Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
37
BAB IV
ANALISIS
A. Struktur Cerita
1. Fakta Cerita
a. Alur
Alur merupakan tulang punggung cerita. Stanton (2012:28)
mengungkapkan bahwa alur memiliki hukum-hukum sendiri; alur
hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinkan
dan logis, dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan
sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan.
1. Alur Cerita
Menurut Stanton, alur hendaknya memiliki tiga bagian, yaitu awal,
tengah, dan akhir. Bagian awal cerita biasanya berisi mengenai
pengenalan tokoh, latar, atau watak dari tokoh dalam cerita. Tahap ini
berisi informasi penting berkaitan dengan hal-hal yang diceritakan pada
tahap berikutnya. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang
dalam cerita. Bagian ini menampilkan konflik yang semakin meruncing
dan menegang hingga mencapai klimaksnya. Bagian tengah ini
menyajikan inti dari cerita yang ingin disampaikan. Bagian akhir cerita
merupakan akhir dari peristiwa-peristiwa yang tadinya diceritakan,
berisi peristiwa-peristiwa sebagai akibat dari klimaks.
38
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Fabel Keajaiban Pesan Ibu menggunakan alur maju. Bagian awal
cerita dimulai dengan pengenalan berupa penggambaran tokoh dan latar
belakang kehidupannya, yaitu tokoh Biki, seekor anak bebek yang
hanya tinggal bersama ibunya karena ayahnya telah meninggal
terhanyut di sungai. Biki tidak mendengarkan pesan ibunya untuk tidak
pergi ke sungai sendirian. Ia mengabaikan pesan tersebut lalu pergi
mandi dan berenang sendirian di sungai. Sesampainya di sungai, Biki
langsung menceburkan diri dan mandi dengan senangnya. Merasa air
tempatnya berenang kurang deras, kemudian Biki mencari bagian
sungai yang lebih dalam. Bagian awal pada cerita ini mulai
mengenalkan konflik, yaitu ketika Biki melanggar pesan ibu untuk
tidak pergi berenang ke sungai sendirian, hingga pada akhirnya Biki
memutuskan untuk berenang di sungai dengan arus yang deras.
Bagian tengah pada alur cerita ini adalah tokoh mulai menghadapi
konflik, yaitu ketika Biki terseret arus sungai karena berenang di bagian
sungai yang arusnya deras. Biki terhanyut jauh dari rumah. Biki
berteriak minta tolong, namun tidak ada yang mendengarnya. Lalu Biki
hanyut semakin jauh, hingga masuk ke dalam hutan. Akhirnya Biki
dapat selamat dan menepi dengan bantuan akar yang melintang di
sungai. Biki bingung, akhirnya dia menangis karena takut dan teringat
ibunya.
Berikutnya mulai ada pemecahan masalah dari konflik yang
dihadapi Biki. Setelah cukup lama menangis, Biki teringat pesan sang
39
Ibu untuk bernyanyi dan berbalik arah menyusuri sungai ketika tersesat.
Setelah pegal karena cukup lama menyusuri sungai, akhirnya Biki
beristirahat di bawah pohon besar. Kemudian Biki didatangi beberapa
ekor monyet, salah satu monyet mengira Biki sedang bersenang-senang
karena terus bernyanyi dengan riang. Biki menjelaskan bahwa dia
sedang tersesat, berdasarkan pesan ibunya ia harus bernyanyi supaya
tidak panik dan bingung. Kemudian monyet memuji kehebatan Ibu
Biki. Lalu, monyet memperkenalkan dirinya, namanya Mokey. Setelah
berkenalan, mereka bermain bersama. Merasa cukup untuk bermain,
akhirnya Biki berpamitan untuk pulang. Biki berterima kasih karena
Mokey telah menemani ketika ia sedih. Mokey ingin mengantar dan
menjaga Biki karena hutan sangat berbahaya. Akhirnya mereka
bersama menyusuri tepian sungai, Biki berjalan, sedangkan Mokey
bergelantungan di pohon.
Biki merasa senang karena sekarang tidak sendirian lagi.
Kemudian Biki berlari ketakutan hingga menabrak pohon ketika
mendengar suara auman singa. Mokey mengingatkan Biki agar mereka
lebih berhati-hati lagi. Ibu Mokey menyarankan agar tidak mendekati
singa yang sedang lapar. Kemudian Biki kebingungan karena harus
berenang di sungai yang deras atau memutari jalan agar tidak mendekati
singa. Mokey memiliki ide, ia meminta Biki berenang di sungai dengan
memegang sebuah tali, tali tersebut ia pegang dari atas pohon, dengan
begitu Biki tidak akan terbawa arus.
40
Bagian akhir cerita pada cerita ini adalah ketika akhirnya Biki dan
Mokey sampai di rumah Biki. Biki terkejut melihat ibunya tergeletak
dengan mata terpejam. Biki memeluk dan mengguncang-guncang tubuh
ibunya. Mata sang Ibu perlahan-lahan terbuka. Sang Ibu menangis
karena mengkhawatirkan keadaan Biki. Biki menjelaskan kepada
ibunya dia bisa kembali berkat mengingat pesan sang Ibu dan bantuan
dari teman barunya Mokey. Biki kemudian mengenalkan Mokey
kepada ibunya. Biki mengatakan kepadanya ibunya bahwa Mokey
adalah monyet yang hebat. Kemudian Mokey mengatakan bahwa yang
hebat adalah ibunya. Ibu Mokey selalu mengajarkan banyak hal
sehingga ia menjadi cerdas.
Bagian akhir ini memuat kesimpulan dari seluruh peristiwa yang
telah terjadi. Ibu Biki membenarkan perkataan Mokey. Ibu Biki
mengatakan bahwa semua ibu di dunia ini sangatlah luar biasa bagi
anak-anaknya. Semua ibu, selain menyayangi anak-anaknya, juga
memberi pengetahuan. Ibu Biki berpesan agar Biki dan Mokey selalu
menghormati dan menghargai semua ibu di dunia ini. Ibu Biki juga
berpesan agar mereka selalu mendoakan ibu. Biki dan Mokey terharu
hingga meneteskan air mata. Akhirnya Mokey berpamitan pulang.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Alur pada fabel Nando Tak Pernah Bersyukur ini adalah maju.
Bagian awal cerita dimulai dengan pengenalan tokoh utama, yaitu
Nando. Nando merupakan seekor monyet pemurung dan suka
melamun. Setiap hari ia duduk di tepi danau sambil memandangi ikan-
41
ikan di dalam air. Ia mengagumi keindahan dan kenikmatan yang
dimiliki para ikan.
Bagian tengah cerita adalah ketika konflik mulai muncul, yaitu
ketika Nando memiliki rasa iri kepada ikan yang memiliki sirip bagus,
bisa berenang, dan tidak akan kepanasan sepertinya karena ikan tinggal
di danau. Kemudian ia berdoa agar bisa menjadi ikan dan bebas
bernapas di dalam air. Akhirnya setelah berdoa, keinginannya
terkabulkan. Nando berubah menjadi seekor ikan dan merasakan betapa
nyamannya hidup di air.
Kebahagiaan Nando sebagai ikan lenyap ketika ia melihat seekor
ular berbisa memakan beberapa ekor ikan di danau. Nando sangat
ketakutan karena tidak mau menjadi santapan ular berbisa tersebut.
Nando menjadi sangat mendambakan menjadi seekor ular karena bisa
memakan ikan sesuka hatinya dan diseganani. Kemudian ia
mengangkat tangannya dan berdoa agar bisa menjadi seekor ular yang
sangat disegani dan ditakuti. Akhirnya Nando berubah menjadi seekor
ular. Ia bebas memakan ikan dan menjadi sangat disegani dan ditakuti
hewan lain.
Kebahagiaan Nando tiba-tiba lenyap ketika seekor elang yang
perkasa menangkap seekor ular temannya. Nando terpesona melihat
kaki-kaki elang itu sangat kuat mencengkeram ular dan dapat terbang
dengan sayapnya. Nando berpikir betapa beruntungnya sang elang yang
bisa terbang kemana saja dan mengalahkan ular yang disegani. Nando
kemudian berdoa agar menjadi seekor elang yang bisa terbang kemana
42
saja. Akhirnya Nando berubah menjadi seekor elang. Ia sangat bahagia
memiliki sayap yang kuat dan bisa menjelajah dunia.
Kebahagiaan Nando tiba-tiba lenyap ketika ia menyaksikan
teman-teman elang diburu dan ditangkap oleh manusia. Melihat
kejadian itu, Nando menjadi mengagumi manusia yang mempunyai
tangan dan kaki, mereka pintar, memiliki akal, dan disegani seluruh
alam. Maka, Nando berdoa agar bisa menjadi seorang manusia.
Akhirnya Nando berubah menjadi seorang manusia. Nando sangat
senang menjadi seorang manusia yang bisa berjalan tegak, banyak akal,
dan banyak teman yang baik hati.
Kebahagian Nando tiba-tiba hilang ketika ia menyaksikan
seorang temannya meninggal karena penyakit. Nando menjadi sangat
kecewa. Ia tidak ingin terkena penyakit dan meninggal seperti
temannya. Bagian akhir pada cerita ditutup dengan berubahnya Nando
menjadi seekor monyet kembali karena ia tidak pernah bersyukur. Ia
menjadi seekor monyet pemurung yang suka duduk di tepi danau
sambil memandang ikan-ikan yang berenang dengan riang. Sama
seperti cerita Keajaiban Pesan Ibu, bagian akhir pada cerita ini berisi
kesimpulan berupa pesan moral. Namun, pesan yang disampaikan pada
cerita ini tidak disebutkan secara jelas seperti pada Keajaiban Pesan
Ibu. Pada Keajaiban Pesan Ibu pesan moral disampaikan secara
gamblang melalui nasihat yang disampaikan ibu Biki, sedangkan pada
cerita Nando Tak Pernah Bersyukur ini pesan moral disampaikan secara
tersirat. Pesan moral pada cerita Nando Tak Pernah Bersyukur yaitu
43
orang yang tidak akan pernah bersyukur pada akhirnya tidak akan
mendapatkan kebahagiaan, seperti yang dirasakan oleh Nando.
c. Ujian Akhir Fija Karya Fifadila
Sama seperti kedua fabel sebelumnya, Ujian Akhir Fija juga
memiliki alur maju. Bagian awal cerita merupakan pengenalan berupa
kondisi karakter utama, yaitu Fija. Bagian ini tidak menyebutkan bahwa
Fija merupakan seekor gajah. Namun ada pemaparan bahwa ia akan
mengikuti ujian praktek bekerja menggunakan belalai, maka dapat
diketahui bahwa Fija merupakan seekor gajah.
Fija ketakutan karena ia tidak yakin dapat menyelesaikan
ujiannya dengan baik. Fija terus mengingat-ingat teori yang telah
dihafalnya. Ia sangat takut apabila nanti tidak dapat melakukan ujian
dengan baik. Apabila ujiannya tidak lulus, maka ia akan mengecewakan
keluarganya. Bagian ini memperkenalkan konflik yang akan terjadi
akibat ketidakpercayaan diri Fija.
Bagian tengah cerita adalah ketika Fija mulai menemui konflik.
Ketakutannya terhadap ujian membuatnya tidak konsentrasi melihat
jalan. Temannya berteriak-teriak mengingatkan Fija, namun Fija tidak
memperhatikan. Fija terus berjalan menyeberangi sungai dengan
menginjak bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang.
Konflik muncul ketika bendungan itu rusak dan keluarga berang-
berang menepi menyelamatkan diri. Fija segera meminta maaf kepada
keluarga Pak Beri berang-berang. Pak Beri memaafkan Fija, namun dia
44
mengatakan kepada Fija bahwa ia lebih khawatir kepada binatang yang
tinggal di muara, rumah mereka pasti kebanjiran.
Mendengar perkataan Pak Beri Fija langsung meniup belalainya
keras-keras. Ia mengeluarkan bunyi terompet peringatan. Beberapa
binatang terdekat cepat menyingkir dari tepi sungai. Fija menjadi
khawatir membayangkan binatang yang tinggal di muara yang basah
kuyub karena banjir. Akhirnya ia memutuskan untuk segera membuat
bendungan baru.
Fija merobohkan dua batang pohon berukuran sedang. Fija
memasang pohon melintang di tengah sungai kemudian ia memungut
ranting-ranting pohon untuk menambal air yang masih deras. Fija
sesekali menyedot air sungai dan menyemburkan ke dalam hutan.
Keluarga berang-berang turut membantu Fija memasang ranting yang
tidak bisa dicapai belalainya. Mereka saling membantu membangun
bendungan hingga akhirnya bendungan dapat diselesaikan dan arus air
mulai tenang dan normal. Pak Beri mengucapkan terima kasih kepada
Fija.
Fija teringat ujiannya, ia menoleh ke seberang sungai dan melihat
Pak Harja dan kesembilan temannya melotot heran kepadanya.
Kemudian Fija segera menyeberang sungai dengan hati-hati agar tidak
menginjak bendungan lagi. Sesampainya di tempat ujian, Pak Harja
mengajak Fija dan murid-muridnya untuk pindah ke tengah hutan
karena ujian mereka mengganggu keluarga berang-berang.
45
Mereka akhirnya pindah ke tengah hutan. Setelah menemukan
tempat yang luas mereka segera memulai ujian. Pak Harja memanggil
satu per satu, Fija menunggu panggilan dengan cemas. Namun, Pak
Harja tidak memanggilnya hingga buku presensi ditutup. Fija semakin
cemas, karena dia berpikir tidak dapat mengikuti ujian karena telah
merusak bendungan tadi pagi.
Akhirnya Fija memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak
Harja. Sambil tertawa Pak Harja menjawab bahwa Fija telah melakukan
ujian paling awal tadi. Ketika membuat bendungan Fija telah
mengangkat kayu, menjumput ranting, menyedot air sungai dengan
memuaskan dan bendungan yang dibuatnya sempurna. Pak Harja
meyatakan bahwa Fija lulus ujian akhir sekolah gajah. Fija melongo
sambil memandang kepergian Pak Harja. Kesembilan temannya
melompat gembira mendengar keputusan Pak Harja tersebut.
Bagian akhir pada cerita anak Ujian Akhir Fija ini juga berisi
pesan berupa nasihat agar percaya pada kemampuan diri sendiri. Seperti
pada cerita Nando Tak Pernah Bersyukur, pesan pada cerita ini
disampaikan secara tersirat, tidak seperti pada Keajaiban Pesan Ibu.
2. Kausalitas
Stanton (2012:28) mengungkapkan bahwa sebuah cerita tidak akan
pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap
peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan
keberpengaruhannya. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang
46
menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan
tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya.
Menurut Stanton, peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal yang fisik
saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap
karakter, kilasan-kilasan pandangannya, keputusan-keputusannya, dan
segala yang menjadi variabel pengubah dalam dirinya (Stanton, 2012:
26).
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Biki merupakan seekor anak bebek yang hanya tinggal bersama
ibunya karena ayahnya telah meninggal terhanyut di sungai. Ayahnya
yang meninggal karena terhanyut di sungai menjadi sebab dari
peristiwa-peristiwa berikutnya. Akibat peristiwa tersebut Ibu Biki
khawatir dan melarang Biki pergi ke sungai sendirian. Namun, karena
merasa menjadi anak yang mandiri dan pemberani, Biki tidak
mendengarkan pesan ibunya dan tetap pergi ke sungai sendirian.
Sesampainya di sungai, Biki langsung menceburkan diri dan
mandi dengan senangnya. Biki menganggap air tempatnya berenang
kurang deras, kemudian Biki mencari bagian sungai yang lebih dalam.
Arus air yang kurang dalam menjadi sebab mengapa Biki mencari
bagian sungai yang paling dalam, akibatnya ia tidak mampu menahan
arus dan terseret ke tengah hutan. Akhirnya, Biki dapat selamat dan
menepi dengan bantuan akar yang melintang di sungai. Biki tersesat di
tengah hutan sehingga menjadi sangat bingung. Akhirnya, dia
menangis karena takut dan teringat ibunya. Ketakutannya tersebut
47
juga disebabkan oleh rasa penyesalan mengapa ia tidak mentaati
perintah ibunya, jadi saat tersesat sendirian Biki selalu teringat ibunya.
Setelah cukup lama menangis, Biki teringat pesan sang Ibu untuk
bernyanyi dan berbalik arah menyusuri sungai ketika tersesat. Pesan
sang Ibu tersebut menyebabkan Biki mengambil keputusan untuk
berbalik arah dan berjalan menyusuri sungai. Berjalan cukup lama
menyebabkan Biki menjadi kelelahan. Akhirnya, ia beristirahat di
bawah pohon besar. Kemudian Biki didatangi beberapa ekor monyet.
Biki yang terus bernyanyi, membuat salah satu monyet mengira Biki
sedang bersenang-senang.
Dugaan satu monyet tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang
dirasakan oleh Biki, maka Biki segera menjelaskan bahwa ia sedang
tersesat dan berdasarkan pesan ibunya ia harus bernyanyi supaya tidak
panik dan bingung. Penjelasan Biki tersebut menjadi penyebab seekor
monyet memuji kehebatan pesan yang disampaikan oleh Ibu Biki.
Lalu, monyet memperkenalkan dirinya, namanya Mokey. Mereka
merasa cocok dan akhirnya bermain bersama. Setelah merasa cukup
untuk bermain, akhirnya Biki berpamitan untuk pulang. Mokey ingin
mengantar dan menjaga Biki karena hutan sangat berbahaya. Hal
tersebut Mokey lakukan karena hutan tersebut sangat berbahaya, jadi
ia berniat untuk membantu Biki. Akhirnya, mereka bersama
menyusuri sungai, Biki berjalan, sedangkan Mokey bergelantungan di
pohon. Berbahayanya hutan tersebut menjadi sebab Mokey
mengantarkan Biki pulang ke rumahnya. Tindakan Mokey untuk
48
mengantar tersebut membuat Biki merasa senang karena tidak
sendirian lagi.
Setelah cukup lama berjalan, Biki mendengar suara auman singa
sehingga membuatnya berlari ketakutan hingga menabrak pohon.
Mendengar suara auman singa membuat Mokey mengingatkan Biki
agar mereka lebih berhati-hati lagi. Mokey tidak terlalu takut karena ia
terbiasa mendengar suara auman singa, tak seperti Biki.
Melihat keberadaan singa tersebut membuat Mokey menjelaskan
nasihat ibunya. Sang Ibu menyarankan agar tidak mendekati singa
yang sedang lapar. Hal tersebut menyebabkan Biki kebingungan
karena harus berenang di sungai yang deras atau memutari jalan agar
tidak mendekati singa. Dua pilihan sulit tersebut membuat Mokey
berpikir keras. Akhirnya Mokey memiliki ide, ia meminta Biki
berenang di sungai dengan memegang sebuah tali. Tali tersebut ia
pegang dari atas pohon, dengan begitu Biki tidak akan terbawa arus.
Peristiwa ini menjadi sebab dari peristiwa berikutnya, yaitu pada
akhirnya mereka dapat sampai ke rumah Biki dengan selamat.
Sesampainya di rumah, Biki melihat ibunya tergeletak dengan
mata terpejam. Hal tersebut menyebabkan ia sangat terkejut sehingga
langsung memeluk dan mengguncang-guncang tubuh ibunya.
Guncangan tersebut membuat mata sang Ibu perlahan-lahan terbuka.
Setelah membuka mata, Ibu Biki menangis karena mengkhawatirkan
keadaan Biki. Biki akhirnya menjelaskan kepada ibunya dia bisa
kembali berkat mengingat pesan sang ibu dan bantuan dari teman
49
barunya Mokey. Biki kemudian mengenalkan Mokey kepada ibunya.
Biki mengatakan kepada ibunya bahwa Mokey merupakan monyet
yang hebat. Hal tersebut dikarenakan Mokey telah membantu Biki
untuk kembali ke rumah. Kemudian Mokey mengatakan bahwa yang
hebat adalah ibunya. Ibunya selalu mengajarkan banyak hal sehingga
ia menjadi cerdas. Perkataan Mokey tersebut disebabkan oleh nasihat-
nasihat hebat yang selama ini diberikan ibunya kepadanya.
Mendengar perkataan Mokey membuat Ibu Biki membenarkan
perkataan Mokey. Ibu Biki mengatakan bahwa semua ibu di dunia ini
sangatlah luar biasa bagi anak-anaknya. Ibu Biki berpesan agar Biki
dan Mokey selalu menghormati dan menghargai semua ibu di dunia
ini. Ibu Biki juga berpesan agar mereka selalu mendoakan ibu.
Mendengar nasihat Ibu Biki menyebabkan Biki dan Mokey menjadi
terharu hingga meneteskan air mata. Biki dan Mokey menangis karena
mereka menyadari besarnya perjuangan para ibu untuk membuat
anak-anaknya bahagia. Akhirnya, Mokey berpamitan pulang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita lihat bahwa peristiwa-
peristiwa yang terdapat dalam cerita anak Keajaiban Pesan Ibu
berhubungan satu dengan yang lain. Hubungan pada peristiwa-
peristiwa tersebut adalah hubungan kausal atau sebab-akibat. Pada
cerita anak tersebut, peristiwa satu menjadi penyebab terjadinya
peristiwa lain, sehingga ada hubungan kausalitas. Maka, apabila satu
peristiwa dihilangkan. Hal tersebut akan merusak keseluruhan cerita.
Sebagai contoh, apabila peristiwa yang menggambarkan ketakutan
50
Biki dihilangkan akan menyebabkan rusaknya keseluruhan cerita.
Akan sangat tidak masuk akal apabila Biki tidak merasakan ketakutan
kemudian dengan tiba-tiba ia menangis.
Begitu pula ketika Mokey menyarankan Biki untuk melewati
sungai yang deras dan ia membantu Biki berenang dengan tali dari
atas pohon. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila mereka tidak
mendengar auman singa yang lapar. Maka, seluruh peristiwa yang ada
pada cerita anak Keajaiban Pesan Ibu ini memiliki hubungan sebab-
akibat yang apabila satu peristiwa dihilangkan maka akan merusak
jalannya cerita.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Nando merupakan seekor monyet pemurung dan suka melamun.
Setiap hari ia duduk di tepi danau sambil memandangi ikan-ikan di
dalam air. Nando sering memandangi ikan-ikan yang berenang riang
di danau, hal tersebut mengakibatkan ia iri dan ingin menjadi seekor
ikan. Hal tersebut menjadi penyebab ia berdoa agar berubah menjadi
seekor ikan. Akhirnya Nando bisa berubah menjadi seekor ikan.
Nando melihat beberapa temannya dimakan oleh ular ketika ia
menjadi ikan. Hal tersebut menjadi penyebab peristiwa berikutnya,
yaitu lenyapnya kebahagiaan Nando. Peristiwa tersebut membuat
Nando sangat ketakutan karena ia tidak mau menjadi santapan ular
berbisa tersebut. Ketakutannya tersebut menjadi penyebab ia sangat
mendambakan menjadi seekor ular agar bisa memakan ikan dengan
sesuka hati dan menjadi sangat disegani. Peristiwa tersebut juga
51
menjadi sebab Nando berdoa memohon agar berubah menjadi seekor
ular. Akhirnya, Nando berubah menjadi seekor ular. Ia bebas
memakan ikan dan menjadi sangat disegani dan ditakuti hewan lain.
Nando melihat seekor ularnya dimakan oleh seekor elang perkasa.
Peristiwa tersebut menjadi sebab mengapa ia sangat mengagumi sang
elang. Nando berpikir bahwa sang elang sangat beruntung karena bisa
terbang kemana saja dan mengalahkan ular yang sangat disegani.
Peristiwa tersebut juga menjadi sebab mengapa Nando kemudian
berdoa agar menjadi seekor elang. Akhirnya Nando berubah menjadi
seekor elang. Ia sangat bahagia memiliki sayap yang kuat dan bisa
menjelajah dunia.
Suatu waktu Nando menyaksikan teman-teman elang diburu dan
ditangkap oleh manusia. Peristiwa ini menjadi sebab mengapa ia tak
lagi bahagia. Nando menjadi mengagumi manusia yang mempunyai
tangan dan kaki, mereka pintar, memiliki akal, dan disegani seluruh
alam. Maka, peristiwa tersebut mengakibatkan Nando berdoa agar
bisa menjadi seorang manusia. Akhirnya, Nando berubah menjadi
seorang manusia.
Kebahagian Nando tiba-tiba hilang ketika ia menyaksikan
seorang temannya meninggal karena penyakit. Peristiwa
meninggalnya seorang teman tersebut menjadi penyebab Nando
sangat kecewa. Ia tidak ingin terkena penyakit dan meninggal. Tidak
adanya rasa bersyukur pada diri Nando menjadi penyebab mengapa ia
dikutuk berubah kembali menjadi seekor monyet yang murung.
52
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita lihat bahwa setiap
peristiwa yang ada dalam cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur
saling berhubungan. Hubungan tersebut merupakan hubungan sebab-
akibat. Setiap peristiwa menjadi sebab dari peristiwa berikutnya.
Apabila satu peristiwa dihilangkan akan merusak alur cerita. Sebagai
contoh, ketika peristiwa Nando melihat seekor ular memakan ikan
dihilangkan, cerita ini tidak akan memiliki hubungan kausalitas yang
baik. Akan sangat aneh apabila tiba-tiba Nando ingin menjadi seekor
ular tanpa melihat kehebatan ular sebelumnya. Hubungan antara
peristiwa dalam cerita ini sangat erat karena cerita ini hanya fokus
pada penceritaan tokoh utama saja.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Fija merupakan seekor gajah yang tidak percaya pada
kemampuannya sendiri. Ia ketakutan karena ia tidak yakin dapat
menyelesaikan ujiannya dengan baik. Ketakutan-ketakunnya tersebut
muncul akibat ia takut tidak lulus dan nantinya akan mengewakan
keluarganya.
Hingga akhirnya, ketakutannya terhadap ujian mengakibatkan ia
tidak konsentrasi melihat jalan. Tanpa memperhatikan jalan, Fija terus
menyeberangi sungai dengan menginjak bendungan tempat tinggal
keluarga berang-berang. Tindakannya tersebut mengakibatkan
rusaknya bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang.
Kemudian Fija segera meminta maaf kepada keluarga Pak Beri
berang-berang. Pak Beri pun memaafkan Fija. Namun, rusaknya
53
bendungan membuat Fija menjadi mengkhawatirkan binatang yang
tinggal di muara. Rumah mereka pasti kebanjiran.
Perkataan Pak Beri tersebut membuat Fija segera meniup
belalainya keras-keras, ia mengeluarkan bunyi terompet peringatan.
Peringatan dari belalai Fija tersebut membuat beberapa binatang
terdekat cepat menyingkir dari tepi sungai. Perbuatannya merusak
bendungan membuat Fija menjadi khawatir dan membayangkan
binatang yang tinggal di muara yang basah kuyub karena banjir.
Akhirnya, Fija memutuskan untuk segera membuat bendungan baru.
Agar bendungan baru segera jadi, Fija langsung merobohkan dua
batang pohon berukuran sedang. Kemudian, ia memasang pohon
melintang di tengah sungai. Fija lalu memungut ranting-ranting pohon
untuk menambal air yang masih deras. Kekhawatiran keluarga berang-
berang juga membuat mereka turut membantu Fija memasang ranting
yang tidak bisa dicapai belalai Fija. Mereka saling membantu
membangun bendungan hingga bendungan dapat diselesaikan dan
arus air mulai tenang dan normal. Berkat bantuan Fija dalam
membangun bendungan, Pak Beri mengucapkan terima kasih
kepadanya.
