Upload
hendra-prayana
View
83
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
studi kelayakan : analisa ekonomi dan finansial terhadap pembangunan cek dam di kali brantas
Citation preview
BAB IVANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL
4.1. Analisa EkonomiSetiap kegiatan yang diadakan selalu diharapkan dapat mencapai tujuan/target
tertentu sedemikian rupa sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit)
setelah jangka waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan kegiatan yang dilaksanakan,
tujuan analisis/evaluasi suatu kegiatan adalah untuk memperbaiki penilaian investasi. Hal
ini dikarenakan kesalahan dalam pemilihan kegiatan dapat mengakibatkan pengorbanan
dan pemborosan sumber daya yang mungkin langka keberadaannya.
Dalam analisa suatu kegiatan ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan, salah
satunya adalah aspek ekonomi. Aspek ekonomi berguna untuk menyelidiki apakah
kegiatan akan memberikan sumbangan dalam pembangunan ekonomi seluruhnya dan
apakah peranannya dapat membenarkan penggunaan sumber-sumber yang langka.
Karenanya analisis ekonomi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
suatu kegiatan dan merupakan salah satu penentu kebijaksanaan dalam pengambilan
keputusan.
Namun dalam kenyataannya, kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah sering
kali tidak disertai dengan analisis ekonomi. Hal ini disebabkan kegiatan pemerintah
biasanya didasarkan pada kebutuhan yang benar-benar sudah mendesak dan atas
permintaan dari warga masyarakat yang membutuhkan. Alasan lain adalah karena dana
yang dilibatkan tidak terlalu besar dan hanya berasal dari kas negara. Analisis ekonomi
baru dilakukan pada kegiatan-kegiatan besar dan melibatkan dana bantuan dari luar
negeri.
Walaupun demikian analisis ekonomi tetap perlu dipertimbangkan, karena
melalui analisis ekonomi ini dapat dinilai apakah suatu kegiatan yang dilaksanakan
mendatangkan keuntungan (layak) atau tidak mendatangkan keuntungan (tidak layak).
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melakukan analisis ekonomi adalah produktivitas
yang diperoleh dari semua sumber yang dipakai. Dalam studi ini analisis ekonomi untuk
menentukan kelayakan kegiatan didasarkan atas Nisbah Manfaat-Biaya (NPV), Rasio
Manfaat dan Biaya (BCR), Tingkat Pengembalian Internal (IRR), Titik Impas Investasi
(BEP)
Dalam analisa ekonomi ini terdapat istilah – istilah ekonomi yang perlu diketahui
antaralain
1. Biaya
Biaya investasi kegiatan dapat didefinisikan sebagai jumlah semua pengeluaran
dana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan sampai selesai mulai dari ide, studi
kelayakan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pada operasi dan pemeliharaan. Pada
analisis kelayakan ekonomi biaya-biaya tersebut dikelompokkan menjadi beberapa
komponen sehingga memudahkan dalam perhitungannya. Menurut Kuiper (1971 : 61),
semua biaya itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya modal (capital cost) dan biaya
tahunan (annual cost).
1.1. Biaya Modal (Capital Cost)
Definisi dari biaya modal adalah jumlah semua pengeluaran yang diperlukan
mulai dari pra studi sampai kegiatan selesai dilaksanakan. Semua pengeluaran yang
termasuk biaya modal ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan.
Misalnya, untuk membangun sebuah bendung biaya langsung yang diperlukan terdiri
dari :
- biaya pembebasan tanah (bila diperlukan)
- biaya galian dan timbunan
- biaya material
- biaya pengerjaan (upah tenaga kerja, sewa peralatan dan lainnya)
- dan lain sebagainya
Semua inilah yang nantinya menjadi biaya konstruksi yang ditawarkan pada
kontraktor kecuali biaya pembebasan tanah. Biasanya biaya pembebasan tanah
ditanggung oleh pemilik (owner).
2. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Biaya ini terdiri dari tiga komponen, yaitu :
- Kemungkinan/hal yang tidak terduga (contingencies) dari biaya langsung.
Kemungkinan/hal yang tidak pasti ini bila dikelompokkan dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
Biaya/pengeluaran yang mungkin timbul, tetapi tidak pasti.
Biaya/pengeluaran yang mungkin timbul, tetapi belum terlihat.
