BAB I,V, DAFTAR PUSTAKA.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Document

PENERAPAN HUKUMAN MATI BAGI PELAKU TINDAKPIDANA KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSIDIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTAUNTUK SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEHGELAR SARJANA STRATA SATU DALAM HUKUM ISLAMOLEH:AHMAD DIAUDIN ANWARNIM : 03370262DI BAWAH BIMBINGANDRS. MAKHRUS MUNAJAT, M. HUMAHMAD BAHIEJ, S.H, M. HUMJINAYAH SIYASAHFAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA2010

PEDOMAN TRANSLITERASIPenulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini berdasarkan KeputusanBersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987.1. Konsonan TunggalHuruf ArabHuruf LatinHuruf ArabHuruf Latin Tidak dilambangkant} bz} t s|g jf h}q khk dl z|m rn zw sh sy s}y d} 2. VokalVokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokaltunggal atau monoftong dan rangkap atau diftong.a.Vokal Tunggalv

Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harkat,transliterasinya sebagai berikut:Tanda Nama Huruf LatinNamaFathahaaKasrohiiD{ammahuuContoh:- kataba -yaz\habu-suila- z\ukira b. Vokal RangkapVokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antaraharkat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:TandaNamaHuruf LatinNama Fath}ah dan yaaia dan iFath}ah dan wawuaua dan u Contoh:-kaifa h}aula3. MaddahMaddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,transliterasinya berupa huruf dan tanda:Tanda NamaHuruf LatinNamavi

Fath}ah dan alif atau alif \a>a dengan garis di atasMaksu>rahKasrah dan ya i@ i dengan garis di atasd}ammah dan wawuu>u dengan garis di atas Contoh:-qa>la- qi>la- rama>- yaqu>lu4.Ta Marbut}ahTransliterasi untukta marbut}ahada dua:a.Ta Marbut}ahhidupTa marbut}ahyang hidup atau yang mendapat harkatfath}ah, kasrahdand}ammah,transliterasinya adalah(t).b.Ta Marbut}ahmatiTa marbut}ahyang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinyaadalah(h)Contoh:- T{alh}ahc.Kalau pada kata yang terakhir denganta marbut}ahdiikuti oleh kata yangmenggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, makatamarbut}ahitu ditransliterasikan denganh}a /h/Contoh:- raud}ah al-Jannah5.Syaddah (Tasydid)Syaddahatautasydidyang dalam sistem tulisan Arab dilambangkandengan sebuah tandasyaddah,dalam transliterasi ini tandasyaddahtersebutdilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tandasyaddahitu.vii

Contoh:- rabbana> - nuimma6. Kata SandangKata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,yaitu.Namun, dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan ataskata sandang yang diikuti oleh hurufsyamsiyahdan kata sandang yangdiikuti olehqamariyah.a.Kata sandang yang diikuti oleh hurufsyamsiyahKata sandang yang diikuti oleh hurufsyamsiyahditransliterasikan sesuaidengan bunyinya yaitualdiganti huruf yang sama dengan huruf yanglangsung mengikuti kata sandang itu.Contoh : ar-rajulu as-sayyidatub.Kata sandang yang dikuti oleh hurufqamariyah.Kata sandang yang diikuti oleh hurufqamariyahditransliterasikan sesuaidengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.Bila diikuti oleh hurufsyamsiyahmaupun hurufqamariyah,kata sandangditulis terpisah dari kata yag mengikutinya dan dihubungkan dengan tandasambung (-)Contoh:- al-qalamu-al-jala>lu- al-badi>u7. HamzahSebagaimana dinyatakan di depan, hamzahditransliterasikan denganapostrof. Namun itu hanya berlaku bagihamzahyang terletak di tengah dan diviii

akhir kata. Bila terletak di awal kata,hamzahtidak dilambangkan, karenadalam tulisan Arab berupaalif.Contoh :- syaiun- umirtu- an-nauu- takhuz\u>na8. Penulisan KataPada dasarnya setiap kata, baik fiil (kata kerja), isim atau huruf, ditulisterpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arabsudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harkatyang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebutdirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.Contoh:- Wa innalla>ha lahuwa khair ar-ra>ziqi>n- Fa aufu> al kaila wa al-mi>za>na9.Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalamtransliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapitalseperti yang berlaku dalam EYD, diantaranya = huruf kapital digunakanuntuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diriitu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetapharus awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.Contoh : - wa ma> Muh}ammadun illa> Rasu>l- inna awwala baitin wud}ialinna>siix

Penggunaan huruf kapital untukAlla>hhanya berlaku bila dalam tulisanArabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengankata lain sehingga ada kata lain sehingga ada huruf atau harkat yangdihilangkan, maka huruf kapital tidak dipergunakan.Contoh :- nas}run minalla>hi wa fath{un qori>b- lilla>hi al-amru jami>an10. Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalambacaan, pedomantransliterasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmutajwi>d.x

Halaman MottoAdalah lebih baik menyalakan sebuah lentera kecil,daripada mengumpat kegelapanxi

Halaman PersembahanPenyusun Persembahkan Skripsi ini Untuk:Bapak, Ibu, Saudara-saudaraku tercinta,dan Semua Sahabat2kuAlmamaterku UIN Sunan KalijagaYogyakartaxii

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt, yang telahmelimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapatterselesaikan. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada NabiMuhammad saw, teladan kita dalam menggapai ridha-Nya.Selanjutnya, penyusunan skripsi ini tidak pernah akan mencapai tahappenyelesaian tanpa bantuan dari berbagai pihak yang memberi dukungan kepadapenyusun baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, penyusunmengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:1.Bapak Drs. Yudian Wahyudi, Ph.D selaku Dekan Fakultas SyariahUniversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.2.Bapak Drs. Makhrus Munajat, M. Hum, selaku Pembimbing I dan BapakAhmad Bahiej, S.H, M. Hum, selaku Pembimbing II yang telah banyakmemberikan berbagai bimbingan serta arahan di tengah-tengahkesibukannya kepada penyusun dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.xiii

3.Kepada Penasehat Akademik Bapak Drs. Makhrus Munajat, M. Hum ,yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan selama penyusunmelakukan studi.4.Kepada Bapak serta Ibu, dan Saudara-saudaraku yang telah memberikanmotifasi untuk menyelesaikan skripsi ini.5.Kepada para guru-guruku yang terhormat, baik yang pernah bertemulangsung ataupun yang hanya bertemu dengan ide dan gagasannya.6.Kepada semua teman-temanku, sahabat-sahabatku, dan yang selalumemberi inspirasi dalam perjalanan ini (dhyla).Akhirnya, hanya kepada Allah swt, penyusun memohon segala rahmat danbalasan atas amal baik kepada semua pihak yang telah membantu dalampenyusunan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberi manfaat, khususnya bagipenyusun sendiri dan umumnya bagi semua pihak.Yogyakarta, 14 Maret 2010PenyusunAhmad Diaudin AnwarNIM: 03370262xiv