Setelah agak lama membantu membuat bendungan, akhirnya Fija
teringat ujiannya. Ia menoleh ke seberang sungai dan melihat Pak
Harja dan kesembilan temannya melotot heran kepadanya. Hal
tersebut membuat Fija segera menyeberang sungai dengan hati-hati
agar tidak menginjak bendungan lagi. Sesampainya di tempat ujian,
54
Pak Harja mengajak Fija dan murid-muridnya untuk pindah ke tengah
hutan. Keputusan Pak Harja ini disebabkan adanya rusaknya
bendungan mengganggu keluarga berang-berang. Ia tidak ingin ujian
akhir mereka juga mengganggu keluarga berang-berang. Hal tersebut
membuat mereka pindah ke tengah hutan.
Setelah menemukan tempat yang luas mereka segera memulai
ujian. Pak Harja memanggil satu per satu muridnya. Fija menunggu
panggilan dengan cemas. Namun, Pak Harja tidak memanggilnya
hingga buku presensi ditutup. Peristiwa tersebut membuat Fija
semakin cemas. Akhirnya, dia berpikir apakah dia tidak dapat
mengikuti ujian karena telah merusak bendungan tadi pagi.
Peristiwa tersebut juga membuat Fija memberanikan diri untuk
bertanya kepada Pak Harja. Pak Harja tertawa mendengar pertanyaan
Fija. Ia menjawab bahwa Fija telah melakukan ujian paling awal tadi.
Fija telah mengangkat kayu, menjumput ranting, menyedot air sungai
dengan memuaskan dan bendungan yang dibuatnya sempurna.
Tindakannya tersebut membuat Pak Harja menyatakan bahwa Fija
lulus ujian akhir sekolah gajah. Pernyataan Pak Harja tersebut
membuat Fija melongo sambil memandang kepergian Pak Harja.
Kesembilan temannya melompat gembira mendengar kabar bahagia
itu.
Setiap peristiwa yang terdapat pada cerita Ujian Akhir Fija ini
memiliki hubungan kausalitas. Setiap tindakan dan peristiwa yang
dialami tokoh menyebabkan atau merupakan akibat dari peristiwa
55
sebelumnya. Setiap peristiwa yang ada pada cerita ini saling
mempengaruhi. Maka, satu saja peristiwa dihilangkan dapat merusak
jalannya cerita.
Sebagai contoh Fija mengalami ketakutan-ketakutan karena tidak
percaya diri bisa menyelesaikan ujian akhirnya dengan baik.
Ketidakpercayaan dirinya tersebut membuatnya tidak fokus dan panik,
hingga ia merusak bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang.
Apabila peristiwa ketakutan Fija tersebut dihilangkan akan terjadi
kerusakan pada alur cerita. Akan sangat aneh apabila tiba-tiba Fija
panik dan menginjak bendungan tempat tinggal keluarga berang-
berang hingga rusak.
3. Plausibilitas
Alur hendaknya selalu masuk akal, tetapi masuk akal di sini
bukanlah berarti realistis. Menurut Stanton (2012: 25) cerita yang
masuk akal bukan berarti selalu berarti tiruan kehidupan. Koherensi
pengalaman adalah satu-satunya hal yang harus dikandungnya. Suatu
cerita dikatakan masuk akal jika tokoh-tokoh dan dunianya dapat
dibayangkan serta peristiwa-peristiwanya layak terjadi.
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Biki dan ibunya merupakan bebek. Latar yang digunakan dalam
cerita ini adalah sungai dan hutan. Latar ini sangat masuk akal
karena bebek biasa berenang dan tinggal di sekitar sungai. Akan
sangat tidak masuk akal apabila bebek dikisahkan tinggal di daerah
56
bersalju, bebek merupakan unggas memiliki habitat di suhu yang
normal. Latar sungai ini membawa cerita menuju latar berikutnya
yaitu hutan. Munculnya latar hutan juga masuk akal karena sungai
mengalir menuju ke tengah hutan, kemudian munculah latar hutan.
Hewan-hewan yang muncul di hutan juga sangat masuk akal, seperti
singa yang muncul di tengah hutan, bukan di pinggir sungai dekat
tempat tinggal Biki.
Biki hanya tinggal bersama ibunya karena ayahnya telah
meninggal terhanyut di sungai. Akibat peristiwa tersebut Ibu Biki
khawatir dan melarang Biki pergi ke sungai sendirian “Biki telah
lama ditinggal oleh ayahnya yang terhanyut di sungai. Oleh karena
itu, ibunya selalu mengingatkan agar Biki tidak berenang di sungai
yang arusnya deras” (Kompas, 2015).
Tindakan Ibu Biki untuk melarang Biki pergi berenang sendirian
di sungai sangat masuk akal, mengingat ayahnya dahulu meninggal
karena hanyut di sungai. Maka, Ibu Biki memiliki rasa khawatir
yang berlebihan terhadap sungai. Ia tidak bisa mengizinkan Biki
berenang sendirian di sungai.
Biki ingin menjadi anak mandiri dan pemberani. Maka, Biki
tidak mendengarkan pesan ibunya dan tetap pergi ke sungai
sendirian. Sesampainya di sungai, Biki langsung menceburkan diri
dan mandi dengan senangnya. Merasa air tempatnya berenang
kurang deras, Biki segera mencari bagian sungai yang lebih dalam.
Arus air yang kurang dalam menjadi sebab Biki mencari bagian
57
sungai yang paling dalam. Akibatnya, ia tidak mampu menahan arus
dan terseret ke tengah hutan “Wah, aku ingin berenang di tempat
yang lebih deras airnya. Hm, berarti aku harus mencari bagian
sungai yang lebih dalam” (Kompas, 2015).
Tindakan Biki untuk mencari bagian sungai yang lebih dalam
juga sangat masuk akal karena ia merasa dirinya adalah bebek yang
mandiri dan pemberani. Hal tersebut dapat dilihat dari lagu yang
biasanya dinyanyikan Biki “Aku bebek pemberani dan selalu mandi
pagi sendiri. Ibuku tak usahlah menemani, karena aku sangat berani”
(Kompas, 2015).
Setelah terseret jauh ke tengah hutan, akhirnya Biki dapat
selamat dari derasnya arus sungai dan menepi dengan bantuan akar
yang melintang di sungai. Adanya akar yang melintang di sungai
yang dalam ini terlihat kurang masuk akal karena sejak awal tidak
tidak ada penggambaran mengenai pepohonan yang tumbuh di
sungai. Jika diperhatikan lagi, Biki terseret di sungai yang dalam dan
arusnya deres, perlu dipertanyakan akar pohon apa yang melintang
di tengah sungai yang arusnya deras. Tidak adanya penjelasan
mengenai latar sungai yang lebih spesifik membuat adanya akar
pohon yang melintang ini terasa sangat tiba-tiba dan kurang masuk
akal “Untung saja ada akar yang melintang di sungai. Biki langsung
meraihnya. Hap! Akhirnya Biki dapat memegang dengan paruhnya
dan langsung menuju ke pinggir sungai” (Kompas, 2015).
58
Tersesat di tengah hutan menyebabkan Biki menjadi bingung.
Akhirnya dia menangis karena takut dan teringat ibunya. Tindakan
Biki menangis ini sangat masuk akal. Ia merasa takut setelah tersesat
sendirian di hutan dan ia teringat telah mengabaikan pesan ibunya.
Setelah cukup lama menangis, Biki teringat pesan sang Ibu untuk
bernyanyi dan berbalik arah menyusuri sungai ketika tersesat. Pesan
Ibu tersebut menyebabkan Biki untuk mengambil keputusan berbalik
arah dan berjalan menyusuri sungai. Berjalan cukup lama
menyebabkan Biki menjadi kelelahan.
Akhirnya Biki beristirahat di bawah pohon besar. Tindakan Biki
untuk berbalik arah dan berjalan menyusuri sungai sangat masuk
akal karena ia teringat pesan ibunya tentang apa yang harus
dilakukan ketika terseret arus sungai dan tersesat di hutan “Uh, untuk
apa aku menangis? Aku ingat kata-kata Ibu. Kalau tersesat aku harus
bernyanyi sambil menyusuri sungai dengan berbalik arah” (Kompas,
2015).
Ketika kelelahan mencari jalan pulang, Biki beristirahat di
bawah pohon besar dan didatangi beberapa ekor monyet. Karena
terus bernyanyi, salah satu monyet mengira Biki sedang bersenang-
senang. Kemudian, Biki menjelaskan bahwa dia sedang tersesat.
Berdasarkan pesan ibunya ia harus bernyanyi supaya tidak panik
dan bingung. Penjelasan Biki ini semakin memperjelas kelogisan
tindakan Biki untuk terus bernyanyi ketika tersesat di tengah hutan.
59
Setelah berkenalan, mereka bermain bersama. Merasa cukup
untuk bermain, Biki segera berpamitan untuk pulang. Mokey ingin
mengantar dan menjaga Biki karena hutan sangat berbahaya.
Tindakan Mokey untuk mengantar Biki juga sangat masuk akal
karena Biki tidak terbiasa di hutan yang sangat berbahaya dan
Mokey iba terhadap Biki. Maka Mokey yang sudah terbiasa berada
di hutan berniat untuk mengantar Biki. Akhirnya, mereka bersama
menyusuri sunga. Biki berjalan sedangkan Mokey bergelantungan di
pohon. Sayangnya tidak disebutkan kemana perginya rombongan
monyet yang datang bersama Mokey. Mokey pun tidak dijelaskan
berpamitan kepada rombongannya.
Setelah cukup lama berjalan, Biki berlari ketakutan hingga
menabrak pohon ketika mendengar suara auman singa. Auman singa
tersebut menyebabkan Biki ketakutan hingga akhirnya menabrak
pohon. Mendengar suara auman singa, membuat Mokey
mengingatkan Biki agar mereka lebih berhati-hati lagi. Ibu Mokey
menyarankan agar tidak mendekati singa yang sedang lapar.
Ketakutan Biki dan Mokey ketika mendengar auman singa sangat
masuk akal karena sejak awal sudah dijelaskan bahwa hutan tersebut
sangat berbahaya dan tidak semua binatang di hutan itu baik seperti
Mokey.
Akhirnya Biki kebingungan karena hanya memiliki dua pilihan,
yaitu berenang di sungai yang deras atau memutari jalan agar tidak
mendekati singa. Dua pilihan sulit tersebut membuat Mokey berpikir
60
keras. Akhirnya Mokey memiliki ide, ia meminta Biki berenang di
sungai dengan memegang sebuah tali. Tali tersebut ia pegang dari
atas pohon, dengan begitu Biki tidak akan terbawa arus. Keputusan
yang mereka ambil cukup masuk akal pula, yaitu agar mereka
terhindar dari bahaya singa yang sedang lapar.
Sesampainya di rumah, Biki melihat ibunya tergeletak dengan
mata terpejam. Hal tersebut menyebabkan ia sangat terkejut sehingga
langsung memeluk dan mengguncang-guncang tubuh ibunya.
Keterkejutan Biki ini sangat masuk akal karena setelah seharian ia
tersesat dan jauh dari rumah, setelah kembali tiba-tiba ia menemukan
ibunya tidak sadarkan diri. Guncangan tersebut membuat mata sang
ibu perlahan-lahan terbuka. Setelah membuka mata, Ibu Biki
menangis karena mengkhawatirkan keadaan Biki. Keadaan Ibu Biki
yang tergeletak dan terpejam sangat masuk akal karena ia begitu
khawatir dengan keadaan Biki. Hal tersebut dikarenakan adanya
pengalaman pahit di masa lalu ketia ia kehilangan suaminya karena
terhanyut di sungai “Tetapi, betapa terkejutnya Biki ketika membuka
pintu. Ia melihat ibu Biki tergeletak dengan matanya terpejam. Biki
kemudian memeluk ibunya dan mengguncang-guncangkan
tubuhnya” (Kompas, 2015).
Biki akhirnya menjelaskan kepada ibunya dia bisa kembali
berkat mengingat pesan sang ibu dan bantuan dari teman barunya
Mokey. Penjelasan Biki ini masuk akal karena selama tersesat ia
memang selalu melakukan apa yang dipesan oleh sang ibu. Ia juga
61
mendapat bantuan dari Mokey ketika menghadapi singa yang
kelaparan. Biki kemudian mengenalkan Mokey kepada ibunya.
Biki mengatakan kepada ibunya bahwa Mokey merupakan
monyet yang hebat. Pendapat Biki ini berdasarkan peristiwa-
peristiwa yang dialaminya ketika perjalanan kembali ke rumah,
dalam perjalanan tersebut Mokey selalu menemani Biki dan
memiliki ide yang cemerlang ketika harus menghindari singa
kelaparan. Mendengar perkataan Biki tersebut Mokey segera
menjelaskan bahwa yang hebat adalah ibunya. Sang ibu selalu
mengajarkan banyak hal sehingga ia menjadi cerdas. Alasan Mokey
mengatakan bahwa yang hebat adalah ibunya karena apa yang dia
lakukan selama ini berkat ajaran yang diberikan dari sang ibu.
Mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Mokey membuat
Ibu Biki membenarkan perkataan Mokey. Ibu Biki mengatakan
bahwa semua ibu di dunia ini sangatlah luar biasa bagi anak-
anaknya. Perkataan Ibu Biki ini sangat masuk akal karena didukung
dengan penggambaran Ibu Mokey yang menjadikan Mokey menjadi
cerdas.
Ibu Biki berpesan agar Biki dan Mokey selalu menghormati dan
menghargai semua ibu di dunia ini. Ibu Biki juga berpesan agar
mereka selalu mendoakan ibu. Mendengar nasihat ibu Biki
menyebabkan Biki dan Mokey menjadi terharu hingga meneteskan
air mata. Akhirnya, Mokey berpamitan pulang. Bagian ini
merupakan kesimpulan dari seluruh rangkaian peristiwa.
62
Kesimpulan pada cerita ini sangat masuk akal karena sejak awal
cerita selalu disebutkan bagaimana manfaat nasihat seorang ibu,
mulai dari pesannya agar Biki tidak berenang sendirian di sungai,
pesan ketika tersesat di hutan, hingga pesan yang disampaikan Ibu
Mokey agar menghindari singa yang sedang lapar. Cerita Keajaiban
Pesan Ibu ini sangat masuk akal karena latar daan setiap peristiwa
yang dialami tokohnya bisa dibayangkan dan logis.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Nando merupakan seekor monyet pemurung dan suka melamun.
Setiap hari ia duduk di tepi danau sambil memandangi ikan-ikan di
dalam air. Nando sering memandangi ikan-ikan yang berenang riang
di danau. Hal tersebut mengakibatkan ia iri dan ingin menjadi seekor
ikan “Oh, betapa beruntungnya ikan-ikan itu. Mereka punya sirip
yang bagus, bisa berenang dan hidup sesukanya di dalam danau. Di
dalam air, mereka enggak bakal kepanasan seperti aku” (Kompas,
2015).
Sikap iri Nando menjadi masuk akal karena ia sering mengamati
gerak-gerik ikan di danau. Maka ia memiliki pemikiran bahwa
kehidupan para ikan di dalam air sangat menyenangkan. Sangat
masuk akal jika hal tersebut menjadi penyebab ia berdoa agar
berubah menjadi seekor ikan.
Ketika menjadi seekor ikan, Nando melihat beberapa temannya
dimakan oleh ular. Hal tersebut menjadi penyebab lenyapnya
kebahagiaan Nando. Peristiwa tersebut juga membuat Nando
63
ketakutan karena tidak mau menjadi santapan ular. Ketakutannya
tersebut menjadi penyebab ia sangat mendambakan menjadi seekor
ular agar bisa memakan ikan dengan sesuka hati dan menjadi sangat
disegani “Oh, betapa beruntungnya ular itu. Dia bisa makan ikan
sesuka hatinya. Ia menjadi sosok hewan yang sangat disegani. Andai
aku bisa menjadi seperti dirinya” (Kompas, 2015).
Kekaguman Nando kepada ular menjadi masuk akal karena
sebelumnya ia menyaksikan sang ular memakan beberapa ekor ikan
temannya. Hal tersebut menjadi sebab sang ular menjadi sangat
ditakuti dan disegani. Maka, ia pun berdoa memohon agar berubah
menjadi seekor ular. Akhirnya, Nando berubah menjadi seekor ular.
Setelah menjadi ular, Nando melihat seekor ular temannya
dimakan oleh seekor elang perkasa. Peristiwa tersebut menjadi sebab
mengapa ia sangat mengagumi sang elang. Nando menjadi berpikir
bahwa sang elang sangat beruntung karena bisa terbang kemana saja
dan mengalahkan ular yang bahkan sangat disegani “Oh, betapa
beruntungnya elang itu. dia bisa terbang kemana saja. Dia juga bisa
mengalahkan ular yang disegani” (Kompas, 2015).
Kalahnya sang ular membuat Nando menjadi berbalik
mengagumi sang elang. Maka sangat masuk akal apabila setelah
melihat peristiwa tersebut Nando berdoa agar menjadi seekor elang.
Akhirnya doanya kembali dikabulkan. Nando berubah menjadi
seekor elang.
64
Suatu waktu Nando menyaksikan teman-teman elang diburu dan
ditangkap oleh manusia. Peristiwa ini menjadi sebab mengapa ia tak
lagi bahagia. Melihat peristiwa itu, Nando menjadi mengagumi
manusia yang mempunyai tangan dan kaki, mereka pintar, memiliki
akal, dan disegani seluruh alam “Oh, sungguh beruntungnya menjadi
manusia. Mereka mempunyai tangan dan kaki. Mereka pintar,
banyak akal, dan disegani di seluruh alam” (Kompas, 2015).
Nando melihat betapa pintar dan sempurnanya manusia. Sangat
masuk akal apabila peristiwa selanjutnya adalah Nando ingin
berubah menjadi seorang manusia. Ia kembali berdoa. Akhirnya
Nando berubah menjadi seorang manusia.
Kebahagian Nando tiba-tiba hilang ketika ia menyaksikan
seorang temannya meninggal karena penyakit. Peristiwa
meninggalnya seorang teman tersebut menjadi penyebab mengapa
Nando sangat kecewa. Ia tidak ingin terkena penyakit dan meninggal
“Akan tetapi, kebahagiaan itu tiba-tiba lenyap ketika menyaksikan
seorang temannya meninggal karena penyakit. Nando kecewa. Ia tak
ingin terkena penyakit dan meninggal seperti temannya itu”
(Kompas, 2015).
Kekecewaan Nando sangat masuk akal karena ternyata
kesempurnaan manusia yang selama ini ia pikirkan tidak benar.
Manusia juga bisa meninggal. Ia tidak ingin meninggal seperti
temannya. Tidak adanya rasa bersyukur pada diri Nando inilah yang
65
menjadi penyebab mengapa ia dikutuk berubah kembali menjadi
seekor monyet yang murung.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita lihat bahwa setiap
peristiwa yang ada dalam cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur
sangat masuk akal. Tindakan-tindakan, peristiwa, dan latar dalam
cerita ini dapat dibayangkan dan logis. Meski cerita ini mengandung
peristiwa-peristiwa yang tidak mungkin benar-benar terjadi dalam
realitas kehidupan, cerita ini masih bisa dikatakan masuk akal. Hal
ini dikarenakan cerita masuk akal bukanlah cerita yang harus sesuai
dengan realitas kehidupan, tetapi apabila tokoh dan tindakan yang
dilakukannya masuk akal dan dapat dibayangkan, maka cerita
tersebut merupakan cerita yang masuk akal.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Fija merupakan seekor gajah yang tidak percaya pada
kemampuannya sendiri. Ia ketakutan karena ia tidak yakin dapat
menyelesaikan ujiannya dengan baik. Ketakutan-ketakunnya tersebut
muncul akibat ia takut tidak lulus dan nantinya akan mengewakan
orang tuanya “Fija begitu khawatir tidak lulus ujian akhir sekolah
gajah. Jika tidak lulus, dia akan tinggal kelas. Keluarganya pun pasti
kecewa” (Kompas, 2015).
Alasan ketakutan Fija sangat masuk akal. Ketakutan membuat
keluarganya kecewa menjadikan Fija tidak percaya diri. Fija terus
menghafal teori-teori yang telah dibacanya. Ia menjadi tidak
66
konsentrasi karena cemas apabila nanti tidak dapat lulus ujian akhir
sekolah.
Pada akhirnya, ketakutannya terhadap ujian mengakibatkan ia
tidak konsentrasi melihat jalan. Tanpa memperhatikan jalan, Fija
terus menyeberangi sungai dengan menginjak bendungan tempat
tinggal keluarga berang-berang. Tindakannya tersebut
mengakibatkan rusaknya bendungan tempat tinggal keluarga berang-
berang.
Fija tidak konsentrasi memperhatikan jalan. Dia jalan terlalu
jauh sampai menyeberangi sungai. Celakanya ia menginjak-
injak bendungan keluarga berang-berang. Bendungan itu rusak
parah karena injakan kakinya yang besar. Ranting dan pohon
bendungan terbawa arus sungai yang deras (Kompas, 2015).
Fija takut mengecewakan keluarganya, maka ia menjadi tidak
percaya diri dan takut. Hal tersebut menyebabkan ia menjadi tidak
konsentrasi. Akhirnya, ia tidak sadar telah menginjak-injak dan
merusak bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang. Setiap
tindakan yang dilakukan oleh Fija sangat masuk akal. Kurangnya
konsentrasi membuat ia tidak sadar bahwa telah menginjak-injak
bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang. Kakinya yang
besar membuat bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang
tersebut menjadi rusak hingga pada akhirnya kerusakan tersebut
membuat arus air menjadi meluap.
Peristiwa rusaknya bendungan membuat Fija segera meminta
maaf kepada keluarga Pak Beri berang-berang. Pak Beri memaafkan
Fija, tetapi rusaknya bendungan membuat dia menjadi khawatir
67
kepada binatang yang tinggal di muara. Rumah mereka pasti
kebanjiran “Aku lebih khawatir pada keluarga binatang yang tinggal
di daerah muara. Rumah mereka pasti kebanjiran karena air sungai
tiba-tiba meluap” (Kompas, 2015).
Tindakan Fija meminta maaf kepada Pak Beri sangat masuk akal
karena Fija telah merusak tempat tinggal mereka. Pak Beri berang-
berang segera memafkan Fija. Rusaknya bendungan tersebut
membuat sungai menjadi meluap, sehingga Pak Beri khawatir luapan
sungai tersebut dapat menenggelamkan binatang-binatang di muara.
Kekhawatiran Pak Beri ini sangat masuk akal mengingat bendungan
tersebut selain berfungsi sebagai rumah juga dapat menahan arus air.
Sehingga apabila bendungan rusak, arus air akan meluap sehingga
akan membanjiri binatang-binatang yang tinggal di muara.
Perkataan Pak Beri tersebut membuat Fija segera meniup
belalainya keras-keras. Ia mengeluarkan bunyi terompet peringatan.
Peringatan dari belalai Fija tersebut membuat beberapa binatang
terdekat cepat menyingkir dari tepi sungai “Fija meniup belalainya
keras-keras. Dia mengeluarkan bunyi terompet peringatan. Beberapa
binatang terdekat cepat menyingkir dari tepi sungai” (Kompas,
2015).
Setelah mendengar kekhawatiran Pak Beri, sangat masuk akal
Fija segera meniup belalai sebagai peringatan tanda bahaya. Fija
juga memikirkan bahaya yang akan dihadapi binatang yang tinggal
di muara ketika air sungai meluap. Tindakan-tindakan binatang-
68
binatang terdekat menyelamatkan diri sangat masuk akal pula. Suara
peringatan yang dikeluarkan dari belalai gajah merupakan sebuah
peringatan tanda bahaya. Maka mereka segera menyingkir ke tepian
sungai.
Kecerobohannya merusak bendungan membuat Fija menjadi
khawatir dan membayangkan binatang yang tinggal di muara yang
basah kuyub karena banjir. Akhirnya, Fija memutuskan untuk segera
membuat bendungan baru “Fija membayangkan keluarga binatang di
daerah hilir kuyub karena banjir yang tiba-tiba. Dia tidak bisa diam
saja. Bendungan baru harus segera dibangun” (Kompas, 2015).
Perasaan khawatir Fija terhadap kondisi binatang di muara
membuatnya mengambil keputusan untuk membuat bendungan. Hal
ini sangat masuk akal mengingat Fija lah yang merusakkan
bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang tersebut.
Agar bendungan baru segera jadi, Fija langsung merobohkan
dua batang pohon berukuran sedang. Kemudian, ia membangun
bendungan. Kekhawatiran keluarga berang-berang juga membuat
mereka turut membantu Fija memasang ranting yang tidak bisa
dicapai belalai Fija. Mereka saling membantu membangun
bendungan hingga akhirnya bendungan dapat diselesaikan dan arus
air mulai tenang dan normal. Berkat bantuan Fija membangun
bendungan, Pak Beri mengucapkan terima kasih kepadanya.
Fija merobohkan dua batang pohon berukuran sedang. Dia
memasang pohon melintang di tengah sungai. Dia juga
memungut ranting-ranting pohon untuk menambal air yang
masih deras. Fija sesekali menyedot air sungai dan
69
menyemburkan ke dalam hutan. Dia berharap bisa mengurangi
air yang membanjiri daerah hilir. (Kompas, 2015)
Tindakan Fija untuk segera membangun bendungan sangat
masuk akal. Fija telah merusak bendungan tersebut, jadi ia
bertanggung jawab atas kerusakan yang telah dibuatnya. Setelah
bekerja sama, bendungan dapat selesai dan air sungai mulai mengalir
tenang.
Setelah agak lama membantu membuat bendungan, akhirnya
Fija teringat ujiannya. Ia menoleh ke seberang sungai dan melihat
Pak Harja dan kesembilan temannya melotot heran kepadanya.
Kemudian Fija segera menyeberang sungai dengan hati-hati agar
tidak menginjak bendungan lagi. Sesampainya di tempat ujian, Pak
Harja mengajak Fija dan murid-muridnya untuk pindah ke tengah
hutan karena kejadian rusaknya bendungan tadi sudah mengganggu
keluarga berang-berang. Ia tidak ingin ujian akhir mereka juga
mengganggu keluarga berang-berang. Hal tersebut membuat mereka
pindah ke tengah hutan.
Kepindahan mereka ke hutan sangat masuk akal karena Pak
Harja tidak ingin mengganggu ketenangan keluarga berang-berang.
Setelah menemukan tempat yang luas mereka segera memulai ujian.
Pak Harja memanggil satu per satu, Fija menunggu panggilan
dengan cemas “Setelah menemukan tempat yang luas, ujian dimulai.
Pak Harja memanggil semua murid satu per satu untuk ujian. Fija
menunggu giliran dengan cemas” (Kompas, 2015).
70
Kecemasan Fija menjadi sangat masuk akal karena ia masih
kurang percaya diri dengan kemampuannya. Apalagi Fija baru saja
membuat kesalahan dengan merusak bendungan tempat tinggal
keluarga berang-berang, sehingga kecemasannya tidak bisa hilang.
Namun, Pak Harja tidak memanggilnya hingga buku presensi
ditutup. Peristiwa tersebut membuat Fija semakin cemas. Akhirnya,
dia berpikir bahwa dia tidak dapat mengikuti ujian karena telah
merusak bendungan tadi pagi “Anehnya, Pak Harja tak jua
memanggilnya. Bahkan sampai buku daftar presensi ditutup,
namanya tidak disebut. Jangan-jangan dia melamun lagi waktu ujian
tadi. Atau dia tidak diperbolehkan ujian karena kesalahan tadi pagi?”
(Kompas, 2015).
Kecemasan Fija semakin meningkat karena Pak Harja tidak
memanggilnya untuk mengikuti ujian. Hal ini menjadi sangat masuk
akal karena sebelumnya Fija sudah cemas. Maka, ia menjadi
semakin cemas ketika Pak Harja tidak memanggilnya. Ia mulai
memikirkan apakah kesalahan-kesalahan yang telah dibuatnya
sehingga menyebabkan Pak Harja tidak memanggilnya untuk
melakukan ujian.