Biaya/pengeluaran yang mungkin timbul akibat tidak tetapnya harga pada
waktu yang akan datang (misal ada kemungkinan kenaikan harga).
Biasanya biaya untuk ini merupakan suatu angka prosentase dari biaya langsung
misal, 5%, 10% ataupun 15%. Hal ini sangat tergantung dari pihak pemilik dan
perencana. Semakin berpengalaman pemilik ataupun perencana, besarnya
prosentase ini biasanya lebih kecil.
- Biaya teknik (engineering cost)
Biaya teknik adalah biaya untuk pembuatan desain mulai dari studi awal
(preliminary study), pra studi kelayakan, studi kelayakan, biaya perencanaan dan
biaya pengawasan selama waktu pelaksanaan konstruksi.
- Bunga (interest)
Dari periode waktu dari ide sampai pelaksanaan fisik, bunga berpengaruh
terhadap biaya langsung, biaya kemungkinan dan biaya teknik sehingga harus
diperhitungkan.
1.2. Biaya Tahunan (Annual Cost)
Waktu kegiatan pembangunan selesai dilaksanakan merupakan waktu awal dari
umur bangunan sesuai dengan rekayasa teknik yang telah dibuat pada waktu detail desain.
Pada saat ini pemanfaatan bangunan mulai dilaksanakan, yang dalam kegiatan ini sebagai
sumber air irigasi. Selama pemanfaatan masih diperlukan biaya sampai umur bangunan
habis. Biaya ini meupakan beban yang masih harus ditanggung oleh pihak
pemilik/investor.
Pada prinsipnya biaya yang masih diperlukan sepanjang umur bangunan ini, yang
juga merupakan biaya tahunan, terdiri dari tiga komponen, yaitu :
a. Bunga
Biaya ini menyebabkan terjadinya perubahan biaya modal karena adanya tingkat suku
bunga selama umur bangunan. Besarnya bisa berbeda dengan bunga selama waktu
dari ide sampai pelaksanaan fisik selesai. Bunga ini merupakan komponen terbesar
yang diperhitungkan terhadap biaya modal.
b. Depresiasi atau Amortisasi
Dua istilah ini hampir sama tapi beda fungsi. Depresiasi adalah turunnya/penyusutan
suatu harga/nilai dari suatu benda karena pemakaian dan kerusakan atau keusangan
benda tersebut. Sedangkan amortisasi adalah pembayaran dalam suatu periode
tertentu (tahunan misalnya) sehingga hutang-hutang yang ada akan terbayar lunas
pada akhir periode tertentu.
c. Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Agar dapat memenuhi umur bangunan sesuai dengan yang direncanakan pada detail
desain, maka diperlukan biaya untuk operasi dan pemeliharaan bangunan tersebut.
2.Keuntungan Kegiatan (Benefit)
Dalam hal ini benefit suatu kegiatan terdiri dari keuntungan langsung (direct
benefits) dan keuntungan tidak langsung (indirect benefits), disamping itu dikenal pula
keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang (intangible benefits).
1. Keuntungan langsung (direct benefits)
Merupakan manfaat langsung dan nampak jelas dari hasil adanya proyek, manfaat ini
dapat berupa :
- Adanya kenaikan dalam output fisik dari kegiatan yang ditangani.
- Kenaikan nilai daripada output karena adanya perubahan perbaikan kualitas.
- Penurunan biaya yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisasi.
- Penurunan biaya yang disebabkan terhindar dari adanya kerugian, seperti
kerusakan akibat banjir dan lain sebagainya.
2. Keuntungan tidak langsung (indirect benefits)
Atau manfaat sekunder kegiatan adalah manfaat yang timbul atau dirasakan di luar
kegiatan karena adanya realisasi kegiatan. Manfaat tidak langsung ini terbagi atas :
- Manfaat yang disebabkan oleh adanya kegiatan yang biasanya disebut efek
‘multiplier’ dari kegiatan.
- Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar (economic of
scale).
- Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik, misalkan
perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang disebabkan perbaikan kesehatan
atau pendidikan.
3. Intangible benefits
Menurut Suyanto (2001 : 65), intangible benefits adalah manfaat kegiatan yang tidak
dapat dinilai dalam bentuk uang, misalnya rasa aman, terpeliharanya lingkungan,
tersedianya sarana rekreasi dan lain sebagainya. Umumnya setiap kegiatan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah lebih menitikberatkan pada
keuntungan yang bersifat intangible benefits ini.
