Upload
hoangtu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
38
BAB IV
ANALISA
IV.1 Analisa Aspek Manusia
IV.1.1 Pelaku, Jenis dan Urutan Kegiatan
Di dalam sebuah bangunan Hotel, terdapat 2 jenis pelaku kegiatan
yaitu tamu hotel dan pengelola hotel. Kegiatan utama yang ada di dalam
bangunan hotel ini adalah kegiatan bisnis, pertemuan, istirahat dan
pelayanan tamu oleh pihak pengelola hotel itu sendiri.
Manusia sebagai pelaku kegiatan dalam bangunan hotel ini dapat
dibedakan menjadi :
1. Tamu Hotel
Yang menjadi sasaran utama pengunjung hotel ini adalah para
pebisnis yang sedang melakukan kegiatannya di sekitar kawasan
glodok dan mangga dua. Kegiatan tamu hotel (pebisnis) antara lain,
istirahat, bertemu dengan klien, dan rapat (kelompok). Untuk hal ini,
dibutuhkan beberapa fasilitas-fasilitas penunjang seperti ruang
istirahat/ kamar, ruang pertemuan, caffee/resto, dan beberapa sarana
yang menunjang. Kegiatan bisnis harus dipisah zona ruangnya agar
tidak mengganggu unit kamar hotel yang sifatnya privat. Lobby dapat
dijadikan sebagai perantara untuk memisahkan 2 jenis kegiatan ini.
Gambar IV.1.1.1 Skema pemisahan zona kegiatan hotel
Karakteristik Tamu Hotel (pebisnis) :
• Bepergian seorang diri atau berkelompok
• Aktifitas fleksibel
• Memerlukan privasi
• Menginap dalam jangka waktu relatif singkat
Kegiatan Bisnis Lobby Kamar Hotel
39
• Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga pertimbangan
terhadap pencapaian ke tempat tujuan harus sedekat mungkin
• Pertimbangan ekonomi dan fasilitas
• Tidak mementingkan rekreasi karena tujuan utamanya bekerja
Analisis kegiatan tamu di hotel :
Gambar IV.1.1.2 Skema kegiatan tamu hotel
2. Pengelola Hotel
Pengelola hotel terdiri dari orang-orang yang bekerja didalam
hotel dan memiliki fungsi/ kegiatan untuk membantu tamu dalam
menjalankan aktifitas didalam hotel tersebut.
Analisis kegiatan pengelola hotel :
40
Gambar IV.1.1.3 Skema kegiatan pengelola hotel
IV.1.2 Kegiatan, pengguna, sifat dan kebutuhan ruang
Berikut ini adalah kegiatan dan kebutuhan ruang yang ditinjau dari
pengguna hotel (tamu hotel dan pengelola hotel) :
Tamu
Kegiatan Ruang Ruang
Istirahat / tidur Kamar Hotel Privat
Makan - minum Coffee shop / resto Publik
Duduk / menunggu Lobby Publik
Transaksi Retail Publik
Buang air Toilet lobby Publik
Olahraga Fasilitas Olahraga Semi-publik
Hiburan Fasilitas Hiburan Publik
Rapat Ruang rapat Semi-publik
Pertemuan Café, lounge Publik
Pertemuan Ballroom Semi-publik
Tabel IV.1.2.1 Kebutuhan ruang untuk tamu hotel
41
Pengelola Hotel dan Servis
Fungsi Kegiatan Sifat Ruang
Penerima Registrasi tamu,
pemesanan kamar
Publik Resepsionis
Pengelola Administrasi Privat Kantor pengelola
Makan minum Privat Staff lounge
Servis Memasak, menyiapkan
makan
Privat Dapur
Mencuci pakaian Privat Laundry
Loading barang Privat Loading dock
Pencatatan barang Privat Kantor penerima
barang
Pengontrol keamanan Semi-publik Security
Menyimpan
perlengkapan ballroom
Privat Gudang
Ballroom
Ganti pakaian,
menyimpan barang
Privat Ruang karyawan
Buang air Privat Toilet
ME Pengontrolan ME Privat Ruang ME
Tabel IV.1.2.2 Kebutuhan ruang untuk pengelola hotel
Dari analisis diatas dapat dikelompokkan berdasarkan kegiatan,
pengguna, sifat dan kebutuhan ruangnya, sebagai berikut :
• Kelompok ruang fasilitas utama:
o Kamar hotel
o Ruang pertemuan
• Kelompok ruang fasilitas pendukung:
o Restoran, café, lounge
o Lobby/ resepsionis
o Toilet
• Kelompok ruang fasilitas pelengkap:
42
o Fasilitas hiburan
o Fasilitas olahraga
o Gudang
o Ruang ME
o Dapur
o Ruang karyawan
IV.1.3 Analisa Front and Back of the house
Menurut Buku Hotel Design : planning and development (2001),
organisasi fungsi hotel terbagi menjadi dua bagian, antara lain :
a. Front of The House, yaitu bagian yang menampung kegiatan bersifat
publik, semi publik dan privat.
b. Back of the House, yaitu bagian yang menampung kegiatan yang
bersifat servis.
Berdasarkan kegiatan ruang hotel dapat dibedakan menjadi 8
kelompok, antara lain :
1. Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang terbuka untuk umum dimana tamu
diterima di ruang tersebut dan mendapatkan pelayanan pertama ketika
datang. Ruang ini juga berfungsi untuk mengontrol tamu yang datang
dan akan meninggalkan hotel.
2. Kelompok ruang pelayanan makan dan minum
Ruang yang menampung kegiatan makan dan minum tamu hotel
3. Convention dan ruang pertemuan
ruang yang menampung kegiatan pertemuan, pesta dalam berbagai
bentu kegiatan yang dilakukan sejumlah tamu dengan sistem sewa.