Peristiwa tersebut membuat Fija memberanikan diri untuk
bertanya kepada Pak Harja. Mendengar pertanyaan Fija membuat
Pak Harja tertawa, ia menjawab bahwa Fija telah melakukan ujian
paling awal tadi. Ketika membuat bendungan, Fija telah mengangkat
kayu, menjumput ranting, menyedot air sungai dengan memuaskan
71
dan bendungan yang dibuatnya sempurna. Tindakannya membuat
Pak Harja meyatakan bahwa Fija lulus ujian akhir sekolah gajah
“Kamu kan sudah ujian paling awal tadi. Mengangkat kayu,
menjumput ranting, menyedot air sungai dengan memuaskan.
Bendungan buatanmu tadi sempurna, Fija. Kamu lulus ujian akhir
sekolah gajah” (Kompas, 2015).
Sikap Pak Harja yang tidak memanggil Fija untuk ujian
membuat Fija memberanikan diri untuk bertanya. Hal ini sangat
masuk akal karena ini merupakan ujian akhir sekolah. Jadi, Fija
harus meminta kepastian mengenai nasibnya. Mendengar pertanyaan
Fija membuat Pak Harja tertawa. Tindakan Pak Harja tersebut cukup
masuk akal karena melihat Fija masih saja tidak percaya diri dengan
kemampuannya. Akhirnya Pak Harja menyatakan bahwa Fija lulus
ujian akhir sekolah.
Pernyataan Pak Harja tersebut membuat Fija melongo sambil
memandang kepergian Pak Harja. Kesembilan temannya melompat
gembira mendengar kabar bahagia itu “Fija melongo. Dipandangnya
Pak Harja yang beranjak meninggalkan lapangan dengan tak
percaya. Kesembilan temannya menerompet gembira dengan
kelulusan Fija yang luar biasa” (Kompas, 2015).
Pernyataan Pak Harja membuat Fija heran. Ia masih tidak
percaya bahwa Pak Harja meluluskannya tanpa mengikuti ujian.
Keheranan Fija ini sangat masuk akal karena selama ini Fija
72
memang selalu pesimis dan tidak percaya diri. Namun, teman-teman
Fija sangat gembira menggemar kabar tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, cerita Ujian Akhir Fija ini
merupakan cerita yang masuk akal. Setiap tindakan yang diambil
oleh tokoh dalam cerita ini sangat rasional. Peristiwa-peristiwa yang
terjadi juga sangat masuk akal dan dapat dibayangkan.
4. Konflik
Konflik dan klimaks merupakan dua elemen dasar yang
membangun alur. Menurut Stanton (2012: 31), setiap karya fiksi
setidak-tidaknya memiliki konflik internal yang hadir melalui hasrat
dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan
lingkungannya. Konflik-konflik spesifik ini merupakan subordinasi
satu konflik utama yang bersifat eksternal, internal, atau dua-duanya.
Konflik eksternal merupakan permasalahan yang dihadapi seorang
karakter dengan karakter lainnya atau karakter dengan lingkungan.
Konflik internal adalah konflik yang dihadapi seorang karakter berupa
gejolak dalam dirinya sendiri.
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
1. Konflik bawahan
a. Eksternal
Ada dua konflik bawahan yang merupakan konflik
eksternal dan memiliki klimaksnya sendiri pada alur cerita
ini. Konflik pertama adalah ketika Biki terseret arus sungai.
73
Biki menghadapi masalah ketika ia tidak bisa menahan
derasnya arus air sungai. Ia terus hanyut hingga jauh ke
tengah hutan, ia terus berteriak meminta tolong, namun tidak
ada yang mendengarnya.
Biki tidak dapat mengendalikan tubuhnya sehingga ia
terhanyut jauh dari rumah. Biki ketakutan dan berteriak
minta tolong. Tetapi tak satu pun binatang di sekitar
tempat itu mendengarnya. Biki hanyut semakin jauh,
hingga masuk ke dalam hutan (Kompas, 2015).
Konflik eksternal selanjutnya adalah ketika Biki dan
Mokey bertemu dengan singa. Mereka menghadapi masalah
karena singa tersebut sedang kelaparan, jadi mereka tidak
berani lewat di dekat singa tersebut.
Mokey mendekati Biki dan berbisik. “Ssst, Biki. Singa itu
memang selalu berada di sini menunggu mangsa yang
lewat. Jadi kita harus hati-hati,” kata Mokey membuat
badan Biki gemetar ketakutan. “Lalu, apa yang harus apa
yang harus aku lakukan?” tanya Biki kepada Mokey
(Kompas, 2015).
b. Internal
Konflik internal pertama adalah ketika Biki berada di
hutan sendirian dan merasa ketakutan. Biki menghadapi
masalah berupa ketakutan-ketakutan yang dirasakannya
ketika berada sendirian di hutan. Sehingga, pada akhirnya ia
menangis ketakutan “Biki pun menangis karena takut dan
teringat ibunya” (Kompas, 2015).
Konflik internal kedua adalah ketika Biki kebingungan
saat tersesat di tengah hutan. Ia sangat kebingungan karena ia
baru pertama kali berada di tengah hutan. Maka, ia
74
mengalami konflik batin dalam dirinya. Ia mencari cara agar
bisa kembali ke rumah dan bertemu ibunya “Biki bingung
karena hutan itu sangatlah asing baginya” (Kompas, 2015).
2. Konflik Utama
Konflik utama pada cerita ini adalah ketika tokoh utama,
yaitu Biki tersesat di tengah hutan dan dia bingung bagaimana
caranya kembali ke rumah. Konflik ini dapat merangkum
struktur cerita secara menyeluruh. Konflik tersebut cukup
menarik karena bisa menciptakan pertanyaan-pertanyaan di
benak pembaca, seperti bagaimana caranya Biki kembali ke
rumah? Apa yang harus dilakukan Biki ketika berada seorang
diri di tengah hutan? Akhirnya setelah lama menangis, Biki
mengingat dan melakukan pesan-pesan yang diberikan oleh
ibunya, dengan bantuan teman barunya, yaitu Mokey, akhirnya
ia dapat kembali ke rumah.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
1. Konflik Bawahan
a. Konflik Eksternal
Nando Tak Pernah Bersyukur mengisahkan mengenai
seekor monyet yang pemurung. Ia selalu iri terhadap
kelebihan yang dimiliki oleh binatang-binatang lain yang
ditemuinya. Sifat irinya tersebut membuatnya selalu
mengagumi dan ingin menjadi seperti binatang yang
dilihatnya. Tidak hanya binatang, Nando juga terpesona
75
dengan manusia, ia juga ingin menjadi pintar seperti manusia.
Hal tersebut membuat Nando berdoa agar keinginannya
untuk berubah menjadi binatang lain dikabulkan.
Untuk pertama kalinya, Nando mengagumi ikan. Maka
ia berdoa agar berubah menjadi ikan yang bisa bebas bernafas
di dalam air. Kemudian Nando melihat seekor ular memangsa
teman-teman ikannya, maka Nando sangat mengagumi ular,
sehingga ia berdoa agar berubah menjadi ular. Selanjutnya
Nando melihat teman ularnya dimakan oleh seekor elang
yang perkasa. Berdoalah Nando agar bisa berubah menjadi
seekor elang yang bisa terbang kemana saja. Kemudian,
Nando melihat elang temannya ditangkap oleh manusia.
Maka, Nando berdoa agar berubah menjadi manusia yang
pintar dan memiliki akal. Terakhir, Nando melihat teman
manusianya meninggal karena sakit. Melihat hal tersebut
Nando menjadi sangat kecewa, ia tak ingin meninggal seperti
temannya. Akibat sifatnya yang tak pernah bersyukur, Nando
dikutuk kembali menjadi seekor monyet.
Cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur ini
menceritakan gejolak batin Nando yang selalu merasa iri dan
merasa kurang dengan kemampuannya, dia tidak pernah
mensyukuri apa yang dimilikinya. Jadi, konflik yang terdapat
dalam cerita anak ini hanyalah konflik internal, yaitu konflik
yang ada dalam diri seorang karakter sendiri berupa
76
pertentangan-pertentangan dan pemikiran-pemikiran yang
dimilikinya.
b. Konflik Internal
Ada lima konflik internal yang dihadapi oleh Nando,
yang pertama yaitu ketika Nando memiliki rasa iri kepada
ikan yang memiliki sirip bagus, bisa berenang, dan tidak akan
kepanasan sepertinya karena ikan tinggal di danau. Setelah
memperhatikan dan mengagumi kehidupan ikan di danau,
akhirnya ia memutuskan berdoa agar bisa menjadi ikan dan
bebas bernafas di dalam air “Aku ingin menjadi seekor ikan.
Aku ingin bisa bernafas dan berenang di dalam air, kabulkan
permintaanku ini” (Kompas, 2015).
Konflik kedua adalah ketika Nando melihat seekor ular
berbisa memakan beberapa ekor ikan di danau, seketika
kebahagiaannya menjadi lenyap. Nando sangat ketakutan
karena tidak mau menjadi santapan ular berbisa tersebut.
Ketakutan-ketakutan dalam dirinya tersebut menjadi sebab
mengapa ia mengagumi dan ingin berubah menjadi seekor
ular. Nando sangat mendambakan menjadi seekor ular karena
bisa memakan ikan sesuka hatinya dan disegani. Peristiwa
tersebut membuatnya mengangkat tangannya dan berdoa agar
bisa menjadi seekor ular yang sangat disegani dan ditakuti
“Aku ingin menjadi seekor ular berbisa. Aku ingin menjadi
77
binatang yang disegani dan ditakuti oleh hewan lain.
kabulkan permintaanku ini” (Kompas, 2015).
Konflik ketiga adalah lenyapnya kebahagian Nando
ketika melihat seekor elang yang perkasa menangkap seekor
ular temannya. Peristiwa tersebut membuatnya kembali
berpikir bahwa elang lebih hebat dan sempurna dibanding
dengan ular. Nando terpesona melihat kaki-kaki elang itu
sangat kuat mencengkeram ular dan dapat terbang dengan
sayapnya. Nando terus berpikir betapa beruntungnya sang
elang yang bisa terbang kemana saja dan mengalahkan ular
yang disegani. Setelah terus berpikir, akhirnya Nando berdoa
agar menjadi seekor elang yang bisa terbang kemana saja
“Aku ingin menjadi seekor elang. Aku ingin bisa terbang ke
mana saja aku mau. Kabulkan permintaanku ini” (Kompas,
2015).
Konflik keempat adalah ketika kebahagiaan Nando tiba-
tiba lenyap karena menyaksikan teman-teman elang diburu
dan ditangkap oleh manusia. Melihat kejadian itu, timbulah
gejolak dalam batin Nando. Ia menjadi mengagumi manusia
yang mempunyai tangan dan kaki, mereka pintar, memiliki
akal, dan disegani seluruh alam. Akhirnya, ia berdoa agar
bisa menjadi seorang manusia “Aku ingin menjadi manusia.
Aku ingin pintar, banyak akal, dan disegani. Kabulkan
permintaanku ini” (Kompas, 2015).
78
Konflik kelima adalah ketika kebahagian Nando tiba-
tiba hilang karena ia menyaksikan seorang temannya
meninggal karena penyakit. Melihat peristiwa tersebut,
Nando mengalami gejolak dalam batinnya. Nando menjadi
sangat kecewa, ia tidak ingin terkena penyakit dan
meninggal.
2. Konflik Utama
Konflik utama Nando Tak Pernah Bersyukur ini adalah
Nando selalu berpikir bahwa ada yang lebih baik darinya,
sehingga ia tidak pernah memiliki rasa bersyukur. Ia selalu
merasa iri dengan hewan yang ditemuinya. Ia selalu
menganggap bahwa hewan-hewan tersebut lebih hebat dan
disegani, sehingga ia ingin menjadi hewan tersebut. Tidak hanya
hewan, Nando juga iri dengan kepintaran dan akal manusia. Ia
juga berdoa agar menjadi manusia.
Konflik utama yang ada dalam cerita ini berupa konflik
internal, yaitu rasa tidak bersyukur Nando. Rasa tidak
bersyukurnya tersebut membentu sifat iri yang membuatnya
ingin menjadi sosok yang menurutnya lebih hebat.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
1. Konflik Bawahan
a. Konflik Eksternal
Konflik bawahan eksternal yang dialami Fija adalah
ketika ia tidak konsentrasi dan berjalan menginjak bendungan
79
tempat tinggal keluarga berang-berang. Besarnya kaki Fija
membuat bendungan rusak, kayu-kayu bendungan hanyut dan
keluarga berang-berang segera menepi ke pinggir sungai.
Konflik tidak hanya berhenti di situ. Pak Beri kepala keluarga
berang-berang mengingatkan bahwa air yang meluap dapat
membanjiri hewan-hewan yang tinggal di daerah muara.
Menghadapi konflik tersebut, Fija dan keluarga Pak Beri
segera bekerja keras membangun bendungan kembali. Fija
merobohkan dua batang pohon berukuran sedang. Dia
memasang pohon melintang di tengah sungai. Ia lalu
memungut ranting-ranting pohon untuk menambal air yang
masih deras. Fija sesekali menyedot air sungai dan
menyemburkan ke dalam hutan. Keluarga berang-berang
turut membantu Fija memasang ranting yang tidak bisa
dicapai belalainya.
Fija merobohkan dua batang pohon berukuran sedang.
Dia memasang pohon melintang di tengah sungai. Dia
juga memungut ranting-ranting pohon untuk menambal
air yang masih deras. Fija sesekali menyedot air sungai
dan menyemburkan ke dalam hutan. Dia berharap bisa
mengurangi air yang membanjiri daerah hilir. (Kompas,
2015)
Konflik eskternal kedua adalah ketika Fija tidak
dipanggil Pak Harja untuk melakukan ujian praktek. Fija
yang merasa heran segera memberanikan diri untuk bertanya
kepada Pak Harja. Ia mempertanyakan mengapa ia tidak
80
dipanggil untuk mengikuti ujian “Ehm, anu..., Pak Harja.
Saya belum dipanggil ujian?” (Kompas, 2015).
b. Konflik Internal
Konflik bawahan internal pada cerita anak Ujian Akhir
Fija ini adalah ketika Fija ketakutan karena ia tidak yakin
dapat menyelesaikan ujiannya dengan baik. Fija terus
mengingat-ingat teori yang telah dihafalnya. Ia sangat takut
apabila nanti tidak dapat melakukan ujian dengan baik.
Apabila ujiannya tidak lulus, maka ia akan mengecewakan
keluarganya “Fija begitu khawatir tidak lulus ujian akhir
sekolah gajah. Jika tidak lulus, dia akan tinggal kelas.
Keluarganya pun pasti kecewa” (Kompas, 2015).
Konflik internal kedua adalah ketika Fija merasakan
kecemasan-kecemasan dalam dirinya karena tidak dipanggil
untuk mengikuti ujian praktek. Pak Harja memanggil satu per
satu muridnya. Fija menunggu panggilan dengan cemas.
Namun, Pak Harja tidak memanggil Fija hingga buku
presensi ditutup. Hal ini membuat Fija semakin cemas. Dia
berpikir apakah dia tidak dapat mengikuti ujian karena telah
merusak bendungan tadi pagi.
2. Konflik Utama
Konflik utama pada Ujian Akhir Fija ini adalah
ketidakpercayaan diri Fija pada kemampuannya sendiri untuk
menyelesaikan ujian akhir sekolah. Hal tersebut menjadi
81
penyebabkan dia tidak sengaja merusak bendungan. Rasa tidak
percaya diri Fija disebabkan oleh perasaan tidak ingin
mengecewakan orang tuanya. Hal tersebut menimbulkan
kecemasan-kecemasan sehingga membuat Fija tidak percaya
diri. Ia terus menghafal teori dan tidak fokus pada jalan yang
dilewatinya.
Peristiwa tersebut membuat Fija tidak sengaja menginjak
dan membuat rusak bendungan tempat tinggal keluarga berang-
berang. Tidak hanya itu, rusaknya bendungan membuat arus
sungai menjadi deras dan meluap. Apabila bendungan tidak
segera dibuat, para binatang yang tinggal di muara akan
mengalami kebanjiran. Maka, Fija dibantu oleh keluarga berang-
berang segera membangun bendungan hingga air menjadi
tenang kembali.
5. Klimaks
Klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens sehingga
ending tidak dapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik yang
mempertemukan kekuatan-kekuatan konflik dan menentukan
bagaimana oposisi tersebut dapat terselesaikan (Stanton, 2012: 32).
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Setiap konflik bawahan memiliki klimaksnya sendiri, baik itu
konflik eksternal maupun internal. Ada dua konflik eksternal dalam
cerita ini. Konflik pertama adalah ketika Biki terseret arus sungai.
82
Klimaks konflik ini adalah ia berhasil meraih akar kemudian menepi
ke pinggir sungai. Ketika berhasil meraih akar, dengan otomatis
ketegangan-ketegangan konflik yang dihadapi Biki selesai. Konflik
bawahan ini menemui klimaksnya “Biki hanyut semakin jauh,
hingga masuk ke dalam hutan. Untung saja ada akar yang melintang
di sungai. Biki langsung meraihnya. Hap! Akhirnya Biki dapat
memegang dengan paruhnya dan langsung menuju ke pinggir
sungai” (Kompas, 2015).
Klimaks konflik bawahan eksternal kedua adalah ketika Biki
dan Mokey bertemu dengan singa. Klimaksnya adalah Biki harus
berenang di sungai dan Mokey di atas pohon agar mereka terhindar
dari singa. Setelah menemukan ide tersebut, berakhirlah masalah
yang dihadapi oleh Biki dan Mokey, dengan begitu konflik menemui
klimaksnya “Kita tidak akan memutar karena sangat jauh sekali.
Lebih baik kau masuk ke dalam sungai dan berenang. Tenang saja.
Kau tidak usah khawatir akan terbawa arus karena aku akan
menarikmu dengan tali sambil aku bergelantungan di atas pohon”
(Kompas, 2015).
Cerita anak Keajaiban Pesan Ibu ini juga memiliki dua konflik
bawahan internal yang masing-masing memiliki klimaksnya sendiri.
Konflik pertama adalah ketika Biki berada di hutan sendirian dan
merasa ketakutan. Klimaks pada konflik ini adalah ketika ia
mengingat pesan ibu dan kemudian ia bernyanyi lagu anak berani.
Dengan menyanyi lagu anak berani Biki menjadi tidak takut dengan
83
kesendiriannya di hutan. Ia menemukan semangatnya kembali untuk
pulang ke rumah. Dengan begitu, berakhirlah masalah batin yang
dihadapi Biki “Oh, aku tidak bernyanyi agar aku tidak panik dan
tidak bingung” (Kompas, 2015).
Klimaks pada konflik internal kedua adalah ia mengikuti pesan
ibu untuk berbalik arah dan mengikuti arus sungai. Dengan
mengikuti pesan ibunya, maka berakhirlah permasalahan yang ia
hadapi.
“Uh, untuk apa aku menangis? Aku ingat kata-kata Ibu. Kalau
tersesat aku harus bernyanyi sambil menyusuri sungai dengan
berbalik arah. Aku akan mulai sekarang.” Sambil menyanyi-
nyanyi lagu anak pemberani, Biki terus menyusuri sungai
dengan langkah dipercepat (Kompas, 2015).
Klimaks utama pada cerita anak Keajaiban Pesan Ibu ini
adalah ketika Biki tersesat di tengah hutan dan dia bingung
bagaimana caranya kembali ke rumah hingga pada akhirnya Biki
dapat kembali pulang ke rumah dan menemui ibunya. Pada bagian
ini, semua ketegangan berakhir dan semua pertanyaan-pertanyaan
terjawab.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Setiap konflik bawahan memiliki klimaksnya sendiri, ada lima
konflik bawahan internal pada cerita anak ini yang masing-masing
memiliki klimaksnya sendiri. Konflik pertama yaitu ketika Nando
memiliki rasa iri kepada ikan yang memiliki sirip bagus, bisa
berenang, dan tidak akan kepanasan sepertinya karena ikan tinggal di
danau. Setelah memperhatikan dan mengagumi kehidupan ikan di
84
danau, ia memutuskan untuk berdoa agar bisa menjadi ikan dan
bebas bernafas di dalam air. Klimaks pada konflik ini adalah doa
Nando dikabulkan. Akhirnya, ia berubah menjadi seekor ikan “Blup!
Nando berubah menjadi seekor ikan. Kini Nando bisa merasakan
betapa enaknya menjadi seekor ikan dan bisa hidup nyaman di dalam
air” (Kompas, 2015).
Konflik kedua adalah ketika Nando melihat seekor ular berbisa
memakan beberapa ekor ikan di danau. Saat itu pula kebahagiaannya
menjadi lenyap. Nando sangat ketakutan karena tidak mau menjadi
santapan ular berbisa tersebut. Nando menjadi sangat mendambakan
menjadi seekor ular karena bisa memakan ikan sesuka hatinya dan
diseganani. Peristiwa tersebut membuatnya mengangkat tangannya
dan berdoa agar bisa menjadi seekor ular yang sangat disegani dan
ditakuti. Klimaks pada konflik ini adalah ketika pada akhirnya
doanya dikabulkan dan ia berubah menjadi seekor ular berbisa
“Blup! Nando berubah menjadi seekor ular. Sungguh, hati Nando
sangat bahagia. Ia bisa bebas memakan ikan. Ia hewan berbisa yang
sangat disegani. Banyak hewan lain yang takut melihatnya. Betapa
bahagianya hati Nando” (Kompas, 2015).
Konflik ketiga adalah lenyapnya kebahagian Nando ketika
melihat seekor elang yang perkasa menangkap seekor ular temannya.
Nando terpesona melihat kaki-kaki elang itu sangat kuat
mencengkeram ular dan dapat terbang dengan sayapnya. Setelah
terus berpikir, akhirnya Nando berdoa agar menjadi seekor elang
85
yang bisa terbang kemana saja. Klimaks pada konflik ini adalah
terkabulnya kembali doa Nando, yaitu akhirnya ia berubah menjadi
elang yang dapat dengan bebas terbang kemana saja “Blup! Nando
berubah menjadi seekor elang. Sungguh bahagia hati Nando. Ia
memiliki sayap yang kuat dan bisa terbang menjelajah dunia”
(Kompas, 2015).
Konflik keempat adalah ketika kebahagiaan Nando tiba-tiba
lenyap karena menyaksikan teman-teman elang diburu dan ditangkap
oleh manusia. Nando menjadi mengagumi manusia yang mempunyai
tangan dan kaki, mereka pintar, memiliki akal, dan disegani seluruh
alam. Akhirnya, ia berdoa agar bisa menjadi seorang manusia.
Klimaks pada konflik ini adalah doa Nando terkabul, sehingga ia
bisa menjadi seorang manusia. “Blup! Nando berubah menjadi
manusia. Ia bisa berjalan tegak, banyak akal, dan banyak teman yang
baik hati. Ternyata menjadi manusia itu sungguh sangat
menyenangkan. Sungguh bahagia hati Nando” (Kompas, 2015).
Konflik kelima adalah ketika kebahagian Nando tiba-tiba hilang
karena ia menyaksikan seorang temannya meninggal karena
penyakit. Melihat peristiwa tersebut, Nando mengalami gejolak
dalam batinnya. Nando menjadi sangat kecewa. Ia tidak ingin
terkena penyakit dan meninggal. Klimaks pada konflik ini adalah
pada akhirnya Nando dirubah lagi menjadi seekor monyet.
Konflik utama pada cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur
ini adalah Nando selalu berpikir bahwa ada yang lebih baik darinya.
86
Ia tidak pernah memiliki rasa bersyukur. Nando selalu merasa iri
dengan hewan yang ditemuinya, ia selalu menganggap bahwa
hewan-hewan tersebut lebih hebat dan disegani, sehingga ia ingin
menjadi hewan tersebut. Tidak hanya hewan, Nando juga iri dengan
kepintaran dan akal manusia. Ia juga berdoa agar menjadi manusia.
Klimaks pada konflik utama ini adalah berubahnya Nando
menjadi seekor monyet kembali. Ia berubah kembali menjadi monyet
yang sangat pemurung karena selama ini ia tidak pernah bersyukur.
Ia tidak bisa mensyukuri takdirnya sebagai monyet. Nando tidak
bersyukur dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut
membuatnya memiliki sifat iri terhadap kelebihan hewan lain
sehingga ia ingin menjadi hewan lain. Oleh karena tidak pernah
mensyukuri nikmat yang dimiliki, Nando kembali diubah menjadi
seekor monyet.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Klimaks pada konflik bawahan eksternal pertama adalah ketika
Fija tidak sengaja berjalan di atas bendungan dan merusaknya, maka
dengan bantuan keluarga berang-berang ia dapat membuat
bendungan kembali. Setelah bendungan berhasil dibuat, arus sungai
menjadi tenang seperti sedia kala, maka hewan-hewan yang tinggal
di muara sungai pun tidak terancam bahaya lagi.
Klimaks pada konflik eskternal kedua adalah ketika Fija tidak
dipanggil Pak Harja untuk melakukan ujian praktek. Akhirnya Pak
Harja menjelaskan bahwa Fija sudah melakukan ujian paling awal,
87
yaitu ketia ia membangun bendungan tempat tinggal keluarga
berang-berang. Menurut Pak Harja Fija sudah lulus ujian akhir
sekolah dengan membangun bendungan tadi pagi.
Klimaks pada konflik bawahan internal pertama cerita anak
Ujian Akhir Fija ini adalah ketakutan-ketakutan Fija mengenai
kemampuan pada dirinya yang akhirnya terjawab ketika ia berhasil
membuat bendungan. Klimaks konflik internal kedua adalah ketika
kecemasan-kecemasan Fija mengapa tidak segera dipanggil Pak
Harja hilang ketika ia dinyatakan lulus ujian akhir sekolah oleh Pak
Harja.
Klimaks pada konflik utama cerita anak Ujian Akhir Fija ini
adalah pada akhirnya Fija dapat lulus ujian akhir sekolah.
Kelulusannya tersebut diputuskan Pak Harja setelah ia melihat
kemampuan Fija ketika membangun kembali bendungan yang telah
dirusaknya. Dalam membangun bendungan tersebut, Fija sudah
mengamalkan teori-teori yang selama ini mereka pelajari. Pak Harja
tak lagi meminta Fija untuk melakukan ujian karena dianggap sudah
melakukan ujian.
b. Karakter
1. Karakter Tokoh
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Ada tiga tokoh yang mendukung keutuhan cerita anak Keajaiban
Pesan Ibu ini, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama
88
adalah karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung
dalam cerita (Stanton, 2012: 33). Tokoh utama dalam cerita anak ini
adalah Biki, tokoh bawahannya adalah Mokey dan Ibu Biki.
a. Tokoh Utama
Biki merupakan tokoh utama dalam cerita ini karena seluruh
peristiwa yang ada dalam cerita Keajaiban Pesan Ibu terkait
dengan Biki. Biki memiliki karakter pemberani, tetapi
keberaniannya tersebut ia jadi melalaikan pesan ibunya.
Keberanian-keberaniannya dapat dilihat ketika ia memutuskan
untuk berangkat mandi dan berenang sendiri ke sungai “Aku bebek
pemberani dan selalu mandi pagi sendiri. Ibuku tak usahlah
menemani, karena aku sangat berani” (Kompas, 2015).
Selain itu, Biki juga mempunyai karakter yang periang. Ia
masih berani bernyanyi dengan riang ketika tersesat di hutan. Hal
tersebut ia lakukan agar tidak panik dan bingung “Hai bebek kecil.
Sepertinya kamu sedang bersenang-senang bernyanyi riang
gembira” (Kompas, 2015).
Biki juga memiliki karakter yang ramah dan cepat beradaptasi
dengan lingkungan. Sebelum bertemu dengan Mokey, ia dapat
bertahan sendirian di tengah hutan yang terdapat banyak binatang
buas. Ia berjalan sendirian menyusuri sungai dengan sangat berani.
Biki juga sosok yang sangat ramah, terbukti ia dapat berteman
akrab dengan Mokey walaupun baru pertama bertemu. Meski
89
pernah melalaikan pesan ibunya, Biki merupakan sosok bebek yang
segera menyadari segala kesalahannya.
b. Tokoh Bawahan
1. Mokey
Tokoh bawahan pada cerita ini adalah Mokey dan Ibu.
