26
 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukan sesuatu yang baru lagi bahwa dunia kita sedang menghadapi krisis kependudukan. Saat kita membicarakan mengenai pembangunan maka tidak terlepas dari masalah kependudukan. Namun yang paling merisaukan  pada negara-negara berkembang terutama adalah tingginya tingkat fertilitas. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap masyarakat yang sedang berkembang, fertilitas merupakan masalah pelik yang harus dihadapi. Pertambahan jumlah  pe ndu duk pad a gilira nny a aka n memaks a mas yar aka t unt uk ber uba h dan  be rus aha unt uk men gha dap iny a den gan pil iha n-pili han yan g ada . Tid ak diragu kan lagi, bahwa tingk at fertilit as bergan tung dengan deng an bany ak faktor dan variabel. Perk emb ang an pen dud uk yan g pes at ant ara lai n dis eba bka n ole h  pengendalian kematian yang semakin berhasil, yang tidak diimbangi dengan  pengendalian kelahiran. Fertilitas suatu populasi dapat dilihat sebagai akibat dari berbagai tindakan dan keputusan individu, yang dibuat dalam kerangka untuk mengatasi tekanan biologis dan tekanan lingkungan yang dihadapi oleh indiv idu. Dengan demik ian, fertili tas merup akan pilih an yang diambil secara sadar ol eh indi vi du yang di sesuaik an dengan kebutuhan di ri nya da n lingkungannya. Promos i Kel uar ga Berencana mer upa kan tangga pan pra kti s uta ma dalam menghadapi masalah kependudukan. Terdapat minat dan usaha yang luar biasa dalam program Keluarga Berencana ini, walaupun seperti yang kita ketahui bahwa masalah ini seharusnya adalah sebuah  privacy kini cepat sekali  be rub ah men jadi mas ala h umu m. Dan tentu saj a hal ini tak ter lepas dar i masalah perkawinan, dimana fertilitas menunjukkan jumlah anak lahir hidup, ika tan per kawina n ata u ika tan sek sua l, usi a pad a wak tu kawin umu mny a relat if rendah di nega ra- nega ra yang seda ng berkembang, yang be rar ti  propo rsi yan g bes ar dar i sel uruh usi a sub ur (us ia reprod uks i) dil ewa tka n dalam perkawinan. [Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010 oleh Vini Aristianti (04081002049)] | 1

BAB Isi

Embed Size (px)

Citation preview

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 1/25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bukan sesuatu yang baru lagi bahwa dunia kita sedang menghadapi

krisis kependudukan. Saat kita membicarakan mengenai pembangunan maka

tidak terlepas dari masalah kependudukan. Namun yang paling merisaukan

 pada negara-negara berkembang terutama adalah tingginya tingkat fertilitas.

Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap masyarakat yang sedang berkembang,

fertilitas merupakan masalah pelik yang harus dihadapi. Pertambahan jumlah

  penduduk pada gilirannya akan memaksa masyarakat untuk berubah dan

  berusaha untuk menghadapinya dengan pilihan-pilihan yang ada. Tidak 

diragukan lagi, bahwa tingkat fertilitas bergantung dengan dengan banyak 

faktor dan variabel.

Perkembangan penduduk yang pesat antara lain disebabkan oleh

 pengendalian kematian yang semakin berhasil, yang tidak diimbangi dengan

 pengendalian kelahiran. Fertilitas suatu populasi dapat dilihat sebagai akibat

dari berbagai tindakan dan keputusan individu, yang dibuat dalam kerangka

untuk mengatasi tekanan biologis dan tekanan lingkungan yang dihadapi oleh

individu. Dengan demikian, fertilitas merupakan pilihan yang diambil secara

sadar oleh individu yang disesuaikan dengan kebutuhan dirinya dan

lingkungannya.

Promosi Keluarga Berencana merupakan tanggapan praktis utama

dalam menghadapi masalah kependudukan. Terdapat minat dan usaha yang

luar biasa dalam program Keluarga Berencana ini, walaupun seperti yang kitaketahui bahwa masalah ini seharusnya adalah sebuah  privacy kini cepat sekali

  berubah menjadi masalah umum. Dan tentu saja hal ini tak terlepas dari

masalah perkawinan, dimana fertilitas menunjukkan jumlah anak lahir hidup,

ikatan perkawinan atau ikatan seksual, usia pada waktu kawin umumnya

relatif rendah di negara-negara yang sedang berkembang, yang berarti

  proporsi yang besar dari seluruh usia subur (usia reproduksi) dilewatkan

dalam perkawinan.

