Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
32
BAB IV
ANALISIS KARYA
Karya 1
Gambar 4.1
“Pay the Judge”
Acrylic on canvas
120x150 cm
2016
33
Karya pertama ini berjudul “Pay the Judge” berukuran 120x150 cm.
Karya ini menggambarkan kemunafikan dalam dunia hukum yang dilakukan
oleh seorang hakim.
Karya ini menampilkan sosok seseorang tanpa busana yang terlihat
dari kepala hingga pinggang sedang duduk di kursi mewah berwarna kuning
di balik meja berwarna hijau dengan tangan kirinya diangkat sambil
menggenggam palu besar serta tangan kanan di atas meja, dan menghadap ke
arah penikmat karya. Di atas meja sebelah kiri karya terdapat koper abu-abu
terbuka yang berisikan tumpukan uang, sedangkan di sebelah kanan karya
terdapat tengkorak di atas alas pukul palu persidangan. Di belakang kursi
terdapat tirai seperti tirai pada panggung pertunjukan yang sedang dibuka.
Sosok tersebut adalah hakim yang memiliki dua kepala dengan satu kepala
memiliki wajah tersenyum yang menghadap ke arah koper yang sedang
terbuka, dan kepala satunya memiliki wajah marah menatap ke arah tengkorak.
Background dari karya menggunakan warna hitam solid.
Karya ini mencoba menggambarkan seorang hakim yang seakan tidak
tahu malu melakukan praktek kemunafikan pada sumpah hukum yang
dilakukannya dulu saat pertama menjadi seorang hakim, dimana seharusnya
pelaksanaan hokum harus dilaksanakan seadil-adilnya dan tidak menerima
suap dalam bentuk apapun. Pada kenyataannya hukum saat ini banyak
dipermainkan, banyak mafia hukum, siapa yang memiliki uang maka dia bisa
memenangkan kasusnya.
Hal itu digambarkan dengan wajah hakim yang tersenyum menatap
koper penuh uang dengan tangan kanannya mengarah ke koper seakan
34
menyambut dengan ramah, sedangkan wajah marah dan tangan kiri yang
memegang palu mengarah pada tengkorak seakan ingin menghancurkan
tengkorak itu, menggambarkan ketidakpedulian pada pihak yang kalah. Meja
hijau menegaskan bahwa ini adalah dunia hokum terutama persidangan. Tirai
merah menunjukkan bahwa hukum saat ini bagaikan sebuah drama di
panggung yang bisa direkayasa. Kursi kuning megah menambah kesan betapa
berkuasanya hakim dalam sebuah drama persidangan.
Penulis memberikan detail dan outline pada objek seperti pada sosok
hakim, koper, tengkorak, dan tirai, karena penulis ingin menonjolkan objek-
objek yang dirasa penting dan harus menjadi pusat dari perhatian
35
Karya 2
Gambar 4.2
“Sound of the White”
Acrylic on canvas
120x150 cm
2016
36
Karya kedua ini berjudul “Sound of the White” dengan ukuran
120x150 cm. Karya ini menggambarkan kemunafikan para “golongan putih”.
