Upload
latifah-tio
View
165
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
60 STUDIO 3A 2014
Kerangka konsep menggambarkan hubungan keterkaitan konsep makro,
konsep messo dan konsep mikro. Dari indikator konsep makro akan diturunkan
dalam konsep messo, dan konsep messo akan diturunkan dalam konsep mikro
beserta indikator dan penerapannya. (Kerangka tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.1).
KERANGKA
KONSEP
STUDIO 3A 2014 61
Justifikasi Konsep Makro
Kawasan Kedungsepur merupakan Kawasan Strategis
yang terdapat di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN). Wilayah ini direncanakan sebagai pusat pertumbuhan
nasional guna mendorong terjadinya pertumbuhan wilayah
secara lebih optimal. Diperlukan adanya kerjasama antar
daerah di kawasan Kedungsepur untuk menjadikannya kawasan
yang mumpuni nantinya. Usaha-usaha yang dilakukan dalam
mendorong terjadinya kerjasama antar daerah tersebut sangat
diperlukan, diantaranya dengan menggali sektor-sektor
potensial lintas daerah. Sebagai akibat dari adanya
keterkaitan antar daerah dalam wilayah Kedungsepur adalah
terjadinya aliran barang, jasa ataupun manusia yang cukup
besar. Terpusatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang
menciptakan kesenjangan ekonomi yang mencolok di Kawasan
Kedungsepur.Kondisi yang demikian dikarenakan keberadaaan
pelabuhan internasional, bandara, dan stasiun kereta api yang
hanya terdapat di wilayah Kota Semarang.
Berdasarkan data PDRB Kedungsepur Tahun 2005
menunjukkan Kota Semarang menyumbang Rp 16.361.862,38
atau 52,88% (Martono, 2008), sangat menunjukkan kesenjangan
antara Kota Semarang dengan wilayah disekitarnya. Industri
menjadi salah satu sektor yang cukup diminati di Kota
Semarang, kapasitas produksi dan tingginya mobilitas di
kawasan industri meningkatkan jumlah industri dan permintaan
akan lahan di Kota Semarang. Tidak hanya industri, Kebutuhan
akan lahan untuk kebutuhan permukiman dan pelayanan publik
membuat harga lahan di Kota Semarang semakin tinggi. Untuk
itu, pengembangan industri di Kota Semarang membutuhkan
modal investasi yang besar.
Konsep
MAKRO
Konsep makro yang
diangkat dalam
perancangan kawasan
industri di Kedungsepur
adalah Konsep Sustainable
Industrial Estate
Development. Kawasan
industri yang ditujukan
untuk mengangkat
perekomian Kedungsepur,
namun dengan tetap
memperhatikan prinsip
pembangunan
berkelanjutan.
62 STUDIO 3A 2014
D
alam rangka menyiasati kebutuhan investasi yang begitu
besar guna pengembangan kawasan industri, membuat
pelaku industri memilih lahan di luar Kota Semarang yang
relatif lebih murah. Pemilihan lahan di luar Kota Semarang ini
juga berdampak pada pengurangan kepadatan kawasan industri yang
ada. Selain itu juga bisa mengarahkan investasi menuju kawasan lain di
luar Kota Semarang, sehingga dapat menjadi pemicu dalam meningkatkan
perekonomian di Kabupaten lain di Kedungsepur , yang secara langsung
juga meningkatkan perekonomian Kedaungsepur.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan
kawasan industri baru adalah kawasan yang memiliki aksesibilitas mudah
didukung dengan lahan yang telah peruntukannya sebagai
pengembangan kawasan industri, serta murah dari segi investasi (UMR
rendah, telah tersedia sarana maupun prasarana penunjang, dan harga
lahan relatif murah). Oleh karena itu, dua wilayah yang paling tepat untuk
dijadikan lokasi pengembangan industri di luar kota Semarang yaitu
Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak, berdasarkan pada kriteria
yang telah disebutkan diatas. Kawasan industri yang akan dikembangkan
pada kedua kabupaten tersebut tentunya memperhatikan aspek
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) untuk menjaga
keselarasan antara ekonomi, sosial dan lingkungan. Sustainable
development merupakan suatu konsep berkelanjutan yang berusaha
menyelaraskan antara pertumbuhan ekonomi dan sosial dengan
kelestarian alam dan lingkungan. Sedangkan kawasan industri (industrial
estate) adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan
dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin
usaha kawasan industri. Pada Kabupaten Semarang memiliki topografi
yang cenderung beragam sehingga pengembangan kawasan industri di
kabupaten ini tidak dapat dijadikan sebagai lokasi perindustrian berat
seperti pengolahan logam.
UMK yang masih
tergolong rendah,
didukung dengan
harga lahan yang
murah dan tingkat
aksesbilitas yang
tergolong rendah,
menjadikan Kab.
Demak dan Kab.
Kendal menjadi
Kabupaten dengan
prioritas tinggi untuk
dikembangkan
menjadi kawasan
industri
STUDIO 3A 2014 63
Berbeda halnya dengan topografi Kabupaten Kendal dan Kabupaten
Demak yang cenderung datar mendukung pengembangan industri berat di
dua kabupaten tersebut.Dengan kondisi yang demikian, Kota Semarang,
Kabupaten Demak, dan Kabupaten Kendal bisa saling berintegrasi dalam hal
pengembangan industri sehingga bisa saling terintegrasi satu sama lain.
Integrasi merupakan pendukung dari konsep
sustainable development dalam hal ini adalah adanya
keterkaitan antar masing-masing kabupaten/kota di
Kedungsepur pada aktivitas perindustrian. Konsep sustainable
yang ada adalah suatu arahan dimana integrasi ataupun
keterkaitan merupakan hal utama dalam penyelenggaraan
aktivtas industri agar dapat semakin memberikan kontribusi
dalam pengembangan kabupaten/kota di Kedungsepur.
Setiap kabupaten dan kota dapat saling mendukung khususnya dalam
hal mobilisasi aktivitas perindustrian, baik distribusi bahan baku maupun hasil
produksi. Integrasi tersebut akan sangat nyata terlihat jika aktivitas
perindustrian tersebut terhubung oleh suatu jaringan infrastruktur seperti rel
kereta, jalan, pelabuhan, dan bandara. Pembangunan sarana dan prasarana
di kabupaten/kota Kedungsepur bukan lagi untuk internal wilayah
kabupaten/kota itu sendiri, tetapi juga harus mampu mendukung aktivitas
perindustrian dari wilayah lain di dalam Kedungsepur. Salah satu yang dapat
diterapkan pada pengintegrasian aktivitas perindustrian tersebut adalah
konsep dry port. Penerapan konsep dry port pada mobilisasi perindustrian
merupakan hal yang sangat tepat untuk semakin mengoptimalkan integrasi
antar wilayah. Sebagai contoh, untuk aktiivitas perindustrian dari Kabupaten
Demak ataupun Grobogan dapat melalui pelabuhan yang terdapat di Kota
Semarang yang sebelum menuju pelabuhan tersebut distribusi melalui jalur
darat kereta api ataupun jalan sesuai yang terdapat di masing-masing
kabupaten/kota. Dengan demikian pelabuhan ataupun sarana dan
prasarana yang terdapat di Kota Semarang pun secara tidak langsung sudah
mendukung aktivitas perindustrian wilayah lain dan antara kabupaten/kota di
Kedungsepur dapat terintegrasi.