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

1

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 2/25

1.2. Tujuan

Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

variabel-variabel terkait fertilitas pada kota Palembang Tahun 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

2

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 3/25

• Fertilitas

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil

reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan

kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.

Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk.

Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth),

yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-

tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan

sebagainya (Mantra, 2003:145).

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan

 pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu

kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu

seorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat

itu orang tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya

seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti

resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.

Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas

adalah tidak semua perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada

kemungkinan beberapa dari mereka tidak mendapat pasangan untuk 

 berumah tangga. Juga ada beberapa perempuan yang bercerai, menjanda.

Memperhatikan masalah-masalah diatas, terdapat variasi pengukuran

fertilitas yang dapat diterapkan, dan masing-masing mempunyai

keuntungan dan kelemahan.

Ukuran-ukuran fertilitas tahunan meliputi: tingkat fertilitas kasar 

(Crude Birth Rate), tingkat fertilitas umum (General Fertility Rate),

tingkat fertilitas menurut umur (Age Specific Fertily Rate) dan tingkat

fertilitas menurut ukuran kelahiran (Birth Order Specific Fertily Rates).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat

dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non demografi.

Faktor demografi di antaranya adalah sturktur umur, struktur perkawinan,

umur kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang

kawin.

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

3

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 4/25

Sedangkan faktor non demografi antara lain, keadaan ekonomi

 penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan

indstrialisasi. Variabel-variabel di atas dapat berpengaruh secara langsung

terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh tidak langsung.

Davis dan Blake (1956) menyebutkan 11 variabel antara yang

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Umur memulai hubungan kelamin.

2. Selibet permanen, yaitu lama proporsi wanita yang tidak pernah

melakukan hubungan kelamin.

3. Lamanya masa reproduksi yang hilang karena,

a. Perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi oleh suami.

b. Suami meninggal dunia.

4. Abstinensi sukarela.

5. Abstinensi karena terpaksa.

6. Frekuensi hubungan seks.

7. Kesuburan dan kemandulan biologis.

8. Menggunakan atau tidaknya menggunakan alat-alat kontrasepsi.

9. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor 

disengaja, misalnya sterilisasi.

10.Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak disengaja.

11.Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja.

Memperhatikan kompleksnya pengukuran terhadap fertilitas

tersebut, maka memungkinkan pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan

dengan dua macam pendekatan : pertama, Pengukuran Fertilitas Tahunan(Yearly Performance) dan kedua, Pengukuran Fertilitas Kumulatif 

(Reproductive History).

1. Yearly Performance (current fertility)

Mencerminkan fertilitas dari suatu kelompok penduduk /

 berbagai kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Yearly

Performance terdiri dari :

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

4

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 5/25

a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)

Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya

kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada

  pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai

 berikut :

CBR = x k 

Dimana :

CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar 

Pm : Penduduk pertengahan tahun

k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000

B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini

sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah

anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan

tahun. Sedangkan kelemahan dari perhitungan CBR ini adalah

tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan

yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun keatas. Jadi

angka yang dihasilkan sangat kasar.

 b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)

Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap

seribu wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat

ditulis dengan rumus sebagai berikut :

GFR = x k 

Dimana :

GFR : Tingkat Fertilitas Umum

B : Jumlah kelahiran

Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada

 pertengahan Tahun

Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini

lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

5

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 6/25

yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to

risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah tidak 

membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok umur,

sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai

risiko melahirkan yang sama besarnya dengan wanita yang

 berumur 25 tahun.

c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific

Fertility Rate (ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar 

kelompok penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini

dapat pula dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status

 perkawinan, atau kelompok-kelompok penduduk yang lain.

Diantara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49)

terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena itu perlu dihitung

tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok umur Age

Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan

sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok 

umur tertentu, dengan rumus sebagai berikut:

ASFRi = x k 

Dimana:

ASFR : Age Specific Fertility Rate

Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i

Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun

k : Angka konstanta 1.000

Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini

lebih cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang

exposed to risk ke dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR 

dimungkinkan pembuatan analisis perbedaan fertilitas (current

fertility) menurut berbagai karakteristik wanita. Dengan ASFR 

dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor. ASFR 

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

6

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 7/25

ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan

reproduksi selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).

Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah

membutuhkan data yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk 

kelompok umur. Sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap

negara/daerah, terutama di negara yang sedang berkembang. Jadi

  pada kenyataannya sukar sekali mendapat ukuran ASFR.

Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran

fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.

d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR)

Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah

kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang

hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan:

1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum

mengakhiri masa reproduksinya

2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode

waktu tertentu.

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas

dari sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya.

Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan

menjumlahkan tingkat fertilitas perempuan menurut umur, apabila

umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa

tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata

tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dariTingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut :

TFR = 5 (i = 1,2,…..)

Dimana:

ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur.

i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.

Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan

ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

7

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 8/25

 berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur (Hatmadji,

2004 :63).

2. Reproductive History (cummulative fertility)

a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah

dilahirkan

CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau

 beberapa wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas.

Kebaikan dari perhitungan CEB ini adalah mudah didapatkan

informasinya (di sensus dan survey) dan tidak ada referensi waktu.

Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka

 paritas menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena

kesalahan pelaporan umur penduduk, terutama di negara sedang

 berkembang. Kemudian ada kecenderungan semakin tua semakin

 besar kemungkinannya melupakan jumlah anak yang dilahirkan.

Dan kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap

sama dengan yang masih hidup.

 b. Child Woman Ratio (CWR)

CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah

anak di bawah 5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia

reproduksi. Kebaikan dari perhitungan CWR ini adalah untuk 

mendapatkan data yang diperlukan tidak perlu membuat

 pertanyaan khusus dan berguna untuk indikasi fertilitas di daerah

kecil sebab di Negara yang registrasinya cukup baik pun, statistik kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil.

Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung

dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering

terjadi di Negara sedang berkembang. Walaupun kekurangan

  pelaporan juga terjadi di kelompok ibunya namun secara relatif 

kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar. Kedua,

dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, dimana tingkat mortalitas anak,

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

8

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 9/25

khususnya di bawah satu tahun juga lebih besar dari orang tua,

sehingga CWR selalu lebih kecil daripada tingkat fertilitas yang

seharusnya. Ketiga, tidak memperhitungkan distribusi umur dari

 penduduk wanita.

Ada berbagai macam teori yang menerangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi fertilitas. Teori tentang fertilitas tersebut dirumuskan dari

  berbagai disiplin seperti sosiologi salah satunya menurut Freedman

variabel antara yang mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada

dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku di suatu

masyarakat.

Ekonomi salah satunya menurut Leibenstein anak dilihat dari dua

aspek yaitu aspek kegunaannya (utility) dan aspek biaya (cost ), menurut

Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat dianggap sebagai

  barang konsumsi (a consumption good, consumer’s durable) yang

memberikan suatu kepuasan (utility) tertentu bagi orang tua. Secara

ekonomi, fertilitas dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, biaya memiliki

anak dan selera. Meningkatnya pendapatan (income) dapat meningkatkan  permintaan terhadap anak. Ada juga teori fertilitas dari disiplin ilmu

 psikologi dan anthropologi.

BAB III

PEMBAHASAN

2.1. Temuan Lapangan

A. Profil Kota Palembang Tahun 2010

Kota Palembang terletak antara 2º52’–3°5’ LS dan 104°37’– 

104°52’ BT merupakan daerah tropis dengan angin lembab nisbi, suhu

cukup panas antara 23,4ºC-31,7ºC dengan curah hujan terbanyak pada

 bulan April sebanyak 338 mm, minimal pada bulan September dengan

curah hujan 10 mm. Kota Palembang adalah ibukota propinsi Sumatera

Selatan yang mempunyai luas wilayah 400,61 km² dengan jumlah

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

9

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 10/25

 penduduk 1.455.284 jiwa, yang berarti setiap km² dihuni oleh 3.632 jiwa

(Profil Kota Palembang tahun 2010).

Tabel. 2.1.1

Jumlah Penduduk Kota Palembang Tahun 2006 – 2010

 NoTahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk 

(Jiwa/Km²)

1 2006 1.394.322 3.480

2 2007 1.405.720 3.509

3 2008 1.417.047 3.537

4 2009 1.438.938 3.592

5 2010 1.455.284 3.632

Sumber: Kantor Statistik Kota Palembang

Dari tabel 2.1.1. diatas tampak bahwa jumlah penduduk kota

  palembang terus meningkat setiap tahunnya dari tahun 2006 sebesar 

1.394.322 jiwa menjadi 1.455.284 jiwa pada tahun 2010.