Mokey adalah seekor monyet yang ditemui Biki di tengah hutan.
Sama seperti Biki, Mokey juga memiliki karakter yang
pemberani. Mokey memiliki karakter yang ramah dan suka
menolong. Meski baru pertama mengenal Biki, Mokey langsung
akrab dan mau mengantar dan menjaga Biki hingga sampai
rumahnya.
“Aku akan menemani kamu, Biki. Aku akan menjagamu
karena hutan ini dihuni banyak binatang dan tidak semua
binatang baik seperti aku. Kau berjalanlah menyususri
sungai dan aku akan mengikutimu dari atas bergelantungan
di pohon.” (Kompas, 2015)
Mokey juga selalu mengingat pesan yang disampaikan
ibunya. Ia menganggap bahwa kecerdasaannya saat ini berkat
pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh ibunya. “Bukan aku
yang hebat. Ibuku yang hebat. Ibuku yang mengajarkan banyak
hal sehingga aku cerdas dan pandai. Aku selalu mengikuti pesan
dan nasihat ibuku” (Kompas, 2015).
2. Ibu Biki
Tokoh ketiga adalah ibu Biki. Ibu Biki memiliki karakter
yang sangat penyayang. Ia sangat menyayangi anaknya, Biki. Ia
selalu menasihati dan memberikan pengetahuan kepada Biki.
90
Ibu Biki juga memiliki karakter yang sabar dan pemaaf. Ia tidak
memarahi Biki meski Biki melalaikan pesannya.
“Benar apa yang dikatakan temanmu, Mokey. Semua ibu di
dunia ini sangatlah luar biasa bagi anak-anaknya. Semua
ibu, selain menyayangi anak-anaknya, juga memberi
pengetahuan. Hormatlah selalu pada semua ibu di dunia ini.
Hargai dan selalu berdoalah untuknya” (Kompas, 2015).
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
a. Tokoh Utama
Tokoh utama dalam cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur
ini adalah Nando, seekor monyet pemurung. Selain memiliki sifat
pemurung Nando juga memiliki sifat kurang bersyukur. Rasa
kurang bersyukurnya inilah yang membuat Nando menjadi
pemurung. Nando selalu memperhatikan kelebihan-kelebihan
binatang lain, sehingga ia selalu ingin menjadi seperti binatang
lain. Setelah berdoa dan berubah menjadi binatang lain pun Nando
merasa tidak puas, ia ingin berubah lagi menjadi binatang yang
menurutnya lebih hebat.
Tidak hanya binatang, Nando juga ingin menjadi manusia
karena manusia pintar dan memiliki akal. Setelah berubah menjadi
manusia, makhluk yang paling sempurna, Nando juga masih belum
puas. Ia merasa kecewa ketika melihat teman manusianya
meninggal karena sakit. Ia tak pernah bersyukur dengan apa yang
dimilikinya. Hingga pada akhirnya Nando diubah lagi menjadi
seekor monyet yang pemurung.
91
b. Tokoh Bawahan
Cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur ini menggunakan
sudut pandang orang ketiga terbatas, yaitu pengarang mengacu
kepada semua karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga
tetapi hanya menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan
dipikirkan satu orang karakter saja (Stanton, 2012: 54). Maka,
pengarang hanya berfokus pada satu karakter utama, yaitu Nando.
Pengarang hanya mengungkapkan apa yang dilihat, didengar, dan
dipikirkan Nando sehingga, karakter-karakter lain dalam cerita ini
tidak dapat dilihat dengan jelas.
Dalam cerita ini, karakter-karakter tokoh bawahan hanya dapat
dilihat dari sifat umum mereka, seperti ikan yang selalu riang
berenang di dalam air. Mereka bahagia karena bisa bernafas di
dalam air. Ada juga ular berbisa yang memiliki sifat yang buas, ia
ditakuti binatang lain. Elang memiliki sifat yang sangat perkasa,
bisa terbang dan memakan ular yang sangat ditakuti. Terakhir
adalah manusia yang pintar, memiliki akal, dan berjalan tegak.
Jadi, sifat tokoh bawahan hanya bisa dilihat dari sifat umumnya
saja karena memang tidak digambarkan secara detail.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
a. Tokoh Utama
Tokoh utama pada cerita anak Ujian Akhir Fija ini adalah Fija,
seekor gajah yang tidak mempercayai kemampuannya sendiri. Sifat
ketidakpercayaan diri Fija terbentuk karena ia terlalu khawatir
92
dengan pikiran-pikirannya sendiri. Seperti ia khawatir
mengecewakan keluarganya “Fija begitu khawatir tidak lulus ujian
akhir sekolah gajah. Jika tidak lulus, dia akan tinggal kelas.
Keluarganya pun pasti kecewa” (Kompas, 2015).
Fija tidak dapat mengatasi pikiran-pikirannya tersebut. Ia
mengalami kecemasan-kecemasan yang membuatnya tidak percaya
diri. Ketidakpercayaan dirinya tersebut membuat Fija terus
mengulang-ulang hafalan teorinya. Hal tersebut membuat Fija tidak
konsentrasi, sehingga ia menginjak dan merusak bendungan tempat
tinggal keluarga berang-berang. Hingga pada akhir cerita pun Fija
masih kurang mempercayai kemampuannya, terbukti ketika Pak
Harja menyatakan ia lulus ujian sekolah ia melongo. Tidak seperti
teman-temannya yang sangat gembira.
Selain memiliki sifat tidak percaya diri, mudah khawatir, tidak
mudah berkonsentrasi, Fija memiliki sifat yang sangat simpatik. Ia
sangat peduli dengan keselamatan binatang-binatang yang tinggal
di muara. Fija segera membunyikan tanda peringatan dari
belalainya dan membangun kembali bendungan yang tidak sengaja
dirusaknya “Fija melongo. Dipandangnya Pak Harja yang beranjak
meninggalkan lapangan dengan tak percaya. Kesembilan temannya
menerompet gembira dengan kelulusan Fija yang luar biasa”
(Kompas, 2015).
93
b. Tokoh Bawahan
1. Pak Harja
Pak Harja memiliki sifat yang sangat bijaksana. Fija ia
biarkan tidak mengikuti ujian karena ia telah melihat perjuangan
dan kelihaian Fija dalam membangun bendungan tadi pagi.
Maka, melihat kemampuan Fija tersebut, ia tak lagi meminta
Fija untuk ujian dan langsung memutuskan untuk
meluluskannya. Ketika memilih tempat ujian pun ia sangat
bijak. Ia tak mau mengganggu binatang lain dalam ujian praktek
mereka “Kita pindah agak ke tengah hutan saja. Kasihan
keluarga berang-berang terganggu ujian kita” (Kompas, 2015).
2. Pak Biri
Pada cerita ini, Pak Biri memiliki sifat yang sangat pemaaf.
Tempat tinggalnya yang dirusak Fija tak membuatnya marah. Ia
langsung memafkan ketidaksengajaan Fija. Selain ini, sama
dengan Fija, Pak Biri juga memiliki sifat yang simpatik. Ia takut
hewan-hewan di muara terganggu akibat meluapnya arus air
sungai. Maka, ia membantu Fija untuk membangun kembali
bendungan tempat tinggalnya “Aku lebih khawatir pada
keluarga binatang yang tinggal di daerah muara. Rumah mereka
pasti kebanjiran karena air sungai tiba-tiba meluap” (Kompas,
2015).
94
3. Teman-teman Fija
Teman-teman Fija memiliki sifat yang perhatian. Mereka
sangat perhatian terhadap Fija. Terbukti mereka
memperingatkan Fija ketika ia tidak konsentrasi dan menginjak
bendungan, sayangnya Fija tidak memperhatikan mereka.
Teman-teman Fija juga sangat gembira ketika mereka
mendengar Fija lulus ujian akhir sekolah tanpa mengikuti ujian
“Fija, stop! Lihat jalanmu!” teriak teman-teman Fija dari
kejauhan” (Kompas, 2015).
2. Motivasi Tokoh
1. Motivasi Spesifik
Motivasi spesifik adalah alasan atas reaksi spontan, yang
mungkin juga tidak disadari, yang ditunjukkan oleh adegan atau
dialog tertentu (Stanton, 2012: 33).
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
1. Tokoh Utama
Motivasi spesifik tokoh utama, yaitu Biki dalam cerita
anak Keajaiban Pesan Ibu ini, yaitu:
1. Biki mendapat konflik sewaktu ia terseret di sungai. Ia
segera mencari akar agar bisa menepi dan selamat. Motivasi
spesifik Biki melakukan tindakan tersebut adalah agar ia
dapat selamat dan tidak tenggelam terbawa arus.
95
2. Biki mendapat konflik berupa rasa takut ketika tersesat
sendirian di hutan. Ia segera mengingat pesan ibu dan
bernyanyi lagu anak berani. Motivasi spesifik Biki
melakukan hal ini adalah agar ia tidak terus menangis dan
ketakutan di tengah hutan sendirian.
3. Biki mendapat konflik berupa kebingungan karena tersesat
di hutan. Ia segera mengingat pesan ibu dan kemudian
berjalan berbalik arah menyusuri sungai. Motivasi spesifik
Biki melakukan hal ini adalah agar ia tidak tersesat dan
menemukan jalan kembali ke rumah.
4. Biki bersama Mokey mendengar auman singa, mereka
memutuskan untuk menghindari jalur darat agar tidak
bertemu dengan singa, yaitu dengan cara Biki berenang di
sungai dan Mokey bergelantungan di pohon. Motivasi
spesifik mereka melakukan ini adalah agar mereka terhindar
dari ancaman singa yang kelaparan.
2. Tokoh Bawahan
1. Mokey
Motivasi spesifik yang dilakukan Mokey, yaitu (1)
ketika ia memutuskan untuk mengantar dan menjaga Biki
agar selamat dan tidak diganggu binatang lain dan (2) ketika
Mokey bersama Biki mendengar auman singa mereka
memutuskan untuk menghindari jalur darat agar tidak
bertemu dengan singa, yaitu dengan cara Biki berenang di
96
sungai dan Mokey bergelantungan di pohon dengan
motivasi agar mereka terhindar dari ancaman singa yang
kelaparan.
2. Ibu Biki
Motivasi spesifik yang menjadi alasan Ibu Biki
melarang Biki untuk mandi dan berenang sendirian di
sungai adalah karena ia tidak mau Biki tenggelam terbawa
arus di sungai. Maka, Ibu Biki selalu berpesan agar Biki
berhati-hati dan mengajarinya berbagai hal yang harus
dilakukan ketika Biki terseret arus dan tersesat di tengah
hutan.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
1. Tokoh Utama
Motivasi spesifik tokoh utama, yaitu Nando dalam cerita
anak Nando Tak Pernah Bersyukur, yaitu:
Nando memiliki rasa iri kepada ikan yang memiliki sirip
bagus, bisa berenang, dan tidak akan kepanasan sepertinya
karena ikan tinggal di danau. Maka, ia memutuskan untuk
berdoa agar bisa berubah menjadi ikan yang memiliki sirip
bagus, bisa berenang, dan tidak kepanasan sepertinya.
Motivasi spesifik kedua adalah Nando melihat seekor ular
berbisa memakan beberapa ekor ikan di danau. Nando menjadi
sangat ketakutan karena tidak mau menjadi santapan ular
97
berbisa tersebut. Maka, ia memutuskan ingin menjadi seekor
ular agar ia ditakuti dan bisa sesuka hati memakan ikan.
Motivasi spesifik ketiga adalah lenyapnya kebahagiaan
Nando saat melihat seekor elang yang perkasa menangkap
seekor ular temannya. Nando terpesona melihat kaki-kaki elang
itu sangat kuat mencengkeram ular dan dapat terbang dengan
sayapnya. Maka, Nando memutuskan ingin menjadi seekor
elang agar ia terlihat perkasa dan bisa terbang mengelilingi
dunia.
Motivasi spesifik konflik keempat adalah kebahagiaan
Nando tiba-tiba lenyap karena menyaksikan teman-teman elang
diburu dan ditangkap oleh manusia. Nando menjadi mengagumi
manusia yang mempunyai tangan dan kaki, manusia pintar,
memiliki akal, dan disegani seluruh alam. Maka ia langsung
memutuskan ingin berubah menjadi seorang manusia akar ia
pintar, memiliki akal, dan disegani seluruh alam.
Motivasi spesifik konflik kelima adalah ketika kebahagian
Nando tiba-tiba hilang karena ia menyaksikan seorang temannya
meninggal karena penyakit. Nando menjadi sangat kecewa. Ia
tidak ingin terkena penyakit dan meninggal. Maka, meski tidak
diungkapkan dengan jelas, berdasarkan peristiwa-peristiwa
sebelumnya, dapat kita lihat bahwa Nando tidak mau lagi
menjadi manusia karena bisa terserang penyakit dan meninggal.
98
2. Tokoh Bawahan
Tokoh bawahan pada cerita anak Nando Tak Pernah
Bersyukur ini tidak melakukan tindakan-tindakan yang spesifik.
Maka mereka tidak memiliki motivasi-motivasi spesifik dalam
setiap tindakan mereka. Motivasi tindakan mereka hanyalah
motivasi-motivasi alamiah, yaitu memangsa karena lapar.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
1. Tokoh Utama
Fija mendapatkan konflik berupa ketakutan-ketakutan
karena ia tidak yakin dapat menyelesaikan ujiannya dengan
baik. Ketakutakannya tersebut membuat Fija terus mengingat-
ingat teori yang telah dihafalnya. Ia sangat takut apabila nanti
tidak dapat melakukan ujian dengan baik. Motivasi spesifik Fija
melakukan hal ini adalah agar ia lulus ujian akhir sekolah dan
tidak mengecewakan keluarganya.
Fija tidak konsentrasi berjalan sehingga ia menginjak dan
merusak bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang.
Maka, dengan bantuan keluarga berang-berang Fija segera
membuat kembali bendungan tersebut. Motivasi spesifik Fija
dalam melakukan tindakan ini adalah agar arus air tidak meluap
dan membanjiri para binatang yang tinggal di muara sungai.
Fija merasakan kecemasan-kecemasan dalam dirinya
karena tidak dipanggil untuk mengikuti ujian praktek. Motivasi
99
spesifik Fija merasa cemas adalah karena dia telah merusak
bendungan tadi pagi.
Fija tidak dipanggil Pak Harja untuk melakukan ujian
praktek. Motivasi spesifik Fija berani bertanya kepada Pak Harja
adalah karena Fija ingin memastikan bagaimana nasib ujian
sekolahnya.
2. Tokoh Bawahan
1. Pak Harja
Motivasi spesifik Pak Harja meluluskan Fija tanpa ia
harus mengikuti ujian adalah Pak Harja melihat kemampuan
Fija dalam mempraktekkan teori yang dihafalnya. Fija dapat
praktik membuat bendungan secara langsung, hanya saja Fija
kurang percaya diri. Hasil bendungan buatan Fija pun sangat
baik.
2. Pak Biri
Motivasi spesifik Pak Biri membantu Fija membangun
bendungan adalah Pak Biri khawatir dengan keadaan
binatang di hilir. Apabila bendungan tidak segera dibuat,
seluruh binatang yang tinggal di hilir akan kebanjiran karena
meluapnya arus sungai.
3. Teman-teman Fija
Motivasi spesifik teman-teman Fija mengingatkan Fija
ketika tidak berkonsentrasi dalam berjalan adalah agar Fija
tidak merusak bendungan tempat tinggal keluarga berang-
100
berang. Namun, karena terlanjur gelisah dan panik Fija tanpa
sengaja menginjak dan merobohkan bendungan.
2. Motivasi Dasar
Motivasi dasar adalah suatu aspek umum dari satu karakter atau
dengan kata lain hasrat dan maksud yang memandu sang karakter
dalam melewati keseluruhan cerita. Arah yang dituju oleh motivasi
dasar adalah arah tempat seluruh motivasi spesifik bermuara (Stanton,
2012: 33).
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
1. Tokoh Utama
Motivasi dasar dari seluruh motivasi spesifik yang
dilakukan Biki (1) agar ia dapat selamat dan tidak tenggelam
terbawa arus, (2) agar ia tidak terus menangis dan ketakutan di
tengah hutan sendirian, (3) agar ia tidak tersesat dan
menemukan jalan kembali ke rumah, dan (4) agar mereka
terhindar dari ancaman singa yang kelaparan adalah agar ia bisa
kembali ke rumah dan kembali bertemu dengan ibunya. Pada
motivasi spesifik pertama, ia memiliki satu motivasi dasar, yaitu
agar ia bisa kembali ke rumah dan kembali bertemu ibunya,
begitu pula pada motivasi-motivasi spesifik lainnya. Biki
memiliki satu motivasi dasar, yaitu agar ia bisa kembali ke
rumah dan bertemu ibunya.
101
2. Tokoh Bawahan
1. Mokey
Berdasarkan dua motivasi spesifik yang menjadi alasan
Mokey dalam melakukan tindakannya, ada satu motivasi dasar
yang menjadi muara dari perbuatan tersebut, yaitu agar Biki
selamat dan segera pulang ke rumah untuk bertemu ibunya.
Motivasi spesifik yang pertama adalah agar Biki selamat dan
tidak diganggu binatang lain. Motivasi spesifik yang kedua adalah
agar mereka terhindar dari ancaman singa yang kelaparan. Kedua
motivasi spesifik tersebut memiliki satu dasar yang sama, yaitu
agar Biki selamat dan segera pulang ke rumah untuk bertemu
ibunya.
2. Ibu Biki
Tokoh Ibu Biki hanya memiliki satu motivasi spesifik yaitu
agar Biki tidak tenggelam dan terbawa arus di sungai. Motivasi
dasar yang menjadi alasannya adalah agar Biki selamat dan
terhindar dari bahaya.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
1. Tokoh Utama
Motivasi dasar dari seluruh motivasi spesifik yang
dilakukan Nando (1) agar ia dapat bernafas di air seperti ikan,
(2) agar ia bisa menjadi disegani dan ditakuti seperti ular
berbisa, (3) agar ia bisa perkasa dan terbang mengililingi dunia
seperti elang, (4) agar ia memiliki akal dan sempurna seperti
102
manusia, dan (5) ingin menjadi lebih sempurna dari manusia
adalah Nando ingin menjadi makhluk yang paling sempurna.
Nando selalu mendambakan menjadi makhluk lain karena ia
tidak pernah bersyukur.
2. Tokoh Bawahan
Seperti yang telah diketahui, tokoh-tokoh bawahan dalam
cerita ini hanya digunakan sebagai pelengkap dalam hubungan
kausalitas dalam alur. Maka, tokoh-tokoh bawahan dalam cerita
anak Nando Tak Pernah Bersyukur tidak memiliki motivasi
dasar. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan merupakan
tindakan alamiah yang hanya memiliki motivasi memangsa.
c. Ujian Akhir Fija Karya Kak Awam
1. Tokoh Utama
Motivasi dasar dari seluruh motivasi spesifik yang
dilakukan Fija, yaitu (1) agar ia lulus ujian akhir sekolah dan
tidak mengecewakan keluarganya, (2) agar arus air tidak meluap
dan membanjiri para binatang yang tinggal di muara sungai, (3)
telah merusak bendungan tadi pagi, (4) Fija ingin memastikan
bagaimana nasib ujian sekolahnya adalah keinginan Fija untuk
lulus ujian akhir sekolah.
2. Tokoh bawahan
1. Pak Harja
Motivasi dasar Pak Harja meluluskan Fija tanpa harus
mengikuti ujian adalah karena Pak Harja ingin Fija lulus
103
ujian akhir sekolah. Pak Harja melihat kemampuan Fija
ketika membangun bendungan yang telah dirusaknya, jadi
Pak Harja ingin Fija lulus ujian sekolah.
2. Pak Beri
Motivasi dasar Pak Biri untuk membantu Fija
membangun bendungan adalah Pak Biri ingin
menyelamatkan hewan-hewan yang tinggal di muara. Apabila
bendungan tidak segera dibuat, air sungai akan meluap yang
membanjiri rumah hewan-hewan yang tinggal di muara.
3. Teman-teman Fija
Motivasi dasar teman-teman Fija ketika mengingatkan
Fija tidak berkonsentrasi dalam berjalan adalah agar Fija
tidak celaka karena sebentar lagi ujian sekolah dimulai.
Teman-teman Fija ingin Fija dapat mengikuti ujian akhir
sekolah, jadi mereka memperingatkan keselamatan Fija.
c. Latar
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam
cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung. Menurut Stanton (2012: 35) latar dapat berwujud dekor seperti
sebuah cafe di Paris, pegunungan di California, sebuah jalan buntu di sudut
kota Dublin dan sebagainya. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu
tertentu (hari, bulan, dan tahun), cuaca, atau satu periode sejarah.
104
1. Latar Tempat
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Ada tiga latar tempat yang digunakan dalam Keajaiban Pesan Ibu
ini, yaitu rumah Biki. Latar rumah digunakan sebanyak dua kali, yaitu
ketika bagian awal berupa pengenalan cerita dan bagian akhir berupa
kesimpulan cerita. Latar kedua adalah sungai tempat ketika Biki
terbawa arus hingga akhirnya tersesat di hutan. Latar berupa sungai
juga muncul sebanyak dua kali, yaitu ketika mulai terbentuknya konflik
sewaktu Biki terseret arus dan penyelesaian konflik ketika Biki
berenang di sungai dengan bantuan tali dari Mokey. Latar ketiga adalah
hutan. Latar ini muncul pada pertengahan cerita.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Ada tiga latar tempat yang digunakan dalam cerita anak Nando
Tak Pernah Bersyukur ini, yaitu danau, angkasa, darat. Latar pertama
adalah daratan digunakan sebanyak dua kali, yaitu ketika bagian awal
berupa pengenalan cerita dan bagian akhir berupa kesimpulan cerita.
Ada dua latar darat yang digunakan dalam cerita ini, yaitu tempat hidup
manusia dan tepi danau tempat Nando murung. Latar kedua adalah
danau tempat ikan-ikan yang dikagumi Nando berenang dan tempat
tinggalnya pula setelah berubah menjadi ikan. Nando berubah menjadi
ular berbisa ketika berada di danau. Latar ketiga adalah angkasa, di
tempat inilah sang elang terbang sehingga membuat kagum Nando.
105
c. Ujian Akhir Fija Karya Fifadila
Ada tiga latar tempat yang digunakan dalam cerita anak Ujian
Akhir Fija ini, yaitu tepi hutan, sungai, dan tengah hutan. Latar tepi
hutan muncul pada awal pengenalan cerita, yaitu ketika Fija
mempersiapkan diri dan menghafal teori untuk ujian akhirnya. Fija
cemas dan tidak berkonsentrasi ketika menghafal teori. Maka, ia terus
berjalan menuju sungai dan akhirnya menginjak bendungan tempat
tinggal keluarga berang-berang.
Latar sungai muncul pada bagian tengah cerita yang bertujuan
untuk menunjukkan kepandaian Fija dalam mempraktekkan seluruh
teori yang dihafalnya. Setelah berhasil menyelesaikan bendungan
akhirnya Fija berjalan kembali ke tepi hutan. Pak Harja mengajak Fija
dan kesembilan temannya untuk berpindah tempat ke tengah hutan
karena takut mengganggu keluarga berang-berang. Maka, pergilah
mereka ke tengah hutan. Latar di tengah hutan ini digunakan untuk
ujian akhir sekolah Fija dan temannya, di sinilah klimaks cerita terjadi.
2. Latar waktu
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Latar waktu yang digunakan dalam cerita anak Keajaiban Pesan
Ibu ini masih dalam kurun waktu satu hari. Pagi hari Biki hanyut dan
tersesat ke tengah hutan. Siang hari ia bertemu Mokey dan bermain
dengannya. Kemudian mereka menyusuri sungai untuk mencari jalan
kembali ke rumah Biki. Sesampainya di rumah Biki, matahari sudah
106
condong ke barat yang menunjukkan bahwa itu adalah sore hari “Bila
saat Biki meninggalkan rumah matahari masih berada di timur, kini
matahari sudah berada di Barat, pertanda sore hari telah datang”
(Kompas, 2015).
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Latar waktu yang digunakan dalam cerita anak Nando Tak Pernah
Bersyukur tidak disebutkan secara spesifik. Hanya saja ketika Nando
merenung mengagumi keindahan sirip ikan dan kebahagiaan mereka
bernafas dalam air, dapat diketahui bahwa waktu itu adalah siang hari
karena Nando merasa kepanasan “Oh, betapa beruntungnya ikan-ikan
itu. Mereka punya sirip yang bagus, bisa berenang dan hidup sesukanya
di dalam danau. Di dalam air, mereka enggak bakal kepanasan seperti
aku” (Kompas, 2015).
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Latar waktu yang digunakan dalam cerita anak Ujian Akhir Fija ini
juga masih dalam kurun waktu satu hari. Pada pagi hari Fija
mempersiapkan hafalannya dengan sangat cemas hingga ia berjalan
menginjak dan merusak bendungan tempat tinggal keluarga berang-
berang. Ia kemudian memperbaiki bendungan tersebut dengan dibantu
keluarga berang-berang. Pembuatan bendungan tersebut memakan
waktu hingga tengah hari. Ujian mereka dimulai pada siang hari, namun
tidak ada penjelasan waktu ketika ujian telah selesai.
107
3. Atmosfer
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Atmosfer yang terbentuk dari latar rumah Biki adalah atmosfer
berupa kekeluargaan dan kehangatan. Atmosfer tersebut dapat
dirasakan ketika Ibu Biki menasihati Biki dengan tulus, ia begitu
mengkhawatirkan Biki. Sebagai anak, Biki juga sangat menyayangi
ibunya. Ia memeluk ibunya dengan penuh penyesalan ketika melihat
ibunya sakit karenanya “Ibuuuu, Ibu jangan sakit Ibu. Biki sudah
pulang. Ibu harus sembuh” (Kompas, 2015).
Latar sungai menciptakan atmosfer berupa ketegangan. Arus
sungai yang deras membuat Biki terseret hingga terbawa ke tengah
hutan. Peristiwa tersebut membangun suasana tegang dalam cerita.
Ketika kembali menyusuri sungai pun, Biki harus membawa tali yang
dipegang oleh Mokey agar tetap bisa berenang dan tidak terbawa oleh
derasnya arus sungai. Maka, latar cerita berupa sungai dalam cerita ini
menciptakan atmosfer tegang.
Biki mulai mendekat. Tetapi, karena air di bagian sungai itu
cukup deras, Biki terseret arus. Biki tidak dapat mengendalikan
tubuhnya sehingga ia terhanyut jauh dari rumah. Biki ketakutan
dan berteriak minta tolong. Tetapi tak satu pun binatang di sekitar
tempat itu mendengarnya. Biki hanyut semakin jauh, hingga
masuk ke dalam hutan. (Kompas, 2015)
Latar hutan pada cerita anak Keajaiban Pesan Ibu ini membangun
atmosfer mencekam. Biki sangat takut berada sendirian di dalam hutan.
Ia sempat menangis ketika menyadari bahwa dirinya sendirian di hutan.
Suasana mencekam juga didukung oleh adanya hewan-hewan buas di
tengah hutan, seperti auman singa yang didengar oleh Biki dan Mokey
108
“Tiba-tiba, terdengar auman singa dan membuat Biki berlari dan
bersembunyi sampai menabrak pohon...” (Kompas, 2015).
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Atmosfer yang terbentuk dari latar tepi danau adalah atmosfer
bosan yang melingkupi karakter Nando. Ia merasa panas berada di tepi
danau. Maka, ia ingin menjadi ikan yang hidup di dalam dana, sehingga
mereka tidak kepanasan.