64 STUDIO 3A 2014
Didalam konsep Sustainable Industrial Estate Development,
terdapat tema utama yakni berupa Sustainable Development
yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui
pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, efisien, dan
memperhatikan keberlangsungan pemanfaatannya baik untuk
generasi masa kini maupun generasi yang akan datang
(Kesepakatan global yg dihasilkan KTT Dunia di Rio de Janeiro
Brazil, 1992).
Indikator Konsep Makro Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan konsep Sustainable Industrial Estate
Development, maka terdapat beberapa indikator yang harus dicapai yakni:
1. Terciptanya lingkungan yang livable, sebuah lingkungan dan suasana kota yang nyaman sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat untuk beraktivitas yang dilihat dari berbagai aspek, baik aspek fisik (fasilitas perkotaan, prasarana, tata ruang, dll) maupun aspek non-fisik (hubungan sosial, aktivitas ekonomi,dll);
2. Terpenuhinya open space yang sesuai di kawasan industri dengan pengadaan greenbelt pada kawasan industri dan ruang terbuka aktif dan pasif di kawasan permukiman dengan luas total 30% dari kawasan;
3. Terwujudnya lingkungan sehat dalam mendukung pembangunan kawasan industri dengan menerapkan teknologi yang meminimalisir polusi dan pengadaan sistem IPAL yang ramah lingkungan ;
4. Tersedianya fasilitas untuk mengurangi angka ketergantungan pada kendaraan pribadi dengan penerapan TOD untuk pekerja pabrik yang tinggal di permukiman khusus industri;
5. Terbentuknya suatu rancangan kawasan industri yang mempunyai nilai estetika dengan perencanaan blok-
blok kawasan Industri yang terintegrasi dengan permukiman dengan suatu konsep yang sama;
6. Terciptanya sirkulasi dan pergerakan manusia, barang dan jasa yang mendukung aktivitas industri dengan perbaikan atau penambahan jalur darat sehingga memperlancar pergerakan manusia dan barang;
7. Terwujudnya kinerja infrastruktur sesuai Standar Ketersediaan Infrastuktur Kawasan Industri (Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 35/M-IND/PER/3/2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri) yang mendukung industri. Bentuknya dengan melengkapi kawasan industry dengan infrastruktur jalan, listrik, IPAL, sanitasi, air bersih, persampahan, drainase, telekomunikasi yang mendukung kegiatan industry serta kehidupan sehari-hari masyarakat di perumahan;
8. Meningkatnya kontribusi sektor industri di PDRB pada masing-masing kabupaten/kota di Kedungsepur; serta
9. Terciptanya integrasi dalam distribusi barang di kawasan Kedungsepur melalui jalur darat dan laut dengan pengembangan dryport.
STUDIO 3A 2014 65
Kawasan Strategis Nasional (KSN) Perkotaan Kedungsepur yang
mencakup Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Ungaran (Kabupaten
Semarang), Kota Salatiga, Kota Semarang dan Purwodadi (Kabupaten
Grobogan) memiliki potensi industri masing-masing. Pada Kabupaten Kendal,
sektor industri cenderung berupa pengolahan Sumber Daya Alam seperti
kehutanan, logam dan perikanan. Kabupaten Demak memiliki potensi industri
kimia, garmen dan perikanan. Berbeda halnya dengan Kabupaten Semarang
(Ungaran) dengan industri yang berkembang berupa makanan dan
manufaktur, Kabupaten Grobogan (Purwodadi) memiliki industri kimia dan
tambang serta Kota Salatiga yang mengembangkan industri di bidang
makanan. Selanjutnya Kota Semarang dengan berbagai sarana dan
prasarana yang mendukung dan lebih maju dibandingkan kabupaten/kota
lain di kawasan Kedungsepur memiliki industri yang lebih beragam.
Selain potensi tersebut, diantara kabupaten/kota Kawasan
Kedungsepur juga memiliki keterkaitan. Antara Kabupaten Kendal dan Kota
Semarang keterkaitan berupa industri di bidang otomotif dan komponen
elektronik. Keterkaitan industri di bidang tekstil juga terjadi antara
Kabupaten Semarang, Kota Semarang dan Kota Salatiga. Sedangkan untuk
kabupaten lainnya, keterikatan berupa industri pengolahan pertanian.
Dengan potensi dan keterkaitan tersebut belum mampu membuat kawasan
industri di Kedungsepur berkembang apabila dibandingkan dengan
Jabodetabek ataupun Gerbangkertosusila. Hal tersebut disebabkan karena
kabupaten/kota di Kedungsepur belum memiliki peran/konsepnya masing-
masing khususnya di bidang industri. Oleh karena itu, pengembangan
kawasan Kedungsepur juga bisa dilakukan dengan menumbuhkan industri
yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan sarana prasarana transportasi
yang ada.
Penera an Konse P
66 STUDIO 3A 2014
Untuk mempermudah
mengeneralisasi, industri
dapat dikelompokkan
menjadi 4 menurut
Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, yakni :
Industri kimia dasar Industri yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku atau
bahan jadi. Contohnya adalah
industri kertas, industri semen, dan industri
pupuk. Selain itu industri kimia dapat
didefinisikan sebagai suatu organisasi usaha
yang “profit oriented”, disamping
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
kesejahteraan umat, pihak industri juga
berharap mendapatkan keuntungan
dibidang ekonomi/ finansial.
Industri mesin dan logam dasar
Industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku atau barang setengah
jadi. Contohnya adalah industri peralatan
listrik, industri mesin dan industri pesawat
terbang.
Aneka industry
Industri yang menghasilkan beragam
kebutuhan konsumen. Yang termasuk dalam
aneka industri adalah industri yang
mengolah sumber daya hutan, industri yang
mengolah sumber daya pertanian secara
luas dan lain-lain. Aneka industri mempunyai
misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
atau pemerataan, memperluas kesempatan
kerja, tidak padat modal dan teknologi yang
digunakan adalah teknologi menengah atau
teknologi maju. Contohnya industri aneka
pengolahan makanan, aneka pengolahan
kebutuhan sandang, aneka kimia dasar, dan
aneka industri bahan bangunan.