Karya ini menggambarkan sosok besar kepala manusia bertanduk dua
seperti banteng atau setan di tengah menghadap ke arah penikmat dan sebelah
kanan dan kirinya terdapat dua sosok setengah badan dari kepala hingga
pinggang, sosok-sosok tersebut berwarna putih, dan pada mulut sosok-sosok
tersebut terdapat pengeras suara. Bagian depan dari sosok putih terdapat
speaker dan amplifier yang terhubung dengan kabel-kabel ke kepala besar
yang ada di tengah. Terdapat gambar gedung DPR/MPR yang di bawahnya
terdapat aliran magma yang menyala, di belakang sosok kepala besar. Pada
bagian belakang gedung DPR/MPR terdapat dua speaker dengan ukuran besar
Karya ini mencoba menggambarkan para “golongan putih” dimana
mereka sebagai orang-orang yang menolak untuk ikut berpartiipasi dalam
pemilihan para pejabat negara. Sistem pemilihan oleh rakyat sebenarnya
adalah supaya bagi siapapun yang terpilih nantinya, ia akan merasa memiliki
tanggung jawab atas rakyat yang memilihnya, dan sebaliknya rakyat memiliki
tanggung jawab pada orang yang telah terpilih. Ketika orang menjadikan
dirinya sebagai “gologan putih” secara tidak langsung dia tidak ingin
berurusan atau terlibat dengan apa yang akan terjadi nantinya dan menolak
menerima tanggung jawab memantau jalannya pemerintahan. Kemunafikan
muncul ketika para “golongan putih” bersuara mencerca, mencela
pemerintahan saat ada sesuatu yang menurutnya tidak sesuai keinginannya.
Mereka menyalahi keputusan mereka sebelumnya, berbalik total.
37
Digambarkan dalam karya ini dalam bentuk sosok-sosok berwarna
putih dengan speaker tertempel di mulutnya, yang mewakili para golongan
putih dengan suara mereka. Sosok putih di tengah digambarkan dengan satu
mata tertutup menggambarkan ketidaktahuan tentang yang sebenarnya terjadi
seorang golongan putih dalam pemerintahan. Gedung DPR/MPR dengan
aliran magma dibawahnya, menggambarkan pusat kekuasaan wakil rakyat
yang sedang dipanaskan oleh protes para golongan putih. Speaker dan
amplifier yang ada di depan dan belakang gedung DPR/MPR dimaksudkan
untuk menambah kedramatisan dan memberikan penekanan pada betapa
mereka para golongan putih mencoba bersuara keras mencela dan mencerca
pemerintahan yang tidak seharusnya menjadi tanggung jawabnya sebagai
golongan putih.
Objek yang diberikan outline dan detail oleh penulis untuk
mempertegas dan menonjolkannya, adalah sosok-sosok dengan warna putih,
speaker, dan gedung DPR/MPR. Khususnya pada sosok dengan warna putih,
penulis lebih intens pada pembagian warna, sehingga lebih terlihat gelap
terang dan dimensi pada sosok putih.
38
Karya 3
Gambar 4.3
“Super (Hypocrit) Hero”
Acrylic on canvas
120x150 cm
2016
39
Karya ketiga ini berjudul “Super Hypocrit Hero” dengan ukuran
120x150 cm. Karya ini menggambarkan kemunafikan yang dilakukan oleh
petinggi negara yang memiliki kekuasaan, dan menyebarkan benih
kemunafikannya ke berbagai bagian pemerintahan lain.
Penulis menggambarkan seseorang yang sedang duduk di kursi besar di
tengah bidang kanvas. Sosok tersebut memiliki bentuk tubuh seperti super
hero “Kamen Rider Black RX” yang terlihat seperti sedang mengenakan baju
zirah berwarna hijau dan berkepala seekor lalat. Sosok tersebut menghadap kea
rah penikmat dengan posisi duduk dan kedua tangannya ditempatkan di depan
dada namun tidak menempel. Lambang Garuda Pancasila tertempel di bagian
atas kursi yang diduduki oleh sosok tersebut. Pada bagian bawah bidang
kanvas tersebar lendir berwarna hijau stabilo dan di atas tiap lendir terdapat
kumpulan telur lalat. Tersebar juga pada bagian bawah kanvas, belatung-
belatung yang berjalan mengarah pada sosok yang ada di tengah. Lalat-lalat
beterbangan tersebar di bagian bawah dan atas bidang kanvas di sekitar sosok
yang ada di tengah.