4. Ruang sewa
Ruang pelengkap yang tergabung dalam ruang konsesi. Ruang ini
disewakan kepada pihak lain. Kegiatan didalamnya seperti agen
perjalanan, bank, dll.
43
5. Kelompok Pelayanan
Ruang yang menampung kegiatan-kegiatan pelayanan dan merupakan
penunjang oprasional.
6. Ruang-ruang rekreasi dan olahraga
7. Kelompok kamar tidur.
Gambar IV.1.3.1 Skema hubungan antar ruang hotel
Sumber : Hotel Design: Planning and development
44
Hubungan antar ruang didalam bangunan hotel harus dipisahkan
antara front of the house sebagai zona tamu dan pelayanan oleh pengelola
hotel yang berhubungan langsung dengan tamu. Sedangkan back of the
house adalah zona produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam melayani
tamu. Kedua hal tersebut harus dipisah zonanya karena tamu hotel tidak
perlu mengetahui kegiatan apa saja yang terjadi di back of the house.
Gambar IV.1.3.2 Skema hubungan antara Front dan back of the house
IV.1.4 Kebutuhan dan dimensi ruang
Rasio Tipe Kamar Hotel
Tipe kamar Standar minimal jumlah
kamar hotel bintang 3
Rasio
Kamar Standar 20 10
Kamar Suite 2 1
Tabel IV.1.4.1 Tabel rasio minimal kamar hotel bintang 3
Jumlah kamar : 311 unit
Perbandingan rasio kamar standar : suite = 10 :1
Jumlah kamar standar 311 x 10/11 = 283 unit
Jumlah kamar suite 311 x 1/11 = 28 unit
Luasan Ruang kamar hotel Tipe kamar Jumlah unit Luas per unit Total Luas Standar 283 22 m² 6226 m² Suite 28 44 m² 1232 m² Total Sirkulasi 15% Total
311 7458 m² 1118.7 m² 8576.7 m² Tabel IV.1.4.2 Tabel Total luas kamar hotel
Tamu hotel Pelayanan hotel Produksi
Front of the house
Back of the
House
45
Front Of the House
Nama Ruang Jumlah Ruang
Luas Ruang (m²)
Luas Total (m²)
Lobby 1 200 200 Front desk 1 15 15 Front Office 1 60 60 Ball room (kapasitas 500 orang)
1 500 500
Lounge 1 50 50 R. Rapat 3 18 54 Toilet Pria 2 18 36 Toilet Wanita 2 18 36 Money Changer 1 48 48 Fasilitas Kebugaran R. Fitness 1 180 180 Loker dan shower 2 25 50 Spa 1 30 30 Sauna room 2 8 16 Kolam renang 1 500 500 Administrasi Excecutive office 1 35 35 Kantor administrasi 1 70 70 Retail & ruang sewa Ruang sewa retail 5 18 90 Coffee shop 1 70 70 Restaurant 2 130 260 Luas Efektif 2300 Sirkulasi (15%) 345 Total 2645
Back Of the House Nama Ruang Jumlah
Ruang Luas Ruang (m²)
Luas Total (m²)
Reciving and storage Loading dock 2 12 24 Trash Holding area 1 10 10 General storage 1 24 24 Food Service Dapur utama 1 50 50 Banquet Pantry 1 70 70 Bake Shop 1 40 40 Toilet 2 15 30 Fasilitas Karyawan Loker pria 1 24 24 Loker wanita 1 24 24 R. makan karyawan 1 32 32
46
Mushola 1 48 48 House Keeping & Laundry Laundty 1 48 48 House keeping 1 24 24 Ruang servis 2 12 24 M&E Area Genset 1 64 64 R. pompa 1 90 90 Resevoir bawah 1 90 90 Luas Efektif 716 Sirkulasi (15%) 108 Jumlah 824
Tabel IV.1.4.3 Tabel Kebutuhan ruang hotel bintang 3
IV.2 Analisis Aspek Lingkungan
IV.2.1 Lokasi
Tapak terletak di Jl. Pintu besar selatan, kecamatan Tamansari, Jakarta
barat.
Gambar IV.2.1.1 Lokasi tapak
Lokasi tapak berada berdekatan dengan pusat kegiatan bisnis di
jakarta barat (glodok, plaza orion, Lindeteves Trade Center, Mangga dua).
Hal ini membuat hotel tersebut berpotensi besar untuk menerima tamu dari
orang-orang yang sedang melakukan kegiatannya disekitar area bisnis
tersebut.
47
Jenis kegiatan atau peruntukan fungsi bangunan di daerah sekitar
tapak adalah sebagai berikut :
Utara tapak : Ruko dengan kegiatan komersil
Barat tapak : Pasar kecil dan ruko komersil
Selatan tapak : Pasar Glodok, plaza orion
Timur tapak : Jalan besar, bangunan komersil
Gambar IV.2.1.2 Keadaan sekitar tapak
Dari data kegiatan lingkungan sekitar maka dapat dilihat bahwa sisi
barat merupakan sisi teraktif di sekitar tapak karena merupakan pasar, ruko
dan jalan kecil dimana cukup padat dilalui manusia dan kendaraan. Namun,
sisi timur merupakan sisi yang dapat melihat tapak secara langsung karena
merupakan jalan besar dan potensi utama menarik minat orang yang
melewati daerah tersebut untuk melihat dan memasuki area hotel. Sehingga
perancangan hotel ini, massa bangunannya akan lebih banyak
berorientasikan ke sisi barat dan timur.
48
IV.2.2 Latar belakang Glodok
Glodok adalah salah satu bagian dari kota lama di Jakarta. Sejak masa
pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini juga dikenal sebagai Pecinaan
karena mayoritas pedagang di Glodok merupakan masyarakat keturunan
Tionghoa.