3. Hubungan Manfaat-Biaya
Menurut Kuiper (1971 : 131), ada tiga parameter yang sering dipakai dalam
analisis manfaat dan biaya, yaitu :
- Perbandingan Manfaat dan Biaya (Benefit/Cost atau B/C)
- Selisih Manfaat dan Biaya (Net Benefit)
- Tingkat Pengembalian Internal (Rate of Return)
4. Perbandingan Manfaat dan Biaya (B/C)
Bila kita amati, parameter yang berlaku di lapangan adalah perbandingan
manfaat-biaya (B/C). Hal ini karena sesungguhnya biaya operasional dan pemeliharaan
(OP) merupakan bagian dari keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan. Disamping itu
pendapatan tunai atau manfaat bertambah secara akumulatif pada suatu kelompok sosial
yang menjadi obyek perencanaan. Misalnya dengan adanya bangunan kebutuhan air
irigasi di lahan pertanian/persawahan daerah tersebut terpenuhi.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan termasuk OP merupakan produk dari
kelompok lain (dalam studi ini adalah pemerintah) akibat membangun suatu bangunan
tertentu yang membutuhkan biaya OP agar umur bangunan dapat terpenuhi. Oleh sebab
itu pengurangan OP dari biaya kegiatan atau sebagai komponen pengurang dari biaya
manfaat merupakan suatu tipuan dalam memperbesar rasio manfaat dan biaya (B/C).
5. Selisih Manfaat dan Biaya (B – C)
Pada perhitungan B – C tidak ada pengaruh dengan mengurangkan biaya OP dari
total biaya kegiatan karena hasilnya akan sama. Yang mempengaruhi adalah tingkat suku
bunga yang berlaku. Makin tinggi tingkat suku bunga maka selisih manfaat dan biaya
akan semakin kecil.
6.Tingkat Pengembalian Internal (IRR)
Tingkat Pengembalian Internal dapat didefinisikan sebagai tingkat suku bunga
yang membuat manfaat dan biaya mempunyai nilai yang sama atau B – C = 0 atau tingkat
suku bunga yang membuat B/C = 1.
Bila biaya dan manfaat tahunan konstan, perhitungan Tingkat Pengembalian
Internal dapat dilakukan dengan dasar tahunan, tapi bila tidak konstan dapat dilakukan
dengan dasar nilai keadaan sekarang (present value) dan dicari dengan coba-coba (trial
and error). Parameter Tingkat Pengembalian Internal tidak terpengaruh dengan bunga
komersial yang berlaku, sehingga sering disebut dengan istilah Internal Rate of Return.
Bila besarnya Tingkat Pengembalian Internal ini sama dengan besarnya bunga komersil
yang berlaku maka kegiatan dikatakan impas, namun bila lebih besar dikatakan kegiatan
ini menguntungkan.
Diantara tiga parameter ini tidak ada yang paling baik. Dan penggunaannyapun
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung di lapangan setelah
dilakukan analisis yang mendetail. Disamping itu sering tidak terjadi konsistensi
mengenai hubungan ketiga parameter itu, sehingga bisa terjadi RR besar tetapi B/Cnya
kecil atau sebaliknya, bisa terjadi B/C besar tetapi B – Cnya mini
Untuk mendapatkan ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penilaian kelayakan
kegiatan pembangunan, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria
investasi. Kriteria-kriteria yang umum dan dianjurkan untuk dipakai dalam evaluasi
kelayakan kegiatan adalah :
a. Net Present Value (NPV)
b. Benefit Cost Ratio (BCR)
c. Internal Rate of Return (IRR)
a.Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara present value dari manfaat dan
present value dari biaya. Dimana langkah yang harus dilakukan untuk perhitungan ini
tidak banyak berbeda dengan langkah untuk perhitungan IRR.
Secara umum rumus untuk perhitungan nilai Present Value ini adalah sebagai
berikut (Kuiper, 1971 : 45) :
(3-1)
dimana :
P = nilai sekarang (Present Value)
F = nilai pada tahun ke-n
i = nilai suku bunga
Dalam evaluasi kegiatan, nilai NPV pada suku bunga pinjaman yang berlaku
harus mempunyai harga > 0.