Penulis dalam karya ini mencoba menunjukkan bahwa kemunafikan itu
bisa menular, dan menunjukkan salah satu contohnya melalui kemunafikan
yang dilakukan oleh petinggi negara atau orang-orang yang memiliki
kekuasaan. Ketika seseorang telah mendapatkan kepercayaan untuk menjabat
dan mendapatkan kekuasaan, tidak jarang mereka melupakan apa yang telah ia
janjikan pada orang-orang yang memilih sebelumnya. Untuk menjaga dirinya
tetap pada posisi aman, orang itu akan memikirkan cara agar ia tetap terlihat
baik namun keinginan buruknya bias tetap berjalan tanpa diketahui. Orang lain
40
di sekitar yang mengetahui praktek munafik ini bisa ikut melakukan hal yang
sama karena beranggapan dirinya akan baik-baik saja walaupun nantinya
ketahuan berbuat munafik, sebagaimana dia menganggap wajar praktek
munafik yang dilihatnya sebelumnya.
Makna dalam lukisan ini digambarkan dengan bentuk sosok orang
bertubuh pahlawan super “Kamen Rider Black RX” berkepala lalat yang
menggambarkan bahwa sosok ini terlihat seperti seorang pahlawan yang baik
yang dapat memimpin, sedang duduk di kursi besar yang melambangkan
kedudukan atau tahta. Di atas kursi terdapat lambang Garuda Pancasila
menegaskan dan mengkhususkan fenomena ini terjadi di Indonesia. Lalat yang
beterbangan di sekitar sosok pahlawan menggambarkan kemunafikan yang
dilakukannya menyebar ke lingkungan sekitarnya. Telur lalat dan belatung
yang tersebar mewakili orang lain di sekitar yang mulai menganggap wajar
kemunafikan dan mulai ikut melakukan kemunafikan yang sama. Lendir-lendir
yang digambarkan bertujuan untuk menambah kesan menjijikkan dari betapa
buruknya kemunafikkan itu.
41
Karya 4
Gambar 4.4
“Aku Cinta (Harta) Kamu”
Acrylic on canvas
120x150 cm
2016
42
Karya keempat berjudul “Aku Cinta (Harta) Kamu” berukuran
120x150cm. Karya ini merupakan visualisasi dari fenomena kemunafikan pada
lingkungan sosial, dalam hal ini adalah hubungan percintaan pria dan wanita.
Digambarkan seorang wanita dengan gaun merah terlihat dari kepala
hingga pinggang menghadap ke arah penikmat. yang sedang duduk di meja
makan berwarna putih yang di atasnya terdapat tiga buah lilin kecil sedang
menyala dan vas bunga kecil berwarna biru dengan bunga mawar merah.
Dihadapan wanita tersebut terdapat sebuah lengan yang memegang daftar
menu dan kartu ATM di tangannya. Disamping wanita tersebut terdapat mesin
ATM yang berlumuran darah, mengalir hingga menggenang di lantai.
Karya ini mengangkat kemunafikan yang banyak sekali terjadi pada
hubungan sosial di masyarakat, yaitu mengenai masalah percintaan antar dua
individu, pria dan wanita. Fenomena ini terjadi di berbagai jenis hubungan
antara pria dan wanita, mulai dari hubungan dengan status pacar, tunangan,
menikah, atau bahkan tanpa status. Kemunafikan ini terjadi ketika seorang pria
atau wanita menjalin hubungan dengan lawan jenisnya dan memiliki alasan
tersembunyi yang secara sepihak menguntungkan dirinya dan merugikan
pasangannya, dalam karya ini khususnya adalah harta,
Penulis menggambarkan hal tersebut dalam suasana romantis candle
light dinner, seakan hubungan tersebut berjalan dengan baik. Tangan pria yang
memegang papan menu dengan “daftar harga hubungan” dan kartu ATM
menjadi tanda adanya harta yang diminta oleh si wanita. Bibir wanita yang
tersenyum, dengan jari jempol tangan kirinya menunjuk ke arah ATM berdarah
semakin menguatkan kesan mengerikannya si wanita hanya ingin harta dari si
43
pria, dan wanita itu ingin harta si pria untuk dipindahkan sesuai pilihan pada
menu.