Di masa kini Glodok dikenal sebagai salah satu sentral penjualan
elektronik dan textile. Banyak sekali penduduk lokal Jakarta yang
bermatapencaharian di Glodok, bahkan penduduk luar Jakarta pun
berbondong-bondong datang untuk berdagang di sekitar area Glodok.
Dari segi kacamata arsitektur, Glodok merupakan kawasan yang
penuh dengan bangunan-bangunan tua dan jarak antara bangunan yang satu
dan lainnya saling berdekatan sehingga menimbulkan kesan padat dan
sesak. Ruang-ruang kosong yang ada di kawasan sekitar Glodok selalu
dijadikan kegiatan berdagang/berjualan oleh orang-orang setempat sehingga
tingkat penghijauan disekitar kawasan glodok ini sangat kurang. Terlebih
lagi, kawasan Glodok terkenal dengan area macet sehingga membuat area
ini semakin tidak terawat.
Dalam perancangan proyek City Hotel ini, dirasakan sangat tepat
berada di area bisnis seperti Glodok ini, karena banyak orang yang dari luar
kota Jakarta yang sering kali datang untuk kegiatan bisnis dan pastinya
memerlukan tempat penginapan selama mereka melakukan kegiatan bisnis
di sekitar kawasan.
Untuk membantu memperbaiki tata kota di kawasan Glodok, proyek
City Hotel ini harus dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya agar
tidak menambah kekacauan dari segi tata kota. Proyek ini juga harus bisa
menimbulkan kesan hijau untuk bisa berkontribusi dalam memberikan
ruang hijau yang tidak pernah ada dikawasan Glodok tersebut.
IV.2.3 Potensi sekitar tapak
Dalam perancangan suatu proyek, potensi tapak dan lingkungannya
harus memiliki hubungan yang saling melengkapi dalam beberapa aspek
yang terkait. Keberadaan hubungan tersebut diharapkan dapat mengangkat
49
keistimewaan lingkungan dan tapak dalam perancangan bangunan hotel.
Berikut ini adalah beberapa elemen lingkungan yang ada di sekitar tapak
yang dijadikan sebagai acuan atau pertimbangan dalam perancangan
bangunan hotel, antara lain :
Elemen
Lingkungan
Ciri-ciri Keteran
gan
Pasar Glodok •
amai angkutan umum
•
amai pejalan kaki
•
awan terjadi kemacetan didepannya
Bangun
an ini
terletak
di
sebelah
selatan
tapak.
Banyak
pebisnis
dari luar
kota
yang
berkunj
ung/
melakuk
an
kegiatan
di pasar
ini dan
menjadi
salah
satu
target
pasar
untuk
50
City
hotel
ini.
Jalan pintu besar
selatan
•
awan terjadi kemacetan
•
isepanjang sisi jalan terdapat bangunan/
ruko komersil.
Jalan
utama
menuju
area
tapak.
Pada
siang-
sore hari
rawan
terjadi
kemacet
an dan
polusi
udara.
Pasar dan
pedagang kaki
lima
•
amai dilalui oleh pejalan kaki dan
kendaraan
•
amai pada pagi – siang hari
Keberad
aan
pasar
membua
t
lingkun
gan
terlihat
padat
dan
kumuh
serta
bau
tidak
sedap
51
seringka
li
mengga
nggu.
Vegetasi •
emperindah lingkungan
•
embantu menurunkan suhu lingkungan
Jumlahn
ya
minim
dan
kurang
tertata,
padahal
vegetasi
dapat
memban
tu
menata
lingkun
gan dan
menuru
nkan
suhu
sekitar.
Tabel IV.2.3.1 Tabel Potensi sekitar tapak
IV.2.4 Analisa Iklim
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, ketinggian
rata-rata suhu udara disekitar tapak yaitu 28,5°c (24°c - 33°c). Data ini
memberi potensi baik untuk perancangan hotel yang memanfaatkan
penghawaan alami ini karena menurut data literatur, suhu thermal untuk
daerah Jakarta sekitar 24°c - 27°c.
Secara makro, kota Jakarta beriklim tropis yang memiliki musim
hujan dan musim kemarau. Iklim mikro dikawasan Glodok dipengaruhi oleh
52
keadaan matahari, angin dan elemen-elemen lingkungan didalam dan sekitar
kawasan.
Sisi barat mendapatkan panas matahari yang relatif tinggi
dibandingkan oleh sisi – sisi lainnya. Sisi timur mendapatkan sinar matahari
pagi yang baik untuk kamar-kamar hotel. Sisi utara akan terus mendapatkan
cahaya matahari dan sisi selatan mengalami pembayangan.
Dari fakta tersebut maka pengaruh analisis matahari terhadap
bangunan antara lain :
Gambar IV.2.4.1 Analisa jalur matahari
Bentuk tapak yang tidak tegak lurus dengan jalur matahari
memberikan potensi baik pada massa bangunan dalam hal pembayangan.
Setiap sisi bangunan tidak ada yang secara terus menerus mendapatkan
panas matahari. Pada sisi timur, dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan di
pagi hari secara maksimal.
Permasalahan terjadi disisi barat, dimana sisi tersebut mendapatkan
radiasi matahari yang relatif tinggi. Solusi terbaik yaitu dengan meletakkan
massa bangunan yang dapat meminimalkan penerimaan radiasi matahari
(tidak berhadapan langsung dengan matahari), sun shading dan vegetasi.
Barat Timur
53
Gambar IV.2.4.2 Orientasi bangunan dan perletakan ruang
Penempatan ruang-ruang utama seperti kamar hotel yang tidak
langsung menghadap arah jalur matahari agar suhu didalam kamar hotel
tidak panas. Pada sisi barat-timur diletakkan ruang service atau ruang public
yang tidak menjadi persoalan jika terkenal sinar matahari yang berlebih.
