah, misalnya M.gypseum.4
Infeksi dermatofitosis dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-
cabangnya di dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim
keratolitik yang berdifusi kedalam jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi
peradangan. Pertumbuhan jamur dengan pola peradangan. Pertumbuhan jamur
dengan pola radial di dalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit
sirsinar dengan batas yang jelas dan meninggi yang disebut ringworn.3
2 | P a g e T i n e a K r u r i s
Dermatofitosis dibagi oleh beberapa penulis, misalnya SIMONS dan
GOHAR (1945), menjadi dermatomokosis, dan onikomikosis berdasarkan bagian
tubuh manusia yang terserang. Pembagian yang lebih praktis opleh para spesialis
kulit adalah yang berdasarkan lokasi. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk :
(1) Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala; (2) Tinea barbe,
dermatofitosis pada dagu dan janggot; (3) Tinea Kruris, dermatofitosis pada
daerah genitokrural, sekitar anus, bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian
bawah; (4) Tinea Pedis et Manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan; (5) Tinea
Unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki; (6) Tinea Korporis,
dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea diatas.1,3
Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus,
yaitu: (1) Tinea imbrikata, dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris
dan disebabkan Trichophyton concentricum; (2) Tinea Vavosa atau vavus,
dermatofitosis yang terutama disebabkan Trichophyton schoenlein; (3) Tinea
Fasialis; (4) Tinea aksilaris, yang juga menunjukan daerah kelainan; (5) Tinea
Sirsinata; (6)Tinea Akuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis.1
Tinea Kruris adalah dermatofitosis pada lipatan paha, daerah perineum,
dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas
pada daerah genito-krural saja, atau dapat meluas ke daerah anus, daerah gluteus
dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain. Kelainan kulit yang tampak
pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata
dari pada daerah tengahnya. Eloresensi terdiri dari macam-macam bentuk yang
primer dan sekunder (polimorfi). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat
berupa bercak hitam disrtai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya
akibat garukan.1,3
Data penderita Tinea yang didapat dari catatan pasien polik dan pasien
rawat jalan pada Polik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Jayapura periode
April – Desember 2012 adalah 315 pasien. Tinea korporis 135 pasien (43%), tinea
kruris 76 pasien (24%), tinea imbrikata 58 pasien (18%), tinea kapitis 18 pasien
3 | P a g e T i n e a K r u r i s
(6%), tinea pedis et manum 15 pasien (5%), tinea fasialis 12 pasien (3,7%), dan
tinea unguium 1 pasien (0,3 %).
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus pada pasien yang menderita
Tinea Kruris pada Polik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dok II Jayapura.