39
BAB IV ANALISIS Analisis dilakukan untuk mengetahui karakteristik penggunaan lahan dengan lebih dahulu mengetahui potensi dan permasalahan yang ada sehingga dapat memberikan saran atau rekomendasi dalam hal penggunaan lahan. Berikut ini adalah analisis-analisis yang dilakukan. 4.1 Analisis Distribusi Penduduk Analisis distribusi penduduk bertujuan untuk mengetahui pendistribusian penduduk di suatu wilayah dengan melihat tingkat kepadatan penduduk dan pola penyebarannya. Tingkat kepadatan memiliki ukuran sebagai berikut: 1. Daerah Padat (DP) adalah daerah dengan jumlah penduduk diatas 300 orang/Ha. 2. Daerah Kurang Padat (DKP) adalah daerah dengan jumlah peduduk 50 orang – 300 orang/Ha. 3. Daerah Tidak Padat (DTP) adalah daerah dengan jumlah penduduk dibawah 50 orang/Ha. (sumber: Materi perencanaan wilayah dan kota, 2005) Berikut ini tingkat kepadatan per RW penduduk kelurahan Kramat dijabarkan pada tabel berikut Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Bruto Penduduk Kelurahan Kramat Tahun 2007 RW Luas Jumlah Kepadat Tingkat

BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

BAB IV

ANALISIS

Analisis dilakukan untuk mengetahui karakteristik penggunaan lahan dengan lebih dahulu

mengetahui potensi dan permasalahan yang ada sehingga dapat memberikan saran atau rekomendasi

dalam hal penggunaan lahan. Berikut ini adalah analisis-analisis yang dilakukan.

4.1 Analisis Distribusi Penduduk

Analisis distribusi penduduk bertujuan untuk mengetahui pendistribusian penduduk di suatu wilayah

dengan melihat tingkat kepadatan penduduk dan pola penyebarannya. Tingkat kepadatan memiliki ukuran

sebagai berikut:

1. Daerah Padat (DP) adalah daerah dengan jumlah penduduk diatas 300 orang/Ha.

2. Daerah Kurang Padat (DKP) adalah daerah dengan jumlah peduduk 50 orang – 300 orang/Ha.

3. Daerah Tidak Padat (DTP) adalah daerah dengan jumlah penduduk dibawah 50 orang/Ha.

(sumber: Materi perencanaan wilayah dan kota, 2005)

Berikut ini tingkat kepadatan per RW penduduk kelurahan Kramat dijabarkan pada tabel berikut

Tabel 4.1 Tingkat Kepadatan Bruto Penduduk Kelurahan Kramat Tahun 2007

RW Luas Wilayah

(ha)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)

TingkatKepadatan

01 11,34 4212 371,42 Daerah Padat02 14,17 1680 118,37 Daerah Kurang padat03 7,08 2971 419,63 Daerah Padat04 7,79 2846 365,34 Daerah Padat05 9.22 2754 298,69 Daerah Kurang Padat06 6,38 3319 520,21 Daerah Padat07 9,93 3173 282,17 Daerah Kurang Padat08 4,93 2802 568,35 Daerah Padat

Total 70,87 23757 335 Daerah Padat(sumber: Diolah Kelompok dari Buku monografi Kelurahan Kramat tahun 2007)

Rata-rata kepadatan penduduk di Kelurahan Kramat adalah sebesar 335 jiwa/Ha. Angka tersebut

menerangkan bahwa setiap Ha dihuni oleh 335 jiwa. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kepadatan

penduduk terbesar terdapat di RW 06 karena luas wilayah RW 06 paling kecil tetapi jumlah penduduknya

paling banyak. Hal ini dikarenakan RW 06 merupakan permukiman. Pada kondisi eksisting, pemukiman di

Page 2: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

RW 06 cenderung kumuh, dimana jumlah penduduk yang tinggal di RW 06 melebihi kapasitas daya

tampung untuk menjadi kawasan yang nyaman untuk dihuni.

Pola persebaran kepadatan penduduk kelurahan Kramat terkonsentrasi di RW 03, RW 06 dan RW

08. RW 02 yang memiliki luasan terluas memliki jumlah penduduk terendah, hal ini dikarenakan RW 02

diperuntuhkan sebagai pusat perdagangan.

Secara keseluruhan kelurahan Kramat merupakan daerah yang padat, dikarenakan letaknya yang

terletak yang stategis. Hal ini ditunjukan dengan adanya kemudahan akses dan banyaknya tanportasi

public. Kelurahan Kramat dekat dengan terminal bus Senen yang merupakan terminal bus dalam kota.

Selain itu kelurahan ini dekat dengan stasiun kereta api Senen yang merupakan Stasiun kereta untuk skala

dalam kota dan luar kota.

4.1.2 Kesesuaian dengan rencana

Kepadatan penduduk menurut proyeksi pada RRTRW kecamatan Kramat tahun 2005 adalah

sebanyak 461 jiwa/ha. Sedangkan pada kondisi eksisting tahun 2007 kepadatan penduduk hanya 335

jiwa/ha. Hal ini menunjukkan jumlah kepadatan di kelurahan Kramat masih berada dibawah batas

ketentuan rencana yang ada. Hal ini juga diperkuat oleh penggunaan lahan di RW 02 yang merupakan

kawasan komersil perkantoran sehingga banyak lahan yang dibuat menjadi perkantoran yang

menyebabkan RW 02 ramai pada siang hari dan sepi pada malam harinya, karena orang yang bekerja

pada perkantoran sebagian besar tidak tinggal di Kelurahan Kramat.

4.2. Analisis Pola Penggunaan Lahan

Manfaat analisis pola penggunaan lahan adalah untuk menganalisis pola kecenderungan

penggunaan lahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu. Analisis ini terbagi menjadi 2, yaitu analisis

karakteristik penggunaan lahan eksisting serta analisis pola perubahan penggunaan lahan (time series).

Tujuan dilakukannya analisis pola penggunaan lahan adalah untuk mengetahui karakteristik

penggunaan lahan eksisting dan kecenderungan perubahan penggunaan lahan di kelurahan Kramat mulai

tahun 2003 hingga 20007(eksisting).