Penulis memberikan pembagian warna yang lebih banyak dan outline
pada sosok wanita, dan tangan pria, agar sosok wanita dan tangan pria terlihat
memiliki volume dan lebih hidup sebagai objek utama dalam karya ini.
44
Karya 5
Gambar 4.5
“Hingga Tetes Terakhir”
Acrylic on canvas
120x150 cm
2016
45
Karya kelima ini berjudul “Hingga Tetes Terakhir” dengan ukuran
120x150 cm. Karya ini merupakan visualisasi dari kemunafikan dalam
hubungan sosial, dalam hal ini kemunafikan seorang bawahan kepada
pemimpinnya.
Digambarkan pada kiri bawah bidang kanvas, seseorang bertubuh kecil
dengan setengah tubuh bagian depan berwarna putih dan belakang berwarna
hitam membelakangi penikmat dengan kedua tangannya terangkat ke depan
memegang kotak. Di sebelah kanan bidang kanvas terdapat sosok manusia
dengan tubuh tinggi berwarna kuning dalam posisi menunduk dan kedua
tangannya maju ingin memegang kotak yang diberikan sosok kecil. Kotak yang
dipegang sosok kecil dalam posisi terbuka dan dari dalamnya muncul seekor
lintah besar dengan mulut yang memiliki gigi tajam terlihat melahap bagian
wajah sosok kuning. Terdapat juga lintah-lintah berukuran kecil tersebar di
bagian bawah kanvas sedang melata menuju sosok kuning, serta beberapa
menempel pada tubuh sosok kuning.
Karya ini mencoba menunjukkan fenomena kemunafikan yang sering
dilakukan oleh banyak orang. Menyenangkan hati seseorang adalah perbuatan
yang baik dalam hubungan sosial, namun ketika menyenangkan hati itu
dilakukan untuk mendapat citra baik dan menutupi niat buruk sesungguhnya,
maka tindakan itu menjadi bersifat munafik. Hal ini tidak jarang terjadi pada
hubungan antar atasan dan bawahan dalam dunia kerja. Seorang bawahan
sudah sewajarnya menyenangkan hati atasan dengan anggapan akan
mendapatkan imbalan lebih dari atasannya, baik itu diberikan bonus ataupun
kenaikan jabatan. Tidak jarang ada bawahan yang memiliki ambisi untuk
46
mendapat atau menggantikan jabatan sang atasan, melakukan berbagai macam
cara untuk menyenangkan atasan, namun ketika telah mendapatkan
kepercayaan untuk menjabat, dia berkhianat dan melakukan hal merugikan
yang bertolak belakang dari mandat.
Penggambaran makna di atas ditunjukkan dengan sosok kecil dengan
bagian tubuh depan berwarna putih dan bagian belakangnya berwarna hitam
menunjukkan citra baik yang ditampilkan untuk menutupi keburukan yang
disimpan di belakangnya. Sosok kuning besar menggambarkan seorang atasan
yang memiliki kedudukan besar dan berkilau seperti emas. Sosok kecil
memberikan kotak pada sosok kuning yang terlihat sedang menyambut
pemberian itu menunjukkan upaya seorang bawahan untuk menyenangkan hati
si atasan. Lintah kecil yang tersebar dan menempel di tubuh sosok kuning
menunjukkan bahwa bawahan seperti ini seperti benalu yang hanya ingin
mengambil keuntungan bagi dirinya. Lintah raksasa yang keluar dari kotak dan
melahap wajah sosok kuning menunjukkan pengkhianatan yang diarahkan
pada atasannya, dan menambahkan kesan dramatis dari karya.