Industri pertanian
Usaha mengolah bahan mentah menjadi
berbagai macam produk hasil olahan yang
bermanfaat. Dalam industri pertanian
terdapat serangkaian kegiatan yang saling
berhubungan dan berinteraksi membentuk
suatu sistem yang biasa disebut sistem
industri pertanian. Sistem industri pertanian
meliputi sub-sistem produksi bahan baku
(produksi budidaya tanaman), proses
pengolahan sampai pemasaran dan
STUDIO 3A 2014 67
distribusi. Sub-sistem
produksi budidaya
tanaman merupakan
kediatan mengkonversi
atau memanfaatkan
sumber daya alam untuk
dihasilkan bahan
mentah hasil pertanian.
Sub-sistem pengolahan
merupakan kegiatan
untuk mempreservasi
dan mentransformasi
hasil pertanian dari sub-sistem produksi
menjadi produk hasil olahan yang
direncanakan. Sub-sistem pemasaran atau
distribusi merupakan kegiatan membawa
produk hasil ke pasar, masyarakat, atau
konsumen. Tujuan dari indutri pertanian
adalah menciptakan produk olahan hasil
pertanian yang mempunyai nilai jual yang
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
nilai jual bahan mentah. Dengan demikian
dalam industri pertanian diperlukan faktor
pendukung agar industri pertanian dapat
dipandang sebagai kegiatan ekonomi yang
berorientasi profit. Faktor yang dapat
mendukung industri pertanian antara lain
adalah pemanfaatan keahlian (skills),
teknologi dan manajemen. Contoh industri
pertanian adalah perkebunan rosella,
perkebunan teh, perkebunan karet,
perkebunan kopi, pabrik gula, perkebunan
kelapa sawit, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, keempat jenis industri tersebut memiliki
karakteristik masing-masing, yang dapat dilihat pada Tabel IV.1 di bawah ini:
Tabel IV.1
Karakteristik dan Kebutuhan tiap Jenis Industri
Jenis Industri Karakteristik Kebutuhan
Industri Kimia Dasar Berat Aman Industri Mesin dan Logam
Dasar Berat Teknologi dan Aman
Industri Aneka Industri Tidak begitu berat Tenaga kerja Industri Pertanian Ringan Cepat
68 STUDIO 3A 2014
Sumber: Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Gambar 4.1
Karakteristik Kabupaten/Kota di Kawasan Kedungsepur
Berdasarkan Gambar 4.1, dapat diketahui karakteristik dan sarana prasarana
transportasi yang ada di tiap kabupaten/kota Kawasan Kedungsepur. Data tersebut nantinya
akan digunakan untuk menentukan jenis industri yang tepat dikembangkan sesuai dengan potensi
yang ada di tiap kabupaten/kota sehingga industri di kawasan Kedungsepur dapat
berkembang.
Tabel IV.2
Karakteristik dan Sarana Prasarana Transportasi per Kabupaten/Kota di Kawasan Kedungsepur
Kabupaten/Kota Karakteristik Sarana Prasarana Transportasi
Kabupaten Kendal a. Memiliki topografi yang datar
b. Terdapat potensi perkebunan dan kayu
a. Dilalui jalur darat
b. Dilalui jalur kereta api
c. Akan memiliki pelabuhan dan
dekat dengan Pelabuhan
Tanjung Emas
d. Dekat dengan Bandara
STUDIO 3A 2014 69
Kabupaten/Kota Karakteristik Sarana Prasarana Transportasi
Ahmad Yani
Kota Semarang a. Memiliki topografi yang datar
b. Terdapat banyak tenaga kerja
a. Dilalui jalur darat
b. Dilalui jalur kereta api
c. Memiliki Pelabuhan Tanjung
Emas
d. Memiliki Bandara Ahmad
Yani
Kabupaten Demak a. Memiliki topografi yang datar
b. Terdapat banyak tenaga kerja
c. Terdapat potensi pertanian
a. Dilalui jalur darat
b. Dilalui jalur kereta api
c. Dekat dengan Pelabuhan
Tanjung Emas
d. Dekat dengan Bandara
Ahmad Yani
Kabupaten
Grobogan
a. Memiliki topografi yang datar
b. Terdapat potensi tambang semen
a. Dilalui jalur darat
b. Dilalui jalur kereta api
Kabupaten
Semarang
a. Memiliki topografi yang berbukit
b. Terdapat potensi perkebunan dan kayu
a. a. Dilalui jalur darat
Kota Salatiga a. Memiliki topografi yang berbukit
b. Terdapat banyak tenaga kerja
b. a. Dilalui jalur darat
Sumber: Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Berdasarkan gambaran tersebut, maka jenis industri yang berpotensi dikembangkan di
kabupaten/kota kawasan Kedungsepur dapat dilihat pada Tabel IV.3,
Tabel IV.3
Pengembangan Industri per Kabupaten/Kota di Kawasan Kedungsepur
Kabupaten/Kota Jenis Industri Catatan
Kabupaten Kendal Kimia Dasar, Pertanian, serta Mesin dan
Logam Dasar
Pengembangan industri Mesin dan
Logam Dasar harus mampu didukung
dengan teknologi dan Sumber Daya
Manusia yang sudah maju
Kota Semarang Kimia Dasar, Mesin dan Logam Dasar, serta
Aneka Industri -
Kabupaten Demak Kimia Dasar, Aneka Industri, Mesin dan
Logam Dasar, serta Pertanian
Pengembangan industri Mesin dan
Logam Dasar harus mampu didukung
dengan teknologi dan Sumber Daya
Manusia yang sudah maju
Kabupaten
Grobogan Kimia Dasar -
70 STUDIO 3A 2014
Kabupaten/Kota Jenis Industri Catatan
Kabupaten
Semarang Aneka Industri dan Pertanian -
Kota Salatiga Aneka Industri -
Sumber: Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Kabupaten Kendal sebagai salah satu bagian dari
Kedungsepur memiliki kontribusi dalam peningkatan
perekonomian wilayah sekitarnya. Rencana
pengembangan kawasan industri sebagai kawasan
ekonomi khusus menjadi peluang yang besar pada
masa yang akan datang. Kabupaten Kendal memiliki
potensi yang cenderung lebih baik untuk dikembangkan
sebagai kawasan industri dibandingkan dengan
kabupaten lain di Kawasan Kedungsepur. Hal tersebut
dapat dilihat dengan ketersediaan sarana prasarana
pendukung serta jenis industri yang potensial untuk
dikembangkan. Berdasarkan uraian sebelumnya
mengenai konsep makro yaitu “Sustainable
Industrial Estate Development” yang
diterapkan pada kawasan Kedungsepur, maka untuk
mendukung konsep makro dalam hal ini pengembangan
industri di Kawasan Kedungsepur, diperlukan sebuah
konsep meso dengan tujuan dan sasaran yang lebih
fokus. Konsep tersebut disesuaikan berdasarkan
karakteristik, potensi dan masalah yang terdapat di
wilayah Kabupaten Kendal agar menciptakan kawasan
industri yang berkelanjutan (sustainable).
STUDIO 3A 2014 71
KONSEP
MESSO
Smart Industrial
Development
Konsep messo merupakan turunan
dari konsep makro yang memiliki tujuan
dan sasaran yang lebih fokus pada
wilayah messo yaitu Kabupaten Kendal.