4.2.Analisis Karakteristik Penggunaan Lahan Eksisting

Page 3: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penggunaan lahan eksisting di kelurahan

Kramat. Analisis ini mencakup proporsi dan pola penggunaan lahan eksisting, keterkaitan pola

penggunaan lahan, ketinggian bangunan, dan harga lahan.

Berikut merupakan tabel persentase penggunaan lahan eksisting di kelurahan Kramat:

Tabel 4.2.1

Luas dan Persentase Penggunaan Lahan Eksisiting kelurahan Kramat

Tahun 2007

No. Jenis Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Persentase (%)

1. Wisma Kecil 13,63 19,23

2. Wisma Besar 16 22,57

3. Wisma Perdagangan 7,3 10,3

4. Wisma Industri Kecil 0,7 0,98

4. Karya Pemerintahan 2,4 3,38

5. Karya Perkantoran 4,2 5,92

6. Karya Perdagangan 6,1 8,6

7. Suka Pendidikan 2.2 3,1

8. Suka Keagamaan 2.1 2,96

9. Suka Kesehatan 1.7 2,3

10. Suka SosiaL Budaya 0.3 0,42

11. Penyempurna hijau umum

3.474,89

12.l Marga dan saluran 10,77 15,19

Jumlah 70.87 100,0

Sumber: Diolah kelompok dari Peta Penggunaan Lahan Eksisting

Mayoritas penggunaan lahan eksisiting di kelurahan kramat didominasi oleh wisma kecil.

Perumahan terpusat di area dalam kelurahan, yakni daerah Kramat Pulo, Kembang Pacar, dan Kramat

Gundul. Sedangkan untuk pusat kegiatan terletak dijalan arteri Kramat Raya dan Kramat Bunder. (lebih

jelasnya dapat dilihat dalam peta penggunaan lahan eksisiting).

Page 4: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Pusat kegiatan di kelurahan kramat di pusatkan di sepanjang jalan arteri. Pengelompokan karya

perkantoran, karya perdagangaan, dan karya pemerintahan terletak di daerah jalan arteri hal ini

dikarenakan kemudahan akses dan pencapaiaan. Selain terletak di jalan ateri, pusat kegiatan terletak di

daerah jalan kolektor. Model ini lebih sesuai dengan model sektor yang dikembangkan oleh Homer Horyt.

Pusat kegiatan kelurahan Kamat pada awalnya terletak di jalan arteri, dalam perkembangannya

pusat ini menyebar di sepanjang jalan kolektor yang dilalui oleh tanportasi umum. Adanya transportasi

umum meningkatkan jumlah pergerakan dan jumlah aktivitas, dengan bertambahnya jumlah aktivitas

membuat lahan yang ada berubah secara fungsi. Perubahan fungsi antara lain dari wisma menjadi wisma

perdagangan. (lebih jelasnya akan dibahas pada kesesuaian terhadap rencana).

Berikut ini akan dijabarkan kesamaan model Homer Hory dengan kondisi eksisiting kelurahan

Kramat:

Tabel 4.2..2

Tabel Kesamaan Kondisi eksisiting dengan model Sektoral Homer Horyt

Model Sektor (Homer Horyt) Kondisi eksisting

Pusat Kota Pusat kegiatan dan fasilitas berpusat di jalan arteri

Kramat Raya dan Kramat Bunder.

Sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan

kawasan perdagangan.

Area wisma perdagangan yang terletak di

sepanjang jalan Kramat Sentiong dan Kramat Pulo.

Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut diatas, pada

bagian sebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu

kawasan tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh.

Area permuahan kecil, wisma kecil terletak di dekat

dengan pusat kegiataan. Terletak di Kramat Pulo dalam

merupakan wisma kecil

Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta

perdagangan, terletak sektor madyawisma.

Area ini merupakan, area karya perdagangan yang

terletak di Pasar Gaplok.

Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan

tempat tinggal golongan atas.

Area wisma besar, terletak di area Kramat Baru dan dan

Sedap Malam.

Sumber: diolah kelompok dari peta eksisting dan tinjauan teori.

Kramat Raya dan Kramat Bunder lebih difungsikan sebagai area komersial dan penyedian fasilitas,

hal ini dikarenakan area ini secara memang difungsikan sebagai pusat kegiatan kelurahan Kramat.Dengan

harga tanah yang lebih mahal dan memiliki intersitas yang lebih tinggi, secara nilai ekonomi area ini akan

optimal untuk area komersial.

Page 5: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Penggunaan lahan di kelurahan Kramat bervariasi, dengan pusat kegiatan terletak di jalan arteri

Kramat Raya, selain memiliki pusat kegiatan kelurahan Kramat memiliki sektor-sektor pelayanaan jasa dan

perdagangan yang terletak di jalan kolektor Kramat Sentiong dan arteri Kramat Bunder. Daerah perumahan

terletak setelah pusat kegiatan, pusat perumahan kelurahan Kramat dibagi atas perumahan skala kecil dan

perumahan skala besar. Model ini sesuaia dengan model yang dikembangakan Homer Hory. Berikut ini

akan dijabarkan pusat kegiatan kelurahan Kramat berdasakan teori sektoral Homer Hoyt dalam peta

analisis pusat kegiatan.

4.2.2Peta analis pusat kegiatan kel krmat

Page 6: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Penggunaan lahan ini dipengaruhi oleh adanya rute tanportasi, rencana ketinggian bangunan, dan

harga lahan. Untuk daerha yang terletak di jalan arteri memiliki harga lahan yang lebih tinggi dimana harga

lahannya juga lebih tinggi. Derah permukiman memiliki intensitas yang lebih rendah dan harga lahan juga

lebih rendah, penggunnaan lahan ini memiliki kemiripan berdasakan teori harga sewa lahan diman daerah

Page 7: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

yang memiliki nilai lahan tertinggi terletak di pusat kota dan difungsikan sebagai pusat kegiatan dengan

ketersedian akses yang baik.

Berikut ini akan adalah perbadingan penggunaaan lahan eksisting dengan rencana intensitas, dan

harga tanah eksisting berdasarkan nama jalan:

Tabel 4.2.3

Tabel Perbandingan Penggunaan Lahan Eksisiting, Rencana, Intensitas, dan Harga Berdasarkan Nama

Jalan.