ABSTRAKSIKorupsi secara sederhana dapat dimaknai sebagai tingkah laku individuyang menggunakan wewenang dan jabatan untuk keuntungan pribadi, sertaberakibat merugikan kepentingan umum dan negara. Bentuk nyata tingkah lakukorupsi bisa berwujud penggelapan, penyuapan, penyogokan, manipulasi dataadministrasi keuangan dan perbuatan sejenis lainnya. Korupsi di Indonesia telahmenjadi persoalan yang amat kronis dan menyedihkan. Ibarat penyakit, korupsitelah menyebar luas ke seluruh negeri dengan jumlah yang dari tahun ke tahuncenderung semakin meningkat serta modus yang makin beragam. Hasil riset yangdilakukan oleh berbagai lembaga, juga menunjukkan bahwa tingkat korupsi diIndonesia termasuk yang paling tinggi di Asia. Pemerintah kemudianmengeluarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-undang No. 31 Tahun 1999. Undang-undang tersebut memuat berbagai ancamanpidana bagi pelaku tindak pidana korupsi. Ancaman tersebut mulai dari yangringan dengan denda sampai yang terberat yakni hukuman mati. Pidana hukumanmati kemudian menimbulkan polemik diberbagai kalangan.Dari uraian latar belakang di atas, terdapat maka yang menjadi pokokmasalah dalam penelitian ini adalah, Pertama, bagaimana pandangan Islamtentang kejahatan korupsi? Kedua, bagaimana pandangan hukum Islam tentanghukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi?Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitupenelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya. Sedangkansifat Penelitian ini adalah deskriptif-analitik. Model ini bertujuan untukmemaparkan dan menggambarkan serta menganalisis persoalan korupsi sertamengenai penerapan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi dalamperspektif hukum Islam. Adapun pendekatan akan lebih diarahkan kepadapendekatan normatif-yuridis. Pendekatan ini akan menekankan pada ketentuan-ketentuan hukum Islam baik yang tekstual maupun kontekstual untuk mengkajiobyek penelitian. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan cara deduktif.Penelitian ini menemukan bahwa hukum Islam mempunyai konsepkorupsi, yakni terkait dengan riswyah dan ghulul. Kedua hal tersebut dalamkategori tindak pidana (jarimah) tazir yang besar-kecilnya hukuman (uqubah)diserahkan kepada pemerintah dan hakim. Hanya saja perlu digarisbawahi bahwahukuman tazir kendatipun pada asalnya bertujuan untuk memberi pelajaran (lilal-tadib) bentuknya tidak harus selalu berwujud hukuman ringan. Dalam hal inipemerintah boleh menetapkan pidana tazir dalam bentuk hukuman mati jikakepentingan umun menghendakinya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwatindak pidana korupsi secara karakteristik memiliki kesamaan dengan jarimahhirabah dan jarimah al-baghy yang dalam konstruksi hukum Islam diancamdengan pidana mati. Dengan memerhatikan kepentingan umum yang terancamdengan sangat serius oleh kejahatan korupsi saat ini, maka dijatuhkannyahukuman tazir yang paling keras (hukuman mati) atas para koruptor besar dapatdibenarkan oleh hukum Islam.xv DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ...........................................................................................iHALAMAN NOTA DINAS................................................................................iiHALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ivHALAMAN TRANSLITERASI........................................................................vHALAMAN MOTTO .........................................................................................xiHALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................xiiKATA PENGANTAR ........................................................................................ xiiiABSTRAKSI ......................................................................................................xvDAFTAR ISI ...................................................................................................... xviBAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang Masalah.....................................................................1B.Rumusan Masalah ..............................................................................9C.Signifikansi Penelitian........................................................................9D.Tinjauan Pustaka ................................................................................10E.Kerangka Teoretik..............................................................................12F.Metodologi Penelitian ........................................................................18G.Sistematika Pembahasan ....................................................................19BAB IITINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSIA.Pengertian Tindak Pidana Korupsi.....................................................21B.Landasan Hukum Tindak Pidana Korupsi..........................................28C.Sanksi bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi .......................................30BAB IIITINDAK PIDANA KORUPSI DALAM HUKUM ISLAMA.Pengertian Tindak Pidana Korupsi.....................................................41B.Landasan Hukum Tindak Pidana Korupsi..........................................43C.Sanksi bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi .......................................49xvi

BAB IVANALISIS TERHADAP SANKSI HUKUMAN MATI BAGIPELAKU TINDAK PIDANA KORUPSIA.Analisis dari Segi Dasar Hukum ........................................................56B.Analisis dari Segi Sanksi Hukum ......................................................63BAB VPENUTUPA.Kesimpulan.................................................................................68B.Saran-saran.. ...............................................................................70DAFTAR PUSTAKA..................................................................................72LAMPIRANI.Terjemahan.........................................................................................III.Biografi Ulama..................................................................................IIIIII. Curriculum Vitae................................................................................IVxvii BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang MasalahSalah satu problem global yang paling memprihatinkan saat ini adalahmengenai persoalan korupsi. Hal ini dikarenakan korupsi merupakan persoalan yang1menjadi faktor perusak tatanan birokrasi serta menyebabkan munculnyaketidakadilan di masyarakat. Parahnya kejahatan korupsi hampir muncul diberbagai2negara di dunia dengan intensitas yang sangat beragam.Korupsi di Indonesia juga telah menjadi persoalan yang amat kronis danmenyedihkan. Ibarat penyakit, korupsi telah menyebar luas ke seluruh negeri denganjumlah yang dari tahun ke tahun cenderung semakin meningkat serta modus yangmakin beragam.3Hasil riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga, juga 1Kata korupsi sebagaimana yang diketahui oleh banyak orang sekarang ini berasal dari bahasaInggris corrupt, corruption yang berarti jahat, buruk, rusak, curang, suap, Jhon M Echol dan HassanShadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 149.2Oleh sebagian pihak, praktek korupsi disejajarkan dengan konsep pemerintahan totaliter yangmeletakkan kekuasaan pada segelintir orang dan berimbas pada ketidakadilan dan pelanggaran hakasasi manusia. lihat, Jeremy Pope, Strategi Pemberantasan Korupsi: Elemen Sistem IntegritasNasional, terj. Masri Maris, (Jakarta: Tranparancy Internasional Indonesia, 2008),hlm. ix.3Untuk melihat berbagai aspek terkait dengan parahnya tingkat korupsi di Indonesia, lihat,Frenky Simanjuntak dan Anita Rahman Akbarsyah (ed.), Membedah Fenomena Korupsi, AnalisaMendalam Fenomena Korupsi di 10 Daerah di Indonesia, (Jakarta: Transparancy Internasional- Usaid,tt).1

2menunjukkan bahwa tingkat korupsi di Indonesia termasuk yang paling tinggi didunia.4Terma korupsi secara sederhana dapat dimaknai sebagai tingkah laku individuyang menggunakan wewenang dan jabatan untuk keuntungan pribadi, serta berakibatmerugikan kepentingan umum dan negara. Bentuk nyata tingkah laku korupsi bisaberwujud penggelapan, penyuapan, penyogokan, manipulasi data administrasikeuangan dan perbuatan sejenis lainnya.5Dari pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindakan korupsimerupakan perbuatan melawan hukum yang berupa penyimpangan kekuasaan danjabatan, privatisasi fasilitas, penyuapan atau penyogokan, penipuan. Kejahatankorupsi lebih eksplisit lagi karena adanya kerugian yang diakibatkan dari tindakankorupsi, seperti kerugian uang negara secara materil. Oleh karenanya dapat diketahuibahwa definisi korupsi mengandung dua unsur didalamnya: Pertama,penyalahgunaan kekuasaan yang melampaui batas kewajaran hukum oleh parapejabat atau aparatur negara. Kedua, pengutamaan kepentingan pribadi atau klien diatas kepentingan publik oleh para pejabat atau aparatur negara yang bersangkutan.Menurut Soejono, terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya tindakpidana korupsi. Salah satu faktor tersebut adalah adanya perkembangan danperbuatan pembangunan khususnya di bidang ekonomi dan keuangan yang telah 4Pada tahun 2005, menurut data Pacific Economic and Risk Consultancy, Indonesia menempatiurutan pertama sebagai negara terkorup di Asia. Lihat, Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahamiuntuk Membasmi, Buku Panduan Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: KomisiPemberantasan Korupsi, 2006), hlm. 1.5Mengenai penjabaran bentuk-bentuk tindak pidana korupsi, lihat, Ibid., hlm 15-17.