Penulis menambahkan efek gelap terang dan outline pada sosok kecil,
sosok kuning besar, dan lintah-lintah, untuk memberikan kesan volume dan
lebih hidup. Pada bagian hitam dari tubuh bagian belakang sosok kecil, penulis
menggunakan pembagian bidang warna dengan warna yang lebih terang, yaitu
abu-abu untuk memisahkan warna hitam objek dan background yang sama
warnanya. Penulis menambahkan detail dengan warna kuning yang dicampur
warna hitam, sehingga mengesankan warna kuning tersebut adalah warna emas
yang memantulkan bayangan dari objek di sekitarnya.
47
Karya 6
Gambar 4.6
“Rahasia Kecil Si Besar”
Acrylic on canvas
120x150 cm
2016
48
Karya keenam berjudul “Rahasia Kecil Si Besar” berukuran 120x150
cm. Karya ini menggambarkan kemunafikan orang yang menentang hal yang
buruk dan membela kebenaran, demi mendapatkan citra baik, namun
sesungguhnya di balik itu dia sendiri menikmati apa yang ditentangnya secara
diam-diam.
Penulis menggambarkan seekor gurita berwarna merah muda dengan
corak merah muda yang lebih terang di tubuhnya. Setengah bagian tubuhnya
keluar dari air dan sebagian di dalam air, dengan mata mengarah ke atas. Tiga
tentakelnya diangkat ke atas dengan menggenggam benda di tiap tentakelnya.
Figur “Sandy Cheeks” di tentakel kanan, di tengah menggenggam figur
penyanyi yang membawa bor tangan, dan tentakel kiri menggenggam simbol
pria (♂), simbol wanita (♀), dan lambang dollar ($) yang saling berkaitan.
Bagian bawah dari bidang kanvas diisi dengan barisan karang laut
berwarna oranye dan merah muda, serta rumput laut. Di balik karang dan
rumput laut tersebar figur-figur dan benda-benda lainnya. Berurut dari bagian
kiri bawah ke kanan adalah figur dan benda seperti; dua figur wanita berbaju
merah berkepala serigala. Tubuh yang terlihat dari kepala hingga pinggang,
Dua buah majalah berwarna merah muda dan biru, dengan lambang “Playboy”,
di buku berwarna biru muda; figur seorang wanita berbaju hijau berkepala itik,
dengan pose badan setengah membungkuk, terlihat dari profil samping dari
kepala hingga paha; satu unit komputer (CPU, mouse, monitor) dan dua buah
televisi, dan pada tiap layarnya menampilkan layar berwarna biru; tiga figur
wanita berbaju kuning berkepala harimau yang terlihat dari kepala hingga paha,
masing-masing membawa mikrofon.
49
Karya ini menceritakan tentang orang yang memerangi hal yang
menurutnya tidak baik, namun menyukai ketidakbaikan itu sendiri. Citra
sebagai seseorang yang benar karena memerangi hal buruk telah melekat pada
dirinya dan diakui orang banyak. Dibalik itu semua, di tempat yang tidak
diketahui orang lain, dia menyimpan rapih keburukan yang sangat disukainya.
Ketika dirinya sedang sendiri dan merasa tidak terlihat oleh orang lain, dia
menikmati apa yang ditentangnya di muka umum. Hal ini merupakan
kemunafikan, karena dia mengingkari dirinya sendiri.
Penulis menuangkan pesan di atas dengan menampilkan gurita dengan
setengah tubuh berada di luar air, dan sebagian lagi di dalam air, maksudnya
adalah orang tersebut memiliki dua wilayah yaitu yang ditunjukkan dan yang
disembunyikan dari orang lain. Di permukaan air, gurita dengan mata
menyeramkan, menggenggam dan mengangkat benda-benda menggambarkan
tindakannya memerangi hal yang menurutnya buruk.
Pada bagian kepala belakang gurita terdapat pola yang membentuk
wajah tersenyum ke arah benda dan figur yang ada di dalam air, menunjukkan
kesukaannya pada hal yang disembunyikannya dari masyarakat umum. Simbol
pria, wanita, dan dollar disini dimaksudkan sebagai tindak prostitusi yang
sedang ditentangnya. Figur penyanyi yang membawa bor tangan disini
merujuk kepada penyanyi dangdut “Inul Daratista”, mengingat insiden
pencekalan dirinya oleh banyak orang. Figur “Sandy Cheeks” mengarah pada
penyensoran film kartun “SpongeBob Squarepants”, tepatnya pada karakter-
karakter yang menggunakan bikini.