Nama JalanHarga (Rp.)

MIN (Rp)

MAX (Rp)

Peruntukan Eksisting

Intensitas Maksimal

Tanportasi Masal

Muhammad Soleh

511.200 601.200 Wisma kecil < 1,2

Pal Putih dalam 511.200 897.600 Wisma besar Max 2,4Pal Putih 1.172.400 1.303.200 Wisma besar Max 2,4Pasar Gaplok 434.400 511.200 Wisma kecil, karya < 1,2 Miklolet 12Sedap Malam 601.200 687.600 Wisma besar, karya Max 2,4 Miklolet M01Tongkang 434.400 786.000 Wisma Besar Max 2,4Kembang Pacar

1.172.400 1.303.200 Wisma besar, wisma industri kecil

Max 2,4 Miklolet M01 A

Kramat Pulo 434.000 639.000 Wisma kecil. Wisma perdagangan, wisma

industri kecil

<1,2 Miklolet M01A, M35, kopaja P 15

Kembang Sepatu

687.600 786.000 Wisma Besar Max 2,4

Kramat Sentiong

434.400 687.600 Wisma kecil, wisma perdagangan

Max 2,4 Miklolet M01A, JP 05

Kramat Baru 1.172.400 1.303.200 Wisma Besar Max 2,4Kramat Bunder 1,172.400 1.303.200 Karya perdagangan Max 2,4 Bis umum, bus

way, metromini, dll

Kramat Raya 5.244.000 5.808.000 Karya perdagangan, karya perkantoran, karya

pemerintahan

Max 3 Bis umum, bus way, Metromini, dll

Sumber: diolah kelompok

Peralihan Penggunaan Lahan Sesuai Kemampuan “Sewa”

Office bid rent

Page 8: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Retail zone

Bid rent Residential zone

Retail bid rent

Office zone residential bid rent

U’ U”

Jarak ke pusat kota

Berdasarkan tabel diatas, harga lahan yang tertinggi adalah lahan yang terletak di jalan Kramat

Raya. Hal ini disebabkan karena Kramat Raya merupakan pusat kegiatan Kelurahan Kramat dan juga

dipergunakan sebagai area komersial dan penyedian fasilitas. Selain itu aksesibilitas jalan ini paling besar

terkait dengan fungsi dari jalan ini sendiri yaitu jalan arteri sekunder yang dilalui tranportasi umum dan

pribadi.

Kramat Raya memiliki harga lahan tertinggi, hal ini terkait dengan peruntukan di daerah itu yang

difungsikan sebagai karya perdangangan, karya pemerintahan, dan karya perkantoran. Selain itu Kramat

memiliki batas ketinggian bangunan tertinggi, dengan KLB max 3 merupakan KlB tertinggi di kelurahan

Kramat.

Sedangkan untuk area komersial dan area perdagangan tersebar secara sektor di Kramat Bunder,

Kramat Sentiong, dan Krmat Pulo. Harga lahan yang lebih murah dan tersediaan sarana tanportasi

membuat daerah sepanjang jalan kolektor berubah fungsi menjadi daerah komersial.(lebih jelasnya dapat

dilihat di peta anlisis)

Pola penggunaan lahan eksisiting berdasakan teori harga sewa, dimana lahan yang memiliki nilai

lebih tinggi terletak di pusat kegiatan kelurahan Kramat difungsikan sebagai karya perdagangan, karya

pemerintahan, karya perkantoran, dan fasilitas. Daerah perumahan terletak di daerah setelah pusat

kegiatan dengan harga lahan yang lebih murah.

Pola penggunaan juga bergantung pada intensitas bangunan dimana, daerah yang direncankan

sebagai kawasan dengan intensitas lebih tinggi terletak di pusat kegiataan dan di fungsikan sebagai karya

dan fasilitas. Daerah yang memiliki intensitas lebih rendah berfungsi sebagai wisma kecil dan wisma besar.

Dengan intensitas yang kecil dan digunakan sebsgai wisma kecil membuat daerah yang menjadi pusat

permukiman memiliki kepadatan penduduk yang tinggi (RW 06).

Pola penggunaaan lahan kelurahan Kramat dipengaruhi oleh tingkatan hirarki jalan, sarana dan

prasarana tranpotasi. Kramat Raya merupakan jalan arteri primer yang dilalu banyak kendaraan pribadi

Page 9: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

maupun umum, dengan adanya akases dan sarana yang baik area yang terletak di Kramat Raya akan

lebih optimal jika digunakan sebagai lahan komersial dan pusat kegiatan kelurahan Kramat.

4.4. Analisis Kesesuaian Lahan Eksisting dengan Rencana

Analisis ini berguna untuk mengetahui memetakan variasi berbanding kesesuaian dalam perencanaan

tata ruang yang telah dibuat oleh pemerintah untuk tata guna lahan tertentu melalui keseluruh kekuasaan

hukum atau area perencanaan.

Pada analisis ini akan dibandingkan peta land use existing dengan peta land use rencana dan

selanjutnya dihasilkan peta yang baru setelah dibandingkan (overlay), hasil dari overlay terjadi perubahan

land use antara peta land use existing dengan peta land use rencana pada peta kesuaian lahan elemen

land use seperti :

Perumahan (Wisma)

Pemerintahan dan Bangunan Umum

Perdagangan dan Jasa (Karya)

Pusat pelayanan sosial (Suka)

Jalur hijau dan kawasan yang terbuka (Penyempurna)

Penggunaan-penggunaan khusus, seperti industri.

Pada peta eksisiting kami menggunakan legenda berdasarkan rencana Rinci Kota (RRK) sedangkan

untuk peta rencana menggunakan legenda berdasarkan RRTRW Kecamatan. Pada RRK pembagian

rumah, karya, suka dibagi menjadi lebih rinci. Untuk membadingkan keadaan land used eksisiting dan

rencana digunkan metode over lay peta dimana peta tersebut menerangkan ketidaksesuian yang terjadi

antara rencana dengan eksisiting yang ada.

Daerah yang peruntukan lahannya sesuai diberi warna putih, dan penggunaan lahan eksisting yang

belum sesuai dengan rencana ditandai dengan cara diarsir. Analisis Kesesuaian lahan berdasarkan hasil

overlay menghasikan peta baru yaitu peta kesesuaian lahan.