3berjalan dengan cepat, serta banyak menimbulkan berbagai perubahan danpeningkatan kesejahteraan. Di samping itu, kebijakan-kebijakan pemerintah dalamupaya mendorong ekspor, peningkatan investasi melalui fasilitas-fasilitas penanamanmodal maupun kebijaksanaan dalam pemberian kelonggaran, kemudahan dalambidang perbankan, sering menjadi sasaran dan faktor penyebab terjadinya korupsi.6Sedangkan menurut Alatas, korupsi bisa terjadi apabila karena faktor-faktorsebagai berikut:1.Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yangmampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yangmenjinakkan korupsi.2.Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.3.Kolonialisme.4.Kurangnya pendidikan.5.Kemiskinan.6.Tiadanya hukuman yang keras.7.Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.8.Struktur pemerintahan.9.Perubahan radikal 6Soejono, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.17.

410.Keadaan masyarakat.7Bila dilihat dari faktor munculnya korupsi tersebut, nampak bahwa korupsilahir dari banyak faktor. Dengan demikian semakin kompleks juga konstruksilangkah yang harus ditempuh untuk menanggulanginya.8Dalam konteks Indonesia, ada beberapa hal yang menyebabkan korupsi begitusubur dan berkembang di masyarakat, yaitu:9Pertama, karena pemerintah telahberubah menjadi lembaga transaksi kekuasaan. Pemerintah yang seharusnyaberfungsi sebagai lembaga yang bertugas mengatur negara demi kemaslahatan publik,telah menjelma menjadi lembaga yang melakukan transaksi kekuasaan. Oleh karenapemerintah memegang hak regulasi dan otorisasi, pengumpul pajak, penentu belanjanegara, hak menjual barang dan jasa di bawah harga pasar, wewenang dalampenetapan insentif pajak perdagangan, pemberian hak pengelolaan hutan, pemberianmonopoli terhadap barang dan jasa tertentu, penjualan aset di sektor publik, penjualanBUMN, dan sebagainya. Banyaknya kekuasaan pemerintah telah dimanfaatkan untukmelakukan tindakan penyelewengan kekuasaan demi kepentingan pribadi dankelompok sehingga kepentingan dan kesejahteraan rakyat diabaikan. Menurut data 7Syed Hussein Alatas, Sosiologi Korupsi Sebuah Penjelajahan Dengan Data Kontemporer,(Jakarta: LP3ES, 1986), hlm. 46-47.8Untuk kajian mendalam mengenai strategi pemberantasan korupsi, lihat, Jeremy Pope, StrategiPemberantasan,hlm.35-61.9Sumiarti, Pendidikan Anti Korupsi, dalam Insania Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan,vol. 12, No. 2, 2007, hlm. 4.

5Tranperancy International Indonesia (TII), paling tidak ada 30 persen kebocorandana negara yang diselewengkan oleh penyelenggara negara.Kedua, adanya hyper consumerism. Akibat hyper globalization yangmerupakan anak kandung hyper capitalism menyebabkan masyarakat memiliki tradisibaru dengan perilaku konsumerisme. Masyarakat berlomba-lomba mengumpulkanbarang dan harta demi memuaskan hawa nafsunya. Hal ini diperparah dengangencarnya iklan melalui berbagai media massa dan elektronik yang meracunimasyarakat sehingga masyarakat terpengaruh untuk membeli hal-hal yang tidakbermanfaat dan membutuhkan modal yang besar untuk mencapainya. Kebutuhansandang, pangan, dan papan tidak lagi semata-mata dipenuhi demi kebutuhan untukhidup, tetapi demi gengsi dan harga diri.10Ketiga, kekuasaan dan gaji yang tidak memadai. Pendeknya, adanyaketidakseimbangan antara jam kerja dan penghasilan. Yang sering dipermasalahkanmisalnya masalah gaji pegawai negeri. Minimnya gaji sering dijadikan alasan untukmelakukan korupsi. Mungkin sebenarnya, ada yang lebih fundamental dari sekadarmatematika pendapatan, yaitu masalah mentalitas aparat negara yang tidak puasdengan apa yang telah didapatkan.Keempat, korupsi dipersepsi sebagai tuntutan perubahan sehingga korupsi tidaklagi dipermasalahkan sebagai tindakan tercela. Jika tidak ada korupsi, makaperubahan tidak dapat dilaksanakan. Tidak mengherankan, kadangkala korupsi di 10Perilaku hyper consumerism adalah manifestasi dari sifat tamak seseorang karena tidakpernah merasa cukup dengan apa telah yang dimiliki, lihat, Ibid.

6beberapa negara berkembang dianggap diperlukan untuk memperlancar birokrasiyang buntu dan macet. Korupsi dianggap sebagai oase di tengah kebuntuan dankemacetan birokrasi.Kelima, perilaku pembiaran. Akar korupsi adalah perilaku pembiaran olehmasyarakat terhadap koruptor sehingga seakan-akan korupsi adalah perbuatan yangwajar dan biasa. Bahkan, beberapa koruptor tetap menduduki posisi dan jabatanpublik, bahkan menjadi untouchable. Kadangkala, sebagian dana hasil korupsidisucikan dengan cara disumbangkan untuk membangun fasilitas publik, danperilaku ini ditolerir oleh masyarakat.Keenam, atasan mendapat bagian. Atasan tidak mempunyai kepentinganmenindak bawahan karena dia mendapatkan keuntungan dari tindakan korupbawahannya. Simbiosis mutualisme menyebabkan perilaku tahu sama tahu dalamwujud konspirasi untuk saling menutupi dan melindungi.Berbagai upaya telah dilakukan guna mencegah dan menghilangkan praktekkorupsi di Indonesia. Namun realitasnya, korupsi tetap saja menjamur bahkan sudahdianggap sebagai bagian dari "budaya" bangsa. Bahkan di era otonomi daerahsekarang ini, korupsi sudah menyebar di berbagai daerah lokal.11Langkah solusi yangditawarkan untuk menghilangkan "budaya" korupsi di masyarakat salah satunyaadalah dengan cara menghukum para penjahat atau pelaku dengan hukuman yang 11Lihat, Taufik Rinaldi dkk, Memerangi Korupsi di Indonesia yang Terdesentralisasi, StudiKasus Penanganan Korupsi Pemerintah Daerah, (t.p:Justice the Poor Project, 2007).

