12
BAB IV PEMBAHASAN Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum impart, baik secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahm sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan dinilai penting untuk membantu proses persalinan pervaginam agar berjalan dengan baik. Pemilihan misoprostol dan oksitosin merupakan pilihan utama untuk melakukan induksi dalam persalinan. Untuk menginduksi persalinan dimana kondisi serviks belum dalam keadan yang matang maka pilihan yang tepat adalah menggunakan misoprostol pervaginam 4 x 25 mikogram yang ditinjau setiap 6 jam per 1 x pemberian. Oksitosin akan lebih optimal diberikan apabila kondisi serviks sudah matang. Pemberian oksitosin adalah sebanyak 5 IU yang dimasukan kedalam cairan ringer laktet 500cc yang kita teteskan 12 tetes per menit. Kelemahan misoprostol pervaginam adalah untuk menghindari efek sampingnya tidak bisa dihentikan, oleh sebab itu evaluasi harus terus dikerjakan karena jika terjadi efek samping kita bisa melakukan tindakan pencegahan. Sedangkan oksitosin lebih menguntungkan karena apabila sudah terjadi gejala dari efek sampingnya, kita bisa menghentikan laju infus. Pemilihan induksi secara mekanis dengan melakukan amniotomi juga merupakan cara yang efektif untuk mempercepat proses mulainya persalinan. Dengan memecahkan selaput ketuban akan menyebabkan penambahan tenaga untuk kontraksi rahim lebih kuat dan mempercepat turunya kepala

BAB IV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bb 4

Citation preview

Page 1: BAB IV

BAB IV

PEMBAHASAN

Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum impart, baik

secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahm sehingga terjadi

persalinan. Induksi persalinan dinilai penting untuk membantu proses persalinan pervaginam

agar berjalan dengan baik. Pemilihan misoprostol dan oksitosin merupakan pilihan utama untuk

melakukan induksi dalam persalinan. Untuk menginduksi persalinan dimana kondisi serviks

belum dalam keadan yang matang maka pilihan yang tepat adalah menggunakan misoprostol

pervaginam 4 x 25 mikogram yang ditinjau setiap 6 jam per 1 x pemberian. Oksitosin akan lebih

optimal diberikan apabila kondisi serviks sudah matang. Pemberian oksitosin adalah sebanyak 5

IU yang dimasukan kedalam cairan ringer laktet 500cc yang kita teteskan 12 tetes per menit.

Kelemahan misoprostol pervaginam adalah untuk menghindari efek sampingnya tidak bisa

dihentikan, oleh sebab itu evaluasi harus terus dikerjakan karena jika terjadi efek samping kita

bisa melakukan tindakan pencegahan. Sedangkan oksitosin lebih menguntungkan karena apabila

sudah terjadi gejala dari efek sampingnya, kita bisa menghentikan laju infus. Pemilihan induksi

secara mekanis dengan melakukan amniotomi juga merupakan cara yang efektif untuk

mempercepat proses mulainya persalinan. Dengan memecahkan selaput ketuban akan

menyebabkan penambahan tenaga untuk kontraksi rahim lebih kuat dan mempercepat turunya

kepala janin. Jika terjadi gagal induksi pada pasien tersebut, maka bisa kita lakukan alternatif

untuk melakuan persalinan perabdominal.

Keluhan Utama:

Pasien mengeluh keluar air-air sejak 8 jam SMRS.

→Kemungkinan pasien sudah masuk PK I laten, untuk memastikannya kita perlu melakukan

pemeriksaan fisik dgn VT dan hitung his.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dirujuk dari Puskemas karena tidak terjadi kemajuan persalinan. Pasien mengaku

hamil 9 bulan. HPHT 18-1-2015 (usia kehamilan 36 minggu 1 hari), taksiran persalinan 25-10-

2015. Mules-mules sejak jam 13.00 kemudian menghilang, keluar ledir kecoklatan 8 jam SMRS.

Keputihan berbau, kekuningan, terasa gatal dan panas, nyeri saat buang air dirasakan sejak 2

Page 2: BAB IV

minggu yg lalu sampai sekarang. ANC di bidan teratur >4 x, USG >4 kali, USG pertama bulan

Maret dan yang terakhir tanggal 17 september 2015 dengan hasil: TBJ 2400gr.

Riwayat Penyakit Dahulu:

DB pada tanggal 13-17 september 2015 dilakukan rawat inap. Hipertensi, diabetes melitus,

penyakit jantung, asma, alergi dan sakit gigi disangkal.

Penyakit-penyakit diatas menjadi faktor resiko kehamilan.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, asma, alergi disangkal.

Riwayat Menstruasi:

Menarche usia 14 tahun, siklus tidak teratur, lama menstruasi 7 hari, ganti pembalut 2x/hari,

dismenore (-). Saat kelas 2 SMA pernah mengalami haid sebulan penuh.

Riwayat mens ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien siklus haidnya teratur atau tidak,

karena syarat menggunakan rumus Neagel untuk mengitung taksiran lahir syaratnya adalah

teraturnya durasi dan siklus haidnya. Kemudian untuk mengetahui apakah volume darah haidnya

berlebihan atau tidak, kita mencurigai adanya gangguan saat haid.