Berdasarkan hasil pendataan oleh BPS Kota Palembang, maka

terjadi sedikit peningkatan jumlah penduduk bila dibandingkan dengan

tahun 2009. Penyebaran penduduk di wilayah Kota Palembang tidak 

 begitu merata, bila dilihat dari jumlah penduduk per kecamatan dimana

kecamatan yang terbanyak penduduknya adalah Kecamatan Seberang Ulu

I dengan jumlah penduduk 162.744 jiwa, sedangkan yang terendah adalah

Kecamatan Sematang Borang dengan jumlah penduduk 32.207 jiwa. Kota

Palembang mempunyai luas wilayah 400,61 Km² dengan jumlah

 penduduk 1.455.284 jiwa yang berarti tiap km² dihuni oleh 3.632 jiwa

 penduduk, bila dibandingkan dengan tahun lalu (2009) dimana angka

kepadatan penduduk adalah 3.592 jiwa tiap km², maka telah terjadi

 peningkatan kepadatan penduduk di kota Palembang.

Tabel 2.1.2

Piramida Penduduk Kota Palembang Tahun 2010

No. Kelompok UmurJenis Kelamin

TotalLaki-laki Perempuan

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

10

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 11/25

1 0 – 4 70,920 66,628 137,548

2 5 – 9 70,368 65,695 136,063

3 10—14 66,964 63,237 130,201

4 15—19 69,802 71,868 141,6705 20—24 76,436 77,885 154,321

6 25—29 71,710 69,810 141,520

7 30—34 60,697 58,811 119,508

8 35—39 52,218 53,245 105,463

9 40—44 46,739 48,876 95,615

10 45—49 40,558 42,812 83,370

11 50—54 35,776 35,559 71,335

12 55—59 26,605 24,334 50,939

13 60—64 14,936 16,186 31,12214 65—69 10,756 12,253 23,009

15 70—74 7,114 9,179 16,293

16 75 + 6,198 10,301 16,499

TT 499 309 808

TOTAL 728,296 726,988 1,455,284

Sumber : sensus penduduk tahun 2010

Dari tabel diatas terlihat bahwa total penduduk kota palembang pada

tahun 2010 meningkat menjadi 1.455.284 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-

laki sebesar 728.296 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 726.988

  jiwa. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa bentuk piramida penduduk kota

 palembang tahun 2010 adalah ekspansif dimana jumlah penduduk muda lebih

 banyak. Jika angka kelahiran atau fertilitas tidak dikendalikan hal ini akan

membuat angka beban tanggungan kota palembang menjadi semakin tinggi

dan tentu saja tidak baik bagi perekonomian kota palembang.

B. Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

Hasil Sensus Penduduk, SDKI dan Supas menunjukkan penurunan

tingkat fertilitas dari wanita usia subur (TFR) dari waktu ke waktu. Usia

15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang wanita karena pada

rentang usia tersebut kemungkinan wanita untuk melahirkan anak cukup

 besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1980 TFR di Sumatera Selatan

diperkirakan sebesar 5,56 per 1000 wanita usia subur.

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

11

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 12/25

Angka ini terus mengalami penurunan, berturut-turut 4,78 menurut

hasil Supas 1985, menjadi 4,22 berdasarkan hasil SP 1990, menurut SDKI

1991 sebesar 3,43, hasil SDKI 1994 sebesar 2,87, hasil SDKI 1997 sebesar 

2,64 dan menurut hasil SDKI 2002-2003 turun menjadi 2,3. Berdasarkan

data yang dihitung dari Supas 2005, angka TFR di Sumatera Selatan

kembali turun menjadi sebesar 2,26 per 1000 wanita usia subur.

Sedangkan menurut hasil SDKI 2007, angka TFR di Sumatera Selatan

cenderung meningkat yaitu sebesar 2,7.

Tabel 2.1.3

Beberapa Indikator Fertilitas Sumatera Selatan

Program Keluarga Berencana (KB) dan penundaan usia

  perkawinan pertama pada wanita merupakan faktor-faktor yang

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

12

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 13/25

mempengaruhi penurunan tingkat fertilitas di Sumatera Selatan karena

 berdampak memperpendek masa reproduksi mereka. Wanita yang kawin

  pada usia sangat muda mempunyai resiko cukup besar pada saat

mengandung dan melahirkan yang berdampak terhadap keselamatan ibu

maupun anak. Dengan memberi kesempatan kepada wanita untuk 

 bersekolah lebih tinggi dapat membantu menunda usia perkawinan bagi

seorang wanita, terutama di daerah pedesaan.