Gambar IV.2.4.3 Penerapan sirip vertikal pada fasade bangunan
Konsep penggunaan sirip secara vertikal pada fasade bangunan juga
dapat diterapkan di massa bangunan pada sisi barat – timur untuk
mengurangi penerimaan radiasi matahari. Selain itu juga sirip horisontal
tersebut berfungsi sebagai pemantul cahaya matahari agar sinarnya dapat
masuk kedalam ruangan tanpa membawa panas.
Alternatif Keuntungan Kerugian
54
•
uang-ruang utama seperti
kamar hotel terhindar dari
radiasi matahari timur-
barat karena bangunan
berorientasi ke sisi utara
dan selatan
•
rientasi bangunan tidak
langsung menuju jalan
utama
•
idak menyatu dengan
lingkungan sekitar karena
bangunan sekitar
berorientasi ke jalan utama
•
angunan berorientasi
langsung ke jalan utama
•
ebih efisien dalam
penggunaan lahan
•
uang-ruang utama
langsung menghadap
matahari pagi dan sore
Tabel IV.2.4.1 Alternatif posisi massa bangunan terhadap matahari
Dari analisa diatas, alternatif 1 memiliki orientasi bangunan yang
lebih baik terhadap jalur matahari. Ruang-ruang utama seperti kamar tidur
hotel tidak langsung mengenai radiasi matahari sehingga memungkinkan
temperatur udara didalam ruangan tetap rendah (tidak bertambah).
IV.2.5 Analisa Angin
55
Gambar IV.2.5.1 Sumber angin ke dalam tapak
Angin berpotensi datang dari segala sisi menuju tapak karena jarak
antar bangunan lain yang cukup jauh dengan tapak sehingga memungkin
angin mengalir dengan bebas tanpa terhalang oleh bangunan lain. Sumber
angin terbesar datang dari sisi selatan yang dipengaruhi oleh open space
didaerah tersebut. Sumber angin tersebut harus ditanggapi dalam bentuk
massa bangunan sehingga udara dapat mengalir dan tidak terhampat karena
peletakan massa bangunan yang salah.
Gambar IV.2.5.2 Alternatif 1 Bentuk massa bangunan dan respon angin
Alternatif 1, bentuk massa yang berorientasi ke arah jalan utama
dikembangkan agar lebih respon dalam mengoptimalkan pengahawaan
alami dan lebih efisien dalam pemakaian lahan. Pertimbangan bentuk massa
56
bangunan mengikutin bentuk tapak. Angin dapat mengalir ke seleruh sisi
bangunan sehingga ruang-ruang didalam bangunan berpotensi untuk
menerima angin secara baik. Kekurangannya, massa bangunan berorientasi
ke sisi barat-timur yang cenderung menerima panas matahari yang relatif
tinggi.
Gambar IV.2.5.3 Alternatif 2 Bentuk massa bangunan dan respon angin
Alternatif 2, massa bangunan berorientasi menghindari arah barat-
timur sehingga unit kamar berpotensi terhindar dari panas matahari.
Kemudian massa mengalami pengembangan bentuk agar lebih efisien dalam
penggunaan lahan. Kekurangannya, udara tidak mengalir secara baik. Ada
bagian ruang yang tidak teraliri angin sehingga ruang-ruang kamar hotel
tidak mendapat supply angin yang cukup.
Dari 2 alternatif diatas, massa bangunan alternatif 1 memiliki
pengaliran angin yang lebih baik sehingga seluruh sisi bangunan
mendapatkan udara. Kekurangannya dapat diatasi dengan penggunaan sirip
vertikal dan vegetasi untuk menghalau sinar matahari masuk secara belebih
kedalam kamar tidur.
IV.2.6 Analisa Pencapaian dan Sirkulasi di dalam tapak
Ada 3 kriteria pencapaian dalam tapak berdasarkan kegiatan dan
pelakunya, antara lain :
57
1. Pencapaian tamu hotel
(pejalan kaki) :
• Pintu masuk khusus pejalan
kaki
• Letaknya harus jelas
2. Pencapaian tamu hotel
(berkendaraan) :
• Mudah terlihat
• Orientasi ke arah jalan utama
• Tidak mengganggu arus lalu
lintas
3. Pencapaian pengelola/ servis :
• Pintu masuk bersifat khusus
• Terlindung dari aktifitas tamu
Pertimbangan penentuan pencapaian dan sirkulasi ke dalam tapak
akan lebih baik jika setiap kegiatan tidak saling mengganggu agar tercipta
sirkulasi yang nyaman, aman dan mudah.
Gambar IV.2.6.1 Pencapaian ke dalam tapak Alternatif 1
Alternatif 1, dasar pertimbangan meletakkan pintu masuk di daerah
tersebut adalah mudah dilihat, mudah dalam pencapaianya dan berorientasi
ke arah jalan utama. Hanya ada 1 jalan masuk ke dalam tapak.
Kekurangannya, pejalan kaki, tamu berkendaraan dan pengelola/servis
58
mempunyai 1 pintu masuk sehingga mengurangi kenyamanan dalam
pencapaian menuju tapak.
Gambar IV.2.6.2 Pencapaian ke dalam tapak Alternatif 2
Alternatif 2, terdapat 3 pintu masuk yang berbeda fungsinya seperti
untuk pejalan kaki, kendaraan bermotor dan service. Kelebihannya masing-
masing pengguna mendapatkan kenyamanan karena tidak terganggu dengan
aktifitas lainnya. Dasar pertimbangan peletakkannya, jalur kendaraan
bermotor diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan mudah dalam
pencapaiannya dari jalan utama sehingga tidak menambah kemacetan
didepannya. Pintu masuk pengelola/ service diletakkan setelah pintu masuk
tamu berkendaraan bermotor dengan maksud untuk menghindari tamu yang
salah masuk pintu. Pintu masuk pejalan kaki diletakkan disisi barat karena
didaerah tersebut aktifitas sirkulasinya cenderung pejalan kaki.