Konsep messo akan diterapkan sesuai dengan
potensi dan masalah yang terdapat di Kabupaten
Kendal. Sehingga konsep yang tepat untuk mengatasi isu permasalahan di
Kabupaten Kendal adalah “Smart Industrial Development” diharapkan dengan konsep
tersebut dapat mendukung konsep makro. Smart Industrial Development akan diterapakan pada pembangunan kawasan
industri di Kabupaten Kendal. Kabupaten Kendal merupakan bagian dari kawasan
strategis yang menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi nasional yaitu
Wilayah Kedungsepur. Untuk mendorong terjadinya pertumbuhan wilayah secara
lebih optimal dan meminimalisir ketimpangan pertumbuhan yang ada, maka
diperlukan adanya kerjasama antar daerah di wilayah Kedungsepur. Usaha-usaha
yang dilakukan dalam mendorong terjadinya kerjasama antar daerah tersebut,
diantaranya dengan menggali sektor-sektor potensial lintas daerah.
Smart growth didefinisikan sebagai pembangunan yang “sehat” secara ekonomi,
lingkungan dan sosial, bermanfaat dalam membantu komunitas untuk merencana dan
merancang secara efektif pertumbuhan yang tidak terhindarkan dan dibutuhkan,
dengan tetap memelihara keseimbangan diantara ketiga aspek tersebut. Dalam
perkembangannya telah terjadi peralihan dari suatu upaya yang proaktif
membahas bagaimana dan dimana pembangunan baru perlu diakomodasikan.
Berdasarkan konsep Smart growth ini pembangunan dan implementasi dari rencana-
rencana lokal yang komprehensif, akan mengikuti 10 prinsip-prinsip smart growth.
72 STUDIO 3A 2014
10 prinsip
smarth growth
Mixed Land Uses : merupakan strategi
dalam pembangunan smart growth
dengan menerapkan penggunaan suatu
lahan dengan fungsi campuran, sehingga
harus memperhatikan tata letak dan
jarak pada kegiatan yang saling
mendukung.
Compact Building Design :
menerapkan bangunan yang
memperhatikan efisiensi lahan dan
infrastruktur.
Range of housing opportunities :
penyediaan rumah yang terjangkau
untuk semua kalangan.
Walkable Neighborhood : merupakan
strategi dalam penataan tata letak dari
fasilitas-fasilitas yang akan di gunakan
di lingkungan tersebut sehingga
terjangkau oleh pejalan kaki atau non
motorized rider.
Sense of Place : adalah cara untuk
membangun suasana dalam kawasan
dengan menciptakan sesuatu yang
menarik dan merepresentasikan nilai-
nilai kebudayaan masyarakat
didalamnya.
Preserve Open Space and Natural
Beauty : preservasi ruang terbuka hijau
untuk pencegahan lahan kritis yang
bermanfaaat sebagai peningkatan
kualitas hidup, mendukung ekonomi lokal,
dan menjadi pengendali pertumbuhan.
Community Involvement : Pusat
lingkungan (community center) yang
jelas, termasuk ruang-ruang publik,
bangunan-bangunan umum, halte-halte
dan pedagang eceran agar menjadi
pusat kegiatan masyarakat.
STUDIO 3A 2014 73
Direction of Development : kerja
sama antar masyarakat pemangku
kepentigan lain dalam pembuatan
keputusan-keputusan pembangunan.
Multiple Transportation Options :
merupakan rekayasa sistem transportasi
yang digunakan untuk memudahkan
pergerakan manusia dan barang.
Cost Effectiveness : keputusan-
keputusan pembangunan yang adil,
efektif biaya dan dapat diperkirakan.
Justifikasi
Konsep Messo Dalam penentuan lokasi wilayah messo diprioritaskan pada daerah yang cepat
berkembang. Jika dilihat dari PDRB Kabupaten Kendal memiliki urutan PDRB ke 3 setelah Kota
Semarang dan Kabupaten Semarang. Selain itu Kabupaten Kendal juga terletak di sepanjang
jalan pantura dan berbatasan langsung di barat Kota Semarang sehingga dekat dengan
bandara Kota Semarang. Selain itu di Kabupaten Kendal juga memiliki pelabuhan serta
Kabupaten Kendal sedang mengembangkan kawasan Industri.
Kabupaten Kendal memiliki potensi dan permasalahan dalam pengembangan kawasan
Industri. Dengan prinsip dari smart growth akan digunakan dalam mengatasi permasalahan dan
mengembangkan potensi di Kabupaten Kendal. Permasalahan pola pengembangan yang tidak
kompak ddapat diselesaikan dengan compact building design, dan walkable neighborhood,
permasalahan limbah, sampah, rawan bencana rob, dan abrasi dapat diselesaikan dengan
preserve open space and natural beauty. Masalah kerusakan jalan di jalan pantura, dan
mahalnya biaya transportasi dapat diatasi dengan prinsip multiple transportation option.
Masalah pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Kaliwungu yang berbasis industry pengolahan
cenderung menurun akan diatasi dengan cost effectiveness. Sedangkan potensi adanya lahan
kosong yang memungkinkan untuk dibangun memudahkan mencapai prinsip mixed land use yang
terintegrasi dengan permukiman sehingga dapat mencapai prinsip range of housing
opportunities. Kabupaten Kendal dilewati oleh jalan nasional dan jalan provinsi serta terdapat
sarana transportasi seperti pelabuhan dan double track kereta api dapat meningkatkan multiple
transportation options. Potensi PDRB Kendal yang cukup besar dan SDM produktif lebih dari 50%
akan mencapai cost effectiveness.
74 STUDIO 3A 2014
Jenis industri yang akan dikembangkan oleh masing-
masing kawasan industri mikro adalah :
Industri Garment akan dikembangkan di kawasan industri
bagian timur (Kelompok 5), sedangkan untuk
permukimannya akan dikembangkan oleh kelompok 1
Industri kayu lapis akan dikembangkan di kawasan tengah
oleh kelompok 3, sedangkan untuk permukimannya akan
dikembangkan oleh kelompok 4
Industri pengalengan ikan dan pengolahan makanan pada
bagian barat akan dikembangkan oleh kelompok 6,
sedangkan untuk permukimannya akan dikembangkan oleh
kelompok 2.
Semua kawasan mikro baik industri maupun permukiman akan
dikembangkan dengan konsep masing-masing dalam lingkup mikro
yang saling teringrasi dengan tetap berpedoman pada konsep meso.
