Upload
neveralone11
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ghjgjhg
Citation preview
BAB IV
PERHITUNGAN PENAMPANG KABEL DAN PENGAMAN (MCB)
4.1 Tujuan Perhitungan KHA Penghantar dan Pengaman (MCB)
Setiap mesin di PT. Macanan Jaya Cemerlang memiliki karakteristik
beban peralatan yang berbeda-beda. Hal ini tergantng dari kebutuhan masing-
masing beban peralatan listrik yang berbeda-beda. Tiap gedung memiliki
beban motor-motor listrik dan kompresor untuk menggerakkan mesin.
Dalam kegiatan kerja praktek ini penulis diberi tugas untuk menganalisa
instalasi mesin-mesin yang ada pada masing-masing gedung. Mulai dari
update terakhir mesin-mesin yang terpasang pada tiap gedung beserta
pengkabelan hingga breaker yang digunakan.
4.2 Dasar teori
Pada sistem instalasi listrik PT. Macanan Jaya Cemerlang terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah tegangan pengenal,
KHA (Kuat Hantar Arus), kapasitas MCB dan juga faktor koreksi terhadap
suhu, tata letak dan jumlah inti kabel yang digunakan. Berikut acuan dalam
perhitungan instalasi listrik sesuai PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik):
KHA (Kuat Hantar Arus) Penghantar
KHA menyatakan arus maksimum yang dapat dialirkan dengan
kontinu oleh penghantar pada keadaan tertentu tanpa menimbulkan
kenaikan suhu yang melampaui nilai tertentu.
Pada PUIL 2000 disebutkan bahwa KHA penghantar sirkit akhir yang
menyuplai motor tunggal tidak boleh memiliki KHA kurang dari 125%
arus pengenal beban penuh.
Gambar 4.1 Screenshot PUIL 2000 pasal 5.5.3.1
29
30
Pada sistem instalasi listrik pada PT. Macanan Jaya Cemerlang
sendiri menggunakan penghantar bawah tanah.
Berikut adalah KHA untuk penghantar kabel bawah tanah:
Gambar 4.2 Screenshot KHA untuk kabel tanah
Tegangan Pengenal
Tegangan pengenal adalah tegangan yang disyaratkan oleh suatu
instalasi atau oleh bagian daripadanya. Pada sistem instalasi listrik PT.
Macanan Jaya Cemerlang menggunakan teganagn pengenal tegangan
rendah yaitu 230/400 volt.
Pengaman MCB
Sakelar mekanis yang mampu menghubungkan, mengalirkan dan
memutuskan arus pada kondisi sirkit normal dan juga mampu
menghubungkan, mengalirkan untuk jangka waktu tertentu dan
memutuskan secara otomatis arus pada kondisi sirkit tidak normal,
seperti pada kondisi hubung singkat.
31
Faktor Koreksi
Faktor koreksi berhubungan dengan kekuatan suatu penghantar
dalam mengalirkan arus pada keadaan normal. Pada keadaan normal,
suatu penghantar dapat mengalirkan arus sebesar 100% dari KHA,
namun pada kondisi tertentu KHA suatu penghantar dapat menurun.
Menurunnya KHA suatu penghantar dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal.
Pada instalasi listrik PT. Macanan Jaya Cemerlang yang
menggunakan kabel tanah, beberapa faktor koreksi yang harus
diperhatikan adalah faktor suhu, faktor tata letak dan jumlah inti pada
kabel.
Suatu penghantar dikatakan dalam kondisi normal ketika bekerja pada
suhu keliling 30˚ celcius. Berikut faktor koreksi terhadap suhu
Gambar 4.3 Screenshot Faktor koreksi terhadap suhu keliling
Penataan kabel penghantar dalam tanah juga berpengaruh terhadap
KHA penghantar, berikut faktor koreksi terhadap tata letak kabel:
Gambar 4.4 Screenshot Faktor Koreksi terhadap tata letak dan
jumlah inti
32
4.3 Rumus Perhitungan Daya
Rumus Daya:
P= √3 * V * I * cos phi * eff
Keterangan:
P = Daya (kw)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
Cos ϕ = faktor daya
Eff = efisiensi (diasumsikan 0,8)
4.4 Perhitungan Penghantar Kabel dan Pengaman (MCB)
Gedung A
Tabel 4.1 Data Beban pada Gedung A
GEDUNG MESIN DAYA (kW) COS PHI TEGANGAN (V)
f.k. suhu f.k. tata letak
A Lexus 16 0,8 380 1 0,79A Potong 9,86 0,8 380 1 0,79A Kantor 36 0,8 380 1 0,79
a. Lexus
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 16000
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=30,38 A
KHA pada mesin Lexus mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=30,38∗1,25
KHA=37,984 A
Maka akan didapatkan KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh
suatu kabel penghantar setelah dikalikan dengan faktor koreksi
adalah
KHA baru= 37,9841∗0,79
33
KHA baru=48,08 A
Dengan KHA sebesar 48,08 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 63 A.