Alternatif 2 dipilih karena setiap pelaku dalam hotel ini memiliki
pintu masuknya masing-masing sehingga aspek kenyamanan, kemudahan
dan keamanan dapat tercapai.
59
Gambar IV.2.6.3 Pengembangan terhadap analisa sirkulasi didalam tapak
IV.2.7 Analisa Orientasi Bangunan
Analisis orientasi bangunan diperlukan untuk menentukan arah dan
bentuk fasade bangunan agar mudah terihat oleh tamu yang juga menjadi
tuntutan bangunan komersial yang baik. Selain itu, analisis ini juga
membantu dalam merancangan bentuk bangunan yang sesuai dengan tapak
dan memiliki keunikan tersendiri.
Beberapa faktor pertimbangan dalam menentukan orientasi bangunan
adalah:
• Potensi lingkungan, seperti
pemandangan yang menarik atau istimewa
• Respon terhadap iklim
• Interaksi kegiatan didalam dan
luar tapak
61
Alternatif Kelebihan Kekurangan
Massa bangunan
berorientasi
langsung
mengarah ke jalan
utama sehingga
membuat
bangunan mudah
terlihat dari jalan
utama
Mendapat radiasi
matahari dengan
jumlah yang tinggi
Ruang-ruang utama
seperti kamar hotel
tidak langsung
mendapatkan
radiasi matahari
sehingga
temperatur ruangan
rendah.
Bentuk massa
tidak efisien
terhadap bentuk
tapak.
Tabel IV.2.7.1 Analisa orientasi massa bangunan
Alternatif 1 dipilih karena orientasi menuju jalan utama menjadi aspek
penting agar bangunan mudah dilihat. Dalam perancangan hotel yang
merupakan bangunan komersil, harus dapat menarik perhatian tamu yang
datang sehingga dalam hal ini diperlukan orientasi ke arah jalan utama
menuju kawasan tapak. Orientasi bangunanan tersebut dibantu dengan
pengolahan fasade bangunan yang menarik sehingga menambah minat tamu
untuk melihatnya.
Pintu masuk utama hotel dan lobby berorientasi ke jalan utama agar
mempermudah sirkulasi kendaraan yang masuk ke dalam tapak. Unit kamar
62
hotel dan kolam renang menghadap bangunan warga sebagai tanda
bangunan tersebut berintegrasi dengan kawasan sekitarnya.
IV.2.8 Analisa penataan ruang luar
Penataan ruang luar pada tapak bertujuan untuk menciptakan suasana
yang mendukung keberadaan bangunan. Antara ruang luar dan bangunan itu
sendiri, keberadaannya saling melengkapi dan terkait satu sama lain. Dalam
penataan ruang luar, elemen-elemen yang ditata adalah sebagai berikut :
• Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi kendaraan menjadi salah satu elemen penting dalam
penataan ruang luar bangunan. Penataan sirkulasi kendaraan yang baik
adalah yang memudahkan para pengendara mobil untuk tahu kemana
harus parkir dan kemana harus keluar dari tapak.
• Taman/ Ruang terbuka hijau
Ruang terbuka hijau dibutuhkan untuk membantu menurunkan suhu di
dalam tapak serta memberikan rasa nyaman bagi pejalan kaki. Dalam
perancangan City hotel ini, ruang terbuka hijau dapat diletakkan disisi
timur untuk mengurangi radiasi matahari sore.
• Plaza
Plaza berfungsi sebagai ruang perantara antara ruang luar dan ruang
dalam bangunan. Plaza juga berfungsi sebagai tempat sirkulasi pejalan
kaki, area komunal serta menambah estetika luar bangunan. Plaza
tersebut akan diletakkan disisi sebalah timur berdekatan dengan ruang
terbuka hijau agar memberi kesan nyaman dan teduh bagi pejalan
kaki.
Gambar IV.2.8.1 Contoh Plaza untuk pejalan kaki
63
• Pedestrian
Pedestrian merupakan tempat untuk sirkulasi pejalan kaki serta
sebagai pemisah antara sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan
bermotor sehingga memberikan rasa aman dan nyaman.
Gambar IV.2.8.2 Zoning penataan ruang luar
IV.2.9 Analisa zoning tapak
Gambar IV.2.9.1 Alternatif 1 zoning tapak
64
• Zona Area servis dan parkir servis diletakkan disisi belakang agar
aktivitasnya tidak mengganggu tamu hotel.
• Lobby utama diletakkan disisi depan berdekatan dengan pintu masuk
utama tamu hotel.
• Plaza memiliki orientasi ke sisi barat dimana sirkulasi pejalan kaki lebih
dominan.
Gambar IV.2.9.2 Alternatif 2 zoning tapak
• Lobby utama berada disamping dari massa bangunan agar
daerah drop off sejalan dengan sirkulasi kendaraan.
• Zona Area servis dan parkir servis diletakkan disisi belakang agar
aktivitasnya tidak mengganggu tamu hotel.
Alternatif 1 dipilih karena daerah lobby utama diletakkan didepan dari
massa bangunan dengan tujuan agar pintu masuk utama hotel (lobby) dapat
terlihat dengan mudah dari pintu masuk utama kendaraan. Basement
diletakkan berjauhan dengan pintu masuk utama kendaraan agar tidak
terjadi kemacetan saat mobil – mobil pengunjung hotel masuk ke area tapak.