Masing-masing kawasan mikro akan mengadopsi prinsip-prinsip smart
growth sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya
wilayah Kendal dilalui oleh jalan nasional dan tentunya menjadikan
wilayah ini strategis untuk dikembangan. Hal ini tentu menjadikan aspek
aksesbilitas menjadi suatu hal utama yang harus diperhatikan. Dalam
mewujudkan kawasan industri yang terintegrasi, kondisi jaringan jalan
yang terdapat dalam kawasan tersebut pun haruslah direncanakan
dengan baik. Kawasan industri merupakan kawasan yang memiliki
tingkat aktivitas yang tinggi dan ditambah lagi dengan adanya akses
yang menuju ke pelabuhan pada kawasan industri yang direncanakan.
Perencanaan jaringan jalan yang baik akan menentukan
keefektifan aksesbilitas di dalam kawasan industri. Jaringan jalan
yang direncanakan haruslah sesuai dengan rencana jaringan jalan
yang telah disahkan di RTRW Kabupaten Kendal, dimana pada
jaringan jalan yang direncanakan di kawasan industri telah sesuai
dengan rencana struktur ruang yang didalamnya juga memuat
rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Kendal. Selain
STUDIO 3A 2014 75
Smart Industrial Development
Akan diterapkan prinsip-
prinsip smarth growth
dalam pengembangan
kawasan industri tiap
segmen
itu, sebagai wilayah yang dilalui jalan menuju ke pelabuhan,
perencanaan jaringan jalan yang pun harus menghindari kesan
adanya privatisasi jaringan jalan yang menuju ke pelabuhan. Tingkat
urgenitas pembangunan jalan rencana ini adalah asumsi berdasarkan
pengamatan di kawasan Industri Tugu Kota Semarang apabila setiap
hari 1 Industri skala besar terdapat pergerakan kurang lebih 100
kendaraan jenis Heavy Vehicle (HV) pada jam puncak aktivitas
perindustrian. Sehingga apabila terbangun 3 Industri skala besar
maka akan terdapat 300-400 kendaraan. Oleh karenanya perlu
perencanaan jalan baru di kawasan industri dibuat untuk memecah
kepadatan antara kesibukan kegiatan industri dan lalu lintas jalan
arteri. Jalan rencana akan dibangun dibagian utara yang melalui
ketiga industri dan menghubungkan dengan jalan ke pelabuhan..
Indikator Konsep Dari 10 prinsip-prinsip smart growth, ada 8 prinsip yang
diterapkan dalam Smart Industrial Development. Kedelapan prinsip
tersebut adalah mixed land uses, compact building design, range of
housing opportunities, walkable neighborhood, sense of place, preserve
open space and natural beauty, multiple transportation options, dan cost
effectiveness. Kedelapan prinsip tersebut dipilih dengan justifikasi dapat
menyelesaikan masalah yang ada dan dapat mengoptimlakan fungsi
yang ada. Indikator dari 8 prinsip yang akan diterapkan pada konsep
Smart Industrial Development adalah :
1. Mixed Land Uses
• Terciptanya tata letak yang berdekatan antar fungsi
• Terciptanya fungsi permukiman, perkantoran, perdagangan, dan
fungsi penunjang lainya
2. Compact Building Design
• Terciptanya efisiensi penggunaan lahan
• Terciptanya efisiensi penggunaan sarana dan prasarana
ME
SS
O
76 STUDIO 3A 2014
3. Range of housing opportunities
• Tersedianya jenis-jenis permukiman yang
terjangkau untuk penduduk
musiman/tetap
• Terciptanya stimulus ekonomi untuk
daerah komersial
• Mempermudah akses rumah tangga
4. Walkable Neighborhood
• Pembangunan mix land use dan compact
design building dapat menciptakan
aktivitas pejalan kaki.
• Infrastruktur aman mendukung pejalan
kaki, pesepeda dan non motorized.
5. Sense of Place
• Terciptanya bentukan alam (edge) dan
buatan manusia (landmark) sehingga
menciptakan suasana yang berbeda.
6. Preserve Open Space and Natural
Beauty
• Terciptanya hutan mangrove di sekitar
pantai untuk menanggulang rob dan
abrasi
• Terciptanya greenbelt sebagai barrier
kawasan industri dan mengendalikan
ekspansi lahan.
• Terciptanya RTH untuk mengurangi polusi
minimal 30% dari kawasan industri yang
terdiri atas 10% RTH private dan 20%
RTH publik.
• Terciptanya pemanfaatan RTH publik
sebagai RTH aktif dan RTH pasif.
• Terciptanya pengelolaan limbah dan
sampah yang ramah lingkungan.
7. Multiple Transportation Options
• Tersedianya titik pergantian moda
berupa halte
• Terciptanya sistem transportasi massal
yang efektif, efisien, dan ramah
lingkungan
• Tersedianya prasarana pendukung bagi
pengguna kendaraan non motorize
(pejalan kaki dan bersepeda)
• Tersedianya lahan parkir bagi
pengguna kendaraan pribadi yang
terhubung dengan titik pergantian moda
(park and ride)
• Tersedianya titik pergantian moda yang
dapat malayani pejalan kaki dalam
radius minimal 200 meter
• Tersedianyalokasi pergantian moda
yang mengakomodir tiap kegiatan yang
ada (tersebar secara merata)
• Adanya jadwal pergerakan transportasi
massal di kawasan industri
• Adanya pembatasan bagi penggunaan
kendaraan pribadi dalam kawasan
industri
• Terciptanya kemudahan distribusi bagi
industri melalui jalur darat, laut, maupun
kereta api
8. Cost Effectiveness
Terciptanya pembiayaan yang optimal.
STUDIO 3A 2014 77
Penerapan
Konsep
Berdasarkan 8 prinsip yang digunakan untuk penerapan konsep meso,
dimana dengan 8 prinsip tersebut diharapkan bisa menyelesaikan masalah
yang ada dan mengoptimalkan potensi yang ada. Klasifikasi penerapan 8
prinsip kedalam potensi dan masalah yang ada dapat dilihat pada Tabel
IV.8.