Latar danau memiliki dua atmosfer. Pertama adalah atmosfer
kebahagiaan, yaitu ketika Nando berhasil berubah menjadi seekor ikan
yang bisa bernafas di air. Atmosfer kedua adalah atmosfer tegang yang
terbentuk karena ada ular berbisa yang memangsa ikan teman-
temannya. Atmosfer tegang itu berubah ketika Nando tiba-tiba
mengagumi sang ular dan berniat menjadi seekor ular berbisa agar ia
disegani dan ditakuti binatang lain. Atmosfer senang kembali terbentuk
ketika Nando berubah menjadi ular dan banyak binatang takut
kepadanya. Atmosfer tegang kembali muncul ketika Nando melihat
teman ularnya dimangsa oleh seekor elang.
Latar angkasa menciptakan atmosfer tegang pula ketika sang
elang memangsa ular teman Nando. Namun, angkasa juga menciptakan
atmosfer kebahagiaan ketika Nando bisa berubah menjadi elang.
Atmosfer menegang lagi ketika ia melihat seekor elang temannya telah
ditangkap oleh manusia.
Latar terakhir adalah latar darat tempat manusia tinggal. Latar ini
menciptakan atmosfer bahagia karena Nando merasa memiliki banyak
109
akal dan teman-teman yang baik hati. Atmosfer berubah menjadi sedih
ketika Nando menyaksikan seorang temannya meninggal karena
terserang penyakit.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Atmosfer yang terbangun ketika berada di tepi sungai adalah
atmosfer berupa kecemasan dan kegelisahan karena di tempat ini Fija
dan teman-temannya menunggu ujian akhir dan kedatangan Pak Harja.
Atmosfer cemas dan gelisah semakin kuat ketika Fija takut dan terus
menghafal teori dalam buku-buku yang telah dibacanya. Akhirnya, ia
semakin gelisah dan berjalan mendekati sungai.
Atmosfer yang muncul di sungai adalah ketegangan. Ketegangan
tersebut muncul karena sungai pada cerita ini memiliki arus yang sangat
deras. Di tengah sungai, dibangun bendungan yang merupakan rumah
keluarga berang-berang. Maka, apabila bendungan tersebut rusak, arus
sungai akan naik dan nantinya membanjiri hewan yang tinggal di muara
sungai. Kegelisahan Fija membuatnya tidak berkonsentrasi. Sehingga,
ia menginjak dan merusak bendungan tempat tinggal keluarga berang-
berang.
Ketegangan semakin memuncak ketika Pak Beri kepala keluarga
berang-berang menjelaskan kepada Fija apa yang akan terjadi jika
bendungan rusak dan air sungai meluap. Keterangan Pak Beri tersebut
membuat Fija segera meniup terompet peringatan agar para binatang
menyelamatkan diri naik ke tepian sungai. Akhirnya dengan dibantu
keluarga berang-berang, Fija dapat menyelesaikan bendungan tersebut.
110
Setelah bendungan selesai dibangun, akhirnya Fija kembali menuju ke
tepi sungai untuk mengikuti ujian akhir sekolah.
Melihat kejadian tersebut, Pak Harja mengajak Fija dan
kesembilan temannya untuk pindah ke tengah hutan karena Pak Harja
tidak ingin mengganggu keluarga berang-berang lagi. Atmosfer yang
terbangun pada latar tengah hutan ini adalah kecemasan. Fija menunggu
panggilan ujian dari Pak Harja dengan cemas, namun hingga akhir ujian
Pak Harja tak juga memanggilnya. Akhirnya dengan keberanian yang ia
kumpulkan, Fija bertanya kepada Pak Harja mengapa ia tidak dipanggil
ujian. Pak Harja segera menjelaskan bahwa Fija dinyatakan lulus ujian
karena tadi pagi sudah membuat bendungan dengan sangat sempurna.
Atmosfer cemas segera berganti dengan atmosfer haru dan
kebahagiaan.
2. Tema Cerita
Makna penting dalam sebuah cerita dinamakan dengan tema atau gagasan
utama. tema dalam sebuah cerita bersifat individual sekaligus universal. Tema
memberikan kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian-kejadian yang
sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang
paling umum. Apa pun nilai yang terkandung di dalamnya, keberadaan
diperlukan karena menjadi salah satu bagian penting yang tidak terpisahkan
dengan kenyataan cerita (Stanton, 2012: 7-8).
111
1. Tema Bawahan
Ada beberapa tema bawahan yang menyusun sebuah cerita. Tema-tema
bawahan ini tak kalah pentingnya dengan tema utama, namun tema-tema
bawahan ini belum bisa merangkum seluruh peristiwa dan belum bisa
mengungkapkan gagasan utama dalam cerita.
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
1. Keras Kepala
Sifat keras kepala Biki menimbulkan konflik utama dalam cerita
ini. Biki tidak mau mendengarkan perintah ibunya untuk tidak pergi
sendirian ke sungai. Ia tetap bersikeras untuk pergi berenang sendirian
ke sungai. Tindakan Biki ini lah yang menciptakan konflik dan
menentukan jalan cerita. Biki yang bertubuh kecil akhirnya terseret ke
tengah hutan karena berenang di arus sungai yang deras. Tema “keras
kepala” ini memang membawa cerita menuju konflik utama, tetapi
tema ini tidak dapat menjadi tema utama karena tema ini tidak mampu
menunjukkan gagasan utama cerita. Tema “Keras kepala” juga tidak
dapat membuat fokus dan menyatukan cerita.
2. Keberanian
Biki memiliki keberanian yang tinggi dalam menyelesaikan
konflik yang dihadapinya. Ia mendapat keberanian tersebut dengan
mengingat pesan ibunya. Sang ibu berpesan agar Biki bernyanyi dan
segera berbalik arah menyusuri sungai ketika ia terseret arus dan
tersesat di hutan. Pesan sang ibu tersebut membuatnya berani dan
segera melakukan perintah tersebut. Sikap berani Biki ini menjadi
112
salah satu penggerak dalam cerita ini, namun tema “keberanian” ini
tidak bisa menjadi tema ini. Tema “keberanian” tidak dapat membuat
cerita menjadi terkerucut dan menyatu.
3. Persahabatan
Biki bertemu dengan teman baru ketika tersesat di tengah hutan,
yaitu Mokey. Mokey banyak membantu Biki dalam menghadapi
masalahnya di hutan, mulai dari bertemu singa hingga mencari cara
untuk melewati singa yang kelaparan. Solusi dari masalah-masalah
yang dapat dipecahkan Mokey ini ia dapat dari pesan ibunya.
Persahabatan antara Biki dan Mokey ini mempermudah penyelesaian
konflik yang dihadapi Biki. Kehadiran Mokey membuat Biki menjadi
tak lagi kesepian dan dapat melewati singa yang kelaparan, hingga
akhirnya dapat sampai di rumah dengan selamat. Tema
“persahabatan” ini tidak bisa menjadi tema utama karena persahabatan
antara Biki dan Mokey hanya menggerakkan alur cerita, tema ini tidak
mampu merangkum seluruh peristiwa yang ada di dalam cerita.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
1. Iri Hati
Sikap iri hati Nando membuatnya tidak pernah bersyukur. Nando
selalu cemburu dengan kelebihan yang dimiliki oleh makhluk lain.
Nando selalu berdoa agar bisa berubah menjadi sempurna seperti
makhluk lain, setelah menjadi makhluk yang diingin kan pun Nando
tidak pernah bersyukur. Ia masih memiliki rasa iri hati terhadap
makhluk yang menurutnya lebih sempurna. Tema “iri hati” ini bukan
113
merupakan tema utama karena tema ini tidak dapat membuat cerita
menjadi fokus.
2. Rendah Diri
Nando selalu merasa dirinya lebih rendah dari makhluk lain. Ia
tidak mempercayai kemampuannya, hal tersebut membuatnya tidak
pernah bersyukur. Sikap itu lah yang membuat Nando selalu berharap
memiliki kelebihan yang dimiliki oleh makhluk lain. Tema “rendah
diri” ini tidak dapat menjadi tema utama karena tema ini hanya
merupakan sikap Nando yang tidak dapat menyampaikan gagasan
utama yang ada dalam cerita.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
1. Ketakutan
Fija memiliki rasa takut yang berlebihan ketika akan menghadapi
ujian akhir sekolah gajahnya. Ketakutan-ketakutannya tersebut berasal
dari rasa tidak percaya dirinya. Ketakutan tersebut membawa Fija
pada konflik utama cerita, yaitu ia merobohkan bendungan keluarga
berang-berang. Tema “ketakutan” ini tidak dapat menjadi tema utama
karena tema ini tidak dapat merangkum dan membuat cerita menjadi
terfokus.
2. Kepedulian
Kesalahan Fija merobohkan bendungan tempat tinggal keluarga
berang-berang menimbulkan sikap peduli dalam dirinya. Robohnya
bendungan tersebut tidak hanya melenyapkan tempat tinggal keluarga
berang-berang, tetapi juga dapat membuat banjir rumah hewan yang
114
tinggal di muara sungai. Kepedulian tersebut membuatnya bekerja
keras untuk membangun kembali bendungan tempat tinggal keluarga
berang-berang. Tindakannya membangun kembali bendungan ini
menunjukkan kemampuan yang sebenarnya Fija miliki. Tema
“kepedulian” tidak bisa menjadi tema utama karena tema ini tidak
dapat merangkum seluruh peristiwa dalam cerita ini. Tema ini juga
tidak dapat menyampaikan gagasan utama cerita.
2. Tema Utama
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Tema pada cerita anak Keajaiban Pesan Ibu adalah manfaat nasihat
seorang ibu. “Manfaat nasihat seorang ibu” menjadi tema dalam cerita ini
karena hal tersebut dapat membuat cerita menjadi lebih terfokus dan
mengerucut. Meski begitu ada tema-tema bawahan juga yang terkandung
dalam cerita ini, seperti persahabatan antara Biki dan Mokey dan
keberanian Biki dalam menghadapi konflik. Di antara tema-tema
tersebut, tema “manfaat nasihat seorang ibu” lah yang menjadi tema
utama karena tema ini merangkum seluruh makna yang ingin
disampaikan pada cerita ini.
Pada setiap masalah yang dihadapi Biki, pasti ia dapat
menyelesaikannya dengan mengingat pesan-pesan dari ibunya, seperti
apa yang harus dilakukan ketika terbawa arus sungai, apa yang harus
dilakukan ketika takut, dan apa yang harus dilakukan ketika tersesat di
115
hutan sendirian. Tema tersebut diungkapkan melalui berbagai beristiwa
yang dialami tokoh utama, yaitu Biki.
Sewaktu Biki terseret arus sungai yang deras, ia teringat nasihat
ibunya untuk mencari akar agar bisa menepi. Oleh karena menjalankan
pesan ibunya tersebut, Biki dapat selamat. Kemudian ketika Biki
ketakutan karena tersesat sendirian, ia mengingat pesan ibunya untuk
bernyanyi agar tidak bingung dan panik. Biki pun segera menyanyi
seperti apa yang telah dipesan ibunya. Ia pun tidak bingung dan panik
lagi. Biki juga mengingat pesan ibunya mengenai apa yang harus
dilakukan ketika terseret arus dan tersesat. Dia harus berbalik arah dan
menyusuri sungai agar dapat kembali pulang. Seperti peristiwa-peristiwa
sebelumnya, Biki melakukan apa yang dipesan oleh ibunya. Akhirnya,
dia dapat kembali ke rumah.
Selain melalui tokoh Biki, manfaat mengingat nasihat ibu juga
disampaikan oleh Mokey. Mokey monyet yang cerdas juga selalu
mendengar dan mentaati pesan ibunya. Maka ketika ada singa kelaparan
yang menghadang jalan mereka, Mokey mengingat pesan ibunya agar
tidak mendekati singa yang kelaparan. Maka Mokey mengajak Biki
melewati sungai. Selain itu, tokoh Mokey juga menjelaskan bahwa
kecerdasannya saat ini berkat pesan-pesan yang telah diberikan ibunya.
Tema Manfaat nasihat seorang ibu ini membentuk kebersatuan pada
cerita dan memberi makna pada setiap peristiwa.
116
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Tema pada cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur ini adalah
akibat tidak pernah bersyukur. “Akibat tidak pernah bersyukur” menjadi
tema dalam cerita ini karena hal tersebut dapat membuat cerita menjadi
lebih terfokus dan mengerucut. Pada setiap konflik yang dihadapi Nando,
konflik tersebut pasti muncul karena ia tidak pernah mensyukuri apa yang
telah ia miliki.
Tema tersebut diungkapkan melalui seluruh peristiwa yang dialami
tokoh utama, yaitu Nando. Nando yang tak pernah bersyukur selalu iri
terhadap kelebihan yang dimiliki oleh binatang-binatang lain yang
ditemuinya. Sifat irinya tersebut membuatnya selalu mengagumi dan
ingin menjadi seperti binatang yang dilihatnya. Tidak hanya binatang,
Nando juga perpesona dengan manusia. Ia juga ingin menjadi pintar
seperti manusia. Hal tersebut membuat Nando berdoa agar keinginannya
untuk berubah menjadi binatang lain dikabulkan.
Untuk pertama kalinya, Nando mengagumi ikan. Ia berdoa agar
berubah menjadi ikan yang bisa bebas bernafas di dalam air. Kemudian
Nando melihat seekor ular memangsa teman-teman ikannya. Hal tersebut
membuat Nando sangat mengagumi ular. Ia berdoa agar berubah menjadi
ular. Selanjutnya Nando melihat teman ularnya dimakan oleh seekor
elang yang perkasa. Oleh karena itu, Nando berdoa agar bisa berubah
menjadi seekor elang yang bisa terbang kemana saja. Kemudian, Nando
melihat elang temannya ditangkap oleh manusia. Maka, Nando berdoa
agar berubah menjadi manusia yang pintar dan memiliki akal.
117
Terakhir, Nando melihat teman manusianya meninggal karena sakit.
Melihat hal tersebut Nando menjadi sangat kecewa, ia tak ingin
meninggal seperti temannya. Akibat sifatnya yang tak pernah bersyukur,
Nando dikutuk kembali menjadi seekor monyet. Maka tema “akibat tidak
pernah bersyukur” merangkum seluruh makna yang ingin disampaikan
dalam cerita ini.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Tema pada cerita anak Ujian Akhir Fija ini adalah pentingnya
percaya pada kemampuan diri sendiri. “Pentingnya rasa percaya diri”
menjadi tema utama dalam cerita ini karena tema tersebut menjadi dasar
yang mengikat keseluruhan unsur cerita. Setiap peristiwa yang yang
muncul pada cerita ini menguatkan pesan bahwa percaya pada diri sendiri
sangat penting.
Pada bagian awal, cerita memberikan satu pengenalan bahwa
ketidakpercayaan diri Fija membuatnya cemas dan gelisah sehingga ia
tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar. Peristiwa berikutnya merupakan
satu penguatan tema utama yaitu bahwa sebenarnya Fija mampu
membangun bendungan dengan sangat baik. Namun, ketidakpercayaan
dirinya tersebut membuatnya cemas dan gelisah menghadapi ujian akhir
sekolah.
Peristiwa berikutnya berupa kebijaksanaan Pak Harja untuk
meluluskan Fija tanpa mengikuti ujian merupakan satu peristiwa yang
berfungsi untuk menegaskan bahwa pentingnya percaya pada kemampuan
diri sendiri. Fija yang sebenarnya pandai tidak mempercayai dirinya
118
sendiri. Ia cemas dan takut mengecewakan keluarganya jika tidak lulus.
Hal itulah yang membuatnya tidak berkonsentrasi. Ketika berada pada
keadaan yang sangat mendesak, yaitu harus segera membangun
bendungan untuk menyelamatkan binatang yang tinggal di hilir membuat
Fija melupakan kecemasan dan ketidakpercayaan dirinya. Akhirnya, Fija
dapat menyelesaikan bendungan dengan baik.
3. Sarana Sastra
1. Judul
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Judul pada cerita anak Keajaiban Pesan Ibu ini sangat berkorelasi
dengan isi cerita. Judul ini merujuk pada pesan yang ingin disampaikan
yaitu dengan mengingat semua nasihat yang diberikan oleh ibu. Biki
dapat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya sehingga ia
dapat pulang ke rumah dengan selamat. Begitu pula Mokey, ia menjadi
sosok monyet yang cerdas karena pesan dan ilmu pengetahuan yang telah
diberikan ibunya. Jadi, judul pada cerita ini dapat mewakili pesan yang
ingin disampaikan oleh cerita.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Judul pada cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur ini sangat
berkorelasi dengan isi cerita. Judul ini merujuk pada pesan yang ingin
disampaikan yaitu akibat dari tidak pernah bersyukur. Judul ini dapat
merangkum seluruh peristiwa yang ada dalam cerita. Nando merupakan
119
seekor monyet yang tidak pernah bersyukur. Ia tidak pernah mensyukuri
apa yang dimilikinya. Nando selalu ingin menjadi makhluk lain.
Awalnya Nando ingin menjadi ikan. Ikan dimakan ular, ia ingin
menjadi ular. Melihat ular dimakan elang ia ingin berubah menjadi elang.
Setelah menjadi elang yang menurutnya sangat perkasa, Nando ingin
berubah menjadi manusia karena ia melihat elang bisa diburu oleh
manusia. Setelah menjadi manusia akhirnya ia tetap merasa kecewa
karena ternyata manusia bisa terserang penyakit dan mati. Maka judul
tersebut sangat berkaitan dengan seluruh peristiwa dalam cerita dan dapat
merangkum makna yang ingin disampaikan oleh cerita.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Judul pada cerita anak Ujian Akhir Fija ini memiliki hubungan yang
erat dengan isi cerita. Judul ini tidak menyiratkan secara langsung tema
utama yang terkandung dalam cerita ini. Namun, judul ini merupakan
motivasi dasar dari segala peristiwa yang dilakukan oleh tokoh utama,
yaitu Fija. Setiap tindakan yang dilakukan oleh Fija memiliki motivasi
dasar agar bisa lulus ujian akhir sekolah. Maka judul ini juga dapat
merangkum seluruh peristiwa yang terdapat dalam cerita. Judul ini
merupakan satu motivasi dasar dibalik semua tindakan yang dilakukan
oleh Fija.
120
2. Sudut Pandang
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Sudut pandang pada cerita anak Keajaiban Pesan Ibu ini adalah
sudut pandang orang ketiga tidak terbatas, yaitu pengarang bisa mengacu
pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga.
Pengarang dalam cerita ini dapat leluasa menceritakan semua karakter
yang ada tanpa ada batasan. Ia bisa menceritakan karakter Biki, Mokey,
dan Ibu Biki dengan leluasa. Cerita ini bisa dengan leluasa menunjukkan
apa yang dipikirkan oleh Biki, Mokey, maupun Ibu Biki.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Sudut pandang pada cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur ini
adalah orang ketiga terbatas, yaitu pengarang mengacu kepada semua
karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya
menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkan satu orang
karakter saja (Stanton, 2012: 54). Maka, pada cerita ini hanya karakter
utama saja, yaitu Nando, yang digambarkan secara penuh. Cerita ini
hanya menggambarkan tindakan-tindakan dan konflik yang dialami
Nando. Tokoh-tokoh lain dalam cerita ini hanya digunakan sebagai
pelengkap dalam kausalitas alur.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Cerita anak Ujian Akhir Fija ini menggunakan sudut pandang orang
ketiga tidak terbatas yaitu pengarang mengacu pada setiap karakter dan
memosisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat
beberapa karakter melihat, mendengar, atau berpikir ketika tidak ada satu
121
karakter pun hadir (Stanton, 2012: 54). Pada cerita ini pengarang bisa
menceritakan dengan sangat leluasa karakter-karakter dan alasan
tindakannya. Ketika tidak tidak ada satu pun karakter hadir, Fija bisa bisa
mengutarakan pikiran-pikirannya.
3. Gaya dan Tone
1. Gaya
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Keajaiban Pesan Ibu merupakan cerita yang dibuat khusus
untuk anak yang memiliki keterbatasan, baik secara pengalaman
maupun verbal. Maka gaya yang digunakan dalam cerita ini adalah
gaya bahasa yang sederhana dan tidak rumit. Kalimat yang digunakan
didominasi oleh kalimat tunggal karena anak dapat lebih mudah
memahami penggunaan kalimat tunggal. Bagian awal, tengah dan
akhir pada cerita ini juga dapat dilihat dengan jelas “Biki adalah bebek
kecil pemberani. Namun, kadang Biki tidak mendengarkan nasihat
ibunya” (Kompas, 2015).
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa
(Stanton, 2012: 61). Seperti halnya cerita anak Keajaiban Pesan Ibu,
cerita Nando Tak Pernah Bersyukur ini juga merupakan cerita yang
dibuat khusus untuk anak yang memiliki keterbatasan, baik secara
pengalaman maupun verbal. Maka gaya yang digunakan dalam cerita
ini adalah gaya bahasa yang sederhana dan tidak rumit. Kalimat yang
122
digunakan didominasi oleh kalimat tunggal karena anak dapat lebih
mudah memahami penggunaan kalimat tunggal. Sama seperti cerita
sebelumnya, bagian awal, tengah, dan akhir pada cerita ini dapat
dilihat dengan jelas.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Sama seperti cerita sebelumnya, Ujian Akhir Fija merupakan
cerita yang khusus dibuat untuk anak-anak sehingga gaya bahasa dan
penceritaan yang digunakan sangatlah sederhana. Anak memiliki
keterbatasan, baik secara bahasa maupun pengalaman, dengan begitu
cerita ini menggunakan bahasa yang sangat sederhana. Gaya
penceritaannya pun sangat sederhana dan tidak rumit. Bagian awal,
tengah, dan akhir cerita sangatlah jelas, bagian awal merupakan
pengenalan tokoh, karakter, dan latar, bagian tengah merupakan
konflik dan inti cerita, bagian akhir merupakan kesimpulan.
Kalimat yang digunakan dalam cerita ini merupakan kalimat-
kalimat tunggal yang mudah dipahami anak. Keterbatasan verbal anak
membuat mereka kesulitan memahami kalimat majemuk. Maka cerita
Ujian Akhir Fija ini menggunakan kalimat tunggal “Fija gemetaran
memasuki area ujian praktik di pinggir sungai. Ujian kali ini adalah
praktik bekerja menggunakan belalai” (Kompas, 2015).
123
2. Tone
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Tone menjadi sangat identik dengan atmosfer (Stanton, 2012:63).
Tone yang nampak dalam cerita ini adalah suasana menegangkan
ketika Biki terseret oleh derasnya arus sungai. Biki juga harus kembali
ke rumah dengan berenang di sungai lagi karena ada singa kelaparan
yang menghadang di depan. Akhirnya dengan bantuan Mokey, Biki
bisa berenang kembali melawan arus sungai. Mokey menolong Biki
dengan memberikan tali kepada Biki. Kemudian ia menariknya dari
atas pohon, dengan begitu Biki tidak akan hanyut lagi.
Tone yang mencekam juga terbentuk ketika Biki tersesat di
tengah hutan yang penuh dengan binatang buas. Tone mencekam ini
muncul ketika Biki dan Mokey mendengar auman singa yang
kelaparan. Tone lain yang muncul dalam cerita anak Keajaiban Pesan
Ibu ini adalah tone kehangatan keluarga yang ditunjukkan oleh Biki
dan ibunya. Meski Biki telah melalalaikan pesan sang ibu. Namun, ibu
tidak marah, ia tetap menasihati Biki dengan penuh kasih sayang.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Tone kebahagiaan dirasakan Nando ketika ia berhasil berubah
menjadi seekor ikan yang bisa bernafas di air. Tone tegang terbentuk
karena ada ular berbisa yang memangsa ikan teman-temannya. Tone
tegang itu berubah ketika Nando tiba-tiba mengagumi sang ular dan
berniat menjadi seekor ular berbisa agar ia disegani dan ditakuti
binatang lain. Tone senang kembali terbentuk ketika Nando berubah
124
menjadi ular dan banyak binatang takut kepadanya. Tone tegang
kembali muncul ketika Nando melihat teman ularnya dimangsa oleh
seekor elang.
Tone tegang muncul pula ketika sang elang memangsa ular teman
Nando. Namun, angkasa juga menciptakan tone kebahagiaan ketika
Nando bisa berubah menjadi elang. Tone menegang lagi ketika ia
melihat seekor elang temannya telah ditangkap oleh manusia.
Tone bahagia muncul kembali ketika Nando merasa memiliki
banyak akal dan teman-teman yang baik hati. Tone berubah menjadi
sedih ketika Nando menyaksikan seorang temannya meninggal karena
terserang penyakit.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Tone sangatlah identik dengan atmosfer. Tone yang terbangun
ketika berada di tepi sungai adalah atmosfer berupa kecemasan dan
kegelisahan karena di tempat ini Fija dan teman-temannya menunggu
ujian akhir dan kedatangan Pak Harja. Tone cemas dan gelisah
semakin kuat ketika Fija takut dan terus menghafal teori dalam buku-
buku yang telah dibacanya. Hingga pada akhirnya, ia semakin gelisah
dan berjalan mendekati sungai.
Tone yang muncul di sungai adalah ketegangan. Ketegangan
tersebut muncul karena sungai pada cerita ini memiliki arus yang
sangat deras. Ada bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang
di tengah sungai. Bendungan tersebut berfungsi sebagai tempat tinggal
dan penahan arus sungai. Apabila bendungan roboh, arus sungai akan
125
naik dan semakin deras. Bila dibiarkan nantinya akan membanjiri
hewan yang tinggal di muara sungai. Kegelisahan Fija membuatnya
tidak berkonsentrasi. Ia menginjak dan merusak bendungan tempat
tinggal keluarga berang-berang.
Tone tegang semakin memuncak ketika Pak Beri kepala keluarga
berang-berang menjelaskan kepada Fija yang akan terjadi jika
bendungan rusak dan air sungai meluap. Keterangan Pak Beri tersebut
membuat Fija segera meniup terompet peringatan agar para binatang
menyelamatkan diri naik ke tepian sungai. Akhirnya dengan dibantu
keluarga berang-berang, Fija dapat menyelesaikan bendungan
tersebut. Setelah bendungan selesai dibangun, akhirnya Fija kembali
menuju ke tepi sungai untuk mengikuti ujian akhir sekolah.
Peristiwa tersebut membuat Pak Harja mengajak Fija dan
kesembilan temannya untuk pindah ke tengah hutan karena Pak Harja
tidak ingin mengganggu keluarga berang-berang lagi. Tone yang
terbangun pada latar tengah hutan ini adalah kecemasan. Fija
menunggu panggilan ujian dari Pak Harja dengan cemas. Namun,
hingga akhir ujian Pak Harja tak juga memanggilnya. Akhirnya
dengan keberanian yang ia kumpulkan, Fija bertanya kepada Pak
Harja mengapa ia tidak dipanggil ujian. Pak Harja segera menjelaskan
bahwa Fija dinyatakan lulus ujian karena tadi pagi sudah membuat
bendungan dengan sangat sempurna. Tone cemas segera berganti
dengan haru dan kebahagiaan.
126
4. Simbolisme
Simbol berwujud detail-detail konkrit dan faktual dan memiliki
kemampuan untuk memunculkan gagasan serta emosi dalam pikiran
pembaca (Stanton, 2012:64).
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Simbol-simbol yang diungkapkan pada cerita anak Keajaiban Pesan
Ibu ini berupa sungai. Sungai pada cerita anak ini menyimbolkan bahaya.
Tokoh utama yang merupakan seekor bebek kecil akan mendapatkan
bahaya yang besar ketika berenang sendirian di sungai. Simbol sungai ini
dapat membangun atmosfer berupa ketegangan-ketegangan. Selain
sungai, ada auman singa yang menjadi simbol bahwa hutan tempat Biki
tersesat adalah hutan yang banyak dihuni binatang buas.