Jika NPV = 0, berarti kegiatan tersebut mengembalikan persis seperti nilai
investasi. Jika NPV < 0, maka kegiatan tersebut dari segi ekonomi tidak layak untuk
dibangun.
b.Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara nilai sekarang (present
value) dari manfaat (benefit) dengan nilai sekarang dari biaya (cost). Secara umum rumus
untuk perhitungan BCR ini adalah (I Nyoman Pujana, 1995 : 259) :
(3-2)
Sebagai ukuran dari penilaian suatu kelayakan kegiatan dengan metode BCR ini
adalah jika BCR > 1 maka kegiatan dikatakan layak dikerjakan dan sebaliknya jika nilai
BCR < 1 kegiatan tersebut secara ekonomi tidak layak untuk dibangun.
c.Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return merupakan nilai suku bunga yang diperoleh jika BCR bernilai
sama dengan 1, atau nilai suku bunga jika NPV bernilai sama dengan 0. IRR dihitung
berdasarkan penerimaan bersih dan total nilai untuk keperluan investasi. Nilai IRR sangat
penting diketahui untuk melihat sejauh mana kemampuan kegiatan ini dapat dibiayai
dengan melihat nilai suku bunga pinjaman yang berlaku. Perhitungan nilai IRR ini dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Kuiper, 1971 dalam Sofia Ismiati, 2002 : 16) :
(3-3)
dimana :
I’ = suku bunga memberikan nilai NPV positif
I” = suku bunga memberikan nilai NPV negatif
NPV’ = NPV positif
NPV” = NPV negative
7. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apakah yang akan terjadi dengan
hasil analisa kegiatan jika kemungkinan perubahan dalam dasar-dasar asumsi pada
perhitungan biaya dan manfaat. Karena dalam penentuan nilai-nilai untuk biaya dan
manfaat masih merupakan perkiraan, maka sudah barang tentu dalam asumsi-asumsi ini
terdapat kemungkinan bahwa keadaan yang sebenarnya akan terjadi tidak sama dengan
nilai asumsi yang telah dibuat pada waktu perencanaan.
Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi resiko kerugian dengan menunjukkan
beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil. Secara teoritis ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan analisis sensitivitas yaitu :
a. Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum, misalnya
penurunan hasil pendapatan akibat penurunan jumlah pemakaian/konsumsi air irigasi.
b. Menurunnya debit sungai dari perhitungan yang diandalkan.
c. Berdasarkan ketentuan di atas, maka dalam studi kelayakan ini analisis kepekaan
akan dihitung terhadap kondisi pesimis.
8. Titik Impas Investasi
Analisa ini digunakan apabila pemilihan alternatif-alternatif sangat dipengaruhi
oleh satu faktor tunggal yang tidak pasti, misalnya utilisasi kapasitas. Titik impas dari
faktor tersebut akan ditentukan sedemikian hingga kedua alternatif sama baiknya ditinjau
dari sudut pandang ekonomi. Dengan mengetahui titik impas maka akan bis ditentukan
alternatif yang lebih baik pada suatu nilai tertentu dari faktor yang tidak pasti tersebut.
Pemilihan alternatif-alternatif investasi sering kali akan mengakibatkan keputusan
yang berbeda apabila tingkat produksi atau tingkat utilitas dari investasi berbeda. Dalam
pemilihan fasilitas produksi misalnya, perusahaan cenderung akan membeli mesin-mesin
atau fasilitas lainnya yang harganya murah (walaupun ongkos variabelnya lebih tinggi)
bila tingkat produksi yang akan dilakukan cukup rendah. Sebaliknya bila tingkat
produksinya cukup tinggi maka perusahaan akan lebih baik apabila membeli fasilitas-
fasilitas yang berteknologi tinggi yang ongkos investasinya lebih tinggi namun ongkos
variabelnya lebih rendah (Pujawan, 1995 : 150).
Titik Impas Investasi (Break Even Point/BEP), dalam studi ini digunakan untuk
mengetahui berapa tahun modal yang ditanam dapat kembali, atau biaya yang
dikeluarkan dikurangkan pada keuntungan sama dengan nol.