Tabel 2.1.4

Jumlah Wanita dan Rata-rata Anak Lahir Hidup (Paritas) menurut

kelompok umur Wanita Kota Palembang Tahun 2010

NO Kelompok Umur (Tahun)Tahun 2010

Jumlah Wanita Rata-rata ALH

4 15—19 71,868 0,050

5 20—24 77,885 0,362

6 25—29 69,810 1,124

7 30—34 58,811 1,538

8 35—39 53,245 2,3659 40—44 48,876 2,860

10 45—49 42,812 3,225

TOTAL 423,307 1,472

Dari tabel 2.1.9 dapat dilihat juga bahwa semakin bertambah umur 

ibu, semakin bertambah pula rata-rata jumlah anak (paritas) yang pernah

dilahirkan.

Cukup besarnya paritas rata-rata wanita pada kelompok umur tua(empat puluhan) dikarenakan lebih lamanya masa kemampuan melahirkan

yang dialami mereka, yaitu selama 20-25 tahun sebelum pencacahan.

Sedangkan pada kelompok umur muda, paritas rata-ratanya lebih kecil

karena anak terlahir oleh wanita kelompok umur muda tercatat merupakan

kelahiran yang baru terjadi sebelum pencacahan, sehingga jumlahnya

masih sedikit.

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

13

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 14/25

Tingkat fertilitas (ALH) kota palembang terbesar terjadi pada

wanita kelompok umur tua (45-49 tahun) pada tahun 2010 sebesar 3,225

mengandung arti bahwa rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh

seorang wanita sampai kelompokk umur 45- 49 tahun adalah 3 sampai 4

orang. Rata-rata ini terhitung cukup tinggi dimana kemungkinan besar 

wanita pada kelompok umur ini telah memulai masa reproduksinya jauh

lebih muda dibanding wanita pada kelompok umur lain.

Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di provinsi sumatera

selatan, kota palembang mempunyai tingkat fertilitas lebih baik pada tahun

2010, yaitu dengan rata-rata ALH paling kecil dihampir seluruh kelompok 

umur wanita lihat tabel 2.1.6. Hal ini tentu sesuai keadaan kota palembang

sebagai kota besar dimana para wanitanya telah mempuyai pendidikan

dan wawasan luas, khususnya mengenai perkawinan dan fertilitas.

Disamping itu faktor banyaknya lapangan pekerjaan turut mempengaruhi

 penundaan usia perkawinan wanita di palembang.

I. Anak Lahir Hidup

Paritas (ALH) adalah banyaknya kelahiran hidup yang

dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut

Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara

yaitu wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar 

untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006), multipara yaitu wanita

yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali

(Prawirohardjo, 2009), dan grandemultipara yaitu wanita yang

telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006). Paritas

adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampuhidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).

Tabel 2.1.5

Rata-rata Jumlah Anak Lahir Hidup Per Wanita Menurut Kelompok Umur

Wanita, 2007 – 2010

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

14

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 15/25

Pada Tabel 2.1.5 di atas terlihat bahwa rata-rata jumlah

anak yang dilahirkan hidup (ALH) per wanita sebesar 1,925 tahun

2007, turun menjadi 1,780 pada tahun 2008, naik menjadi 1,833

tahun 2009 dan kembali turun menjadi 1,815 pada tahun 2010.

Artinya secara umum terjadi tren yang cenderung menurun pada

 periode 2007-2010. Angka rata-rata ALH pada kelompok umur 45-

49 menunjukkan paritas artinya rata-rata jumlah anak yang

dilahirkan sepanjang masa reproduksinya. Terlihat bahwa paritas

memperlihatkan tren yang menurun pada periode 2007-2008.

 Namun demikian, perlu diwaspadai meningkatnya angka kelahiran

  pada wanita usia muda periode 2008-2010, ditunjukkan oleh

meningkatnya rata-rata anak ALH pada kelompok umur 15-19, 20-

24 dan 25-29 tahun pada periode tersebut (Tabel 2.1.5).