50
Figur wanita berkepala serigala, itik dan harimau, serta majalah dan
televisi yang ada di dalam air merujuk pada peyanyi dangdut seperti “Duo
Serigala”, ”Trio Macan”, dan ”Zaskia Gotik” serta hal-hal berbau pornografi
yang bertolak belakang ketika ia menyensor film kartun, menolak prostitusi
atau mencekal penyanyi dangdut lainnya.
51
Karya 7
Gambar 4.7
“I Give You (Mine)”
Acrylic on canvas
120x150 cm
2016
52
Karya ketujuh ini berjudul “I Give You (Mine)” berukuran 120x150
cm. Karya ini merupakan penggambaran dari para pemimpin yang
mengkhianati pengikutnya, dengan cara mengambil secara terselubung apa
yang seharusnya diberikannya kepada para pengikutnya.
Pada bagian kanan dari kanvas digambarkan seseorang dengan
perawakan gemuk dengan wajah tertutup oleh topeng berwarna abu-abu,
menggunakan kemeja lengan panjang yang digulung sampai siku dan celana
abu-abu berikat pinggang coklat, dan menggunakan sepatu berwarna coklat,
terlihat seluruh tubuh dengan profil dari samping menghadap ke arah kiri.
Sosok gemuk tersebut memajukan tangannya kea rah depan sambil memegang
sebuah jirigen. Terdapat empat sosok orang lain tanpa busana dalam posisi
terduduk yang terletak di bagian bawah dari bidang kanvas. Dua terletak di
bagian depan dan dua lagi terletak sedikit ke belakang. Keempat sosok
tersebut masing-masing memiliki selang yang terhubung dari leher mereka
menuju perut dari sosok gemuk. Jirigen yang dipegang oleh sosok gemuk
tersebut mengalir cairan berwarna hijau terang menuju mulut salah satu sosok
yang sedang terduduk.
Karya ini merupakan visualisasi dari kemunafikan yang dilihat oleh
penulis dalam kasus subsidi BBM beberapa waktu yang lalu. Subsidi BBM
dicanangkan oleh pemerintah untuk mendukung perekonomian masyarakat
menengah ke bawah, dengan cara menurunkan harga BBM di pasaran
menggunakan uang negara. Uang negara ini berarti telah dimaksudkan untuk
diberikan kepada masyarakat menengah ke bawah oleh pemerintah secara
tidak langsung melalui jalur BBM yang mereka gunakan setiap harinya.
53
Kebocoran dalam sistem subsidi ini sering terjadi, ketika orang dari kalangan
menengah ke atas atau bahkan petinggi negara juga ikut menikmati BBM
bersubsidi. Para petinggi negara yang menggunakan BBM bersubsidi ini
secara tidak langsung mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
Mereka yang berkata menurunkan bantuan pada rakyat di bawahnya, namun
juga ikut mengambil keuntungan ini bisa disebut sebagai tindakan munafik,
karena mengkhianati janji merupakan salah satu bagian dari kemunafikan.