Auman singa merupakan simbol bahaya yang dapat memunculkan
atmosfer berupa suasana yang mencekam dan menakutkan pada cerita
ini. Simbol terakhir adalah simbol berupa air mata sang ibu. Air mata ibu
pada cerita ini merupakan simbol dari kasih sayang seorang ibu kepada
anaknya. Air mata ini dapat memunculkan atmosfer keharuan dan
kehangatan keluarga.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramadani Sinaga
Simbol-simbol yang diungkapkan pada cerita anak Nando Tak
Pernah Bersyukur ini berupa simbol hewan. Ikan menyimbolkan bahwa
Nando ingin hidup bebas. Ia ingin bisa bernafas dan berenang dengan
bebas dalam air. Tidak hanya itu, Nando menginginkan pula menjadi
sosok yang ditakuti dan disegani. Ular menyimbolkan ketakutan tersebut,
127
jadi Nando ingin berubah menjadi ular. Kemudian Nando melihat elang
yang menyimbolkan sifat kuat dan perkasa. Maka, Nando ingin berubah
menjadi elang. Setelah menjadi elang, akhirnya Nando terpesona dengan
kesempurnaan manusia. Manusia dalam cerita ini menyimbolkan
kesempurnaan, maka Nando ingin berubah menjadi seorang manusia.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Tidak banyak simbolisme yang muncul pada cerita Ujian Akhir Fija
karena cerita ini merupakan cerita anak yang dibuat dengan sangat
sederhana sehingga mudah dipahami oleh anak. Simbol-simbol yang
muncul pada cerita ini adalah sungai yang selalu menjadi simbol bahaya
dan menegangkan. Bendungan keluarga berang-berang sebagai simbol
bahaya karena apabila bendungan itu roboh dapat menenggelamkan
hewan-hewan yang ada di muara. Suara dari belalai Fija merupakan
simbol peringatan. Apabila belalai tersebut dibunyikan, seluruh binatang
yang mendengar akan mencari tempat yang lebih aman.
5. Ironi
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Dalam cerita anak Keajaiban Pesan Ibu ini tidak ditemukan adanya
sarana sastra berupa ironi. Cerita ini diungkapkan dengan sangat
sederhana dan lugas sehingga tidak mengandung sedikit pun
pengungkapan yang berbau sebagai ironi. Kurniawan (2013: 77-78)
mengungkapkan bahwa struktur cerita anak masih sangat sederhana
sehingga aspek gaya dan nada, simbolisme, dan ironi pada cerita anak
128
masih sangat sederhana karena substansi sastra anak adalah pada nilai-
nilai moralitasnya. Hal ini tentunya berbeda dengan sastra serius yang
mempunyai kompleksitas tinggi.
b. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Dalam cerita anak Nando Rak Pernah Bersyukur, tidak ditemukan
pula adanya sarana sastra berupa ironi. Cerita ini diungkapkan dengan
sangat sederhana dan lugas, sehingga tidak mengandung sedikit pun
pengungkapan yang berbau sebagai ironi. Sama halnya dengan
Keajaiban Pesan Ibu, struktur ini cerita anak masih sangat sederhana
sehingga aspek gaya dan nada, simbolisme, dan ironi pada cerita anak
masih sangat sederhana karena substansi sastra anak adalah pada nilai-
nilai moralitasnya, hal ini tentunya berbeda dengan sastra serius yang
mempunyai kompleksitas tinggi.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Dalam cerita anak Ujian Akhir Fija ini tidak ditemukan juga adanya
sarana sastra berupa ironi. Cerita ini diungkapkan dengan sangat
sederhana dan lugas sehingga tidak mengandung sedikit pun
pengungkapan yang berbau sebagai ironi. Sama seperti dua cerita
sebelumnya, struktur cerita anak masih sangat sederhana sehingga aspek
gaya dan nada, simbolisme, dan ironi pada cerita anak masih sangat
sederhana karena substansi sastra anak adalah pada nilai-nilai
moralitasnya. Hal ini tentunya berbeda dengan sastra serius yang
mempunyai kompleksitas tinggi.
129
B. Kesatuan
1. Kesatuan Organis
a. Hubungan Peristiwa dengan Tokoh Utama
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Setiap peristiwa yang ada di dalam Keajaiban Pesan Ibu selalu
digerakkan oleh tokoh utama, yaitu Biki. Setiap konflik yang didapat
oleh Biki dapat ia selesaikan dengan mengingat pesan yang diberikan
oleh sang ibu. Mulai dari mengusir rasa takut ketika tersesat sendirian di
hutan hingga mencari jalan untuk kembali ke rumah. Peristiwa yang
terjadi dalam cerita ini selalu berkaitan dengan Biki. Konflik utama
muncul ketika Biki tidak menuruti perintah ibunya untuk tidak berenang
ke sungai sendirian. Sikap keras kepala Biki tersebut akhirnya
membuatnya terseret arus sungai hingga tersesat ke tengah hutan.
Biki ketakutan karena tersesat sendirian di tengah hutan, hingga ia
mengingat pesan sang ibu untuk bernyanyi agar tidak ketakutan ketika
tersesat sendirian di tengah hutan. Ibunya juga memberikan pesan berupa
tindakan-tindakan yang harus dilakukan ketika terseret arus, yaitu
berbalik arah dan mengikuti kembali alur sungai. Ia mendapat bantuan
dari sahabat barunya, yaitu Mokey ketika harus menghindari seekor
sungai yang sedang kelaparan. Akhirnya, Biki dapat kembali pulang
dengan bantuan pesan ibu dan Mokey. Tindakan-tindakan yang
dilakukan Biki ini menunjukkan adanya sentralitas tokoh utama dalam
membangun peristiwa dan menyampaikan pesan cerita. Tokoh utama
130
memiliki pengaruh yang besar terhadap setiap peristiwa yang ada di
dalam cerita.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Cerita Nando Tak Pernah Bersyukur ini hanya memiliki satu tokoh,
yaitu Nando. Tokoh lain hanyalah hewan-hewan dengan sifat naluriah
mereka sebagai pendukung cerita. Dengan begitu, setiap peristiwa yang
ada di dalam cerita ini muncul karena tindakan yang dilakukan oleh
Nando. Tokoh utama memiliki peran yang sangat besar dalam
memunculkan sebuah peristiwa dan menggerakkan peristiwa tersebut
kepada peristiwa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh utama
memiliki sentralitas dalam membangun peristiwa dan menyampaikan
gagasan utama cerita.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Setiap peristiwa pada cerita ini juga digerakkan oleh tokoh utama.
Fija yang sedang gelisah karena takut menghadapi ujian akhir sekolah
membuatnya melakukan suatu tindakan ceroboh yang menyebabkan
peristiwa robohnya bendungan sungai yang merupakan rumah keluarga
berang-berang. Peristiwa tersebut membuat Fija segera melakukan
tindakan untuk membangun kembali bendungan tersebut. Setelah selesai
membangun bendungan akhirnya Fija kembali ke tempat ujian akhir
sekolahnya. Di sana Fija sudah ditunggu oleh Pak Harja dan teman-
temannya. Peristiwa Fija berhasil membuat bendungan kembali membuat
Pak Harja meluluskan Fija tanpa harus melakukan ujian. Tokoh utama,
yaitu Fija memiliki pengaruh yang sangat besar dalam setiap peristiwa
131
yang terjadi dalam cerita Ujian Akhir Fija ini. Hal ini menunjukkan
adanya sentralitas tokoh utama dalam membangun peristiwa dan
menyampaikan gagasan utama cerita.
b. Hubungan Pola Bagian Cerita dengan Tokoh Utama
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Bagian awal pada cerita ini diawali dengan peristiwa yang muncul
dari sifat buruk yang dimiliki oleh tokoh utama, yaitu Biki. Biki yang
memiliki sikap keras kepala tak mau mendengar perintah ibunya untuk
tidak pergi ke sungai sendirian. Ia nekad pergi dan berenang sendirian di
sungai. Tindakan keras kepalanya ini menimbulkan satu peristiwa yang
menjadi awal dari munculnya konflik utama, yaitu Biki terseret arus dan
tersesat di tengah hutan.
Bagian tengah cerita merupakan isi cerita yang menceritakan cara
yang dilakukan oleh Biki dalam menyelesaikan konflik yang
dihadapinya. Biki dapat melawan ketakutannya dan bergegas kembali ke
rumah dengan menyusuri kembali sungai yang telah menyeretnya ke
tengah hutan. Biki juga dapat melewati singa kelaparan dengan bantuan
teman barunya Mokey.
Bagian akhir cerita merupakan penyesalan Biki karena tidak
mendengarkan pesan ibunya. Ia meminta maaf kepada sang ibu karena
telah melalaikan perintahnya. Tokoh utama pada cerita ini memiliki
pengaruh yang besar pada setiap pola bagian cerita. Bagian awal cerita
dimulai dengan peristiwa yang disebabkan oleh kelalaian Biki, bagian
132
tengah cerita merupakan perjalanan Biki mencari jalan pulang, bagian
akhir cerita merupakan penyesalan Biki karena telah melalaikan pesan
sang ibu.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Bagian awal pada cerita ini merupakan peristiwa yang muncul
karena sifat tak pernah bersyukur yang dimiliki Nando. Nando selalu
mengagumi kelebihan yang dimiliki makhluk lain, sehingga ia ingin
menjadi seperti makhluk lain. Sikap Nando ini menggerakkan peristiwa-
peristiwa kepada konflik utama cerita.
Bagian tengah berupa terkabulnya keinginan-keinginan yang diminta
oleh Nando. Tindakan-tindakan Nando tersebut memunculkan konflik
utama pada cerita ini, yaitu konflik berupa rasa tidak bersyukur Nando.
Pada bagian akhir cerita merupakan penyesalan Nando karena ternyata
tidak ada makhluk yang sempurna. Rasa tidak bersyukurnya tersebut
membuatnya berubah menjadi seekor monyet. Tokoh utama pada cerita
ini memiliki pengaruh yang besar pada pola bagian cerita. Pada bagian
awal cerita merupakan keinginan-keinginan Nando untuk menjadi
makhluk lain yang sempurna. Bagian tengah merupakan konflik berupa
peristiwa-peristiwa yang muncul akibat rasa tidak bersyukur Nando. Pada
bagian akhir cerita merupakan penyesalan Nando.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Bagian awal pada cerita ini merupakan sebuah deskripsi tokoh, latar,
dan pengenalan konflik cerita. Konflik cerita muncul akibat sikap buruk
yang dimiliki oleh tokoh utama, yaitu Fija. Fija yang tidak percaya pada
133
kemampuan dirinya sendiri membuatnya menjadi gelisah ketika
menghadapi ujian akhir sekolah.
Bagian tengah cerita merupakan cara Fija menyelesaikan konflik
yang ia hadapi. Peristiwa robohnya bendungan tempat tinggal keluarga
berang-berang membuatnya harus segera mendirikan kembali bendungan
tersebut. Fija mendapat bantuan berang-berang dalam membangun
kembali bendungan. Setelah bekerja keras, akhirnya Fija dapat
menyelesaikan bendungan dengan baik.
Bagian akhir cerita merupakan penyelesaian dari seluruh konflik
yang dihadapi Fija, yaitu ia dapat lulus ujian akhir sekolah tanpa
melakukan tes. Gurunya, Pak Harja melihat kemampuan Fija ketika
membangun bendungan, jadi ia meluluskan Fija tanpa mengikuti ujian.
Fija sebagai tokoh utama dalam cerita ini memiliki peran yang sangat
penting, ia menciptakan konflik, mengatasi konflik, dan mengakhiri
konflik cerita.
c. Hubungan Tokoh Bawahan dengan Tokoh Utama
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Tokoh bawahan pada Keajaiban Pesan Ibu adalah Ibu dan Mokey.
Tokoh ibu pada cerita ini mempertajam karakter keras kepala Biki. Pesan
sang ibu agar Biki tidak pergi berenang ke sungai sendirian tidak
didengar oleh Biki. Biki nekad pergi berenang sendirian ke sungai hingga
akhirnya ia terseret arus sungai dan tersesat di tengah hutan. Selain
mempertajam karakter keras kepala Biki, melalui tindakan yang
134
dilakukan Biki, tokoh ibu juga mempertegas tema bahwa pesan-pesan
seorang ibu memiliki manfaat yang luar biasa. Ketika tersesat di tengah
hutan, Biki selalu mengingat dan melaksanakan pesan-pesan yang pernah
disampaikan oleh ibunya, dengan begitu ia dapat selamat dan kembali ke
rumah.
Tokoh bawahan kedua adalah Mokey. Mokey berperan dalam
membantu Biki menyelesaikan masalah ketika terhadang oleh singa
kelaparan. Peran Mokey ini sekaligus menunjukkan bahwa Biki
merupakan tokoh yang baik dan bisa diajak bekerja sama meski pun ia
memiliki sikap yang keras kepala. Mokey turut mempertegas pula tema
utama cerita, mengenai manfaat pesan ibu. Ketika membantu Biki dalam
memecahkan konflik bertemu singa lapar, Mokey menggunakan cara
yang telah diajarkan oleh ibunya. Jadi tokoh bawahan pada cerita ini
membantu memperkuat dan mempertegas karakter tokoh utama.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Cerita Nando Tak Pernah Bersyukur ini hanya memiliki tokoh
utama, yaitu Nando. Tokoh bawahan pada cerita ini hanyalah hewan-
hewan dengan segala sifat alamiah mereka. Nando ingin berubah menjadi
ikan karena ikan bisa berenang di danau, kemudian Nando ingin menjadi
ular karena ular bisa memangsa ikan dan ditakuti oleh hewan air. Nando
ingin menjadi elang karena elang memangsa ular dan ia dapat terbang
keliling angkasa. Nando ingin menjadi manusia karena manusia memiliki
akal yang sempurna. Perkiraan Nando bahwa manusia adalah makhluk
yang sangat sempurna adalah salah. Akhirnya, ia menyesal menjadi
135
manusia. Rasa tidak pernah bersyukurnya tersebut membuatnya berubah
kembali menjadi monyet yang pemurung.
Fungsi hewan-hewan dan manusia yang menjadi idaman Nando
tersebut adalah mempertegas karakter Nando yang tidak pernah
bersyukur. Nando tidak pernah menghargai kelebihan yang telah ia
miliki, ia masih saja iri dengan makhluk-makhluk lain. Mereka juga
memperkuat tema cerita melalui hubungannya dengan karakter Nando.
Kehadiran mereka membuat Nando terus menerus ingin berubah menjadi
makhluk lain yang lebih baik. Hal ini memperkuat tema cerita, yaitu
“akibat tidak pernah bersyukur”.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Tokoh bawahan pada cerita Ujian Akhir Fija ini adalah Pak Harja,
Pak Biri, dan teman-teman Fija. Tokoh Pak Harja sebagai guru penguji
pada ujian akhir Fija menunjukkan bahwa Fija adalah siswa yang cerdas.
Pak Harja langsung meluluskan Fija tanpa meminta Fija untuk
melakukan ujian karena sebelumnya Pak Harja sudah melihat
kemampuan Fija ketika membuat bendungan. Pak Harja melihat bahwa
kemampuan Fija dalam membangun bendungan sangat baik, sehingga
sudah cukup untuk meluluskannya pada ujian akhir sekolah. Fija masih
tidak percaya bahwa ia dapat lulus ujian sekolah hanya dengan
membangun bendungan. Dengan demikian, tokoh Pak Harja ini juga
menegaskan bahwa Fija memiliki sifat yang tidak percaya diri.
Tokoh bawahan lain adalah Pak Beri. Pak Beri memperkuat karakter
Fija yang sebenarnya cerdas, namun tertutup oleh rasa tidak percaya
136
dirinya. Melalui penjelasan-penjelasan yang diungkapkan Pak Beri,
akhirnya Fija memutuskan untuk membangun kembali bendungan.
Keinginannya yang kuat untuk menyelamatkan hewan lain dari bahaya
banjir sungai yang meluap membuatnya melupakan sifat tidak percaya
dirinya. Fija sangat semangat membangun kembali bendungan yang telah
dirobohkannya. Akhirnya ia dapat menyelesaikan bendungan dengan
baik.
Teman-teman Fija yang terus menyemangati dan mengingatkan Fija
menegaskan bahwa Fija memiliki sifat tidak percaya diri. Fija tidak
percaya pada kemampuan yang telah dimilikinya. Ketika akan
melakukan ujian akhir sekolah pun ia menjadi sangat gelisah dan pada
akhirnya melakukan kecerobohan dengan menginjak dan merobohkan
bendungan tempat tinggal keluarga biri-biri. Pada akhir cerita, teman-
teman Fija juga sangat gembira ketika mendengar bahwa Fija dapat lulus
tanpa ujian, tetapi Fija masih melongo. Hal ini menunjukkan bahwa Fija
masih memiliki rasa tidak percaya diri.
d. Hubungan Konflik Bawahan dengan Konflik Utama
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Ada empat konflik bawahan dalam fabel Keajaiban Pesan Ibu.
Konflik pertama adalah ketika Biki terseret arus sungai. Biki menghadapi
masalah ketika ia tidak bisa menahan derasnya arus air sungai, maka ia
terus hanyut hingga jauh ke tengah hutan. Konflik bawahan kedua adalah
ketika Biki dan Mokey bertemu dengan singa. Mereka menghadapi
137
masalah karena singa tersebut sedang kelaparan, maka mereka tidak
berani lewat di dekat singa tersebut.
Konflik bawahan ketiga adalah Biki berada di hutan sendirian dan
merasa ketakutan. Biki menghadapi masalah berupa ketakutan-ketakutan
yang dirasakannya ketika berada sendirian di hutan, hingga pada
akhirnya ia menangis ketakutan. Konflik bawahan keempat adalah ketika
Biki kebingungan saat tersesat di tengah hutan. Ia sangat kebingungan
karena ia baru pertama kali berada di tengah hutan. Ia mengalami konflik
batin dalam dirinya, ia mencari cara agar bisa kembali ke rumah dan
bertemu ibunya.
Keempat konflik bawahan tersebut sama-sama memiliki pengaruh
yang besar dalam menentukan jalannya alur cerita, namun keempat
konflik tersebut belum bisa merangkum dan menunjukkan hal terpenting
yang menjadi masalah utama dalam cerita. Melalui keempat konflik yang
ditemukan, dapat ditarik satu konflik yang paling meonjol dalam cerita
tersebut.
Konflik utama pada cerita ini adalah Biki tersesat di tengah hutan
dan dia bingung bagaimana caranya kembali ke rumah. Konflik ini dapat
merangkum struktur cerita secara menyeluruh. Konflik utama dapat
dilihat dari seluruh konflik bawahan yang ditemukan, mulai dari terseret
arus sungai, bertemu singa, ketakutan di tengah hutan, hingga
kebingungan saat tersesat di hutan. Keempat konflik bawahan tersebut
merujuk pada satu konflik utama cerita, yaitu Biki tersesat di tengah
hutan dan bingung bagaimana cara kembali ke rumah. Konflik utama
138
tersebut dapat menegaskan tema utama cerita, yaitu “manfaat mengingat
pesan ibu”.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur mengisahkan mengenai
seekor monyet yang pemurung, ia selalu iri terhadap kelebihan yang
dimiliki oleh hewan-hewan lain yang ditemuinya. Sifat irinya tersebut
membuatnya selalu mengagumi dan ingin menjadi seperti hewan yang
dilihatnya. Tidak hanya hewan, Nando juga terpesona dengan manusia, ia
juga ingin menjadi pintar seperti manusia. Hal tersebut membuat Nando
berdoa agar keinginannya untuk berubah menjadi hewan lain dikabulkan.
Cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur ini menceritakan gejolak
batin Nando yang selalu merasa iri dan merasa kurang dengan
kemampuannya, dia tidak pernah mensyukuri apa yang dimilikinya. Jadi,
konflik yang terdapat dalam cerita anak ini hanyalah konflik yang ada
dalam diri Nando sendiri berupa pertentangan-pertentangan dan
pemikiran-pemikiran yang dimilikinya.
Ada lima konflik bawahan yang dihadapi oleh Nando, yang pertama
yaitu ketika Nando memiliki rasa iri kepada ikan yang memiliki sirip
bagus, bisa berenang, dan tidak akan kepanasan sepertinya karena ikan
tinggal di danau. Setelah memperhatikan dan mengagumi kehidupan ikan
di danau, akhirnya ia memutuskan berdoa agar bisa menjadi ikan dan
bebas bernafas di dalam air.
Konflik kedua adalah ketika Nando melihat seekor ular berbisa
memakan beberapa ekor ikan di danau, seketika kebahagiaannya menjadi
139
lenyap. Nando sangat ketakutan karena tidak mau menjadi santapan ular
berbisa tersebut. Ketakutan-ketakutan dalam dirinya tersebut menjadi
sebab mengapa ia mengagumi dan ingin berubah menjadi seekor ular.
Nando sangat mendambakan menjadi seekor ular karena bisa memakan
ikan sesuka hatinya dan disegani. Peristiwa tersebut membuatnya
mengangkat tangannya dan berdoa agar bisa menjadi seekor ular yang
sangat disegani dan ditakuti.
Konflik ketiga adalah lenyapnya kebahagian Nando ketika melihat
seekor elang yang perkasa menangkap seekor ular temannya. Peristiwa
tersebut membuatnya kembali berpikir bahwa elang lebih hebat dan
sempurna dibanding dengan ular. Nando terpesona melihat kaki-kaki
elang itu sangat kuat mencengkeram ular dan dapat terbang dengan
sayapnya. Nando terus berpikir betapa beruntungnya sang elang yang
bisa terbang kemana saja dan mengalahkan ular yang disegani. Setelah
terus berpikir, akhirnya Nando berdoa agar menjadi seekor elang yang
bisa terbang kemana saja.
Konflik keempat adalah ketika kebahagiaan Nando tiba-tiba lenyap
karena menyaksikan teman-teman elang diburu dan ditangkap oleh
manusia. Melihat kejadian itu, timbulah gejolak dalam batin Nando, ia
menjadi mengagumi manusia yang mempunyai tangan dan kaki, mereka
pintar, memiliki akal, dan disegani seluruh alam. Akhirnya, ia berdoa
agar bisa menjadi seorang manusia.
Konflik kelima adalah ketika kebahagian Nando tiba-tiba hilang
karena ia menyaksikan seorang temannya meninggal karena penyakit.
140
Melihat peristiwa tersebut, Nando mengalami gejolak dalam batinnya,
Nando menjadi sangat kecewa, ia tidak ingin terkena penyakit dan
meninggal.
Kelima konflik tersebut belum dapat menjadi konflik utama karena
kelima konflik tersebut belum bisa merangkum gagasan utama cerita.
Konflik utama harus bisa menunjukkan pesan yang ingin disampaikan
oleh cerita. Melalui kelima konflik bawahan tersebut dapat ditarik satu
konflik utama cerita.
Konflik utama pada cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur ini
adalah Nando selalu berpikir bahwa ada yang lebih baik dari dirinya,
sehingga ia tidak pernah memiliki rasa bersyukur. Ia selalu merasa iri
dengan hewan yang ditemuinya, ia selalu menganggap bahwa hewan-
hewan tersebut lebih hebat dan disegani, sehingga ia ingin menjadi
hewan tersebut. Tidak hanya hewan, Nando juga iri dengan kepintaran
dan akal manusia, sehingga ia juga berdoa agar menjadi manusia.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Konflik bawahan yang dialami Fija adalah, pertama ketika ia tidak
konsentrasi dan berjalan menginjak bendungan tempat tinggal keluarga
berang-berang. Besarnya kaki Fija membuat bendungan rusak, sehingga
kayu-kayu bendungan hanyut dan keluarga berang-berang segera menepi
ke pinggir sungai.
Konflik bawahan kedua adalah ketika Fija tidak dipanggil Pak Harja
untuk melakukan ujian praktek. Fija yang merasa heran segera
141
memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Harja. Ia mempertanyakan
mengapa ia tidak dipanggil untuk mengikuti ujian.
Konflik bawahan ketiga adalah ketika Fija ketakutan karena ia tidak
yakin dapat menyelesaikan ujiannya dengan baik. Fija terus mengingat-
ingat teori yang telah dihafalnya. Konflik bawahan keempat adalah Fija
merasakan kecemasan-kecemasan dalam dirinya karena tidak dipanggil
untuk mengikuti ujian praktek. Pak Harja memanggil satu per satu, Fija
menunggu panggilan dengan cemas. Namun, Pak Harja tidak memanggil
Fija hingga buku presensi ditutup.
Keempat konflik tersebut bukan merupakan konflik utama karena
keempatnya belum bisa mewakili maksud utama cerita. Keempat konflik
memang belum bisa menjadi konflik utama cerita, namun melalui
keempat konflik tersebut dapat ditarik konflik utama cerita. Konflik
utama pada cerita anak Ujian Akhir Fija ini adalah ketidakpercayaan diri
Fija pada kemampuannya sendiri untuk menyelesaikan ujian akhir
sekolah, sehingga menyebabkan dia merusak bendungan. Rasa tidak
percaya diri Fija disebabkan oleh perasaan tidak ingin mengecewakan
orang tuanya. Hal tersebut menimbulkan kecemasan-kecemasan sehingga
membuat Fija tidak percaya diri. Ia terus menghafal teori dan tidak fokus
pada jalan yang dilewatinya.
142
e. Hubungan Tema Bawahan dengan Tema Utama
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Tema-tema bawahan dalam cerita ini adalah keras kepala,
keberanian, dan persahabatan. Melalui tema-tema bawahan tersebut dapat
dilihat tema utama cerita. Tema-tema bawahan berfungsi untuk
menyusun tema utama. Tema utama pada cerita anak Keajaiban Pesan
Ibu adalah manfaat nasihat seorang ibu. “Manfaat nasihat seorang ibu”
menjadi tema dalam cerita ini karena hal tersebut dapat membuat cerita
menjadi lebih terfokus dan mengerucut. Meski begitu ada tema-tema
bawahan juga yang terkandung dalam cerita ini, seperti persahabatan
antara Biki dan Mokey dan keberanian Biki dalam menghadapi konflik.
Di antara tema-tema tersebut, tema “manfaat nasihat seorang ibu” lah
yang menjadi tema utama karena tema ini merangkum seluruh makna
yang ingin disampaikan pada cerita ini.
Pada setiap masalah yang dihadapi Biki, pasti ia dapat
menyelesaikannya dengan mengingat pesan-pesan dari ibunya, seperti
apa yang harus dilakukan ketika terbawa arus sungai, apa yang harus
dilakukan ketika takut, dan apa yang harus dilakukan ketika tersesat di
hutan sendirian. Ketiga tema bawahan tersebut membantu
mengungkapkan dan mempertegas tema utama cerita.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Tema bawahan pada cerita ini adalah iri hati dan rendah diri. Melalui
tema bawahan ini dapat ditarik tema utama cerita. Tema bawahan
berperan membantu mempertegas tema utama cerita. Tema utama pada
143
cerita anak Nando Tak Pernah Bersyukur ini adalah akibat tidak pernah
bersyukur. “Akibat tidak pernah bersyukur” menjadi tema dalam cerita
ini karena hal ini dapat membuat cerita menjadi lebih terfokus dan
mengerucut. Pada setiap konflik yang dihadapi Nando, konflik tersebut
pasti muncul karena ia tidak pernah mensyukuri apa yang telah ia miliki.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Tema bawahan pada cerita ini adalah ketakutan dan kepedulian.
Tema-tema bawahan tersebut membantu mempertajam tema utama
cerita. Tema pada cerita anak Ujian Akhir Fija ini adalah pentingnya
percaya pada kemampuan diri sendiri. “Pentingnya rasa percaya diri”
menjadi tema utama dalam cerita ini karena tema tersebut menjadi dasar
yang mengikat keseluruhan unsur cerita. Setiap peristiwa yang yang
muncul pada cerita ini menguatkan pesan bahwa percaya pada diri
sendiri sangat penting.
2. Kesatuan Cerita
a. Hubungan Karakter dengan Alur
Dalam sebuah cerita alur dengan karakter memiliki hubungan yang
sangat erat. Alur merupakan peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita
sedangkan karakter merupakan penggerak dari peristiwa itu sendiri.
Karakter memiliki motivasi-motivasinya dalam menghadapi suatu konflik
sehingga sikap sang karakter dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik
sangat berpengaruh pada alur.