Tabel 4.4.1 Perubahan Penggunaan Lahan Eksisting dengan Rencana

No.

Peruntukan tanah Rencana

Luas lahan (Ha)

Total Penggunaan Lahan Eksisiting

Luas (Ha)

TotalLuas yang tidak

sesuai

Page 10: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

1. Wisma dengan fasilitasnya 18,29 42,39 Wisma Kecil 13,63 37,63 -4,76

Wisma Besar 16

2. Wisma / bangunan umum dengan fasilitasnya

24,10 Wisma Perdagangan

7,3

Wisma Industri Kecil 0,7

4. Karya pemerintahan dengan fasilitasnya

2,4 2,4 Karya Pemerintahan

2,4 2,4 0

5. Karya bangunan umum dengan fasilitasnya

7,54 7,54 Karya Perkantoran 4,2 10,3 +2,76

Karya Perdagangan 6,1

8..

Suka / fasilitas umum 4,30 4,3 Suka Pendidikan 2.2 6.3 + 2

Suka Keagamaan 2.1

Suka Kesehatan 1.7

Suka SosiaL Budaya

0.3

9. Penyempurna hijau binaan dengan fasilitasnya

3,47 3,47 Penyempurna hijau umum

3.47 3,47 0

10. Marga / saluran dengan fasilitasnya.

10,77 10,77 Marga dan saluran 10,77 10,77 0

Jumlah 70,87

Tabel sumber : RRTRW Kecamatan Senen 2005

Perubahan penggunnana lahan yang terjadi ialah perubahan dari wisma menjadi karya, dengan

perubahan ini menambah jumlah sector kegiatan dan komersial di kelurahan Kramat tapi mengurangi

jumlah penduduk di kelurahan Kramat. Hal ini berdampak kepada pengurangan kepadatan, hal ini dapat

dilihat dari kepadatan kelurahan yang masih berada jauh dari batas kepadatan rencana

Dengan bertambahnya suka membuat masyarakat lebih mudah dalam akses pencapaian fasiltas, tapi

hal ini juga berdapak menurunnya jumlah kepadatan yang ada. Lebih jelasnya akan dibahas dalam analisis

dampak.

4.2.2Peta over lay

Page 11: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Tabel 4.4

Tabel ketidak-sesuaiaan Penggunanan Lahan Eksisiting dengan Rencana

Rencana Eksisting KLB Lokasi Hirarki Harga Tranportasi Nilai

Page 12: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Jalan max(Rp) Umum PerubahanWIsma Wisma

PerdaganganMaks 2,4

Kramat Sentiong, Kramat Pulo.

Kolektor Sekunder

687.600 M01, Jp 01 Setara

Wisma Wisma Industri Kecil

Maks 2,4

Kramat Sentiong, Kembang

Pacar.

Kolektor Sekunder

1.303.200 M01, M35 Setara

Wisma Karya Perdagangan

Maks 2,4

Kramat Pulo dan Pal Putih.

Kolektor Sekunder

897.600 M01 Naik

Karya perdagangan

Lahan Hijau belum

terbangun

Maks 3

Kramat Raya

ArteriSekunder

5.808.000 Bus umum, Bus way,

M01A

Turun

Wisma Suka Kesehatan

Maks 2,4

Kramat Sentiong

Kolektor Sekunder

687.600 M01 Naik

Karya Pemerintah

Lahan Hijau Belum

terbanguan

Maks 3

Kramat Raya

ArteriPrimer

5.808.000 Bus umum, Bus way,

M01A

Turun

Marga Karya perdagangan

Maks 2,4

Pasar Gaplok

Jalan Kereta

639.000 Kereta api Turun

1. Perubahan Wisma Menjadi Wisma Perdagangan

Perubahan dari warna (putih) menjadi wisma perdagangan (kuning diarsir pink) mendominasi di

sepanjang jalan kolektor Kramat Pulo, Kramat Sentiong dan Kembang Pacar, area ini dipergunakan

menjadi wisma perdagangan berupa ruko, yang dimanfaatkan sebagai tempat berdagang.

Perubahan ini disebabkan adanya akses yang baik di sepanjang jalan kolektor sehingga

kemudahan dalam pencapaian ini membuat munculnya banyak warga yang berdagang di wilayah tersebut.

Dampak negatif yang ditimbulkan ialah kemacetan hal ini dikarena di daerah tersebut tidak memiliki

fasilitas parkir yang memadai, ditambah sampah yang dihasilkan menjadi lebih banyak.

2. Perubahan Wisma ke Wisma Industri Kecil

Perubahan dari wisma (berwarna putih) ke Wisma industri Kecil (diarsir abu-abu) perubahan ini

hanya sedikit terjadi, perubahan yang ada dari wisma menjadi wisma industri berupa pengelasan dan

bengkel yang terletak di kramat sentiong dan daerah kembang pacar.

Perubahan ini dapat memberikan dampak positif yaitu, munculnya lapangan pekerjaan sehingga

dapat mengurangi pengangguran. Namun juga memberikan dampak negatif, yaitu kemacetan lalu lintas,

polusi udara dan kebisingan.

3. Perubahan Wisma ke Karya Perdagangan

Page 13: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Perubahan dari wisma (berwarna kuning) ke karya perdagangan (pink) dapat memberikan dampak

positif, yaitu memberikan peluang usaha kepada warga. Selain dapat mengurangi tingkat pengangguran,

warga dapat mudah mengaksesnya untuk memberikan kebutuhan yang diperlukan. Tapi juga berdampak

negatif terhadap kemacetan yang terjadi. Perubahan wisma menjadi karya perdagangan terletak di daerah

Kramat Pulo dan Pal Putih hal ini dikarekan dengan meningkatnya peningkatan pergerakan dengan

adanya tranportasi umum.

4. Perubahan Karya Perdagangan menjadi Lahan Hijau Belum Terbangun

Perubahan dari karya perdagangan (pink) ke lahan kosong (diarsir putih) terletak jalan arteri

Kramat Raya, perubahan yang terjadi dari area perdagangan menjadi lahan hijau yang belum terbangun.