IV.3 Analisa Aspek Bangunan
IV.3.1 Kebutuhan parkir
65
Standar kebutuhan parkir
Kebutuhan Standar /kamar Koefisien Total
Tamu Hotel 1 : 5 311 kamar 62
Ballroom 1 : 4 500 orang 125
TOTAL 187
Tabel IV.3.1.1 Standar kebutuhan parkir
Sumber : Sistem bangunan tinggi (2005)
IV.3.2 Analisa massa bangunan terhadap tapak
Bentuk-bentuk dasar bangunan:
Bentuk Kelebihan Kekurangan
Lingkaran • Bentuk
dinamis
• Dapat
mengalirkan angin
• Mempunyai
pusat (focal point)
• Tidak efisien
dalam meletakkan ruang
• Tidak sesuai
dengan bentuk tapak
Persegi
• Efisien
dalam perancangan layout ruang
dalam
• Bentuk
dapat dikembangkan lebih mudah
• Efisien
dalam memakai ruang didalam tapak
• Bentuk kurang
dinamis
•
bangunan hanya 2 arah
Segitiga
• Sesuai
dengan bentuk tapak
• Nilai
estetika yang baik
• Pengembangan
bentuk
• Tidak efisien
dalam perancangan layout ruang dalam
Tabel IV.3.2.1 Bentuk dasar bangunan
66
Dari analisa kekurangan dan kelebihan bentuk-bentuk dasar bangunan
maka bentuk persegi dipilih karena cocok dengan fungsi hotel yang
membuntuhkan perancangan layout ruang dalam yang efisien sehingga
sanggup menampung banyak kamar. Bentuk persegi juga efisien ruang
dalam penempatannya didalam tapak, mengingat bentuk tapak yang
semakin menyempit ke arah selatan.
Gambar IV.3.2.1 Proses pengembangan massa bangunan
Agar cahaya matahari masuk secara optimal ke setiap bagian
bangunan maka bentuk persegi dibagi menjadi 2 sehingga terdapat ruang
void diantara kedua massa yang memungkinkan cahaya matahari untuk
masuk kedalamnya.
Gambar IV.3.2.2 Proses pengembangan massa bangunan
1 dari 2 massa bangunan tersebut diputar menyesuaikan bentuk tapak
agar efisien dalam memakai ruang didalam tapak serta memunculkan
kekhasan bangunan tersebut. Dalam massa bangunan ini dibagi menjadi 2
zona yaitu zona publik dan zona privat. Zona publik berada di lantai bawah
67
seperti lobby, fasilitas olahraga, café, ruang pertemuan,dll. Sedangkan zona
privat berada dilantai atas seperti kamar tidur hotel. Oleh karena itu dibuat
massa bangunan yang berfungsi untuk kamar hotel tersebut. Massa
bangunan tersebut memanjang keatas dan berorientasi ke arah jalan utama.
IV.3.3 Analisa Sirkulasi dalam bangunan
Sirkulasi Horisontal
Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan
Singel Loaded
• Dapat
memaksimalkan
pencahayaan dan
penghawaan alami
• Kurang efisien
dalam
penggunaan
lahan
• Debu mudah
masuk
Double Loaded
• Memuat banyak
unit sehingga
efisien dalam
penggunaa lahan.
• Mudah dalam
pencapaian antar
ruang.
• Koridor
membutuhkan
penghawaan
dan
pencahayaan
buatan.
Tabel IV.3.3.1 Perbandingan jenis sirkulasi horisontal
Dalam perancangan City hotel ini, sistem sirkulasi singel loaded
terasa lebih efektif untuk mengurangi jumlah pemakaian listrik karena
penghawaan dan pencahayaan alami dapat dimanfaatkan. Namun, singel
loaded memiliki kekurangan yaitu mudah masuk debu. Hal ini menjadi
pertimbangan karena koridor kamar hotel harus bersih dan rapi. Oleh sebab
itu, sirkulasi double loaded terasa lebih cocok untuk koridor kamar hotel.
Pencahayaan dan penghawaan dapat diatasi dengan sistem alami sehingga
penggunaan energi listrik dapat dikurangi. Sirkulasi double loaded ini akan
68
dikombinasikan dengan sistem linear bertekuk. Tujuannya agar sirkulasi
koridor tidak monoton
Gambar IV.3.3.1 Sistem singel loaded dan linear bertekuk
Sirkulasi Vertikal
Pada perancangan City hotel ini terdapat 3 jenis sirkulasi vertikal
didalam bangunan yaitu dengan menggunakan lift, eskalator dan tangga.
• Lift
Menurut buku Sistem Bangunan Tinggi, kriteria lift untuk bangunan hotel
adalah sebagai berikut:
o Setiap 100 kamar perlu 1 lift barang
o Untuk 75 kamar dilayani oleh 1 lift tamu
o Kapasitas lift maksimal 16 orang
o Perhitungan jumlah lift
180 kamar / 2 zona (massa A dan B) = 90 kamar
90 kamar / 75 = 1.2 ~ 2 unit lift tamu
2 lift tamu x 2 zona = 4 lift tamu (total)
180 kamar / 100 = 1.8 ~ 2 unit lift barang
• Eskalator
Digunakan pada area lantai bawah seperti lantai 1 dan lantai 2.
• Tangga
Berfungsi sebagai tangga darurat yang diletakkan di setiap lantai.
IV.3.4 Analisa Penghawaan alami dalam bangunan
Salah satu konsep perancangan City hotel ini adalah menggunakan
penghawaan alami. Penghawaan alami pada perancangan ini di fokuskan ke
69
ruang-ruang publik seperti lobby, café, fasilitas olahraga, koridor, dan area
servis. Sumber datangnya angin menjadi sangat penting untuk diperhatikan
agar udara dapat mengalir masuk kedalam ruang-ruang dibangunan ini.