7seberat-beratnya.12Pemahaman hukuman seberat-beratnya yakni kemungkinanpenerapan hukuman mati bagi pelaku korupsi. Hanya persoalannya apakah penerapanhukuman tersebut melanggar hak asasi manusia. Hal ini lagi-lagi menjadi perdebataninternasional dan menjadikan ruang yang sangat dilematis dalamupayapemberantasan korupsi. Pada satu sisi ingin berhasil memberantas korupsi, tapi padasisi yang lain khawatir dianggap melanggar hak asasi manusia. Namun demikian,pemberian hukuman yang seberat-beratnya terhadap para pelaku korupsi bisa menjadipertimbangan yang sangat logis di tengah kebuntuan jalan dalam memberantaspenyakit tersebut, sehingga membuat para pelakunya jera dan tidak akan mengulangilagi perbuatannya serta menjadi peringatan dini yang sangat serius bagi orang lainyang mungkin akan mencobanya.Islammerupakan agama yang menjunjung tinggi aspek keadilan danmenentang perbuatan-perbuatan yang merugikan masyarakat. Menurut MakhrusMunajat, perbuatan dianggap sebagai tindak kejahatan karena merugikan tatanankemasyarakatan, kepercayaan-kepercayaan, harta benda, nama baik, kehormatan,jiwa dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu menurut hukum syara harusdipelihara dan dihormati serta dilindungi.13Dengan demikian, suatu sanksi diterapkankepada pelanggar syara dengan tujuan agar seseorang tidak mudah berbuatkejahatan. Dalam hal ini, korupsi merupakan perbuatan yang sangat merugikan baik 12Faktor budaya merupakan faktor yang ikut andil dalam persoalan korupsi baik dari positifmaupun negatifnya. Lebih lanjut lihat, Ibid., hlm. 5-6.13Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004),hlm. 5.

8kepada individu, masyarakat, dan negara. Bahkan dampak yang ditimbulkan dariperilaku korupsi begitu luas terhadap moral masyarakat, kehidupan berbangsa danbernegara. Oleh sebab itu, pantas kalau korupsi dalam hukum positif dimasukkansebagai kejahatan luar biasa.Meskipun dalam hukum Islam14tidak terdapat istilah korupsi secara definitif,namun Islam secara tegas mengharamkan tindakan mencuri, suap dan berbagaikejahatan lainnya yang termasuk dalam kategori korupsi.15Yusuf Qardhawimisalnya, menyatakan bahwa Islam mengharamkan seorang muslim menyuappenguasa dan pembantu-pembantunya. Selain itu juga kepada pihak ketigadiperingatkan untuk tidak menjadi perantara diantara pihak penerima dan pemberikarena perbuatan suap termasuk memakan harta orang lain dengan cara yang batil.16Hal ini juga dikuatkan dengan Firman Allah: .TP17Bertolak dari penjabaran di atas, maka penting kiranya untuk menelaahpersoalan korupsi serta mengkaji perspektif Islam terkait penerapan hukuman mati 14Hukum Islam merupakan sekumpulan aturan keagamaan, totalitas perintah Allah yangmengatur perilaku kehidupan umat Islam dalam keseluruhan aspeknya. Josept Schacht, PengantarHukum Islam, terj. JokoSupomo, (Yogyakarta: Islamika, 2003), hlm. 1.15Lihat, Irdamisraini, Korupsi Perspektif Pidana Islam dalam Jurnal Hukum Islam, vol. VIII,No. 2, Desember 2008. hlm. 123-124.16Yusuf al-Qardhawi,al-H{ala>l wa al-H}ara>m fi al-Islam, (ttp: Dar Ihya al-Kitab al-'Arabiyyah,tt), hlm. 240.17QS.Al-Baqa>rah(2): 188.

9bagi pelaku tindak pidana korupsi. Dari kajian ini diharapkan akan menemukankonstruksi hukum Islam mengenai persoalan korupsi dan solusi hukum Islam dalammemerangi tindak pidana korupsi, khususnya terkait dengan kemungkinan penerapanhukuman mati sebagai salah satu langkah guna menimbulkan efek jera bagimasyarakat.B.Rumusan MasalahDari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalampenelitian ini adalah:1.Bagaimana pandangan Islam tentang kejahatan korupsi?2.Bagaimana pandangan hukum Islam tentang hukuman mati bagi pelaku tindakpidana korupsi?C.Tujuan dan Kegunaan1.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:a.Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan perspektif Islamdalammemandang persoalan korupsi.b.Menjelaskan konstruksi hukum Islam terkait penerapan hukuman mati bagipelaku tindak pidana korupsi.2.Adapun kegunaannya antara lain:

10a.Penelitian ini akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadapkajian hukum Islam dalam kajian mengenai korupsi.b.Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang perspektif hukumIslam dalam memandang kemungkinan penerapan hukuman mati untukpelaku tindak pidana korupsi.D.Telaah PustakaPembahasan mengenai persoalan korupsi merupakan kajian yang cukupmenarik dan memunculkan banyak tulisan yang mencoba mengeksplorasi korupsidari berbagai perspektif. Dalam hal ini ada beberapa karya yang membahas mengenaiKorupsi, antara lain buku berjudul Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannyakarya Andi Hamzah.18Buku ini membahas tentang korupsi yang terjadi di Indonesiamulai dari sejarahnya, sebab-sebab, akibat sampai peraturan dan institusipemberantasannya.Syed Hussein Alatas yang berjudul Sosiologi Korupsi Sebuah PenjelajahanDengan Data Kontemporer.19Buku ini merupakan buku saku mengenai korupsi,dibahas di dalamnya tentang definisi korupsi, fungsi, sebab-sebab, dan carapencegahannya. Kemudian buku karangan Lilik Mulyadi yang berjudul Tindak 18Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, (Jakarta: GramediaPustaka Utama, 1984).19Syed Hussein Alatas, Sosiologi Korupsi Sebuah Penjelajahan Dengan Data Kontemporer,(Jakarta: LP3ES, 1986).

11Pidana Korupsi.20Tulisan ini menjelaskan tindak pidana korupsi sebagai salah satubagian dari hukum pidana khusus, maka tindak pidana korupsi mempunyaikekhususan tertentu, ditinjau dari aspek hukum acara dan hukum materialnya.Dalam buku yang berjudul Korupsi Dalam Perspektif Agama-Agama (PanduanUntuk Pemuka Umat)21juga merupakan buku penting yang perlu disebutkan. Bukuini merupakan upaya untuk mensosialisasikan kampanye antikorupsi di kalanganmasyarakat melalui jalur pendidikan keumatan. Dalam buku ini pembahasannyadilakukan dengan pendekatan lintas agama melalui para penulis yangmerepresentasikan dari agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha, dan menitikberatkanpada pembahasan aktualisasi nilai-nilai keagamaan dalam upaya pemberantasankorupsi.Selain itu, terdapat beberapa skripsi yang mencoba mengkaji persoalan korupsi.Abd. Rahman dengan judul Kategori Korupsi menurut Undang-undang Nomor 20Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Hasil BahtsulMasail Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 2002.22Karya ini mencoba melakukankomparasi terkait dengan persamaan dan perbedaan konsep korupsi menurut Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 dengan hasil Bahtsul Masail NU. 20Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000).21Yunahar Ilyas dkk, Korupsi Dalam Perspektif Agama-Agama, (Yogyakarta: LP3 UMY,2004).22Abd. Rahman, Kategori Korupsi menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 TentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Hasil Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (NU) Tahun2002, Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008).