Riwayat Menikah:

Pasien menikah 2 kali sejak tahun 2014.

Riwayat Obstetri:

G2P1A0Hamil36-37minggu

1. perempuan, 2008, RS Fatmawati, normal, 2400gr, aterm

2. Hamil saat ini

untuk mengetahui riwayat cara melahirkan dan bayi. Yang ditanyakan adalah jenis kelamin,

berat lahir, proses lahir normal atau sc, melahirkan ditolong oleh siapa. Jika pasien mengalami

keguguran juga harus kita tanyakan, karena mempengaruhi lamanya waktu persalinan untuk

yang nulipara dan multipara.

Page 3: BAB IV

Riwayat KB:

KB suntik satu bulan, pertama kali tahun 2008 dan berhenti tahun 2012.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: baik

Pasien dalam kondisi sehat

Kesadaran: CM

Pasien dalam kesadaran penuh dan dapat berinteraksi baik dengan dokter dengan kesadaran

penuh.

Tanda Vital

Tanda Vital:

Tekanan darah : 120/60 mmHg Nadi : 88 x/menit BB : 50 kg

Pernapasan : 18x/menit Suhu : 36,4oC TB : 148 cm

Status Generalis

Kepala : Normochepal

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik - / -

Jantung : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler, ronkhi - / -, wheezing - /-

Abdomen : membuncit sesuai usia kehamilan

Ekstremitas : akral hangat, oedem - / -, crt <2”

Status Obstetri:

TFU = 29 cm, Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup, punggung bayi disebelah kanan (PUKA),

selaput ketuban negative, TBJ 2480gr, kontraksi ireguler, DJJ 146 dpm.

I : V/U tenang

belum ada tanda aktif

Io : Portio licin dan oue terbuka

Page 4: BAB IV

VT : Portio kenyal, posterior, tebal 2 cm, pembukaan 1 cm, kepala di Hodge I-II

Pembukaan 1 cm masuk dalam keadaan PK I laten. Selaput ketuban negative. Kepala berada di

hodge I yang artinya masih di sekitar tepi atas simfisis pubis.

USG : Janin presentasi kepala tunggal hidup, DJJ (+).

BPD : 81.6

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah kepala biparietal bayi bisa

melewati pintu tengah panggul atau spina ischiadika yang secara anatomis

memiliki diameter 9,3 cm. Jika BPD lebih dari angka tersebut, maka dikatakan

bayi tidak bisa lahir secara pervaginam.

HC : 302

AC : 197

FL : 71.9

TCD : 49.3

Usia Kehamilan : 36 minggu 3 hari

ICA : 8.3

TBJ : 2444 gram

Taksiran berat janin penting untuk diketahui karena kita bisa tahu kemungkinan

bayi bisa dilahirkan secara pervaginam atau tidak, mungkin saja bisa terjadi

makrosomia (bayi dengan berat > 4000 gram).

Plasenta berada di korpus anterior. Hamil Aterm.

Kesan : 36-37 minggu dan air ketuban berkurang

Pemeriksaan Lab

Leukosit : 9700 (N: 5000-10000)

Dalam batas normal, jika mengalami peningkatan kita curigai terjadi infeksi.

Netrofil : 52 ( N: 50-70)

Limfosit : 39 (N: 25-40)

Monosit : 8,4 (N: 2-8)

Eosinophil : 0,5 (N: 2-4)

Basophil : 0,1 (N: 0-1)

Eritrosit : 3.6 (N: 3,6-5,8)

Hemoglobin : 10,3 (N: 12-16)

Page 5: BAB IV

Pemeriksaan ini penting karena pada saat melahirkan pasien akan kehilangan banyak darah.

Oleh karena itu apabila kita menemukan pasien dengan Hb rendah, kita lakukan transfusi terlebih

dahulu.

Hematokrit : 30 (N: 35 – 47)

MCV : 83,9 (N: 80 – 100)

MCH : 28,6 (N: 26-32)

MCHC: 34,1 (N: 32-36)

RDW-CV : 13,7 (N: 11,5-14,5)

Trombosit : 231000 (N: 150.000-440.000)

ET : 4’ (N: <6’)

CT : 8’ (N: <8’)

Kimia Klinik Glukosa Darah Sewaktu 75 mg/dL

14 U/L7 U/L

13 mg/dL0,6 mg/dL

N : < 180N : 0 -37N : 0 – 40N : 20 -40

N : 0,8 – 1,5URINEUrin LengkapKimia Urin Warna Urin Kejernihan Berat Jenis Urin pH Urin Protein Glukosa Keton Bilirubin Urobilinogen Nitrit Darah Samar Leukosit Enterase

KuningAgak keruh

1,0107,6-------+

N : KuningN : JernihN : 5,5 – 8

N : -N : -N : -N : -N : -

N : 0,1 – 1N : -N : -N : -

Mikroskopik Urin Leukosit Eritrosit Sel epitel Silinder granular cast Silinder Hyalin

5-10-+--

N : 3 – 5N : 0 – 1

N : +N : -N : -

Page 6: BAB IV

Diagnosa

G2P1A0 hamil 36-37 minggu, janin presentasi kepala tunggal hidup, air ketuban berkurang (ICA

8,3), PS 2, janin cenderung kecil

Penatalaksanaan

Rdx/

- Cek DPL, UL, ET/CT, GDS

o Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada darah.