Dengan adanya perubahan ini, berdampak pada berkurangnya pusat kegiatan, lahan yang ada menjadi

tidak terurus dan dibiarkan tidak terawat. Hal positif yang didapat ialah area ini dapat menambah jumlah

resapan.

5. Perubahan Wisma ke Suka Kesehatan

Perubahan ini terjadi dengan adanya klinik-klinik kesehatan dan klinik untuk praktek kesehatan

misalnya dokter. Yang terletak di Kramat Pulo dan terletak di Kramat Sentiong. Dengan bertambahnya

jumlah klinik membuat pelayanan kesehatan masyarakat lebih terpenuhi.

6. Perubahan Karya Pemerintahan ke Lahan Hijau Belum Terbangun

Perubahan dari karya pemerintahan (berwarna merah) ke hijau belum terbangun (hijau)

memberikan dampak negatif, yaitu semakin berkuranganya penyedian fasilitas untuk masyarakat.

Perubahan ini terjadi di jalan Kramat Raya dimana karya pemerintah di biarkan menjadi lahan kosong. Tapi

dengan adanya lahan ini menambah jumlah lahan resapan.

7. Perubahan Marga menjadi Karya Perdagangan

Perubahan ini jelas berdampak negative hal ini mengakibatkan tranportasi kerta api menjadi

terganggu. Hal ini karena jumlah sampah yang dihasilkan menjadi lebih banyak sehinggga mengganggu

aktivitas tranportasi yang ada. Selain itu tingkat kenyamanan masyarakat juga terabaikan. Berubahan ini

terjadi di sepanjang jalan kereta api pasar gaplok.

Kesimpulan Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan kelurahan Kramat lebih banyak dikarena adanya rute tranportasi,

dengan adanya rute tranportasi membuat jumlah pergerakan dan aktivitas tinggi sehingga peruntukan yang

Page 14: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

ada berubah fungsi dari wisma menjadi wisma campuran atau dari wisma menjadi karya. Daerah yang

mengalami perubahan memiliki niali alahan yang tidak terlaalu tinggi dalam artian lahan tersebut secara

ekonmi dapat dibeli dengan murah dan dapat berpotensi untuk kegiataan perdagangan karena adanya

tanportasi umum.

Daerah sekitar merupakan daerah penduduk yang padat sehingga diperlukan pusat-pusat

perdagangan, muculnya sector pelayanan jasa dan komersial area terletak di kramat pulo dan Krmat

Sentiong dimana daetrah tersebut merupakan pusat permukiman penduduk kelas bawah dengan

kepadatan yang tinggi.

Perubahan wisam menjadi wisma campuran untuk mengakomodasi kebutuhan pelayanan wilayah

sekitar yang merupakan wisma, hal ini sesuai dengan model yang dikembangkan oleh model hirarki spacial

Cristaller dimana area yang berkembang akan menjadi pusat pelayanan jasa. Seperti yang diterangkan

oleh Cristaller daerah yang akan menjadi pusat pelayanan dipengaruhi oleh:

• Asas pasar : Ditinjau dari jangkauan barang, konsumen akan memilih tempat terdekat dalam

pemenuhan kebutuhan (sifatnya ekonomis)

• Asas perangkutan :Persebaran tempat-tempat menguntungkan jika terletak pada jalan yg

menghubungkan dua kota yang penting, jalan penghubung tsb hendaknya sependek dan

selurus mungkin (sifatnya ekonomis).1

Jadi dapat disimpulkan dengan adanya sector perdagangan jasa di sepanjang Kramat pulo dan Kramat

sentiong untuk mengakomodasi keperluan pelayanaan daerah sekitar yang merupakan wisma.

Peta analisis

1 H. Pratikno Oktaviani Central Place Theory(Walter Christaller) dalam Materi Kuliah Analisis Lokasi & Pola Keruangan, Planologi Universitas Tarumanagara, 2008

Page 15: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

4.4 Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan (Time Series)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan perkembangan penggunaan lahan dari

tahun 2003 hingga 2007 (eksisting) di kelurahan Kramat. Analisis ini di lakukan dengan cara melihat yang

terjadi pada tahun 2003 hingga 2007 (eksisting) kemudian dijabarkan ke dalam bentuk tabel.

Tabel 4.4.1 Luas Wilayah Kelurahan Kramat Menurut Peruntukan Tanah

No. Pereruntukan 2003 2004 2005 2006 2007

1. Perumahan 51,80 Ha 51,80 Ha 51,80 Ha 51,80 Ha 51,80 Ha

2. Industri - - - - -

3. Fasilitas umum 15,79 Ha 15,79 Ha 15,79 Ha 15,79 Ha 15,79 Ha

Page 16: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

4. Pemakaman - - - - -

5. Lain – lain 04,00 Ha 04,00 Ha 04,00 Ha 04,00 Ha 04,00 Ha

Jumlah 70,87 Ha 70,87 Ha 70,87 Ha 70,87 Ha 70,87 Ha

Tabel (Sumber: Dilolah kelompok dari Monografi dan Demografi Kelurahan Kramat Tahun 2003-2007)

Tabel 4.4.2 Luas Wilayah Kelurahan Kramat Menurut Status Tanah

No. Status tanah 2003 2004 2005 2006 2007

1. Tanah Negara 11,08 Ha 11,08 Ha 11,08 Ha 11,08 Ha 11,08 Ha

2. Tanah milik / adat 46,00 Ha 46,00 Ha 46,00 Ha 46,00 Ha 46,00 Ha

3. Tanah wakaf 06,70 Ha 06,70 Ha 06,70 Ha 06,70 Ha 06,70 Ha

4. Lain – lain 07,00 Ha 07,00 Ha 07,00 Ha 07,00 Ha 07,00 Ha

Tabel (Sumber: Dilolah kelompok dari Monografi dan Demografi Kelurahan Kramat Tahun 2003-2007)

A. Lahan Tahun 2003

Pada tahun 2003 penggunaan lahan di Kelurahan Kramat di dominasi oleh perumahan yaitu

sebesar 51,8 Ha dan fasilitas umum sebesar 15,79 Ha. Selebihnya berupa karya,marga dan

pelengkap fasilitas.