Tabel 2.1.6

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

15

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 16/25

Rata-rata Anak Lahir Hidup Per Wanita Menurut Kabupaten/Kota dan

Kelompok Umur Tahun 2010

Tabel 2.1.6 menyajikan rata-rata ALH per wanita menurut

kabupaten/kota di Sumatera Selatan tahun 2010. Dari tabel tersebut

diketahui bahwa rata-rata ALH bervariasi antara 1,47 sampai 2,17

 per wanita. Angka tertinggi dijumpai di Kabupaten OKU Selatan

(2,17 per wanita), Ogan Ilir (2,09 per wanita), Empat Lawang (2,03

 per wanita) dan Muara Enim (2,0 per wanita). Sedangkan rata-rata

ALH terendah terdapat di Kota Lubuklinggau (1,47 per wanita)

dan Kota Palembang (1,54 per wanita).

Tabel 2.1.7

Rata-rata Angka Lahir Hidup (ALH) Kota Palembang dan Sumatera

Selatan Tahun 2010

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

16

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 17/25

Kab/Kota

Kelompok Umur

Total15-

19

20-

24

25-

29

30-

34

35-

39

40-

44

45-

49

Palembang 0,050 0,362 1,124 1,538 2,365 2,860 3,225 1,472Sumatera Selatan 0,058 0,556 1,298 2,014 2,568 3,030 3,575 1,700

 Sumber : BPS, Susenas 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata ALH kota

  palembang lebih rendah dari rata-rata ALH provinsi Sumatera

Selatan pada kelompok umur produktif (15-49 tahun). Hal ini dapat

dikarenakan rata-rata umur perkawinan pertama ≤ 16 tahun kota

 palembang tahun 2010 lebih rendah yaitu sebesar 13,6 persen dari

rata-rata umur perkawinan pertama ≤ 16 tahun provinsi sumatera

selatan sebesar 18,84 persen, sehingga mengurangi rentang waktu

untuk menhasilkan anak pada wanita di palembang.

II. Child Woman Ratio (CWR)

CWR adalah perbandingan jumlah anak berumur dibawah

lima tahun dengan penduduk perempuan umur 15-49 tahun.Penghitungan ini pada umumnya menggunakan jumlah anak umur 

0-4 tahun. Kesalahan pencatatan umur banyak terjadi pada usia 0-1

tahun dibandingkan umur lebih tua.

Rumus CWR adalah sebagai berikut:

CWR = (∑P(0-4)) / (∑Pf(15-49)) × 1000

Keterangan :

P(0-4) = Penduduk umur 0-4 tahun.

Pf(15-49) = Perempuan umur 15-49 tahun.

Kesalahan pelaporan jumlah anak dan tidak 

memperhitungkan kesuburan perempuan menurut umur 

mempengaruhi kualitas dari pengukuran ini.

CWR kota palembang tahun 2010 adalah

CWR = 137,548 / 423,307 x 1000 = 325

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

17

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 18/25

Menurut data sensus penduduk tahun 2010 CWR kota

 palembang adalah 325 yang mengandung arti ada sekitar 325 balita

diantara 1000 wanita usia produktif. Menurut perhitungan CWR 

angka ini cukup tinggi, artinya bahwa tingkat fertilitas kota

  palembang masih perlu mendapat perhatian serius. Selain itu

 berdampak pada beban ibu mengurus anak juga cukup berat.

CWR ini kurang bagus jika digunakan untuk 

membandingkan antar daerah, karena CWR tidak 

memperhitungkan tingkat kematian balita.belum tentu suatu daerah

yang mempunyai tingkat CWR tinggi mempunyai tingkat fertilitas

yang tinggi pula. Bila suatu daerah mempunyai tingkat kematian

 bayi rendah, angka CWR daerah ini menjadi tinggi karena banyak 

kelahiran yang dapat mencapai umur balita. Hal ini

mengakibatkanjumlah anak balita menjadi tinggi padahal angka

fertilitas daerah ini cukup rendah.

III. Rata-rata Umur Perkawinan Pertama (SMAM)

Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

kelahiran secara lansung. Semakin tinggi umur perkawinan

 pertama semakin rendah tingkat kelahiran. Hull dan singarimbun

mengatakan terjadinya penurunan TFR sebesar 25% di pengaruhi

kenaikan umur kawin di kalangan wanita.

Data yang diperlukan dalam menghitung umur perkawinan

 pertama dengan metode SMAM ini adalah persentase wanita/pria

 belum kawin menurut kelompok umur. Umur perkawinan pertama

dapat dihitung menurut jenis kelamin dan daerah.