Adanya protein pada urin. BT/CT untuk mengetahui apakah pasien ini ada

gangguan hemostasis.

- Cek CTG :

Kategori I rencana induksi persalinan dengan misoprostol 25mcg pervaginam

Kategori III Sectio Cessarea cito.

Rth/

- Observasi keadaan umum, RR,BP,HR, suhu, HIS, dan DJJ setiap jam

o Harus kita cek terus untuk mengetahui keadaan umum ibu dan janin

- Terminasi kehamilan:

o FDJP ≥ 6 induksi pematangan serviks → misoprostol 25 mcg pervaginam/6 jam

o FDJP < 6 → sc cito

- ceftrizidine 2x1 gr

- Cek CTG

o Kardiotokografi adalah alat yang berfungsi untuk melihat system simpatis dan

parasimpatis dari janin. Biasanya kita mulai bisa melakukan pemeriksaan CTG

saat janin masuk usia 20 minggu. Pemeriksaan ini sangat penting untuk

mengetahui apakah janin bisa dilahirkan secara pervaginam atau perabdominal

dilihat dari hasil CTGnya.

Page 7: BAB IV

Hasil CTG didapatkan

- Based line 150 dpm

- Variabilitas 5-20 dpm

- Akselerasi +

- Deselerasi –

- Gerakan janin >2x/10’

- Kesan kategori 1

→menandakan bahwa pasien bisa melakukan persalinan secara pervaginam

01-10-2015

Pukul 02.30

CTG : kategori I

Memberikan misoprostol 25 mcg pervaginam (I) (dinilai ulang 6 jam kemudian 08.30)

Pukul 04.30

Menerima hasil lab dengan kesan dalam batas normal kecuali hasil urin lengkap menunjukkan infeksi saluran kemih.

Pukul 08.30

S : gerakan janin aktif, mulas hilang timbul

O : CM, baik

TTV : BP 100/70, Hr 88x/mnt, suhu: 36C, RR 18x/mnt

Status obstetric : djj 145dpm, HIS ireguler. VT: kenyal, tebal 2cm, pembukaan 1cm, selaput ketuban negative, posterior, Hodge I-II.

P :

- Misoprostol 25 mcg pervaginam (II) nilai ulang pukul 14.30

Page 8: BAB IV

- Observasi tanda IIU dan kompresi tali pusat

Pukul 14.30

S : mulas hilang timbul, gerakan janin aktif

O : CM, baik. BP 110/70, HR 88x/menit, suhu 36C, RR 20x/menit

Status obstetric : djj 152dpm, His irregular

P :

- Observasi KU, BP,RR, suhu, HR, djj- Observasi tanda IIu dan kompresi tali pusat- Ceftrizidine 2x1gr IV- Misoprostol 25mcg pervaginam (III) nilai ulang pukul 20.30

Pukul 20.30

S : mulas jarang, gerak janin aktif

O : KU baik,CM , TD 110/80, HR: 80x/menit, RR 20x/menit, suhu: afebris.

Status obstetric : his negative, djj 148dpm. VT: porsio kenyal, posterior, pembukaan 1cm, tebal 2cm, hodge I-II, PS 2

A: ketuban pecah 1 hari pada G2P1Hamil36-37minggy, Janin presentasi kepala tunggal hidup, serviks belum matang, belum inpartu.

P :

- Observasi KU, RR, BP, HR, suhu, djj- Observasi tanda-tanda IIU- Ceftrizidine 2x1gr IV- Misoprostol 25mcg pervaginam (IV) nilai ulang pukul 02.30

Pukul 02.30

Penilaian langsung oleh DPJP dr.Djoni Taher Sp.OG, didapatkan hasil :

Page 9: BAB IV

Porsio kenyal, posterior, licin, kepala hodge I-II, pembukaan 1cm. tidak ada kemajuan persalinan sejak penilaian awal. Untuk menghindari resiko infeksi dengan kemungkinan lanjutan persalinan yang rendah, pasien direncanakan SC cito karena gagal induksi.

Pukul 02.40

Berlangsung SC dan pemasangan IUD, lahir bayi perempuan

S :tidak terdapat keluhan

O : KU baik, CM, TD 110/80, HR 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,7C

Status generalis : dalam batas normal

Status obstetric : TFU 2 jari di bawah umbilicus, kontraksi baik. Bekas operasi tertutup perban, pembesaran negatif

A : OS post SC a.i gagal induksi, akseptor kb

P : - observsi KU, HR, RR, Suhu, TD, Perdarahan kontraksi

- Cek DPL post OP- Ceftrizidin 2 x 1 gr IV- Kaltrofen 3 x 100 supsositoria- Ranitidin 2 x 100 mg IV- Asam treneksamat 3 x 1000 mg IV- Mobilisasi bertahap rawat di ruangan