Tabel IV.4 Penerapan 8 Prinsip Smart Industrial Estate
Isu dan Permasalahan Potensi
Mix Land Use Ketersediaan Lahan
Compact Building Design Pola Pengembangan yang
tidak kompak -
Range of housing opportunities -
Adanya peruntukkan lahan
untuk kawasan permukiman di
sekitar kawasan industri
Walkable Neighborhood Pola Pengembangan yang
tidak kompak -
Sense of Place - -
Preserve Open Space and
Natural Beauty
Limbah
Rob dan Abrasi
Amblesan
Sampah
-
Multiple Transportation Options
Kerusakan Jalan di Beberapa
titik di sepanjang Pantura
Kabupaten Kendal
Mahalnya biaya transportasi
Dilewati oleh jalan nasional
dan jalan provinsi
Tersedianya sarana
transportasi pendukung
seperti pelabuhan dan jalur
double track kereta api
Cost Effectiveness Pertumbuhan ekonomi di Merupakan penyumbang
78 STUDIO 3A 2014
Isu dan Permasalahan Potensi
Kecamatan Kaliwungu yang
berbasis industri pengolahan
cendrung menurun
Mahalnya biaya transportasi
PDRB terbesar kedua di
Kedungsepur setelah Kota
Semarang
SDM usia Produktif 54%
Sumber : Analisis Studio Perancangan dan Pembangunan Kota Kelas A, 2014
Konsep meso “Smart Industrial Estate” akan diterapkan kedalam wilayah studi
yang telah ditetapkan sebagai kawasan meso. Deliniasi wilayah meso dapat dilihat
pada Gambar 4.2 dimana gambar tersebut menunjukkan
Gambar 4.2
Peta Deliniasi
Wilayah Meso
Sumber: Bappeda Provinsi Jawa Tengah 2010
Berdasarkan peta deliniasi meso diatas, dapat diketahui bahwa wilayah meso
akan dibagi menjadi 6 kawasan mikro, dimana 3 deliniasi mikro yang paling utara
diperuntukkan sebagai kawasan industri yang masing-masing memiliki luas kurang
lebih 25 Ha. Sedangkan 3 deliniasi bagian mikro paling selatan akan di
peruntukkan sebagai kawasan permukiman dengan luas masing-masing kawasan
STUDIO 3A 2014 79
mikro kurang lebih 25 Ha. Dari peta deliniasi meso juga dapat diketahui secara
langsung maupun tidak langsung bahwa antara kawasan industri di bagian utara
memiliki integrasi dengan sesama kawasan industri, begitu juga dengan kawasan
permukiman. Integrasi antar sesama kawasan ini berupa hubungan horizontal.
Sedangkan untuk hubungan vertikal setiap kawasan industi akan berintegrasi
dengan kawasan permukiman dibagian selatannya. Integrasi yang dimaksud secara
garis besar adalah dalam bentuk transportasi yang berupa jaringan jalan serta
dalam bentuk prasarana pendukung lainnya.
Segmen 2 merupakan wilayah yang
memiliki lokasi paling strategis diantara 2
segmen lainnya. Letaknya yang berada
diantara segmen 1 dan segmen 3 serta
dilalui oleh jalan menuju pelabuhan Kendal
memberikan keuntungan lebih dalam
pengembangan industri karena bisa
mempermudah proses distribusi bahan baku
ataupun bahan hasil produksi. Dalam
pengembangan kawasan permukiman,
konsep yang diusung oleh kawasan industri
dan permukiman adalah “Integrated-Eco
Balance Industrial” dengan turunan konsep
untuk zona industri adalah “Accessible and
Eco-Balance Industrial Centre” sedangkan
zona perumahan memiliki konsep “Affordable
Green-Netwoking” dalam menunjang
Kawasan Industri segmen 2.
Pemilihan kedua konsep tersebut
didasarkan pada potensi dan permasalahan,
identifikasi karakteristik wilayah serta
pemenuhan akan kebutuhan kawasan
permukiman bagi pekerja industri dengan
tetap mempertimbangkan ekologi
lingkungan. Tidak ada konsep khusus yang
menyatukan kawasan industri ataupun
permukiman. Namun baik kawasan industri
ataupun kawasan permukiman memiliki
keterkaitan atau integrasi satu sama lain,
terutama dalam hal transportasi dan
keseimbangan ekologi. Networking –
Accessible merupakan konsep utama yang
diusung baik oleh kawasan industri ataupun
permukiman.
Integrated-Eco Balance
Industrial Konsep Mikro Segmen 2
80 STUDIO 3A 2014
Transportasi, menjadi hal utama yang akan diintegrasikan satu sama
lain dalam pengembangan kawasan segmen 2. Baik kawasan industri
dan kawasan permukiman saling mendukung dalam hal transportasi.
Transportasi umum menjadi hal utama pengembangan integrasi kawasan
permukiman – industri. Para pekerja, baik yang menghuni di kawasan
permukiman yang telah disediakan ataupun pekerja yang melakukan
commuter nantinya akan menggunakan trasnportasi umum. Selain
mengurangi pemakaian kendaraan motorize pribadi, juga untuk
menghindari terciptanya titik kemacetan baru.
Gambar 4.4 Bagan Integrasi
Transportasi
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3A Studio Perancangan, 2014
Kawasan permukiman segmen 2 dikembangkan guna memenuhi
kebutuhan rumah bagi para pekerja kawasan industri. Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa kawasan permukiman akan menyediakan jumlah rumah
lebih dari jumlah pekerja guna mengatasi ledakan penduduk yang
diprediksikan akan terjadi dikemudian hari karena pengembangan kawasan
industri di Kecamatan Kaliwungu. Perumahan yang direncanakan juga
merupakan perumahan dengan harga terjangkau dengan tipe sederhana untuk
pekerja industri. Sehingga dengan penghasilan yang mereka, mereka bisa
memiliki rumah tersebut.
Selain itu, baik kawasan permukiman ataupun kawasan industri sama-
sama mengutamakan efisiensi penggunaan lahan, menggunakan lahan dengan
seefisien mungkin dalam pembangunan, sehingga aspek ekologi lingkungan
dapat tetap terjaga guna menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem.
Kawasan
Permukiman
Kawasan
Industri
Angkutan
Umum
Menyediakan Shelter di tiap kawasan
Shelter
Shelter
Shelter
Shelter
Shelter
Shelter
Parkir
Komunal
STUDIO 3A 2014 81
Justifikasi Konsep Mikro Pada delineasi kawasan Industri di
Kecamatan Kaliwungu Kendal adalah
kawasan yang dikembangkan untuk
perkembangan industri Kendal. Pada
bagian central kawasan industri dilewati
jalan menuju pelabuhan yang akan menjadi
akses utama kawasan industri menuju
pelabuhan Kendal. Sehingga pada kawasan
sentral perlu dirancang sebaik mungkin untuk
menampung lalu lintas truk barang untuk
mendistribusikan hasil industri.
Jenis industri yang akan
dikembangkan adalah industri Kayu Lapis
yang memiliki limbah cukup berbahaya
sehingga konsep yang diterapkan adalah
antisipasi dalam pengolahan limbah. Limbah
serbuk kayu akan di olah kembali menjadi
furniture, sedangkan limbah cairnya akan
diolah dan dinetralkan sebelum dibuang
agar tetap ramah lingkungan.
Indikator Konsep Mikro Adapun indikator dari konsep yang
diusung baik oleh kawasan permukiman
ataupun kawasan industri adalah :
1. Tersedianya shelter di setiap
kawasan, baik kawasan permukiman
ataupun industri sebagai titik
pergantian bus untuk transit pekerja.
2. Efisien dalam penggunaan lahan
dengan tetap mempertahankan
aspek ekologi lingkungan,
ditunjukkan dengan tetap
mempertahankan komposisi 30 : 70
= RTH : Terbangun. Selain itu juga
dengan pembuatan green belt di dua
kawasan yang berupa hutan kota.
3. Tersedianya jalur bagi pejalan kaki,
baik di kawasan industri ataupun
kawasan permukiman didukung
dengan kondisi asri bagi pejalan
kaki dan permukiman.