B. Penggunaan Lahan Tahun 2004 – 2007

Pada jangka waktu saat ini tidak terdapat perubahan yang signifikan dari tahun 2003 pada luas

peruntukan lahan untuk perumahan, fasilitas umum, ,maupun peruntukan tanah yang lainnya.

Pada perumahan, luas perumahan tidak bertambah tetapi terjadi perubahan pada fungsi dari

perumahan itu sendiri dari wisma menjadi wisma campuran yaitu dijadikan tempat usaha.

Sedangkan untuk fasilitas dan penyempurna tidak mengalami perkembangan dalam 5 tahun

terakhir karena wilayah Kelurahan Kramat sudah sangat padat.

Hal lain yang memmpengaruhi ialah kepemilikan tanah di wilayah ini lebih banyak dimiliki

oleh masyarakat pribadi, sehingga pihak pengembang yang ingin mengembangkan kawasan ini

menjadi terhambat masalah kepemilikan tanah dan status tanah yang ada. Ditambah pembebasan

yang sulit dilakukan secara besar-besaran karena telah menjadi milik masing-masing orang.

Pembangunan yang ada difokuskan di daerah jalan arteri hal ini dikarenakan wilayah ini

merupakan pusat kelurahan Kramat yang diperuntukan sebagai karya perdagangan dan karya

perkantoran

Page 17: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Hal ini disebabkan kelurahan Kramat merupakan kawasan yang dikembangan secara

pribadi/ non developer, sehingga penyediaan fasilitas hanya mengandalkan pemberdayaan dari

pemerintah. Perubahan yang ada menjadi lebih sektoral dalam arti perubahan yang terjadi lebih

dikarenakan efisiensi fungsi. Misalnya di Kramat Pulo karena area ini dilalui oleh kendaran umum

membuat meningkatnya pola pergerakan. Dengan meningkatnya aktivitas yang ada menyebabkan

berubahnya pengunaan lahan secara fungsi. Kramat pulo sebagai daerah perumahan berubah

fungsi menjadi wisma campuran berupa ruko/kios-kios kecil dana karya perdagangan.

4.5 Analisis Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Eksisting ke Rencana

Analisis dampak perubahan penggunaan lahan eksisting ke rencana ini bertujuan untuk mengetahui

dampak penggunaan lahan eksisting ke penggunaan lahan yang telah direncanakan terhadap masyarakat

dan lingkungan sekitarnya. Analisis ini didapat berdasarkan hasil analisis kesesuaian penggunaan lahan

eksisting dan rencana yang tertuang pada peta overlay .

1. Dampak perubahan Wisma menjadi Ruko/Rukan (wisma campuran) dan Wisma Industri

kecil dan karya.

Dengan adanya perubahan penggunaan lahan dari wisma menjadi ruko/rukan menimbulkan

dampak :

Tabel 4.5.1

Tabel Dampak Penggunaan Lahan Wisma Menjadi Ruko/Rukan di Kelurahan Kramat

Dampak Perubahan Pengunaan Lahan

Positif Negatif

Terbukanya peluang usaha Bertambahnya jumlah fasilitas

umum Bertambah atau berkurangnya

kepadatan penduduk Bertambahnya pusat-pusat

kegiatan sebagai insentive perkembangan pembangunan

Meningkatnya pendapatan masyarakat kelurahan kramat

Mudahnya mengakses kebutuhan

Bertambahnya berkurangnya kepadatan penduduk

Perubahan pola pergerakan yang meningkatnya arus lalu lintas dan cenderung menambah kemacetan

Bertambahnya kebisingan Terjadinya perubahan tanpa

izin Menimbulkan polusi udara dan

suara

Page 18: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

barang dan jasaSumber : Diolah Kelompok

Perubahan dari wisma menjadi wisma perdagangan membuat suasana kegiatan masyarakat

sekitar menjadi lebih ramai dimana dengan adanya pusat perdagangan di sepanjang jalan kolektor

membuat masyarakat menjadi lebih mudah dalam hal pencapaian barang dan jasa.

Dampak positif yang ditimbulkan oleh perubahan penggunaan lahan ini adalah tersedianya

beraneka ragam barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.. dengan dilalui

kendaraan umum membuat arus kendaran menjadi lebih ramai, hal ini membuat kemacetan sering terjadi

di sepanjangng jalan kolektor yang di gunakan sebagai tempat berjualan. (dapat dilihat di peta simpul

kemacetan).

2. Dampak Perubahan Wisma menjadi Suka/fasilitas

Dampak dari perubahan lahan wisma menjadi suka/fasilitas dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5.2

Tabel Dampak Penggunaan Lahan Wisma Menjadi Suka/Fasilitas di Kelurahan Kramat

Dampak Perubahan Pengunaan Lahan

Positif Negatif

Bertambahnya fasilitas umum Berkurangnya kepadatan

penduduk Memudahakan pencapaian

fasilitas Terbentuknya suatu komunitas

Berkurangnya kepadatan penduduk

Terbentuknya suatu komunitas

Sumber : Diolah Kelompok

Perubahan lahan dari Wisma menjadi Suka berdampak positif bagi pelayanan untuk masyarakat,

sehingga pelayanan untuk masyarakat bertambah dan mudahnya masyarakat dalam pelayanan. hal lain

dengan adanya perubahan wisma menjadi suka membuat kepadatan penduduk berkurang. Dengan

bertambahnya jumlah fasilitas membuat akses pencapaaian barang dan jasa menjadi lebih mudah.

3. Dampak Perubahan Karya Perdangangan menjadi Lahan Hijau Belum Terbanguan

Perubahan penggunaan lahan dari karya perdagangan menjadi lahan kosong terdapat di jalan arteri

Kramat Raya, perubahan ini terjadi membuat area komersial di kelurahan ini berkurang dan membuat

pelayanan terhadap masyarakat menjadi lebih susah. Hal lain yang menjadi permasalahan ialah lahan

Page 19: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

yang ada dibiarkan tak terbangun sehingga membuat pemandangan yang ada terlihat tidak

menyenangkan. Hal positive yang ada membuat meningkatnya jumlah lahan resapan yang ada.

Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan akibat perubahan lahan dari karya perdangangan menjadi

lahan kosong hijau belum terbangun:

Tabel 4.5.3

Tabel Dampak Penggunaan Lahan Wisma Menjadi Lahan Kosong di Kelurahan Kramat

Dampak Perubahan Penggunaan Lahan

Positif Negatif

Daerah resapan air semakin banyak

Mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas

Berkurangnya kepadatan penduduk

Perubahan pola aktivitas dan pergerakan

Mengurangi ektetika pemandangan

Susahnya pencapaian akan lahan komersial

Sumber : Diolah Kelompok

Perubahan pengggunaan lahan di daerah Kramat Raya ini membuat pencapai masyarakat ke area

perdagangan menjadi berkurang, hal ini disebabkan oleh harga lahan yang lebih mahal untuk daerah

Kramat Raya dan ditambah peruntukannya yang merupakan daerah komersial. Tapi kenyataan yang ada,

ada lahan yang belum terbangun hal ini terkait dengan kondisi lingkungan sekitar yang penduduk padat

dan masih terdapat permukiman penduduk yang cenderung kumuh.

4. Dampak Perubahan Marga menjadi Karya

Berikut adalah tabel dampak perubahan suka/fasilitas menjadi wisma :

Tabel 4.5.4

Tabel Dampak Penggunaan Lahan Suka/Fasilitas Menjadi Wisma di Kelurahan Kramat

Dampak Perubahan Penggunaan Lahan

Positif Negatif

Mengurangi lahan resapan Berubahnya sistem aktivitas Terjadinya pola pergerakan aktivitas Bertamabahnya pendapatan

masyarakat Mudahnya akses pencapaian

Terganggunya keselamatan secara umum

Adanya banguanan dan kios yang dibangun secara liar

Mengganggu aktivitas pergerakan tranportasi sakala kota

Page 20: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

Mengganggu keselamatan penggunna kereta dan kegiatan itu sendiri

Bertambahnya jumlah kriminalitas

Sumber : Diolah Kelompok

Perubahan marga menjadi area karya ini terjadi di sepanjang Pasar Gaplok, perubahan yang ada

ini jelas berdampak negatif, jalan kereta api yang seharusnya hanya difungsikan sebagai marga berubah

fungsi menjadi pasar yang komersial dimana masyarakat lebih memilih berbelanja di pasar ini. Hal ini

dikarenakan kemudahan pencapaian dan satu-satunya pasar yang cukup untuk mengakomodasi

kepentingan masyarakat. Tapi hal ini berdapak negatif terhadap keselamatan pengguna pasar maupun

pengguna kereta. Penggusuran yang ada seringkali dilakukan tapi hingga saat ini pasar ini masih ada. Hal

lain dengan adanya pasar ini membuat berkurangnya lahan resapan hijau di area sekitar bantaran rel

kereta api dan meningkatnya jumlah kriminalitas.

4.6 Anilisis Carrying Capasitiy (Daya Dukung Lahan)

Daya dukung lahan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia &

makhluk lain. Daya dukung perlu dipertahankan sebagai acuan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Pada sub

bab ini, analisis daya dukung lahan bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan lahan Kelurahan Kramat

sebagai wisma, dan juga daya dukung jalan Kramat Raya yang berada di Kelurahan Kramat dan merupakan jalan

arteri dengan cara membandingkan standar wisma dan kapasitas jalan yang baik dengan kondisi eksisting.

Pusat kegiatan kelurah Kramat terletak di sepanjang jalan arteri, hal ini membuat arus pergerakan

menjadi tinggi. Secara letak geografis kelurahan ini terletak di Jakarta pusat yang merupakan jalur utama

kendaraan, dari arah Kampung melayu menuju ke Ancol sehingga membuat banyak kendaraan umum

maupun pribadi yang melewati wilayah ini. Dengan tingginya jumlah pergerakan, wilayah ini dioptimalkan

sebagai area perdagangan, perkantoran, dan pusat faslitas.

Penyediaan jumlah faslitas dan area komersial ini tidak didukung oleh penyedian sarana fasilitas

parkir yang memadai sehingga masih banyak area komersial yang mengandalkan parkir di jalan, hal ini

membuat kemacetan sering terjadi di jam pulang kantor, atau jam kantor. Kemacetan sering terjadi di

simpangan menju ke Cikini dimana berkumpul arus dari arah senen, dan ancol yang ingin menuju ke

daerah Kampung Melayu dan daerah Cikini.

Pada jam pulang kantor sering ditemui kemacetan dikarenakan badan jalan sebagai tempat parkir.

Penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir membuat berkurangnya satu lajur, sehingga sehingga

daya tampung jalan terhadap arus kendaraan juga berkurang. Dengan keadaan seperti ini membuat pada

Page 21: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

jam sibuk daya tampung jalan tidak dapat menampung jumlah kendaaan yang melintasi jalan arteri Kramat

Raya.

Lahan yang akan di analisis adalah jalan arteri primer yaitu jl. Kramat Raya. Pada awalnya di jalan

ini terdapat 6 lajur pada masing – masing jalur. Pada jalur jalan yang berada di tepi Kelurahan Kramat

seharusnya semua lajur dapat digunakan secara optimal. Namun, pada kondisi eksisting, hanya 3 lajur

yang dapat digunakan oleh kendaraan yang melewati jalan tersebut. Hal ini dikarenakan 1 lajur digunakan

untuk busway,dan 2 lajur yang berada di tepi telah digunakan untuk parkir on street. Adapun penggunaan

2 lajur untuk parkir on street dikarenakan di sepanjang jalan Kramat Raya merupakan perkantoran dan

area komersil yang memiliki lahan parkir yang terbatas,sehingga menggunakan jalan untuk tempat parkir.

Dampak yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah semua kapasitas kendaraan yang melewati jalan ini yang

seharusnya di tanggung oleh 6 lajur hanya di tanggung oleh 3 lajur. Akibatnya 3 jalur tersebut tidak

berfungsi secara optimal dan kapasitas kendaraan yang melewati jalan ini mengalami pengurangan.