Gambar IV.3.4.1 Bentuk massa tanggap akan sumber datangnya angin
Menurut buku Bangunan tropis (1999, p 104), kecepatan angin dapat
ditingkatkan apabila lobang masuk udara lebih kecil dibandingkan lobang
keluarnya. Pada massa bangunan City hotel ini, jarak antara 2 massa
bangunan dianggap sebagai lobang masuk angin. Lobang tersebut diarahkan
ke arah sumber datangnya angin paling besar sehingga memungkinkan
sirkulasi udara dapat masuk ke dalam ruang-ruang pada bangunan ini.
Gambar IV.3.4.2 Perbedaan tinggi massa untuk mengaliri angin
Salah satu pertimbangan membedakan tinggi bangunan antara massa
A dan massa B yaitu supaya angin dapat mengalir secara baik dan tidak
terhambat karena adanya tinggi bangunan yang sama.
70
Gambar IV.3.4.3 Mengaliri angin untuk masuk kedalam koridor kamar hotel
Sistem sirkulasi manusia pada koridor kamar hotel ini adalah doubel
loaded. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan karena sistem doubel
loaded pada koridor akan mengakibatkan panas dan pengap jika tidak
menggunakan penghawaan buatan/ AC.
Gambar IV.3.4.4 Wind Catcher untuk menangkap angin lebih banyak
Agar dapat memaksimalkan dalam penangkapan angin maka
diperlukan elemen wind catcher yang dapat diletakkan pada fasade
bangunan dan berdekatan dengan lubang-lubang sirkulasi.
71
Gambar IV.3.4.5 Angin mengalir melewati koridor kamar hotel dengan sistem ventilasi
silang
IV.3.5 Analisa Pencahayaan alami dalam bangunan
Konsep lainnya dalam perancangan City hotel ini adalah dengan
pengoptimalan pencahayaan alami masuk ke setiap ruang-ruang dalam
bangunan. Bangunan berpotensi besar mendapatkan sinar matahari yang
cukup sepanjang hari karena tidak ada bangunan tinggi disekitar tapak yang
akan menyebabkan pembayangan.
Gambar IV.3.5.1 Kondisi bangunan terhadap jalur matahari
Pada pagi hari (jam 6-12 siang), sisi timur lebih banyak mendapatkan
sinar matahari, area tengah dan sisi barat terjadi pembayangan. Mulai jam
12-5 sore, area tengah dan sisi barat mendapat pencahayaan optimal
sedangkan sisi timur mengalami pembayangan.
Koridor kamar hotel yang bersifat double loaded mengakibatkan
ruang akan gelap tanpa menggunakan pencahayaan buatan/ lampu listrik.
72
Pemanfaatan sinar matahari untuk masuk kedalam koridor dapat dilakukan
untuk mengurangi pemakaian listik pada lampu-lampu mengingat bangunan
hampir sepanjang hari terkena sinar matahari secara bergantian.
Gambar IV.3.5.2 Pencahayaan alami masuk kedalam koridor kamar hotel pada tower A
73
Gambar IV.3.5.3 Pencahayaan alami masuk kedalam koridor kamar hotel pada tower B
Dari analisa diatas, terlihat bahwa pencahayaan dari luar dapat
menerangi sebagian ruang koridor hotel. Pencahayaan tersebut berasal dari
cahaya matahari langsung dan cahaya langit. Cahaya matahari memiliki
intensitas yang lebih tinggi dibandingkan cahaya langit. Ini mengakibatkan
ada bagian yang terang dan kurang terang. Bagian koridor yang tidak
terkena cahaya dari luar dapat menggunakan lampu listrik dengan daya yang
kecil untuk sumber penerangan.
74
Untuk ruang-ruang publik seperti lobby, fasilitas olahraga, ruang spa,
resto/ café, dan ruang-ruang yang berada dilantai bawah, pemanfaatan sinar
matahari dapat dilakukan dengan teori pemantulan cahaya matahari masuk
kedalam ruangan. Pemantulan tersebut dapat melalui sirip horisontal, lantai
didekat ruangan, dan langit-langit ruangan.
Gambar IV.3.5.4 Beberapa jenis teori pemantulan cahaya yang dapat diterapkan pada ruang-
ruang publik
IV.3.6 Analisa pelindung radiasi matahari
Pelindung radiasi matahari berfungsi untuk mengurangi intensitas
radiasi matahari yang masuk ke dalam kamar hotel sehingga dapat
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk penghawaan buatan/ AC. Pada
perancangan City hotel ini, matahari akan terasa paling panas pada zona
kamar hotel yang secara langsung menghadap arah timur-barat. Oleh karena
itu perlu elemen pelindung berupa sirip horisontal/vertikal yang diletakkan
pada fasade bangunan. Sebelum mengetahui jenis dan tipe sirip yang akan
digunakan pada fasade bangunan, diperlukan analisa jalur matahari terhadap
bangunan selama 1 tahun untuk mengetahui sisi-sisi mana saja yang paling
kritis mendapat radiasi matahari dalam jumlah yang lebih. Analisa tersebut
antara lain :
76
Juli
Agustus
Septermber
Oktober
November
Desember
Tabel IV.3.6.1 Analisa pergerakan matahari dari pukul 9 – 12 siang
78
Juli
Agustus
Septermber
Oktober
November
Desember
Tabel IV.3.6.2 Analisa pergerakan matahari dari pukul 3 - 5 sore
79
Kesimpulan analisa:
• Jalur matahari dalam 1 tahun terdapat 2 bagian kondisi dimana pada
bulan 1-6 matahari bergerak ke arah utara dan bulan 7-12 matahari
bergerak kearah selatan atau bisa dikatakan berlawanan arah.
• Jenis pelindung matahari yang dapat berhasil bekerja secara optimal di
bulan 1-6 maka dapat dipastikan akan berhasil juga di bulan 7-12
karena matahari kembali bergerak ke arah sebelumnya.