b. Potong
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 9860
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=18,726 A
KHA pada mesin Potong mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=18,726∗1,25
KHA=23,4 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 23,41∗0,79
KHA baru=29,6 A
Dengan KHA sebesar 29,6 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 4 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 32 A.
c. Kantor
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 36000
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=68,37 A
KHA pada beban kantor mejadi:
34
KHA=¿∗1,25
KHA=68,37∗1,25
KHA=85,46 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 85,461∗0,79
KHA baru=108,18 A
Dengan KHA sebesar 108,18 A, maka dipakai kabel tanah berinti
tiga dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 125 A.
Gedung B
Tabel 4.2 Data Beban pada Gedung B
Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letakB CD-102 48 0,8 380 1 0,79B SM-102 31,56 0,8 380 1 0,79B SM-102 31,56 0,8 380 1 0,79B SM-74 35,5 0,8 380 1 0,79B MO 16,44 0,8 380 1 0,79B ROLAND 7,43 0,8 380 1 0,79B SOLNA 125 A 4,93 0,8 380 1 0,79B D-300b 38,13 0,8 380 1 0,79B D-300k 42,73 0,8 380 1 0,79B D-380 40,76 0,8 380 1 0,79B Kompressor ABC 56,21 0,8 380 1 0,79B Pracetak 18,41 0,8 380 1 0,79B PPIC 11 0,8 380 1 0,79B D-30 41,42 0,8 380 1 0,79
a. CD-102
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 48000
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=91,16 A
35
KHA pada mesin CD-102 mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=91,16∗1,25
KHA=113,95 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 113,951∗0,79
KHA baru=144,24 A
Dengan KHA sebesar 144,24 A, maka dipakai kabel tanah berinti
tiga dengan luas penampang 35 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 150 A.
b. SM-102
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 31560
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=59,94 A
KHA pada mesin SM-102 mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=59,94∗1,25
KHA=74,92 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 74,921∗0,79
KHA baru=94,84 A
Dengan KHA sebesar 94,84 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 100 A.
c. SM-74
36
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 35500
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=67,42 A
KHA pada mesin SM-74 mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=67,42∗1,25
KHA=84,276 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 84,2761∗0,79
KHA baru=106,68 A
Dengan KHA sebesar 106,68 A, maka dipakai kabel tanah berinti
tiga dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 125 A.
d. MO
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 16440
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=31,2 A
KHA pada mesin MO mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=31,2∗1,25
KHA=39,03 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 39,031∗0,79
37
KHA baru=49,4 A
Dengan KHA sebesar 49,4 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 63 A.
e. ROLAND
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 7430
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=14,11 A
KHA pada mesin ROLAND menjadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=14,11∗1,25
KHA=17,64 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 17,641∗0,79
KHA baru=22,32 A
Dengan KHA sebesar 22,32 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 2,5 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 32 A.
f. SOLNA 125
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 4930
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=9,36 A
38
KHA pada mesin SOLNA 125 mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=9,36∗1,25
KHA=11,7 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 11,71∗0,79
KHA baru=14,81 A
Dengan KHA sebesar 14,81 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 1,5 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 16 A.
g. D-300b
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 38130
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=72,42 A
KHA pada mesin D-300b mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=72,42∗1,25
KHA=90,52 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 90,521∗0,79
KHA baru=114,58 A
Dengan KHA sebesar 114,58 A, maka dipakai kabel tanah berinti
tiga dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 125 A.
h. D-300k
39
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 42730
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=81,15 A
KHA pada mesin D-300k mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=81,15∗1,25
KHA=101,44 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 101,441∗0,79
KHA baru=128,4 A
Dengan KHA sebesar 128,4 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 35 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 150 A.
i. D-380
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 40760
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=77,41 A
KHA pada mesin D-380 mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=77,41∗1,25
KHA=96,76 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 96,7631∗0,79
40
KHA baru=122,49 A
Dengan KHA sebesar 122,49 A, maka dipakai kabel tanah berinti
tiga dengan luas penampang 35 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 150 A.
j. Pracetak
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 18410
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=34,96 A
KHA pada beban kantor Pracetak mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=34,96∗1,25
KHA=43,7 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 43,71∗0,79
KHA baru=55,32 A
Dengan KHA sebesar 55,32 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 63 A.
k. PPIC
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 11000
√3∗380∗0,8∗0,8
41
¿=20,9 A
KHA pada beban ruang PPIC mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=20,9∗1,25
KHA=26,1 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 26,11∗0,79
KHA baru=33,05 A
Dengan KHA sebesar 33,05 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 4 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 40 A.
l. D-30
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 41420
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=78,66 A
KHA pada mesin D-30 mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=78,66∗1,25
KHA=98,33 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 98,331∗0,79
KHA baru=124,47 A
42
Dengan KHA sebesar 124,47 A, maka dipakai kabel tanah berinti
tiga dengan luas penampang 35 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 150 A.