Variabel dampak:

Dampak yang ditimbulkan adalah kemacetan terutama pada jam sibuk. Selain itu dengan adanya parkir on

street, maka kendaraan yang melewati jalan Kramat Raya menjadi semakin tidak teratur. Hal ini terjadi pada saat

orang – orang yang parkir akan mengeluarkan kendaraannya, sehingga membuat kendaraan yang melewati jalan

tersebut menjadi terhambat.

Threshold:

Berdasarkan tabel diatas kapasitas rencana jalan arteri primer adalah <10000 smp/jam. Namun

karena hanya 3 lajur atau 50% dari jumlah lajur yang dapat digunakan, maka kapasitas jalan mengalami

Page 22: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

perubahan yaitu penurunan kapasitas menjadi <5000 smp/jam. Seharusnya jumlah kendaraan yang melalui

jalan ini lebih sedikit dari 5000 smp/jam agar kendaraan yang melalui jalan ini lancar. Sedangkan pada kondisi

eksisting frekuensi kendaraan yang melewati jalan tersebut pada jam sibuk sebesar 5670 smp/jam. Dari

angka ini dapat dilihat bahwa pada jam sibuk frekuensi jalan telah melampaui kapasitas dari jalan itu

sendiri dan mengakibatkan kemacetan. Sedangkan pada jam non sibuk, frekuensi jalan sebesar 2400

smp/jam masih dibawah ambang batas (threshold) jalan sehingga pelayanan jalan tersebut masih optimal.

BAB V

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai potensi yang dapat

dikembangkan serta permasalahan yang harus diatasi sektor penggunaan lahan di kelurahan Kramat. Berikut

merupakan potensi yang dimiliki oleh kelurahan ini terkait dengan sektor penggunaan lahan:

1. Letak yang Strategis dan Ketersedian Akses yang Baik

Kelurahan Kramat merupakan kelurahan yang berada di kotamadya Jakarta Pusat, sehingga letaknya

sangat stategis. Banyak kendaraan umum yang melintasi wilayah ini, dikarenakan kelurahan Krmat memiliki

dua jalan arteri sekunder yang menghubungkan arus kendaraan dalam kota. Selain itu kelurahan Kramat

Page 23: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

juga dsekat dengan terminal Bis Senen, sehingga banyak kendaraan umum yang melintas dari berbagai

arah. (lebih jelasnya dapat dilihat di peta rute tranportasi)

2. Memiliki Pusat Perdagangan

Kelurahan ini memiliki pusat perdagangan yang terletak di sepanjang jalan Kramat Raya dan Kramat

Bunder, dengan dikembangkan sebagai kawasan komersial. Daerah ini berpotensi, karena didukung

dengan ketersedian akses jalan yang baik, adanya tranportasi umum yang bervariasi.

3. Persebaran Fasilitas dasar yang Merata.

Persebaran fasilitas pendidikan, fasilitas keagamaaan telah tersebar merata (lebih jelasnya dapat dilihat di

peta persebaran fasilitas). Untuk fasilitas kesehatan terdapat puskesmas dan klinik lain yang mudah

dijangkau dengan tanporasai umum.

4. Jumlah Penduduk yang tinggi

Jumlah pendudk yang tinggi dapat dijadikan potensi, untuk menjadi tenaga kerja yang produktive. Untuk itu

dibutuhkan pelatihan keterampilan disertai penyedian lapanagan kerja untuk memberikan kesempatan

untuk bekerja.

5. Memiliki Pusat Pertokoan Khusus

Adanya pusat pertokoan khusus, yaini pusat komponen elektronik yang terletak dijalan Kramat Bunder.

Dengan adanya pusat pertokoan ini meningkatakan pendapatan dari sektor pajak.

Permasalahan

1. Adanya ketidak sesuai pembangunan, kawasan ini berkembang sendiri tanpa developer, sehingga

penyedian fasiltas dan sarana masih mengadalkan perananan pemerintah. Masalah yang timbul

adalah pembnagunan pasar liar di jalan Kereta api Pasar Gaplok. Ini harus dicermati secara

khusus karena dengan adanya pasar ini mengancam keselamatan dari penjual dan pembeli

bahkan dalam konteks yang lebih luas mengacam keamaanan masyarakat kota (pengguna kereta

api).

2. Karena dibangunan olah pribadi kualitas lingkungan yang ada tidak terjaga hal ini dikarenakan

kurangnya pengawasan dan konmtrol terhadap lingkungan. Pada kasus yang terjadi di RW 08

Page 24: BAB IV Analisis Tgpl 2diharuskan Niat

dengan luasan yang paling kecil memiliki kepadatan yang tinggi, sehingga kualitas lingkungan

yang ada cenderung menjadi kumuh.

3. Minimnya ruanag terbuka hijau, penghijauan hanya mengandalkan median jalan dan tanaman

yang ditanam masyarakat secara individu.

4. Di sebagian dari RW 02 dan RW 04 yang merupakan perumahan kelas kecil tidak memiliki sistem

drainase yang baik, sehingga pada saat musim hujan tiba daerah ini menjadi banjir.

5. Adanya lahan yang digunakan untuk parkir jalan raya, terletak di Kramat Raya. Sehingga pada

jam sibuk, daerah ini akan mengalami kemacetan.

Rekomendasi

Dengan melihat potensi dan permasalahan yang ada, kelompok kami menyarkaan berberapa masukan

diantaranya:

1. Pengembalian fungsi rel kereta api, hal ini harus dilakukan sehubungan dengan keamanan bagi

semua pihak yang terlibat. Daerah pinggir rel dapat difungsikan sebagai penghijauan.

2. Menyediakan area untuk pengganti Pasar Gaplok, karena pasar tidak layak dari segi kemanan dan

kebersihan.

3. Memberlakukan hukuman untuk parkir di jalan, dalam upaya pengurangan kemacetan di Jalan

Kramat Raya.

4. Mengembangkan area hijau yang belum terbangun di jalan Kramat Raya.

5. Membatasi perubahan fungsi wisma menjadi wisma perdagangan.

6. Memberikan dorongan pengembangan kawasan perdagangan agromerasi di daerah Kramat

Bunder, sebagai pusat pertokoan komponen elektronik.

7. Membangunan agromerasi home indudtri padat karya berupa kompeksi hal ini terkait dengan

potensi jumlah penduduk yang padat.