12Kemudian Karya Romadon dengan judul Hukuman Bagi Pelaku Korupsi StudiKomparatif Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam.23Karya ini juga berusahamelakukan komparasi mengenai hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi ditilikdari konstruksi hukum positif dan hukum Pidanan Islam. Demikian juga dengankarya Narong yang berjudul Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Fiqh Jinayahdan Hukum Positif Thailand.24Karya ini namapknya memiliki sedikit kesamaandengan kajian sebelumnya yang cenderung untuk melakukan studi komparatifmengenai tindak pidana korupsi. Bedanya, karya Narong ini melakukan komparasiantara hukum jinayah Islam dengan hukum positif Thailand.Dari penelusuran yang telah dilakukan, penyusun tidak menemukan sebuahkarya yang secara khusus mencoba mengkaji penerapan hukuman mati bagi pelakutindak pidana korupsi dilihat dari perpektif hukum Islam. Bertolak dari hal tersebut,penyusun tertarik untuk membahas persoalan tersebut untuk melihat respon hukumIslam terkait tawaran penerapan hukuman mati bagi tindak pidana korupsi.E.Kerangka TeoretikDalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, korupsi berasal dari kata korupyang berarti busuk, palsu, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, danketidakjujuran. Korup juga berarti dapat disogok, menyelewengkan uang atau barang 23Ahmad Said Romadon, Hukuman Bagi Pelaku Korupsi Studi Komparatif Hukum Positif danHukum Pidana Islam, Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008).24MR. Narong Mat-Adam, Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Fiqh Jinayah dan HukumPositif Thailand, Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009).

13milik perusahaan atau negara, menerima uang dengan menggunakan jabatan untukkepentingan pribadi, penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaantempat seseorang bekerja untuk kepentingan pribadi atau orang lain.25Sedangkanmenurut UU No. 20 Tahun 2001 disebutkan bahwa korupsi merupakan Tindakanmelanggar hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, ataukorporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.Dalam hal ini ada beberapa tindakan yang dikategorikan sebagai korupsi yaitu: suap,illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (penggelapan), penggelapan, kolusi,nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang, serta fasilitas negara.26Dalam fiqh Islam tidak ditemukan istilah khusus mengenai korupsi. Akantetapi dalam terminologi fiqh Islam, korupsi dapat dikategorikan sebagai kejahatanterhadap amanah. Korupsi identik denganrisywa>h(suap) dan menyalahgunakanwewenang. Jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi disebut pencurian dan jikadilakukan secara terang-terangan disebut sebagai perampokan. Korupsi termasukkejahatan terhadap harta benda manusia dan secara esensial mirip denganghulu>l,yaitu pengkhianatan terhadap amanah dalam pengelolaan harta rampasan perang(g{animah).Ghulu>ljelas-jelas diharamkan dalam al-Quran dengan ancaman bahwa 25Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1995), hlm. 527.26Sumiarti, Pendidikan Anti Korupsi, dalam Insania Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan,vol. 12, No. 2, 2007, hlm. 3.

14pelakunya akan membawaserta barang yang dikorupsinya sebagaipertanggungjawaban di akhirat.27Prinsip dasar Islamdalammengaturkehidupan publik bermasyarakat,berbangsa dan bernegara (siya>sah ad-dunya>) adalah untuk mewujudkan kemaslahatanatau kesejahteraan rakyat secara umum (al-mas{lah{ah al-ammah) yang berkeadilanberdasarkan hukum etika sosial. Islam secara eksplisit mengajarkan manusia untukmenegakkan keadilan, kebebasan, toleransi, persamaan hak dan kewajiban sertabermusyawarah dalam kehidupan bersama. Dengan demikian, disyariatkannyahukum-hukum agama adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia, baikkemaslahatan dunia maupun kemaslahatan akhirat.28Kemaslahatan itu utamanyauntuk menjamin hak-hak dasar manusia yang meliput; menjaga agama (h{ifz ad-di>n),kemaslahatan jiwa raga (h{ifz an-nas), kemaslahatan harta atau hak milik pribadi(h{ifz al-ma>l), kemaslahatan keturunan (h{ifz an-nasl), dan kemaslahatan akal ataukebebasan berpikir (h{ifz al-aql)f29yang kemudian juga dapat dipakai dalam kerangkatujuan pembentukan negara.Menurut M. Cholil Nafis, dalam tindakan korupsi sedikitnya terdapat tigakejahatan, yaitu: Pertama, kejahatan yang berdampak pada hilangnya uang negarasehingga tindakan korupsi yang akut akan menyebabkan hilangnya hajat hidup orang 27Lebih jauh lihat, Irdamisraini, Korupsi, hlm. 121-124.28Abdu>l al-Waha>b Kha>laf, Ilmu Us{u>l al-Fiqh, cet. ke-2, (Kairo:Dar al-Qalam, 1978), hlm. 197.29AbuIs}haq Ibrah>imIbn Musa asy-Sy>atibi,al-Muw>afaqat fi Us{>ul al-Ah{k>am, (t.p: Dar alRasy>adal-H{adisah, t.t.), II: 4.

15banyak, memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi, dan menghilangkan keadilan.Kedua, korupsi dapat menghilangkan hak hidup warga negara dan regulasi keuangannegara. Negara yang korup akan menyebabkan lahirnya kemiskinan dan kebodohan.Ketiga, kejahatan korupsi menggerogoti kehormatan dan keselamatan generasipenerus. Berdasarkan hal tersebut, maka korupsi telah bertentangan dengan tujuansyariah (maqa>sid asy-syariah), yaitu melindungi jiwa (h{ifz an-nafs), melindungiharta (h{ifz al ma>l) dan melindungi keturunan (h{ifz an-nasl). Korupsi juga melanggarperlindungan terhadap akal (h{ifz a-aql) dan penodaan terhadap agama (h}ifz aldi>n).-l-30Tindak pidana korupsi dalam hukum Islam dimasukan dalam klasifikasijarimah. Secara sederhana jarimah merupakan larangan-larangan syara yangdiancam Allah dengan hukumanh}adatautazi>r. Dalam hal ini, suatu perbuatandianggap delik jarimah bila memenuhi unsur-unsur umum jarimah, yaitu:1.Unsur formil, yakni adanya undang-undang atau nas. Artinya setiap perbuatantidak dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dipidana kecualiadanya nas atau undang-undang yang mengaturnya. Dalam hukum positifmasalah ini dikenal dengan istilah legalitas, yaitu suatu perbuatan tidak dapatdianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dikenai sanksi sebelumadanya peraturan yang mengundangkannya. Dalam syariah Islam hal inilebih dikenal dengan istilahar-rukn asy-syari>. kaidah yang mendukung unsur 30Sumiarti, Pendidikan Anti, hlm. 3.