Tabel 2.1.8

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

18

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 19/25

Persentase Wanita Menurut Umur Perkawinan Pertama, Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 1995, 2000, 2005, 2008 dan 2010

Dari Tabel 2.1.8 terlihat bahwa secara umum dalam jangka

  panjang ada kecenderungan wanita mulai menunda usia

 perkawinan pertamanya. Pada tahun 1995 persentase wanita yang

melakukan perkawinan pertamanya berusia 16 tahun atau kurang

masih cukup tinggi yaitu sebanyak 23,86. Lima tahun kemudian

terjadi penurunan persentase wanita yang umur perkawinan

 pertamanya 16 tahun ke bawah yaitu 20,35 persen dan pada tahun

2005 angkanya menjadi dibawah 20 persen yaitu hanya 17,28

  persen. Meskipun demikian, pada tahun 2008 terjadi sedikit

  peningkatan persentase wanita yang menikah umur 16 tahun ke

 bawah yang kemudian turun kembali menjadi 18,84 persen pada

tahun 2010.

Keadaan itu selain disebabkan oleh kesadaraan masyarakat

akan pentingnya pendidikan anaknya juga di sebabkan oleh

kecenderungan masyarakat terutama wanita untuk memilih

 bekerja, baik sebagai pembantu rumahtangga maupun buruh pabrik 

di perkotaan. Keadaan itu tidak terlepas dari pengaruh kemajuan

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

19

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 20/25

teknologi yang berdampak pada perubahaan pola pikir yang akan

membuka wawasan baru bagi wanita khususnya di perdesaan.

Tabel 2.1.9

Persentase Wanita Menurut Kabupaten/Kota dan Umur

Perkawinan Pertama Tahun 2010

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

20

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 21/25

Dari tabel 2.1.9 terlihat persentase wanita yang umur 

 perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah sangat bervariasi bila

dilihat menurut kabupaten/kota. Pada tahun 2010 yang terendah

adalah di Kota Palembang yaitu 13,60 persen. Dan persentase

wanita yang umur perkawinan pertamanya 17-18 tahun, pada tahun

2010 kota palembang juga yang terendah sebesar 16,70 persen

dibandingkan dengan rata-rata provinsi sumatera selatan sebesar 

24,79 persen. Selain itu ada beberapa kabupaten/kota lainnya yang

  persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya 16

tahun ke bawah cukup rendah yaitu yaitu Kota Lubuklinggau

(14,00 persen) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (15,47 persen).

Sementara itu kabupaten yang masih terlihat cukup tinggi

 persentase wanita yang kawin pertamanya 16 tahun ke bawah yaitu

Kabupaten Musi Rawas (25,30 persen).

Meningkatnya persentase wanita yang kawin pada usiamuda jelas akan mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan jika

  program KB tidak berjalan dengan baik. Semakin muda usia

  perkawinan seorang wanita semakin panjang usia untuk dapat

melahirkan anak, sehingga jika pengaturan kelahiran tidak 

dilakukan, jumlah anak yang dilahirkan menjadi lebih banyak.

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

21

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 22/25

2.2. Analisis Variabel Fertilitas Kota Palembang

• CBR Kota Palembang Tahun 2010

CBR = x k = 19,0 = 19 = 19/1000 x 1.455.284. Jumlah

kelahiran = 27650,4 = 27651 jiwa

CBR kota palembang tahun 2010 adalah 19,0 (proyeksi BPS,

Bappenas dan UNFPA) yang berarti terjadi 19 kelahiran pada

tiap 1000 penduduk di kota palembang tahun 2010.

• GFR Kota Palembang Tahun 2010

GFR = Jumlah kelahiran 1 tahun X 1.000

Jumlah wanita usia 15-49

GFR = 27651 / 423,307 x 1000 = 65,3

Angka kelahiran umum kota palembang tahun 2010 adalah

65,3 kelahiran per 1000 wanita usia 15-49 tahun.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

• TFR di Sumatera Selatan tahun 2007 cenderung meningkat yaitu sebesar 

2,7 dari tahun 2006.

• Program Keluarga Berencana (KB) dan penundaan usia perkawinan

  pertama pada wanita merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

  penurunan tingkat fertilitas di Sumatera Selatan karena berdampak 

memperpendek masa reproduksi mereka.

• Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di provinsi sumatera selatan,

kota palembang mempunyai tingkat fertilitas lebih baik pada tahun 2010,

yaitu dengan rata-rata ALH paling kecil dihampir seluruh kelompok umur 

wanita. Hal ini tentu sesuai keadaan kota palembang sebagai kota besar 

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

22

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 23/25

dimana para wanitanya telah mempuyai pendidikan dan wawasan luas,

khususnya mengenai perkawinan dan fertilitas. Disamping itu faktor 

  banyaknya lapangan pekerjaan turut mempengaruhi penundaan usia

 perkawinan wanita di palembang

• Menurut data sensus penduduk tahun 2010 CWR kota palembang adalah

325 yang mengandung arti ada sekitar 325 balita diantara 1000 wanita usia

 produktif. Menurut perhitungan CWR angka ini cukup tinggi, artinya

 bahwa tingkat fertilitas kota palembang masih perlu mendapat perhatian

serius.

•  persentase wanita yang umur perkawinan pertamanya 16 tahun ke bawah

 pada tahun 2010 yang terendah adalah di Kota Palembang yaitu 13,60

 persen, dibanding dengan kabupaten lain di sumatera selatan

• CBR kota palembang tahun 2010 adalah 19,0 (proyeksi BPS, Bappenas

dan UNFPA) yang berarti terjadi 19 kelahiran pada tiap 1000 penduduk di

kota palembang tahun 2010.

• Angka kelahiran umum (GFR) kota palembang tahun 2010 adalah 65,3

kelahiran per 1000 wanita usia 15-49 tahun.

• Secara umum telah terjadi penurunan fertilitas pada tahun 2010 di kota

Palembang sejalan peningkatan taraf ekonomi masyarakat, karena

mengikuti program KB, tingkat pendidikan, pendapatan dan tingkat

 perkawinan yang lebih dewasa .(BPS Palembang).

4.2. Saran

Walaupun terlihat angka fertilitas setiap tahunnya di kota palembang

menurun namun secara global angka fertilitas di kota palembang masih cukup

tinggi dengan CWR 325 per 1000 wanita usia produktif, ALH usia wanita sampai

45-49 tahun adalah 3,225, CBR = 19 dan GFR = 65,3. Sehingga tingkat fertilitas

dikota palembang perlu mendapat perhatian khusus dan serius.

Untuk menurunkan tingkat fertilitas ini dapat dilakukan dengan

  pencerdasan dan peningkatan pengetahuan mengenai usia perkawinan dan

fertilitas pada penduduk, program KB yang sudah baik terus dilakukan dan

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

23

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 24/25

ditingkatkan, meningkatkan kesejahteraan penduduk dan menambah lapangan

 pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Online [http://faharuddin.wordpress.com/2011/12/31/fertilitas-dan-

mortalitas-di-sumatera-selatan/] diakses 10 Januari 2012

2. Online [http://faharuddin.wordpress.com/2011/12/31/keluarga-berencana-

di-sumatera-selatan/] diakses 10 Januari 2012

3. Online [http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-28-

20.pdf ] diakses 10 Januari 2012

4. Online [http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=30&notab=40] diakses 10 Januari 2012

5. Online [http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=30&notab=33] diakses 10 Januari 2012

6. Online [http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=2] diakses 10 Januari 2012

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

24

5/12/2018 BAB Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-isi-55a4d4ffa8366 25/25

7. Online [http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=7] diakses 10 Januari 2012

8. Online

[http://www.bps.go.id/download_file/Data_SP2010_menurut_kelompok_u

mur.pdf ] diakses 10 Januari 2012

9. Online [http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?

tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1] diakses 10 Januari 2012

10.Online [http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-56-

57.pdf ] diakses 10 Januari 2012

11.Online [http://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-35-

37.pdf ] diakses 10 Januari 2012

12.Online [http://nisaniii.blogspot.com/2010/10/isd-bab-i-penduduk-

masyarakat-dan.html] diakses 10 Januari 2012

13.Online [http://geo05friends.wordpress.com/page/2/] diakses 10 Januari

2012

14.Online

[http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/sumsel/palembang.pdf ]

diakses 10 Januari 2012

15.Online [http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18186/4/Chapter 

%20II.pdf ] diakses 10 Januari 2012

[Analisis Variabel Terkait Fertilitas Kota Palembang Tahun 2010

oleh Vini Aristianti (04081002049)] |

25