82 STUDIO 3A 2014
Konsep Industri Mikro
Zona industri akan menerapkan konsep pengembangan industri Accessible and Eco-
Balance Industrial Centre yang mengusung point accessible dan Eco-Balance, berikut
penjelasannya.
Accessible Menurut Black (1981)
Aksesibilitas adalah suatu
ukuran kenyamanan atau
kemudahan lokasi tata guna
lahan berinteraksi satu sama
lain, dan mudah atau
sulitnya lokasi tersebut
dicapai melalui transportasi.
Menurut Magribi bahwa
aksesibilitas adalah ukuran
kemudahan yang meliputi
waktu, biaya, dan usaha
dalam melakukan
perpindahan antara tempat-
tempat atau kawasan dari
sebuah sistem (Magribi,
1999).
Tingkat aksesibilitas
dapat dilihat dari banyak
sedikitnya jaringan yang tersedia. Semakin banyak jaringan
semakin mudah aksesibilitasnya. Selain itu tingkat aksesibilitas
diukur berdasarkan ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat
transportasi, panjang, lebar, dan kualitas jalan. Aksesibilitas
ini diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan
mobilitas, misalnya dalam kawasan perindustrian kemudahan
aksesibilitas dapat dilihat dari jaringan yang menghubungkan
dengan tempat distribusi. Kemudahan aksesibilitas dari
kawasan permukiman ke kawasan industri. Faktor yang
mempengaruhi fungsi rendahnya aksesibilitas adalah
topografi, morfologi, dan laut.
Kawasan industri ini terletak di lokasi strategis yang
dilewati jalan menuju pelabuhan, topografinya juga datar.
Letak kawasan ini juga berada di tengah-tengah industri
kedua industri lainnya. Sehingga kawasan ini memiliki potensi
kemudahan aksesibilitas dalam mendistribusikan hasil produksi
ke pelabuhan maupun menuju permukiman karena jalannya
yang lebar dan kualitas yang baik.
Eco-Balance Eco balance merupakan
penurunan dari Konsep Eco
Industrial Park (EIP), yang
selanjutnya disebut Kawasan
Industri Ramah Lingkungan
(KIRL) merupakan suatu pendekatan yang mengintegrasikan
kegiatan bisnis dan pengelolaan lingkungan untuk
meningkatkan kinerja kawasan industri dari aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan. EIP didefinisikan sebagai pemusatan
komunitas industri dan jasa dalam suatu kawasan, yang saling
STUDIO 3A 2014 83
bekerjasama dalam
pengelolaan lingkungan dan
sumberdaya (informasi,
energi, air, bahan baku,
infrastruktur dan lingkungan)
untuk meningkatkan kinerja
lingkungan, ekonomi, dan
sosial (Lowe, 2001).Ekologi
adalah ilmu yang
mempelajari seluruh pola
hubungan timbal balik
antara makhluk hidup
dengan sesamanya dan
makhluk hidup dengan
komponen sekitarnya.
Konsep-konsep ekologi yang
biasa diterapkan pada
pembangunan adalah konsep pembangunan yang ramah
lingkungan. Pembangunan kawasan industri biasanya tidak
lagi memperhatikan kelestarian lingkungan karena para
pengusaha lebih mementingkan profit oriented dengan
memaksimalkan pembangunan sehingga tidak ada lagi ruang
terbuka hijau, selain itu pencemaran limbah dan polusi tidak di
perhatikan. Selain itu pengembangan kawasan industri akan
meningkatkan pertumbuhan pembangunan yang tidak
terkendali.
Maka dalam pengembangan kawasan industri ini akan
diterapkan konsep keseimbangan lingkungan seperti dengan
pembuatan greenbelt berupa hutan kota sehingga dapat
mencegah ekspansi lahan pertanian, penerapan pengelolaan
limbah ramah lingkungan, menggunakan teknologi tinggi untuk
mengurangi polusi udara yang diakibatkan produksi kayu
lapis.
Konsep yang diusung adalah yang dapat menyelesaikan permasalahan di delineasi area
industri segmen 2 dan menngembangkan potensi yang terdapat pada kawasan tersebut. Lokasi
yang sangat strategis dengan melihat potensi jalan yang menuju ke pelabuhan Kendal yang
melintasi kawasan Industri. Jalan tersebut akan menjadi akses utama bagi truk-truk pembawa
hasil produksi dari berbagai industri menuju ke pelabuhan untuk didistribusikan. Sehingga untuk
menciptakan akses yang mudah dan nyaman maka kami akan merancang kawasan Industri yang
aksesibel mudah dijangkau dari industri disekitarnya menuju ke pelabuhan. Selain itu konsep
aksesibel ini akan memberikan pelayanan bagi para pekerja yang menempati perumahan
pekerja di sebelah selatan kawasan Industri dengan penyediaan bus karyawan dengan konsep
TOD dari kawasan perumahan ke kawasan Industri. Dalam mencapai konsep TOD akan ada
penyediaan pedestrian ways di kawasan Industri.
Pengapikasian konsep eco-balance ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan
lingkungan dengan adanya pengembangan kawasan industri. Pembangunan kawasan industri di
Justifikasi Konsep
Industri Mikro
84 STUDIO 3A 2014
areal tersebut membutuhkan reklamasi dari tambak menjadi bangunan gedung Industri sehingga
harus memperhatikan daya dukung lahan. Selain itu permasalahan limbah dan polusi udara
sering diabaikan oleh para investor industri, maka desain pembangunan ramah lingkungan akan
menyelesaikan permasalahan tersebut. Kedua konsep tersebut akan mendukung konsep meso
yaitu Smart Industrial Development, serta otomatis akan mendukung konsep makro yaitu
Sustainable Industrial Development.
Indikator pada pencapaian konsep Accessible Eco-Balance Industrial Centre
adalah tercapainya beberapa penerapan prinsip dari smart growth.
Terdapat 6 indikator dari prinsip yang akan dicapai adalah sebagai berikut.
1. Mixed Land Uses
Terciptanya tata letak pabrik, gudang, dan kebutuhan ruang industri lainnya secara berdekatan.
2. Compact Building Design
Terciptanya efisiensi penggunaan lahan
Terciptanya efisiensi penyediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan industri.
3. Walkable Neighborhood
Terciptanya landuse antar fungsi yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
Tersedianya infrastruktur aman yang mendukung pejalan kaki (pedestrian ways) yang aman dan nyaman.
4. Preserve Open Space and Natural Beauty
Terciptanya hutan mangrove di sekitar pantai untuk menanggulang rob dan abrasi
Terciptanya greenbelt berupa hutan kota sebagai barrier kawasan industri dan mengendalikan ekspansi lahan.
Terciptanya pengelolaan limbah dan sampah yang ramah lingkungan.