16ini adalah tidak ada perbuatan yang dianggap melanggar hukum dan tidakada hukuman yang dijatuhkan kecuali adanya ketentuan nas.2.Unsur materiil yakni sifat melawan hukum. Artinya adanya tingkah lakuseseorang yang membentuk jarimah, baik dengan sikap berbuat maupun sikaptidak berbuat. Unsur ini dalam hukum pidana Islam disebutar-rukn al-ma>di.3.Unsur moril yakni pelakunya mukalaf. Artinya pelaku jarimah adalah orangyang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana terhadap jarimah yangdilakukannya. Dalam syariah Islam, unsur moril disebut denganar-rukn al-ada>bi.31Adapun jarimah dalam Islam dilihat dari kadar hukumannya diklasifikasikanmenjadi tiga, yaitu:1.Jarimahhudu>dyaitu perbuatan melanggar hukum yang jenis dan ancamanhukumannya ditentukan oleh nas, yaitu hukumanha>d(hak Allah). Hukumanha>dyang dimaksud tidak mempunyai batasan terendah dan tertinggi dantidak bisa dihapuskan oleh perorangan ataupun masyarakat yang mewakili.2.Jarimahqisa>s diya>tyakni perbuatan yang diancam dengan hukumanqisa>sdandiya>t. Hukumanqisa>smaupundiya>tmerupakan hukuman yang telahditentukan batasnya, tidak ada batasan terendah dan tertinggi, tetapi menjadihak perorangan (korban atau walinya), yang dengan demikian berbedadengan hukumanh{adyang menjadi milik Allah semata. 31Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 10-11.

173.Jarimahtazi>ryaitu memberi pelajaran, artinya suatu jarimah yang diancamdengan hukumantazi>ryaitu hukuman selain had dan qisastazi>r. Dalam halini, pelaksanaan hukumantazi>r, baik yang jenis larangannya ditentukanoleh nas atau tidak, baik perbuatan itu menyangkut hak Allah atau hakperorangan, hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada penguasa.32Korupsi dalam hal ini merupakan jarimah yang dikategorisasikan sebagaijarimahtazi>r. Dengan demikian konstruksi hukuman yang dijatuhkan kepada pelakutindak pidana korupsi sepenuhnya diberikan kepada penguasa. Hal ini secara otomatismemberi kuasa kepada pihak penguasa untuk merumuskan kadar hukuman kepadapara pelaku tindak pidana korupsi. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa korupsimerupakan kejahatan yang bertentangan dengan tujuan syariah (maqa>sid asy-syariah), yaitu melindungi jiwa (h{ifz al-nafs), melindungi harta (h{ifz al ma>l) danmelindungi keturunan (h{ifz al-nasl). Korupsi juga melanggar perlindungan terhadapakal (h{ifz al-aql) dan penodaan terhadap agama (h{ifz al-di>n). Dengan demikiankorupsi bisa dikategorikan sebagai kejahatan besar karena mempunyai imbas kepadabesar pada kelangsungan maqasid syariah. Hukuman terhadap pelaku tindak pidanakorupsi tentunya juga harus seimbang dengan imbas besar yang ditimbulkannya, olehkarena ituwacana hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi layakdipertimbangkan dalam prospek usaha pemberantasan korupsi.- 32Ibid., hlm. 12-14.

18F.Metode PenelitianDalam metode penelitian ini, penyusun akan membagi pada beberapa bagian:1.Jenis PenelitianSkripsi ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitu penelitianyang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya.2.Sifat PenelitianSifat skripsi ini adalah deskriptif-analitik.33Model ini bertujuan untukmemaparkan dan menggambarkan serta menganalisis persoalan korupsi sertamengenai penerapan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi dalamperspektif hukum Islam.3.PendekatanPendekatan akan lebih diarahkan kepada pendekatan normatif-yuridis.Pendekatan ini akan menekankan pada ketentuan-ketentuan hukum Islam baik yangtekstual maupun kontekstual untuk mengkaji obyek penelitian.4.Pengumpulan dataMetode pengumpulan data yang digunakan dalam kajian ini adalah literer.Metode ini bergerak dengan mengambil dan menyelusuri karya-karya baik berupa 33Deskriptif berarti menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala ataukelompok tertentu dan untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala/frekuensi adanyahubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Analitik adalah jalan yangdipakai untuk menjalankan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap obyekyang diteliti dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lainuntuk sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya.

19buku, artikel, makalah dan selainnya yang mempunyai relevansi denganpermasalahan yang akan dikaji.5.Analisis DataDalam menganalisis data yang ada akan digunakan cara berpikir deduktif.Pola berpikir deduktif adalah proses pendekatan dari kebenaran umum mengenaisuatu fenomena atau teori dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatuperistiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan.34Dengan kata lain suatu proses penalaran dari hal-hal yang umum kepada hal-hal yangbersifat khusus.G.Sistematika PembahasanAdapun sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, adalahsebagai berikut:Bab pertama, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusanmasalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dansistematika pembahasan.Bab kedua, berisi tentang gambaran umum tentang korupsi. Dalam hal ini akandijabarkan konsep umum mengenai tindak pidana korupsi, dasar hukum serta kriteria-kriterianya. Hal ini dilakukan untuk memberi gambaran komprehensif tentang tindakpidana korupsi. 34Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 40.

20Bab ketiga, membahas tindak pidana korupsi dari perspektif Islam. Pada bab iniakan menjelaskan pengertian tindak pidana korupsi dan dasar hukumnya dari sudutpandang hukum Islam. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kerangka hukum Islamsecara utuh dalam meneropong persoalan tindak pidana korupsi.Bab keempat, merupakan bagian yang akan membahas pandangan hukum Islamterkait penerapan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi. Dalam bagian iniakan dijabarkan analisis penerapan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsidari segi hukum Islam.Bab kelima, merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.

BAB VPENUTUPA.Kesimpulan1.Dalam Islam, terminologi korupsi tidaklah ditemukan dalam khazanah hukumIslam klasik. Akan tetapi dalam terminologi hukum Islam teradapat istilahperbuatan yang dikategorikan korupsi, yaknirisywa>hdanghulu>l.Risywa>hmerupakan pemberian seseorang kepada pihak tertentu yang memiliki tujuantertentu. Terkait dengan tersebut, para ulama klasik umumnya memahamirisywa>hsebagai sesuatu yang diberikan seseorang kepada hakim agar orangtersebut memperoleh kepastian hukum atau sesuatu yang diinginkannya. Daridefinisi tersebut maka dapat dinyatakan bahwa istilahrisywa>hdalam artisempit adalah memberi sesuatukepada seseorang untuk membatalkankebenaran dan menetapkan kebatilan demi tercapainya apa yang diinginkannya.Adapun secara luas riswyahmempunyai pengertian memberikan sesuatukepada seseorang, baik untuk menetapkan kebenaran dan menghilangkankebatilan ataupun membatalkan kebenaran dan menetapkan kebatilan agartercapai apa yang diinginkan. Pengertian tersebut lebih komprehensif karenamencangkup semua bentukrisywa>h. Sedangkanghulu>lsecara bahasa bermaknapenghianatan, penipuan, dan percampuran. Secara umum,ghulu>ldigunakanuntuk menjelaskan setiap pengambilan atau penggelapan harta oleh seseorang68