Gedung C
Tabel 4.3 Data Beban pada Gedung C
Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letakC UV 32,87 0,8 380 1 0,79C LIPAT 23,01 0,8 380 1 0,79C Jahit Benang 7,89 0,8 380 1 0,79C Gathering 10,85 0,8 380 1 0,79
a. UV
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 32870
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=62,43 A
KHA pada mesin UV mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=62,43∗1,25
KHA=78,03 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 78,031∗0,79
KHA baru=98,77 A
Dengan KHA sebesar 98,77 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 100 A.
b. LIPAT
43
¿= P
√3∗V∗cos phi∗ef f
¿= 23010
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=43,7 A
KHA pada mesin LIPAT mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=43,7∗1,25
KHA=54,63 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 54,631∗0,79
KHA baru=69,15 A
Dengan KHA sebesar 69,15 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 80 A.
c. Jahit Benang
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 7890
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=14,98 A
KHA pada mesin jahit benang mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=14,98∗1,25
KHA=18,73 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 18,731∗0,79
44
KHA baru=23,7 A
Dengan KHA sebesar 23,7 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 2,5 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 25 A.
d. Gathering
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 10850
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=20,6 A
KHA pada mesin D-30 mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=20,6∗1,25
KHA=25,76 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 25,761∗0,79
KHA baru=32,6 A
Dengan KHA sebesar 32,6 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 4 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 40 A.
Gedung D
Tabel 4.4 Data Beban Pada Gedung D
Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letakD TIGRA 25,64 0,8 380 1 0,79D YOSHINO 24,98 0,8 380 1 0,79D STARBINDER 19,72 0,8 380 1 0,79
45
a. Tigra
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 25640
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=48,7 A
KHA pada mesin tigra mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=48,7∗1,25
KHA=60,87 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 60,871∗0,79
KHA baru=77,05 A
Dengan KHA sebesar 77,05 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 16 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 80 A.
b. Yoshino
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 24980
√3∗380∗0,8∗0,8=47,4
KHA pada mesin D-30 mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=47,4∗1,25
KHA=59,3 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 59,31∗0,79
46
KHA baru=75,06 A
Dengan KHA sebesar 75,06 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 16 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 80 A.
c. Starbinder
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 19720
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=37,45 A
KHA pada mesin starbinder mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=37,45∗1,25
KHA=46,8 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 46,81∗0,79
KHA baru=59,3 A
Dengan KHA sebesar 59,3 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 63 A.
Gedung E
Tabel 4.5 Data Beban Pada Gedung E
Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letak
E Jahit Kawat + Kompressor
13,15 0,8 380 1 0,79
E Potong 24,98 0,8 380 1 0,79E Poni A dan B 7,89 0,8 380 1 0,79
a. Jahit kawat dan Kompresor
47
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 13150
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=24,97 A
KHA pada mesin jahit kawat dan kompresor mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=24,97∗1,25
KHA=31,22 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 31,221∗0,79
KHA baru=39,52 A
Dengan KHA sebesar 39,52 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 6 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 50 A.
b. Potong
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 24980
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=47,44 A
KHA pada mesin starbinder mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=47,44∗1,25
KHA=59,3 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 59,31∗0,79
48
KHA baru=75,06 A
Dengan KHA sebesar 75,06 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 16 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 80 A.
c. Poni A dan B
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
¿= 7890
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=14,98 A
KHA pada mesin Poni A dan B mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=14,98∗1,25
KHA=18,73 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 18,731∗0,79
KHA baru=23,71 A
Dengan KHA sebesar 23,71 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 2,5 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 25 A.
Gedung F
Tabel 4.6 Data Beban Pada Gedung F
Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letakF Shrink 16,44 0,8 380 1 0,79
a. Shrink
¿= P
√3∗V∗cos phi∗eff
49
¿= 16440
√3∗380∗0,8∗0,8
¿=31,22 A
KHA pada mesin Poni A dan B mejadi:
KHA=¿∗1,25
KHA=31,22∗1,25
KHA=39,03 A
KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar
dengan faktor koreksi adalah
KHA baru= 39,031∗0,79
KHA baru=49,4 A
Dengan KHA sebesar 49,4 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga
dengan luas penampang 6 mm2, dan pengaman MCB yang
digunakan dengan kapasitas 63 A.