144
Stanton (2012: 26) mengungkapkan bahwa semakin sedikit karakter
dalam sebuah cerita, semakin rekat dan padat pula alur yang mengalir di
dalamnya. Peran karakter dalam mempengaruhi alur sangatlah besar karena
setiap adegan yang dilakukan oleh seorang karakter akan mempengaruhi
hubungannya dengan karakter lainnya. Dengan begitu, akan berpengaruh
juga pada alurnya.
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Tokoh utama cerita anak Keajaiban Pesan Ibu adalah seekor bebek
kecil bernama Biki. Biki mulai mengalami konflik setelah ia melalaikan
pesan ibunya. Ia memilih berenang sendirian di sungai yang memiliki
arus yang deras. Karakter keras kepala Biki ini menjadi penggerak alur
menuju terciptanya konflik. Sikap keras kepalanya sangat masuk akal
karena ia masih anak-anak yang senang mencoba hal-hal baru sehingga
ia memutuskan berenang sendirian di sungai.
Pilihan Biki untuk melanggar pesan ibunya ini memunculkan satu
konflik yang memiliki pengaruh terhadap alur. Berdasarkan pilihan Biki
tersebut, alur cerita menjadi intens dan menggiring cerita pada tema
utama cerita Keajainan Pesan Ibu ini. Pilihan tersebut membuat Biki
terbawa derasnya arus sungai hingga ke tengah hutan. Kemudian Biki
berpegangan pada akar yang melintang, sehingga ia selamat. Tindakan
Biki untuk berpegangan pada akar pohon ini menjaga alur cerita agar
membentuk pola cerita. Seandainya saja Biki tidak berpegangan pada
akar, pasti alur cerita akan berubah. Maka sikap yang diambil sang tokoh
menimbulkan suatu konflik dan klimaks yang membangun sebuah alur.
145
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Karakter pada cerita Nando Tak Pernah Bersyukur ini memiliki
hubungan yang erat dengan alur. Setiap tindakan yang dilakukan Nando
mempengaruhi jalannya alur cerita. Nando, seekor monyet yang tidak
pernah puas dengan segala hal yang dimilikinya selalu mengagumi dan
ingin berubah menjadi makhluk lain. Awalnya Nando ingin berubah
menjadi seekor ikan yang bisa berenang dan bernafas di dalam air.
Keinginan Nando tersebut menyebabkan satu peristiwa yang
mempengaruhi gerak alur. Apabila Nando tidak ingin berubah menjadi
ikan, maka alur tidak akan bergerak sama sekali.
Setelah menjadi ikan, Nando ingin berubah menjadi ular yang
ditakuti, elang yang perkasa, dan manusia yang berakal. Hingga akhirnya
dia kecewa karena manusia juga bisa mati karena sakit. Seluruh tindakan
yang dilakukan Nando ini mempengaruhi gerak alur yang dapat
membentuk pola cerita.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Karakter dalam sebuah cerita memiliki hubungan yang sangat erat
dengan alur. Alur tersusun oleh peristiwa-peristiwa yang muncul dalam
sebuah cerita sedangkan karakter merupakan penggerak dari peristiwa
tersebut. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang karakter
menghasilkan sebuah peristiwa yang mempengaruhi pergerakan alur.
Setiap tindakan yang dilakukan seorang karakter juga akan
mempengaruhi hubungan dengan karakter lain. Hal tersebut juga akan
mempengaruhi jalannya alur cerita.
146
Tokoh utama pada cerita ini merupakan seekor gajah bernama Fija.
Fija merupakan seekor gajah yang tidak percaya pada kemampuannya
sendiri. Ketidakpercayaan dirinya tersebut membuatnya tidak
konsentrasi. Fija berjalan tanpa memperhatikan jalannya, hingga
akhirnya ia menginjak dan merusak bendungan tempat tinggal keluarga
berang-berang. Ketidakpercayaan diri Fija ini membuatnya melakukan
tindakan yang merusak bendungan. Tindakannya ini menyebabkan
peristiwa-peristiwa yang menggerakkan alur cerita menuju tema utama
cerita yaitu “pentingnya rasa percaya diri”.
Kecemasan Pak Beri terhadap keselamatan hewan yang tinggal di
muara juga mempengaruhi pergerakan alur cerita. Sebelumnya Fija tidak
tahu akibat dari perbuatannya yang merusak bendungan. Perkataan Pak
Beri mengenai meluapnya air sungai yang dapat menenggelamkan hewan
di muara membuat Fija segera bergerak. Perkataan Pak Beri ini
menyadarkan Fija sehingga segera membuat bendungan baru. Maka
perkataan Pak Beri tersebut mempengaruhi tindakan Fija yang kemudian
mempengaruhi pergerakan alur.
Akhirnya Fija dapat menyelesaikan bendungan dengan baik dan
segera kembali ke tempat ujian menemui Pak Harja dan kesembilan
temannya. Peristiwa robohnya bendungan tersebut membuat Pak Harja
mengajak pindah lokasi ujian karena takut mengganggu ketenangan
keluarga berang-berang. Tindakan Pak Harja ini menggiring alur cerita
mendekati klimaks. Melihat peristiwa pembangunan bendungan yang
dilakukan Fija juga membuat Pak Harja memutuskan untuk meluluskan
147
Fija tanpa mengikuti ujian. Ini merupakan klimaks cerita. Jadi, setiap
tindakan yang dilakukan karakter akan menyebabkan suatu peristiwa
yang membangun dan mempengaruhi gerak alur.
b. Hubungan Latar dengan Alur
Latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam
cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung. Latar memiliki pengaruh yang besar terhadap alur. Latar dapat
membangun suasana yang merubah mood karakter dalam cerita sehingga
perubahan mood karakter tersebut dapat mempengaruhi peristiwa yang akan
terjadi. Perubahan peristiwa tersebut akan menyebabkan perubahan pula
pada alur cerita. Selain itu, perubahan-perubahan latar juga bisa merubah
seluruh jalannya cerita sehingga peran latar dalam mempengaruhi alur cerita
cukup besar.
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Pada cerita anak Keajaiban Pesan Ibu, latar memiliki hubungan
yang sangat erat dengan alur. Ketika berada di sungai, sungai
menciptakan atmosfer yang tegang, sehingga atmosfer tersebut
mempengaruhi karakter dalam bersikap. Sungai yang memiliki arus
deras memberikan pengaruh dalam pembentukan pola cerita. Biki
sangat takut dan panik ketika ia terseret ke dalam derasnya arus sungai.
Ia segera meraih akar dan menepi di hutan. Tindakan Biki ini
merupakan respon dari atmosfer yang dibangun oleh latar. Apabila
148
tidak ada latar sungai, karakter Biki tidak akan mungkin sampai ke
tengah hutan. Jadi, latar sungai sangat mempengaruhi alur cerita.
Begitu juga dengan latar hutan, hutan yang luas yang banyak
dihuni hewan buas juga menggiring alur cerita kepada tema utama
cerita. Hutan tersebut menciptakan atmosfer seram yang membuat Biki
menjadi ketakutan. Ketakutan-ketakutan tersebut membuatnya
mengingat pesan dan nasihat sang ibu. Maka, latar hutan ini
mempengaruhi alur dalam membentuk pola cerita.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Latar pada cerita ini adalah tepi danau, danau, udara, dan darat.
Keempat latar ini memiliki hubungan yang erat dengan alur. Setiap latar
ini dihuni oleh makhluk-makhluk yang dikagumi oleh Nando. Dengan
begitu latar pada cerita ini memiliki pengaruh terhadap tindakan yang
akan diambil Nando. Tindakan-tindakan inilah yang nantinya
mempengaruhi gerak alur. Misalnya ketika di danau Nando melihat ular
yang sangat disegani. Ia memutuskan untuk berubah menjadi ular.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Latar memiliki kekuatan dalam membangun atmosfer yang dapat
merubah mood karakter. Perubahan mood karakter ini dapat
mempengaruhi tindakan yang diambilnya. Dengan begitu latar
berpengaruh pula pada gerak alur. Selain itu perubahan latar juga
mempengaruhi perubahan alur dalam membentuk pola cerita, maka
latar sangat berpengaruh pada pergerakan alur.
149
Pada cerita anak Ujian Akhir Fija ini, latar sungai menciptakan
atmosfer yang menegangkan. Rusaknya bendungan akibat tindakan Fija
menyebabkan meluapnya air sungai. Derasnya air sungai yang mengalir
akibat rusaknya bendungan mengakibatkan hewan-hewan di muara
tenggelam. Atmosfer tersebut mempengaruhi Fija untuk segera
membangun kembali bendungan. Jadi tindakan Fija ini dipengaruhi
oleh atmosfer yang diciptakan oleh sungai, yang pada akhirnya
menyebabkan satu peristiwa yang mempengaruhi gerak alur. Apabila
atmosfer sungai tersebut tenang, Fija tidak akan segera membuat
kembali bendungan yang telah dirusaknya. Dengan begitu, ia akan tetap
mengikuti ujian seperti teman-temannya. Maka, latar memiliki
pengaruh terhadap gerak alur.
c. Hubungan Karakter dengan Latar
Latar mempengaruhi karakter dalam terciptanya sebuah atmosfer yang
mempengaruhi tindakan seorang karakter.
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Dalam cerita Keajaiban Pesan Ibu, rumah Biki menciptakan
atmosfer berupa kekeluargaan dan kehangatan. Atmosfer tersebut dapat
dirasakan ketika Ibu Biki menasihati Biki dengan tulus. Ia begitu
mengkhawatirkan Biki. Latar sungai menciptakan atmosfer berupa
ketegangan. Arus sungai yang deras membuat Biki terseret hingga
terbawa ke tengah hutan. Peristiwa tersebut membangun suasana tegang
dalam cerita. Ketika kembali menyusuri sungai pun Biki harus
150
membawa tali yang dipegang oleh Mokey agar tetap bisa berenang dan
tidak terbawa oleh derasnya arus sungai. Maka, latar cerita berupa
sungai dalam cerita ini menciptakan atmosfer tegang.
Latar hutan pada cerita anak Keajaiban Pesan Ibu ini membangun
atmosfer mencekam. Biki sangat takut berada sendirian di dalam hutan.
Ia sempat menangis ketika menyadari bahwa dirinya sendirian di hutan.
Suasana mencekam juga didukung oleh adanya hewan-hewan buas di
tengah hutan, seperti auman singa yang didengar oleh Biki dan Mokey.
Jadi, latar menciptakan atmosfer yang dapat mempengaruhi tindakan
seorang karakter.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Latar menciptakan atmosfer yang dapat mempengaruhi mood
Nando. Ketika Nando berada di tepi danau, ia sangat mengagumi ikan.
Ia ingin berubah menjadi ikan. Saat menjadi ikan ia mengagumi ular
dan saat menjadi ular ia mengagumi elang. Saat menjadi elang Nando
justru ingin menjadi manusia yang memiliki banyak akal. Maka, setiap
latar ini memiliki makhluk yang mempengaruhi mood Nando untuk
melakukan satu tindakan.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Latar dalam cerita ini memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap tindakan yang diambil seorang tokoh. Namun, pada cerita ini
hanya latar sungai saja yang mempengaruhi atmosfer yang dapat
merubah mood tokoh. Fija menginjak dan merusak bendungan, air
sungai mengalir sangat deras menuju muara. Jadi, Fija khawatir dengan
151
derasnya air sungai tersebut. Akibat meluapnya air sungai karena
rusaknya bendungan, maka Fija segera membangun bendungan.
Tindakan yang diambil Fija ini dipengaruhi oleh atmosfer yang
diciptakan oleh latar.
d. Hubungan Tema dengan Alur
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Tema merupakan gagasan utama cerita, alur merupakan tulang
punggung cerita. Sebuah alur cerita tidak akan terfokus tanpa adanya
tema, sedangkan alur berfungsi untuk mengemban tema. Tema
membuat alur pada cerita Keajaiban Pesan Ibu menjadi mengerucut
dan lebih fokus. Jadi, pesan utama cerita dapat disampaikan dengan
jelas. Tema pada cerita ini adalah “manfaat mengingat pesan ibu”.
Tema ini dapat membuat cerita lebih fokus, pesan utama cerita juga
dapat disampaikan dengan jelas. Pesan utama pada cerita ini adalah
mengajak agar pembaca selalu mematuhi dan mengingat pesan ibu.
Pesan ini dapat diterima dengan baik berkat adanya tema yang
membuat alur menjadi lebih fokus. Jadi, hubungan antara tema dan alur
adalah saling mempengaruhi.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Tema pada cerita Nando Tak Pernah Bersyukur adalah “akibat
tidak pernah bersyukur”. Tema ini membuat alur cerita menjadi lebih
fokus, sehingga gagasan utama cerita dapat disampaikan dengan jelas.
Nando selalu merasa dirinya tidak smepurna, ia ingin menjadi hewan
152
lain, bahkan ingin menjadi manusia agar ia mendapat kesempurnaan.
Tema membantu alur kisah Nando ini menjadi lebih terfokus, yaitu di
setiap peristiwa dan tindakan Nando merupakan wujud rasa tak pernah
bersyukurnya. Hubungan tema daan alur adalah saling mempengaruhi.
Tema dapat dterlihat dengan adanya alur cerita yang menjadi tulang
punggung dan mengemban tema cerita.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Ujian Akhir Fija memiliki tema “pentingnya rasa percaya diri”.
Tema ini berfungsi untuk membuat fokus cerita, sehingga pesan cerita
dapat ditangkap dengan mudah. Ujian Akhir Fija ingin menyampaikan
pesan bahwa rasa percaya diri sangat penting agar tidak gelisah dan
dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Pesan ini dapat ditangkap
dengan baik melalui tema cerita. Tema cerita ini dapat dilihat melalui
alur yang mengembannya. Jadi, hubungan antara tema dan alur cerita
adalah saling mempengaruhi.
e. Hubungan Tema dengan Karakter
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Tema cerita dapat dilihat melalui tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh tokoh cerita. Tindakan yang dilakukan oleh para tokoh membuat
sebuah peristiwa dan konflik cerita. Melalui tokoh ini lah tema cerita
dapat dilihat. Tema cerita juga memiliki fungsi untuk membantu
memahami pesan dari setiap tindakan yang dilakukan oleh tokoh.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh Biki, ibu, dan Mokey dapat
153
dipahami melalui tema cerita sedangkan tema cerita berupa “manfaat
mengingat pesan ibu” dapat dilihat melalui tindakan yang dilakukan
oleh Biki, ibu, dan Mokey.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Tema cerita Nando Tak Pernah Bersyukur adalah “akibat tidak
pernah bersyukur”. Tema ini dapat dilihat melalui tindakan-tindakan
Nando yang selalu iri dengan hewan lainnya, bahkan dengan manusia.
Ia tidak pernah mensyukuri segala kelebihan yang ia miliki. Melalui
tindakan Biki ini lah dapat dilihat tema cerita. Selanjutnya tema cerita
membantu cerita menjadi lebih fokus dan pesan yang disampaikan
dapat dilihat dengan jelas.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Fija tidak pernah percaya dengan kemampuannya, hal ini
membuatnya terus gelisah ketika akan menghadapi ujian akhir sekolah.
Kegelisahannya ini membuatnya ceroboh dan merobohkan bendungan
tempat tinggal keluarga berang-berang. Melalui tindakan yang
dilakukan Fija ini dapat dilihat tema yang ada pada cerita. Tema pada
cerita ini adalah “pentingnya rasa percaya diri”. Tema juga memiliki
manfaat untuk tokoh, karena dengan adanya tema setiap pesan dari
tindakan yang dilakukan oleh Fija dapat dilihat dengan jelas. Pesan
pada cerita ini adalah agar menghilangkan rasa rendah diri dan terus
memupuk rasa percaya diri.
154
f. Hubungan Tema dengan Latar
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Tema pada fabel Keajaiban Pesan Ibu adalah “manfaat mengingat
pesan ibu”. Tema ini didukung oleh latar cerita, yaitu rumah Biki,
sungai, dan hutan. Latar memiliki hubungan langsung dengan peristiwa,
sehingga latar menciptakan atmosfer yang dapat mempengaruhi
karakter. Pengaruhnya pada karakter ini lah yang dapat mempengaruhi
tindakan dan peristiwa yang akan terjadi. Melalui tindakan tokoh yang
dibangun oleh atmosfer ini lah yang dapat memunculkan tema cerita.
Misalnya, Biki yang menjadi ketakutan karena atmosfer sungai yang
menegangkan, sungai juga menyeret Biki menuju tengah hutan. Melalui
peristiwa inilah dapat dilihat tema cerita. Hubungan antara tema cerita
dengan latar adalah saling mempengaruhi. Setelah menemukan tema
cerita, akan lebih mudah untuk memahami pesan yang disampaikan
cerita.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Latar pada cerita Nando Tak Pernah Bersyukur adalah daratan,
danau, dan angkasa. Melalui latar tersebut muncullah atmosfer yang
dapat mempengaruhi tindakan Nando. Saat melihat danau, muncul
atmosfer menegangkan melalui hewan-hewan yang ada di danau.
Atmosfer itu menyebabkan Nando ingin berubah menjadi ikan. Maka,
melalui atmosfer yang dibangun oleh latar akan dapat dilihat tema
cerita. Melalui tema cerita pula pesan yang ingin disampaikan dari
setiap tindakan yang dilakukan oleh Nando dapat dilihat dengan jelas.
155
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Latar yang ada dalam cerita Ujian Akhir Fija menciptakan atmosfer
yang mempengaruhi tindakan Fija. Misalnya ketika Fija merobohkan
bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang, atmosfer menjadi
sangat menegangkan sehingga ia segera membangun kembali
bendungan tersebut. Tindakan Fija ini mempengaruhi gerak alur cerita,
sehingga berpengaruh pula pada tema cerita. Tema cerita juga memiliki
pengaruh terhadap latar, setiap pesan yang disampaikan oleh latar akan
menjadi lebih bermakna dan fokus dengan adanya tema.
3. Kesatuan Dunia
1. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Dunia di dalam cerita Keajaiban Pesan Ibu merupakan dunia
pengalaman seekor bebek kecil, yaitu Biki yang memiliki keberanian
tinggi. Biki melalaikan perintah ibunya untuk tidak berenang sendirian di
sungai. Ia meninggalkan ibunya dan pergi sendirian ke sungai. Keberanian
dan rasa ingin tahunya yang tinggi membuatnya berenang dan mencari arus
sungai yang deras. Tanpa Biki sadari, arus sungai terlalu deras dan pada
akhirnya menyeret Biki ke tengah hutan. Biki dapat selamat dengan
memegang akar pohon di tengah sungai. Peristiwa ini sedikit tidak masuk
akal karena sungai tempat Biki terhanyut adalah sungai yang dalam dan
berarus deras. Perlu menjadi pertanyaan, akar pohon apa yang tumbuh di
tepi sungai besar dan akarnya bisa menjalar ke sungai. Biki merupakan
156
seekor anak bebek, maka akar pohon apa yang berukuran kecil dan bisa
melintang di tengah sungai berarus deras.
Dunia kehidupan di tengah hutan digambarkan dengan sangat
menyeramkan. Banyak hewan-hewan buas yang bisa menerkam kapan saja,
termasuk singa kelaparan yang menghadang di jalan. Di tengah hutan Biki
bertemu Mokey, seekor monyet kecil yang menjadi sahabat barunya.
Mokey lah yang membantu Biki menghindari singa yang sedang kelaparan.
Cerita ini diakhiri dengan berhasilnya Biki kembali pulang ke rumah
dengan ditemani dan dibantu oleh Mokey. Ia menyesal dan meminta maaf
kepada sang ibu karena tidak mematuhi perintahnya. Akhir cerita ini
menjelaskan bahwa nasihat seorang ibu harus dituruti. Melalui penyesalan
Biki ini, pengarang ingin menciptakan dunia bahwa seorang ibu memiliki
segala cara untuk membuat anaknya menjadi lebih baik, misalnya melalui
nasihat-nasihat yang telah diberikan. Maka, nasihat-nasihat yang diberikan
oleh seorang ibu harus diperhatikan, diiingat, dan dilakukan.
2. Nando Tak Pernah Bersyukur Karya Ramajani Sinaga
Dunia di dalam cerita Nando Tak Pernah Bersyukur merupakan dunia
pengalaman Nando, seekor monyet yang pemurung. Nando tidak pernah
bersyukur dengan kelebihan yang telah ia miliki. Ia selalu memiliki rasa iri
hati dan ingin menjadi hewan lain, bahkan manusia agar ia menjadi
makhluk yang paling sempurna dan disegani.
Awalnya ia ingin menjadi seekor ikan yang hidup tenang di danau.
Setelah melihat ikan dimangsa oleh ular, ia ingin berubah menjadi ular.
Berikutnya ia melihat ular dimakan oleh elang. Ia berkeinginan pula
157
berubah menjadi elang. Setelah menjadi elang, ia melihat manusia
menangkap elang. Ia pun ingin menjadi seorang manusia. Setelah menjadi
manusia Nando masih tidak bersyukur. Ia kecewa karena temannya sakit
dan meninggal. Akhirnya, Nando diubah kembali menjadi seekor monyet
yang pemurung.
Akhir cerita ini mengungkapkan bahwa Nando menyesal dengan
seluruh perbuatannya. Ia menjadi monyet murung yang hanya bisa
memandangi danau. Sebelumnya, ia sangat mengidam-idamkan hidup di
danau, namun Nando tak pernah mensyukurinya. Melalui akhir cerita ini,
pengarang ingin menciptakan dunia bahwa rasa tidak pernah bersyukur
akan selalu memunculkan perasaan tidak pernah puas. Hal tersebut
akhirnya akan menimbulkan kekecewaan karena tidak pernah menghargai
pemberian Tuhan.
3. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Dunia pada Ujian Akhir Fija merupakan dunia pengalaman seekor
gajah kecil yang akan mengikuti ujian akhir sekolah gajahnya. Fija
merupakan seekor anak gajah yang tidak pernah mempercayai kemampuan
dirinya. Ia menjadi sanbat gelisah dan panik ketika harus belajar untuk
ujian akhir sekolahnya. Kepanikan tersebut membuatnya tidak konsentrasi
sehingga ia melakukan tindakan yang ceroboh. Ia menginjak dan
merobohkan bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang. Hal ini
mengakibatkan hilangnya tempat tinggal keluarga berang-berang dan
meluapnya aarus air sungai.
158
Melihat kekacauan yang telah dibuatnya, Fija segera membangun
kembali bendungan tersebut. Akhirnya, Fija dapat menyelesaikannya
dengan mendapat sedikit bantuan dari keluarga berang-berang. Ia segera
kembali kepada rombongannya untuk mengikuti ujian akhir sekolah.
Akhir cerita ini menegaskan bahwa Fija sebearnya memiliki
kemampuan yang dapat diandalkan, namun ia tak pernah menyadarinya.
Kemampuannya tersebut tak pernah terlihat karena ia memiliki rasa tidak
percaya diri. Fija tidak percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan dan
kelebihan. Sewaktu Pak Harja meluluskannya tanpa melakukan ujian pun ia
masih tak percaya. Teman-temannya sudah bersorak gembira mendengar
kelulusan Fija tersebut. Peristiwa ini menjelaskan bahwa Fija masih
memiliki rasa tidak percaya diri. Melalui akhir cerita ini, pengarang ingin
menciptakan dunia bahwa rasa tidak percaya diri pada akhirnya akan
menimbulkan kekacauan. Maka rasa percaya diri itu sangat penting agar
seluruh potensi dalam diri dapat dimaksimalkan.
C. Penilaian dan Formula Fabel Kompas
1. Penilaian Fabel Kompas
Berdasarkan analisis terhadap fakta cerita, tema, sarana sastra, dan
kesatuan cerita dari ketiga fabel pada harian Kompas tahun 2015, dapat
dinilai sebagai berikut.
159
a. Keajaiban Pesan Ibu Karya Kak Awam
Setiap peristiwa dalam Keajaiban Pesan Ibu memiliki kausalitas
yang baik. Setiap peristiwa dalam cerita saling terhubung dan
mempengaruhi peristiwa yang lain. Apabila satu peristiwa dihilangkan,
peristiwa tersebut akan mempengaruhi dan merusak alur cerita. Misalnya,
ketika peristiwa Biki terseret arus sungai dihilangkan, maka akan merusak
alur cerita selanjutnya. Sangat tidak masuk akal apabila Biki tiba-tiba bisa
tersesat di tengah hutan tanpa dijelaskan peristiwa yang menyebabkan Biki
tersesat di hutan. Namun, ada satu peristiwa yang membuat cerita ini tidak
pausible.
Biki dapat selamat dengan memegang akar pohon di tengah sungai
ketika terseret di sungai. Peristiwa ini sedikit tidak masuk akal karena
sungai tempat Biki terhanyut adalah sungai yang dalam dan berarus deras.
Perlu menjadi pertanyaan, akar pohon apa yang tumbuh di tepi sungai
besar hingga akarnya bisa menjalar ke tengah sungai. Biki merupakan
seekor anak bebek, maka akar pohon apa yang berukuran kecil dan bisa
melintang di tengah sungai berarus deras. Hal ini sangat tidak masuk akal
karena sebelumnya tidak pernah ada penjelasan mengenai latar di sungai.
Pemilihan tiga tokoh dalam cerita ini membuat alur cerita menjadi
lebih padat. Kedua tokoh bawahan, yaitu Ibu dan Mokey berperan
mendukung dan mempertegas pesan yang ingin disampaikan oleh cerita.
Melalui tokoh Ibu, karakter tokoh Biki dapat dimunculkan dengan baik.
Kemunculan tokoh Mokey pada cerita ini berfungsi untuk menguatkan
tema cerita bahwa nasihat yang diberikan seorang ibu sangatlah
160
bermanfaat. Terbukti ia dapat membantu Biki melewati singa yang
kelaparan hanya dengan mengingat nasihat dari ibunya. motivasi-motivasi
yang dimiliki tokoh memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menguatkan
tema dalam menyampaikan pesan cerita.
Sarana sastra pada Keajaiban Pesan Ibu ini dapat menunjukkan
keterkaitannya dengan tema. Judul cerita dapat menunjukkan pesan yang
ingin disampaikan cerita. Gaya bahasa dan simbolisme yang digunakan
dalam cerita ini sangat seederhana karena cerita ini merupakan cerita yang
ditujukan untuk anak yang memiliki keterbatasan, baik secara pengalaman
maupun verbal. Ironi juga tidak ditemukan dalam cerita ini.
Setiap unsur dalam cerita ini memiliki hubungan dengan unsur lain.
Setiap unsur, seperti alur, karakter, latar, dan tema memiliki hubungan
yang saling mempengaruhi sehingga menciptakan satu cerita yang padu
dan memiliki makna. Tidak hanya itu, tokoh bawahan, konflik bawahan,
dan tema bawahan dalam cerita ini mendukung tiga unsur utama dalam
cerita, yaitu karakter, konflik, dan tema. Berdasarkan seluruh analisis
cerita, cerpen Keajaibam Pesan Ibu ini merupakan cerita yang baik,
sehingga dapat diterima dan dipahami anak dengan mudah.
b. Nando Tak Pernah Beryukur Karya Ramajani Sinaga
Nando merupakan satu-satunya tokoh dalam cerita ini. Ada beberapa
hewan yang turut berperan dalam cerita ini, namun perannya hanya sebatas
sifat alamiah yang mereka miliki. Hewan-hewan seperti ikan, ular, dan
elang tidak melakukan interaksi sama sekali. Mereka hanya digambarkan
161
berdasarkan sifat alamiah mereka, yaitu liar, memangsa, dan saling
berburu. Maka, alur pada cerita ini sangat padat.