69secara khianat tanpa seizin pemimpin atau yang menugaskannya. Selain itughulu>ljuga diartikan sebagai penyalahgunaan wewenang untuk mendapatkansesuatu yang diinginkannya. Sebagai misal adalah mengambil harta rampasanperang (g{anima>h) yang tidak dibenarkan dalam tugas yang diamanatkannya.Kedua termologi inilah yang muncul dalam khazanah hukum Islam. Keduabentuk perbuatan tersebut dalam hukum pidana Islam dikategorikan sebagaijarimah tazir.2.Hukum Islam sejak awal mngenal hukuman mati bagi pelaku tindak pidanaberat, antara lain terkait dengan pelaku zina yang sudah kawin (muhsa>n),dengan sanksi dirajam, yakni dilempari batu sampai mati. Kemudian juga bagipelaku pembunuhan berencana (disengaja). Orang yang membunuh orangIslam (tanpa hak) harus diqisas (dibunuh juga). Jika ahli waris (yang terbunuh)memaafkannya, maka pelaku tidak diqisas (tidak dihukum bunuh) tetapi harusmembayar diyat (denda) yang besar. Terkait dengan persoalan jarimah tazir,hukum pidana Islam mengenal berbagai macam sanksi bagi pelaku jarimahtazir. Salah satu bentuk sanksi tersebut adalah hukuman mati. Dengandemikian, hukum Islam membolehkan pidana tazir dalam bentuk hukumanmati jika kepentingan umun menghendakinya. Dengan memperhatikankepentingan umum yang terancam dengan sangat serius oleh kejahatan korupsisaat ini, maka dijatuhkannya hukuman tazir yang paling keras (hukuman mati)atas para koruptor besar dapat dibenarkan oleh hukum Islam.

70B.Saran-saran1.Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah begitu luas tumbuh di masyarakat.Mulai dari bentuk korupsi yang kecil sampai korupsi yang besar yang tentunyamerugikan banyak orang. Tentunya hal itu cukup memprihatinkan dan perludicarikan bentuk solusi kongkrit dalam menggulanginya. Oleh karena itusemua elemen haruslah bersatu padu berkomitmen dalam upaya memerangitindak pidana korupsi.2.Undang-undang No. 20 Tahun 2010 tentang Perubahan Undang-undang No. 31Tahun 1999 telah menjelaskan berbagai kemungkinan sanksi hukuman yangdapat menjerat para pelaku tindak pidana korupsi. Mulai yang ringan berupahukuman denda sampai hukuman terberat yakni hukuman mati. Akan tetapidalam realitasnya, para penegak hukum sepertinya kurang begitu tegas dalammenerapkan sanksi tersebut. Dengan didukung oleh konstruksi hukum pidanaIslam yang juga mendukung penerapan hukuman berat (bahkan hukuman mati)bagi koruptor besar dan merugikan banyak rakyat, diharapkan tidak lagi merasaragu untuk menghukum berat kepada koruptor. Hal ini penting sebagai upayauntuk memberi pelajaran dan memberi efek psikologis supaya masyarakat tidaklagi berpikir untuk melakukan tindak pidana korupsi.3.Kasus Bank Century yang dalam beberapa bulan ini menjadi perbincanganpublik merupakan salah satu kasus yang menimbulkan kerugian sangar besarterhadap negara. Muncul kontroversi mengenai opini apakah kasus BankCentury merupakan bentuk korupsi? Bila hal tersebut kemudian terungkap

71sebagai tindak pidana korupsi, maka para penegak hukum harus tegas menjeratpelakunya dengan hukuman yang sangat berat. Bahkan kalau terbukti, makapenegak hukum dapat menghukum pelakunya dengan hukuman mati. Hal initentunya berdasar pada Undang-undang No. 20 Tahun 2010 tentang PerubahanUndang-undang No. 31 Tahun 1999, pasal 2 ayat (2), yang memperbolehkanpidana mati bagi koruptor. Karena sesuai dengan penjelasan pasal 2 ayat (2)bahwa pidana mati bagi pelaku tindak pidana korupsi dapat dilakukan apabilatindak pidana korupsi dilakukan terhadap dana penanggulangan krisis ekonomidan moneter. Dengan penetapan pidana mati terhadap kasus Bank Century,makahal tersebut sebagai salah satu langkah nyata dalamgerakanpemberantasan korupsi dan diharapkan dapat membuat efek jera bagimasyarakat.4.Penelitian ini merupakan kajian awal untuk mengelabori persoalan korupsi.Oleh karena itu penyusun berharap agar kajian ini kemudian diikuti olehkajian-kajian lain selanjutnya dalam upaya menemukan rumusan konstruksihukum yang lebih tepat untuk menanggulangi persoalan korupsi. DAFTAR PUSTAKAA.Al-QuranKatsir, Ibnu, Al-Quran al-Adzim, Beirut: Dar al-Fikr, 1992.Qurtu>bi, al-, al-Jami li Ah{ka>m al-Qura>n,Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1993.S{al}ih, S{ubhi al-, Mabah>i}s fi Ul>um al-Qur>an, Beirut: Dar al-Ilm al-Malayin,1997.Shihab, Quraish, Membumikan al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalamKehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2002.B.HadisFakhrur Rozi, Urgensi Hadis-hadis Anti Korupsi dalam Upaya PemberantasanKorupsidalam Jurnal Teologia, vol. 19, No. 2, Juli 2008.Dawud, Abu, Suna>n Abi> Dawu>d, Beirut: Dar al-Fikr, 1979.Hajar, Ibn, Fath al-Ba>ri,Beirut: Dar al-Marifah, 1379 H.Kha>tib, Muh}ammad Aja>j al-, Us}u>l al-H{adi>s}, Ulumu>hu> wa Must}ala}h}uhu,cet. ke-3, Damaskus: Dar al-Fikr, 1975.Musli>m, S{ahi>h Musli>m,Beirut: Dar al-Ihya at-Turas al-Arabi, t.t.C.Fiqh dan HukumAnwar, Syamsul, Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi, kumpulan makalahtidak diterbitkan, 2009.Departemen Agama, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Jakarta: t.p,2003.Fawaid, Ahmad dan Sultonul Huda (Ed.), NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsirdan Fiqih, Jakarta: Tim Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan KorupsiPengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006.Husaini, Imam Takiyudin Abi Bakar ibn Muhammad al-, Kifayah al-Ahyar, t.p:Sirkah an-Nur Asia, t.t.72

73Irdamisraini, Korupsi Perspektif Pidana Islam dalam Jurnal Hukum Islam, vol.VIII, No. 2, Desember 2008.Kha>laf, Abdu>l al-Waha>b, Ilmu Us{u>l al-Fiqh, cet. ke-2, Kairo:Dar al-Qalam, 1978.Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahami untuk Membasmi, Buku PanduanUntuk Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Komisi PemberantasanKorupsi, 2006.Munajat, Makhrus, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: LogungPustaka, 2004._______________, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta: Teras, 2009.Mat-Adam, MR. Narong, Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Fiqh Jinayahdan HukumPositif Thailand, Skripsi Sarjana tidak diterbitkan,Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009.Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, cet. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.Mulyadi, Lilik, Tindak Pidana Korupsi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.Muzan, Amrul, Korupsi, Suap dan Hadiah dalam Islam dalam Jurnal HukumIslam, vol. VIII, Nomor. 6, Desember 2007.Qardhawi, Yusuf al-,al-H{ala>l wa al-H}ara>m fi al-Islam, ttp: Dar Ihya al-Kitab al-'Arabiyyah, tt.Rahman, Abd., Kategori Korupsi menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Hasil BahtsulMasail Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 2002, Skripsi Sarjana tidakditerbitkan, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008.Rinaldi, Taufik dkk, Memerangi Korupsi di Indonesia yang Terdesentralisasi,Studi Kasus Penanganan Korupsi Pemerintah Daerah, t.p: Justice thePoorProject, 2007.Romadon, Ahmad Said, Hukuman Bagi Pelaku Korupsi Studi KomparatifHukum Positif dan Hukum Pidana Islam, Skripsi Sarjana tidak diterbitkan,Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008.Schacht, Josept, Pengantar Hukum Islam, terj. Joko Supomo, Yogyakarta:Islamika, 2003.Soejono, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta,1996.