Penulis memvisualisasikan pesan tersebut dengan menggambarkan
sosok bertubuh gemuk mengesankan dirinya berkecukupan sebagai
perwakilan dari kaum menengah ke atas dan para petinggi negara. Sosok
gemuk tersebut menggunakan topeng dengan wajah tersenyum berwarna abu-
abu yang memberikan kesan senyuman yang diberikannya dingin dan keras
seperti besi. Sosok-sosok terduduk tanpa busana dengan tubuh yang kurus
menggambarkan masyarakat menengah ke bawah. Cairan dari dalam jirigen
yang dituangkan sosok gemuk ke dalam mulut sosok yang terduduk
menggambarkan BBM subsidi yang diberikan untuk para masyarakat
menengah ke bawah telah diturunkan untuk dikonsumsi dan dinikmati
manfaatnya. Selang yang terhubung dari leher sosok yang terduduk ke perut
sosok gemuk ini yang menjadi titik balik dari kebaikan yang diperlihatkan
sosok gemuk tersebut. Selang yang terpasang dileher memberikan gambaran
apa yang dinikmati masyarakat menengah ke bawah hanya akan berakhir di
perut sosok gemuk, kalangan menengah ke atas dan para petinggi yang
munafik.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan, penelitian, dan wawancara dengan
orang-orang terdekat mengenai fenomena kemunafikan yang sering terjadi
pada masyarakat Indonesia, terutama dalam bidang sosial, politik, dan hukum
yang mulai dianggap wajar, penulis merasa perlu untuk mengkritisi hal
tersebut guna menyadarkan bahwa kemunafikan adalah tindakan yang salah
dan sama sekali tidak wajar. Pesan kritisi ini coba diungkapkan oleh penulis
kepada diri sendiri khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya,
melalui media karya seni lukis. Kemunafikan sebagai suatu tindakan yang
tidak jujur, khianat, dan bermuka dua ini sangatlah bertentangan dan
menyalahi ajaran agama apapun yang ada, namun tidak sedikit orang yang
mengacuhkan larangan tersebut demi mendapatkan yang diinginkan.
Masyarakat Indonesia perlahan mulai menganggap tindakan munafik ini
sebagai tindakan yang wajar karena begitu banyak dan seringnya masyarakat
menemui tindakan-tindakan munafik.
Dalam tugas akhir ini penulis membuat tujuh buah karya seni lukis
yang menggambarkan tindakan-tindakan munafik yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia. Visualisasi karya seni lukis ini mewakili sudut pandang
dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis terhadap fenomena
kemunafikan yang banyak terjadi di lingkungan sekitar penulis.
55
Melalui berbagai macam proses yang telah dilewati, penulis
melakukan eksplorasi pada bentuk-bentuk objek dalam karya seni lukisnya,
sebagai bentuk interpretasi dan pengolahan ide saat berkarya seni lukis.
Berdasarkan pengolahan ide yang telah dilakukan oleh penulis, karya seni
lukis yang dibuat penulis menampilkan bentuk yang ekspresif. Penulis
melakukan deformasi pada objek yang ditampilkan, dengan gaya karikatur,
dan kecenderungan pop art, sehingga kritik dan pesan yang ingin disampaikan
oleh penulis bias mudah untuk diterima penikmat. Penggunaan warna objek
yang cerah dengan ditambahkan outline pada background hitam solid,
menjadikan objek lebih menonjol di setiap karyanya. Format seluruh lukisan
dibuat sama, dengan ukuran 120x150 cm menjadikan point of interest dari
karya lebih terfokus, dengan penyajian minimalis tanpa bingkai membuat
karya terkesan lebih bebas dan tidak terpotong oleh batas bingkai.
B. Saran
Ketertarikan penulis dengan fenomena kehidupan sosial dan pola pikir
manusia menuntun penulis pada kemunafikan yang sering sekali penulis temui
di sekelilingnya, sehingga penulis ingin mengangkat kemunafikan itu sebagai
tema dalam penciptaan karya seni lukisnya. Penulis menggambarkan ulang
kejadian-kejadian yang ada di masyarakat Indonesia pada bidang khususnya
sosial, politik, dan hukum yang mengandung nilai munafik di dalamnya,
dalam hal ini penulis ingin memberikan saran kepada pembaca untuk lebih
memperhatikan serta waspada terhadap kejadian yang bersifat munafik yang
ada di sekitarnya, selain itu juga untuk tidak menganggap wajar hal-hal
munafik tersebut sebanyak apa dan sesering apapun kita menemuinya.