Setiap peristiwa yang ada pada cerita Nando Tak Pernah Bersyukur
ini saling berkaitan. Setiap peristiwa yang terjadi merupakan akibat dari
peristiwa sebelumnya. Setiap peristiwa pada cerita ini saling
mempengaruhi sehingga apabila satu peristiwa dihilangkan akan merusak
alur cerita. Misalnya, apabila peristiwa Nando melihat kelincahan dan
ketangguhan sang elang dihilangkan. Maka, akan sangat tidak masuk akal
apabila tiba-tiba Nando ingin berubah menjadi seekor elang.
Setiap peristiwa pada cerita ini sangat pausible, tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh Nando sangat masuk akal. Dalam cerita ini, Nando
selalu iri hati dengan kelebihan hewan lain. Jadi, apabila Nando melihat
kelebihan hewan lain ia akan berdoa agar berubah menjadi hewan tersebut.
Tidak hanya hewan, Nando juga ingin menjadi sesorang manusia ketika
melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia. Akhirnya, ia berubah
kembali menjadi monyet karena ia tidak memiliki rasa bersyukur.
Tindakan-tindakan yang diambil Nando ini sangat masuk akal dan dapat
diterima nalar.
Sarana sastra pada cerita Nando Tak Pernah Bersyukur ini dapat
menunjukkan keterkaitannya dengan tema. Judul cerita dapat
menunjukkan pesan yang ingin disampaikan cerita, yaitu “akibat tidak
pernah bersyukur”. Gaya bahasa dan simbolisme yang digunakan dalam
cerita ini sangat sederhana karena cerita ini merupakan cerita yang
ditujukan untuk anak yang memiliki keterbatasan, baik secara pengalaman
162
maupun bahasa. Ironi juga tidak ditemukan dalam cerita ini. Sudut
pandang yang digunakan adalah orang ketiga terbatas, sangat tepat
digunakan karena cerita ini hanya mengisahkan satu tokoh, yaitu Nando.
Setiap unsur dalam cerita Nando Tak Pernah Bersyukur ini memiliki
hubungan yang erat dengan unsur lain. Setiap unsur, seperti alur, karakter,
latar, dan tema memiliki hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga
menciptakan satu cerita yang padu dan memiliki makna. Tidak hanya itu,
tokoh bawahan, konflik bawahan, dan tema bawahan dalam cerita ini
mendukung tiga unsur utama dalam cerita, yaitu karakter, konflik, dan
tema. Berdasarkan seluruh analisis cerita, cerpen Nando Tak Pernah
Bersyukur ini merupakan cerita yang baik, sehingga dapat diterima dan
dipahami anak dengan mudah. Padatnya alur juga membuat anak lebih
mudah menangkap pesan cerita yang ingin disampaikan.
c. Ujian Akhir Fija Karya FiFadila
Ujian Akhir Fija memiliki kausalitas yang baik. Setiap peristiwa
merupakan sebab atau akibat dari peristiwa lain. Apabila satu peristiwa
dihilangkan maka akan merusak alur cerita. Misalnya, peristiwa Fija
membangun bendungan tempat tinggal keluarga berang-berang. Ketika
peristiwa itu dihilangkan, akan sangat tidak masuk akal apabila Pak Harja
meluluskan Fija tanpa mengikuti ujian akhir sekolah.
Cerita ini juga memiliki pausibilitas yang baik, setiap tindakan yang
diambil sangat masuk akal. Misalnya, tindakan Pak Harja yang meluluskan
Fija tanpa mengikuti ujian akhir sekolah. Pak Harja mengambil keputusan
tersebut karena sebelumnya Pak Harja telah menyaksikan secara langsung
163
kegiatan membangun bendungan yang dilakukan oleh Fija. Maka, Pak
Harja menganggap bahwa itu adalah ujian praktik akhir sekolah yang
dilakukan oleh Fija.
Kemunculan tiga tokoh bawahan ini mendukung karakter tokoh
utama, yaitu Fija. Sikap teman-teman Fija yang mencoba mengingatkan
Fija untuk memperhatikan langkahnya ketika berjalan menjelaskan bahwa
Fija merupakan sosok yang ceroboh. Fija bisa menjadi sangat gelisah
karena ia tidak percaya pada dirinya sendiri bahwa ia dapat menyelesaikan
ujian dengan baik. Tokoh Pak Biri menguatkan karakter Fija yang cerdas.
Ia membantu Fija mengambil kayu ketika membangun bendungan.
Karakter Pak Harja juga menguatkan karakter Fija yang cerdas, hanya saja
Fija tidak percaya diri.
Sarana sastra pada Ujian Akhir Fija ini dapat menunjukkan
keterkaitannya dengan tema. Namun, judul cerita belum dapat
menunjukkan pesan yang ingin disampaikan cerita. Judul ini sama sekali
tidak menyiratkan gagasan utama cerita. Gaya bahasa dan simbolisme
yang digunakan dalam cerita ini sangat seederhana karena cerita ini
merupakan cerita yang ditujukan untuk anak yang memiliki keterbatasan,
baik secara pengalaman maupun verbal. Ironi juga tidak ditemukan dalam
cerita ini.
Setiap unsur dalam cerita ini memiliki hubungan dengan unsur lain.
Setiap unsur, seperti alur, karakter, latar, dan tema memiliki hubungan
yang saling mempengaruhi sehingga menciptakan satu cerita yang padu
dan memiliki makna. Tidak hanya itu, tokoh bawahan, konflik bawahan,
164
dan tema bawahan dalam cerita ini mendukung tiga unsur utama dalam
cerita, yaitu karakter, konflik, dan tema. Berdasarkan seluruh analisis
cerita, cerpen Ujian Akhir Fija ini merupakan cerita yang baik, sehingga
dapat diterima dan dipahami anak dengan mudah. Meski judul cerita tidak
menyiratkan gagasan utama cerita, pesan cerita pada Ujian Akhir Fija
dapat dilihat dengan jelas melalui tindakan yang dilakukan oleh karakter
dalam menghadapi konflik.
2. Formula Cerita Fabel Kompas
Keajaiban Pesan Ibu, Nando Tak Pernah Bersyukur, dan Ujian Akhir
Fija merupakan cerita fabel yang dimuat harian Kompas tahun 2015. Setiap
cerita memiliki formula cerita yang berbeda, begitu pula harian Kompas.
Meski sama-sama memuat fabel, harian Kompas pasti memiliki karakteristik
cerita yang tidak sama dengan fabel pada yang diterbitkan penerbit lainnya.
Cawelti (dalam Susanto, 2015: 268) mengungkapkan bahwa formula
merupakan satu konsep struktur naratif ataupun aturan-aturan dramatik yang
digunakan dalam karya massal yang ditulis secara individual. Maka meski
ditulis oleh individual, fabel Harian Kompas memiliki formula sendiri yang
berbeda dengan fabel lainnya.
a. Alur
Ketiga fabel ini memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang sama,
bagian awal berisi pengenalan berupa latar dan konflik yang akan dialami
oleh tokoh. Bagian tengah berisi konflik-konflik dan pokok cerita yang
disampaikan sedangkan bagian akhir pada ketiga cerita ini selalu berisi
165
pesan moral. Namun, pada cerita Nando Tak Pernah Bersyukur dan Ujian
Akhir Fija pesan moral secara tersirat.
Kurun waktu yang menjadi latar dalam ketiga fabel masih dalam
kurun waktu satu hari dan tidak menggunakan malam hari. Ketiga fabel
merupakan cerita anak. Jadi ketiganya secara tidak langsung memberi
contoh kepada anak agar tidak melakukan aktivitas pada malam hari.
1. Bagian Awal
Bagian awal ketiga fabel selalu dimulai dengan pengenalan tokoh
dan konflik yang akan dihadapi. Pada Keajaiban Pesan Ibu, bagian
awal memperkenalkan tokoh utama, yaitu Biki seekor Bebek kecil dan
konflik yang akan dihadapinya, yaitu terseret arus hingga akhirnya
tersesat di hutan. Konflik diperkenalkan melalui tindakan Biki yang
melanggar pesan ibunya agar tidak berenang di sungai sendirian. Pada
Nando Tak Pernah Bersyukur, bagian awal juga memperkenalkan tokoh
utama, yaitu Nando seekor monyet.
Bagian awal juga mengenalkan konflik yang akan dihadapinya,
yaitu akibat tidak pernah bersyukur. Konflik yang dihadapi Nando itu
disampaikan secara tersirat, yaitu sikapnya yang murung dan terus
mengagumi keberuntungan yang dimiliki ikan di danau. Sama halnya
dengan Ujian Akhir Fija, bagian awal juga mengenalkan tokoh utama,
yaitu Fija seekor gajah kecil. Bagian ini juga memperkenalkan konflik
yang akan dihadapi Fija, yaitu akibat tidak percaya diri. Hanya saja,
tokoh Fija pada cerita ini tidak diungkapkan dengan menyebutkan
secara langsung. Namun, disebutkan bahwa Fija akan ujian
166
menggunakan belalai. Maka, dapat diketahui bahwa Fija merupakan
seekor gajah.
Hal ini tentunya menjadi karakteristik bagi fabel harian Kompas
tahun 2015. Meski mayoritas fabel menggambarkan latar cerita, ada
pula fabel yang bagian awal langsung dibuka dengan konflik.
Contohnya pada fabel Kuda yang Berani karya Meilani Dian yang
dimuat pada blog cerpenmu.com. Kuda yang Berani dibuka dengan
konflik yang dihadapi oleh seekor rusa yang anaknya hendak dimangsa
oleh Harimau. Atmosfer yang dimunculkan adalah atmosfer yang
sangat menegangkan. Pada bagian awal ini, fabel harian Kompas tahun
2015 selalu menempatkan penggambaran cerita berupa latar, tokoh, dan
latar belakang konflik pada bagian awal cerita. Hal ini menjadi
karakteristik harian Kompas dalam menyusun fabelnya pada tahun
2015.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah fabel harian Kompas selalu memiliki porsi yang
paling panjang. Ketiga fabel ini meletakkan konflik pada bagian tengah
cerita. Alur konflik selalu dimulai dengan kesalahan yang dilakukan
oleh tokoh utama, kemudian konflik tersebut dapat diselesaikan dalam
kurang waktu yang tidak lama, kemudian diakhiri dengan sebuah
nasihat pada bagian akhir. Bagian akhir inilah yang memuat kesimpulan
cerita dan pesan moral yang disampaikan oleh cerita.
Hal ini menjadi ciri khas formula dari fabel harian Kompas tahun
2015. Tidak semua konflik berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh
167
tokoh utama, banyak fabel yang memosisikan tokoh utama sebagai
pahlawan yang menolong tokoh lainnya. Seperti dapat kita lihat pada
fabel majalah Bobo. Fabel majalah Bobo berjudul Penyu Menjadi
Pahlawan karya Pepih Nugraha (bobo.kidnesia.com) menempatkan
tokoh utama sebagai sosok pahlawan yang berani menolong
kawanannya dalam melempar granat ke musuh. Jadi, posisi tokoh
utama tidak berada pada „pencipta konflik‟. Pesan moral disampaikan
dari tindakan-tindakan menakjubkan yang dilakukan oleh tokoh utama
sedangkan pada fabel harian Kompas tahun 2015 pesan moral didapat
dari hikmah kesalahan-kesalahan yang dilakukan tokoh utama.
3. Bagian Akhir
Fabel harian Kompas tahun 2015 selalu menempatkan kesimpulan
pada bagian akhir cerita. Kesimpulan ini berisi pesan moral yang
muncul akibat dari perbuatan kurang baik yang dilakukan tokoh utama.
Pada Keajaiban Pesan Ibu pesan moral berupa saran agar selalu
mendengarkan dan mentaati perintah ibu didapat dari perbuatan Biki
yang melanggar pesan ibunya hingga akhirnya ia tersesat di hutan.
Akhirnya ia dapat kembali ke rumah dengan mengingat pesan-pesan
sang ibu pula.
Pada Nando Tak Pernah Bersyukur, pesan moral berupa perintah
untuk bersyukur dengan yang telah dimiliki didapat dari akibat yang
dihadapi Nando karena ia tak pernah bersyukur. Setelah berubah
menjadi hewan-hewan mengagumkan hingga menjadi manusia. Pada
akhirnya, Nando berubah kembali menjadi seekor monyet karena ia tak
168
pernah mensyukuri apa yang dimilikinya. Sama halnya dengan Ujian
Akhir Fija, pesan moral pada fabel ini didapat dari tindakan-tindakan
yang merupakan kesalahan yang bersumber dari kesalahan Fija. Pesan
berupa „manfaat percaya diri‟ didapat dari kekhawatiraannya pada
kemampuannya sendiri sehingga kegelisahan tersebut menciptakan satu
kecerobohan yang merugikan banyak hewan lainnya.
Hal ini menjadi satu ciri khas yang menarik dari fabel yang dimuat
harian Kompas pada tahun 2015. Fabel harian Kompas selalu dimulai
dengan penggambaran latar peristiwa, tokoh, dan pengenalan konflik.
Bagian tengah selalu berupa konflik yang dihadapi dan pada akhirnya
selalu dapat diselesaikan oleh tokoh utama. Konflik utama cerita selalu
disebabkan oleh sifat-sifat buruk yang dimiliki oleh tokoh utama.
Akhirnya sifat buruk tersebut membawa satu kerugian yang dapat
dipetik hikmahnya pada bagian akhir cerita.
b. Cara Menghadirkan Tokoh
Cara menghadirkan ketiga tokoh utama dalam ketiga fabel
menggunakan cara yang sama. Ketiga tokoh diperkenalkan melalui
sifatnya yang jelek hingga nanti akhirnya mereka mendapatkan konflik
dari sikap jelek mereka tersebut. Biki digambarkan sebagai sosok bebek
yang sangat pemberani hingga keberanian tersebut membuatnya sombong
dan melanggar pesan ibunya. Akhirnya ia terseret arus sungai dan tersesat
di hutan karena sifat jeleknya tersebut.
169
Nando digambarkan sebagai sosok monyet yang pemurung dan tidak
pernah bersyukur dengan apa yang telah ia miliki. Ia ingin berubah
menjadi ikan, ular, elang, dan manusia. Akhirnya, ia kehilangan impian-
impian yang dimilikinya tersebut dan berubah kembali menjadi monyet
yang pemurung. Begitu pula dengan Fija, ia digambarkan sebagai gajah
yang tidak memiliki rasa percaya diri. Ia selalu cemas dan khawatir dalam
menghadapi ujian. Hal tersebut membuatnya menemui konflik yaitu
merobohkan bendungan keluarga berang-berang. Kecerobohannya
merobohkan bendungan tersebut membuatnya terpaksa membangun
bendungan tersebut. Pada akhirnya, Fija dapat membangun bendungan
dengan sempurnya. Setelah hal itu terjadi, ia baru menyadari bahwa ia
mampu.
Cara menghadirkan tokoh utamanya dengan selalu memperkenalkan
sifat-sifat buruk yang dimilikinya menjadi karakteristik pada formula fabel
yang dimiliki harian Kompas tahun 2015. Harian Kompas pada tahun 2015
selalu konsisten menghadirkan tokoh dengan sifat buruk yang nanti pada
akhirnya menyesal dan penyesalan tersebut menjadi pesan-pesan moral
pada bagian akhir cerita.
c. Peran Antagonis Muncul Melalui Tokoh Utama
Ketiga fabel juga tidak menghadirkan tokoh antagonis yang menjadi
sumber konflik mereka. Konflik yang mereka hadapi dimunculkan dari
sifat buruk yang mereka miliki. Jadi ketiga fabel Keajaiban Pesan Ibu,
Nando Tak Pernah Bersyukur, dan Ujian Akhir Fija tidak menghadirkan
170
tokoh antagonis. Peran antagonis hadir pada bagian awal cerita melalui
sifat buruk yang dimiliki oleh tokoh utama. Tokoh yang dihadirkan dalam
ketiga fabel adalah tokoh-tokoh yang mendukung dan membantu tokoh
utama. Sedikit berbeda dengan Nando, dalam ceritanya Nando sama sekali
tidak didukung dan dibantu oleh temannya. Ia selalu berdoa apabila
menginginkan sesuatu.
Hal ini menjadi karakteristik dari formula cerita fabel harian Kompas
tahun 2015 karena sama sekali tidak memunculkan tokoh antagonis.
Kebanyakan fabel memunculkan tokoh antagonis yang berfungsi sebagai
penegas bahwa tokoh utama adalah tokoh yang kuat dan mampu
mengalahkan musuh. Contohnya pada cerita-cerita Kancil yang berhasil
mengalahkan musuh-musuhnya dengan berbagai tipu daya. Pada fabel
harian Kompas musuh yang dihadapi oleh tokoh utama adalah sifat buruk
mereka masing-masing.
d. Klimaks
Klimaks yang dimiliki ketiga fabel selalu berisi pesan moral untuk
pembacanya. Pesan moral tersebut merupakan nasihat atas sifat-sifat buruk
yang dimiliki ketiga tokoh utama. Pesan moral yang muncul pada fabel
Keajaiban Pesan Ibu adalah pesan agar tidak melanggar nasihat ibu dan
manfaat mengingat pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh ibu. Pesan
moral yang muncul pada fabel Nando Tak Pernah Bersyukur adalah pesan
agar selalu bersyukur dengan apa yang telah dimiliki sedangkan pesan
171
moral yang dimunculkan dalam fabel Ujian Akhir Fija adalah pesan agar
mempercayai kemampuan diri sendiri.
Formula cerita berdasarkan fakta cerita pada fabel harian Kompas
tahun 2015 adalah cerita selalu dibuka dengan pengenalan tokoh, latar
peristiwa, dan konflik yang akan dihadapi tokoh utama. Bagian tengah
selalu memiliki porsi yang lebih panjang berupa konflik utama yang
dihadapi tokoh utama yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu
hari. Bagian akhir cerita selalu berisi kesimpulan dan pesan moral dari
cerita tersebut. Tokoh utama selalu dihadirkan dengan sifat yang jelek
hingga pada akhirnya sifat tersebutlah yang menimbulkan konflik yang
pada akhirnya dijadikan sebuah nasihat pada bagian akhir cerita. Tokoh
antagonis sama sekali tidak dimunculkan karena konflik murni muncul
karena sifat jelek yang dimiliki tokoh utama. Hal ini dikarenakan cerita
anak harian Kompas bertujuan memberikan nasihat kepada anak melalui
hal-hal yang bisa membuat anak jera, yaitu akibat yang muncul dari sifat-
sifat buruk yang dimiliki.
e. Tema
Mayoritas cerita anak Harian Kompas pada tahun 2015 mengangkat
tema mengenai seputar kemajuan teknologi dan ajakan untuk kembali
mengenal kebudayaan dan kearifan lokal. Seperti diketahui, tahun 2015
merupakan tahun dimana perkembangan globalisasi sangat pesat, seperti
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jadi, tema-tema
172
yang diangkat oleh harian Kompas tentunya seputar kemajuan teknologi
sehingga tema tersebut sangat hangat dan menarik untuk anak.
Berbeda dengan mayoritas cerita anak pada harian Kompas lainnya,
ketiga cerita anak dalam bentuk fabel ini ini tidak mengajak secara fisik,
namun mengajak secara moral. Jika tema-tema pada cerita realistik
mengajak anak-anak untuk mengenali kembali kearifan-kearifan lokal
dalam bentuk fisik, seperti membuat wayang dari daun singkong,
mengenali budaya masak batu, hingga mengenali buah-buah lokal, ketiga
cerita fabel harian Kompas 2015 mengajak anak-anak untuk mengenali
kearifan lokal melalui bentuk karakter.
Fabel Keajaiban Pesan Ibu memiliki tema utama manfaat nasihat
seorang ibu. Tema ini mengajak anak-anak untuk tidak melalaikan pesan-
pesan yang disampaikan oleh sang ibu. Mematuhi pesan ibu merupakan
budaya lokal yang dimiliki oleh Indonesia. Sejak dulu, anak-anak
diajarkan untuk mematuhi segala hal yang disampaikan oleh seorang ibu.
Maka munculah banyak ungkapan mengenai hal ini, seperti surga berada
di bawah telapak kaki ibu. Di tahun dengan perkembangan IPTEK yang
tinggi ini, cerita ini mengajak anak-anak untuk tetap berpegang pada
budaya untuk selalu mematuhi nasihat yang disampaikan oleh seorang ibu
dan tidak terbuai dengan kebudayaan-kebudayaan asing yang mulai masuk
ke Indonesia.
Fabel Nando Tak Pernah Bersyukur memiliki tema utama akibat
tidak pernah bersyukur. Tema ini mengajak anak-anak untuk selalu
bersyukur dengan apa yang telah dimiliki. Selalu bersyukur merupakan
173
budaya lokal yang selalu diajarkan, maka melalui cerita ini, harian Kompas
mengajak anak-anak Indonesia untuk terus bersyukur walaupun sedang
dihadapkan dengan budaya asing yang mulai masuk ke Indonesia.
Fabel Ujian Akhir Fija memiliki tema utama pentingnya rasa
percaya percaya diri. Melali tema ini, harian Kompas ingin mengajak
anak-anak untuk terus percaya pada kemampuan diri sendiri. Meski
banyak persaingan dari budaya luar yang nantinya masuk ke Indonesia,
anak-anak harus tetap mempercayai kemampuannya.
Dari ketiga fabel tersebut, dapat kita lihat bahwa pola pada tema
yang disampaikan oleh ketiganya memiliki satu tema yang sama, yaitu
mengajak anak-anak untuk terus menumbuhkan karakter yang sesuai
dengan budaya lokal bangsa Indonesia. Tema-tema tersebut juga mengajak
untuk bisa mempertahankan karakter dan pola pemikiran lokal di tengah
maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia. Hal ini menjadi satu
karakteristik formula fabel pada harian Kompas tahun 2015.
174
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
Fakta cerita, tema, dan sarana sastra pada Fabel anak harian Kompas pada
tahun 2015 ini sangat logis. Alur cerita memiliki plausibilitas yang baik. Setiap
konflik merupakan akibat dari tindakan yang dilakukan oleh tokoh utama. Latar
pada fabel harian Kompas tahun 2015 juga sesuai dengan tema utama cerita. Judul
fabel memiliki hubungan yang erat dengan gagasan utama cerita. Fabel dikemas
menggunakan gaya yang sangat sederhana dan minim penggunaan simbolisme.
Setiap unsur cerita pada fabel anak harian Kompas tahun 2015 ini memiliki
hubungan yang erat sehingga, membentuk satu kesatuan. Setiap unsur dalam fabel
anak harian Kompas memiliki hubungan yang sangat erat dan saling
mempengaruhi. Sehingga, membentuk satu kesatuan dunia cerita.
Fabel anak harian Kompas tahun 2015 memiliki kualitas yang baik. Fabel-
fabel tersebut tidak menampilkan karakter yang banyak. Sehingga, alurnya padat
dan pesan yang disampaikan lebih mudah ditangkap oleh anak. Kausalitas dan
plausibilitas fabel Kompas juga sangat baik. Setiap peristiwa merupakan sebab
dan akibat dari peristiwa lainnya, apabila satu peristiwa dihilangkan akan merusak
jalannya alur dan plausibilitas cerita. Gaya bahasa dan simbolisme yang
digunakan dalam cerita juga sangat sederhana karena fabel Kompas merupakan
cerita yang ditujukan untuk anak yang memiliki keterbatasan, baik secara
pengalaman maupun bahasa. Setiap unsur dalam cerita juga memiliki hubungan
175
yang saling mempengaruhi sehingga gagasan utama cerita dapat disampaikan
dengan jelas.
Formula cerita pada fabel harian Kompas tahun 2015 adalah cerita selalu
dikemas menggunakan sudut pandang orang ketiga, dibuka dengan pengenalan
tokoh, latar peristiwa, dan konflik yang akan dihadapi tokoh utama. Bagian tengah
selalu memiliki porsi yang lebih panjang berupa konflik utama yang dihadapi
tokoh utama yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu hari, bagian akhir
cerita selalu berisi kesimpulan dan pesan moral dari cerita tersebut. Tidak ada
tokoh antagonis yang dihadirkan. Peran antagonis hadir melalui gejolak batin
yang dimiliki oleh tokoh utama. Tokoh utama selalu dihadirkan dengan sifat yang
jelek, akhirnya sifat tersebut lah yang menimbulkan konflik. Pada akhirnya sifat
buruk tokoh utama dijadikan sebuah nasihat pada bagian akhir cerita. Ketiga fabel
memilili satu tema yang sama, yaitu ajakan untuk bisa mempertahankan karakter
dan pola pemikiran lokal di tengah maraknya budaya asing yang masuk ke
Indonesia.
B. Saran
Saran yang diberikan penulis kepada mahasiswa Sastra Indonesia berkenaan
dengan penelitian cerita anak fabel harian Kompas tahun 2015 adalah sebagai
berikut.
1. Cerita anak dalam harian Kompas tahun 2015 masih sangat menarik untuk
diteliti karena pada tahun ini memiliki keistimewaan, yaitu mayoritas tema
cerita mengenai masuknya budaya asing ke Indonesia.
176
2. Cerita anak dalam bentuk fabel sangat menarik untuk diteliti karena meski
tergolong ke dalam cerita tradisional, fabel masih tetap bertahan hingga
sekarang.
177
DAFTAR PUSTAKA
Faruk. 2014. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hasanuddin. 2012. “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Teks Sastra Anak
pada Cerita Anak Terbitan Harian Kompas”. Laporan Penelitian,
Universitas Negeri Padang (tidak diterbitkan).
Kurniawan, Heru. 2013. Sastra Anak: dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi,
Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Manurung, Abdul Rahman. 2013. “Analisis Nilai-Nilai Moral dalam Sastra Anak
pada Surat Kabar Harian Kompas Edisi Maret 2013.” Skripsi, Universitas
Negeri Medan (tidak diterbitkan).
Nova, Asra Hayati Syahrul. 2015. “Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Anak Harian
Kompas 2013.” Skripsi, Universitas Andalas (tidak diterbitkan).
Nurgiyantoro, Burhan. 2006. “Genre Sastra Anak di Harian Kompas Minggu”.
Laporan Penelitian, Universitas Negeri Yogyakarta (tidak diterbitkan).
_________. 2013. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Nuryadin, A. 2008. “Nilai Nilai Akhlak dalam Cerita Anak Harian KOMPAS”.
Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (tidak
diterbitkan).
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Gama Media.
Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Sarumpaet, Riris K. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi (diterjemahkan oleh Sugihastuti). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugihastuti. 2013. Serba-Serbi Cerita Anak-Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: CAPS.
__________. 2015. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
178
Teew, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1968. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Sumber Surat Kabar
Awam. 2015. “Keajaiban Pesan Ibu”. Dalam Kompas. 6 Desember 2015. Jakarta.
FiFadila. 2015. “Ujian Akhir Fija”. Dalam Kompas. 1 Maret 2015. Jakarta.
Sinaga, Ramajani. 2015. “Nando Tak Pernah Bersyukur”. Dalam Kompas. 11
Oktober 2015. Jakarta.
Sumber Internet
Ardi, Monicha, dkk. 2013. Kecenderungan Tematis Cerpen Anak dalam Harian
Kompas Edisi Januari-Maret 2012: Kajian Sosiologi Sastra.
www.ejurnal.unp.ac.id (diakses pada 7 Maret 2016 pukul 10.00 WIB).
Hayati, Yenni. Aspek Psikologis dalam Sastra Anak pada Majalah Bobo edisi
2010. 22 Mei 2012. www.cintasastrahayati.com (diakses pada 5 Mei 2016
pukul 13.30).
Nugraha, Pepih. Penyu Menjadi Pahlawan. 16 Oktober 2015.
www.bobo.kidnesia.com (diakses pada 1 Juli 2016 pukul 17.00 WIB).
Wila, Margareta. Kuda yang Berani. 27 Januari 2016. www.cerpenmu.com
(diakses pada 1 Juli 2016 pukul 14.30 WIB).
www.kompasinteractivedisplay.com (diakses pada 20 Februari 2016 pukul 11.30
WIB).
www.googleweblight.com (diakses pada 20 Februari 2016 pukul 10.00 WIB)
www.4imn.com (diakses pada 7 Maret 2016 pukul 09.30 WIB).