Keterangan : kurva 1 : manfaat kurva 2 : biaya
(Sumber : Pujawan, 1995 : 151)
Gambar . Konsep Titik Impas Investasi
dan Analisis Sensitivitas.
kurva 1kurva 2Rp
Tahun BEP
daerah untung
daerah rugi
Studi yang dilakukan merupakan kegiatan pengendalian sedimen yang mana
manfaat yang dihasilkan dapat dinikmati secara langsung (direct benefit) yang dapat
dinilai dengan uang, maka oleh sebab itu disini dilakukan analisa ekonomi yang
meliputi:
o Rasio ( B/C )
o Net Benefit ( B – C )
o Internal Rate of Return ( IRR )
o Analisa sensitifitas
Tabel 4.1. Daftar Harga Satuan Upah, Bahan dan Sewa Alat Bantu
No. Jenis Material/Upah SatuanHarga Satuan
(Rp.)
I UPAH KERJA :
1. Pekerja orang/hari 27500,00
2. Mandor orang/hari 35000,00
II HARGA BAHAN BANGUNAN 1 Solar ltr 1500,00 2 Tulangan Baja m 120000,00
3 Semen Gresik 50 Kg zak 36300,00
4 Pasir pasangan/cor m3 62600,00
5 Kerikil/batu pecah m3 92600,00
6 Plat Baja m2 200,000,00
7 Turap Kayu m 30,000,00
III HARGA / SEWA ALAT BANTU 1 Keranjang buah 11000,00
2 Pompa air unit 50000,00
3 Kereta dorong unit 8800,00
4 Gerobak buah 10000,00 5 Molen unit 150000,00
6 Ember buah 7500,00 7 Kotak adukan buah 38500,00 8 Cetok buah 8800,00 9 Hamer unit 130000,00 10 Vibrator unit 75000,00 11 Cranes unit 250000,00 12 Cangkul unit 10,000,0013 Palu buah 5,000,00
Nisbah Manfaat-Biaya (Benefit-Cost Ratio)
Komponen biaya yang dimasukkan dalam perhitungan nisbah manfaat biaya ini
adalah biaya pembangunan, biaya operasional dan pemeliharaan selama usia guna, dan
biaya produksi pertanian. Sedangkan yang termasuk komponen manfaat adalah nilai
total produksi per tahun. Masing-masing komponen baik komponen manfaat maupun
biaya dijadikan bentuk nilai sekarang (present value). Dalam hal ini, untuk tingkat suku
bunga yang berlaku saat ini sebesar 24% dan usia guna check dam diperkirakan 25
tahun, maka faktor pengali untuk biaya tahunan adalah sebesar 4,147 (lampiran).
Adapun contoh perhitungan disajikan sebagai berikut :
Alternatif I
Komponen biaya (cost) :
- Total biaya teknis (desain) Rp. 70.384.000,00
- Total biaya modal (tahun ke 1) = (Total biaya teknis (desain )) x (F/P,24/365,35)
= ( Rp.70.384.000,00 )x (1,01 )
= Rp 71.087.840,00
- Total biaya OP (tahun ke-2 s/d 25) Rp. 7.108.784,00
- Total biaya pendapatan per tahun (tahun ke-2 s/d 25) Rp. 18.966.610,66
Komponen manfaat (benefit) :
- Nilai total sedimen per tahun Rp. 82.399.239,79
Nilai dari masing-masing komponen (kecuali nilai total biaya pembangunan)
diatas dikalikan dengan faktor pengali 4,147 untuk tingkat bunga 24%, maka didapatkan
nilai sekarang (PV) dari masing-masing komponen sebagai berikut :
- Nilai sekarang total biaya (C)
= Total biaya pembangunan + total biaya O&P (P/A,i,n) + total biaya pendapatan
per tahun (P/A,i,n)
= 71.087.840,00 + 7.108.784,00 (P/A,24,25) + 18.966.610,66 (P/A,24,25)
= 71.087.840,00 + 7.108.784,00 (4,147) + 18.966.610,66 (4,147)
= 200.108.892,77
- Nilai sekarang total manfaat (B)
= Nilai total sedimen per tahun (P/A,i,n)
= 82.399.239,79 (P/A,24,25)
= 407.311.438,50
70.384.000,00 71.087.840,00 O&M
7.108.784,00 + 18.966.610,66
82.399.239,79
35 hari
maka :
= = 2,04 > 1
Perhitungan selengkapnya pada tingkat suku bunga 20%, 30%, 40%, 50% dan 60%
disajikan pada tabel 4.9 – 4.11 untuk alternatif I, dan tabel 4.12.– 4.14.untuk alternatif
II. Sedangkan hubungan antara tingkat suku bunga dengan nilai benefit dan cost
disajikan pada gambar 4.1. dan 4.2.