74Sy>atibi,AbuIs}haq Ibrah>imIbn Musa asy-,al-Muw>afaqat fi Us{>ul al-Ah{k>am, t.p:Dar alRasy>adal-H{adisah, t.t.Zuhaili, Wahbah az-,Usu>l al-Fiqh al-Islami, cet.ke-1, Damaskus: Dar al-Fikr,1986.D.Lain-lainAlatas, Syed Hussein, Sosiologi Korupsi Sebuah Penjelajahan Dengan DataKontemporer, Jakarta: LP3ES, 1986.Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1995.Echol, Jhon M dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia,2003.Hamzah, Andi, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1984.Ilyas, Yunahar dkk, Korupsi Dalam Perspektif Agama-Agama, Yogyakarta: LP3UMY, 2004.Jabbar, Abdul, Hukuman Mati dalam Pandangan Islam dalam http://lspi-banjarbaru.co.cc/2008/11/13/hukuman-mati-dalam-pandangan-islam/.Akses. 10 Februari 2010.Mandzu>r, Ibn al-, Lisa>n al-Ara>b, Beirut: Dar as-Sadir, t.t.Muhsin, Abd Allah ibn Abd al-, Suap dalam Pandangan Islam, terj. MuchotobHamzah dan Subakir Saerozi, (akarta: Gema Insani Press, 2001.Munawwir, Ahmad Warson,al-Munawwi>r Kamus Arab Indonesia, cet. ke-14,Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.Nasir, Ridlwan (Ed.), Dialektika Islam dengan Problem Kontemporer,Yogyakarta: IAIN Press & LKiS, 2006.Pope, Jeremy, Strategi Pemberantasan Korupsi:Elemen Sistem IntegritasNasional, terj. Masri Maris, Jakarta: Tranparancy Internasional Indonesia,2008.

75Simanjuntak, Frenky dan Anita Rahman Akbarsyah (ed.), Membedah FenomenaKorupsi, Analisa Mendalam Fenomena Korupsi di 10 Daerah di Indonesia,Jakarta: Transparancy Internasional- Usaid, tt.Sumiarti, Pendidikan Anti Korupsi, dalam Insania Jurnal Pemikiran AlternatifPendidikan, vol. 12, No. 2, 2007.Tim Imparsial, Jalan Panjang Menghapus Hukuman mati di Indonesia, Jakarta:Imaprsial, 2004.

LAMPIRAN ITERJEMAHANKUTIPAN AYAT AL-QURAN DAN HADISBABHLMTERJEMAHAN I8Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagianyang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepadahakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripadaharta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,padahal kamu Mengetahui. III 44Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagianyang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepadahakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripadaharta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,padahal kamu Mengetahui. 45Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan hartarampasan perang. barangsiapa yang berkhianat dalam urusanrampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datangmembawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiapdiri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakandengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidakdianiaya. 47Dari Abi Humaid as-Saidi, Sesungguhnya Rasulullah Saw.Bersabda: Hadiah kepada penguasa adalah ghulul. 47Rasulullah Saw. Melaknat orang yang menyuap dan yangdisuap. 51Dari ibnu Umar berkata: Sesungguhnya aku mendengarRasulullah Saw. Bersabda: tidak diterima sholat yang tidakbersuci, dan shadaqah dari ghulul. IV 57Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagianyang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepadahakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripadaharta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,padahal kamu Mengetahui. 57Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecualidengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama- I

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuhdirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayangkepadamu. 58Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan hartarampasan perang. barangsiapa yang berkhianat dalam urusanrampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datangmembawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiapdiri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakandengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidakdianiaya. 58Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamumengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yangdipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui. 58Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikanamanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruhkamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supayakamumenetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allahmemberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi MahaMelihat. 63Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidupbagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamubertakwa. II

LAMPIRAN IIBIOGRAFI ULAMA/SARJANA1.MuslimNama lengkapnya Abu> al-H{usai>n Musli>m H{ajja>j al-Qusairi an-Naisa>bu>r.Beliau lahir pada tahun 202 H, dan wafat pada tahun 261. Beliau adalahseorang ulama ahli hadis terkemuka setelah Ima>m Bukha>ri, yang manakeduanya terkenal dengan julukan asy-Syaikha>ni. Karya besarnyaadalah S{ahi>h Muslim, yang merupakan kitab rujukan dalam kehujahanhadis2.Quraish ShihabNama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Beliau dilahirkandi Rappang, Sulawesi Selatan pada 16 Februari 1944. Meraih gelarDoktor dalam ilmu-ilmu al-Quran pada tahun 1982 di Universitaas al-Azhar, dengan yudisium summa cum laude. Karya-karyanya antara lainadalah membumikan al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalamKehidupan Masyarakat, Wawasan al-Quran, Tafsir Maudhui atasPelbagai Persoalan Umat.3.Yusuf al-QardhawiBeliau dilahirkan pada tanggal 9 September 1926.di desaS{afat Tur>ab,sebuah perkampungan di Propinsi Garbiyyah, dengan ibukotanyaT{ant}a.beliu memperoleh gelar Doktor di Al-Azhar University. Karya beliauantara lain,Al-H{ala>l wa al-H{ar>am fi al-Isl>am, Fata>w>a Mua>s}ir>ah(tigajuz), dan Tays>ir al-Fiqh: Fiqh S{iy>am.III

LAMPIRAN IIICURRICULUM VITAENama: Ahmad Diaudin AnwarTT.L: Kebumen, 6 september 1984Jenis Kelamin: Laki-lakiAlamat Asal: Tamanwinangun KebumenNama Orang TuaAyah: H. AnwarudinIbu: Sri HaryantiAlamat Orang Tua: Tamanwinangun, KebumenPendidikan:1.TK Kosgoro Tamanwinangun Kebumen. Lulus Tahun 1991.2.SDN Tamanwinangun I Kebumen. Lulus Tahun 1997.3.SLTP Takhasus Al Qur`an Wonosobo. Lulus Tahun 20004.MAN I Kebumen. Lulus Tahun 20035.Fakultas Syariah, Jurusan Jinayat Siyasah UIN Sunan KalijagaYogyakarta. Angkatan tahun 2003.IV