• Pada pagi hari, massa sebelah timur lebih banyak mendapatkan radiasi
matahari dan massa sebelah barat mengalami pembayangan,
sedangkan pada sore hari kondisi menjadi sebaliknya. Hal ini menjadi
baik karena massa akan mendapatkan pembayangan secara bergantian
sehingga mengurangi penyerapan panas melalui dinding-dinding
eksterior kamar hotel.
Gambar IV.3.6.1 Bentuk sirip vertikal dan horisontal pada tampak
Pada kedua massa (A dan B), tampak yang menghadap barat
menggunakan sirip vertikal karena dapat mengurangi cahaya matahari
80
dengan posisi sudut rendah dan miring sedangkan pada bagian timur cukup
dengan menggunakan sirip horisontal.
Untuk menganalisa fungsi pelindung matahari tersebut maka diambil
percoba melalui ruang yang dianggap secara langsung menerima radiasi
matahari dalam jumlah yang besar. Ruang yang diambil sebagai percobaan
adalah kamar tidur hotel. Waktu yang diambil untuk proses analisa adalah
bulan-bulan yang dianggap mendapat radiasi matahari dalam jumlah yang
besar. Hasil analisa tersebut antara lain :
Analisa pada sisi timur massa A (A1)
Analisa Pukul Keterangan
06:00 Matahari berada 90° dengan
bangunan sehingga sulit
untuk menghalau sinarnya.
Matahari pukul 6 pagi tidak
akan menyebabkan ruangan
menjadi panas
09:00 Radiasi yang masuk mulai
berkurang.
12:00-
17:00
Pada pukul 12-5 sore,
matahari pada sisi timur
sudah tidak berhadapan
dengan tampak sehingga
pada sisi ini akan terjadi
pembayangan.
Tabel IV.3.6.3 Analisa pada sisi timur massa A (A1)
Analisa pada sisi barat massa A (A2)
81
Analisa Pukul Keterangan
06:00-
09:00
Pada pukul 6-9 pagi, sisi ini
mengalami pembayangan dan
belum terkena radiasi matahari
12:00 Pukul 12, radiasi matahari
sudah mulai mengenai bagian
fasade tetapi hanya sebagian
kecil.
15:00 Radiasi matahari mulai masuk
kedalam ruangan. Sirip
horisontal bekerja menghalangi
sinar agar tidak masuk terlalu
banyak.
17:00 Titik terpanas dan terbanyak
radiasi matahari masuk
kedalam ruangan. Secara
keseluruhan bentuk sirip
berfungsi secara optimal untuk
mengurangi radiasi yang
masuk.
Tabel IV.3.6.4 Analisa pada sisi barat massa A (A2)
82
Analisa pada sisi timur massa B (B1)
Analisa Pukul Keterangan
06:00 Pukul 6 pagi, daerah ini
mendapatkan
pembayangan dari massa
A sehingga radiasi tidak
masuk kedalam kamar
hotel
09:00 Pukul 9 pagi merupakan
titik terpanas dan
terbanyak radiasi masuk
kedalam ruangan. Kondisi
tersebut berlangsung
sampai pukul 11.
12:00 –
17:00
Pada siang hari, daerah ini
kembali mendapatkan
bayangan karena posisi
matahari yang ada di
belakang.
Tabel IV.3.6.5 Analisa pada sisi timur massa B (B1)
Analisa pada sisi barat massa B (B2)
Analisa Pukul Keterangan
06:00 –
12:00
Pagi-siang hari daerah ini
mengalami pembayangan
sehingga tidak terkena
radiasi matahari
83
15:00 Mulai pukul 1-3 siang,
daerah ini sudah terkena
radiasi matahari. Sedikit
radiasi yang masuk karena
terhalang oleh sirip
vertikal.
17:00 Sampai akhir jalur
matahari, hanya sedikit
radiasi yang masuk
kedalam ruangan.
Tabel IV.3.6.6 Analisa pada sisi barat massa B (B2)
Dari analisa tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa massa
bangunan yang berorientasi berhadapan langsung dengan matahari dapat
dikurangi tingkat radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan. Terlihat
bahwa sirip vertikal dan horisontal bekerja secara baik dalam mengurangi
dan menghalau radiasi matahari yang masuk kedalam ruangan.
IV.3.7 Analisa Zoning dalam bangunan
Zoning Vertikal
Alternatif zoning Kelebihan Kekurangan
o Area servis
berada disamping
sehingga tidak
mengganggu
kegiatan area
privat
o Membutuhkan
area tambahan
o Membiarkan
ruang utama
menghadap
sisi barat-timur
o Area servis
terpusat ditengah
sehingga mudah
o Bentuk fasade
akan terganggu
karena adanya
84
dalam
pencapaiannya.
ruang sevis
ditengah
Privat Publik Servis
Tabel IV.3.7.1 Alternatif zoning vertikal
Berdasarkan penentuan zoning vertikal yang dikaitkan dengan fungsi
dan kegiatan yang ada didalamnya maka dipilih alternatif 2. Beberapa
pertimbangannya antara lain :
o Meletakkan area servis
ditengah agar mudah dalam pencapaiannya dari sisi kiri dan kanan.
o Meletakkan ruang servis di
sisi barat / timur.
o Menghemat pemakaian ruang.
Zoning Horisontal
Gambar IV.3.7.1 Zoning horisontal
85
Lobby utama / Main entrence diletakkan didepan dari massa bangunan
yang bertujuan untuk memudahkan pencapaian dan menjadi pusat kegiatan
dari ruang-ruang didalamnya. Area servis diletakkan dibelakang dari massa
bangunan agar dapat melayani kegiatan penginapan dan kegiatan yang
berada di Ballroom (seperti menyiapkan makanan untuk kegiatan
Ballroom). Café berada berdekatan dengan area kolam renang agar
pengunjung dapat menyantap makanan dan menikmati suasana disekitar
hotel.