Untuk selanjutnya, penulis membandingkan nilai sekarang dari total manfaat
dengan nilai sekarang total biaya pada tingkat suku bunga yang bervariasi, yaitu 20%,
30%, 40%, 50% dan 60%. Hasil disajikan pada tabel 4.15. untuk alternatif 1 dan tabel
4.16. untuk alternatif 2.
Tabel 4.15. Perbandingan Nilai Sekarang Total Biaya dengan Nilai Sekarang Total
Manfaat pada Suku Bunga Tertentu (alternatif 1)
Tabel 4.16. Perbandingan Nilai Sekarang Total Biaya dengan Nilai Sekarang Total
Manfaat pada Suku Bunga Tertentu (alternatif 2)
GRAFIK HUBUNGAN TINGKAT BUNGA DENGAN NILAI SEKARANGTOTAL MANFAAT DAN BIAYA (ALTERNATIF I)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 25 50 75
Tingkat Bunga (%)
Ben
efit &
Cost
(10
6 Rupia
h)
Benefit
Cost
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Tingkat Bunga dengan Nilai Sekarang Total Manfaat dan Biaya (Alternatif I)(Sumber : Hasil Perhitungan)
GRAFIK HUBUNGAN TINGKAT BUNGA DENGAN NILAI SEKARANG TOTAL MANFAAT DAN BIAYA (ALTERNATIF II)
0
100
200
300
400
500
600
0 20 40 60 80
Tingkat Bunga (%)
Ben
efit &
Cost
(10
6 R
upia
h)
Benefit
Cost
57
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Tingkat Bunga dengan Nilai Sekarang Total Manfaat dan Biaya (Alternatif II)(Sumber : Hasil Perhitungan)
Dari gambar 4.1. dapat kita ketahui bahwa untuk suku bunga mulai dari 24-60%
grafik nilai sekarang total manfaat (benefit) tidak mempunyai titik potong dengan grafik
nilai sekarang total biaya (cost). Hal ini berarti untuk kondisi benefit dan cost tetap,
tidak dicapai nilai tingkat pengembalian internal pada tingkat suku bunga tersebut.
Karena untuk mencapai nilai ini grafik benefit dan cost harus berpotongan pada tingkat
suku bunga tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tingkat pengembalian
internal (IRR) akan tercapai pada tingkat suku bunga di atas 60%.
Sedangkan dari gambar 4.2. diketahui bahwa untuk suku bunga mulai dari 24-
60% grafik nilai sekarang total manfaat (benefit) mempunyai titik potong dengan grafik
nilai sekarang total biaya (cost). Hal ini berarti untuk kondisi benefit dan cost tetap,
akan dicapai nilai tingkat pengembalian internal pada tingkat suku bunga tersebut.
Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)
Tingkat pengembalian internal (internal rate of return) didefinisikan sebagai
tingkat suku bunga yang membuat manfaat dan biaya mempunyai nilai yang sama atau
B – C = 0 atau tingkat suku bunga yang membuat B/C = 1 (Kodoatie, 1995 : 112 dalam
Siswoyo, 1998 : 106). Pada studi ini untuk tingkat suku bunga 24% sampai dengan 60%
tidak didapatkan prosentase tingkat suku bunga yang membuat nilai manfaat dan biaya
sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IRR akan terjadi pada tingkat suku bunga >
60%. Rincian hasil analisa tingkat pengembalian internal (IRR) pada tingkat suku bunga
24 – 60% ditabelkan pada tabel 4.18 – 4.23. untuk alternatif I, dan tabel 4.24. – 4.29.
untuk alternatif II.
Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis)
Analisis kepekaan dimaksudkan untuk mengetahui apa yang akan terjadi dengan
hasil poyek apabila terjadi kemungkinan perubahan dalam dasar-dasar asumsi
perhitungan biaya dan manfaat. Hal ini dikarenakan dalam penentuan nilai-nilai untuk
biaya dan manfaat masih merupakan suatu estimasi (perkiraan), sehingga bisa terjadi
asumsi-asumsi yang tidak sama dengan keadaan yang sebenarnya.