Tersedianya sistem pepohonan dan tata hijau di pedestrian ways
5. Multiple Transportation Options
Tersedianya titik pergantian moda berupa halte
Terciptanya sistem transportasi massal yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
Terciptanya kemudahan distribusi bagi industri melalui jalur darat, laut, maupun kereta api
6. Cost Effectiveness
Terciptanya pembiayaan yang optimal dalam pembangunan kawasan industri.
IN
DIK
AT
OR
STUDIO 3A 2014 85
Penerapan Konsep Industri Mikro
Kecamatan Kaliwungu merupakan kecamatan yang ditujukan sebagai kawasan
perindustrian, atau yang lebih dikenal dengan KIK (Kawasan Industri Khusus). Oleh
karena itu, pengembang bertujuan untuk mendirikan suatu industri yang mendukung
konsep penngembangan industri di kecamatan tersebut, salah satunya industri kayu
lapis. Industri kayu lapis merupakan industri eksisting yang terdapat di Kendal.
Perusahaan industri kayu lapis yang terdapat di Kendal adalah PT Kayu Lapis
Indonesia (KLI). Oleh karena itu, prospek untuk mengembangkan industri kayu lapis di
Kabupaten Kendal terbilang sangat bagus.
Untuk mengembangkan industri kayu lapis tersebut, maka akan diusung konsep
“Accessible and Eco-Balance Industrial Centre”. Dalam konsep tersebut mengutamakan 5
poin utama, yaitu compact, walkable, Preserve Open Space and Natural Beauty,
Transportation dan Cost Effectiveness. Adapun hal-hal yang akan diterapkan adalah
sebagai berikut.
1. Compact
Dalam pembangunan kawasan industri akan diterapkan
pembangunan dengan konsep kompak dimana dalam satu
kawasan industri tersebut sudah dapat memenuhi
kebutuhan kegiatan industri dan penyediaan sarana
pendukung industri untuk karyawan selama melakukan shift
kerja, seperti pengadaan kafetaria, poliklinik, masjid dll.
Selain itu juga peletakan
antar fungsi bangunan
akan diletakkan berurutan
sesuai proses yang
diperlukan Industri kayu
lapis.
2. Accessible
Konsep accessible akan diterapkan dengan membuat beberapa jalur jalan yang terpisah
yaitu jalur menuju pelabuhan untuk umum, jalur untuk memudahkan proses produksi industri,
dan jalur bus karyawan. Pemisahan jalur ini diharapkan dapat memecah kepadatan lalu
lintas karena segmen 2 memiliki jalur utama akses menuju pelabuhan. Rincian penerapannya
adalah sebagai berikut.
Jalur ke pelabuhan akan dibuat jalur dengan meminimalisasi hambatan serta terdapat
pemisah jalur dengan median
Jalur produksi akan dibagi menjadi 2 bagian karena bahan baku berasal dari
Kalimantan sehingga dari jalur utara menuju ke bagian timur dan diteruskan ke bagian
86 STUDIO 3A 2014
barat hingga menghasilkan barang jadi. Setiap gedung akan dilengkapi parkir untuk
loading dock untuk bongkar muat barang.
Jalur bus merupakan penerapan Transit Oriented Development dari zona hunian menuju
zona industri. Jalur bus untuk karyawan akan dibagi 2 untuk melewati rute yang berbeda
yaitu di bagian barat dan timur karena zona industri terbagi oleh jalan menuju
pelabuhan. Sebagai pelengkap akan disediakan shelter bus untuk tempat pemberhentian
pegawai industri di titik-titik yang dekat dengan tempat kerja.
Jalur pedestrian ways dalam mewujudkan konsep walkable., sehingga tidak akan
mengganggu tujuan satu dengan lainnya. Untuk mendukung konsep walkable akan
diterapkan pedestrian ways selebar 2 meter sepanjang jalur bus yang dilengkapi dengan
tata hijau dan street furniture seperti penerangan jalan, tempat sampah, bangku, dan
rambu-rambu lalu lintas untuk memberi kenyamanan pada pejalan kaki.
Penyediaan jembatan penyeberangan yang nyaman untuk mengintegrasikan bagian
kanan dan kiri bagi pejalan kaki, dan aktivitas penyeberangan tidak mengganggu lalu
lintas jalan utama menuju ke pelabuhan
Penyediaan side entrance pada bagian kanan, untuk mengurangi kepadatan pada pick
hour di main entrance.
3. Eco-Balance
Pada suatu industri pasti akan menimbulkan dampak-dampak polutif seperti asap, limbah
padat dan cair. Selain itu lokasi perancangan terletak di daerah dekat laut yang masih
berupa tambak sehingga perlu dijaga kelestariannya seperti.
Pembuatan greenbelt berupa hutan kota sebagai pengendali ekspansi lahan industri serta
menjadi pembatas antara kawasan polutif dengan non polutif. Ditinjau dari lokasi
permukiman dan kawasan industri yang terbilang cukup dekat, maka dibuatlah green belt
guna membatasi keduanya, sehingga polusi dari industri tidak langsung menuju kawasan
permukiman. Greenbelt ini akan didesain seperti hutan kota yang menggunakan tanaman
trembesi sehingga dapat menyerap karbon lebih banyak.
Penanaman hutan mangrove di sebelah utara bagian area industri, untuk mencegah
dampak duruk dari aktivitas laut.
Selain itu juga didukung dengan adanya pengolahan IPAL sehingga mengurangi dampak
akibat limbah cair industri yang dihasilkan.
STUDIO 3A 2014 87
Limbah padat yang berupa serbuk kayu akan di olah kembali menjadi furniture namun
bukan di dalam industri kayu lapis tersebut, sehingga akan dibuat penampungan serbuk
kayu.
Melengkapi pedestrian dan median jalan dengan tata hijau yang berestetika.
4. Cost Effectiveness
Dalam pembangunan kawasan industri, akan diterapkan pembangunan dengan
pembiayaan pembangunan yang optimal bagi kawasan industri sehingga tercipta
pembangunan yang berkelanjutan.
Penerapan insentif bagi investor yang akan mengembangkan industri di kawasan industri.
Penerapan disinsentif oleh pemerintah bagi industri yang tidak mejaga kelestarian
lingkungan seperti tidak mengolah limbahnya dan dibuang langsung ke sungai.
Pengelolan limbah cair dan
penampungan limbah padat
Hutan Mangrove
Setiap jalan di lengkapi
dengan pedestrian,
streetfurniture dan tata
hijau
Akan dibuka side
entrance untuk bus
rute bagian timur
Pemisahan Jalur ke
Pelabuhan untuk umum dan
jalur bus karyawan.
Greenbelt berupa
RTH (Hutan Kota)
Main entrance jalur ke
pelabuhan dan jalur bus
rute bagian barat
Perempatan penghubung
jalur produksi bagian
timur ke barat serta
jembatan layang
Gambar 4.3 Penerapan Konsep Segmen 2 pada Area Kegiatan Industri Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3A
Studio Perancangan, 2014