4.5 Perhitungan Jatuh Tegangan
Rumus :
∆V = L∗√3∗I ¿¿
Dengan :
∆V : jatuh tegangan (volt)
L : panjang (feet)
I : arus nominal (A)
Rc : resistansi kabel (Ohms/kft)
Xc : reaktansi kabel (Ohms/kft)
Cos phi: Faktor Daya Beban
50
Sin phi : Nilai sinus dari Cos phi
Diasumsikan panjang penghantar yang digunakan 5 m.
Gedung A
a) Lexus
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin lexus menggunakan
kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗30,38∗¿¿
∆V = 0,595 volt
b) Potong
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin potong
menggunakan kabel dengan luas penampang 4 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗18,7268∗¿¿
∆V = 0,724 volt
c) Kantor
Hasil perhitungan penghantar kabel pada kantor menggunakan kabel
dengan luas penampang 25 mm2. Berikut perhitungan jatuh tegangan
pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗68,37∗¿¿
∆V = 0,441 volt
Gedung B
a) CD-102
51
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin CD-102
menggunakan kabel dengan luas penampang 35 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar mesin lexus:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗91,16∗¿¿
∆V = 0,432 volt
b) SM-102
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin SM-102
menggunakan kabel dengan luas penampang 25 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗59,93∗¿¿
∆V = 0,386 volt
c) SM-74
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin SM-74
menggunakan kabel dengan luas penampang 25 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar mesin SM-74:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗67,4∗¿¿
∆V = 0,434 volt
d) MO
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin MO menggunakan
kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗31,22∗¿¿
∆V = 0,482 volt
e) Roland
52
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Roland
menggunakan kabel dengan luas penampang 2,5 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗14,11∗¿¿
∆V = 0,873 volt
f) Solna 125 A
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Solna 125 A
menggunakan kabel dengan luas penampang 1,5 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗9,36∗¿¿
∆V = 0,458 volt
g) D-300b
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin D-300b
menggunakan kabel dengan luas penampang 25 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗72,41∗¿¿
∆V = 0,467 volt
h) D-300k
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin D-300k
menggunakan kabel dengan luas penampang 35 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗81,15∗¿¿
∆V = 0,385 volt
53
i) D-380
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin D-380 menggunakan
kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗77,41∗¿¿
∆V = 0,4744 volt
j) Pracetak
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Pracetak
menggunakan kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar mesin:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗34,96∗¿¿
∆V = 0,685 volt
k) PPIC
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin PPIC menggunakan
kabel dengan luas penampang 4 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗20,89∗¿¿
∆V = 0,81 volt
l) D-30
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin D-30 menggunakan
kabel dengan luas penampang 35 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗78,66∗¿¿
∆V = 0,373 volt
54
Gedung C
a) UV
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin UV menggunakan
kabel dengan luas penampang 25 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗62,425∗¿¿
∆V = 0,402 volt
b) Lipat
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Lipat menggunakan
kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗43,7∗¿¿
∆V = 0,856 volt
c) Jahit Benang
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Jahit Benang
menggunakan kabel dengan luas penampang 2,5 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗14,98∗¿¿
∆V = 0,927 volt
d) Gathering
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Gathering
menggunakan kabel dengan luas penampang 4 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗20,6∗¿¿
∆V = 0,797 volt
55
Gedung D
a) Tigra
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Tigra menggunakan
kabel dengan luas penampang 16 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗48,7∗¿¿
∆V = 0,486 volt
b) Yoshino
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Yoshino
menggunakan kabel dengan luas penampang 16 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗47,44∗¿¿
∆V = 0,473 volt
c) Starbinder
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Starbinder
menggunakan kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗37,45∗¿¿
∆V = 0,734 volt
Gedung E
a) Jahit Kawat dan Kompresor
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Jahit Kawat dan
Kompresor menggunakan kabel dengan luas penampang 6 mm2.
Berikut perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗24,97∗¿¿
56
∆V = 0,647 volt
b) Potong
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin potong
menggunakan kabel dengan luas penampang 16 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗47,44∗¿¿
∆V = 0,473 volt
c) Poni A dan B
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Poni A dan B
menggunakan kabel dengan luas penampang 2,5 mm2. Berikut
perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗14,98∗¿¿
∆V = 0,927 volt
Gedung F
a) Shrink
Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin shrink menggunakan
kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh
tegangan pada penghantar:
∆V = L∗√3∗I∗¿¿
∆V = 16.404∗√3∗31,22∗¿¿
∆V = 0,81 volt