Dalam analisis kepekaan terhadap studi ini, dilakukan perhitungan terhadap :
- Komponen biaya (cost) turun 25%, manfaat (benefit) tetap
- Komponen biaya (cost) naik 25%, manfaat (benefit) tetap
- Komponen biaya (cost) tetap, manfaat (benefit) turun 25%
- Komponen biaya (cost) tetap, manfaat (benefit) naik 25%
Perhitungan analisis kepekaan selengkapnya disajikan pada tabel 4.30. – 4.39.
untuk alternatif 1
4.2. Analisa Financial Termasuk Perencanaan Pembiayaan Tahun per TahunTujuan dari analisa financial adalah melihat dampak investasi peningkatan
pendapatan antara sebelum dan sesudah proyek. Biaya pembangunan Cek Dam meliputi
biaya pekerjaan, biaya tenaga kerja dan biaya tak terduga. Dalam pembahasan ini biaya
biaya pekerjaan terdiri dari pekerjaan pembuatan bangunan pemgelak, pekerjaan
pengeringan dan pekerjaan beton.
Alternatif I
- Biaya proyek = Rp 89.350.700,00
- Biaya operasi dan pemeliharaan ( 10% x cost ) = Rp 8.935.070.00
Alternatif II
- Biaya proyek = Rp 147.928.500,00
- Biaya operasi dan pemeliharaan ( 10% x cost ) = Rp 14.792.850,00
Dalam analisa perhitungan biaya disini dipergunakan metode PV ( Persent
Value) dan metode BTE ( Biaya Tahunan Ekivalen )
4.2.1. Metode Present Value ( PV )Alternatif I
Cost = Rp 89.350.700,00
O & M = Rp 8.935.070,00
Present Value ( PV ) cost ( P/A, 10%, 10 )
PV cost = ( Biaya proyek x ( F/P, (10/365)%, 35)) + ( O&M x (P/A, 10%, 10 ))
= ( Rp 89.350.700,00 x 1,010 ) + (Rp 8.935.070,00 x 6,144 )
= Rp 90.244.207,00 + Rp 54.897.070,00
= Rp 145.141.277,00
89.350.700,00 90.244.207,00 O&M
8.935.070,00
35 hari
Alternatif II
Cost = Rp 147.928.500,00
O & M = Rp 14.792.850,00
Present Value ( PV ) cost ( P/A, 10%, 10 )
PV cost = ( Biaya proyek x ( F/P, (10/365)%, 35)) + ( O&M x (P/A, 10%, 10 ))
= (Rp 147.928.500,00 x 1,010 ) + (Rp 14.792.850,00 x 6,144 )
= Rp 149.407.785,00 + Rp 9.172.070.00
= Rp 158.579.855.00
147.928.500,00 149.407.785,00 O&M
14.792.850,00
35 hari
4.2.2. Metode BTE ( Biaya Tahunan Ekivalen )Pada metode ini harus diadakan perhitungan baik pada modal awal maupun pada
investasi rutin ( gaji, biaya O& M, dan lain – lain ).
Rumus umum :
∑ BTE = BTE + biaya tahunan lainnya
BTE = ( P – S ) ( A/P, i , n ) + Si
Alternatif I
Cost = Rp 89.350.700,00
O & M = Rp 8.935.070,00
BTE = ( Biaya proyek x ( P/A, 10%, 10 ))
= Rp 89.350.700,00 x 0,163
= Rp 14.564.164,00
∑ BTE = BTE + biaya tahunan lainnya
∑ BTE = Rp 14.564.164,00 + Rp 8.935.070,00
= Rp 23.499.234,00
Alternatif II
Cost = Rp 147.928.500,00
O & M = Rp 14.792.850,00
BTE = ( Biaya proyek x ( P/A, 10%, 10 ))
= Rp 147.928.500,00 x 0,163
= Rp 24.112.345,00
BTE = BTE + biaya tahunan lainnya
∑ BTE = Rp 24.112.345,00 + Rp 14.792.850,00
= Rp 38.905.195,00
Perhitungan selanjutnya ditabelkan pada tabel 4.40 – 4.47
Analisa Sensitivitas
Tujuan dari analisa sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan hasil proyek bila ada kemungkinan perubahan dalam dasar – dasar asumsi
dalam perhitungan biaya dan manfaat. Karena dalam penentuan nilai – nilai untuk biaya
dan manfaat masih berupa perkiraan, maka asumsi – asumsi ini tidak sama dengan nilai
asumsi yang telah dibuat oleh perencana. Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi
resiko – resiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang
harus diambil.
Secara teoritis ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa
kepekaan yaitu :
1. Terdapat kenaikan biaya pelaksanaan, misalnya dalam kenaikan biaya
konstruksi
2. Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat umum, seperti penurunan
hasil pendapatan yang diakibatkan oleh penurunan jumlah bahan konstruksi dan
lain- lain
3. Keterlambatan waktu pelaksanaan karena suatu sebab dari luar suatu
perencanaan
Dalam pembahasan ini diperkirakan dalam jangka waktu 10 tahun terjadi
kenaikan suku bunga sebesar kurang lebih 15% dan terjadi kenaikan harga satuan
barang sebesar 15%.
4.4. Kesimpulan Analisa Ekonomi dan Finansial Analisa Ekonomi
Dari perhitungan nisbah manfaat dapat diketahui pada tabel 4.17 bahwa nilai
B/C alternatif I lebih besar dibandingkan alternatif II.
Tabel 4.17. Nisbah Manfaat Biaya
Suku Bunga Nisbah Manfaat-Biaya (B/C)
(%) Alternatif I Alternatif II
20 2,05 1,62
30 1,75 1,39
40 1,52 1,21
50 1,35 1,08
60 1,21 0,97
Dari grafik 4.1 dan 4.2 dapat dilihat bahwa nilai benefit dan cost pada tingkat
suku bunga terendah (24%) sampai tingkat suku bunga tertinggi (60%) grafik benefit
selalu berada di atas grafik cost, sehingga dapat dipastikan bahwa secara ekonomi
kegiatan alternatif 1 lebih ekonomis daripada alternatif 2.
Pada studi ini untuk tingkat suku bunga 24% sampai dengan 60% tidak
didapatkan prosentase tingkat suku bunga yang membuat nilai manfaat dan biaya sama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa IRR akan terjadi pada tingkat suku bunga > 60%.
Dari perhitungan analisis kepekaan untuk alternatif I, terjadi kondisi sebagai
berikut:
- Komponen biaya (cost) turun 25%, manfaat (benefit) tetap, maka besarnya tingkat
pengembalian internal terjadi pada tingkat suku bunga = > 60%
- Komponen biaya (cost) naik 25%, manfaat (benefit) tetap, maka besarnya tingkat
pengembalian internal terjadi pada tingkat suku bunga = > 60%
- Komponen biaya (cost) tetap, manfaat (benefit) turun 25%, maka besarnya tingkat
pengembalian internal terjadi pada tingkat suku bunga = 47,88%
- Komponen biaya (cost) tetap, manfaat (benefit) naik 25%, maka besarnya tingkat
pengembalian internal terjadi pada tingkat suku bunga = > 60%
Sedangkan untuk alternatif 2 didapatkan kondisi sebagai berikut :
- Komponen biaya (cost) turun 25%, manfaat (benefit) tetap, maka besarnya tingkat
pengembalian internal terjadi pada tingkat suku bunga = > 60%
- Komponen biaya (cost) naik 25%, manfaat (benefit) tetap, maka besarnya tingkat
pengembalian internal terjadi pada tingkat suku bunga = 46,64%
- Komponen biaya (cost) tetap, manfaat (benefit) turun 25%, maka besarnya tingkat
pengembalian internal terjadi pada tingkat suku bunga = 31,03%
- Komponen biaya (cost) tetap, manfaat (benefit) naik 25%, maka besarnya tingkat
pengembalian internal terjadi pada tingkat suku bunga = 52,30%
Analisa Finansial
Dari perhitungan analisa financial dan sensitifitas diatas dapat diketahui kondisi
proyek dari masing – masing alternative yang sebenarnya. Maka dengan demikian dapat
diketahui proyek mana yang paling menguntungkan dan paling ekonomis. Adapun
perbedaan ekonomi kedua alternative tersebut adalah :
Kondisi Normal Proyek ( n = 10 tahun )
Kodisi Proyek Mengalami Penundaan Selama 2 Tahun ( n = 12 tahun )
Dari hasil perhitungan analisa ekonomi diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa alternatif I merupakan alternatif yang paling ekonomis dan menguntungkan,
sedangkan untuk analisa finansial alternatif II merupakan alternatif yang paling
ekonomis dan menguntungkan.